Anda di halaman 1dari 5

Hak Kekayaan Intelektual

CONTOH KASUS

Oleh :

Kelompok 6

1. Ade Apriansyah (140810301053)


2. Denis Nabila Saputri (140810301123)
3. Hening Cahyani (140810301129)
4. Putri Wigrha (140810301134)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2016
A. CONTOH KASUS HAK CIPTA

Pelanggaran Hak Cipta oleh PT. Dongeng Abadi (PT.DA) terhadap PT. Hikayat Indah
(PT.HI)

PT. Hikayat Indah (PT.HI) menerbitkan buku kumpulan cerita rakyat untuk anak-anak
dalam bahasa Indonesia. Buku itu dijual secara luas di masyarakat. Setahun kemudian, PT.
Dongeng Abadi (PT.DA) juga menerbitkan buku kumpulan serupa. Judul buku dan
perwajahan PT.DA mirip dengan buku PT.HI, susunan cerita keduanya tidak sama, dan
dalam buku PT.DA terdapat ilustrasi gambar sementara di buku terbitan PT .HI tidak ada.
PT. HI tidak mendaftarkan ciptaannya ke Direktorat jenderal HKI. PT. HI berniat menggugat
PT. DA dengan alasan PT. DA melanggar hak ciptanya.
Kasus diatas telah terjadi pelanggaran hak cipta. Hal ini dikarenakan adanya kemiripan
hak cipta berupa judul buku dan perwajahan yang diterbitkan oleh PT. DA dengan yang
diterbitkan oleh PT. HI dan sudah menimbulkan ketidak nyamanan oleh PT. HI sebagai
penerbit buku lebih awal dengan judul dan perwajahan yg sama oleh oleh PT. DA.
Identifikasi adanya pelanggaran hak cipta adalah sebagai berikut,
1. Menurut pasal 11 ayat 2 UU. No 19/2002, menyebutkan bahwa ciptaan yang telah
diterbitkan hak ciptanya dipegang oleh penerbit. Artinya PT. HI memegang hak cipta atas
buku kumpulan cerita rakyat untuk anak-anak dalam bahasa Indonesia tersebut.
2. Adanya kesamaan Judul buku dan perwajahan buku yang diterbitkan oleh PT.DA dengan
yg diterbitkan oleh PT.HI.
3. Pelanggaran hak cipta tidak harus terjadi secara keseluruhan tetapi juga terjadi apabila
ada kesamaan sebagian.
4. Pelanggaran hak cipta berupa kesamaan Judul buku dan perwajahan buku yang
diterbitkan oleh PT.DA dengan yg diterbitkan oleh PT.HI. adalah kesamaan inti dari
sebuah hak cipta.
5. Adanya kesamaan Judul buku dan perwajahan buku yang diterbitkan oleh PT.DA dengan
yg diterbitkan oleh PT.HI. tanpa adanya komunikasi dan kontrak oleh pihak PT. DA
kepada pihak PT. HI sebagai pemegang hak cipta buku yang Judul buku dan perwajahan
buku yang sama tersebut.
Fakta tidak didaftarkannya ciptaan PT. HI secara hukum tidak mempengaruhi posisi PT. HI
tentang kepemilikan hak cipta. Karena hak cipta :
1. Perlindungan hukum hak cipta dengan secara otomatis saat ekspresi terwujud atau lahir
tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan sesuai pasal 2
ayat 1 UU No.19 Tahun 2002.
2. Tanpa pendaftaran, pendaftara hanya sebagai sarana pembuktian kepemilikan
sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 ayat 1 huruf b dan pasal 12 ayat 2 & 3 pasal 35
ayat 4 UU No.19 Tahun 2002.
3. Pembuktian oleh pengadilan bisa dilakukan dengan proses cetak dan penggunakan awal
oleh publik/ masyarakat. Dimana masyarakat sudah menikmati hasil hak cipta terbitan
buku oleh PT. HI. Walaupun ini akan membutuhkan ekstra perjuangan oleh pihak PT. HI
untuk memberikan pembuktian akan kepemilikan hak cipta dari buku terbitannya.

B. CONTOH KASUS PATEN

Penjiplakan Produk Plat Beton Ringan PT MSI oleh Ruko Payung Mas

Bangunan Ruko Payung Mas milik Frans Jaya di jalan Titi Payung Desa Klambir
Kecamatan Hamparan Perak diduga menjiplak produk kontruksi plat beton (Ply Sleb beton
ringan Prekes) milik PT.Macan Sumatera Indonesia (MSI) yang sudah memiliki sertifikat
hak paten atasnama Ir.Sulistyana,MT.
Pihak kontraktor mengatakan, bahwa sudah ada pembicaraan dan mufakat terhadap
PT.Macan Sumatera Indonesia. Akantetapi, Manejer marketing dari PT MSI menyangkal
bahwa belum ada persetujuan dari PT MSI atas penjiplakan produk tersebut.
Pihak perusahaan PT MSI menganjurkan pada pihak kontraktor untuk membayarkan
denda Royalti atau menuutup beton ringan yang telah dijiplak tersebut. Dan pihak kontraktor
berjanji akan membayar denda royalti tersebut.
Persoalan penjiplakan hak paten tersebut telah melanggar Undang undang nomor 14
tahun 2001 tentang hak paten.
Persoalan penjiplakan hak cipta dan hak paten tersebut telah melanggar Undang undang
nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta dan Undang undang nomor 14 tahun 2001 tentang
hak paten.
Pelanggaran terhadap Undang undang No 14 tahun 2001 tentang hak paten dikenai sanksi
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak
pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan yaitu membuat, menggunakan,
menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau
disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan menggunakan proses produksi yang
diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.
Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus juta lima puluh juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja
dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan salah satu
tindakan yaitu membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan,
atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan
menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan
lainnya.

C. CONTOH KASUS MEREK

Kasus Pelanggaran Hak Merek


Sepatu Nike dan Converse Tiruan di Produksi di Jabar

Ratusan sepatu merek Nike dan Converse tiruan yang diamankan dari BCS Mall dan Panbil
Mall, Batam, Kepulauan Riau beberapa waktu lalu ternyata didatangkan dari Jawa Barat. Pihak
berwajib mengatakan modal dari pedagang yang mendatangkan sepatu tiruan tersebut berkisar
Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu untuk setiap pasang sepatu palsu. Sepatu dengan merek Nike dan
Converse tersebut diproduksi dengan harga murah yakni, Rp 50 ribu. Sepatu tiruan tersebut
dijual dengan harga yang sangat jauh dari harga aslinya. Dipasaran mereka bisa menjual
sepasang sepatu itu dengan harga Rp 300 hingga Rp 400 ribu. Dalam kasus pelanggaran hak
merek dagang sepatu ini pihak berwajib menetapkan empat tersangka. Diantaranya pemilik toko
sepatu di BCS Mall dan Panbill Mall berinisial Ey, As, Ay dan Ah.
Atas penjualan barang palsu tersebut, pemilik toko dikenakan pasal 94 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 15 Tentang Merek, dengan hukuman 1 tahun penjara atau denda Rp 200 juta.

Anda mungkin juga menyukai