Anda di halaman 1dari 4

1.

Budi adalah salah satu staff pada kementerian yang bertanggung jawab atas pengurusan
dan pengaturan perdagangan berbasis elektronik atau e-commerce. Budi diberikan
penugasan oleh atasannya untuk menjadi salah satu anggota tim lintas kementerian
yang akan membahas peraturan mengenai perdagangan berbasis elektronik atau e-
commerce. Peraturan mengenai perdagangan berbasis elektronik tersebut dibuat oleh
Pemerintah dengan tujuan untuk memberikan perlindungan hukum dan kepastian
hukum bagi para pihak yang terlibat dalam suatu transaksi e-commerce. Peraturan
tersebut diharapkan dapat disahkan dan diundangkan pada pertengahan tahun 2021 ini.
a. Bentuk dari jurisdiksi apakah kewenangan Pemerintah untuk menyusun regulasi e-
commerce tersebut?
b. Dalam hal pelaku usaha memperoleh sanksi administrasi berupa pencabutan izin
akibat melanggar regulasi e-commerce, bentuk dari jurisdiksi apakah kewenangan
Pemerintah untuk memberiksan sanksi tersebut?

Jawab :

a. Bentuk jurisdiksi yang dimiliki oleh Pemerintah untuk menyusun regulasi e-


commerce adalah yurisdiksi legislatif. Pemerintah memiliki kewenangan untuk
membuat undang-undang atau peraturan yang mengatur perdagangan berbasis
elektronik atau e-commerce. Dalam hal ini, Pemerintah menggunakan kewenangan
legislatifnya untuk mengeluarkan peraturan yang memberikan perlindungan hukum
dan kepastian hukum bagi para pihak yang terlibat dalam transaksi e-commerce.
b. Jika pelaku usaha melanggar regulasi e-commerce, bentuk jurisdiksi yang dimiliki
oleh Pemerintah untuk memberikan sanksi administrasi berupa pencabutan izin
adalah yurisdiksi eksekutif. Pemerintah memiliki kewenangan eksekutif untuk
memberlakukan dan menegakkan hukum terkait dengan e-commerce. Dalam hal ini,
Pemerintah dapat menggunakan kewenangannya untuk memberikan sanksi
administrasi kepada pelaku usaha yang melanggar regulasi e-commerce, termasuk
pencabutan izin yang dimiliki oleh pelaku usaha tersebut.

Bentuk jurisdiksi yang berlaku untuk kewenangan pemerintah dalam menyusun


regulasi e-commerce adalah jurisdiksi nasional dan juga internasional. Dalam
beberapa kasus, jurisdiksi ekstrateritorial dapat juga diterapkan. Jadi, Bentuk
jurisdiksi untuk kewenangan pemerintah dalam menyusun regulasi e-commerce
adalah kombinasi antara jurisdiksi nasional, internasional dan ekstrateritorial. Setiap
jenis jurisdiksi memiliki perannya sendiri dalam pembentukan dan penerapan
regulasi e-commerce yang seimbang dan adil

Sumber:

Putriyanti, A. (2009). Yurisdiksi di Internet/Cyberspace. Media Hukum, 9(2), 32-47.


2. Tuan Hasan dan Tuan Iwan bermaksud melakukan kerjasama untuk menyelenggarakan
platform ecommerce yang berkedudukan di wilayah Indonesia dengan mendirikan
perusahaan ABC. Masing-masing pihak berkontribusi memberikan modal pada bisnis
yang akan dirintis bersama tersebut. Berdasarkan business plan yang disepakati
platform tersebut akan mempertemukan penjual dan pembeli yang mana keseluruhan
proses transaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli tidak melibatkan platform.
Selanjutnya, perusahaan ABC menyelenggarakan platform e-commerce dengan nama
Belanja.co.id. Suatu hari beberapa konsumen melaporkan adanya penjualan gambar
mengandung muatan pornografi yang ditawarkan oleh salah satu penjual di lapak
Belanja.co.id.
a. Model platform e-commerce dalam kasus di atas termasuk dalam model bisnis e-
commerce apa berdasarkan regulasi di Indonesia?
b. Berdasarkan regulasi di Indonesia, apakah Belanja.co.id dapat dimintakan tanggung
jawab terkait dampak dari penjualan gambar mengandung muatan pornografi
tersebut?
c. Berdasarkan regulasi di Indonesia, kewajiban apa yang harus dilakukan oleh
Belanja.co.id untuk mencegah muatan yang melanggar hukum/illegal?

Jawab :

a. Model platform e-commerce dalam kasus di atas termasuk dalam model bisnis e-
commerce marketplace. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan No. 80 Tahun
2019 tentang Perdagangan melalui Sistem Elektronik, marketplace adalah
penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik yang menyediakan fasilitas
elektronik untuk mempertemukan penjual dan pembeli.
b. Berdasarkan regulasi di Indonesia, belanja.co.id dapat dimintakan tanggung jawab
terkait dampak dari penjualan gambar mengandung muatan pornografi tersebut.
Menurut Pasal 19 ayat (1) Peraturan Menteri Perdagangan No. 80 Tahun 2019,
penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik wajib menolak penjual atau
merchant yang tidak mematuhi peraturan perundang-undangan Indonesia. Selain
itu, menurut Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 19
Tahun 2016, setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan pornografi dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1 miliar.
c. Berdasarkan regulasi di Indonesia, kewajiban yang harus dilakukan oleh belanja.co.id
untuk mencegah muatan yang melanggar hukum atau ilegal adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan sarana pelaporan bagi pengguna platform yang menemukan
muatan yang melanggar hukum atau ilegal.
2. Melakukan penghapusan dan/atau pemblokiran terhadap konten yang dilarang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menyimpan data dan
informasi kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik selama 5 (lima) tahun
atau lebih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Melaporkan rekapitulasi transaksi yang dilakukan oleh penjual atau merchant
kepada Kementerian Perdagangan setiap bulan.
4. Mematuhi aturan perpajakan, ekspor impor, transaksi dan informasi
5. elektronik, serta perlindungan konsumen.
Sumber:
https://aptika.kominfo.go.id/2019/08/undang-undang-ite/
3. PT Bintang Abadi adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual tas dan aksesoris
terbuat dari kulit secara online melalui website www.bintangabadi.com. Salah satu
produk yang dicantumkan dalam website tersebut adalah sebuah tas ransel berbahan
kulit berwarna coklat. Tas tersebut ditawarkan dalam ukuran medium dengan jumlah
produk yang tersedia sebanyak 2 (dua) buah. Rizki tertarik untuk membeli tas tersebut
sebanyak 2 (dua) buah untuk diberikan sebagai hadiah kepada kedua adiknya. Proses
pemesanan dilakukan dalam beberapa tahap. Setelah Rizki selesai memilih produk,
ukuran dan jumlah produk, Rizki mengisi alamat pengiriman dan cara pengiriman
produk. Selanjutnya, Rizki memilih cara pembayaran yang disepakati yakni melalui
transfer bank. Berdasarkan konfirmasi pemesanan yang diterima oleh Rizki melalui e-
mail, batas waktu pembayaran adalah 1 x 24 jam. Setelah melakukan pembayaran, Rizki
menerima konfirmasi pembayaran melalui e-mail. Namun, keesokan harinya, Rizki
diinformasikan bahwa produk yang dipilih dan dibayar oleh Rizki telah habis (out of
stock) yang mana informasi mengenai ketersediaan produk tersebut belum diperbaharui
oleh pihak www.bintangabadi.com pada saat pemesanan oleh Rizki. Selanjutnya, pihak
www.bintangabadi.com menawarkan alternatif bagi Rizki untuk memilih produk lainnya
dengan diberikan sejumlah diskon atau menunggu produk yang dipesan untuk
pengiriman 30 (tiga puluh) hari berikutnya karena sedang dalam proses produksi. Rizki
tidak bersedia menerima penawaran tersebut dan meminta dana yang telah dibayarkan
untuk dikembalikan kepada Rizki.
a. Kapankah terjadi kesepakatan antara pelaku usaha dan konsumen pada kasus di
atas?
b. Berdasarkan regulasi di Indonesia, dalam hal tidak terjadi kesepakatan antara PT
Bintang Abadi dan Rizki, bagaimana penyelesaian sengketa transaksi elektronik
antara PT Bintang Abadi dan Rizki dalam kasus di atas?
c.
Jawab :

a. Kesepakatan antara pelaku usaha (PT Bintang Abadi) dan konsumen (Rizki) terjadi
ketika Rizki memilih produk ukuran dan jumlah yang diinginkan serta mengisi alamat
pengiriman dan cara pengiriman produk. Selain itu ketika Rizki memilih metode
pembayaran dan mengirimkan konfirmasi pemesanan hal ini juga merupakan
tindakan yang menunjukkan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.
b. Berdasarkan regulasi di Indonesia dalam hal terjadi sengketa transaksi elektronik
antara PT Bintang Abadi dan Rizki penyelesaiannya dapat mengikuti prosedur
penyelesaian sengketa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik. Dalam
kasus ini jika PT Bintang Abadi tidak dapat memenuhi pesanan Rizki karena item
yang dipesan tidak tersedia PT Bintang Abadi harus memberikan sejumlah alternatif
kepada Rizki. Jadi tawaran alternatif dari PT Bintang Abadi untuk memilih produk
lain dengan diskon atau menunggu pengiriman produk yang dipesan dalam waktu 30
hari merupakan tindakan yang sudah sesuai dengan regulasi.
Namun jika Rizki tidak setuju dengan penawaran tersebut dan meminta agar dana
yang telah dibayarkan dikembalikan PT Bintang Abadi harus menghormati
permintaan tersebut dan mengembalikan dana yang telah dibayarkan oleh Rizki
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Jika terdapat perselisihan lebih lanjut
antara kedua belah pihak langkah selanjutnya dapat melibatkan mediasi atau
menempuh proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Sumber : Brahmanta, D. G. A. Y, & Utari, A. A. S. (2016). Hubungan Hukum Antara
Pelaku Usaha Dengan Konsumen. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai