Dekap Erat Bunda
Dekap Erat Bunda
Lose Corner
“Sakaaaa, anak bunda, Saka disini aja.”
“Sakaa manaaaa?”
“Saka disini Bunda.” Suara Saka mampu menghentikan igauan
bundanya. Napas bundanya masih tersenggal-senggal seperti habis
berlari.
“Sakaaa.” Panggil Bunda lirih, suaranya melemah. “Jangan pergi.”
Dengan mata yang masih terpejam, tangan Bunda menggapai udara,
meraba wajah Saka dengan penuh cinta.
“Iya, Saka disini, nggak kemana-mana.” Saka mengusap pelan anak
rambut di dahi bundanya, menyeka peluh dan memastikan suhu tubuh
bundanya.
“Berapa derajat Sus?” tanya Saka pada Suster Ann yang sedari tadi
berdiri di sisi ranjang yang lain.
“Beberapa menit lalu 40.5 derajat Mas, sebelum Mas Saka kesini.”
Saka mengangguk, “Bunda ada yang sakit badannya?” Saka masih
mengusap dahi bundanya, igauannya sudah berhenti.
“Dingin.” Lirih wanita itu dengan lemah.
Saka mengangguk walau tidak terlihat bundanya. AC kamar sudah
dimatikan, Saka memeluk Bundanya dengan erat.
“Kalau dipeluk Saka nggak dingin lagi kan?” Bisik Saka.
“Jangan pergi, jangan tinggalin Bunda.”
Suster Ann masih berdiri disana, melihat dua manusia yang cintanya
jauh lebih dalam dari samudra, yang saling menjaga dan mencintai
satu sama lain. Ini bukan kali pertama ia melihat Saka sangat
menyayangi Bundanya.
Sebab, yang ia tahu, hidup Saka hanya untuk bundanya. Selalu.
Lose Corner