Anda di halaman 1dari 3

Nama: Rizqi Maulana Afiyah

Prodi: Manajemen A2 semester 3

Tugas Akhlaq An-Nahdhiyah

Jenis-jenis toleransi dalam islam

1.Toleransi dalam jual beli

Dalam QS. Hud ayat 85 yang artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan
saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang
takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang
beriman”.

Dari QS. Hud ayat 85 menjelaskan tentang bagaimana Nabi Syu’aib AS menerangkan tentang berbuat
adil dalam jual beli dan dalam persoalan takaran dan timbangan dengan adil, karena hal jikalau
adanya ketidak adilan tersebut dapat merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan
membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.

2. Toleransi dalam berhutang

Dalam QS. Al-baqarah ayat 280 memerintahkan bahwasanya agar orang yang beriman menghentikan
perbuatan riba dan lebih baik untuk memberikan sedekah terhadap orang yang berhutang yg tidak
sanggup untuk membayarnya. Dalam artian ketika seseorang benar-benar tidak sanggup dan tidak
mampu untuk membayar hutang sebisa mungkin orang yang meminjamkan utang dengan ikhlas dan
ridho untuk mensedekahkan hartanya karena semata-mata untuk Allah

3. Toleransi dalam ilmu

Orang yang berilmu adalah orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dalam agama islam. Dalam
hal tersebut sudah tentu harus mengabadikan dan mengamalkan ilmu kepada orang lain tanpa harus
menyembunyikannya. Karena orang yang berilmu tetapi tidak mau mengamalkannya seperti halnya
pohon yang tidak pernah berbuah.

4. Toleransi dalam menjaga kehormatan

Pada dasarnya menjaga kehormatan diri adalah wajib bagi setiap jiwa, karena itu adalah titipan dari
Allah yang wajib untuk dijaga.

Contoh sifat manusia yang saat ini sudah sangat langka untuk diterapkan di zaman sekarang seperti
sifat malu.

Malu adalah sifat yg harus dimiliki orang manusia tanpa memandang usia.
Terkadang, seseorang yang dilecehkan harga dirinya akan langsung meresponnya dengan bentuk
emosional terhadap pelaku yang merendahkan harga dirinya.

Tentu kita sering melihat peristiwa orang-orang marah atau murka di sekitar kita karena disebabkan
oleh masalah harga diri ini. Dan pada akhirnya akan berujung pada pertikaian dan pemutusan tali
silaturahmi.

Di zaman Rasulullah SAW terdapat seorang sahabat yang pernah mengalami kasus seperti di atas.
Sahabat tersebut direndahkan kehormatannya oleh orang yang sering ia bantu. Dalam sebuah hadis
diceritakan seperti ini, Aisyah radhiyallahuanha berkata”

“Maka kemudian turunlah ayat yang membebaskan diriku dari fitnah tersebut”. Abu Bakar As-Siddiq
yang selalu membiayai kehidupan Misthah bin Usasah karena beliau memiliki hubungan
kekeluargaan dan juga memiliki masalah kemiskinan berkata:

“Demi Allah, setelah ini aku tak akan memberikan nafkah lagi kepada Misthah untuk selama-lamanya
setelah apa yang telah ia katakan terhadap Aisyah”

Setelah itu, Allah pun menurunkan ayat:

“Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan serta kelapangan di antara kalian bersumpah
bahwa mereka tidak akan pernah lagi memberikan bantuan kepada kerabatnya, orang-orang yang
miskin serta orang-orang yang sedang berhijrah di jalan Allah SWT. Dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tak ingin Allah SWT mengampunimu? Dan
sesungguhnya Allah SWT adalah zat yang Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. An Nur ayat
22).

Abu Bakar kemudian berkata:

“Ya, Demi Allah, sesungguhnya aku lebih mencintai jika Allah SWT mengampuniku. Maka Abu Bakar
pun kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana sebelumnya lalu ia berkata: Aku tidak
akan berhenti memberi nafkah terhadapnya untuk selama-lamanya…..” (Diriwayatkan dalam Hadist
Al Bukhari).

Dn sebagaimana dalam hadits Rasulullah yang lainnya: “Malu adalah sebagian dari ilmu, jika
seseorang tidak memiliki rasa malu tersebut maka berbuatlah semaumu”.
5. Toleransi dalam kesabaran

Pengertian toleransi (as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama diantara kelompok masyarakat yang berbeda-beda baik secara
etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama.

Firman Allah SWT tentang sabar:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْسَتِع ْيُنْو ا ِبالَّصْبِر َو الَّص ٰل وِةۗ ِاَّن َهّٰللا َم َع الّٰص ِبِرْيَن‬

153. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Sedang kesabaran yang dikutip dari buku Aqidah Akhlaq karya Taufiq Yusmansyah, menjelaskan
bahwa sabar dalam Islam merupakan sikap tabah hati baik dalam mendapatkan sesuatu yang tidak
disenangi maupun kehilangan sesuatu yang disenangi.

Dalam Islam kesabaran menjadi kunci dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan sehari-hari.
Semakin tinggi tingkat kesabaran seseorang, maka semakin siap pula ia menghadapi suatu masalah.

Anda mungkin juga menyukai