Anda di halaman 1dari 3

MATERI TAMBAHAN

UJIAN KODE ETIK NOTARIS


TENTANG
CUTI NOTARIS

DISUSUN OLEH
PIPIP TAPIPAH SURTINI

PERSYARATAN DAN TATA CARA

Notaris mempunyai hak cuti dengan persyaratan sebagai berikut :


- Hak cuti dapat diambil setelah Notaris menjalankan jabatan paling singkat 2 (dua) tahun, belum memenuhi
jumlah waktu cuti keseluruhan paling lama 12 (duabelas) bulan dan menunjuk seorang Notaris Pengganti
(pasal 25 ayat 2 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 juncto pasal 21 Permenhumham nomor 19 tahun
2019 ).
- Hak cuti dapat diambil setiap tahun atau sekaligus untuk beberapa tahun dan setiap pengambilan cuti
paling lama 5 (lima) tahun sudah termasuk perpanjangannya. Mengenai pengambilan cuti setiap tahun
tidak mengurangi hak Notaris untuk mengambil cuti lebih dari 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Selama
masa jabatan Notaris jumlah waktu cuti keseluruhan paling lama 12 (duabelas) tahun ( pasal 26 Undang-
undang RI nomor 30 tahun 2004 dan penjelasannya).

Notaris mengajukan permohonan cuti secara tertulis dengan ketentuan sebagai berikut :
- Notaris mengajukan permohonan cuti secara tertulis disertai usulan penunjukan Notaris Pengganti.
Permohonan cuti diajukan kepada pejabat yang berwenang, yaitu:
 Majelis Pengawas Daerah, dalam hal jangka waktu cuti tidak lebih dari 6 (enam) bulan;
 Majelis Pengawas Wilayah, dalam hal jangka waktu cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 1
(satu) tahun. Tembusan permohonan disampaikan kepada Majelis Pengawas Pusat;
 Majelis Pengawas Pusat, dalam jangka waktu cuti lebih dari 1 (satu) tahun. Tembusan permohonan c
disampaikan kepada Majelis Pengawas Daerah dan Majelis Pengawas Wilayah.
Permohonan cuti dapat diterima atau ditolak oleh pejabat yang berwenang memberikan izin cuti.
- Dalam keadaan mendesak, suami/istri atau keluarga sedarah dalam garis lurus dari Notaris dapat
mengajukan permohonan cuti kepada Majelis Pengawas.
- Permohonan cuti dapat ditolak oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti. Penolakan permohonan
cuti harus disertai alasan penolakan. Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas Daerah dapat
diajukan banding kepada Majelis Pengawas Wilayah. Penolakan permohonan cuti oleh Majelis Pengawas
Wilayah dapat diajukan banding kepada Majelis Pengawas Pusat.
(pasal 27, pasal 28 dan pasal 31 Undang Undang RI nomor 30 tahun 2004).

PENYERAHAN PROTOKOL

Notaris yang menjalani cuti wajib menyerahkan Protokol Notaris kepada Notaris Pengganti pada saat
dimulainya cuti. Notaris pengganti menyerahkan kembali Protokol Notaris kepada Notaris satu hari setelah cuti
berakhir dan serah terima tersebut dibuatkan berita acara dan disampaikan kepada Majelis Pengawas Daerah,
Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat. Notaris yang melanggar ketentuan ini dapat dikenakan
sanksi berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat atau
pemberhentian dengan tidak hormat (pasal 32 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah
dengan Undang-undang RI nomor 2 tahun 2014 juncto pasal 35 Permehumham nomor 19 tahun 2019).
.
SURAT KETERANGAN IZIN CUTI
Surat keterangan izin cuti paling sedikit memuat nama notaris, tanggal mulai dan berakhirnya cuti, dan nama
Notaris Pengganti disertai Dokumen yang mendukung Notaris Pengganti tersebut.
Dokumen pendukung untuk Notaris pengganti seperti :
- fotocopi ijasah paling rendah sarjana hukum yang disahkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan;
- fotocopi KTP yang disahkan oleh Notaris;
- fotocopi akta kelahiran yang disahkan oleh Notaris;
- fotocopi akta perkawinan bagi yang sudah kawin yang disahkan oleh Notaris;
- surat keterangan kelakuan baik dari kepolisian setempat;
- surat keterangan sehat dari dokter pemerintah;
- paspoto terbaru berwarna ukuran 3x4 sebanyak 4 (empat) lembar
- daftar riwayat hidup.
(pasal 29 ayat 1 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004).

Tembusan surat keterangan izin cuti dari Majelis Pengawas Daerah disampaikan kepada Menteri, Majelis
Pengawas Pusat dan Majelis Pengawas Wilayah. Tembusan surat keterangan izin cuti dari Majelis Pengawas
Wilayah disampaikan kepada Menteri dan Majelis Pengawas Pusat. Tembusan surat keterangan izin cuti dari
Menteri disampaikan kepada Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Daerah
(pasal 29 ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004).

SERTIPIKAT CUTI

Sertipikat cuti diatur dalam pasal 30 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 juncto pasal 22 Permenhumham
nomor 19 tahun 2019 sebagai berikut :
- Menteri atau pejabat yang ditunjuk berwenang mengeluarkan sertipikat cuti.
- Untuk memperoleh sertifikat cuti, Notaris mengajukan permohonan kepada Menteri dengan mengisi
Format Isian sertifikat cuti secara elektronik. Permohonan tersebut diajukan setelah yang bersangkutan
disumpah sebagai Notaris.
- Sertifikat cuti Notaris dapat langsung dicetak oleh Notaris.

NOTARIS PENGGANTI

Notaris Pengganti adalah seorang yang untuk sementara diangkat sebagai Notaris untuk menggantikan Notaris
yang sedang cuti, sakit atau untuk sementara berhalangan menjalankan jabatannya sebagai Notaris (pasal 1
angka 3 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI nomor 2 tahun
2014).

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris Pengganti adalah :


- Warga Negara Indonesia
- berijasah sarjana hukum dan
- telah bekerja sebagai karyawan kantor Notaris paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut
(pasal 33 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI nomor 2
tahun 2014 juncto pasal 27 permenhumham nomor 19 tahun 2019).

Ketentuan mengenai kewenangan, kewajiban dan larangan Notaris sebagaimana diatur dalam pasal 15, pasal
16 dan pasal 17 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI nomor 2
tahun 2014 juga berlaku untuk Notaris Pengganti. Selain itu Notaris Pengganti sebelum menjalankan jabatan
Notaris juga harus mengucapkan sumpah /janji menurut agamanya dihadapan Menteri atau pejabat yang
ditunjuk sebagaimana diatur dalam pasal 4 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 .

NOTARIS YANG DIANGKAT SEBAGAI PEJABAT NEGARA

Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib mengambil cuti dengan mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Majelis Pengawas Pusat. Cuti tersebut berlaku selama Notaris memangku jabatan sebagai
Pejabat Negara . Permohonan cuti sudah harus diterima oleh Majelis Pengawas Pusat dalam jangka waktu
paling lama 60 (enam puluh) Hari terhitung sejak tanggal Keputusan sebagai Pejabat Negara ditetapkan.
Permohonan dilakukan dengan melampirkan:
- fotokopi Keputusan Pengangkatan atau Perpindahan Notaris yang telah dilegalisasi;
- fotokopi Keputusan Pengangkatan sebagai pejabat negara yang telah dilegalisasi;
- fotokopi berita acara sumpah/janji jabatan Notaris yang telah dilegalisasi;
- asli sertifikat cuti Notaris; dan
- surat penunjukan notaris pengganti
(pasal 11 Undang-undang RI nomor 30 tahun 2004 yang telah diubah dengan Undang-undang RI nomor 2 tahun
2014 juncto pasal 30 ayat 1 , ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 Permenhumham nomor 19 tahun 2019)

Selama menjalankan cuti Notaris wajib menunjuk seorang Notaris Pengganti (pasal 30 ayat 5 Permenhumham
nomor 19 tahun 2019).

Dalam hal pengajuan cuti disetujui, Majelis Pengawas Pusat mengeluarkan surat penetapan cuti dan
penunjukan Notaris Pengganti dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
pengajuan permohonan (pasal 31 Permemhumhan nomor 19 tahun 2019).

Notaris Pengganti wajib mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya dihadapan Menteri atau pejabat yang
ditunjuk (pasal 32 Permenhumham nomor 19 tahun 2019).

Dalam hal permohonan cuti belum memenuhi syarat yaitu menjalankan jabatan paling singkat 2 (dua) tahun,
belum memenuhi jumlah waktu cuti keseluruhan paling lama 12 (duabelas) bulan dan menunjuk seorang
Notaris Pengganti, Majelis Pengawas Pusat dapat mempertimbangkan permohonan Notaris yang diangkat
menjadi pejabat negara, untuk menghindari rangkap jabatan yang dilakukan oleh Notaris (pasal 33
permenhumham nomor 19 tahun 2019).

--------00000000----------

Anda mungkin juga menyukai