Anda di halaman 1dari 226

PENGARUH PROFITABILITY DAN FINANCIAL LEVERAGE

TERHADAP INCOME SMOOTHING


(Studi pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

DRAFT SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian


guna memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Uiversitas Galuh

Oleh,

RATIH HARISYAH
3403180209

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GALUH
2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PROFITABILITY DAN FINANCIAL LEVERAGE


TERHADAP INCOME SMOOTHING
(Studi pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Oleh,

RATIH HARISYAH
3403180209

Disetujui oleh Pembimbing


Tanggal ___________________

Pembimbing I, Pembimbing II,

Eva Faridah, S.E., M.Si. Dendy Syaiful Akbar, S.E., M.Si.


NIK. 3112770073 NIK. 3112770351

Ketua Program Studi

Benny Prawiranegara, S.E., MM.

i
NIK. 3112770209

ABSTRAK
Ratih Harisyah, NIM. 3403180209. “Pengaruh Profitability dan Financial
Leverage terhadap Income Smoothing (Studi pada Perusahaan Non Bank
Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
Dibawah bimbingan Ibu Eva Faridah, S.E., M.Si. dan Bapak Dendy Syaiful
Akbar, S.E., M.Si.

Penelitian ini difokuskan pada Pengaruh Profitability dan Financial


Leverage terhadap Income Smoothing (Studi pada Perusahaan Non Bank Anggota
Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Permasalahan dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana pengaruh
profitability terhadap income smoothing pada perusahaan non bank anggota
Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (2) Bagaimana
pengaruh financial leverage terhadap income smoothing pada perusahaan non
bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; (3)
Bagaimana pengaruh profitability dan inancial leverage terhadap Income
Smoothing smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah: (1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitability terhadap
income smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia;; (2) Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh financial leverage terhadap income smoothing pada perusahaan non
bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (3) U
ntuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitability dan inancial leverage
terhadap Income Smoothing smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks
IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini addalah data sekunder dengan
menggunakan purpisive sampling sehingga diperoleh jumlah perusahaan yang
dijadikan sampel sebanyak 22 perusahaan dengan pengamatan selama 3 tahun.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis koefisien korelasi sederhana,
analisis koefisien determinasi, uji hipotesis yang meliputi uji t dan uji f, analisis
koefisien korelasi berganda, serta analissi regresi linier berganda.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, baik secara parsial ataupun secara
simultan, profitability yang diproksikan dengan ROA dan financial leverage yang
diproksikan dengan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap income
smoothing.
Diharapkan perusahaan-perusahaan dalam menampilkan data lebih terbuka
dan transparan dalam menyediakan seluruh data agar kedepannya memudahkan
dalam melakukan penelitian.

Kata Kunci : profitability, financial leverage, income smoothing.

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyusun dan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profitability dan Financial

Leverage Terhadap Income Smoothing (Studi Pada Perusahaan Non-Bank

Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan

bimbingan, pengarahan serta dorongan dari beberapa pihak khususnya penulis

ucapkan terimakasih kepada Ibu Eva Faridah, S.E., M.Si. selaku pembimbing I

dan Bapak Dendy Syaiful Akbar, S.E., M.Si. yang telah meluangkan waktunya

untuk membimbing, mengarahkan serta menyumbangkan pemikirannya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Dadi, Drs., M.Si. selaku Rektor Universitas Galuh beserta seluruh

jajarannya.

2. Ibu Dr. Nurdiana Mulyatini, S.E., M.M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Galuh

3. Ibu Elin Herlina, S.Pd., M.M. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Galuh

iii
4. Ibu Eva Faridah, S.E., M.Si. selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi

Universitas Galuh

5. Bapak Mohamad Apip, S.E., M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi

Universitas Galuh

6. Bapak Benny Prawiranegara, S.E., M.M. selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Galuh

7. Bapak Dendy Syaiful Akbar, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Galuh

8. Seluruh dosen beserta staff Fakultas Ekonomi Universitas Galuh

9. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan do’a dan dukungannya,

hingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dan do’anya kepada penulis

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Seluruh pihak terkait lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang

ikut andil dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini

masih terdapat banyak kekurangan, sehingga jauh dari kata sempurna. Hal ini

dikarenakan keterbatasan pengetahuan teoritis dan pengalaman yang penulis

miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi perbaikan usulan penelitian ini dimasa mendatang. Penulis

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi pembaca.

Ciamis, Agustus 2022

iv
Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian...................................................................1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah.....................................................11
1.2.1 Identifikasi Masalah..................................................................11
1.2.2 Rumusan Masalah......................................................................11
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................12
1.4.1. Manfaat Teoritis........................................................................12
1.4.2. Manfaat Praktis.........................................................................13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. .15


2.1 Kajian Pustaka....................................................................................15
2.1.1 Teori Ilmu Akuntansi.................................................................15
2.1.2 Akuntansi Keuangan..................................................................25
2.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory)..............................................33
2.1.4 Teori Sinyal (Signaling Theory)................................................35
2.1.5 Rasio Keuangan.........................................................................37
2.1.6 Perataan Laba............................................................................53
2.1.7 Pengaruh Profitability Terhadap Income Smoothing.................60

v
2.1.8 Pengaruh Financial Leverage Terhadap Income Smoothing.....63
2.1.9 Pengaruh Profitability dan Financial Leverage Terhadap
Income Smoothing.....................................................................64
2.1.10 Kajian Penelitian Terdahulu....................................................67
2.2 Kerangka Pemikiran...........................................................................69
2.3 Hipotesis Penelitian............................................................................74

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................76


3.1 Metode Penelitian yang digunakan.....................................................76
3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel..............................................77
3.2.1 Definisi Variabel........................................................................77
3.2.2 Operasionalisasi Variabel..........................................................80
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................81
3.3.1 Populasi.....................................................................................81
3.3.2 Sampel.......................................................................................82
3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.............................................57
3.4.1 Sumber Data..............................................................................84
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data........................................................85
3.5 Teknik Analisis Data..........................................................................86
3.5.1 Pengaruh Profitability (X1) terhadap Income Smoothing (Y). .86
3.5.2 Pengaruh Financial Leverage (X2) Terhadap Income Smoothing
(Y).............................................................................................89
3.5.3 Pengaruh Profitability (X1) dan Financial Leverage Terhadap
Income Smoothing.....................................................................92
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................96
3.6.1 Tempat Penelitian......................................................................96
3.6.2 Waktu Penelitian.......................................................................97
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................98
4.1 Hasil Penelitian...................................................................................98

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian..........................................98

4.1.1.1. Bursa Efek Indonesia..................................................98

vi
4.1.1.2. Profil Singkat Perusahaan yang Diteliti......................99

4.1.2. Deskripsi Variabel yang Diteliti.............................................148

4.1.2.1. Profitability pada Perusahaan Non-Bank Anggota

Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia...................................................................148

4.1.2.2. Financial Leverage pada Perusahaan Non-Bank

Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia................................................152

4.1.2.3. Income Smoothing pada Perusahaan Non-Bank

Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia................................................155

4.1.3. Hasil Pengujian Hipotesis.......................................................158

4.1.3.1. Pengaruh Profitability (X1) terhadap Income Smoothing

(Y) pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX

Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 158

4.1.3.2. Pengaruh Financial Leverage (X2) terhadap Income

Smoothing (Y) pada Perusahaan Non-Bank Anggota

Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia...................................................................165

4.1.3.3. Pengaruh Profitability (X1) dan Financial Leverage

(X2) terhadap Income Smoothing (Y) pada Perusahaan

Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia............................172

vii
4.2 Pembahsan........................................................................................186

4.2.1. Hasil Pembahasan mengenai Pengaruh Profitability (X1)

terhadap Income Smoothing (Y) pada Perusahaan Non Bank

Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.................................................................................186

4.2.2. Hasil Pembahasan mengenai Pengaruh Financial Leverage (X2)

terhadap Income Smoothing (Y) pada Perusahaan Non Bank

Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.................................................................................188

4.2.3. Hasil Pembahasan mengenai Pengaruh Profitability (X1) dan

Financial Leverage (X2) terhadap Income Smoothing (Y) pada

Perusahaan Non Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia..........................................190

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...................................................................191

5.1 Simpulan........................................................................................191

5.2 Saran..............................................................................................191

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................194
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................202
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................215

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30
yang Terindikasi Melakukan Praktik Perataan Laba
Berdasarkan Hasil Penghitungan Indeks Eckel.......................................9
Tabel 2.1 Standar Industri Profiitability Ratio......................................................45
Tabel 2.2 Standar Industri Leverage Ratio............................................................53
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu yang Relevan.......................................................67
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel......................................................................81
Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Non-Bank Indeks IDX Quality 30..........................82
Tabel 3.3 Daftar Anggota Sampel Penelitian........................................................84
Tabel 3.4 Pedoman untuk Memeberikan Interpretasi
terhadap Koefisien Korelasi..................................................................87
Tabel 3.5 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Berganda...............................................................................................94
Tabel 3.6 Jadwal dan Waktu Penelitian................................................................97
Tabel 4.1 Perhitungan ROA................................................................................149
Tabel 4.2 Perhitungan DER................................................................................152
Tabel 4.3 Perhitungan Index Eckel.....................................................................155
Tabel 4.4 Data Profitability (X1) dan Income Smoothing (Y) pada Perusahaan
Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia....................................................................................157
Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Koefisien Korelasi Sederhana Profitability terhadap
Income Smoothing..............................................................................159
Tabel 4.6 Hasil Analisis Uji Koefisien Determinasi Profitability terhadap Income
Smoothing...........................................................................................161
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji T Profitability terhadap Income Smoothing..........163
Tabel 4.8 Data Financial Leverage (X2) dan Income Smoothing (Y) pada
Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia......................................................................164
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Koefisien Korelasi Sederhana Financial Leverage
terhadap Income Smoothing................................................................167

ix
Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Koefisien Determinasi Financial Leverage terhadap
Income Smoothing..............................................................................168
Tabel 4.11 Hasil Analisis Uji T Financial Leverage terhadap Income Smoothing
.............................................................................................................................170
Tabel 4.12 Data Profitability (X1), Financial Leverage (X2) dan Income Smoothing (Y)
pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.............................................................................172
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Profifability terhadap Income
Smoothing...........................................................................................177
Tabel 4.14 Hasil Analisis Analisis Koefisien Korelasi Profitability dan Financial
Leverage...........................................................................................179
Tabel 4.15 Hasil Analisis Analisis Koefisien Korelasi Berganda Profitability dan
Financial Leverage terhadap Income Smoothing...............................181
Tabel 4.16 Hasil Analisis Koefisien Determinasi Profitability dan Financial
Leverage terhadap Income Smoothing.............................................182
Tabel 4.17 Hasil Analisis Uji F Profitability dan Financial Leverage terhadap
Income Smoothing............................................................................184

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian.........................................................................74

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sampel Penelitian............................................................................202
Lampiran 2 Daftar Perusahaan yang Tidak Memenuhi Kriteria Sampling.........203
Lampiran 3 Perhitungan Indeks Eckel................................................................204
Lampiran 4 Perhitungan Indeks Eckel (Lanjutan)..............................................205
Lampiran 5 Perhitungan Indeks Eckel (Lanjutan) .............................................206
Lampiran 6 Perhitungan Indeks Eckel (Lanjutan)..............................................207
Lampiran 7 Perhitungan ROA............................................................................208
Lampiran 8 Perhitungan ROA (Lanjutan)...........................................................209
Lampiran 9 Perhitungan DER.............................................................................210
Lampiran 10 Perhitungan DER (Lanjutan).........................................................211
Lempiran 11 Surat Bimbingan ...........................................................................212
Lampiran 12 Tabel Distribusi T..........................................................................213
Lampiran 13 Tabel Distribusi F..........................................................................214

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kondisi perekonomian dan iklim investasi Indonesia sedang menghadapi

era baru dengan tantangan yang besar dan belum pernah dihadapi sebelumnya di

tengah pandemi Covid-19. Hal tersebut menyebabkan wajah baru bagi kondisi

perekonomian Indonesia dan iklim investasi Indonesia. Dalam hal ini, pasar

modal dinilai memiliki peran tersendiri dalam mendorong pemulihan ekonomi

nasional.

Pasar modal adalah sarana bertemunya perusahaan maupun institusi lain

(misalnya pemerintah) yang membutuhkan dana dari masyarakat untuk

pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, dengan

masyarakat yang hendak menginvestasikan dana mereka. Pasar modal mempunyai

peran penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal mendukung

pertumbuhan ekonomi dengan mengarahkan modal untuk diinvestasikan secara

efisien, menyediakan instrumen untuk meningkatkan nilai aset dari para investor,

dan meningkatkan stabilitas ekonomi secara umum dengan adanya diversifikasi

sumber-sumber pembiayaan.

Selain berperan dalam mendorong perekonomian suatu negara, pasar

modal juga berperan dalam peningkatan nilai perusahaan, yaitu melalui

partisipasinya dalam pendanaan perusahaan. Untuk mendapatkan pendanaan,

perusahaan atau institusi tersebut bisa dengan menerbitkan saham atau surat

1
2

utang, lalu masyarakat pemodal (investor) yang hendak mendanai perusahaan

maupun institusi tersebut, akan membeli instrumen itu di pasar modal.

Investasi di pasar modal memerlukan pertimbangan, perhitungan serta

analisis secara cermat dan mendalam sehingga hasil analisis tersebut dapat

membantu investor menentukan pilihan saham yang akan dibeli (Syarifudin &

Fitria, 2013). Karena setiap investor tentu menginginkan tingkat keuntungan

sebesar mungkin dan menginginkan risiko yang serendah mungkin dalam

berinvestasi. Artinya investor tidak hanya mempertimbangkan faktor return yang

bisa dihasilkan perusahaan namun juga mempertimbangkan tingkat risiko yang

harus ditanggung dalam berinvestasi. Untuk itu, maka perlu dilakukannya sebuah

analisis yang mendalam sebelum memutuskan untuk berinvestasi di suatu

perusahaan. Analisis tersebut sangat penting karena belum tentu semua yang

diinvestasikan oleh investor di pasar modal akan menghasilkan tingkat

pengembalian yang diharapkan. Salah satunya yaitu dengan melakukan analisis

terhadap laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan sarana dalam mengkomunikasikan

informasi keuangan, baik kepada pihak internal perusahaan seperti manajemen

dan karyawan, maupun pihak eksternal perusahaan seperti investor, kreditur dan

pemerintah. Bestivano (2013) menyatakan bahwa salah satu parameter dari

laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen

perusahaan adalah laba. Pengukuran laba penting dalam menentukan prestasi

perusahaan, sebagai informasi dalam pembagian laba serta penentuan kebijakan


3

investasi. Oleh karena itu, laba menjadi sorotan banyak kalangan, seperti akuntan,

pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, atau ekonom.

Informasi laba bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu

mengestimasi kemampuan laba dalam jangka panjang, dan memperkirakan risiko-

risiko investasi (Pramono, 2013). Manajemen perusahaan menyadari, bahwa

informasi laba sangat penting dalam menentukan kebijakan penyusunan laporan

keuangan untuk mencapai tujuan tertentu dengan pilihan kebijakan akuntansi yang

disebut dengan manajemen laba (Djaddang, 2010). Manajer melakukan

manajemen laba guna mengatasi masalah yang mungkin timbul antara pihak

manajemen dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan.

Manajemen laba merupakan salah satu teknik rekayasa laba. Terdapat

empat alasan yang membuat manajer melakukan rekayasa laba yaitu memenuhi

target internal, memenuhi harapan pihak eksternal, memberikan perataan laba atau

biasa disebut dengan income smoothing, agar memberikan laporan keuangan

seperti terlihat baik (window dressing) untuk kepentingan penawaran saham

perdana publik atau pinjaman (Stice et al., 2007). Manajemen diyakini sering

termotivasi untuk merekayasa laba demi kepentingan perusahaan.

Manajemen laba bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di antaranya

taking a bath, income maximization, income minimization dan income smoothing.

Namun yang paling menarik untuk diteliti lebih dalam adalah income smoothing

atau tindakan perataan laba. Karena pola tindakan ini paling sering dilakukan

untuk mengantisipasi kondisi yang akan dihadapi perusahaan dengan cara

meratakan laba yang dilaporkan, sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba karena
4

investor lebih menyukai laba yang relatif stabil (Rahmawati, 2012). Faktor-faktor

yang mempengaruhi perataan laba diantaranya adalah ukuran perusahaan,

profitabilitas, financial leverage, dan dividend payout ratio (Fiscal dan Steviany,

2015). Namun, penelitian ini lebih memfokuskan pada profitability dan financial

leverage.

Secara umum, profitability atau yang disebut rasio profitabilitas

merupakan rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Pradnyandari dan Putra

Astika (2019) profitabilitas sebagai sarana untuk menarik investor dalam

berinvestasi sehingga manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan

profitabilitas perusahaan. Sementara itu, definisi financial leverage menurut Atik

dalam Robert (2017:27) adalah sebagai berikut:

Leverage keuangan didefinisikan sebagai proporsi asset yang diakuisisi


dengan dana pemilik. Rasio leverage keuangan mengukur satuan hal
terkait dengan leverage keuangan, tetapi dengan konsep yang berbeda.
Rasio ini menjelaskan kaitan antara pengembalian atas ekuitas dengan
pengembalian atas asset.

Dimana semakin tinggi tingkat utang suatu perusahaan maka

kemungkinan perusahaan melakukan tindakan perataan laba semakin tinggi.

Karena tindakan manajemen dalam melakukan perataan laba (income smoothing)

dipengaruhi oleh besarnya tingkat utang perusahaan (leverage) (Pande dan

Suryanawa 2017).

Di Negara Indonesia sendiri, kasus praktik perataan laba atau income

smoothing masih banyak ditemui diberbagai perusahaan-perusahaan terbuka.

Salah satunya yaitu PT Kimia Farma yang kini menjadi anak usaha PT Bio
5

Farma (Persero), mencatatkan saham perdana untuk publik (IPO) pada 4 Juli

2001, atau 20 tahun silam. Namun pada laporan keuangan audit 31 Desember

2001, manajemen emiten farmasi pelat merah ini melaporkan perolehan laba

bersih sebesar Rp. 132 miliar yang diaudit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa

(HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam, kini OJK) menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan

mengandung unsur rekayasa. Alhasil diputuskan untuk melaksanakan audit ulang

pada 3 Oktober 2002 terhadap laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan

kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar.

Dalam laporan keuangan yang baru, ternyata laba perusahaan hanya

Rp 99,56 miliar, lebih rendah Rp 32,6 miliar atau berkurang 24,7% dari laba awal

yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit industri bahan baku yaitu

kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit logistik

sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit

pedagang besar farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar

dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Saat itu, tak banyak media online yang menyorot kasus ini lantaran

belum banyak berkembang media massa online di era itu. Salah satu media yang

mengulas ini yakni Grup Tempo, ketika itu (4/1/2003) grup media ini melaporkan

berdasarkan pernyataan Robinson Simbolon, Kepala Biro Hukum Bapepam,

bahwa kasus kesalahan pencatatan laporan keuangan KAEF tahun 2001 dapat

dikategorikan sebagai tindak pidana karena merupakan rekayasa keuangan dan


6

menyesatkan publik. (https://www.cnbcindonesia.com/market/20210726191301-

17-263827/deretan-skandal-lapkeu-di-pasar-saham-ri-indofarma-hanson)

Kasus lain yang pernah terjadi yaitu polemik laporan keuangan Garuda

Indonesia yang bermula pada 24 April 2019 atau saat RUPS. Salah satu

agendanya mengesahkan laporan keuangan tahunan 2018. Namun dalam RUPS

tersebut terjadi kisruh karena dua komisaris menyatakan tak mau menandatangani

laporan keuangan tersebut. Diketahui dalam laporan keuangan 2018, Garuda

mencatat laba bersih yang salah satunya ditopang oleh kerja sama antara Garuda

dan PT Mahata Aero Terknologi. Kerja sama itu nilainya mencapai US$ 239,94

juta atau sekitar Rp 3,48 triliun.

Dana tersebut sejatinya masih bersifat piutang dengan kontrak berlaku

untuk 15 tahun ke depan, namun sudah dibukukan di tahun pertama dan diakui

sebagai pendapatan dan masuk ke dalam pendapatan lain-lain. Alhasil, perusahaan

yang sebelumnya merugi kemudian mencetak laba. Kejanggalan ini terendus oleh

dua komisaris Garuda Indonesia, yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria yang

enggan menandatangani laporan keuangan 2018.

Kisruh berlanjut hingga Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK)

Kementerian Keuangan ikut mengaudit permasalahan tersebut. Bursa Efek

Indonesia (BEI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga BPK juga ikut melakukan

audit. PPPK dan OJK pun akhirnya memutuskan bahwa ada yang salah dalam

sajian laporan keuangan GIAA 2018. Perusahaan diminta untuk menyajikan ulang

laporan keuangannya dan perusahaan kena denda Rp 100 juta berikut dengan

direksi dan komisaris yang menandatangani laporan keuangan tersebut.


7

Setelah dilakukan penyesuaian pencatatan maskapai penerbangan

nasional ini akhirnya mencatatkan kerugian US$ 175 juta atau setara Rp 2,53

triliun. Ada selisih US$ 180 juta dari yang disampaikan dalam laporan keuangan

perseroan tahun buku 2018. Pada 2018 perseroan melaporkan untung US$ 5 juta

atau setara Rp 72,5 miliar.

(https://www.cnbcindonesia.com/market/20210726191301-17-263827/deretan-

skandal-lapkeu-di-pasar-saham-ri-indofarma-hanson)

Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah diuraikan di atas, maka

dapat kita simpulkan bahwa praktik perataan laba di Indonesia memang bukanlah

suatu hal baru. Sampai saat ini, sudah banyak ditemukan berbagai fenomena

earning management yang telah terjadi di perusahaan-perusahaan. Tindakan

tersebut dilakukan agar laporan keuangan terlihat baik dalam pandangan para

stakeholder.

Perusahaan-perusahaan terbuka yang memiliki profitabilitas tinggi,

solvabilitas baik, dan pertumbuhan laba stabil dengan likuiditas transaksi yang

baik terdapat pada indeks IDX Quality 30 (IDXQ30). IDXQ30 merupakan indeks

yang terdiri dari 30 perusahaan yang diseleksi dengan melihat variabel kualitas

fundamental seperti rasio return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), dan

earning variability. Penelitian ini tidak mengikutsertakan perbankan dengan

pertimbangan perbankan memiliki karakteristik khusus menghimpun dana

masyarakat menjadi dana pihak ketiga sehingga memiliki utang besar.

Penelitian yang dilakukan oleh Aemanah, Y dan Isynuwardhana D

(2019) menunjukan hasil bahwa hanya profitabilitas yang berpengaruh secara


8

positif terhadap perataan laba. Sedangkan ukuran perusahaan dan leverage tidak

berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan sektor properti dan real

etate tahun 2012-2017. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Nugraha P, dan Dillak J (2018) yang menunjukan hasil bahwa profitabilitas

secara parsial memiliki pengaruh positif terhadap perataan laba. Sementara

leverage dan ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap

perataan laba. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Santoso dan Salim (2012). Berdasarkan penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa variabel profitabilitas dan kelompok usaha tidak berpengaruh

terhadap tindakan perataan laba. Sementara variabel financial leverage dan

dividen berpengaruh negatif terhadap tindakan perataan laba dan variabel ukuran

perusahaan dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap tindakan

perataan laba.

Sementara itu hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Fiscal dan

Steviany (2015) menunjukan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini,

variabel profitabilitas, ukuran perusahaan dan financial leverage berpengaruh

positif terhadap praktik perataan laba. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Tria et. al. (2018) yang menunjukan bahwa variabel profitabilitas,

ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap praktik

perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan non-bank yang

termasuk ke dalam indeks IDX Quality 30. Dimana indeks ini merupakan indeks

yang terdiri dari 30 perusahaan yang diseleksi dengan melihat variabel kualitas
9

fundamental seperti rasio Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER),

dan earning variability. Penelitian ini tidak mengikutsertakan perbankan dengan

pertimbangan perbankan memiliki karakteristik khusus menghimpun dana

masyarakat menjadi dana pihak ketiga sehingga memiliki utang yang besar.

Berikut disajikan daftar perusahaan-perusahaan non-bank anggota indeks

IDX Quality 30 yang terindikasi melakukan praktik perataan laba selama tahun

2018-2020, dalam tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1
Daftar Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30
yang Terindikasi Melakukan Praktik Perataan Laba
Berdasarkan Hasil Penghitungan Indeks Eckel
Hasil Perhitungan
No. Kode Emiten Indeks Keterangan
CV ∆I CV ∆S
Eckel
1 ACES -15.2 2.19 -6.94 Perata Laba
2 CLEO -2.24 1.69 1.33 Non Perata Laba
3 CPIN 3.33 -3.62 -0.92 Perata Laba
4 DMAS 2.32 2.40 0.97 Perata Laba
5 GGRM -88.12 0.55 -160.52 Perata Laba
6 HMSP -2.41 -4.83 0.50 Perata Laba
7 HOKI -16.89 -33.74 0.50 Perata Laba
8 ICBP 0.54 0.21 2.51 Non Perata Laba
9 INTP -39.36 -17.6 2.24 Non Perata Laba
10 KLBF 1.10 0.56 1.97 Non Perata Laba
11 LINK -7.90 0.76 -10.35 Perata Laba
12 MIKA 1.47 0.52 2.84 Non Perata Laba
13 MNCN 6.1 2.18 2.79 Non Perata Laba
14 MYOR 0.80 1.57 0.51 Perata Laba
15 PTBA -1.61 -4.60 0.35 Perata Laba
16 PWON -5.26 -4.00 1.32 Non Perata Laba
17 SCMA -5.73 2.89 -1.98 Perata Laba
18 SIDO 0.07 0.23 0.30 Perata Laba
19 SMSM -16.47 -18.31 0.90 Perata Laba
20 TLKM -3.93 0.71 -5.50 Perata Laba
21 UNTR -6.87 -15.74 0.44 Perata Laba
Sumber: Data diolah, 2022
10

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat kita lihat bahwa berdasarkan

perhitungan indeks eckel pada perusahaan-perusahaan non-bank anggota Indeks

IDX Quality 30, sebanyak 15 dari total 22 perusahaan mempunyai nilai indeks

eckel sebesar kurang dari 1 atau mendekati 1. Hal ini menunjukan bahwa

perusahaan-perusahaan tersebut terindikasi melakukan praktik perataan laba.

Sementara itu, sebanyak 7 perusahaan lainnya mempunyai nilai indeks eckel lebih

dari 1. Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut di atas

tidak terindikasi melakukan tindakan perataan laba. Artinya dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan non-bank anggota indeks IDX

Quality 30 melakukan praktik perataan laba. Dengan adanya indikasi praktik

perataan laba pada perusahaan-perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality

30, maka upaya yang harus dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan

memperhatikan rasio keuangannya, dalam hal ini yaitu rasio profitability dan

financial leverage. Dengan upaya tersebut, perusahaan diharapkan akan lebih

memahami kondisi keuangannya. Sehingga perusahaan dapat membuat

perencanaan kebijakan untuk ke depannya dengan tepat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah tema penelitian

dengan judul “Pengaruh Profitability dan Financial Leverage Terhadap Income

Smoothing Studi Pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30

Tahun 2018-2020”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah


11

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat masalah-masalah

yang berkaitan dengan penelitian ini. Masalah tersebut diidentifikasikan sebagai

berikut:

1. Hasil perhitungan indeks eckel yang menunjukan masih banyaknya

perusahaan-perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terindikasi melakukan praktik

perataan laba.

2. Maraknya fenomena perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan terbuka di Indonesia.

3. Terdapat inkonsistensi antara hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai

pengaruh profitability dan financial leverage terhadap income smoothing.

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh profitability terhadap income smoothing pada

perusahaan-perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Bagaimanakah pengaruh financial leverage terhadap income smoothing pada

perusahaan-perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

3. Bagaimanakah pengaruh profitability dan financial leverage terhadap income

smoothing pada perusahaan-perusahaan non-bank anggota Indeks Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?


12

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Pengaruh profitability terhadap income smoothing pada perusahaan-

perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

2. Pengaruh financial leverage terhadap income smoothing pada perusahaan-

perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

3. Pengaruh profitability dan financial leverage terhadap income smoothing

pada perusahaan-perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu ekonomi akuntansi khususnya mengenai topik-topik yang

berkaitan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu mengenai

pengaruh profitability dan financial leverage terhadap income smoothing pada

suatu perusahaan. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

referensi juga sebagai pemicu penelitian yang lebih baik lagi dimasa mendatang.

1.4.2. Manfaat praktis

Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat untuk

berbagai pihak, diantaranya:


13

1. Bagi manajemen perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan

manajemen dalam menentukan strategi dalam proses pengambilan keputusan

serta dalam menentukan kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja

perusahaan dalam menghasilkan laba dan penggunaan utang perusahaan, pada

perusahaan-perusahaan anggota Indeks IDX Quality 30 Non-Bank.

2. Bagi investor dan calon investor

Penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dan calon investor dalam

membuat keputusan investasi.

3. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi dan acuan bagi rekan

rekan mahasiswa yang ingin melaksanakan penelitian dengan variabel yang

sama atau penelitian lainnya untuk mengkaji variabel tersebut secara lebih

mendalam.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

menerapkan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan khususnya yang

berkaitan dengan tema dari penelitian ini.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1. Teori Ilmu Akuntansi

2.1.1.1. Definisi Akuntansi

Secara umum akuntansi adalah suatu proses mencatat, meringkas,

mengklasifikasikan, mengolah, dan menyajikan data transaksi serta berbagai

aktivitas yang berhubungan dengan keuangan, dengan tujuan menyediakan

informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berhak dan berkepentingan.

Hantono dan Namira (2018:2) dalam bukunya mendefinisikan

pengertian akuntansi sebagai berikut:

Akuntansi adalah suatu seni (dikatakan seni karena perlu kerapian,


ketelitian, kebersihan) pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan
pelaporan dengan cara yang baik dalam unit moneter atas transaksi-
transaksi keuangan dan kejadian-kejadian lain sehubungan dengan
keuangan perusahaan dan menafsirkan hasil-hasil pencatatan tersebut.

Sementara Kartikahadi, et. al. (2016:3) mengutip Accounting Principles

Board (APB) dan American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)

mendefinisikan pengertian akuntansi sebagai berikut:

Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa, yang fungsinya terutama untuk


memberikan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan, dari suatu
entitas ekonomi dengan maksud berguna untuk pengambilan keputusan
ekonomi dalam memilih secara bijak diantara alternatif tindakan.

Sedangkan Kieso, et. al. (2016:2) mendefinisikan akuntansi sebagai

berikut:

Accounting consists of the three basic activities-it identifies, records,


and communicates the economic events of an organization to interest
users. A company identifies the economic events relevant to its business

14
15

and then records those events in order to provide a history of financial


activities. Recording consists of keeping a systematic, chronological
diary of events, measured in dollar and cents. Finally, communicates
the collected information to interest user by means accounting reports
are financial statement.

Definisi di atas menjelaskan bahwa akuntansi terdiri dari tiga kegiatan

yang mendasar yaitu identifikasi, pencatatan dan pengkomunikasian peristiwa

ekonomi suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan. Perusahaan

mengidentifikasi peristiwa ekonomi sesuai dengan kegiatan usahanya dan

mencatat peristiwa tersebut untuk menyediakan catatan kegiatan keuangan.

Pencatatan dilakukan secara sistematis, kronologis setiap peristiwa, dalam satu

mata uang. Akhirnya pada pengkomunikasian kumpulan informasi tersebut

kepada pihak yang berkepentingan dalam bentuk laporan akuntansi atau yang

dikenal dengan laporan keuangan.

Sementara menurut Martani, et. al. (2012:4) pengertian akuntansi

adalah:

Akuntansi adalah bahasa bisnis (business languge), akuntansi


menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas
dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada tanggal
tertentu. Informasi akuntansi tersebut digunakan oleh para pemakai agar
dapat membantu dalam membuat prediksi kinerja di masa mendatang.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli tersebut, dapat tarik

kesimpulan bahwa akuntansi adalah suatu proses panjang yang dimulai dari

kegiatan pengidentifikasian, pencatatan, pengklasifikasian peristiwa ekonomi

hingga menghasilkan laporan keuangan yang diperuntukan bagi para pihak yang

berkepentingan guna membantu dalam proses pengambilan keputusan.


16

2.1.1.2. Tujuan Akuntansi

Taswan (2015:7) menyatakan bahwa: “Tujuan pokok akuntansi tidak

lain adalah tujuan umum laporan keuangan yaitu memberikan informasi yang

bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi para pemakainya”. Untuk

menyampaikan informasi tersebut tentunya dibutuhkan alat atau media. Dalam

hal ini yaitu laporan keuangan. Secara khusus laporan keuangan harus mencapai

tujuannya yaitu memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya,

mengenai posisi aktiva, prospek arus kas, kondisi keuangan, prestasi dan potensi

perusahaan untuk menghasilkan laba.

Menurut A Statement Of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dalam

Harahap (2014:122) merumuskan empat tujuan akuntansi sebagai berikut:

1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan


terbatas untuk menetapkan tujuan.
2. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia
dan faktor produksi lainnya.
3. Memelihara dan melaporkan pengumuman terhadap kekayaan.
4. Membantu fungsi dan pengawasan sosial.

Sementara itu, Nurhalim Imran (2019) dalam Mulyadi (2011:25)

mengemukakan beberapa tujuan akuntansi, di antaranya sebagai berikut:

a. Menyajikan informasi dan fungsi laporan keuangan untuk kegiatan


usaha dalam bentuk jenis-jenis laporan keuangan.
b. Melengkapi informasi yang dihasilkan oleh sistem yang ada seperti
mutu, kecepatan penyajian, atau struktur organisasi yang
diterapkan pada suatu perusahaan.
c. Sebagai perbaikan dan pengendalian akuntansi, system akuntansi
bisa mengecek internal untuk memperbaiki informasi akuntansi dan
memberikan catatan lengkap tentang pertanggungjawaban dan
perlindungan terhadap asset perusahaan.
17

Adapun tujuan akuntansi menurut Prinsip Akuntansi Indonesia dalam

Harahap (2015:124) adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya


mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi
kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha
dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perusahaan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan seperti informasi
mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan
akuntansi yang dimuat perusahaan.

Dari beberapa penjelasan mengenai tujuan akuntansi menurut para ahli

tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan akuntansi adalah untuk

menyajikan informasi ekonomi suatu entitas melalui laporan keuangan guna

memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan di bidangnya. Baik itu yang

berada di dalam perusahaan itu sendiri ataupun di luar perusahaan. Dalam kata

lain, baik itu pihak internal maupun eksternal perusahaan.

2.1.1.3. Fungsi Akuntansi

Secara umum, fungsi akuntansi adalah sebagai media informasi

keuangan suatu organisasi. Karena melalui laporan keuangan dapat diketahui

kualitas suatu entitas. Menurut Martani, et. al. dalam Nurhidayah (2017:13)

bahwa: “Fungsi akuntansi yaitu menghasilkan informasi yang menjelaskan

informasi kinerja keuangan entitas dalam satu periode tertentu dan kondisi

keuangan entitas pada tanggal tertentu”.


18

Akuntansi memberikan informasi data kuantitatif dengan satuan ukuran

uang. Informasi mengenai tata keuangan sangat dibutuhkan oleh pihak yang

akan membuat keputusan dalam melakukan aktivitas ekonomi selanjutnya baik

bagi pihak perusahaan maupun pihak di luar perusahaan.

Menurut Warren (2014:6) dalam Maulana (2020:5) menyatakan bahwa:

Akuntansi menghasilkan informasi yang digunakan manajer untuk


menjalankan operasi perusahaan dan juga memberikan informasi pada
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja ekonomi
dan kondisi perusahaan.

Selanjutnya menurut Suhayati dan Anggadini (2009:3) dalam Maulana

(2020:4) fungsi akuntansi adalah sebagai berikut:

1. Menghitung laba yang dicapai oleh perusahaan kemudian menilai


apakah pimpinan perusahaan telah melaksanakan tugas dan
kewajiban yang dibebankan oleh para pemilik sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
2. Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan
kewajiban perusahaan khususnya dari segi keuangan.

Berdasarkan uraian mengenai fungsi akuntansi di atas, dapat

disimpulkan bahwa fungsi akuntansi adalah sebagai media informasi keuangan

suatu entitas untuk mengetahui kinerja ekonomi dan kondisi perusahaan.

2.1.1.4 Pemakai Informasi Akuntansi

Hasil akhir dari sebuah proses akuntansi keuangan adalah laporan

keuangan pokok yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Berdasarkan dua

laporan keuangan tersebut selanjutnya dapat dibuat laporan arus kas, laporan

perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Semua laporan keuangan

tersebut dibuat dengan sekali proses dan hasilnya dapat digunakan untuk

berbagai kepentingan.
19

Pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pemakai laporan keuangan

meliputi pihak dalam dan pihak luar perusahaan. Menurut Sarmyn (2017:11)

bahwa:

1. Pihak internal
Manajemen Perusahaan
Manajemen merupakan pihak yang bertanggungjawab penuh atas
berlangsungnya aktivitas perusahaan. Laporan keuangan diperlukan
untuk mengukur kinerja manajemen dalam satu periode waktu
tertentu, misalnya setahun.
2. Pihak Eksternal
1) Pemegang saham atau pemilik. Pemilik berkepentingan untuk
mengetahui ekuitas mereka dalam perusahaan, atau estimasi
perolehan bagian keuntungan yang akan diterima dalam bentuk
dividen atas tiap lembar saham yang dimilikinya.
2) Pemerintah. Pemerintah juga berkepentingan terhadap laporan
keuangan. Misalnya Direktorat Jenderal Pajak berkepentingan
untuk menentukan pajak terutang. Akumulasi informasi dari
laporan keuangan perusahaan oleh pemerintah dapat digunakan
sebagai salah satu alat untuk mengukur dan meramal serta
merencanakan perekonomian nasional, serta potensi perolehan
dana untuk pelayanan publik.
3) Investor. Investor bisa berupa penyandang dana untuk
membiayai proyek tertentu. Investor juga bisa berupa pemilik
saham yang membeli saham melalui mekanisme perdagangan
surat berharga di pasar modal.
4) Kreditor. Serupa dengan investor, kreditor merupakan
penyandang dana perusahaan, tetapi didasari perjanjian utang-
piutang. Kreditor berkepentingan dengan laporan keuangan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar
bunga dan melunasi pokok pinjaman.
5) Individu pegawai dan serikat pekerja. Sebagai salah satu pihak
yang keberadaannya berkaitan dengan kelangsungan hidup
perusahaan, kelompok ini memerlukan laporan keuangan untuk
menilai keberhasilan mereka bekerja bersama-sama untuk
membentuk kinerja perusahaan secara keseluruhan. Informasi
keuangan dapat digunakan untuk mengetahui kewajaran hak-hak
yang diperolehnya dari perusahaan tempat mereka bekerja.
6) Asosiasi usaha. Kelompok ini berkepentingan terhadap
informasi akuntansi dari organisasi bisnis sejenis yang menjadi
anggotanya untuk menilai kinerja rata-rata anggota asosiasi, atau
untuk menentukan standar kinerja dalam lingkungan bisnis yang
sejenis.
20

7) Masyarakat luas. Masyarakat luas berkepentingan terhadap


laporan keuangan untuk mengetahui hak-hak masyarakat
terhadap keberadaan perusahaan besar biasanya memiliki
departemen pengembangan masyarakat (community
development) untuk melayani kepentingan sosial
kemasyarakatan berkaitan dengan dampak keberadaan
perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya.

Sementara itu, pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi

menurut Rudianto (2012:5-6) adalah sebagai berikut:

1. Kreditur, yaitu orang yang memberikan pinjaman dana kepada


perusahaan untuk berbagai keperluan usaha. Sebagai pihak yang
memberikan pinjaman dana kepada perusahaan, kreditur
membutuhkan informasi untuk menjamin bahwa uang yang
dipinjamkannya akan dibayar beserta bunganya.
2. Pemerintah, yaitu lembaga yang memiliki kewenangan untuk
membuat peraturan usaha dan hal-hal yang terkait dengannya.
3. Calon investor, yaitu orang-orang atau lembaga yang akan
menanamkan uangnya dalam suatu perusahaan di msa mendatang.
Calon investor membutuhkan informasi untuk menganalisis kondisi
keuangan perusahaan.
4. Pemasok (supplier), yaitu orang atau perusahaan yang menjual
berbagai barang kepada perusahaan, mulai dari peralatan kantor,
mesin, kendaraan, hingga bahan baku usaha.
5. Pemilik atau pemegang saham, yaitu orang atau lembaga yang telah
menanamkan uang atau kekayaannya kepada perusahaan. Sebagai
pihak yang telah menanamkan uangnya dalam perusahaan, pemilik
perusahaan harus memperoleh imbalan atas kekayaan yang telah
ditanamkannya.
6. Manajer produksi, yaitu orang yang bertanggungjawab terhadap
keseluruhan proses menghasilkan produk dalam suatu perusahaan.
7. Manajer pemasaran, yaitu orang yang bertanggungjawab terhadap
keseluruhan proses pemasaran produk perusahaan, mulai dari
promosi, distribusi dan lain-lain.
8. Berbagai pihak internal perusahaan lainnya yang memerlukan data
dan informasi keuangan lain yang harus disediakan oleh akuntansi.

Sedangkan Hartono dan Rahmi (2018:6) mengklasifikasikan pemakai

informasi akuntansi menjadi 2, yaitu sebagai berikut:

1. Pihak Internal
a. Pemilik Perusahaan
21

Dengan informasi akuntansi, pemilik perusahaan dapat menilai


prestasi (hasil) kerja manajernya, mengambil keputusan untuk
mengangkatnya ke level yang lebih tinggi atau sebaliknya dan
juga untuk pertimbangan apakah perusahaan menguntungkan
atau tidak.
b. Manajer Perusahaan
Manajer perusahaan sangat membutuhkan informasi akuntansi
untuk tujuan perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian
dalam operasi perusahaan.
2. Pihak Eksternal
a. Penanam Modal (investor)
Melalui informasi akuntansi, para investor dapat mengetahui
keadaan suatu perusahaan, tingkat risiko dan hasil pengembalian
setiap investasi, sehingga mereka dapat memutuskan apakah
mereka harus mmembeli, menahan atau menjual Kembali
investasinya. Bagi calon investor, informasi akuntansi dapat
digunakan untuk mengetahui kemajuan suatu perusahaan
sehingga ia dapat memutuskan untuk menanamkan investasinya
atau tidak.
b. Pemberi Pinjaman
Para kreditur perlu mengetahui kemampuan perusahaan
membayar utangnya agar dapat menjamin kredit yang
dipinjamkan.
c. Pemasok / Pengirim Barang (supplier)
Pemasok berkepentingan untuk mengevaluasi hubungan usaha
dimasa mendatang dengan perusahaan.
d. Pemerintah
Pemerintah memerlukan informasi akuntansi sebagai dasar
dalam menentukan besar-kecilnya pajak.
e. Masyarakat
Masyarakat berkepentingan terhadap informasi akuntansi karena
akan berkaitan dengan aspek sosial perusahaan sebagai lembaga
ekonomi.
f. Karyawan
Karyawan memerlukan informasi akuntansi untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemakai

laporan keuangan itu terdiri dari pihak internal dan eksternal. Pihak internal

perusahan itu sendiri meliputi pemilik atau pemegang saham, manajer produksi,

manajer pemasaran serta berbagai pihak internal lainnya. Sementara pihak


22

eksternal terdiri dari kreditur, calon investor, pemerintah pemasok, masyarakat

serta karyawan.

2.1.1.5 Bidang Akuntansi

Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang menyediakan informasi

keuangan perusahaan. Menurut Rudianto (2012:9) akuntansi dibagi menjadi

beberapa bidang, yaitu:

1. Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah bidang akuntansi yang bertugas
menjalankan keseluruhan proses akuntansi sehingga dapat
menghasilkan informasi keuangan bagi pihak perusahaan.
2. Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah bidang akuntansi yang berfungsi
menyediakan data dan informasi untuk pengambilan keputusan
manajemen menyangkut operasi harian dan perencanaan operasi
masa mendatang.
3. Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah bidang akuntansi yang fungsi utamanya
sebagai aktivitas dan proses pengendalian biaya selama proses
produksi yang dilakukan.
4. Akuntansi Pajak
Akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang fungsi utamanya
mempersiapkan data tentang segala sesuatu yang terkait dengan
kewajiban dan hak perpajakan atas setiap ttransaksi yang dilakukan
perusahaan.
5. Auditing
Auditing adalah bidang akuntansi yang fungsi utamanya melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan yang dibuat oleh perusahan. Jika
pemeriksaan dilakukan oleh staf perusahaan, maka disebut internal
auditor. Jika pemeriksaan laporan keuangan dilakukan oleh pihak
luar perusahaan, maka disebut auditor independen atau akuntan
publik.
6. Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran adalah bidnag akuntansi yang berfokus pada
pembuatan rencana kerja perusahaan di masa mendatang, dengan
menggunakan data aktual masa lalu.
7. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik adalah bidang akuntansi yang berfokus pada
pencatatan dan pelaporan transaksi organisasi pemerintah dan
organisasi nirlaba lainnya.
23

8. Akuntansi Internasional
Akuntansi internsional adalah bidang akuntansi yang berfokus pada
persoalan-persoalan akuntansi yang terkait dengan transaksi
internasional (transaksi lintas negara) yang dilakukan oleh
perusahaan multinasional.
9. Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi adalah bidang akuntansi yang berfokus
pada aktivitas mendesain dan mengimplementasikan prosedur serta
pengamanan data keuangan perusahaan.
10. Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keprilakuan adalah bidang akuntansi yang mempelajari
efek dari prilaku manusia sehingga bisa mempengaruhi data-data
akuntansi serta mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

Sementara menurut Apip dan Akbar (2014:4) bidang-bidang akuntansi

terdiri dari:

1. Akuntansi Publik
a. Pemeriksaan Laporan Keuangan (Auditing), adalah bidang
pekerjaan profesi akuntansi paling utama yang diberikan kepada
public (umum). Pemeriksaan laporan keuangan adalah
pemeriksaan secara independent untuk menilai kewajaran laporan
keuangan yang disusun manajemen bagi investor, kreditur dan
pihak lainnya.
b. Akuntansi Perpajakan, adalah jasa akuntan publik yang banyak
dibutuhkan. Tujuan yang ingin dicapai dengan pemberian jasa ini
adalah (1) untuk memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku,
dan (2) untuk menekankan pajak seminimum mungkin.
c. Konsultasi Manajemen, adalah pemberian jasa meliputi aspek
yang luas. Biasanya jasa ini diberikan bersamaan dengan
pemeriksaan akuntansi. Sebagai pemeriksa, akuntan biasanya
mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai operasi
perusahaan yang diperiksanya.
2. Akuntansi Intern
a. Akuntansi Biaya, menganalisis biaya perusahaan untuk membantu
manajemen dalam pengawasan biaya. Biasanya akuntansi biaya
ditekankan pada biaya produksi, tetapi akhir-akhir ini penekanan
atas biaya pemasaran juga semakin meningkat. Selain untuk
pengawasan, akuntansi yang baik akan membantu manajemen
dalam penetapan harga jual produknya sehingga diperoleh laba
yang lebih besar.
b. Akuntansi Keuangan, adalah akuntansi yang bertujuan utama
menghasilkan laporan keuangan untuk kepentingan pihak luar.
24

Pihak luar adalah pihak-pihak luar manajemen perusahaan seperti


investor, kreditur, badan pemerintah dan pihak luar lainnya.
c. Akuntansi Manajemen, adalah akuntansi yang bertujuan utama
menghasilkan informasi untuk kepentingan manajemen. Jenis
informasi yang diperlukan pihak luar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi itu

terdiri dari akuntansi publik yang di dalamnya terbagi lagi menjadi auditing,

akuntansi perpajakan dan konsultasi manajemen. Selain itu ada juga akuntansi

intern yang terdiri dari akuntansi biaya, akuntansi keuangan dan akuntansi

manajemen.

2.1.2 Akuntansi Keuangan

2.1.2.1 Definisi Akuntansi Keuangan

Semua bidang akuntansi berhubungan dengan informasi keuangan dan

akuntansi menggunakan satuan uang sebagai alat ukur dan hitung. Namun

pengertian akuntansi keuangan (financial accounting) secara khusus diartikan

sebagai akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan suatu

entitas, yang berguna bagi para pemangku kepentingan sebagai penerima dan

pengguna laporan keuangan untuk :

a. Pengambilan keputusan ekonomi, khususnya tentang investasi atau

pinjaman.

b. Pemahaman tentang posisi atau keadaan keuangan suatu unit usaha, susunan

aset yaitu sumberdaya ekonomi yang dimiliki, sumber pembelanjaan yaitu

komposisi liabilitas san ekuitas yang mendanai aset tersebut.

c. Pemahaman tentang kinerja dan arus kas.


25

Akuntansi keuangan sangat penting, terutama bagi suatu perseroan

terbatas. Dimana terjadi pemisahan (segregation) antara pemilik modal dengan

manajemen. Terlebih lagi entitas yang menyangkut kepentingan publik, antara

lain seperti perusahaan yang menjual saham atau menerbitkan obligasi dibursa

efek, badan usaha milik negara, perusahaan yang memperoleh pinjaman dari

bank, bank, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan lain- lain. Pemangku

kepentingan dari entitas yang menyangkut kepentingan publik tersebut sangat

beragam diantaranya pemegang saham dan calon pemegang saham, kreditur dan

calon kreditur, serikat pekerja, pensiunan, rekanan, badan otoritas pasar modal,

badan pemerintah, manajemen entitas yang bersangkutan, dan sebagainya.

Menurut Apip dan Akbar (2014:6) bahwa definisi akuntansi keuangan

adalah sebagai berikut :

Akuntansi yang bertujuan utama untuk menghasikan laporan keuangan


untuk kepentingan pihak luar. Pihak luar adalah pihak-pihak diluar
manajemen perusahaan, seperti investor, kreditur, badan pemerintah,
dan pihak luar lainnya.

Sementara Ikrima (2019:15) menyatakan bahwa definisi akuntansi

keuangan adalah:

Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan


dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang
saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai
dalam akuntansi keuangan adalah persamaan akuntansi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi

keuangan merupakan segala aktivitas ekonomi yang bertujuan untuk

menghasilkan laporan keuangan yang berguna bagi para pihak eksternal

perusahaan.
26

2.1.2.2 Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu media yang merepresentasikan

kinerja dan kondisi keuangan suatu entitas. Menurut Kartikahadi et. al.

(2016:126) bahwa “laporan keuangan dapat dikatakan sebagai suatu penyajian

yang terstruktur tentang posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Sementara itu Kasmir (2019:66) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah

“laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau

dalam suatu periode tertentu”. Sementara menurut Hartono dan Rahmi (2018:20)

definisi laporan keuangan adalah:

Laporan keuangan merupakan catatan tentang informasi keuangan


perusahaan pada suatu periode akuntansi yang menggambarkan kondisi
atau kinerja perusahaan tersebut atau dengan kata lain laporan keuangan
merupakan hasil akhir dari proses pencatatan dan perhitungan yang
berisi ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan selama periode
tertentu.

Berdasarkan penjelasan terkait definisi laporan keuangan menurut para

ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu

catatan informasi keuangan suatu perusahaan yang menunjukan kinerja serta

kondisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu.

2.1.2.3 Tujuan Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk

menyampaikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan pada suatu saat

tertentu kepada para pemangku kepentingan. Menurut Kartikahadi et. al.

(2016:126) bahwa:

Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai


posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi Sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam
27

membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga merupakan


wujud pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka dalam mengelola suatu entitas.

Sedangkan menurut Statement of Financial Accounting Concept

(SFAC) nomor 1 dalam Hery (2017:41) menjelaskan mengenai tujuan laporan

keuangan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditur dan


pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional
mengenai investasi, kredit, dan lainnya.
2. Memberikan informasi untuk membantu investor serta calon
investor, kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah,
waktu dan prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan juga
penerimaan dari penjualan, piutang atau saham dan pinjaman yang
jatuh tempo. 3. memberikan informasi tentang sumber daya(aktiva)
perusahaan, klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan
keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban.
3. Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama
satu periode.
4. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan
dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya,
tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk deviden dan
pembayaran lainnya kepada pemilik.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan memiliki tujuan untuk memberikan informasi kepada para

penggunanya seperti investor dan calon investor, kreditur dan calon kreditur,

pemerintah dan pengguna lainnya mengenai posisi keuangan, kinerja, arus kas

dan informasi-informasi lainnya yang berguna dalam membuat keputusan

ekonomi.

2.1.2.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Pujiyanti (2015:127) menyebutkan bahwa pada umumnya laporan

keuangan terdiri dari lima jenis, yaitu:


28

1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud
adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban
dan ekuitas) suatu perusahaan.
2. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Dalam laporan laba rugi terdapat informai mengenai
pendapatan dan juga biaya. Dimana selisih dari pendapatan dan
biaya ini disebut dengan laba atau rugi perusahaan. Jika jumlah
pendapatan lebih besar dari biaya, maka perusahaan dikatakan laba.
Sebaliknya bila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya,
perusahaan dikatakan rugi.
3. Laporan perubahan modal
Laporan perubahan modal adalah laporan yang berisi jumlah dan
jenis modal yang dimiliki pada saat tertentu. Selain itu laporan
perubahan modal juga menunjukkan perubahan modal yang terjadi
di dalam suatu entitas berikut dengan penyebab berubahnya modal.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk
dan keluar dalam sebuah entitas. Arus kas masuk ini berupa uang
yang masuk ke entitas, seperti pendapatan dari penjualan atau uang
yang masuk sebagai akibat dari pinjaman dari pihak lain. Sedangkan
arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
suatu entitas pada periode tertentu seperti misalnya pembayaran
biaya operasional entitas.
5. Laporan catatan atas laporan keuangan
Laporan catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang
memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang
memerlukan penjelasan tertentu. Terkadang ada komponen dalam
laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu
sehingga menjadi jelas dan dapat dimengerti oleh para penggunanya.

Sedangkan menurut Prihadi (2019:4) menyatakan bahwa terdapat empat

jenis laporan keuangan, yaitu sebagai berikut:

1. Laporan posisi keuangan (neraca) yang menggambarkan posisi


keuanga berupa asset, utang dan ekuitas (modal) pada satu saat
tertentu.
2. Laporan laba rugi yang menggambarkan kinerja yang tercermin
darilaba, yaitu selisih pendapatan dan biaya selama satu periode
tertentu.
29

3. Laporan arus kas yang memberikan gambaran bagaimana


perusahaan memperoleh dan menggunakan kas dari aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan selama periode tertentu.
4. Laporan perubahan ekuitas yang berisi perubahan ekuitas yang
berasal dari kinerja internal berupa laba dan pembagian dividen,
serta pengaruh dari perubahan komposisi setoran modal.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan

perubahan modal, laporan arus kas, dan laporan catatan atas laporan keuangan.

2.1.2.5 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan akan memberikan manfaat yang lebih dalam

pengambilan keputusan jika dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat

diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang (Kariyono, 2017:21). Oleh

karena itu para pengguna laporan keuangan melakukan analisis laporan

keuangan untuk menilai kinerja perusahaan sehingga dapat diprediksi

kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.

Darmawan (2019:41) menyatakan bahwa: Analisis laporan keuangan

adalah proses menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk tujuan

pengambilan keputusan dan untuk memahami kesehatan organisasi secara

keseluruhan. Sedangkan menurut Kasmir (2014:66) "Analisis laporan keuangan

merupakan salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam suatu

periode".

Selanjutnya Kariyono (2017:21) Menyatakan bahwa:

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses yang dengan penuh


pertimbangan dalam rangka untuk membantu mengevaluasi posisi
keuangan dan hasil aktivitas perusahaan pada masa sekarang dan masa
30

lalu dengan tujuan utama untuk menentukan perkiraan dan prediksi


yang paling mungkin mengenai kondisi dan performance perusahaan
pada masa yang akan datang.

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa analisis laporan

keuangan merupakan suatu proses dimana para pengguna laporan

keuanganmelakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan tujuan untuk

menilai kinerja perusahaan dan memprediksi kondisi perusahaan di masa depan.

2.1.2.6 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Anwar (2019:171) dalam bukunya menyatakan bahwa: "Tujuan analisis

terhadap laporan keuangan adalah agar para pengunanya dapat melihat kinerja

perusahaan secara utuh dan membandingkannya baik dengan kinerja tahun

sebelumnya maupon dengan kinerja perusahaan yang bergerak pada industri

yang sama".

Sementara Setyowati et.al. (2015:242) menyatakan bahwa: "Tujuan dari

analisis laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi posisi dan hasil operasi

sekarang dan masa lampau dari suatu perusahaan sehingga dapat diperoleh suatu

prediksi akan kondisi dan kinerja perusahaan di masa mendatang".

Sedangkan menurut Kariyono (2017:22) tujuan dilakukannya analisis

laporan keuangan adalah:

1. Alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger.


2. Alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa
mendatang.
3. Sebagai proses diagnostic terhadap masalah-masalah manajemen,
operasi atau masalah lainnya.
4. Alat evaluasi terhadap manajemen
31

5. Mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan


murni, terkaan dan intuisi.
6. Mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak
bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan

dilakukannya analisis laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi kinerja

suatu entitas tertentu untuk dapat memprediksi kemungkinan yang akan terjadi

dimasa mendatang.

2.1.2.7 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2012) dalam Septiana (2019:30) terdapat sembilan

teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis laporan keuangan yaitu

sebagai berikut:

1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan


Analisis ini dilakukan untuk membandingkan laporan keuangan
lebih dari satu periode. Artinya minimal dua periode atau lebih.
Dari analisis ini dapat diketahui perubahan yang terjadi. Perubahan
yang terjadi dapat berupa kenaikan atau penurunan dari masing-
masing komponen analisis. Dari perubahan ini terlihat masing-
masing kemajuan atau kegagalan dalam mecapai target yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Analisis Trend (tendensi)
Analisis ini biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis
ini dilakukan dari periode ke periode schingga akan terlihat apakah
perusahaan mengalami perubahaan (naik, trurun atau tetap),
sebarapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.
3. Analisis persentase per komponen
Analisis persentase per komponen merupakan analisis yang
dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam
suatu laporan keuangan, baik di neraca maupun di laba rugi.
Analisis ini Alakukan untuk dilakukan mengetahui persentase
investasi terhadap masing aktiva atau terhadap total masingbiaya
terhadap komposisi biaya adap total aktiva, struktur permodalan
seta penjualan.
32

4. Analisis sumber dan penggunaan dana


Analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana
perusahaan dan penggunaan dana dalam suatu periode, serta untuk
mengetahui jumlah modal kerja dan penyebab berubahnay modal
kerja perusahaan dalam suatu periode.
5. Analisis sumber dan penggunaan kas
Analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas
perusahaan dan penggunaan uang kas dalam suatu periode. Selain
itu juga untuk mengetahui penyebab berubahnya uang kas dalam
periode tertentu.
6. Analisis rasio
Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang
ada dalam satu laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
7. Analisis kredit
Analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit
dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank.

8. Analisi laba kotor


Analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari
periode satu ke periode lain. Selain itu, untuk mengetahui penyebab
berubahnya laba kotor tersebut antara periode.
9. Analisi titik pulang pokok atau titik impas (BEP)
Tujuan analisis ini adaah untuk mengetahui pada kondisi berapa
penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami
kerugian. Kegunaa analisis ini adalah untuk menentukan jumlah
keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.

Sedangkan menurut Anwar (2019:171) teknik yang banyak digunakan

secara luas untuk menganalisis laporan keuangan ada tiga, yaitu:

1. Analisis Rasio Keuangan (Financial Ratio Analysis)


Analisis rasio keuangan adalah analisis yang membagi angka pada
pos yang satu dengan pos yang lain dimana dengan angka tersebut
akan diperoleh rasio (perbandingan) tertentu. Rasio keuangan
terdiri dari dari rasio-rasio likuiditas, aktivitas, leverage,
profitabilitas dan rasio rasio pasar.
2. Analisis Common Size
Analisis Common Size adalah analisis yang mengubah angka-angka
satuan uang dalam laporan keuangan menjadi angka persentase
berdasarkan dasar tertentu. Tujuan dilakukan analisis Common
Size adalah untuk memudahkan dalam menginterpretasikan
mengenai kontribusi atau porsi masing masing pos/akun terhadap
common base nya.
3. Analisis DuPont System
33

Analisis DuPont System adalah analisis yang mengurai hubungan


atau keterkaitan antar rasio keuangan. Manfaat dari analisis ini
diantaranya adalah bisa menentukan peningkatan nilai rasio
keuangan tertentu dengan cara meningkatkan atau mengurangi
komponen tertentu. Hal ini karena melalui DuPont System dapat
diketahui penyebab dari tidak efisiennya suatu perusahaan yang
bersumber pada laporan keuangan suatu perusahaan.

Dari bebarapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

berbagai teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis laporan keuangan,

diantaranya adalah analisis perbandingan, analisis trend, analisis rasio, analisis

persentase perkomponen, dan lain sebagainya. Dengan dilakukannya analisis

laporan keuangan diharapkan informasi dapat mudah dimengerti sehingga dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

2.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) merupakan salah satu teori yang

melandasi manajer dalam melakukan manajemen laba. Teori keagenan ini

menjelaskan adanya konflik antara manajer selaku agent dengan pemegang

saham selaku principal yang dapat merugikan kedua belah pihak. Teori

keagenan (agency theory) merupakan suatu pendekatan yang dapat menjabarkan

konsep manajemen laba yang sangat terkait dengan perataan laba yang akan

dibahas dalam penelitian ini. Ramadhona (2017:20) menjelaskan bahwa teori

keagenan (agency theory) ini:

Teori agensi menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi


konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal)
yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.
34

Sementara menurut Jensen dan Meckling dalam Ikrima (2019: 40)

bahwa:

Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi


muncul ketika satu orang atau lebih principal mempekerjakan orang
lain agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengembalian keputusan kepada agen tersebut.

‘Teori keagenan memiliki asumsi bahwa masing-masing individu

semata-mata termotivasi untuk memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri

sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent’

(Handayani, 2010 dalam Astutik, 2016:10). Pihak principal termotivasi

mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan laba yang selalu

meningkat dan menginginkan pengembalian (return) yang sebesar-besarnya

atas investasi yang ditanamkan pada perusahaan. Agent termotivasi untuk

memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain

dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi.

Konflik kepentingan semakin meningkat karena terjadi ketidaksamaan

masing-masing pihak dalam memperoleh informasi, dimana pihak principal

tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja perusahaan dan tidak

dapat mengawasi aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa

manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (principal),

sedangkan agent memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kapasitas

diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang

mengakibatkan adanya keitidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh

principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi ini disebut dengan asimetri

informasi.
35

Adanya asumsi bahwa masing-masing individu bertindak untuk

memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri, mengakibatkan agent

memanfaatkan adanya asimetri informasi untuk menyembunyikan informasi

yang tidak diketahui principal. Apriyani (2013:36) berpendapat bahwa adanya

asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang

tidak sebenarnya, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan

pengukuran kinerja manajer. Tindakan manajemen inilah yang disebut dengan

manajemen laba.

Informasi akuntansi digunakan oleh para principal untuk menilai

kinerja manajer, yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam pemberian

reward (biasnya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan

informasi akuntansi sebagai satu-satunya dasar dalam pemberian reward

tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya (disfunctional behavior)

dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan laba dengan

memanipulasi informasi akuntansi sedemikian rupa agar kinerjanya tampak

bagus.

2.1.4 Teori Sinyal (Signaling Theroy)

Teori sinyal (signaling theory) pertama kali dikemukakan oleh Spence

(1973) yang menjelaskan bahwa pihak pengirim (pemilik informasi)

memberikan suatu isyarat atau sinyal berupa informasi yang mencerminkan

kondisi suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pihak penerima (investor).

Sinyal tersebut berupa informasi yang menjelaskan tentang upaya manajemen

dalam mewujudkan keinginan pemilik. Informasi tersebut dianggap sebagai


36

indikator penting bagi investor dan pelaku bisnis dalam mengambil keputusan

investasi. Menurut Brigham dan Houston (2015:150) menyebutkan bahwa:

“teori sinyal menjelaskan tentang persepsi manajemen terhadap pertumbuhan

perusahaan dimasa depan, dimana akan mempengaruhi respon calon investor

terhadap perusahaan”.

Sementara itu, Sulistyanto (2018:65) menyatakan bahwa: “Teori sinyal

(signaling theory) digunakan oleh manajer untuk menjelaskan bahwa pada

dasarnya laporan keuangan dimanfaatkan perusahaan untuk memberi sinyal

positif maupun negatif kepada pemakainya”. Adanya laporan keuangan ini

memberikan sinyal kepada investor dan kreditur untuk mengurangi adanya

permasalahan asimetri informasi, sehingga investor dan kreditur percaya bahwa

perusahaan memiliki kualitas yang baik, dimana sinyal-sinyal dan informasi

yang beredar dapat mempengaruhi tindakan atau keputusan yang akan diambil

oleh investor dan kreditur (Lay,2017).

Sedangkan Hartono dalam Rahmi (2018:21) mengemukakan bahwa

‘signaling theory adalah suatu pengumuman yang dianggap positif jika

manajemen perusahaan menyampaikan perspektif masa depan yang baik bagi

perusahaan’. Adapun alasan yang dapat mendukung teori sinyal ini yaitu dimana

perusahaan yang telah melakukan pengumuman merupakan perusahaan yang

mempunyai kinerja yang baik.

Dari sudut pandang lain, teori sinyal menjelaskan adanya asimetri

informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan informasi dalam perusahaan tersebut. Hal ini sejalan


37

dengan pendapat yang menyatakan bahwa: “Signaling Theory mengasumsikan

bahwa terdapat asimetri informasi antara manjer dengan investor atau calon

investor, sehingga dapat mendorong terjadinya perataan laba (Spence,1973)

dalam (Lay,2017)”.

Perataan laba dikakukan dengan tujuan untuk memberikan sinyal-sinyal

positif mengenai perusahaan kepada para stakeholder. Hal ini dilakukan oleh

manajer untuk meningkatkan kepercayaan investor dan kreditur kepada

perusahaan, sehingga investor dan kreditur bersedia menanamkan modalnya di

perusahaan tersebut.

2.1.5 Rasio Keuangan

2.1.5.1. Definisi Rasio Keuangan

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan

keuangan adalah analisis rasio keuangan. Secara umum rasio keuangan

merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu

perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat dalam pos

laporan keuangan. Syafri (2008:297) dalam Hartono (2018:8) menyatakan

bahwa:

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan


dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan misalnya antara hutang dan
modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan
total penjualan dan sebagainya.

Sementara Anwar (2019:171) dalam bukunya menyatakan bahwa:

Rasio keuangan adalah salah satu cara menganalisis laporan keuangan


dengan menghubungkan pos (akun) yang satu dengan yang lain pada
38

neraca dan laporan laba rugi. Rasio keuangan di sini adalah membagi
angka pada pos yang lain dimana dengan angka tersebut akan diperoleh
rasio.

Sedangkan Kasmir (2012:104) dalam Minarti (2018) menyatakan

bahwa:

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka


yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka
dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu
komponen yang ada di antara laporan keuangan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa rasio keuangan adalah salah satu teknik dalam menganalisis laporan

keuangan, dengan cara membandingkan data keuangan dari satu pos dengan

angka dari pos yang lain.

2.1.5.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu metode analisis data keuangan yang

digunakan sebagai salah satu indikator penilaian perkembangan perusahaan.

Rasio keuangan terdiri dari beberapa jenis, sesuai dengan fungsinya masing-

masing.

Menurut Darmawan (2019:50) terdapat enam jenis rasio keuangan,

yaitu:

1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutang jangka pendeknya karena jatuh tempo menggunakan asset
lancer perusahaan. Contoh: current ratio, quick ratio dan rasio
modal kerja (working capital ratio).
2. Rasio Solvabilitas atau Rasio Leverage Keuangan
39

Rasio solvabilitas membandingkan tingkat utang perusahaan dengan


asset, ekuitas dan pendapatannya untuk mengevaluasi apakah
perusahaan dapat tetap bertahan dalam jangka panjang dengan
membayar utang jangka panjang.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio ini menunjukan seberapa baik suatu perusahaan dapat
menghasilkan laba dari operasinya. Contoh: Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin.
4. Rasio Efisiensi atau Rasio Aktivitas
Rasio efisiensi mengevaluasi seberapa baik perusahaan
menggunakan asset dan liabilitasnya untuk menghasilkan penjualan
dan memaksimalkan laba. Contoh: Rasio perputaran aset (asset
turnover ratio), perputaran persediaan (inventory turnover), dan
penjualan persediaan (day’s sales inventory).
5. Cakupan Rasio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melakukan
pembayaran bunga dan kewajiban lain yang terkait dengan utangnya.
Contoh: rasio perolehan bunga (debt service coverage ratio) dan
rasio cakupan layanan utang (debt service coverage ratio).
6. Rasio Prospek Pasar
Investor menggunakan rasio ini untuk menentukan apa yang
mungkin mereka terima dalam pendapatan dari investasi mereka dan
untuk memprediksi apa yang akan menjadi tren saham dimasa
depan. Contoh: Earning Per Share (EPS), Dividen Payout Ratio
(DPR), Dividen Yield.
Sementara menurut Hartono (2018:9) ada empat rasio yang bisa

digunakan untuk menganalisis perkembangan finansial perusahaan, yaitu

sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menunjukan kemampuan


perusahaan memenuhi seluruh kewajiban atau utang-utang jangka
pendeknya.
2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas, yaitu rasio yang menunjukan
kemampuan perusahaan dalam mencetak laba.
3. Rasio Leverage atau Solvabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk
menghitung leverage perusahaan.
4. Rasio Aktifitas, yaitu rasio yang menunjukan efektivitas manajemen
perusahaan dalam mengelola bisnisnya.

Dari penjelasan tersebut bisa kita simpulkan bahwa terdapat beberapa

rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, di


40

antaranya yaitu rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, aktivitas, cakupan rasio

dan rasio prospek pasar.

2.1.5.3. Rasio Profitabilitas

2.1.5.3.1 Definisi Rasio Profitabilitas

Salah satu tujuan perusahaan pada umumnya yaitu untuk memeperoleh

laba atau profit sesuai dengan yang telah direncanakan. Secara umum,

profitabilitas atau yang disebut rasio profitabilitas merupakan kemampuan suatu

perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. Sudana (2017:25)

menyatakan bahwa: “Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-

sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, modal atau penjualan

perusahaan”.

Sementara menurut Kasmir (2012:196) dalam Marlina (2018)

mengatakan bahwa: “Rasio profitabilias merupakan rasio untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.

Sedangkan definisi profitabilitas menurut Darmawan (2019:102) :

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas
manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.

Dari beberapa pengertian rasio profitabilitas menurut para ahli di atas,

dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa rasio profitabilitas merupakan suatu cara

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencapai laba selama periode

waktu tertentu.

2.1.5.3.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas


41

Dalam praktiknya sendiri terdapat beberapa tujuan dan manfaat rasio

profitabilitas di samping untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Hery (2017:312) bahwa:

“Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu dan untuk mengukur tingkat

efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan”.

Kemudian Hery (2017:313) juga menjabarkan tujuan dan manfaat rasio

profitabilitas secara keseluruhan sebgai berikut:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba


selama periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari wakti ke waktu.
4. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset.
5. Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
6. Untuk mengukur margin laba kotor atas penjualan bersih.
7. Untuk mengukur margin laba operasional atas penjualan bersih.
8. Untuk mengukur margin laba bersih atas penjualan bersih.

Adapun tujuan penggunaan rasio profitabilitas menurut Kasmir

(2014:197) dalam Darmawan (2019:103) adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba


selama periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan (baik modal sendiri maupun modal yang berasal dari
pinjaman).

Sedangkan manfaat yang diperoleh dari rasio profitabilitas menurut

Kasmir (2014:197) dalam Darmawan (2019:103) adalah:


42

1. Mengetahui besarnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan


laba selama periode tertentu.
2. Mengetahui laba tahun sebelumnya dengan laba tahun sekarang.
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan, baik modal sendiri maupun modal pinjaman.

Dari beberapa pendapat menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa rasio profitabilitas ini tentunya memberikan manfaat bagi para

penggunanya. Baik itu pemilik perusahaan, manajemen perusahaan maupun

pengguna lainnya yang berkepentingan terhadap perusahaan. Dengan melakukan

analisis rasio profitabilitas, para pengguna dapat mengetahui kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari penggunaan seluruh sumber daya

yang dimiliki perusahaan tersebut.

2.1.5.3.3 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Beberapa jenis perhitungan rasio profitabilitas menurut Sudana

(2017:25) adalah sebagai berikut:

1. Return On Asset (ROA)


Return On Asset (ROA) adalah indikator untuk menunjukan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. Dalam arti lain, rasio ini akan digunakan untuk mengukur
seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total asset.
Semakin tinggi Return On Asset (ROA) maka semakin tinggi pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total asset. Sebaliknya pula, semakin rendah Return On
Asset (ROA) maka semakin rendah pula laba yang dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total asset. Adapun rumus untuk
menghitung Return On Asset (ROA) adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


ReturnOn Asset=
Total aktiva

2. Return On Equity (ROE)


43

Return On Equity menunjukan kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri
yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin
efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan manajemen
perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung nilai Return On Equity
adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


ReturnOn Equity=
Ekuitas

3. Profit Margin Ratio


Profit Margin Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai
perusahaan. Profit Margin Ratio dibedakan menjadi:
a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Adapun rumus
Gross Profit Margin adalah sebagai berikut:

Laba kotor
Gross Profit Margin=
Penjualan

b. Nett Profit Margin (Margin Laba Bersih)


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan.

laba bersih setelah pajak


Nett Profit Margin=
penjualan

4. Earning Per Share (EPS)


Earning Per Share adalah rasio yang menunjukan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba. Adapun rumus
Earning Per Share adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak−Dividen Saham Preferen


EPS=
Jumlah saham yang beredar

Sedangkan menurut Anwar (2019:176) yang termasuk ke dalam rasio

profitabilitas adalah sebagai berikut:

1. Gross Profit Margin


44

Gross Profit Margin menunjukan kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba kotor dari penjualannya. Adapun rumus Gross
Profit Margin adalah sebagai berikut:

Gross Profit
Gross Profit Margin=
Net Sales

2. Operating Profit Margin


Operating Profit Margin menunjukan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba operasi dari penjualannya. Adapun rumus
untuk menghitung Operating Profit Margin adalah sebagai berikut:

EBIT
Operating Profit Margin=
Net sales

3. Net Profit Margin (NPM)


Net Profit Margin menunjukan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih dan penjualannya. Adapun rumus Net Profit
Margin adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


Net Profit Margin=
Penjualan

4. Return On Asset (ROA)


Return On Asset (ROA) menunjukan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih atas aktivanya. Makin besar angka ini
maka perusahaan makin profitable. Adapun rumus Return On Asset
adalah sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


ReturnOn Asset=
Total Aktiva

5. Return On Equity (ROE)


Return On Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih atas modalnya sendiri. Adapun rumus
Return On Equity:

Laba bersih setelah pajak


ReturnOn Equity=
Ekuitas

Adapun rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Return On Asset (ROA). Alasan penggunaan ROA dalam pengukuran


45

profitabilitas perusahaan yaitu karena rasio ini merupakan salah satu rasio yang

menjadi perhatian dan sering digunakan oleh investor karena dinilai dapat

memberikan gambaran mengenai tingkat efisiensi perusahaan dalam memakai

aktivanya untuk kegiatan operasi guna memperoleh laba. Semakin besar laba

bersih yang diperoleh perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan

tersebut (Kasmir, 2014:136).

Menurut Kasmir dalam Maulana (2019:9) nilai standar industri untuk

rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Standar Industri Profitability Ratio
No. Jenis Rasio Profitabilitas Standar Industri
1 Net Profit Margin 20%
2 Return On Asset 30%
3 Retun On Equity 40%
Sumber: Kasmir dalam Fahmi Maulana (2019:9)
2.1.5.3.4 Faktor-faktor yang Mmempengaruhi Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Ada

beberapa ukuran yang digunakan untuk melihat kondisi profitabilitas suatu

perusahaan, antara lain dengan menggunakan tingkat pengembalian asset

(Return On Asset). Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap total

aktiva maka akan semakin baik bagi perusahaan (Syamsuddin, 2016:76).

Brigham dan Houston (2013:146) menyatakan bahwa: “Faktor-faktor

yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan antara lain: 1) Pendapatan 2) Laba

3) Aktiva (asset) 4) Beban 5) Kewajiban.

Berikut penjelasan dari faktor-faktor tersebut:


46

1. Pendapatan
Harrison, et. al. (2012:66) menjelaskan bahwa: “Kenaikan ekuitas
pemegang saham akibat penyerahan barang dan jasa kepada
pelanggan disebut pendapatan”.
2. Laba
Harrison, et. al. (2012:11) mendefinisikan bahwa: “Laba (income)
adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi
(misalnya kenaikan asset atau penurunan kewajiban) yang
menghasilkan peningkatan ekuitas (selain yang menyangkut
transaksi dengan pemegang saham).
3. Aktiva (Asset)
Harrison, et. al. (2012:221) menyatakan bahwa: “Asset merupakan
sumber daya yang dimiliki perusahaan yang dapat digunakan untuk
mengendalikan perusahaan dalam menghasilkan laba”.
4. Beban
Harrison, et. al (2012:67) menyatakan bahwa: “Biaya
mengoperasikan suatu perusahaan disebut beban (expense)”. Beban
menurunkan ekuitas pemegang saham, yaitu kebalikan dari pengaruh
pendapatan.
5. Kewajiban
Harrison, et. al. (2012:66) mendefinisikan: “Kewajiban (liability)
adalah kewajiban untuk membayar suatu individua tau organisasi”.
Suatu hutang selalu merupakan kewajiban. Jenis kewajiban yang
paling umum mencakup:

a. Kewajiban Lancar
Subramanyam dan Wild (2012:170) mendefinisikan:
Kewajiban lancar merupakan kewajiban yang pelunasannya
memerlukan penggunaan asset atau munculnya kewajiban lancar
lainnya periode yang diharapkan untuk menyelesaikan kewajiban
lancar adalah periode mana yang lebih panjang antara satu tahun
atau siklus operasi perusahaan.
b. Kwajiban Tak Lancar
Subramanyam dan Wild (2012:171) menyebutkan bahwa:
Kewajiban tak lancar merupakan kewajiban yang jatuh temponya
tidak dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan
mana yang lebih Panjang. Kewajiban ini meliputi pinjaman,
obligasi, utang dan wesel bayar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas di antaranya yaitu

pendapatan, laba, aktiva, beban dan kewajiban.

2.1.5.3.5 Langkah-Langkah untuk Meningkatkan Profitabilitas


47

Profitabilitas dalam suatu bisnis memiliki arti yang sangat penting demi

keberlangsungan organisasi bisnis. Adapun cara untuk meningkatkan

profitabilitas ekonomi menurut Riyanto (2018:6) sebagai berikut:

1. Menaikan profit margin


a. Dengan menambah biaya usaha samppai tingkat tertentu
diusahakan tercapainya tambahan sales yang lebih besar dari pada
tambahan operating expense.
b. Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu
atau mengurangi usaha relative lebih besar dari berkurangnya
pendapatan dari sales.
2. Menaikan atau mempertinggi turnover of operating asset
a. Dengan menambah modal usaha
b. Dengan mengurangi sales sampai tingkat tertentu diusahakan
penurunan operating asset sebesar-besarnya.

2.1.5.4. Rasio Solvabilitas (Leverage)

2.1.5.4.1 Pengertian Leverage

Secara harfiah (literal) leverage berarti pengungkit, biasanya digunakan

untuk mengungkit beban yang berat. Rasio solvabilitas atau leverage ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana asset perusahaan

dibiayai dengan utang (Kasmir, 2016:87). Artinya, seberapa besar beban utang

yang harus ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya. Dalam arti

luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk megukur kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

Menurut Harahap (2013:297) leverage adalah:


48

Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan
dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan
informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan
pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat membandingkannya
dengan rasio lain sehingga dapat memperoleh informasi dan
memberikan penilaian.

Sugiono dan Untung (2018:60) menyatakan bahwa: “Rasio leverage

yaitu rasio yang mengukur sejauh mana pembelanjaan dilakukan dengan utang

dibandingkan dengan modal, dan kemampuan untuk membayar bunga serta

beban teteap lain”.

Sementara Anwar (2019:175) menyatakan bahwa:

Rasio leverage adalah rasio yang menunjukan penggunaan utang dan


kemampuan perusahaan dalam membayar utang, dimana utang atau
leverage ini dapat memperbesar kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungannya.

Sedangkan menurut Wijayanti dan Rahayu dalam Ramadhona

(2017:48) menyatakan bahwa: ‘leverage merupakan semua kewajiban keuangan

perusahaan pada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan

sumber dana atau modal yang berasal dari kreditur’.

Berdasarkan pada beberapa pengertian leverage menurut para ahli

tersebut, dapat disimpulkan bahwa rasio leverage adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan sumber dana yang

berasal dari luar untuk membiayai kegiatan operasi dan investasinya dalam hal

ini dari kreditur beserta kemampuan perusahaan untuk membayar utang tersebut.

2.1.5.4.2 Financial Leverage

Leverage merupakan suatu alat penting dalam pengukuran efektivitas

penggunaan utang perusahaan. Konsep leverage ini penting bagi investor dalam
49

membuat pertimbangan penilaian saham karena para investor umumnya

cenderung menghindari risiko.

Penelitian yang dilakukan oleh Suching dalam Rahmana (2014:22)

menyatakan bahwa leverage dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu operating

leverage dan financial leverage. Dimana total leverage merupakan kombinasi

dari keduanya. Dudycz dalam Rahmana (2014:22) menjelaskan bahwa

operating leverage berkaitan erat dengan biaya yang terjadi di dalam suatu

perusahaan. Sedangkan financial leverage dihubungkan dengan penyertaan

utang dalam pembiayaan perusahaan.

Menurut Atik dalam Robert (2017:27) menjelaskan definisi financial

leverage sebagai berikut:

Leverage keuangan didefinisikan sebagai proporsi asset yang diakuisisi


dengan dana pemilik. Rasio leverage keuangan mengukur satuan hal
terkait dengan leverage keuangan, tetapi dengan konsep yang berbeda.
Rasio ini menjelaskan kaitan antara pengembalian atas ekuitas dengan
pengembalian atas asset.

Sedangkan menurut Rianto (2015:378) menyatakan bahwa: “financial

leverage adalah penggunaan aktiva atau dana, dimana dalam penggunaan

tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap”.

Financial leverage merupakan hal penting dalam penentuan struktur

modal perusahaan. Oleh Rianto dalam Dewi (2019:42) dinyatakan bahwa

‘financial leverage merupakan penggunaan dana yang disertai biaya tetap’.

Sedangkan menurut Weston dalam Dewi (2019:42) menyebutkan bahwa

‘financial leverage atau disebut juga leverage factor adalah rasio nilai buku

seluruh hutang terhadap total aktiva’.


50

Menurut Sartono dalam Nurhidayah (2017:22) menjelaskan bahwa:

Financial leverage adalah penggunaan dana yang memiliki beban tetap


dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih
besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan
keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham.

Weston dan Copeland dalam Dewi (2019:43) mengemukakan bahwa:

‘penggunaan hutang akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan’.

Karena dengan menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri

maka beban tetap yang ditanggung perusahaan akan menjadi tinggi, yang pada

akhirnya akan menyebabkan profitabilitas menurun. Penggunaan hutang akan

meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada

struktur modal optimal, nilai perusahaan akan semakin menurun dengan semakin

besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini disebabkan karena

manfaat yang diperoleh pada penggunaan hutang menjadi lebih kecil

dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan hutang tersebut.

2.1.5.4.3 Pengukuran Financial Leverage

Beberapa jenis perhitungan rasio leverage menurut Darmawan

(2019:70) adalah sebagai berikut:

1. Debt to Asset Ratio (DAR)


Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total akiva. Rasio ini
menggambarkan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa aktiva perusahaan lebih banyak
dibiayai oleh utang dibandingkan modal sendiri. Sehingga semakin
besar Debt to Asset ratio maka semakin besar pula pembelian suatu
aktiva dengan menggunakan utang. Debt to Asset Ratio dapat
dihitungan dengan cara:
Total Kewajiban
Debt ¿ Asset Ratio=
Total Aktiva

2. Debt to Equity Ratio (DER)


51

Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang diukur dengan cara


membandingkan total kewajiban dan total ekuitas perusahaan. Rasio ini
menunjukkan kelayakan dan resiko keuangan perusahaan. Ketika rasio
utang terhadap ekuitas tinggi, itu meningkatkan kemungkinan
perusahaan default dan dilikuidasi. Hal tersebut tentunya tidak baik bagi
investor dan pemberi pinjaman karena meningkatkan resiko terkait
dengan investasi atau pinjaman mereka. Sehingga semakin besar rasio
ini maka akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin
besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di
perusahaan. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin tinggi
tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi pemilik modal jika terjadi kerugian. Debt to Equity
Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Total Utang
Debt ¿ Equity Ratio=
Total Equitas

3. Interet Coverage Ratio (IC) atau Times Interest Earned Ratio (TEI)
Interest Coverage Ratio merupakan rasio yang berguna untuk
mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya bunga untuk
periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menyukai rasio yang
tinggi karena rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari
investasi yang dilakukan. Semakin besar rasio ini maka semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya,
begitupun sebalikya semakin rendah rasio ini maka semkin rendah pula
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
Berikut rumus Times Interest Ratio:

EBIT
Time Interest Earned Ratios=
Interest

4. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDIER)


LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan
modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang. Berikut rumus LTDtER:

Long Term Debt


LTDtER= ×100
Equity

5. Fixed Charge Coverage (FCC)


Rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka
panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease
52

contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban


sewa tahunan atau jangka panjang.

EBT + Biaya Bunga+ Kewajiban Sewa


¿ Charge Coverage=
Biaya Bunga+ Kewajiban Sewa

Sedangkan menurut Hery (2017:299) jenis-jenis rasio leverage yang

umum digunakan adalah sebagai berikut:

1. Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio)


Rasio utang terhadap asset merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perbandingan anatar total utang dengan total asset.
Dengan kata lain rasio ini dgunakan untuk mengukur seberapa besar
asset perusahaan dibiayai oleh utang. Berikut rumus rasio utang
terhadap asset:

Total Utang
Rasio Utang=
Total Aset

2. Rasio Utang terhadap Modal atau Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang berguna untuk
mengetahui perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh
kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan.
Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui berapa bagian
dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang.
Memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat rasio
DER yang tinggi menimbulkan konsekuensi bagi kreditor untuk
menanggung risiko yang lebih besar pada saat debitor mengalami
kegagalan keuangan. Hal ini tentu saja sangat tidak menguntungkan
bagi kreditor. Sebaliknya, apabila kreditor memberikan pinjaman
kepada debitor yang memiliki tingkat DER yang rendah, maka hal ini
dapat mengurangi resiko kreditor pada saat debitor mengalami
kegagalan keuangan. Dengan kata lain, akan lebih aman bagi kreditor
apabila memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat
DER yang rendah karena semakin besar jumlah modal pemilik yang
dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Berikut rumus yang rasio utang.
terhadap modal:

Total Utang
Rasio utang terhadapmodal=
Total Modal

3. Rasio utang jangka panjang terhadap modal (Long Term Debt to


Equity Ratio)
53

Rasio utang jangka panjang terhadap modal merupakan rasio


yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang jangka
panjang terhadap modal. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur
berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan
utang jangak panjang. Berikut rumus rasio utang jangka panjang:

Utang jangka panjang


Long term Debt ¿ Equity Ratio=
Total modal

4. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan (Times Interest Earned Ratio)


Rasio ini menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan
dalam membayar bunga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar
pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga, dan hal ini juga
akan menjadi ukuran bagi perusahaan untuk dapat memperoleh
tambahan pinjaman yang baru dari kreditor. Begitupun sebaliknya.
Berikut rumus times interest earned ratio.

Laba Sebelum bunga dan pajak


¿ Interest Earned Ratio=
Beban bunga

5. Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban


Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana atau
berapa kali) kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh
kewajiban. Kemampuan perusahaan disini diukur dari jumlah laba
operasional. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban. Berikut rumus rasio laba
operasional terhadap kewajiban:

Laba operasional
Rasio laba operasional terhadap kewajiban=
Kewajiban

Menurut Septiana (2019:88) nilai standar industri rasio leverage adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.2.
Standar Industri Leverage Ratio
No. Jenis Rasio Leverage Standar Industri
1 Debt to Asset Ratio 40%
2 Debt to Equity Ratio 90%
3 Long Term Debt to Equity Ratio 50%
4 Time Interest Earned 10 kali
5 Fixed Charge Coverage 7 kali
Sumber: Septiana (2019:88)
54

Adapun pengukuran leverage yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Debt to Equity Ratio (DER). Alasannya karena rasio ini merupakan rasio

yang menunjukkan perbandingan antara utang dan modal sehingga dapat

diketahui proporsi penggunaan dana yang digunakan oleh perusahaan untuk

menjalankan aktivitas operasi dan investasinya. Dengan begitu para pemilik

modal dapat menilai resiko keuangan perusahaan dan kelayakan perusahaan

untuk mendapatkan modal.

2.1.6. Perataan Laba (Income Smoothing)

2.1.6.1. Pengertian Perataan Laba (Income Smoothing)

Perataan laba merupakan salah satu pola dari tindakan manajemen laba.

Dimana manajemen berusaha untuk menstabilkan atau meratakan laba

perusahaan selama beberapa periode dengan tujuan tertentu. Di dalam konsep

perataan laba, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan cenderung

bersikap risk averse atau menghindari risiko tinggi sehingga mereka lebih

meminati perusahaan dengan laba yang stabil dibandingkan dengan laba yang

fluktuatif. Laba yang stabil mencerminkan keadaan yang lebih pasti dan tidak

berisiko. Dalam agency theory, dijelaskan bahwa praktik perataan laba oleh

manajemen didorong oleh adanya konflik kepentingan antara principal dan

agent.

Menurut Purba (2019:14) definisi perataan laba adalah:

Perataan laba adalah suatu proses manipulasi waktu terjadinya laba atau
laporan laba agar laba yang dilaporkan terlihat stabil. Secara tidak
langsung perataan laba berarti sebagai usaha yang disengaja untuk
meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat
sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan.
55

Sementara itu, Hery (2015:51) menyatakan bahwa: “Perataan laba

merupakan praktik penentuan waktu pengakuan pendapatan dan beban secara

hati-hati untuk meratakan jumlah laba yang dilaporkan dari satu periode ke

periode berikutnya”. Selain itu, Hery (2015:51) juga menyatakan bahwa:

“Perataan laba diartikan sebagai suatu pengurangan dengan sengaja atas

fluktuasi laba yang dilaporkan agar berada pada tingkat yang dianggap normal”.

Sementara Abiprayu dan Irene (2011) dalam Hutamajaya (2019)

menyatakan bahwa:

Perataan laba merupakan usaha untuk memperkecil laba yang


dilaporkan jika laba aktual yang dilaporkan lebih besar dari laba normal
dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual
lebih kecil dari laba normal karena salah satu tujuan dilakukannya
perataan laba adalah untuk memberikan rasa aman kepada investor
karena fluktuasi laba yang kecil.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa perataan laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja

oleh manajemen perusahaan melalui laporan keuangan untuk mengurangi

fluktuasi laba sehingga laba perusahaan berada pada tingkat yang dianggap

normal oleh perusahaan.

2.1.6.2. Tujuan Perataan Laba (Income Smoothing)

Terdapat beberapa alasan manajer perusahaan melakukan perataan laba.

Menurut Heriot dalam Ghozali dan Chariri (2014:372) menyatakan bahwa:

“yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki

hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan serta meratakan siklus bisnis

melalui proses psikologis”. Sementara itu, menurut Hery (2017:51) bahwa


56

manajer melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai

keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu:

1. Mengurangi total pajak terutang,


2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena
laba yang stabil akan mendukung kebijakan dividen yang stabil pula.
3. Mempertahankan hubungan antara manajer dengan karyawan karena
pelaporan laba yang meningkat tajam akan memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah karyawan.
4. Siklus peningkatan dan penurunan laba dapat dibandingkan sehingga
gelombang optimism dan pesimisme dapat diperlunak.

Sedangkan Beidelman dalam Ghozali dan Chariri (2014:373)

menyatakan bahwa ada dua alasan yang digunakan manajemen untuk

menggunakan income smoothing, yaitu:

Alasan pertama didasarkan pada asumsi bahwa pola periodic yang stabil
dapat mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan pola
laba periodic yang berfluktuasi. Dengan anggapan tersebut, perataan laba
diharapkan memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham
perusahaan karena berkaitan dengan upaya meratakan kemampuan untuk
mengantisipasi pola fluktuasi laba periodic dan kemungkinan
mengurangi korelasi yang diharapkan dari perusahaan (forn’s expected
returns) dengan kembalian portofolio pasar (return on market
portofolio).

Di sisi lain, Brayshaw dan Eldin dalam Saputra (2019:32) menyatakan

bahwa terdapat dua hal yang memotivasi manajer dalam mengambil keputusan

untuk melakukan perataan laba, yaitu:

1. Rencana kompensasi manajemen yang biasanya dihubungkan


dengan kinerja perusahaan yang ditunjukan dalam laba yang
dilaporkan, sehingga setiap fluktuasi dalam laba akan mempengaruhi
langsung terhadap fluktuasi dalam laba akan mempengaruhi
langsung terhadap kompensasinya.
2. Fluktuasi dalam kinerja manajemne mungkin mengakibatkan
intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara
pengambilalihan atau penggantian manajemen ini mendorong
manajemen untuk membuat laporan kinerja yang sesuai dengan
keinginan pemilik.
57

Sementara Juniarti dan Carolina dalam Butar (2012:150) menyatakan

bahwa ada berbagai macam tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen dalam

perataan laba, yaitu:

1. Mencapai keuntungan pajak (Hepworth, 1953)


2. Mmemberikan kesan baik dari pemilik dan kreditur terhadap kinerja
manajemen (Stolowy dan Breton, 2000:60).
3. Mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko
sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar
(Bleidernan, 1973).
4. Menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil (Fudenberg dan
Tirole, 1995).
5. Menjaga posisi atau kedudukan manajemen dalam perusahaan
(Spohr, 2004:2).

Dari uraian penjelasan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa tujuan

manajer dalam melakukan tindakan perataan laba sangatlah bervariasi. Di

antaranya untuk mengurangi total total pajak terutang, untuk meningkatkan

kepercayaan diri manajer yang bersangkutan, dan lain sebagainya.

2.1.6.3. Jenis-jenis dan Teknik Perataan Laba (Income Smoothing)

Perataan laba (income smoothing) dapat dilkasifikasikan ke dalam

beberapa jenis. Menurut Hery (2014:8) bahwa perataan laba dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu:

1. Real smoothing
Real smoothing adalah perataan laba yang dilakukan melalui
transaksi keuangan sesungguhnya dengan mempengaruhi laba
melalui perubahan dengan sengaja atas kebijakan operasi.
2. Artificial smoothing atau accounting smoothing
Artificiall smoothing atau accounting smoothing yaitu perataan laba
melalui prosedur akuntansi yang diterapkan untuk memindahkan
biaya dan atau pendapatan dari suatu period ke periode lainnya.
58

Sementara Utomo dan Siregar dalam Butar dan Sudarsi (2012:150)

mengklasifikasikan perataan laba ke dalam dua tipe aliran, yaitu:

1. Perataan laba alamiah atau naturally income smoothing


Perataan laba alamiah merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
manajemen secara langsung tanpa adanya rekayasa. Misalnya
seseorang mengharapkan laba dari sebuah transaksi penjualan barang
dagangan dan biaya operasi. Dalam mencatat transaksi penjualan dan
biaya tersebut berlangsung tanpa adanya rekayasa dalam pencatatan.
Hal ini merupakan sebuah kejadian yang alami terjadi di perusahaan
sehingga aliran laba yang diperoleh juga terjadi secara alami.
2. Perataan laba yang disengaja (intentionally income smoothing)
Perataan laba yang disengaja terjadi karena adanya campur tangan
dari pihak manajemen. Ada dua jenis perataan laba yang disengaja,
yaitu:
a. Perataan laba riil
Perataan laba riil merupakan tindakan manajemen dalam
mengendalikan peristiwa ekonomi yang secara langsung
mempengaruhi laba perusahaan dimasa yang akan dating.
Misalnya waktu terjadinya transaksi aktual dapat ditentukan oleh
manajemen sehingga pengaruh transaksi tersebut terhadap laba
yang dilaporkan cenderung rata sepanjang tahun.
b. Perataan laba artifisial
Perataan laba artifisial merupakan usaha yang dilakukan
manajemen untuk meratakan laba dwngan cara manipulasi.
Misalnya manajer melakukan manipulasi dengan cara menggeser
biaya atau pendapatan dari satu periode ke periode lainnya.

Perataan laba yang dilakukan oleh manajer bisa dilakukan dengan

teknik-teknik tertentu. Berikut beberapa teknik perataan laba menurut Sugiarto

dalam Djajang (2005:25) :

1. Perataan melalui waktu terjadinya traansaksi atau pengakuan


transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan
waktu transaksi melalui kebijakan manajemen (accruals) misalnya,
pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga
perusahaan yang menggunakan kebijakan diskonto dan kredit,
sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutaang
dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter dan laba terlihat stabil
pada periode tertentu.
2. Perataan laba melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu.
Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan
atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjualan
59

meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan


pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk
menstabilkan laba.
3. Perataan laba melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan
untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang
berbeda. Misalnya, jika pendapatan non-operasi sulit untuk
didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan posisi pada
pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi.

Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

tindakan perataan laba dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu perataan laba

yang dilakukan secara alami dan disengaja atau ada unsur campur tangan pihak

manajemen. Sementara itu, teknik-teknik perataan laba itu sendiri

diklasifikasikan ke dalam tida jenis, yaitu perataan laba melalui waktu terjadinya

transaksi atau pengakuan transaksi, perataan laba melalui alokasi untuk beberapa

periode tertentu, serta perataan laba melalui klasifikasi.

2.1.6.4. Pengukuran Perataan Laba (Income Smoothing)

Perataan laba dapat diukur melalui beberapa indeks yang dapat

membedakan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan perusahaan

yang tidak melakukan praktik perataan laba. Dalam penelitian ini, perataan laba

akan diukur menggunakan Indeks Eckel, menurut Suryandari dalam Fitriani

(2018:52). Indeks Eckel diukur dengan membagi Coefficient Variation (CV)

variable penghasilan (laba) dan variable penjualan. Laba yang digunakan untuk

menghitung Indeks Eckel adalah laba bersih. Adapun rumus Indeks Eckel,

adalah sebagai berikut:

CV Δ I
Index Eckel=
CV Δ S
Sumber: Suryandari dalam Fitriani
(2018:52)
60

Dimana:

∆I : Perubahan laba dalam satu periode

∆S : Perubahan penjualan dalam satu periode

CV ∆I : Koefisien variasi untuk perubahan laba

CV ∆S : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan

Untuk menghitung koefisien variasi dari perubahan laba dapat

digunakan rumus sebagai berikut:


2
∑ ( ∆ x −∆ X ) ∆X
CV ∆ I = :
n−1

Dimana:

∆x : Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S)

∆X : Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S)

n : Banyaknya tahun yang diamati

Keterangan:

 Jika nilai Index Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan praktik

perataan laba.

 Jika nilai index Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik perataan

laba.

2.1.7. Pengaruh ProfitabilityTerhadap Income Smoothing

Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi income smoothing adalah

profitability atau profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba. Dalam penelitian ini profitabilitas akan diproksikan

dengan Return On Asset (ROA). Dimana Return On Asset (ROA) ini merupakan
61

salah satu bagian dari rasio profitabilitas yang umum digunakan dalam menilai

suatu perusahaan. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mendapat

perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya suatu perusahaan

harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya

keuntungan maka akan sulit bagi perusahaan untuk mencari modal dari luar

(Septiana,2019:109).

Perhatian yang besar ini mendorong manajer melakukan tindakan

disfunctional behavior dalam mengatur labanya. Sehingga laba yang dihasilkan

menjadi stabil dan terlihat baik dimata investor. Perilaku tidak semestinya ini

dapat dilakukan oleh manajer karena adanya asimetri informasi sebagai akibat

adanya hubungan keagenan seperti yang dijelaskan dalam agency theory.

Supriadi (2020:41) menyatakan bahwa:

Teori agensi merupakan teori yang di dalamnya mempunyai suatu


hubungan agensi timbul ketika satu atau lebih pemilik (principal)
mempercayakan dananya dikelola dan dioperasikan oleh manajer
(agent) dalam bisnis. Manajer diberi hak sepenuhnya untuk melakukan
dan mengambil keputusan atas bisnis yang dikelolanya.

Menurut Widyaningdyah (2001) dalam Aljana dan Purwanto (2017:3)

menyatakan bahwa agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing

individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga

menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal

termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan

profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan

pemenuhan kepentingan ekonomi. Adanya perbedaan kepentingan ini


62

menjadikan manajer berperilaku oportunis, yang salah satunya yaitu dengan

melakukan tindakan perataan laba.

Scott (2006) dalam Noviana dan Yuyetta (2012:48) menyatakan bahwa:

Perusahaan cenderung melakukan income smoothing saat memperoleh


tingkat profitabilitas tinggi. Tingkat profitabilitas yang stabil akan
memberikan keyakinan investor bahwa perusahaan tersebut memiliki
kinerja yang baik dalam menghasilkan laba.

Sementara itu, Hutamajaya (2019) menyatakan bahwa: “semakin tinggi

profitabilitas perusahaan maka semakin besar peluang perusahaan mengalami

penurunan profitabilitas dimasa mendatang”. Adanya penurunan tersebut akan

menyebabkan laba menjadi fluktuatif. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Wang dan William dalam Dewi dan Suryanawa (2019) menjelaskan bahwa:

“investor lebih tertarik untuk membeli saham perusahaan dengan laba yang

stabil dibandingkan perusahaan dengan fluktuasi laba yang tinggi”. Sehingga

untuk menghindari risiko tersebut, manajer akan mengelola laba dengan

melakukan tindakan income smoothing atau perataan laba. Dimana saat

profitabilitas atau laba perusahaan tinggi, manajer akan mencadangkan sebagian

laba tersebut untuk kemudian digunakan apabila suatu saat perusahaan mencapai

tingkat laba yang rendah. Dengan begitu maka fluktuasi laba tidak akan terlihat.

Sehingga pada akhirnya akan menciptakan image perusahaan yang baik dimata

para investor.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Apitasri (2018:36) yang menyatakan

bahwa:

Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin tinggi


pula kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini karena
manajemen mengetahui akan kemampuan perusahaan dalam
63

menghasilkan laba dimasa mendatang, sehingga memudahkan dalam


mempercepat ataupun memperlambat laba.

Demikian halnya dengan Apitasari, hal serupa juga dikemukakan oleh

Carlson dan Bathala dalam Minarti (2018:62) yang menyatakan bahwa:

Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang


mempengaruhi tindakan pengelolaan laba yang dilakukan oleh
manajemen, karena sesuai dengan hipotesa biaya politik bahwa tingkat
profitabilitas yang semakin tinggi akan mengakibatkan tingginya
harapan regulator dan masyarakaat terhadap perusahaan tersebut untuk
memberikan kompensasi berupa pembayaran pajak kepada regulator
dan program sosial kepada masyarakat.

Selain itu hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian terdahulu, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Ramadhona (2017), Oktaviasari (2018), Purba

(2019), Tria, et. al (2018) serta Aemanah, Y dan Isynuwardhana, D (2019) yang

menunjukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap income

smoothing.

2.1.8. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Income Smoothing

Sejalan dengan perkembangan yang dialami dalam menjalankan

usahanya, suatu perusahaan akan selalu membutuhkan tambahan dana untuk

memperbesar usahanya. Sementara sumber dana itu sendiri hanya ada dua jenis

yaitu modal sendiri dan pinjaman dari pihak ketiga atau utang. Keputusan

tersebut tergantung kebijakan perusahaan itu sendiri. Apakah akan menggunakan

dana dari pihak ketiga atau tidak untuk mengembangkan usahanya. Salah

satunya yaitu untuk menambah asetnya atau untuk membiayai proyeknya atau

yang disebut financial leverage. “Financial leverage merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi perataan laba” (Ayunika dan Yadnyana, 2018:24).

Menurut Sartono (2004) dalam Yulia (2013:10) bahwa:


64

Financial leverage menunjukan proporsi penggunaan utang untuk


membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka
semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor
akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi
tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba.

Sejalan dengan penelitian tersebut, Suhartono dan Hendraswari

(2020:3) menyatakan bahwa:

Semakin besar tingkat financial leverage maka semakin besar peluang


manajer perusahaan melakukan praktik perataan laba untuk
memberikan kesan yang baik pada perusahaan dalam mengelola hutang
untuk meningkatkan asset maupun pendapatan perusahaan.

Selain itu, pengaruh financial leverage terhadap income smoothing juga

dijelaskan oleh Scoott dalam Rahmana (2014:33), yaitu sebagai berikut:

Praktik perataan laba yang merupakan salah satu bentuk manajemen


laba sering dilakukan oleh perusahaan ketika mereka menghadapi
paksaan dari kreditor dengan cara mengubah metode akuntansinya.
Dengan semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan risiko yang
ditanggung pemilik modal juga akan semakin meningkat.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yunus Fiscal dan Agatha Steviany (2015), serta Tria, et. al (2018), yang

menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan positif terhadap

tindakan perataan laba. Maka dapat disimpulkan bahwa memang tingkat utang

berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba.

2.1.9. Pengaruh Profitability dan Financial Leverage Terhadap Income

Smoothing

Teori sinyal (Signaling Theory) merupakan teori yang menghubungkan

antara profitability dan leverage terhadap Income Smoothing. Bringham dan

Houston (2001:314) dalam Yuliani et, al (2017) menyatakan bahwa: "Teori

sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan untuk


65

memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang

prospek perusahaan. Teori sinyal ini membahas bagaimana sinyal-sinyal

keberhasilan atau kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik modal'.

Sulistyanto (2018:65) menyatakan bahwa: Teori sinyal (signaling theory)

digunakan oleh manajer untuk menjelaskan bahwa pada dasarnya laporan

keuangan dimanfaatkan perusahaan untuk memberi sinyal positif maupun

negatif kepada pemakainya". Sinyal yang diberikan oleh manajer tersebut akan

mempengaruhi keputusan investasi dari pihak diluar perusahaan.

Untuk dapat menarik minat investor, maka manajer akan berusaha

untuk menunjukkan bahwa perusahaannya bertumbuh dengan baik. Dalam hal

ini manajer akan berusaha untuk selalu memberikan sinyal-sinyal positif melalui

laporan keuangannya sehingga investor percaya dan mau menanamkan dana di

perusahaan tersebut. Apabila laba yang dilaporkan oleh perusahaan meningkat

maka informasi tersebut dapat dikategorikan sebagai sinyal baik karena

mengindikasikan kondisi perusahaan yang baik. Sebaliknya apabila laba yang

dilaporkan menurun maka perusahaan berada dalam kondisi tidak baik sehingga

dianggap sebagai sinyal yang jelek (Alim dan Rasmini, 2019).

Scott (2006) dalam Noviana dan Yuyetta (2012:48) menyatakan bahwa

tingkat profitabilitas yang stabil akan memberikan keyakinan investor bahwa

perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba. Dapat

diartikan bahwa profitabilitas yang stabil ini merupakan sinyal yang baik atau

positif yang diharapkan oleh stakeholder, sehingga akan memberikan kesan

yang baik kepada stakeholder yang akan berakibat kepada keputusan investasi
66

yang diambilnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lay (2017:5) yang

menyatakan bahwa:

Profitabilitas yang besar dan stabil diindikasikan sebagai sinyal yang


positif. Hal ini karena sinyal-sinyal berupa profitabilitas yang besar
mengakibatkan besarnya perhatian dari pemangku kepentingan
sehingga mendorong manajer untuk melakukan perataan laba.

Atas dasar hal tersebut maka manajer akan termotivasi untuk selalu

memberikan sinyal yang baik setiap periode kepada investor, sementara

Hutamajaya (2019) menyatakan bahwa semakin besar profitabilitas perusahaan

maka semakin besar peluang perusahaan mengalami penurunan profitabilitas

dimasa yang akan datang. Untuk mengatasi hal tersebut manajer terkadang

melakukan perataan, dimana saat perusahaan memiliki laba yang tinggi

perusahaan akan mencadangkan untuk kemudian digunakan ketika perusahaan

memiliki laba yang rendah sebagai upaya mengatasi resiko penurunan yang

tajam, Yuliani et.al (2017) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki

profitabilitás yang tinggi dan stabil memiliki indikasi bahwa perusahaan telah

melakukan perataan laba

Jika profitabilitas yang tinggi dan stabil dapat memberikan sinyal yang

baik atau positif maka berbeda dengan leverage. Dimana Tingginya leverage

justru diartikan sebagai sinyal yang jelek atau negatif. Nugroho (2018:27)

menyatakan bahwa:

Adanyan leverage yang tinggi memberikan sinyal yang kurang baik


bagi para investor, sehingga dengan tingginya leverage maka
perusahaan melakukan income smoothing untuk memberikan informasi
laporan keuangan yang baik dan menumbuhkan rasa percaya investor.
67

Hal ini karena semakin tinggi leverage maka semakin tinggi pula utang

perusahaan, dimana utang tersebut akan menimbulkan beban yang harus

ditanggung oleh perusahaan yang dapat mengurangi laba perusahaan. Adanya

hal tersebut menimbulkan tingginya risiko pemilik modal, dimana risiko tersebut

meliputi risiko gagal membayar kewajibannya tepat waktu. Atas dasar hal

tersebut maka manajer cenderung akan melakukan perataan laba

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan

melakukan income smoothing. Kemudian semakin tinggi leverage suatu

perusahaan maka semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan melakukan

income smoothing.

2.1.10 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut ini merupakan ringkasan beberapa penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu yang mengkaji tentang tindakan perataan laba

yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Nama Peneliti & Variabel Metode
No. Judul Penelitian Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1. Yuniar Aemanah,  Variabel X : Metode 1. Secara simultan,
Deannes Profitabilitas, deskriptif variabel profitabilitas,
Isynuwardhana (2019) Ukuran dengan ukuran perusahaan dan
Pengaruh Profitabilitas, Perusahaan pendekatan leverage berpengaruh
68

Ukuran Perusahaan dan dan Leverage kuantitatif. terhadap praktik


Leverage terhadap  Variabel Y : perataan laba.
Praktik Perataan Laba Perataan Laba 2. Secara parsial, variabel
(Studi Kasus pada ukuran perusahaan dan
Perusahaan Property leverage tidak
dan Real Estate yang berpengaruh terhadap
terdaftar di Bursa Efek
praktik perataan laba.
Indonesia.
Sedangkan variabel
profitabilitas
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
praktik perataan laba.
2. Eko Budi Santoso dan  Variabel X : Deskriptif 1. Variabel profitabilitas
Sherly Novia Salim Profitabilitas, dengan dan kelompok usaha
(2012) Financial pendekatan tidak berpengaruh
Pengaruh Profitabilitas, Leverage, kuantitatif terhadap praktik
Financial Leverage, Ukuran perataan laba.
Dividen, Ukuran Perusahaan, 2. Variabel financial
Perusahaan, Kepemilikan leverage dan dividen
Kepemilikan Institusional
berpengaruh negatif
Institusional dan dan
Kelompok Usaha terhadap praktik
Kelompok
terhadap Praktik Usaha. perataan laba.
Perataan Laba (Studi  Variabel Y : 3. Variabel ukuran
Kasus pada Perusahaan Perataan Laba perusahaan dan
Non-finansial yang kepemilikan
Terdaftar di BEI) institusional
berpengaruh positif
terhadap praktik
perataan laba.
3. Ni Putu Sandra  Variabel X : Deskriptif 1. Ukuran perusahaan
Apriyanti, Ni Made Ukuran dengan berpengaruh negatif
Sunarsih, Ida Ayu Perusahaan, pendekatan terhadap perataan laba
Budhananda Muni Profitabilitas kuantitatif pada perusahaan
(2021) dan perbankan yang
Pengaruh Ukuran Financial terdaftar di Bursa Efek
Perusahaan, Leverage Indonesia.
Profitabilitas dan  Variabel Y : 2. Profitabilitas
Financial Leverage Perataan Laba
Terhadap Perataan berpengaruh positif
Laba pada Perusahaan terhadap perataan laba
Perbankan yang pada perusahaan
Terdaftar di Bursa Efek perbankan yang
Indonesia. terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
3. Financial leverage
tidak berpengaruh
terhadap perataan laba
pada perusahaan
perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
4. Yunus Fiscal dan  Variabel X: Metode 1. Variabel ukuran
69

Agatha Steviany (2015) Company Kuantitatif perusahaan


The Effect of Company Size, berpengaruh positif
Size, Profitability, Profitability, terhadap praktik
Financial Leverage Financial perataan laba.
and Dividend Payout Leverage and 2. Variabel profitabilitas
Ratio on Income Dividend berpengaruh positif
Smoothing in The
Payout Ratio terhadap praktik
Manufacturing
Companies Listed in  Variabel Y: perataan laba.
Indonesia Stock Income 3. Variabel financial
Exchange Smoothing leverage berpengaruh
positif terhadap praktik
perataan laba.
4. Variabel Dividend
Payout Ratio tidak
berpengaruh terhadap
praktik perataan laba.
5. Pandu Nugraha dan  Variabel X: Metode 1. Secara simultan,
Vaya Jukiana Dillak Profitabilitas, kuantitatif. profitabilitas, leverage,
(2018) leverage dan dan ukuran perusahaan
Profitabilitas, Leverage ukuran berpengaruh signifikan
dan Ukuran Perusahaan perusahaan terhadap perataan laba.
Terhadap Perataan 2. Secara parsial,
 Variabel Y:
Laba.
Perataan laba profitabilitas
berpengaruh positif,
sedangkan leverage
dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap perataan laba.
Sumber: Dari berbagai jurnal dan diolah, 2021

Penelitian ini ditujukan untuk menguji ulang hasil penelitian mengenai

pengaruh profitability dan financial leverage terhadap tindakan perataan laba.

Hal ini dilakukan karena hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukan hasil yang

tidak konsisten. Penulis berharap hasil penelitian ini menjadi bukti tambahan

mengenai variabel yang diteliti yaitu pengaruh profitability dan financial

leverage terhadap tindakan perataan laba. Adapun yang menjadi pembeda antara

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada tempat dan

waktu penelitian serta metode penelitian yang digunakan.

2.2 Kerangka Pemikiran


70

Perusahaan dalam membiayai kegiatan operasi dan investasinya tidak

hanya mengandalkan dari hasil operasi perusahaan saja. Terkadang perusahaan

menggunakan dana pinjaman dari kreditur atau bahkan dengan menerbitkan

obligasi untuk mendapatkan tambahan dana.

Untuk menarik investor dalam berinvestasi, pihak manajemen akan

berusaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Pradnyandari dan Astika (2019) yang menyatakan bahwa profitabilitas

sebagai sarana untuk menarik investor dalam berinvestasi sehingga manajemen

perusahaan akan berusaha meningkatkan profitabilitas perusahaan. Secara

umum, profitabilitas atau yang disebut rasio profitabilitas merupakan

kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.

Sudana (2017:25) menyatakan bahwa: “Rasio profitabilitas adalah rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan

menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, modal

atau penjualan perusahaan”. Sementara menurut Kasmir (2012:196) dalam

Marlina (2018) mengatakan bahwa: “Rasio profitabilias merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.

Akan tetapi jika suatu laba atau keuntungan yang dihasilkan perusahan

tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai, maka akan mendorong pihak

manajemen agar laba tersebut sesuai dengan yang diharapkan. Artinya bahwa

profitabilitas yang rendah akan memicu manajemen perusahaan untuk

melakukan tindakan yang tidak semestinya (disfunctional behavior) yaitu

tindakan perataan laba. Hal tersebut dilakukan agar kinerja perusahaan tersebut
71

tidak dianggap gagal dalam mencapai tujuannya. Dalam agency theory,

dijelaskan bahwa tindakan tidak semestinya (disfunctional behavior) yang

dilakukan manajemen dilatarbelakangi oleh adanya konflik kepentingan masing-

masing pihak yaitu principal dan agent, dengan tujuan untuk memenuhi

kepentingan pribadinya terhadap perusahaan. Konflik kepentingan ini terjadi

karena adanya asimetri informasi antara pihak principal dan agent. Dimana

pihak principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja

perusahaan dan tidak dapat mengawasi aktivitas manajemen sehari-hari untuk

memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang

saham (principal), sedangkan agent memiliki informasi yang lebih banyak

mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan.

Atas dasar kondisi tersebut, maka terciptalah peluang bagi pihak manajemen

untuk melakukan tindakan manajemen laba yaitu perataan laba. Hal tersebut

dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kesan yang baik atas kinerjanya.

Karena salah satu hal yang dapat dijadikan aspek penilaian kinerja manajemen

adalah kesuksesan perusahaan dalam menghasilkan laba. Selain itu juga hal

tersebut bertujuan untuk menciptakan kesan yang baik dimata para calon

investor. Karena baik calon investor maupun investor cenderung akan lebih

tertarik terhadap laba yang relatif stabil daripada laba yang fluktuatif. Karena

laba yang stabil mencerminkan keadaan yang lebih pasti dan tidak berisiko.

Laba yang stabil juga akan mendukung kebijakan dividen yang stabil pula. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Apitasri (2018:36) yang menyatakan bahwa:

Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin tinggi


pula kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini karena
72

manajemen mengetahui akan kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba dimasa mendatang, sehingga memudahkan dalam
mempercepat ataupun memperlambat laba.

Selain itu juga Scott (2006) dalam Noviana dan Yuyetta (2012:48)

menyatakan bahwa:

Perusahaan cenderung melakukan income smoothing saat memperoleh


tingkat profitabilitas tinggi. Tingkat profitabilitas yang stabil akan
memberikan keyakinan investor bahwa perusahaan tersebut memiliki
kinerja yang baik dalam menghasilkan laba.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ramadhona (2017), Oktaviasari (2018), Purba (2019), Tria, et. al (2018) serta

Aemanah, Y dan Isynuwardhana, D (2019) yang menunjukan hasil bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap income smoothing.

Selain profitabilitas, rasio lain yang juga menjadi pertimbangan investor

serta kreditur sebelum memutuskan untuk berinvestasi atau mendanai suatu

perusahaan yaitu rasio solvabilitas atau leverage.

Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas (leverage) digunakan

untuk megukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,

baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Atik dalam Robert (2017:27) menjelaskan definisi financial

leverage sebagai berikut:

Leverage keuangan didefinisikan sebagai proporsi asset yang diakuisisi


dengan dana pemilik. Rasio leverage keuangan mengukur satuan hal
terkait dengan leverage keuangan, tetapi dengan konsep yang berbeda.
Rasio ini menjelaskan kaitan antara pengembalian atas ekuitas dengan
pengembalian atas asset.

Pengaruh financial leverage terhadap income smoothing dijelaskan oleh

Scoott dalam Rahmana (2014:33), yaitu sebagai berikut:


73

Praktik perataan laba yang merupakan salah satu bentuk manajemen


laba sering dilakukan oleh perusahaan ketika mereka menghadapi
paksaan dari kreditor dengan cara mengubah metode akuntansinya.
Dengan semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan risiko yang
ditanggung pemilik modal juga akan semakin meningkat.

Sesuai dengan teori sinyal (signaling theory) bahwa jika profitabilitas

yang tinggi dan stabil dapat memberikan sinyal yang baik atau positif maka

berbeda dengan leverage. Dimana Tingginya leverage justru diartikan sebagai

sinyal yang jelek atau negatif. Nugroho (2018:27) menyatakan bahwa:

Adanyan leverage yang tinggi memberikan sinyal yang kurang baik


bagi para investor, sehingga dengan tingginya leverage maka
perusahaan melakukan income smoothing untuk memberikan informasi
laporan keuangan yang baik dan menumbuhkan rasa percaya investor.

Hal ini karena semakin tinggi leverage maka semakin tinggi pula utang

perusahaan, dimana utang tersebut akan menimbulkan beban yang harus

ditanggung oleh perusahaan yang dapat mengurangi laba perusahaan. Adanya

hal tersebut menimbulkan tingginya risiko pemilik modal, dimana risiko tersebut

meliputi risiko gagal membayar kewajibannya tepat waktu. Atas dasar hal

tersebut maka manajer cenderung akan melakukan perataan laba untuk

memberikan sinyal yang baik kepada para stakeholder. Informasi tersebut

dianggap sebagai indikator penting bagi investor dan pelaku bisnis lainnya

dalam mengambil keputusan investasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kerangka pemikiran dapat

digambarkan dalam paradigma penelitian sebagai berikut:

Profitability (X1)

Income Smoothing (Y)

Financial Leverage
(X2)
74

Gambar 2.1.
Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhdap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2018:64). Dikatakan sementara karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka

hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1: Profitability berpengaruh signifikan secara parsial terhadap income

smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H2: Financial leverage berpengaruh signifikan secara parsial terhadap income

smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H3: Profitability dan financial leverage berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap income smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks

IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang diambil untuk

mengumpulkan data atau informasi untuk kemudian diolah dan dianalisis secara

ilmiah, dengan tujuan untuk memecahkan suatu permasalahan dalam sebuah

penelitian. Menurut Sugiyono (2019:2) "Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu".

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif. Menurut Sugiyono (2017:147) metode penelitian deskriptif adalah:

Metode penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk


menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau digeneralisasikan.

Adapun, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2019:16) metode penelitian kuantitatif

adalah:

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian


yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan karena

dengan metode ini peneliti dapat menggambarkan secara sistematis sebuah fakta

yang ada dengan melihat angka-angka untuk menggambarkan karakteristik suatu

objek yang diteliti secara tepat dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah

75
76

ditetapkan. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh profitability dan financial

leverage terhadap perataan laba (income smoothing).

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

3.2.1. Definisi Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2019:68) "variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya".

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua,

yaitu Variabel bebas atau Independent Variable (X) dan Variabel terikat atau

Dependent Variable (Y), yaitu sebagai berikut:

1. Variabel bebas atau Independent Variable (X)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Pengertian

variabel independent (bebas) menurut Sugiyono (2016:39) “Variabel bebas

merupakan variabel yang mempengaruhi atau menajadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat).”

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent variable)

yang digunakan, yaitu profitability (X₁) dan financial leverage (X₂).

a. Profitability (X₁)

Sudana (2017:25) menyatakan bahwa: “Rasio profitabilitas adalah rasio

yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan

menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, modal


77

atau penjualan perusahaan”. Dalam penelitian ini, profitabilitas diproksikan

dengan Return On Asset (ROA) yang dapat diformulasikan sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


ReturnOn Asset=
Total aktiva

Sumber: Sudana (2017:25)

b. Financial Leverage (X₂)

Menurut Atik dalam Robert (2017:27) menjelaskan definisi financial

leverage sebagai berikut:

Leverage keuangan didefinisikan sebagai proporsi asset yang diakuisisi


dengan dana pemilik. Rasio leverage keuangan mengukur satuan hal
terkait dengan leverage keuangan, tetapi dengan konsep yang berbeda.
Rasio ini menjelaskan kaitan antara pengembalian atas ekuitas dengan
pengembalian atas asset.

Dalam penelitian kali ini, financial leverage diproksikan dengan Debt to

Equity Ratio (DER), yang dapat diformulasikan sebagai berikut:

Total Debt
DER= ×100
Total Equity

2. Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Sugiyono (2019:69)

dalam bukunya mengemukakan bahwa: "variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas".

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perataan laba.

Menurut Belkauoi (2006:73) bahwa "perataan laba adalah pengurangan fluktuasi

laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang

tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan". Dalam


78

penelitian kali ini, perataan laba akan dihitung menggunakan indeks eckel yang

dapat diformulasikan sebagai berikut:

CV Δ I
Index Eckel=
CV Δ S

Sumber: Suryandari dalam Fitriani (2018:52)

Dimana:

∆I : Perubahan laba dalam satu periode

∆S : Perubahan penjualan dalam satu periode

CV ∆I : Koefisien variasi untuk perubahan laba

CV ∆S : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan

Untuk menghitung koefisien variasi dari perubahan laba dapat digunakan

rumus sebagai berikut:


2
∑ ( ∆ x −∆ X ) ∆X
CV ∆ I = :
n−1

Dimana:

∆x : Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S)

∆X : Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan

(S)

n : Banyaknya tahun yang diamati

Keterangan:

 Jika nilai Index Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan praktik

perataan laba.

 Jika nilai index Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik perataan laba.
79

3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan

indikator variabel-variabel yang digunakan dalam pebelitian. Selain itu, proses ini

juga dimaksudkan untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing

variabel sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu dapat

dilakukan secara benar.

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini akan diuraikan dalam

bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
1. Profitabilitas Definisi profitabilitas adalah: Rasio
(Profitability) “Rasio profitabilitas adalah rasio
(X₁) yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan Net Income
laba dengan menggunakan ROA= Total Asset × 100
sumber-sumber yang dimiliki
perusahaan seperti aktiva, modal
atau penjualan perusahaan”.
Sumber: (Sudana, 2017:25)
2. Tingkat Utang Definisi financial leverage adalah Rasio
(Financial sebagai berikut:
Leverage) Leverage keuangan didefinisikan
(X₂) sebagai proporsi asset yang
diakuisisi dengan dana pemilik.
Rasio leverage keuangan
mengukur satuan hal terkait Total Debt
dengan leverage keuangan, tetapi DER= Total Equity ×100
dengan konsep yang berbeda.
Rasio ini menjelaskan kaitan
antara pengembalian atas ekuitas
dengan pengembalian atas asset.
Sumbe: (Atik dalam Robert,
(2017:27))
3. Perataan Laba Definisi perataan laba adalah: Rasio
(Income "Perataan laba adalah
Smoothing) pengurangan fluktuasi laba dari CV ∆ I
(Y) tahun ke tahun dengan Indeks Eckel= CV ∆ S
memindahkan pendapatan dari
tahun-tahun yang tinggi
pendapatannya ke periode-periode
yang kurang menguntungkan".
Sumber: (Belkauoi, 2006:73)
80

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2019:126) menyatakan bahwa "populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya".

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non bank yang

termasuk ke dalam indeks IDX Quality 30. Adapun daftar perusahaan non bank

yang termasuk ke dalam indeks IDX Quality 30 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Non-Bank Indeks IDX Quality 30
No. Kode Saham Nama Perusahaan
1 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk.
2 CLEO Sariguna Primatirta Tbk.
3 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
4 DMAS Puradelta Lestari Tbk.
5 GGRM Gudang Garam Tbk.
6 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
7 HOKI Buyung Putra Sembada Tbk.
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
9 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
10 KLBF Kalbe Farma Tbk.
11 LINK Link Net Tbk.
12 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk.
13 MNCN Media Nusantara Citra Tbk.
14 MYOR Mayora Indah Tbk.
15 PTBA Bukit Asam Tbk.
16 PWON Pakuwon Jati Tbk.
17 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
18 SCMA Surya Citra Media Tbk.
19 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
20 SMSM Selamat Sempurna Tbk.
21 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk.
22 UNTR United Tractors Tbk.
23 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
Sumber: www.idx.co.id
3.3.2 Sampel
81

Menurut Sugiyono (2019:127) menyatakan bahwa "dalam penelitian

kuantitatif, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut". Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

purposive sampling methode, yaitu "teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2019:133)”. Pemilihan sampel secara purposive

sampling dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang respresentatif

berdasarkan kriteria tertentu. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk

menghindari timbulnya kesalahan dalam penentuan sampel yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan

kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang termasuk ke dalam indeks IDX Quality 30 (indeks yang

terdiri dari 30 perusahaan yang diseleksi secara substansi dengan melihat dari

sisi variabel kualitas fundamental seperti rasio return on equity (ROE), debt

to equity ratio (DER), dan earning variability (EV)) yang terdaftar di BEI.

2. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan non bank. Karena secara

statistika, perbankan memiliki karakteristik khusus menghimpun dana

masyarakat menjadi dana pihak ketiga sehingga memiliki utang besar, yang

mana jika dimasukkan dalam model penelitian, maka model penelitian

menjadi bias dikarenakan perbankan menjadi pencilan dalam penelitian ini.

3. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan selama periode

2018-2020.

4. Perusahaan yang mencatatkan laba positif setiap tahunnya.

Berdasarkan kriteria-kriteria dalam pemilihan sampel tersebut, maka

perusahaan yang terpilih untuk dijadikan sampel dari Indeks IDX Quality 30
82

periode 2018-2020 adalah sebanyak 22 perusahaan. Karena 7 di antaranya

merupakan perusahaan perbankan dan 1 di antaranya merupakan perusahaan yang

mencatatkan laba negatif di tahun tertentu. Berikut disajikan daftar perusahaan

tersebut dalam sebuah tabel 3.3.

Tabel 3.3
Daftar Anggota Sampel Penelitian
No. Kode Saham Nama Perusahaan
1 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk.
2 CLEO Sariguna Primatirta Tbk.
3 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
4 DMAS Puradelta Lestari Tbk.
5 GGRM Gudang Garam Tbk.
6 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
7 HOKI Buyung Putra Sembada Tbk.
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
9 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
10 KLBF Kalbe Farma Tbk.
11 LINK Link Net Tbk.
12 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk.
13 MNCN Media Nusantara Citra Tbk.
14 MYOR Mayora Indah Tbk.
15 PTBA Bukit Asam Tbk.
16 PWON Pakuwon Jati Tbk.
17 SCMA Surya Citra Media Tbk.
18 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
19 SMSM Selamat Sempurna Tbk.
20 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk.
21 UNTR United Tractors Tbk.
22 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
Sumber: www.idx.co.id

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data


83

Barlian (2016:29) menyatakan bahwa: ”Sumber data dalam penelitian

adalah subjek dari mana data diperoleh”. Sumber data yang digunakan pada

penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2018:213)

mengemukakan bahwa:

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung


memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan
data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku,
literatur dan bacaan yang berkaitan dan menunjang penelitian ini.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan

keuangan dan annual report perusahaan non bank yang termasuk ke dalam Indeks

IDX Quality 30 selama periode 2018-2020.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2017:224) dalam bukunya menyatakan bahwa:

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis


dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang
ditetapkan.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Kepustakaan menurut Sugiyono (2018:33) adalah: “kegiatan yang

diwajibkan dalam penelitian. Khususnya penelitian akademik yang tujuan

utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat

praktis”. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berasal

dari literatur–literatur, buku-buku perpustakaan, kumpulan informasi dari

jaringan internet melalui situs resmi perusahaan serta keterangan lain yang

berhubungan dengan pembahasan penulis.


84

2. Studi Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015:396) adalah: “catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berebtuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang”. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa laporan keuangan

perusahaan yang termasuk ke dalam Indeks IDX Quality 30 Non Bank Periode

Tahun 2018-2020.

3.5 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan secara parsial dan

simultan. Pengujian parsial digunakan untuk menguji secara mandiri pengaruh

antara variabel X1 (Profitability) terhadap variabel Y (Income Smoothing) dan

pengaruh secara mandiri variabel X2 ( FinancialLeverage) terhadap variabel Y

(Income Smoothing). Sementara pengujian secara simultan digunakan untuk

menguji secara bersama pengaruh antara variabel XI (Profitability) dan X2

(Financial Leverage) terhadap variabel Y (Income Smoothing). Adapun tahapan

analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Pengaruh Profitability (X1) terhadap Income Smoothing (Y)

a. Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Analisis koefisien korelasi adalah analisis yang digunakan untuk

menemukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

2017:236). Rumus koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut:

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Sumber: Sugiyono (2017:228)
85

Keterangan:

r xy = Koefisien Korelasi sederhana X1 dan Y

N = Banyaknya sampel

X = Variabel independen

Y = Variabel dependen

Pada hakekatnya, nilai korelasi (r) berkisar antara -1 sampai +1 (-1≤ r ≤

+1) yang artinya sebagai berikut:

Bila r = 0, maka kedua variabel tidak memiliki korelasi (hubungan)

Bila r = -1, maka kedua variabel berhubungan negatif sempurna

Bila r = +1, maka kedua variabel berhubungan positif sempurna

Bila r antara 0 dan 1, maka kedua variabel korelasi dengan keeratan

relatif. Semakin mendekati 1, maka keeratan hubungan semakin tinggi. Untuk

menafsirkan kekuatan hubungan digunakan skala penafsiran dari besarnya nilai

korelasi sebagai berikut:

Tabel 3.4
Pedoman untuk Memeberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Kelas Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2017:231)

b. Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen (variabel terikat).


86

Perhitungan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel X (Profitability) terhadap variabel Y (Income Smoothing).

Adapun rumus dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:


2
Kd=r ×100 %

Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
r2 = Koefisien korelasi

Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0-1. Nilai koefisien

determinasi yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel bebas

(independent) sangat terbatas. Begitupun sebaliknya, nilai koefisien determinasi

yang besar dan mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas

(independent) memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel-variabel terikat atau dependen (Riyanto dan Hatmawan,

2020:141).

c. Uji Signifikansi (Uji t)

Uji t atau uji parsial merupakan uji statistik yang bertujuan untuk

menguji signifikansi pengaruh secara parsial antara variabel independen dengan

variabel dependen. Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan

menggunakan uji t pada tingkat keyakinan 95% dengan kesalahan analisis (α) 5%.

Dalam analisis uji t ini dicari nilai t hitung untuk kemudian dibandingkan dengan

t tabel. Adapun rumus mencari t hitung menurut Kurniawan dan Yuniarto (2016:50)

adalah sebagai berikut:

t=r √n−2
√1−r 2
Keterangan:
87

r = Koefisien korelasi

n = Banyaknya sampel

t = Tingkat signifikasi (mg) yang selanjutnya dibandingkan dengan

t tabel.

Adapun dasar dalam pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. Jika Thitung ≤ Ttabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka Ho diterima Ha

ditolak.

b. Jika Thitung ≥ Ttabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima Ho

ditolak.

3.5.1. Pengaruh Financial Leverage (X2) terhadap Income Smoothing (Y)

a. Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Analisis koefisien korelasi adalah analisis yang digunakan untuk

menemukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

2017:236). Rumus koefisien korelasi sederhana adalah sebagai berikut:

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Sumber: Sugiyono (2017:228)
Keterangan:

r xy = Koefisien Korelasi sederhana X1 dan Y

N = Banyaknya sampel

X = Variabel independen

Y = Variabel dependen

Pada hakekatnya, nilai korelasi (r) berkisar antara -1 sampai +1 (-1≤ r ≤

+1) yang artinya sebagai berikut:

Bila r = 0, maka kedua variabel tidak memiliki korelasi (hubungan)


88

Bila r = -1, maka kedua variabel berhubungan negatif sempurna

Bila r = +1, maka kedua variabel berhubungan positif sempurna

Bila r antara 0 dan 1, maka kedua variabel korelasi dengan keeratan

relatif. Semakin mendekati 1, maka keeratan hubungan semakin tinggi.

b. Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen (variabel terikat).

Perhitungan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel X, (Profitability) terhadap variabel Y (Income Smoothing).

Adapun rumus dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:


2
Kd=r ×100 %

Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
2
r = Koefisien korelasi

Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0-1. Nilai koefisien

determinasi yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel bebas

(independent) sangat terbatas. Begitupun sebaliknya, nilai koefisien determinasi

yang besar dan mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas

(independent) memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel-variabel terikat atau dependen (Riyanto dan Hatmawan,

2020:141).

c. Uji Signifikansi (Uji t)


89

Uji t atau uji parsial merupakan uji statistik yang bertujuan untuk

menguji signifikansi pengaruh secara parsial antara variabel independen dengan

variabel dependen. Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan

menggunakan uji t pada tingkat keyakinan 95% dengan kesalahan analisis (α) 5%.

Dalam analisis uji t ini dicari nilai t hitung untuk kemudian dibandingkan dengan

t tabel. Adapun rumus mencari t hitung menurut Kurniawan dan Yuniarto (2016:50)

adalah sebagai berikut:

t=r
√n−2
√1−r 2
Keterangan:

r = Koefisien korelasi

n = Banyaknya sampel

t = Tingkat signifikasi (mg) yang selanjutnya dibandingkan dengan

t tabel.

Adapun dasar dalam pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

a. Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis diterima.

b. Jika t hitung < t tabel, maka hipotesis ditolak.

3.5.4. Pengaruh Profitability dan Financial Leverage terhadap Income

Smoothing

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda merupakan analisis yang digunakan

apabila dalam penelitian terdiri dari dua atau lebih variabel bebas dan satu

variabel terikat (Riyanto dan Hatmawan, 2020:140). Analisis regresi linear

berganda digunakan untuk menaksir bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel


90

dependen, bila dua atau lebih variabel dependen sebagai prediktor dimanipulasi

(dinaik turunkan nilainya) (Sugiyono, 2017:277). Adapun persamaan regresi

linear berganda menurut Sugiyono (2017:277) adalah sebagai berikut:

Y =a+b 1 X 1 +b 2 X 2+ e

Keterangan:

Y = Variabel Dependen (Income Smoothing)

a = Konstanta, yaittu besanya nilai Y ketika nilai X₁, X₂ dan X₃ = 0

b₁ = Koefisien regresi dari variabel X₁ (Profitability)

X₁ = Variabel bebas X₁ (Profitability)

b₂ = Koefisien regresi dari variabel X₂ (Financial Leverage)

X₂ = Variabel bebas X₂ (Financial Leverage)

e = Kesalahan atau penganggu

Dimana:

⅀Y ⅀ X1 ⅀ X2
α = - b 1( ) - b 2( )
n n n

( ⅀ x 2 ) ( ⅀ x 1 y ) −( ⅀ x 1 x 2 )(⅀ x2 y )
2

b1 =
( ⅀ X 1 )( ⅀ X 2 ) −¿ ¿
2 2

( ⅀ x1 ) ( ⅀ x 2 y ) −( ⅀ x 1 x 2 )(⅀ x1 y )
2

b2 =
( ⅀ X 1 )( ⅀ X 2 ) −¿ ¿
2 2

b. Analisis Koefisien Korelasi Berganda

Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mencari besarnya

hubungan dan kontribusi dua variabel independent atau lebih secara bersamaan

dengan satu variabel dependent.


91

Untuk dapat menghitung koefisien korelasi berganda, maka harus

dihitung terlebih dahulu korelasi sederhananya. Dalam hal ini koefisien korelasi

yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara profitability dan financial

leverage terhadap income smoothing adalah koefisien korelasi pearson

correlation product moment, untuk menguji hubungan asosiatif atau hubungan

bila datanya berbentuk interval atau rasio dan penentuan koefisien korelasi

analisis ini juga digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan

antara variabel X 1 dan X 2 dengan Y secara bersamaan (Sugiyono, 2016:191).

Adapun rumus analisis koefisien kolerasi berganda adalah sebagai

berikut:


2 2
r y x 1 +r y x 2−2 r y x r y x r x x
r yx x = 2
1 2 1 2

1 2
1−r x 1 x2

Keterangan:

r yx x =
1 2
Korelasi antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama
dengan variabel Y
r yx 1
= Korelasi product moment antara X1 dengan Y
r yx 2
= Korelasi product moment antara X2 dengan Y
rx x
1 2
= Korelasi product moment antara X1 dengan X2

Untuk menafsirkan kekuatan hubungan digunakan skala penafsiran dari

besarnya nilai korelasi sebagai berikut:

Tabel 3. 5
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Berganda
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2016:184)
92

c. Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependent (variabel terikat).

Perhitungan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel X₁ (Profitability) dan X₂ (Financial Leverage) terhadap

variabel Y (Income Smoothing). Adapun rumus dari koefisien determinasi adalah

sebagai berikut:
2
Kd=r ×100 %

Kd = Koefisien determinasi atau seberapa jauh perubahan variabel terikat.

r2 = Koefisien korelasi berganda

Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0-1. Nilai koefisien

determinasi yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel bebas

(independent) sangat terbatas, begitupun sebaliknya, nilai koefisien determinasi

yang besar dan mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas

(independent) memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel-variabel terikat atau dependent (Riyanto dan Hatmawan,

2020:141).

d. Analisis uji f (uji hipotesis)

Uji F merupakan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui sebuah

tafsiran parameter secara bersama-sama, yang artinya seberapa besar pengaruh

dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama.

Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F atau yang biasa disebut dengan

analysis of varian (Anova). Pengujian uji F bisa dilakukan dengan dua cara yaitu
93

dengan melihat tingkat signifikansi atau membandingkan F hitungdengan F tabel .

Apabila signifikansi < α = 0,05 maka hipotesis diterima, sementara sebaliknya

apabila tingkat signifikansi > α = 0,05 maka hipotesis ditolak.

Pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2018:223) dapat digunakan

rumus signifikansi korelasi ganda yaitu sebagai berikut:


2
R /K
F= 2
(1−R )/(n−k−1)

Keterangan:

R² = Koefisien Korelasi Berganda

K = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

dk = (n-k-1) derajat kebebasan

Adapun kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai

berikut:

a. Jika F hitung> F tabel, maka hipotesis diterima.

b. Jika F hitung < F tabel maka hipotesis ditolak.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian


3.6.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan non-bank anggota

Indeks IDX Quality 30 tahun 2018-2020 melalui www.idx.co.id

3.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan untuk menyusun skripsi ini yaitu

dimulai pada bulan Januari 2022 sampai bulan Mei 2022, dengan rincian seperti

disajikan dalam table berikut:


94

Tabel 3.6
Jadwal dan Waktu Penelitian
Waktu Pelaksanaan
Tahun
Kegiatan
Tahun 2021 Tahun 2022 2023
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb
Pengajuan Judul
Seleksi Judul
Studi Kepustakaan
Penyusunan Usulan Penelitian
Bimbingan Usulan Penelitian
Seminar Hasil Usulan Penelitian
Observasi
Penyusunan dan Bimbingan Skripsi
Ujian Sidang Skripsi
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1.1. Bursa Efek Indonesia

a) Profil Perusahaan

Nama : PT Bursa Efek Indonesia

Lokasi : Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, Lantai 6, Jl. Jend.

Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan, Indonesia.

b) Visi dan Misi

 Visi

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia

 Misi

Menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan kredibel

untuk mewujudkan pasar yang teratur, wajar, efisien serta dapat diakses

oleh semua pemangku kepentingan melalui produk layanan yang inovatif.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Bursa efek telah didirikan oleh kolonial Belanda tahun 1912. Saat itu,

pasar modal digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda untuk memenuhi

keperluan mereka. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,

perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang

diharapkan. Bahkan beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami

kevakuman. Hal tersebut seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan
96

dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia serta berbagai

kondisi yang menyebabkan operasi bursa tidak dapat berjalan dengan

sebagaimana mestinya.

Pada tahun 1977 pemerintah Indonesia mengaktifkan kembali pasar

modal. Pada tahun ini pula mantan presiden Soeharto yang ketika itu masih

menjabat sebagai presiden, meresmikan Bursa Efek Jakarta (BEJ). BEJ dijalankan

di bawah pengawasan BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Ketika itu,

perusahaan terbuka yang pertama kali menjual sahamnya adalah PT Semen

Cibinong.

Ditahun 1989, tepatnya tanggal 16 Juni didirikan Bursa Efek Surabaya

(BES). Akan tetapi, demi efektivitas operasional dan transaksi, pada tanggal 30

November 2007 pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta

(BEJ) sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya (BES) sebagai pasar

obligasi dan derivatif menjadi BEI. Bursa hasil penggabungan ini mulai

beroperasi pada 1 Desember 2007.

4.1.1.2. Profil Singkat Perusahaan yang Diteliti

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan anggota Indeks IDX

Quality 30 (IDXQ 30) Non-Bank dengan kriteria tertentu, sebanyak 22

perusahaan, yaitu:

1. PT ACE Hardware Indonesia Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama : PT Ace Hardware Indonesia Tbk

Alamat : Gedung Kawan Lama, 5th Floor. Jl. Puri


97

Kencana No. 1 Meruya, Kembangan,

West Jakarta, DKI Jakarta 11610

Telepon : (+6221) 5822222

Fax : (+6221) 5824022, 5821520

E-mail : toto@acehardware.co.id

Website : https://www.acehardware.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi:

Menjadi peritel terdepan di Indonesia untuk produk perlengkapan

rumah tangga dan gaya hidup.

 Misi:

Menawarkan ragam corak berkualitas tinggi dengan harga bersaing

dan didukung oleh layanan terpadu dari tim professional.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

PT ACE Hardware Indonesia Tbk. Berdiri pada tahun 1995 dengan

pembukaan gerai pertama tahun 1996 di Karawaci, Tangerang, Jawa Barat.

Perseroan terus berkembang sebagai perusahaan ritel dan kini telah menjadi

perusahaan terkemuka di sektor ritel perlengkapan rumah tangga dan gaya

hidup di Indonesia.

Dengan jaringan gerai yang dikelola secara modern dan didukung

proses pengadaan operasi dan penjualan terpadu. Perseroan semakin dikenal

sebagai one-stop shopping untuk produk-produk perlengkapan rumah tangga

dan gaya hidup berkualitas. Sistem pengelolaan usaha terintegrasi mampu


98

menciptakan nilai tambah produk yang bersifat value for money, sehingga

menjadikan perseroan sebagai The Helpful Place bagi pelanggan maupun

pemangku kepentingan lainnya.

Menggunakan kode bursa ‘ACES’ perserosan menjadi emiten di

Bursa Efek Indonesia sejak 6 November 2007 dengan penawaran saham

sebesar 30% kepada publik dan kini saham free float perseroan telah

mencapai jumlah 40%. Selain itu liquiditas perdagangan dan perluasan

kepemilikan saham juga ditingkatkan melalui pemecahan saham dengan rasio

1:10 sejak 1 November 2012.

2. PT Sariguna Primatirta Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama : PT Sariguna Primatirta Tbk

Alamat : Jl. Raya A Yani No. 41-43 Komplek

Central Square Blok C-1 Gedangan,

Sidoarjo 61254

Telepon : (62-31) 854 4400

Fax : (62-31) 854 4574

Situs Web : www.tanobel.com

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi:

Menjadi perusahaan minuman nasional yang terdepan di Indonesia.

 Misi:

Menghasilkan produk minuman yang berkualitas tinggi, inovatif dan

mudah didapatkan melalui proses produksi yang berstandar


99

internasional dan terintegrasi dengan jaringan manufaktur yang

tersebar di seluruh Indonesia.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Perseroan didirikan sejak tahun 1988 dengan nama PT Sari Guna, dan

pada tahun 1989 perseroan berubah nama dan hingga saat ini bernama PT

Sariguna Primatirta Tbk. Perseroan merupakan bagian dari kelompok usaha

Tanobel Food yang memproduksi makanan dan minuman. Kegiatan usaha

utama perseroan adalah sebagai produsen Air Minum Dalam Kemasan

(AMDK). Tanobel berasal dari kata Tan dan Nobel. Tan diambil dari nama

keluarga pendiri perseroan keluarga Tanoko, yang telah berkontribusi aktif

dalam menghasilkan produk minuman berkualitas terbaik. Sedangkan Nobel

atau Noble berarti pengakuan atas produk berkualitas tinggi dengan

pemberian servis yang memuaskan kepada konsumen. Tan dan Nobel

melambangkan visi untuk menghasilkan produk dan layanan yang layak

mendapatkan penghargaan Nobel.

Perseroan mulai beroperasi secara komersil sejak tahun 2003 melalui

pengambilalihan AMDK dan minuman dengan merek “Anda” yang diolah

dari mata air pegunungan Arjuna di Pandaan, Jawa Timur. Kemudian pada

tahun 2004, perseroan mendirikan pabrik pertamanya di Pandaan dan

memproduksi AMDK dengan merek “Cleo” dengan fokus pemasaran pada

daerah Jawa Timur. Sejak saat itu, perseroan secara konsisten terus

melakukan ekspansi usaha dengan mendirikan pabrik dan memperluas area

pemasarannya ke daerah di luar Jawa Timur. Saat ini perseroan telah


100

memiliki 27 Pabrik dan 120 depo logistik di bawah PT Sentralsari

Primasentosa (perusahaan afiliasi) yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia.

3. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama : PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.

Alamat : Jl. Ancol VIII/1, Kelurahan Ancol, Kecamatan

Pademangan, North Jakarta, DKI Jakarta,

Indonesia.

Telepon : 62-21-6919999

Fax : 62-21-6907324

E-mail : Investor.relations@cp.co.id

Website : www.cp.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi:

Menyediakan pangan bagi dunia yang berkembang.

 Misi:

Memproduksi dan menjual pakan, anak ayam usia sehari dan makanan

olahan yang memiliki kualitas tinggi dan berinovasi.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (“Perseroan”) didirikan di

Indonesia dengan nama PT Chroen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co.

Limited, berdasarkan akta pendirian yang dimuat dalam Akta No. 6 tanggal 7

Januari 1972, yang dibuat dihadapan Drs. Gde Ngurah Rai, SH, Notaris di
101

Jakarta sebagaimana telah diubah dengan Akta No. 5 tanggal 7 Mei 1973

yang dibuat dihadapan notaris yang sama. Akta pendirian tersebut telah

disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat

Keputusan No. YA-5/197/21 tanggal 8 Juni 1973 dan telah didaftarkan pada

Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di bawah No. 2289 tanggal 26

Juni 1973, serta telah diumumkan dalam Berita Negara No. 65 tanggal 14

Agustus 1973, tambahan No. 573.

Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah diubah, terakhir dengan Akta

Notaris Fathiah Helmi, SH No. 71 tanggal 23 Mei 2019. Akta tersebut telah

disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

dalam Surat Keputusan No. AHU-0032182.AH.01.02.TAHUN 2019 tanggal

21 Juni 2019.

4. PT Puradelta Lestari Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Puradelta Lestari Tbk

Alamat Kantor Pusat : Jl. Kali Besar Barat No. 8 Kel. Roa Malaka,

Kec. Tambora Jakarta Barat - Indonesia

Telepon : +62 (21) 690 8684

Fax : +62 (21) 690 7623

Website www.deltamas.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi:

Menjadi pengembang properti unggulan untuk kawasan terpadu ramah

lingkungan, yang ditunjang fasilitas dan infrastruktur berkelas dunia.


102

 Misi:

1. Membangun dan mengembangkan Kota Deltamas, sebuah kawasan

industri, hunian, dan komersial terpadu dengan konsep modern dan

ramah lingkungan, sebagai pusat regional di timur Jakarta;

2. Memberikan layanan terbaik untuk semua klien secara

berkesinambungan dan menjamin kepuasan klien di Kota

Deltamas; dan

3. Meningkatkan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan.

b) Sejarah Singkat Perusahaan

PT Puradelta Lestari Tbk. (“Puradelta Lestari” atau “Perseroan”)

didirikan pada tanggal 12 November 1993 dan dicatat dalam Akta Pendirian

Perseroan Terbatas No. 77 tanggal 12 November 1993 yang dibuat dihadapan

Notaris Ano Muhamad Nasruddin, SH. pengganti dari Notaris Koswara, SH.

Akta pendirian tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman

Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-1147. HT.01.01.Th.1994

tanggal 27 Januari 1994. Pendirian Puradelta Lestari bertujuan untuk

menjalankan usaha di bidang pembangunan properti melalui pengembangan

kawasan industri yang didukung oleh pembangunan perumahan dan

komersial.

Pada tanggal 5 Oktober 1996, Puradelta Lestari mengubah statusnya

menjadi penanaman modal asing (PMA). Perubahan status tersebut telah

dicatat dalam Akta No. 67 tanggal 5 Oktober 1996 yang dibuat dihadapan

Notaris Adam Kasdarmadji, SH. Perubahan tersebut telah disetujui Menteri


103

Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-

9774.HT.01.04. Th.96 tanggal 24 Oktober 1996 dan telah diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia No. 62 tanggal 5 Agustus 1997, Tambahan

No. 3134. Perubahan status Puradelta Lestari ditandai dengan

pengambilalihan 25% sahamnya oleh Sojitz Corporation, sebuah perusahaan

konglomerasi dari Jepang yang telah mengembangkan jaringan global di lebih

dari 500 kelompok usaha dan memiliki kegiatan operasional di 50 negara. Hal

ini menjadikan perseroan sebagai usaha ventura bersama antara Sinar Mas

Land, salah satu pengembang properti terdepan di Indonesia dengan keahlian

di berbagai proyek properti, dengan Sojitz Corporation.

Pada tanggal 29 Mei 2015, status perseroan berubah menjadi

perusahaan publik melalui pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia.

Melalui aksi korporasi tersebut, perseroan telah memperkuat struktur

permodalan menjadi Rp. 4.819.811.110.000,-.

Proyek utama Puradelta Lestari adalah Kota Deltamas. Proyek

tersebut merupakan hasil kerja sama yang telah dijalin selama lebih dari 20

tahun oleh para pemegang saham pengendali. Kota Deltamas terletak di

Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kota Deltamas menempati

3.181 hektar lahan, tepat di pusat kawasan industri di antara kota Jakarta dan

Bandung, serta memiliki akses langsung dari jalan tol Jakarta-Cikampek KM

37. Kota Deltamas dikembangkan sebagai kota terpadu modern, yang terdiri

dari kawasan industri, kawasan komersial dan kawasan hunian.


104

Kota Deltamas menawarkan kenyamanan sebagai kota mandiri,

dimana penghuni dapat bekerja, tinggal, dan bersantai di satu lokasi tanpa

harus menghadapi tekanan hidup di kota besar. Kawasan ini dirancang untuk

menyediakan suasana yang ramah lingkungan dengan adanya lahan terbuka

luas, serta infrastruktur kelas dunia untuk menarik minat para investor

domestik maupun asing. Kota Deltamas merupakan salah satu kota terpadu.

Kota modern terbesar di Jawa Barat yang hingga kini telah berhasil

menjangkau berbagai korporasi nasional dan multinasional dari berbagai

sektor. Pencapaian ini membawa potensi pertumbuhan serta peluang investasi

yang sangat menarik.

5. PT Gudang Garam Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Gudang Garam Tbk.

Kantor Pusat : Jl. Semampir II/1 Kediri 64121, Jawa

Timur, Indonesia

Telepon : (+62 354) 682091

Fax : (+62-354) 681555

Email : corporate_secretary@gudanggaramtbk.com

Website www.gudanggaramtbk.com

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi:

Menjadi perusahaan terkemuka kebanggaan bangsa yang bertanggung

jawab dan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham, serta
105

manfaat bagi segenap pemangku kepentingan secara

berkesinambungan.

 Misi:

Catur Dharma yang merupakan misi Perseroan:

• Kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas

merupakan suatu kebahagiaan.

• Kerja keras, ulet, jujur, sehat dan beriman adalah prasyarat

kesuksesan.

• Kesuksesan tidak dapat terlepas dari peranan dan kerja sama dengan

orang lain.

• Karyawan adalah mitra usaha yang utama.

b) Sejarah Singkat Perusahaan

Gudang Garam adalah produsen rokok kretek terkemuka yang identik

dengan Indonesia yang merupakan salah satu sentra utama perdagangan

rempah di dunia. Dengan total penduduk sekitar 266 juta jiwa, Indonesia

merupakan pasar konsumen yang besar dan beragam dengan persentase

perokok dewasa yang signifikan yakni 66% laki-laki dewasa di Indonesia

diperkirakan adalah perokok.

Kesejahteraan karyawan menjadi perhatian utama, dari standar

keselamatan kerja dan penyediaan fasilitas kesehatan hingga pelatihan

kepemimpinan, manajemen, administrasi serta keterampilan teknik yang

diselenggarakan di dalam maupun di luar perusahaan. Gudang Garam secara

tidak langsung juga mendukung penciptaan lapangan kerja bagi kurang lebih
106

4 juta orang yang terdiri dari petani tembakau dan cengkeh, pengecer dan

pedagang asongan yang tersebar di seluruh Indonesia. Industri rokok sendiri,

termasuk perseroan, merupakan sumber utama pendapatan cukai bagi negara.

Gudang Garam memiliki fasilitas produksi rokok kretek di dua lokasi.

Pertama, di Kediri, dengan jumlah penduduk lebih dari 290 ribu jiwa yang

merupakan pusat perdagangan regional sekaligus lokasi kantor pusat

perseroan. Fasilitas produksi kedua berlokasi di Gempol, Jawa Timur yang

berjarak 50 kilometer dari Surabaya. Dari kedua fasilitas produksi ini

perseroan mampu memenuhi permintaan produk rokok yang ada.

Perseroan memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk jenis

rendah tar nikotin (LTN) serta produk tradisional sigaret kretek tangan.

Gudang Garam mengoperasikan fasilitas percetakan kemasan rokok, dan di

samping itu juga memiliki tujuh anak perusahaan yang sudah beroperasi

komersial yaitu:

• PT Surya Pamenang, produsen kertas karton untuk kemasan rokok

• PT Surya Madistrindo, distributor tunggal produk perseroan

• PT Surya Air, Galaxy Prime Ltd. dan Prime Galaxy Ltd., penyedia layanan

jasa transportasi udara tidak terjadwal

• PT Graha Surya Media, penyedia jasa hiburan

• PT Surya Inti Tembakau, bergerak dalam bidang pengolahan tembakau.

Saham perseroan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan

kode GGRM diperdagangkan pada kisaran harga Rp 49.175 hingga Rp

100.975 per lembar saham sepanjang tahun 2019. Jumlah modal disetor dan
107

ditempatkan tidak mengalami perubahan pada tahun 2019 dan perseroan telah

membagikan dividen senilai Rp 2.600 per saham dari laba tahun 2018 sesuai

keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada bulan Juni 2019.

6. PT H.M. Sampoerna Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT HM Sampoerna Tbk.

Kantor pusat : Jalan Rungkut Industri Raya No.18

Surabaya 60293, Indonesia

Kantor Perwakilan : One Pacific Place 18th Floor,

Perusahaan Sudirman Central Business District

(SCBD) Jl. Jenderal Sudirman Kav.

52-53, Jakarta 12190, Indonesia

Telepon : (031) 8431 699, (021) 5151 234

Fax : (031) 8430 986, (021) 5152 234

Email : investor.relation@sampoerna.com

Website : www.sampoerna.com

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi perusahaan yang paling terkemuka di Indonesia.

 Misi

Falsafah Tiga Tangan

“Tangan-tangan”, yang mewakili pemangku kepentingan utama yang

harus dirangkul perusahaan untuk mencapai visi dan misinya.

 Perokok Dewasa
108

 Karyawan dan Mitra Usaha

 Masyarakat Luas

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Sejak berdiri tahun 1913, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

(“Sampoerna” atau “Perseroan”) telah menjadi bagian penting dari industri

tembakau Indonesia selama lebih dari seratus tahun, dengan produk

legendaris Dji Sam Soe atau dikenal dengan “Raja Kretek”. Selama lebih dari

satu dekade, perseroan memimpin pasar rokok Indonesia dengan pangsa pasar

sebesar 32,2% pada tahun 2019. Sampoerna merupakan pelopor kategori

Sigaret Kretek Mesin Kadar Rendah (SKM LT) di Indonesia dengan

memperkenalkan produk Sampoerna A pada tahun 1989. Merek terdepan di

pasar rokok Indonesia saat ini merupakan produk utama dalam Sampoerna A.

Perseroan juga memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang telah dikenal

luas, termasuk Marlboro Filter Black, Sampoerna U, Philip Morris Bold, dan

Sampoerna Kretek. Sampoerna merupakan anak perusahaan PT Philip Morris

Indonesia (“PMID”) dan memiliki afiliasi dengan Philip Morris International

Inc. (“PMI”) sejak 2005. PMI adalah perusahaan rokok internasional

terkemuka dengan merek global, Marlboro. Ruang lingkup kegiatan

perseroan meliputi, antara lain memproduksi, memperdagangkan, dan

mendistribusikan rokok termasuk juga mendistribusikan Marlboro, merek

rokok internasional terkemuka yang diproduksi oleh PMID. Tim manajemen

Sampoerna yang berpengalaman senantiasa menerapkan praktik global

terbaik dan sistem kelas dunia dalam mengelola lebih dari 23.000 karyawan
109

tetap di perseroan dan juga anak perusahaan. Selain itu, Sampoerna juga

bekerja sama dengan 38 Mitra Produksi Sigaret (“MPS”) yang tersebar di

Pulau Jawa yang secara bersama-sama mempekerjakan sekitar 37.700 orang

dalam memproduksi produk Sigaret Kretek Tangan (“SKT”). Perseroan

menjual dan mendistribusikan rokok melalui 112 lokasi kantor cabang zona,

kantor penjualan dan pusat distribusi di seluruh Indonesia.

7. PT Buyung Putra Sembada Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Buyung Poetra Sembada Tbk.

Kantor Pusat : Pasar Induk Cipinang Blok K No. 17,

Jakarta Timur 13230

Telepon : (62-21) 4788 2271

Fax : (62-21) 4786 5249

E-mail : corsec@topikoki.com

Website www.topikoki.com

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Membuat semua masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi beras

berkualitas tinggi.

 Misi

Mendistribusikan produk topi koki ke seluruh penjuru tanah air

Indonesia.

c) Sejarah Singkat Perusahaan


110

PT Buyung Poetra Sembada Tbk. didirikan pada tanggal 16

September 2003 berdasarkan Akta Notaris No. 46 pada tanggal 16 September

2003 dari Ichsan Tedjabuana, S.H. Kegiatan operasi perseroan adalah

bergerak dalam bidang perdagangan beras dan mulai beroperasi secara

komersial pada tahun 2003. Perseroan adalah salah satu pemain utama dalam

pengolahan dan distribusi beras premium di Indonesia. Topi Koki sebagai

merek utama produk beras perseroan diproduksi dengan berbagai varietas

beras dan ukuran. Tidak hanya merek dagang utama, perseroan juga

memproduksi dan memasarkan produk beras dengan merek lainnya, antara

lain Rumah Limas, HOKI, BPS, dan Super Belida. Perseroan juga

memproduksi dan memasarkan produk beras dengan merek dagang private

label sebagai hasil kerja sama dengan berbagai pasar modern. Beberapa

produk private label saat ini tersedia secara eksklusif pada jaringan para mitra

pasar modern.

8. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Kantor Pusat : Sudirman Plaza, Indofood Tower Lantai 23,

Jl. Jend. Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta.

Website : www.indofoodcbp.com

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Produsen barang-barang konsumsi yang terkemuka.


111

 Misi

1. Senantiasa melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan pelanggan,

menawarkan merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak

tertandingi

2. Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan

pelanggan

3. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi

dan teknologi kami

4. Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan

lingkungan secara berkelanjutan

5. Meningkatkan stakeholder’s values secara berkesinambungan

c) Sejarah Singkat Perusahaan

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. didirikan di Indonesia pada

tanggal 2 September 2009 berdasarkan Akta Notaris Herdimansyah

Chaidirsyah, S.H., No. 25. Perseroan merupakan hasil pengalihan kegiatan

usaha Divisi Mie Instan dan Divisi Bumbu Penyedap PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP” atau “Perseroan”)

merupakan salah satu produsen produk konsumen bermerek yang mapan dan

terkemuka, dengan kegiatan usaha yang terdiversifikasi, antara lain mi instan,

dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus, serta

minuman. Selain itu, ICBP juga menjalankan kegiatan usaha kemasan yang

memproduksi baik kemasan fleksibel maupun karton, untuk mendukung


112

kegiatan usaha utamanya. Kami menawarkan berbagai pilihan produk solusi

sehari-hari bagi konsumen di segala usia dan segmen pasar, melalui lebih dari

30 merek produknya yang terkemuka. Banyak di antara merek-merek tersebut

memiliki posisi pasar yang signifikan di Indonesia, didukung oleh

kepercayaan dan loyalitas jutaan konsumen selama bertahun-tahun. Sebagian

besar produk-produk kami tersedia di seluruh nusantara. Didukung oleh

jaringan distribusi yang ekstensif dari perusahaan induk, kami dapat

memenuhi permintaan pasar secara tepat waktu dan lebih efisien. Kegiatan

operasional kami didukung oleh lebih dari 60 pabrik yang tersebar di berbagai

wilayah utama di Indonesia. Dengan demikian, kami dapat senantiasa dekat

dengan permintaan pasar dan menjamin kesegaran produk-produk kami.

Selain di Indonesia, produk-produk ICBP juga hadir di lebih dari 60 negara di

dunia. Cikal bakal ICBP berawal dari Grup Produk Konsumen Bermerek

(Consumer Branded Product atau “CBP”) perusahaan induknya, PT Indofood

Sukses Makmur Tbk (“Indofood”). Kegiatan usaha Grup CBP ini dimulai

dengan bisnis di bidang mie instan pada tahun 1982. Di tahun 1985, Grup

CBP memulai kegiatan usaha di bidang nutrisi dan makanan khusus, dan di

tahun 1990 mengembangkan kegiatan usahanya ke bidang makanan ringan

melalui kerja sama dengan Fritolay Netherlands Holding B.V., afiliasi dari

Pepsi Co. Kegiatan usaha di bidang penyedap makanan dibentuk pada tahun

1991. Kegiatan usaha di bidang dairy dimulai di tahun 2008 melalui akuisisi

Drayton Pte. Ltd., yang merupakan pemegang saham mayoritas dari PT

Indolakto (“Indolakto”). Di tahun 2009, Indofood melakukan restrukturisasi


113

berbagai kegiatan usaha produk konsumen bermerek di bawah Grup CBP

untuk membentuk ICBP. Sejak pendirian ICBP sebagai entitas terpisah,

perseroan terus mengembangkan usahanya dan memperkuat

kepemimpinannya di berbagai segmen pasar.

9. PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Alamat Kantor Pusat : Wisma Indocement, Lantai 13 Jalan

Jenderal Sudirman Kav. 70-71 Jakarta

12910, Indonesia.

Telepon : +6221 8754343 ext. 3808

Fax : +6221 87941166

Website : www.indocement.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi produsen semen terkemuka di Indonesia, pemain di pasar

beton siap-pakai (RMC) di Pulau Jawa dan Sumatera Selatan, serta

pemain nomor satu di pasar agregat di Jabodetabek.

 Misi

Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan

bangunan berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap

memerhatikan pembangunan berkelanjutan.

c) Sejarah Singkat Perusahaan


114

Cikal bakal pendirian Indocement telah dimulai sejak tahun 1975 yang

ditandai dengan didirikannya sebuah pabrik semen dengan kapasitas

terpasang sebesar 500.000 ton di wilayah Citeureup, Jawa Barat, oleh PT

Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE). Pendirian DICE disusul oleh

perusahaan dan pabrik lainnya. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, telah

berdiri delapan pabrik tambahan dengan kapasitas terpasang 7,7 juta ton per

tahun yang dikelola oleh enam perusahaan yang berbeda, yaitu PT Distinct

Indonesia Cement Enterprise (DICE); PT Perkasa Indonesia Cement

Enterprise (PICE); PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise

(PIICPE); PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise

(PAUICE); PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE);

dan PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise. Keenam pabrik

tersebut bergabung menjadi PT Inti Cahaya Manunggal, yang kemudian

berubah nama menjadi PT Indocement Tunggal Prakarsa.

Pada 1989, perseroan menapaki babak baru dengan melakukan

Penawaran Umum Saham Perdana dan menjadi perusahaan publik dengan

mencatatkan seluruh sahamnya di bursa efek di Indonesia dengan kode

“INTP” pada 5 Desember 1989. Kantor pusat perseroan berlokasi di Wisma

Indocement, lantai 13, jalan Jenderal Sudirman, Kav. 70-71, Jakarta Selatan.

Guna mengantisipasi pertumbuhan pasar yang semakin kuat, Indocement

terus berupaya menambah jumlah pabriknya untuk meningkatkan kapasitas

produksi. Perseroan mengakuisisi Plant 9 pada 1991 dan menyelesaikan

pembangunan Plant 10 di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa Barat


115

pada 1996. Selanjutnya pada 1997, Plant 11 selesai dibangun di Kompleks

Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Pada 29 Desember 2000, dari hasil

merger antara Perseroan dengan PT Indo Kodeco Cement (IKC), maka

Perseroan menjadi pemilik pabrik semen di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan

Selatan. Pabrik tersebut menjadi Plant 12 milik perseroan. Pada 2001,

Heidelberg Cement Group menjadi pemegang saham mayoritas melalui

entitas anaknya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. Setelah mengakuisisi

61,7% saham perseroan.

Pada Oktober 2016, perseroan mulai mengoperasikan pabrik ketiga

belas yang disebut “Plant 14” di Kompleks Pabrik Citeureup, yang

merupakan pabrik semen terintegrasi terbesar milik Indocement dengan

kapasitas desain terpasang mencapai 4,4 juta ton semen per tahun dan juga

merupakan pabrik semen terbesar yang pernah dibangun oleh Indocement dan

Heildelberg Cement Group. Dengan rampungnya Plant 14, saat ini perseroan

telah mempunyai 13 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar

24,9 juta ton semen. Sepuluh pabrik berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup,

Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa

Barat; dan satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan

Selatan.

10. PT Kalbe Farma Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Kalbe Farma Tbk

Kantor Pusat : Gedung KALBE Jl. Let. Jend. Suprapto Kav.


116

4 Cempaka Putih, Jakarta 10510 Indonesia

Telepon : (62-21) 4287 3888

Fax : (62-21) 4287 3678

Web : www.kalbe.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik dengan skala

interpersonal yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat, dan

manajemen yang prima.

 Misi

Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Berdiri pada tahun 1966, Kalbe Farma (Kalbe) telah berkembang dari

awal yang sederhana di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi terdepan di

Indonesia, yang terus berkembang kehadirannya di pasar internasional.

Melalui manajemen portofolio kami yang terarah: divisi obat resep, divisi

produk kesehatan, divisi nutrisi, serta divisi distribusi & logistik. Ke empat

divisi usaha ini mengelola portofolio produk obat resep dan obat OTC yang

komprehensif, minuman energi, produk-produk nutrisi dan alat-alat

kesehatan, dengan dukungan jaringan distribusi yang menjangkau lebih dari

satu juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia. Kami juga terus membangun

posisi kami di pasar internasional dengan hadir di negara-negara ASEAN

serta Afrika, dan menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang mampu

bersaing di pasar ekspor. Seiring pertumbuhan dan perubahan kebutuhan


117

produk kesehatan di seluruh dunia, Kalbe bekerja untuk tetap menjadi yang

terdepan dan relevan dengan tren yang ada, melalui keterlibatannya yang aktif

di berbagai kegiatan usaha e-commerce, Kalbe melayani pesatnya

pertumbuhan konsumen cerdas digital di Indonesia. Serta melalui aliansi

strategis dengan berbagai mitra internasional, Kalbe juga telah membangun

beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan yang berhasil, yang aktif

terlibat dalam penelitian mutakhir di bidang penghantaran obat, obat kanker,

sel punca dan bioteknologi. Aktivitas ini membuka peluang bagi perseroan

untuk terus meluncurkan berbagai produk dan layanan baru yang inovatif,

yang dapat menyaingi para kompetitor. Didukung oleh tenaga kerja sebesar

16.628 karyawan, kini Kalbe memiliki kemampuan di bidang pemasaran,

branding, distribusi, keuangan serta riset & pengembangan yang unggul di

Indonesia.

11. PT Link Net Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Link Net Tbk

Kantor Terdaftar : Berita Satu Plaza Lantai 4 Jl. Jend. Gatot

Subroto Kav. 35-36, Kuningan Timur,

Setiabudi, Jakarta Selatan 12950 Indonesia

Telepon : (62-21) 5278811

Fax : (62-21) 5278833

Email :  corporate.secretary@linknet.co.id (Corporate

Secretary)
118

 ir@linknet.co.id (Investor Relation)

Website : www.linknet.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi pilihan utama untuk layanan broadband dan media

 Misi

Untuk mengubah hidup konsumen Indonesia dengan menyediakan

layanan broadband, media dan solusi yang inovatif dan istimewa.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Perseroan didirikan dengan nama PT Seruling Indah Permai pada

tahun 1996 dan kemudian berubah nama menjadi PT Link Net pada tahun

2000. Perseroan pada awalnya memiliki kegiatan usaha di bidang

perdagangan barang dan jasa. Tetapi pada tahun 2000, kegiatan usaha

perseroan berubah menjadi di bidang teknologi informasi dan jasa

penyelenggaraan internet serta jasa pada umumnya. Pada tahun 2011 dan

tahun 2019 terdapat penambahan kegiatan usaha, sehingga kegiatan usaha

Perseroan sampai dengan saat ini adalah bergerak dalam bidang

penyelenggaraan aktivitas telekomunikasi dengan kabel, jasa multimedia,

internet, perdagangan, serta jasa konsultasi manajemen bisnis. Di

pertengahan tahun 2014, perseroan mengambil langkah pasti dengan

menjadi perusahaan terbuka (tbk), yaitu melakukan penawaran umum

perdana (Initial Public Offering (IPO)) kepada masyarakat dan mencatatkan

sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 2 Juni 2014, dengan kode
119

emiten “LINK”. Saat ini perseroan merupakan penyedia jasa layanan

internet broadband berkecepatan tinggi di Indonesia, dan bekerjasama

dengan PT First Media Television dalam menyediakan jasa televisi

berlangganan, serta penyedia jasa layanan komunikasi data. Perseroan

mengoperasikan sistem kabel Hybrid Fiber Coaxial (“HFC”) dan Fiber To

The Home (“FTTH”) dengan teknologi tinggi dan mampu mengoperasikan

870 MHz two-way broadband services. Per 31 Desember 2019, perseroan

telah memiliki jaringan lebih dari 2,49 juta homes passed terbentang di

wilayah Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya (termasuk Cimahi), Surabaya

dan sekitarnya (termasuk Malang, Gresik, Sidoarjo), Bali, Serang, Cilegon,

Semarang, Solo, Medan, dan Batam. Perseroan merupakan perusahaan di

bawah PT First Media Tbk atau First Media Group. Perseroan menjalankan

bisnis internet dan multimedia sebagai bentuk pengejawantahan dari visi

dan misi First Media Group untuk menjadi perusahaan megamedia di

Indonesia.

12. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama : PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk.

Alamat : Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4, Central Jakaarta,

DKI Jakarta, 10510

Telepon : (+62 21) 4243908

Fax : (+62 21) 4244983

Email : Corporate.secretary@mitrakeluarga.com

Website : http://mitrakeluarga.com
120

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Kami ingin menjadi penyedia layanan kesehatan terdepan yang

berfokus pada pelanggan.

 Misi

Kami berkomitmen untuk mengoptimalkan kualitas hidup orang

banyak dengan pelayanan yang penuh kasih sayang, terpercaya dan

fokus pada pelanggan.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Dari tahun ke tahun, Mitra Keluarga telah tumbuh menjadi operator

rumah sakit komunitas terkemuka, dengan tingkat keuntungan yang sehat.

Keberhasilan tersebut didukung oleh sejarah brand, serta kredo yang

menekankan penyediaan layanan “Life, Love and Laughter” bagi para pasien.

Di Bulan Maret 2015, Mitra Keluarga menjadi perusahaan publik dengan

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (Kode Saham: MIKA). Pada

Bulan Oktober 2017, Mitra Keluarga mengumumkan akuisisi PT Rumah

Kasih Indonesia (Kasih Group), jaringan 7 rumah sakit dengan sekitar 500

tempat tidur, yang terutama melayani pasien dengan Skema Asuransi

Kesehatan Pemerintah, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Keberhasilan akuisisi ini membuka peluang bagi perseroan untuk terus

mengembangkan usahanya melalui peningkatan pangsa pasar, serta untuk

mendukung program kesehatan pemerintah, Jaminan Kesehatan Nasional.

Perluasan jaringan terus berlanjut pada tahun 2019, melalui pembukaan 2


121

rumah sakit Mitra Keluarga dan akuisisi 2 rumah sakit. Per akhir tahun 2019,

Mitra Keluarga tetap dipandang sebagai salah satu jaringan rumah sakit

terkemuka di Indonesia, yang meliputi 16 rumah sakit Mitra Keluarga dan 8

rumah sakit di bawah Kasih Group. Total jumlah pasien rawat inap dan rawat

jalan mencapai masing-masing sebesar 208.374 dan 2.678.638 pasien di

tahun 2019, yang dilayani oleh 6.067 tenaga medis dan 1.727 karyawan non-

medis.

Mitra Keluarga berdiri pada tahun 1989 dengan pembukaan rumah

sakitnya yang pertama berkapasitas 35 tempat tidur di Jakarta Timur, dengan

visi menjadi penyedia layanan kesehatan terdepan yang berfokus pada

pelanggan. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk secara resmi menjadi badan

hukum di tahun 1995, dengan menggunakan nama PT Calida Ekaprana,

sebelum menjadi PT Mitra Keluarga Karyasehat di tahun 2014. Keberhasilan

rumah sakit yang pertama disusul dengan pendirian lebih banyak rumah sakit,

terutama di daerah Jabodetabek dan Surabaya. Lokasi-lokasi tersebut

memiliki demografi kelas menengah yang paling menarik dan akses ke tenaga

medis yang berkualifikasi.

13. PT Media Nusantara Citra Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perseroan : PT Media Nusantara Citra Tbk

Alamat : MNC Tower Lantai 26, Jl. Kebon Sirih No.

17-19 Jakarta Pusat 10340

Telepon : +6221-3909211, 3900310

Fax : +6221-3927859
122

Website : www.mnc.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi grup media yang terintegrasi dengan fokus pada penyiaran

televisi dan konten berkualitas yang disiarkan melalui teknologi yang

tepat untuk memenuhi kebutuhan pasar.

 Misi

Memberikan konsep hiburan keluarga terlengkap dan menjadi sumber

berita dan informasi terpercaya di Indonesia.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Media Nusantara Citra Tbk. atau MNC, telah mengoperasikan 4 dari

11 stasiun Free-To-Air (FTA) TV dan memiliki bisnis inti dalam

memproduksi dan mendistribusikan konten-konten televisi. Perseroan yang

didirikan pada tanggal 17 Juni 1997 merupakan perusahaan publik yang

sahamnya telah tercatat dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ) sejak tanggal 22 Juni

2007, dengan kode saham MNCN. Selain 4 stasiun TV FTA Perseroan –

RCTI, MNCTV, GTV dan iNews. MNC juga memiliki radio, media cetak,

talent management, unit produksi konten, dan portal berita terbesar

Okezone.com, Sindonews.com dan iNews.id, serta berbagai digital platforms

termasuk streaming service ternama, yaitu RCTI+. Maksud dan tujuan

perseroan sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Dasar, adalah untuk

terlibat dalam usaha perdagangan, konstruksi (termasuk real estate), industri,


123

pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, pengangkutan, percetakan,

informasi dan komunikasi, dan jasa (aktivitas profesional, ilmiah, dan teknis).

14. PT Mayora Indak Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. Mayora Indah Tbk.

Alamat Perusahaan : Gedung Mayora lantai 8, Jl. Tomang

Raya 21-23 Jakarta Barat.

Telepon : 021 565 5320

Fax : 021 565 5323

Website : http://www.mayoraindah.co.id

http://www.mayora.com.

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi produsen makanan dan minuman yang berkualitas dan

terpercaya di mata konsumen domestik maupun internasional dan

menguasai pangsa pasar terbesar dalam kategori produk sejenis.

 Misi

Dapat memperoleh laba bersih operasi di atas rata-rata industri dan

memberikan value added yang baik bagi seluruh stakeholders

perseroan.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan

pabrik pertama berlokasi di Tangerang dengan target market wilayah Jakarta

dan sekitarnya. Setelah mampu memenuhi pasar Indonesia, perseroan


124

melakukan Penawaran Umum Perdana dan menjadi perusahaan publik pada

tahun 1990 dengan target market; konsumen Asean. Kemudian melebarkan

pangsa pasarnya ke negara-negara di Asia. Saat ini produk perseroan telah

tersebar di 5 benua di dunia. Bahkan pada tahun 2017 kembang gula Kopiko

telah dibawa oleh awak stasiun luar angkasa internasional saat mengorbit

bumi. Sebagai salah satu Fast Moving Consumer Goods Companies, PT.

Mayora Indah Tbk. telah membuktikan dirinya sebagai salah satu produsen

makanan berkualitas tinggi dan telah mendapatkan banyak penghargaan,

diantaranya adalah “Top Five Best Managed Companies in Indonesia” dari

Asia Money, “Top 100 Exporter Companies in Indonesia” dari majalah Swa,

“Top 100 public listed companies” dari majalah Investor Indonesia, “Best

Manufacturer of Halal Products” dari Majelis Ulama Indonesia, Best Listed

Company dari Berita Satu, “Indonesia's Corporate Secretary Award, Top 5

Good Corporate Governance Issues in Consumer Goods Sector” dari Warta

Ekonomi dan banyak lagi penghargaan lainnya.

15. PT Bukit Asam Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Bukit Asam Tbk

Alamat Kantor Pusat : Jl. Parigi No. 1 Muara Enim Tanjung Enim

31716 Sumatera Selatan, Indonesia

Telepon : + 62 734 451096, 452352

Fax : +62 734 451095, 452993

Email : corsec@bukitasam.co.id

Website : www.ptba.co.id
125

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan

 Misi

Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi

korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah

maksimal bagi stakeholder dan lingkungan

c) Sejarah Singkat Perusahaan

PT Bukit Asam Tbk, yang selanjutnya disebut sebagai “Perusahaan”

atau “PTBA” secara legal formal berdiri pada tanggal 2 Maret 1981

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1980 tentang Penyertaan

Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan

(Persero) Tambang Batu bara Bukit Asam. Perusahaan memiliki sejarah yang

sangat panjang di industri batu bara nasional. Operasional dari perusahaan ini

ditandai dengan beroperasinya tambang Air Laya di Tanjung Enim tahun

1919 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Kala itu, penambangan masih

menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining). Pada periode

tahun 1923 hingga 1940, tambang Air Laya mulai menggunakan metode

penambangan bawah tanah (underground mining). Lalu sekitar tahun 1938,

mulai dilakukan produksi untuk kepentingan komersial. Seiring dengan

berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan

Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi

pertambangan nasional hingga pada tahun 1950, Pemerintah Republik


126

Indonesia kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara

Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada tanggal 2 Maret 1981, PN

TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT

Tambang Batu bara Bukit Asam (Persero) atau dikenal juga sebagai PTBA.

Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batu bara di Indonesia,

pada 1990 Pemerintah Indonesia menetapkan penggabungan Perum Tambang

Batu Bara dengan perusahaan. Sesuai dengan program pengembangan

ketahanan energi nasional, pada 1993 pemerintah menugaskan perusahaan

untuk mengembangkan usaha briket batu bara. Pada tahun 23 Desember

2002, perusahaan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek

Indonesia dengan kode “PTBA” dengan melakukan penawaran umum

perdana (initial public offering) sebanyak 346.500.000 saham yang terdiri

dari 315.000.000 saham divestasi milik Negara Republik Indonesia, sehingga

perusahaan berubah status menjadi perusahaan publik dengan nama PT

Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk. Di tahun 2017, Perusahaan

memasuki babak baru dengan resmi bergabung bersama PT Aneka Tambang

Tbk. dan PT Timah Tbk. dalam Holding BUMN Pertambangan dengan PT

Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebagai induk holding. Tergabungnya

perusahaan ke dalam holding tersebut juga memberikan efek domino dalam

kebijakan perusahaan, di antaranya dengan perubahan nama dan status PT

Bukit Asam (Persero) Tbk menjadi PT Bukit Asam Tbk. Bergabungnya

perusahaan ke dalam holding BUMN pertambangan ini diharapkan mampu

meningkatkan kapasitas usaha dan pendanaan, pengelolaan sumber daya alam


127

mineral dan batu bara yang lebih efektif, peningkatan nilai tambah melalui

hilirisasi dan meningkatkan kandungan lokal, serta efisiensi biaya dari sinergi

yang dilakukan.

16. PT Pakuwon Jati Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Pakuwon Jati Tbk

Alamat Kantor Pusat : Pakuwon City Mall Jl. Kejawan Putih

Mutiara No. 17 Pakuwon City Surabaya

60112, Indonesia

Telepon : (+62) 31 5820 8788

Email : investorrelations@pakuwon.com

Website : www.pakuwonjati.com

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Tumbuh bersama pemegang saham, karyawan, penyewa, dan

pembeli.

 Misi

o Menjadi pengembang pusat perbelanjaan ritel non-strata yang

terdepan di Indonesia

o Mengembangkan superblok terbaik dan pengembang hunian

berskala kota mandiri untuk kualitas hidup yang lebih baik

o Menjadi tempat kerja terbaik dalam industri properti


128

o Mengoptimalkan pengembalian investasi bagi penyewa dan

pembeli

c) Sejarah Singkat Perusahaan

PT Pakuwon Jati Tbk (Perseroan) telah menjadi bagian tak

terpisahkan dari industri properti di tanah air selama lebih dari 3 dekade

dengan menghadirkan portofolio perusahaan di berbagai sektor utama

properti seperti ritel, perumahan, komersial dan perhotelan. Saat ini perseroan

telah bertumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan dengan beragam

mahakarya kelas dunia sebagai kontribusi nyata bagi keluarga Indonesia.

Pakuwon Jati kini juga semakin dikenal sebagai perintis konsep superblok di

Indonesia yang mengusung konsep terintegrasi berskala besar antara ritel

shopping mall, perkantoran, kondominium, dan hotel. Track record yang

sukses dan reputasi yang baik di industri properti memberikan rasa aman

terhadap tenants dan pembeli, dengan fondasi dasar bisnis yang kuat untuk

melakukan ekspansi bisnis.

PT Pakuwon Jati Tbk (Perseroan) didirikan pada 20 September 1982

berdasarkan akta No. 281 yang dibuat di hadapan Kartini Muljadi, S.H.,

notaris di Jakarta. Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman

Republik Indonesia, melalui Surat Keputusan No. C2- 308.HT.01. TH.83

tanggal 17 Januari 1983, serta telah diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia No. 28 tanggal 8 April 1983 Tambahan No. 420.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan yang

terakhir dengan akta No. 41 tanggal 26 Juni 2019 dari notaris Surjadi, S.H.
129

MKn. MM. MH., notaris di Jakarta mengenai perubahan pasal 3 Anggaran

Dasar Perusahaan tentang maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perusahaan

disesuaikan dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik tentang klasifikasi

lapangan usaha Indonesia. Akta perubahan tersebut telah memperoleh

persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

dalam Suratnya No. AHU-0036492. AH.01.02.Tahun 2019 tanggal 11 Juli

2019.

17. PT Surya Citra Media Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Surya Citra Media Tbk

Alamat Kantor Pusat : SCTV Tower Lt. 18 Jl. Asia Afrika Lot 19

Senayan City, Jakarta, 10270.

Telepon : (+6221) 2793 5599

Fax : (+6221) 2793 5598

Email : corsec@scm.co.id

Website : www.scm.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi penyedia hiburan dan informasi terdepan bagi bangsa

Indonesia

 Misi

o Kami berupaya untuk menjadi pilihan pertama dalam penyedia

konten berkualitas, untuk menghibur, mendidik dan memberi

informasi akurat dan terpercaya bagi bangsa Indonesia.


130

o Kami akan menjadi pilihan pertama melalui pengadaan konten

yang menarik, penyediaan layanan yang unggul dan pengembangan

berkelanjutan dari sumber daya manusia kami. Melalui pencapaian

ini, kami akan menciptakan sebuah usaha menguntungkan yang

berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan kami.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) berdiri sejak tahun 1999 dengan

nama PT Cipta Aneka Selaras berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas

No. 3 tanggal 29 Januari 1999 yang dibuat di hadapan Umar Saili, SH,

Notaris di Tangerang, dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri

Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-18033

HT.01.01.Th.99 tanggal 25 Oktober 1999. Pendirian SCMA juga telah

didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Barat dengan

No. 1024/BH.09-02/IX/2000 pada tanggal 26 September 2000 dan telah

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 9 tanggal 29

Januari 2002, Tambahan No. 997. Perubahan nama menjadi PT Surya Citra

Media adalah berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang

Saham sebagai Pengganti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

Perubahan Anggaran Dasar No. 103 tanggal 31 Desember 2001, dibuat di

hadapan Aulia Taufani, SH, sebagai pengganti dari Sutjipto, SH, Notaris di

Jakarta. SCMA senantiasa memacu diri untuk tumbuh dan berkembang dalam

rangka memberikan kontribusi lebih pada industri media di Indonesia.

Industri media merupakan salah satu industri yang berkembang paling pesat
131

di Indonesia dan telah menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari.

SCMA berkomitmen untuk memberikan tayangan, program, konten,

dan layanan di bidang media yang bermakna dan memperkaya gaya hidup

pemirsa Indonesia. Melalui dua saluran TV nasional terbesar di Indonesia,

yaitu PT Surya Citra Televisi (SCTV) dan PT Indosiar Visual Mandiri

(Indosiar), berita web portal PT Kapan Lagi Network (KLY), video on

demand platform PT Vidio Dot Com (Vidio), dan entitas anak lainnya yang

bergerak di bidang konten seperti PT Sinemart Indonesia (SinemArt), PT

Screenplay Produksi (SP), PT Screenplay Sinema Film (SSF), PT Indonesia

Entertainmen Grup (IEG), PT Indonesia Entertainmen Produksi (IEP), dan

entitas-entitas anak lainnya. Perseroan terus mengasah kreativitas dan bekerja

keras untuk menghadirkan tayangan yang menghibur, serta informasi yang

mengedukasi dan dipercaya pemirsanya. Selain itu, SCMA juga memperluas

layanan yang didedikasikan untuk pembuatan konten berkualitas, manajemen

artis, dan jasa periklanan yang unggul, serta manajemen fasilitas siaran dan

produksi film yang saling berkesinambungan, untuk memberikan pengalaman

hiburan dan tayangan terbaik, serta demi memajukan industri media dalam

negeri.

18. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul

Tbk
132

Alamat : Kantor Pusat :Gedung Menara Suara Merdeka,

Lantai 16 Jl. Pandanaran No. 30

Semarang 50134 Indonesia

Kantor Cabang:Grha Muncul Mekar Jl. Panjang

Arteri Kelapa Dua No. 27

Kebon Jeruk – Jakarta Barat

Telepon : (62 24) 7692 8811

Fax : (62 24) 7692 8815

Email : info@sidomuncul.co.id

Website : www.sidomuncul.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi perusahaan farmasi, obat tradisional, makanan minuman

kesehatan, kosmetik dan pengolahan bahan herbal yang dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

 Misi

o Mengembangkan produk-produk berbahan baku herbal dalam

bentuk sediaan farmasi, obat tradisional, makanan minuman

kesehatan, dan kosmetik berdasarkan penelitian yang rasional,

aman, dan jujur.

o Mengembangkan penelitian obat-obat herbal secara

berkesinambungan.
133

o Membantu dan mendorong pemerintah, institusi pendidikan, dunia

kedokteran agar lebih berperan dalam penelitian dan

pengembangan obat dan pengobatan herbal.

o Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membina

kesehatan melalui pola hidup sehat, pemakaian bahan- bahan alami,

dan pengobatan secara naturopathy.

o Melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) yang intensif.

o Mengelola perusahaan yang berorientasi ramah lingkungan.

o Menjadi perusahaan obat herbal yang mendunia.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Sido Muncul lahir dari tangan dingin dan terampil Ibu Rahmat Sulistio

yang merintis usaha rumahan dengan tiga orang karyawan pada tahun 1930an

di Yogyakarta. Pada tahun 1940, ibu Rahmat Sulistio untuk pertama kalinya

meracik ramuan jamu godogan untuk masuk angin yang dinamakan “Tolak

Angin”. Pemilihan bahan yang berkualitas dan komposisi yang tepat

membuat jamu Tolak Angin disukai masyarakat dan semakin populer. Tetapi

situasi perang membuat keluarga ibu Rahmat Sulistio harus hijrah ke

Semarang. Pada tahun 1951, sebuah pabrik jamu sederhana didirikan di jalan

Mlaten Trenggulun, Semarang, dengan nama “Sido Muncul” yang artinya

“impian yang terwujud”. Dengan naluri bisnisnya yang jauh melampaui

zaman, Ibu Rahmat sulistio mulai memproduksi jamu Tolak Angin berbentuk

serbuk dalam kemasan kertas yang praktis sehingga pembeli dapat

menyimpannya di rumah dan menyeduhnya sendiri kapan saja dibutuhkan.


134

Hampir 20 tahun kemudian, pada tahun 1970, dibentuk persekutuan

komanditer dengan nama CV Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul. Pada

tahun 1975, bentuk usaha Sido Muncul diubah menjadi Perseroan Terbatas

dengan nama PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul. Seluruh usaha dan

aset dari CV Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul digabungkan ke dalam

dan dilanjutkan oleh perseroan terbatas tersebut.

Seiring dengan pengembangan skala usaha, kapasitas produksi pabrik

di Jalan Mlaten Trenggulun tidak mampu lagi memenuhi permintaan pasar

yang terus meningkat. Maka pada tahun 1984, Sido Muncul memindahkan

lokasi pabrik ke Lingkungan Industri Kecil di Jalan Kaligawe, Semarang.

Pabrik yang baru dibangun tersebut telah menggunakan mesin-mesin modern

dengan jumlah karyawan yang terus bertambah seiring dengan peningkatan

kapasitas produksi. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan inovasi, Tolak

Angin terus dikembangkan dan pada tahun 1992 Sido Muncul mulai

memproduksi Tolak Angin dalam bentuk cair yang lebih praktis dan rasa

yang enak. Meskipun demikian, sejak masih dalam bentuk jamu godogan

pada tahun 1930, lalu menjadi jamu serbuk pada tahun 1951 hingga menjadi

bentuk cair saat ini, resep Tolak Angin yang diformulasikan oleh ibu Rahmat

Sulistio masih tetap sama. Untuk mengantisipasi kemajuan di masa yang akan

datang, pada tahun 1997 Sido Muncul membangun unit pabrik yang lebih

besar dan modern di lahan seluas 30 hektar di Klepu, Kecamatan Bergas,

Ungaran, Jawa Tengah. Luas bangunan pabrik adalah sekitar 8 hektar dan

sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik. Peletakan batu


135

pertama pembangunan pabrik di Klepu dilakukan oleh Sri Sultan

Hamengkubuwono X disaksikan oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat

dan Makanan saat itu. Pabrik tersebut diresmikan pada tanggal 11 November

2000 oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial saat itu. Saat

peresmian pabrik, Sido Muncul sekaligus menerima 2 (dua) sertifikat, yaitu

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi. Kedua sertifikat tersebut

menjadikan Sido Muncul sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar

farmasi. Sido Muncul terus mengembangkan kapasitas produksi, menambah

varian produk dan memperluas cakupan pasar hingga ke pasar global. Pada

tahun 2018, Sido Muncul telah merampungkan pembangunan pabrik Cairan

Obat Dalam II (COD II) dengan kapasitas produksi sekitar 100 juta sachet per

bulan yang telah beroperasi penuh pada tahun 2019.

19. PT Selamat Sempurna Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Selamat Sempurna Tbk

Alamat : Wisma ADR, Jl. Pluit I No. 1, North Jakarta,

DKI Jakarta, 14440

Telepon : (+62 21) 6610033, 6690244

Fax : (+62 21) 6696237, 6618438

Email : adr@adr-group.com

corporate@adr-group.com

lidiana.widjojo@adr-group.com

Website : www.smsm.co.id
136

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri komponen otomotif

 Misi

Peningkatan berkesinambungan dalam memenuhi semua persyaratan

melalui kecemerlangan dalam proses transformasi terbaik.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

PT Selamat Sempurna Tbk (“Perseroan”) didirikan di Indonesia pada

tanggal 19 Januari 1976 berdasarkan akta Notaris Ridwan Suselo, S.H., No.

207. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam

Surat Keputusan No. Y.A.5/96/5 tanggal 22 Maret 1976. Perseroan bergerak

dibidang industri alat-alat atau perlengkapan (spare parts) kendaraan

bermotor, alat-alat berat, dan mesin lainnya serta kegiatan distribusi.

Pada tahun 1994, perseroan mengakuisisi PT Andhi Chandra

Automotive Products (ACAP). Selanjutnya pada tahun 1995, perseroan juga

melakukan kegiatan investasi pada PT Panata Jaya Mandiri, suatu perusahaan

patungan (joint venture) bersama Donaldson Company Inc, USA. Pada tahun

1996, perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya

(sekarang Bursa Efek Indonesia) agar publik dapat ikut berpartisipasi

memiliki saham perseroan tersebut. Pada tahun 2000, perseroan memperoleh

pernyataan efektif dari BAPEPAM untuk melakukan penawaran umum

obligasi dengan jumlah nominal Rp. 100 Milyar, yang telah dicatatkan di

Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Juli 2000 dan obligasi tersebut telah
137

memperoleh peringkat “idA” (stable outlook) berdasarkan hasil

pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Pada tahun

2000, ACAP melakukan penawaran perdana sebagian sahamnya kepada

masyarakat melalui Bursa Efek JakartaPT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

a) Ptofil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk

Alamat : Graha Merah Putih Jl. Japati No. 1, Bandung

Jawa Barat, Indonesia – 40133

Telepon : +62-22-4521404

Fax : +62-22-7206757

Email : corporate_comm@telkom.co.id

investor@telkom.co.id

Website : www.telkom.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi digital telco pilihan utama untuk memajukan masyarakat

 Misi

o Mempercepat pembangunan infrastruktur dan platform digital

cerdas yang berkelanjutan, ekonomis, dan dapat diakses oleh

seluruh masyarakat

o Mengembangkan talenta digital unggulan yang membantu

mendorong kemampuan digital dan tingkat adopsi digital bangsa

o Mengorkestrasi ekosistem digital untuk memberikan pengalaman

digital pelanggan terbaik


138

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Memasuki enam dekade, Telkom saat ini menghadapi tantangan yang

besar di era digital seiring dengan berkembangnya Over the Top Application

(OTT) atau aplikasi digital berbasis internet sejak tahun 2000-an. Untuk

menghadapi disrupsi digital, Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi

perlu melakukan transformasi. Telkom kemudian beradaptasi mengikuti

perkembangan inovasi dan teknologi digital, menyesuaikan portofolio

produk, membangun customer centric organization, dan mengembangkan

jaringan infrastruktur bisnis digital. Melewati tahun 2019, Telkom berhasil

mempertahankan pertumbuhan usaha dengan meraih dan menciptakan

peluang bisnis baru. Telkom bertransformasi dan melakukan ekspansi usaha

untuk menghadapi disruptive competitive growth dengan visi utama menjadi

salah satu digital telecommunication company terbesar di Asia Pasifik. Pada

tahun 2019, sejalan dengan upaya transformasi yang telah dijalankan, Telkom

memiliki pencapaian yang cukup memuaskan. Salah satunya yaitu

mendapatkan pengakuan dunia internasional dalam ajang Frost & Sullivan

2019 Asia Pacific Best Practices Awards. Pencapaian Telkom di era digital

tidak terlepas dari pengalaman sepanjang enam dekade menghadapi dinamika

dunia usaha. Dimulai pada tahun 1965, sejarah Telkom ditandai dengan

pemisahan layanan pos dan telekomunikasi oleh Pemerintah, yang membagi

PN Postel menjadi Perusahaan Negara Pos Giro (PN Pos Giro) dan

Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Telkom terus

mengalami berbagai perubahan dan tumbuh berkembang, termasuk juga


139

dalam hal perubahan nama perusahaan dan perubahan organisasi. Pada tahun

1974, PN Telekomunikasi menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi

(Perumtel) dan memisahkan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI)

sebagai perusahaan independen yang memproduksi peralatan telekomunikasi.

Kemudian pada 1991, Perumtel berubah menjadi perseroan terbatas milik

negara dengan nama resmi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau

disebut Telkom. Sejak tahun 1995, Telkom menjadi perusahaan terbuka yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan New York Stock Exchange

(NYSE). Sampai dengan 31 Desember 2019 nilai kapitalisasi pasar mencapai

Rp393,3 triliun di BEI dan US$28,23 miliar di NYSE.

20. PT United Tractors Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT United Tractors Tbk

Kantor Pusat : Jl. Raya Bekasi Km. 22, Cakung Jakarta –

13910 Indonesia

Telepon : (62-21) 2457-9999

Fax : (62-21) 460-0657, 460-0677, 460-0655

Email : ir@unitedtractors.com

Website : www.unitedtractors.com

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Menjadi perusahaan kelas dunia berbasis solusi di bidang alat berat,

pertambangan dan energi, untuk menciptakan manfaat bagi para

pemangku kepentingan.
140

 Misi

o Bertekad membantu pelanggan meraih keberhasilan melalui

pemahaman usaha yang komprehensif dan interaksi berkelanjutan.

o Bertekad membantu pelanggan meraih keberhasilan melalui

pemahaman usaha yang komprehensif dan interaksi berkelanjutan.

o Bertekad membantu pelanggan meraih keberhasilan melalui

pemahaman usaha yang komprehensif dan interaksi berkelanjutan.

o Bertekad membantu pelanggan meraih keberhasilan melalui

pemahaman usaha yang komprehensif dan interaksi berkelanjutan.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Perseroan didirikan pada tahun 1972 dengan fokus usaha pada

distribusi alat-alat berat. Sebelumnya Perseroan bernama PT Inter-Astra

Motor Works dan berganti nama menjadi PT United Tractors Tbk pada

tanggal 28 November 1972. Saat ini Perseroan dikenal sebagai distributor alat

berat terbesar di Indonesia dan menjadi pemimpin di pasar alat berat melalui

produk-produk Komatsu yang didistribusikan Perseroan (30% pada 2019

berdasarkan riset pasar internal). Perseroan merupakan anak usaha dari PT

Astra International Tbk (“Astra”), salah satu grup usaha terbesar dan

terkemuka di Indonesia dengan jaringan layanan menjangkau berbagai

industri dan sektor. Sejak 19 September 1989, perseroan telah menjadi

perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia

(dahulu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya). Hingga kini Astra

memiliki 59,5% saham Perseroan, dengan sisa saham dimiliki oleh publik.
141

Dalam kurun waktu 47 tahun, perseroan telah mengembangkan usahanya ke

sektor kontraktor penambangan, pertambangan, jasa kontraktor umum dan

pembangkit listrik. Saat ini perseroan telah berkembang menjadi salah satu

pemain utama di sektor dan industri dalam negeri, melalui enam pilar bisnis,

yaitu Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan, Pertambangan Batu Bara,

Pertambangan Emas, Industri Konstruksi, dan Energi. Pilar Mesin Konstruksi

menawarkan penjualan alat berat dan alat transportasi beserta suku cadang,

attachment dan jasa terkait lainnya. Produk-produk yang ditawarkan adalah

dari merek terpercaya, yaitu Komatsu, UD Trucks, Scania, Tadano dan

Bomag. Kegiatan jasa Kontraktor Penambangan dijalankan PT Pamapersada

Nusantara (“PAMA”), sebuah perusahaan kontraktor terkemuka di Indonesia

yang selama ini telah mendukung kegiatan usaha produsen-produsen batu

bara terbesar di Indonesia. Untuk kegiatan terkait Pertambangan Batu Bara,

Tuah Turangga Agung (“TTA”) beroperasi melalui beberapa anak usahanya.

Hingga kini, perseroan melalui berbagai anak usaha, memiliki hak konsesi di

berbagai wilayah di Indonesia. Di sektor pertambangan, Perseroan terus

memperluas portofolio usahanya. Pada tahun 2017 perseroan mengakuisisi

PT Suprabari Mapanindo Mineral (“SMM”) yang memiliki operasional

tambang batu bara kokas (coking coal) di Kalimantan Tengah dan pada tahun

2018 Perseroan telah mengakuisisi 95% saham-saham di PTAR, perusahaan

yang bergerak di bidang eksplorasi, penambangan dan pengolahan mineral

emas di Sumatera Utara. Ekspansi usaha perseroan ke dalam Industri

Konstruksi dijalankan melalui PT Acset Indonusa Tbk (“ACSET”), yang


142

diakuisisi oleh perseroan pada 2015 dengan kepemilikan saham sebesar

50,1%. Saat ini, ACSET terlibat dalam beberapa proyek konstruksi besar

maupun menengah di Jakarta serta kota-kota lainnya di seluruh Indonesia.

Sejak tahun 2017, perseroan melalui anak perusahaan PT Bhumi Jati Power

(“BJP”) membangun proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di

Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. BJP membangun dua unit baru pembangkit

listrik tenaga uap Tanjung Jati B (unit 5 & 6) menggunakan teknologi ultra-

supercritical yang efisien dan ramah lingkungan (kapasitas pembangkit

2x1.000 MW). Pembangkit listrik diharapkan dapat beroperasi pada tahun

2021 dan rencananya akan memasok listrik selama periode 25 tahun untuk PT

Perusahaan Listrik Negara (Persero) (“PLN”). Kantor pusat perseroan

berlokasi di Jakarta, Indonesia, dengan kantor-kantor pendukung tersebar di

berbagai provinsi dan kota di Indonesia. Saat ini, perseroan memiliki 20

kantor cabang, 38 site support, 25 kantor perwakilan serta berbagai titik

layanan lainnya. Selain mendirikan kantor pendukung guna mengoptimalkan

layanannya, perseroan memiliki fasilitas UT Call 1500072, yaitu layanan

telpon 24/7 (24 jam sehari 7 hari seminggu) yang memberikan akses mudah

bagi pelanggan untuk menerima bantuan dan dukungan dari staf profesional

perseroan kapan saja dan di mana saja. Pada tahun 2019, perseroan

membangun fasilitas layanan UT Command Center sebagai pusat kendali

operasional untuk memastikan dan meningkatkan kepuasan pelanggan serta

memberikan dukungan maksimal terhadap aktivitas operasional di cabang

dan site dengan cara mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dengan


143

cepat dan tepat. UT Command Center menyediakan data dan informasi yang

dapat membantu pelanggan atau pemilik alat berat, bus dan truk perseroan

untuk memantau pengoperasian kendaraannya.

21. PT Unilever Indonesia Tbk.

a) Profil Perusahaan

Nama Perusahaan : PT Unilever Indonesia Tbk

Alamat Kantor Pusat : Grha Unilever Green Office Park Kav. 3 Jl.

BSD Boulevard Barat BSD City, Tangerang

15345

Telepon : (62-21) 8082 7000

Fax : (62-21) 8082 7002

Email :  Untuk topik-topik terkait pemegang saham

dan bisnis :

unvr.indonesia@unilever.com

 Untuk topik-topik umum :

suara.konsumen@unilever.com

Website : www.unilever.co.id

b) Visi dan Misi Perusahaan

 Visi

Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari masyarakat Indonesia

dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.

 Misi

o Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik

setiap hari.
144

o Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik

dan lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik

bagi mereka dan orang lain.

o Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil

setiap harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan

besar bagi dunia.

o Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang

memungkinkan kami untuk terus bertumbuh seraya mengurangi

dampak terhadap lingkungan.

c) Sejarah Singkat Perusahaan

Unilever Indonesia adalah salah satu perusahaan terkemuka di

Indonesia yang bergerak dalam bidang industri consumer goods, dan telah

memimpin industri ini selama 86 tahun. Tujuan utama bisnis kami adalah

untuk memasyarakatkan kehidupan yang berkelanjutan (kehidupan yang

ramah lingkungan dan memberikan manfaat sosial). Didirikan sebagai

Lever’s Zeepfabrieken NV pada 5 Desember 1933, perseroan berganti nama

pada tahun 1980 menjadi “PT Unilever Indonesia”, sebagaimana dicatat

dalam akta No. 171 oleh notaris publik Kartini Muljadi, SH, tertanggal 22 Juli

1980. Perseroan selanjutnya mengalami perubahan nama pada tanggal 30 Juni

1997 menjadi “PT Unilever Indonesia Tbk”. Hal tersebut dicatat oleh notaris

publik Mudofir Hadi, S.H. dalam akta No. 92, yang telah disahkan oleh

Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.C2-1.049HT.01.04- TH.1998

tanggal 23 Februari 1998 dan diterbitkan dalam Berita Negara No. 39 pada 15
145

Mei 1998, Tambahan No. 2620. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami

beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 14 tanggal 31 Mei

2019 dari Dewi Sukardi S.H., M.Kn., Notaris di Tangerang, terkait dengan

penambahan kegiatan bisnis Perusahaan. Akta tersebut telah disetujui oleh

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat

Keputusan No. AHU-0033271. AH.01.02 Tahun 2019 tanggal 27 Juni 2019.

Unilever Indonesia menjadi perusahaan publik pada tahun 1981 dan

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tanggal 11

Januari 1982. Sahamnya sekarang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada

tanggal 31 Desember 2019, Unilever Indonesia adalah perusahaan terbesar

kelima di Bursa Efek Indonesia berdasarkan kapitalisasi pasar.

4.1.2. Deskripsi Variabel yang Diteliti

4.1.2.1. Profitability pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX

Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Profitability merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode tertentu. Dalam penelitian ini,

profitability diukur dengan Return On Asset (ROA). ROA merupakan indikator

untuk menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva

(asset) yang digunakan. Adapun rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai

berikut:

Laba bersih setelah pajak


ReturnOn Asset= ×100
Total Aktiva
146

Berikut ini disajikan hasil perhitungan ROA pada perusahaan non-bank

anggota indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2018-2020.

Tabel 4.1
Perhitungan ROA

Kode Emiten Tahun Total Utang (Rp) Total Ekuitas (Rp) DER Rata-rata

2018 1,675,318,615,677 4,182,252,082,442 40.06%


ACES 2019 1,965,506,710,879 4,676,301,294,266 42.03% 40.29%
2020 2,024,821,339,896 5,222,242,554,398 38.77%
2018 198,455,391,702 635,478,469,892 31.23%
CLEO 2019 478,844,867,693 766,299,436,026 62.49% 46.74%
2020 416,194,010,942 894,746,110,680 46.52%
2018 8,336,047,000,000 19,205,380,000,000 43.40%
CPIN 2019 8,213,550,000,000 20,895,858,000,000 39.31% 38.72%
2020 7,809,608,000,000 23,349,683,000,000 33.45%
2018 311,529,808,844 7,188,503,626,528 4.33%
DMAS 2019 1,121,231,243,313 6,495,739,786,307 17.26% 13.24%
2020 1,224,176,089,310 6,752,233,240,104 18.13%
2018 ### 45,133,285,000,000 53.10%
GGRM 2019 27,716,516,000,000 50,930,758,000,000 54.42% 47.04%
2020 ### 58,522,468,000,000 33.61%
2018 ### 35,358,253,000,000 31.80%
HMSP 2019 ### 35,679,730,000,000 42.67% 46.24%
2020 ### 30,241,426,000,000 64.26%
2018 195,678,977,792 563,167,578,239 34.75%
HOKI 2019 207,108,590,481 641,567,444,819 32.28% 34.64%
2020 244,363,297,557 662,560,916,609 36.88%
2018 11,660,003,000,000 22,707,150,000,000 51.35%
ICBP 2019 12,038,210,000,000 26,671,104,000,000 45.14% 67.45%
2020 ### 50,318,053,000,000 105.87%
2018 4,566,973,000,000 23,221,589,000,000 19.67%
INTP 2019 4,627,488,000,000 23,080,261,000,000 20.05% 21.01%
147

2018 2,497,261,964,757 18,146,206,145,369 13.76%


KLBF 2019 2,537,601,823,645 20,264,726,862,584 12.52% 12.90%
2020 2,799,622,515,814 22,564,300,317,374 12.41%
2018 788,918,000,000 6,023,611,000,000 13.10%
LINK 2019 894,531,000,000 6,652,974,000,000 13.45% 12.87%
2020 941,707,000,000 7,799,803,000,000 12.07%
2018 658,737,307,293 5,089,416,875,753 12.94%
MIKA 2019 791,419,176,854 5,576,085,408,175 14.19% 13.88%
2020 923,472,717,339 6,372,279,460,008 14.49%
2018 1,605,621,000,000 16,339,552,000,000 9.83%
MNCN 2019 2,352,529,000,000 17,836,430,000,000 13.19% 10.97%
2020 1,871,028,000,000 18,923,235,000,000 9.89%
2018 1,760,434,280,304 17,591,706,426,634 10.01%
MYOR 2019 2,051,404,206,764 19,037,918,806,473 10.78% 10.46%
2020 2,098,168,514,645 19,777,500,514,550 10.61%
2018 5,121,112,000,000 24,172,933,000,000 21.19%
PTBA 2019 4,040,394,000,000 26,098,052,000,000 15.48% 15.56%
2020 2,407,927,000,000 24,056,755,000,000 10.01%
2018 2,826,936,213,000 25,018,080,224,000 11.30%
PWON 2019 3,239,796,227,000 26,095,153,343,000 12.42% 9.31%
2020 1,119,113,010,000 26,458,805,377,000 4.23%
2018 1,475,042,200,000 6,589,842,943,000 22.38%
SCMA 2019 1,051,164,602,000 6,716,724,073,000 15.65% 18.34%
2020 1,150,063,239,000 6,766,903,494,000 17.00%
2018 663,849,000,000 3,337,628,000,000 19.89%
SIDO 2019 807,689,000,000 3,529,557,000,000 22.88% 22.35%
2020 934,016,000,000 3,849,516,000,000 24.26%
2018 633,550,000,000 2,801,203,000,000 22.62%
SMSM 2019 638,676,000,000 3,106,981,000,000 20.56% 19.71%
2020 539,116,000,000 3,375,526,000,000 15.97%
2018 26,979,000,000,000 206,196,000,000,000 13.08%
TLKM 2019 27,592,000,000,000 221,208,000,000,000 12.47% 12.51%
2020 ### 246,943,000,000,000 11.97%
2018 ### ### 9.89%
UNTR 2019 ### ### 9.97% 8.50%
2020 5,632,425,000,000 99,800,963,000,000 5.64%
2018 9,081,187,000,000 20,326,869,000,000 44.68%
UNVR 2019 7,392,837,000,000 20,649,371,000,000 35.80% 38.45%
Sumber: www.idx.co.id (Data Diolah Peneliti 2022)

Berdasarkan hasil perhitungan ROA pada tabel 4.1 di atas, perusahaan

dengan persentase ROA terbesar yaitu PT Unilever Indonesia Tbk. tahun buku

2018 yaitu sebesar 44,68%. Sementara perusahaan dengan persentase ROA

terkecil yaitu PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. tahun buku 2018 yaitu
148

sebesar 4,12%. Namun jika dilihat dari rata-rata rasio ROA selama tiga tahun,

maka perusahaan dengan persentase ROA tertinggi adalah PT Unilever Indonesia

Tbk. dengan nilai ROA sebesar 38,45%. Nilai tersebut berada di atas standar

industri rasio ROA. Artinya, bisa dikatakan bahwa PT Unilever Indonesia Tbk.

selama tahun penelitian, bisa dengan efisien menggunakan aktivanya untuk

meghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ROA, maka semakin tinggi pula jumlah

laba bersih yang dihasilkan pada setiap rupiah dana yang tertanam dalam total

asset. Sementara itu, perusahaan dengan persentase ROA terendah adalah PT

Indocement Tunggal Perkasa Tbk., dengan nilai ROA sebesar 5,78%. Nilai ini

berada sangat jauh di bawah standar industry ROA. Maka bisa dikatakan bahwa

PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk. selama tahun penelitian tidak bisa

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dengan baik untuk menghasilkan laba.

Sementara itu, perusahaan yang mengalami kenaikan ROA selama tahun

penelitian yaitu PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. Namun,

meskipun demikian nilai ROA PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.

masih berada di bawah standar industri ROA itu sendiri, yakni sebesar 30%.

Jika dilihat secara keseluruhan, berdasarkan hasil perhitungan rata-rata

ROA pada seluruh perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun, dengan nilai rata-rata ROA

14,60%. Maka, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perusahaan yang diteliti

selama tahun penelitian mempunyai nilai ROA di bawah standar industri. Hal ini

menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut belum optimal dalam

menggunakan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba.


149

4.1.2.2. Financial Leverage pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX

Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Financial Leverage adalah rasio nilai buku seluruh hutang terhadap total

aktiva. Dalam penelitian ini, financial leverage diukur dengan diukur dengaan

Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan indikator untuk menunjukan

kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dari setiap rupiah ekuitas

yang dimilikinya. Adapun rumus untuk menghitung DER adalah sebagai berikut:

Total Utang
Debt ¿ Equity Ratio= ×100
Total Equitas

Berikut ini disajikan hasil perhitungan ROA pada perusahaan non-bank

anggota indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2018-2020.

Tabel 4.2
Perhitungan DER
Kode Emiten Tahun Total Utang (Rp) Total Ekuitas (Rp) DER Rata-rata

2018 1,675,318,615,677 4,182,252,082,442 40.06%


ACES 2019 1,965,506,710,879 4,676,301,294,266 42.03% 40.29%
2020 2,024,821,339,896 5,222,242,554,398 38.77%
2018 198,455,391,702 635,478,469,892 31.23%
CLEO 2019 478,844,867,693 766,299,436,026 62.49% 46.74%
2020 416,194,010,942 894,746,110,680 46.52%
2018 8,336,047,000,000 19,205,380,000,000 43.40%
CPIN 2019 8,213,550,000,000 20,895,858,000,000 39.31% 38.72%
2020 7,809,608,000,000 23,349,683,000,000 33.45%
2018 311,529,808,844 7,188,503,626,528 4.33%
DMAS 2019 1,121,231,243,313 6,495,739,786,307 17.26% 13.24%
2020 1,224,176,089,310 6,752,233,240,104 18.13%
2018 ### 45,133,285,000,000 53.10%
GGRM 2019 27,716,516,000,000 50,930,758,000,000 54.42% 47.04%
2020 ### 58,522,468,000,000 33.61%
2018 ### 35,358,253,000,000 31.80%
HMSP 2019 ### 35,679,730,000,000 42.67% 46.24%
2020 ### 30,241,426,000,000 64.26%
150

2018 195,678,977,792 563,167,578,239 34.75%


HOKI 2019 207,108,590,481 641,567,444,819 32.28% 34.64%
2020 244,363,297,557 662,560,916,609 36.88%
2018 11,660,003,000,000 22,707,150,000,000 51.35%
ICBP 2019 12,038,210,000,000 26,671,104,000,000 45.14% 67.45%
2020 ### 50,318,053,000,000 105.87%
2018 4,566,973,000,000 23,221,589,000,000 19.67%
INTP 2019 4,627,488,000,000 23,080,261,000,000 20.05% 21.01%
2020 5,168,424,000,000 22,176,248,000,000 23.31%
2018 2,851,611,349,015 15,294,594,796,354 18.64%
KLBF 2019 3,559,144,386,553 16,705,582,476,031 21.31% 21.14%
2020 4,288,218,173,294 18,276,082,144,080 23.46%
2018 1,272,512,000,000 4,751,099,000,000 26.78%
LINK 2019 1,996,559,000,000 4,656,415,000,000 42.88% 46.13%
2020 3,177,089,000,000 4,622,714,000,000 68.73%
2018 639,496,458,042 4,449,920,417,711 14.37%
MIKA 2019 783,434,418,324 4,792,650,989,851 16.35% 15.41%
2020 855,187,376,315 5,517,092,083,693 15.50%
2018 5,697,247,000,000 10,642,305,000,000 53.53%
MNCN 2019 5,310,928,000,000 12,525,502,000,000 42.40% 42.26%
2020 4,461,328,000,000 14,461,907,000,000 30.85%
2018 9,049,161,944,940 8,542,544,481,694 105.93%
MYOR 2019 9,125,978,611,155 9,911,940,195,318 92.07% 91.16%
2020 8,506,032,464,592 11,271,468,049,958 75.47%
2018 7,903,237,000,000 16,269,696,000,000 48.58%
PTBA 2019 9,125,978,611,155 18,422,826,000,000 49.54% 46.71%
2020 7,117,559,000,000 16,939,196,000,000 42.02%
2018 9,706,398,758,000 15,311,681,466,000 63.39%
PWON 2019 7,999,510,286,000 18,095,643,057,000 44.21% 52.65%
2020 8,860,110,106,000 17,598,695,271,000 50.35%
2018 1,138,592,812,000 5,451,250,131,000 20.89%
SCMA 2019 1,228,125,546,000 5,488,598,527,000 22.38% 38.98%
2020 2,870,316,946,000 3,896,586,548,000 73.66%
2018 435,014,000,000 2,902,614,000,000 14.99%
SIDO 2019 472,191,000,000 3,064,707,000,000 15.41% 16.63%
2020 627,776,000,000 3,221,740,000,000 19.49%
2018 650,926,000,000 2,150,277,000,000 30.27%
SMSM 2019 664,678,000,000 2,442,303,000,000 27.22% 28.31%
2020 727,016,000,000 2,648,510,000,000 27.45%
2018 88,893,000,000,000 117,303,000,000,000 75.78%
TLKM 2019 ### 117,250,000,000,000 88.66% 89.57%
2020 ### 120,889,000,000,000 104.27%
2018 ### 57,050,679,000,000 103.82%
UNTR 2019 ### 61,110,074,000,000 82.81% 81.56%
2020 ### 63,147,140,000,000 58.05%
2018 ### 7,383,667,000,000 175.30%
UNVR 2019 ### 5,281,862,000,000 290.95% 260.72%
2020 ### 4,937,368,000,000 315.90%
Sumber: www.idx.co.id (Sumber Diolah, 2022)
151

Berdasarkan hasil perhitungan DER pada tabel 4.2 di atas, perusahaan

dengan persentase DER terbesar yaitu PT Unilever Indonesia Tbk. tahun buku

2020 yaitu sebesar 315,90%. Sementara perusahaan dengan persentase DER

terkecil yaitu PT Puradelta Lestari Tbk. tahun buku 2018 yaitu sebesar 4,33%.

Namun, jika dilihat dari rata-rata rasio DER selama tiga tahun, maka perusahaan

dengan persentase DER tertinggi adalah PT. Unilever Indonesia Tbk. dengan nilai

DER sebesar 260,72%. Nilai tersebut berada jauh di atas standar industri DER itu

sendiri, yaitu sebesar 90%. Sedangkan perusahaan dengan persentase DER

terkecil adalah PT Puradelta Lestari Tbk. dengan nilai DER sebesar 13,24%.

Berdasarkan data pada tabel 4.2 tersebut, dapat diketahui bahwa hasil

perhitungan rata-rata DER pada seluruh perusahaan non-bank anggota Indeks IDX

Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 53,94%. Hal

tersebut berarti rata-rata nilai DER pada seluruh perusahaan non-bank anggota

Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih berada di

bawah standar industri DER yaitu sebesar 90%. Dari perspektif kemampuan

membayar kewajiban jangka panjangnya, semakin rendah rasio DER akan

semakim baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

panjangnya. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi rasio DER menunjukan

komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) yang semakin besar

dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar

beban perusahaan terhadap pihak kreditur. Meningkatnya beban terhadap kreditur

menunjukan sumber modal perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar. Serta
152

di sisi lain juga besarnya beban hutang yang ditanggung perusahaan dapat

mengurangi jumlah laba yang diterima.

4.1.2.3. Income Smoothing pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX

Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Income smoothing atau tindakan perataan laba adalah suatu proses

manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan

terlihat stabil. Dalam penelitian ini, perataan laba akan diukur menggunakan

Indeks Eckel. Adapun rumus Indeks Eckel, adalah sebagai berikut:

CV Δ I
Index Eckel=
CV Δ S

Sumber: Suryandari dalam Fitriani (2018:52)

Dimana:

∆I : Perubahan laba dalam satu periode

∆S : Perubahan penjualan dalam satu periode

CV ∆I : Koefisien variasi untuk perubahan laba

CV ∆S : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan

Untuk menghitung koefisien variasi dari perubahan laba dapat digunakan

rumus sebagai berikut:


2
∑ ( ∆ x −∆ X ) ∆X
CV ∆ I = :
n−1

Dimana:

∆x : Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S)

∆X : Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S)

n : Banyaknya tahun yang diamati


153

Keterangan:

 Jika nilai Index Eckel ≥ 1, maka perusahaan tidak melakukan praktik

perataan laba.

 Jika nilai index Eckel < 1, maka perusahaan melakukan praktik perataan

laba.

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Index Eckel pada perusahaan non-

bank anggota indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018-2020.

Tabel 4.3
Perhitungan Index Eckel

Hasil Perhitungan
No. Kode Emiten Indeks Keterangan
CV ∆I CV ∆S
Eckel
1 ACES -15.2 2.19 -6.94 Perata Laba
2 CLEO -2.24 1.69 1.33 Non Perata Laba
3 CPIN 3.33 -3.62 -0.92 Perata Laba
4 DMAS 2.32 2.40 0.97 Perata Laba
5 GGRM -88.12 0.55 -160.52 Perata Laba
6 HMSP -2.41 -4.83 0.50 Perata Laba
7 HOKI -16.89 -33.74 0.50 Perata Laba
8 ICBP 0.54 0.21 2.51 Non Perata Laba
9 INTP -39.36 -17.6 2.24 Non Perata Laba
10 KLBF 1.10 0.56 1.97 Non Perata Laba
11 LINK -7.90 0.76 -10.35 Perata Laba
12 MIKA 1.47 0.52 2.84 Non Perata Laba
13 MNCN 6.1 2.18 2.79 Non Perata Laba
14 MYOR 0.80 1.57 0.51 Perata Laba
15 PTBA -1.61 -4.60 0.35 Perata Laba
16 PWON -5.26 -4.00 1.32 Non Perata Laba
17 SCMA -5.73 2.89 -1.98 Perata Laba
18 SIDO 0.07 0.23 0.30 Perata Laba
19 SMSM -16.47 -18.31 0.90 Perata Laba
20 TLKM -3.93 0.71 -5.50 Perata Laba
21 UNTR -6.87 -15.74 0.44 Perata Laba
154

Sumber: Data Diolah 2022

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat kita lihat bahwa berdasarkan

perhitungan indeks eckel pada perusahaan-perusahaan non-bank anggota Indeks

IDX Quality 30, sebanyak 15 dari total 22 perusahaan mempunyai nilai indeks

eckel sebesar kurang dari 1 atau mendekati 1. Hal ini menunjukan bahwa

perusahaan-perusahaan tersebut terindikasi melakukan praktik perataan laba.

Sementara itu, sebanyak 7 perusahaan lainnya mempunyai nilai indeks eckel lebih

dari 1. Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut di atas

tidak terindikasi melakukan tindakan perataan laba. Artinya dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar perusahaan-perusahaan non-bank anggota indeks IDX

Quality 30 melakukan praktik perataan laba.

4.1.3. Hasil Pengujian Hipotesis

4.1.3.1. Pengaruh Profitability (X1) terhadap Income Smoothing (Y) pada

Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh profitability (X1) terhadap

income smoothing (Y) pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penulis melakukan beberapa analisis

statistic. Analisis statistik tersebut diharapkan dapat membuktikan pengaruh

profitability terhadap income smoothing sehingga dapat menjawab hipotesis yang

diajukan. Sebelum melakukan analisis statistik, terlebih dahulu dilakukan

rekapitulasi data hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel berikut:


155

Tabel 4.4
Data Profitability (X1) dan Income Smoothing (Y) pada Perusahaan Non-
Bank Anggota Indeks IDX Quality 30
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
ROA Income
No. Kode Emiten X1^2 Y^2 XY
(X1) Smoothing (Y)
1 ACES 0.1462 -6.94 0.021 48.16 -1.015
2 CLEO 0.0940 -1.33 0.009 1.76 -0.125
3 CPIN 0.1379 -0.92 0.019 0.85 -0.127
4 DMAS 0.1470 0.97 0.022 0.93 0.142
5 GGRM 0.1163 -160.52 0.014 25,766.67 -18.668
6 HMSP 0.2442 0.50 0.060 0.25 0.122
7 HOKI 0.0943 0.50 0.009 0.25 0.047
8 ICBP 0.1152 2.51 0.013 6.30 0.289
9 INTP 0.0578 2.24 0.003 5.00 0.129
10 KLBF 0.1289 1.97 0.017 3.88 0.254
11 LINK 0.0129 -10.35 0.000 107.12 -0.133
12 MIKA 0.1387 2.84 0.019 8.07 0.394
13 MNCN 0.1096 2.79 0.012 7.78 0.306
14 MYOR 0.1046 0.51 0.011 0.26 0.053
15 PTBA 0.1555 0.35 0.024 0.12 0.054
16 PWON 0.0931 1.32 0.009 1.73 0.123
17 SCMA 0.1834 -1.98 0.034 3.92 -0.363
18 SIDO 0.2234 0.30 0.050 0.09 0.067
19 SMSM 0.1971 0.90 0.039 0.81 0.177
20 TLKM 0.1251 -5.50 0.016 30.25 -0.688
21 UNTR 0.0850 0.44 0.007 0.19 0.037
22 UNVR 0.3845 39.44 0.148 1,555.51 15.165 Su
mber: Data diolah, 2022

4.1.3.1.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Untuk mengetahui pengaruh profitability (X1) terhadap income

smoothing (Y) pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penulis sajikan perhitungan koefisien

korelasi product moment sebagai berikut:

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿

22 (−3 ,76 )−(3,0947 )(−129 , 97)


r xy =
√¿¿¿
156

−82 ,71+ 402 ,22


r xy =
√ [ 12,197−9 , 58 ] [606.098 ,15−16.892 , 20]
319 , 51
r xy =
√(2,617)(589.205 , 95)
319 ,51
r xy =
1.241 ,75

r xy =0,257

Berdasarkan hasil perhitungan analisis koefisien korelasi tersebut di atas,

dapat diketahui bahwa korelasi antara variabel profitability dengan income

smoothing adalah sebesar 0,257. Hal ini berarti terdapat korelasi antara variabel

profitability dengan income smoothing. Jika mengacu pada tabel 3.4 Sugiyono

(2017:231) pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi,

maka nilai koefisien korelasi tersebut berada diinterval kelas kedua 0,20 – 0,399

dengan tingkat hubungan yang lemah. Nilai koefisien korelasi yang semakin

mendekati satu, menunjukan semakin erat tingkat hubungan antar variabel

tersebut. Nilai r positif, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara

profitability dengan income smoothing. Artinya, jika profitability meningkat maka

income smoothing pun juga akan meningkat.

Untuk memperkuat hasil perhitungan koefisien korelasi secara manual,

penulis menguji kembali data tersebut di atas, dengan menggunakan aplikasi

SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil input aplikasi SPSS 25.0 maka menghasilkan

output data sebagai berikut:

Tabel 4.5
157

Hasil Analisis Uji Koefisien Korelasi Sederhana Profitability


terhadap Income Smoothing
Correlations
ROA IS
ROA Pearson 1 ,257
Correlation
Sig. (2-tailed) ,248
N 22 22
IS Pearson ,257 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,248
N 22 22
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 25.0 menghasilkan

nilai koefisien korelasi (standardized coefficients) sebesar 0,257. Dimana hasil

tersebut sama dengan hasil perhitungan koefisien korelasi secara manual.

4.1.3.1.2 Analisis Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh profitability terhadap

income smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka ditunjukkan dengan besarnya

koefisien determinasi yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

KD = (0,257)2 x 100%

KD = 0.066049 x 100%

KD = 6,6049

KD = 6,60% (dibulatkan)

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa besarnya

persentase pengaruh profitability (X1) terhadap income smoothing (Y) pada


158

perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, adalah sebesar 6,60% sementara 93,40% sisanya dipengaruhi oleh

faktor lain. Untuk memperkuat hasil perhitungan koefisien determinasi secara

manual, penulis menguji kembali data tersebut di atas dengan menggunakan

aplikasi SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil input aplikasi SPSS 25.0 maka

menghasilkan output data sebagai berikut:

Tabel 4.6
Hasil Analisis Uji Koefisien Determinasi Profitability
terhadap Income Smoothing
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 ,257 ,066 ,019 35,36339
a. Predictors: (Constant), ROA
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa hasil uji koefisien

determinasi menggunakan SPSS 25.0 menghasilkan nilai koefisien determinasi (R

Square) sebesar 0,066 atau 6,6% dimana hasil tersebut sama dengan perhitungan

uji koefisien determinasi secara manual.

4.1.3.1.3 Uji T

Uji-T dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji ini dilakukan dengan

membandingkan thitung dengan ttabel . Untuk menentukan ttabel ditentukan dengan nilai

signifikasi 0,05 dengan ketentuan:

a. Jika Thitung ≤ Ttabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka Ho diterima Ha

ditolak.
159

b. Jika Thitung ≥ Ttabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima Ho

ditolak.

Jika hasil pengujian statistik menunjukan Ho ditolak, berati profitability

secara parsial mempunyai pengaruh terhadap income smoothing. Tetapi apabila

Ho diterima, berarti profitability tidak mempunyai pengaruh terhadap income

smoothing. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh profitability terhadap

income smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka dapat dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

a) Mencari thitung

r √ n−2
t hitung ¿
√1−¿ ¿ ¿
0,257 √ 22−2
t hitung ¿
√1−(0,257)2
0,257 √ 20
t hitung ¿
√1−0 , 066049
0,257(4,472135955)
t hitung ¿
√ 1−0 , 066049
1,14933894043489
t hitung ¿
0,96641140308

t hitung = 1,18928536728559

t hitung = 1,190(dibulatkan)

b) Mencari t tabel

T = (α/2 ; n – k – 1)

sumber : Junaidi (2014:1-2)


160

Keterangan :

K = jumlah variabel independen

α = alpha (0,05)

maka ttabel yaitu :

t (0,05/2 ; 22 – 2 – 1)

t (0,025) (19)

ttabel = 2.09302 (dilihat dari tabel di stribusi t 0,025)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 1,231 dan

nilai ttabel 2,09302 dengan nilai sig α = 0,05. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa thitung < ttabel (1,190 < 2,09302). Berdasarkan ketentuan Uji T, jika t hitung

kurang dari ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa profitability tidak berpengaruh

signifikan terhadap income smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks

IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk memperkuat hasil

perhitungan analisis uji t secara manual, penulis menguji kembali data tersebut di

atas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil input

aplikasi SPSS 25.0 maka menghasilkan output data sebagai berikut:

Tabel 4.7
Hasil Analisis Uji T Profitability terhadap Income Smoothing
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -23,060 16,267 -1,418 ,172
ROA 121,937 102,470 ,257 1,190 ,248
a. Dependent Variable: IS
Sumber: Data diolah, 2022
161

Bersadasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa hasil perhitungan uji t

menggunakan SPSS 25.0 menghasilkan nilai t hitung sebesar 1,190 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,248 lebih besar dari 0,05 yang artinya bahwa profitability

tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada perusahaan non

bank anggota indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, atau

hipotesis ditolak.

4.1.3.2. Pengaruh Financial Leverage (X2) terhadap Income Smoothing (Y)

pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh financial leverage (X2)

terhadap income smoothing (Y) pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX

Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penulis melakukan

beberapa analisis statistic. Analisis statistik tersebut diharapkan dapat

membuktikan pengaruh financial leverage (X2) terhadap income smoothing (Y)

sehingga dapat menjawab hipotesis yang diajukan. Sebelum melakukan analisis

statistik, terlebih dahulu dilakukan rekapitulasi data hasil perhitungan yang

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.8
Data Financial Leverage (X2) dan Income Smoothing (Y) pada Perusahaan
Non-Bank Anggota Indeks IDX Quality 30
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
162

DER Income
No. Kode Emiten X2^2 Y^2 XY
(X2) Smoothing (Y)
1 ACES 0.4029 -6.94 0.162 48.164 -2.796
2 CLEO 0.4674 -1.33 0.218 1.758 -0.620
3 CPIN 0.3872 -0.92 0.150 0.848 -0.357
4 DMAS 0.1324 0.97 0.018 0.933 0.128
5 GGRM 0.4704 -160.52 0.221 25766.670 -75.509
6 HMSP 0.4624 0.50 0.214 0.250 0.231
7 HOKI 0.3464 0.50 0.120 0.251 0.174
8 ICBP 0.6745 2.51 0.455 6.300 1.693
9 INTP 0.2101 2.24 0.044 5.000 0.470
10 KLBF 0.2114 1.97 0.045 3.881 0.416
11 LINK 0.4613 -10.35 0.213 107.122 -4.774
12 MIKA 0.1541 2.84 0.024 8.066 0.438
13 MNCN 0.4226 2.79 0.179 7.784 1.179
14 MYOR 0.9116 0.51 0.831 0.260 0.465
15 PTBA 0.4671 0.35 0.218 0.122 0.163
16 PWON 0.5265 1.32 0.277 1.732 0.693
17 SCMA 0.3898 -1.98 0.152 3.920 -0.772
18 SIDO 0.1663 0.30 0.028 0.090 0.050
19 SMSM 0.2831 0.90 0.080 0.810 0.255
20 TLKM 0.8957 -5.50 0.802 30.250 -4.926
21 UNTR 0.8156 0.44 0.665 0.190 0.356
22 UNVR 2.6072 39.44 6.797 1555.514 102.828
∑ 11.866 -129.97 11.913 27,549.92 19.784
Sumber: Data diolah, 20022

4.1.3.3.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana

Untuk mengetahui pengaruh financial leverage (X2) terhadap income

smoothing (Y) pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penulis sajikan perhitungan koefisien

korelasi product moment sebagai berikut:

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿

22 (19,784 )−(11,866)(−129 ,97)


r xy =
√¿¿¿

435,256+ 1.542,248
r xy =
√ [ 262,094−140,802 ] [606.098 , 15−16.892 , 72]
163

1.977,504
r xy =
√(121,292)(589.205 , 43)
1.977,504
r xy =
√71.465 .298,091
1.977,504
r xy =
8.453,752

r xy =0,23392

r xy =0,234 (dibulatkan )

Berdasarkan hasil perhitungan analisis koefisien korelasi tersebut di atas,

dapat diketahui bahwa korelasi antara variabel financial leverage dengan income

smoothing adalah sebesar 0,234. Hal ini berarti terdapat korelasi antara variabel

financial leverage dengan income smoothing. Jika mengacu pada tabel 3.4

Sugiyono (2017:231) pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien

korelasi, maka nilai koefisien korelasi tersebut berada diinterval kelas kedua 0,20

– 0,399 dengan tingkat hubungan yang lemah. Nilai koefisien korelasi yang

semakin mendekati satu, menunjukan semakin erat tingkat hubungan antar

variabel tersebut. Nilai r positif, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang posit

if antara financial leverage dengan income smoothing. Artinya, jika financial

leverage meningkat maka income smoothing pun juga akan meningkat. Untuk

memperkuat hasil perhitungan koefisien korelasi secara manual, penulis menguji

kembali data tersebut di atas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25.0.

Berdasarkan hasil input aplikasi SPSS 25.0 maka menghasilkan output data

sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil Analisis Uji Koefisien Korelasi Sederhana Financial Leverage
terhadap Income Smoothing
164

Correlations
DER IS
DER Pearson 1 ,234
Correlation
Sig. (2-tailed) ,295
N 22 22
IS Pearson ,234 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,295
N 22 22
Sunber: Data diolah, 2022

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 25.0 menghasilkan

nilai koefisien korelasi (standardized coefficients) sebesar 0,234. Hasil tersebut

sama dengan hasil perhitungan koefisien korelasi secara manual.

4.1.3.3.2 Analisis Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya presentase pengaruh financial leverage

terhadap income smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX

Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka ditunjukkan dengan

besarnya koefisien determinasi yang dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

KD = (0,234)2 x 100%

KD = 0.054757 x 100%

KD = 5,48%

KD = 5,5% (dibulatkan)

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa besarnya

persentase pengaruh financial leverage terhadap income smoothing pada


165

perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, adalah sebesar 5,48% sementara 94,52% sisanya dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak diteliti. Untuk memperkuat hasil perhitungan koefisien

determinasi secara manual, penulis menguji kembali data tersebut di atas dengan

menggunakan aplikasi SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil input aplikasi SPSS

25.0 maka menghasilkan output data sebagai berikut:

Tabel 4.10
Hasil Analisis Uji Koefisien Determinasi Financial Leverage
terhadap Income Smoothing
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 ,234 ,055 ,007 35,57866
a. Predictors: (Constant), DER

Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 7.10 di atas, dapat diketahui bahwa hasil analisis uji

koefisien determinasi menggunakan SPSS 25.0 menghasilkan nilai koefisien

determinasi (R Square) sebesar 0,55 atau 5,5%. Hasil tersebut sama dengan

perhitungan uji koefisien determinasi secara manual.

4.1.3.3.3 Uji T

Uji-T dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji ini dilakukan dengan

membandingkan signifikasi thitung dengan ttabel dengan ketentuan:


166

c. Jika Thitung ≤ Ttabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka Ho diterima Ha

ditolak.

d. Jika Thitung ≥ Ttabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima Ho

ditolak.

Jika hasil pengujian statistik menunjukan Ho ditolak, berati financial

leverage secara parsial mempunyai pengaruh terhadap income smoothing. Tetapi

apabila Ho diterima, berarti financial leverage tidak mempunyai pengaruh

terhadap income smoothing. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh financial

leverage terhadap income smoothing maka dapat dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

a) Mencari thitung

r √ n−2
t hitung ¿
√1−¿ ¿ ¿
0,234 √ 22−2
t hitung ¿
√1−(0,234 )2
0,234 √ 20
t hitung ¿
√ 1−0 , 054756

0,234(4,472135955)
t hitung ¿
√ 1−0 , 054756
1,04647981347
t hitung ¿
0,97223659672

t hitung = 1,0763633

t hitung = 1,076 (dibulatkan)

b) Mencari t tabel

T = (α/2 ; n – k – 1)
167

sumber : Junaidi (2014:1-2)

Keterangan :

K = jumlah variabel independen

α = alpha (0,05)

maka ttabel yaitu :

t (0,05/2 ; 22 – 2 – 1)

t (0,025) (19)

ttabel = 2.09302 (dilihat dari tabel distribusi t 0,025)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 1,076 dan

nilai ttabel 2,09302 dengan nilai sig α = 0,05. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa thitung < ttabel (1,231<2,09302). Berdasarkan ketentuan Uji T, jika t hitung kurang

dari ttabel , maka dapat disimpulkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap income smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks

IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk memperkuat hasil

perhitungan koefisien determinasi secara manual, penulis menguji kembali data

tersebut di atas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil

input aplikasi SPSS 25.0 maka menghasilkan output data sebagai berikut:

Tabel 4.11
Hasil Analisis Uji T Financial Leverage terhadap
Income Smoothing
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -14,701 11,150 -1,318 ,202
DER 16,303 15,153 ,234 1,076 ,295
a. Dependent Variable: IS
Sumber: Data diolaah, 2022
168

Berdasarkan tabel 7.11 di atas, daoat diketahui bahwa hasil perhitungan

uji t menggunakan SPSS 25.0 menghasilkan nilai t hitung sebesar 1,076 dengan nilai

signifikansi 0,295 atau lebih besar dari pada 0,05 yang artinya bahwa financial

leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada

perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia atau hipotesis ditolak.

4.1.3.3. Pengaruh Profitability (X1) dan Financial Leverage (X2) terhadap

Income Smoothing (Y) pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks

IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Untuk mengetahui adanya pengaruh variabel profitability (X1) dan

financial leverage (X2) terhadap income smoothing (Y) pada Perusahaan Non-

Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

maka digunak analisis yang meliputi analisis koefisien korelasi berganda, analisis

koefisien determinasi, analisis regresi linier berganda dan uji signifikansi (uji f).

Sebelum melakukan analisis tersebut, terlebih dahulu dilakukan rekapitulasi data

hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel berikut:


169

Tabel 4.12
Data Profitability (X1), Financial Leverage (X2) dan Income Smoothing (Y) pada Perusahaan Non-Bank
Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
ROA DER Income
No. Kode Emiten X1.Y X2.Y X1.X2 X1^2 X2^2 Y^2
(X1) (X2) Smoothing (Y)
1 ACES 0.1462 0.4029 -6.94 -1.0146 -2.7961 0.0589 0.0214 0.1623 48.16
2 CLEO 0.0940 0.4674 -1.33 -0.1246 -0.6198 0.0439 0.0088 0.2185 1.76
3 CPIN 0.1379 0.3872 -0.92 -0.1270 -0.3566 0.0534 0.0190 0.1499 0.85
4 DMAS 0.1470 0.1324 0.97 0.1420 0.1279 0.0195 0.0216 0.0175 0.93
5 GGRM 0.1163 0.4704 -160.52 -18.6685 -75.5086 0.0547 0.0135 0.2213 25,766.67
6 HMSP 0.2442 0.4624 0.50 0.1221 0.2312 0.1129 0.0596 0.2138 0.25
7 HOKI 0.0943 0.3464 0.50 0.0472 0.1735 0.0327 0.0089 0.1200 0.25
8 ICBP 0.1152 0.6745 2.51 0.2892 1.6930 0.0777 0.0133 0.4550 6.30
9 INTP 0.0578 0.2101 2.24 0.1292 0.4698 0.0121 0.0033 0.0441 5.00
10 KLBF 0.1289 0.2114 1.97 0.2539 0.4165 0.0272 0.0166 0.0447 3.88
11 LINK 0.0129 0.4613 -10.35 -0.1332 -4.7745 0.0059 0.0002 0.2128 107.12
12 MIKA 0.1387 0.1541 2.84 0.3939 0.4376 0.0214 0.0192 0.0237 8.07
13 MNCN 0.1096 0.4226 2.79 0.3058 1.1791 0.0463 0.0120 0.1786 7.78
14 MYOR 0.1046 0.9116 0.51 0.0533 0.4649 0.0954 0.0109 0.8310 0.26
15 PTBA 0.1555 0.4671 0.35 0.0544 0.1635 0.0726 0.0242 0.2182 0.12
16 PWON 0.0931 0.5265 1.32 0.1225 0.6929 0.0490 0.0087 0.2772 1.73
17 SCMA 0.1834 0.3898 -1.98 -0.3631 -0.7718 0.0715 0.0336 0.1519 3.92
18 SIDO 0.2234 0.1663 0.30 0.0670 0.0499 0.0372 0.0499 0.0277 0.09
19 SMSM 0.1971 0.2831 0.90 0.1774 0.2548 0.0558 0.0388 0.0801 0.81
20 TLKM 0.1251 0.8957 -5.50 -0.6880 -4.9264 0.1121 0.0157 0.8023 30.25
21 UNTR 0.0850 0.8156 0.44 0.0371 0.3556 0.0693 0.0072 0.6652 0.19
22 UNVR 0.3845 2.6072 39.44 15.1647 102.8280 1.0025 0.1478 6.7975 1,555.51
Sumber: Data diolah, 2022
170

Dari tabel 4.12 di atas, dapat diketahui data-data sebagai berikut:


n = 22
∑ X 1 = 3,0947
∑ X 2 = 11,866
∑Y = -129,97
∑ X 1 Y = -3,7593
∑ X 2 Y = 19,7844
∑ X 1 X2 = 2,1320
∑ X 1 ² = 0,5544
∑ X 2 ² = 11,9134
∑ Y ² = 27.549,92
2
2 2 ( ∑ X 1)
∑ X 1=∑ X 1−
n
( 3,0947 )2
¿ 0,5544−
22
¿ 0,11907417773
2
2 2 (∑ X2)
∑ X 2=∑ X 2−
n
( 11,866 )2
¿ 11,9134−
22
¿ 5,51331109091
(∑ Y )
2
2 2
∑ Y =∑ Y −
n
(−129 , 97 )2
¿ 27.549 , 92−
22
¿ 26.782,0926
( ∑ X1) (∑ Y )
∑ X 1 Y =∑ X 1 Y −
n
( 3,0947 )(−129 , 97 )
¿ (−3,7593 ) −
22
¿ 14,52334359091
( ∑ X2) (∑ Y )
∑ X 2 Y =∑ X 2 Y −
n
(11,866 ) (−129 , 97 )
¿ 19,7844−
22
¿ 89,88549181818
( ∑ X 1 ) ( ∑ X 2)
∑ X 1 X 2=∑ X 1 X 2−
n
( 3,0947 )( 11,866 )
¿ 2,1320−
22
171

¿ 0,462 83135455
¿ 0,463(dibulatkan)

4.1.3.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menaksir bagaimana

keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel dependen

sebagai prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) (Sugiyono, 2017:277).

Adapun persamaan regresi linear berganda menurut Sugiyono (2017:277)

adalah sebagai berikut:

Y =a+b 1 X 1 +b 2 X 2+ e

Dimana:
⅀Y ⅀ X1 ⅀ X2
α = - b 1( ) - b 2( )
n n n

( ⅀ x 2 ) ( ⅀ x 1 y ) −( ⅀ x 1 x 2 )(⅀ x2 y )
2

b1 =
( ⅀ X 1 )( ⅀ X 2 ) −¿ ¿
2 2

( ⅀ x1 ) ( ⅀ x 2 y ) −( ⅀ x 1 x 2 )(⅀ x1 y )
2

b2 =
( ⅀ X 1 )( ⅀ X 2 ) −¿ ¿
2 2

( ∑ X 22 ) ( ∑ X 1 Y ) −( ∑ X 1 X 2 ) ( ∑ X 2 Y )
b 1=
( ∑ X 21 )( ∑ X 22 )−( ∑ X 1 X 2 )2
( 5,51331109091 ) ( 14,52334359091 )−(0,46283135455)( 89,88549181818)
¿
( 0,119107417773 )( 5,51331109091 )−(0,46283135455)²

80,07171129686−41,6018239326
¿
0,65667624742−0,21421286275

38,46988736426
¿
0,44226503

¿ 86,94479294135

¿ 86,945(dibulatkan)
172

( ∑ X 21 ) ( ∑ X 2 Y ) −( ∑ X 1 X 2 ) ( ∑ X 1 Y )
b 2=
(∑ X 21 )( ∑ X 22 )−( ∑ X 1 X 2 )2
( 0,119107417773 ) ( 89,88549181818 ) −(0,462 83135455)(14,52334359091)
¿
( 0,119107417773 )( 5,51331109091 )−(0,462 83135455)²

10,70602882572−6.72185878678
¿
0,65667624742−0,21421286275

3,98417003894
¿
0,44246338467

¿ 9,00451919197

¿ 9,004 (dibulatkan)

a=
∑Y
n
−b1
∑ X1
n ( ) ( )
−b2
∑ X2
n

¿
−129 , 97
22
−(−2,6670 )
3,0947
22 (
−(−0,4291 ) )
11,866
22 ( )
¿−5,9077+0,3752+0,2314

¿−22,99371461641

¿−22,994(dibulatkan)

Berdasarkan hasil analaisis diperoleh persamaan regresi linier berganda

adalah sebagai berikut: Y =−22,994+86,945 X 1+ 9,004 X 2 .

Dari persamaan di atas, dapat diketahui bahwa apabila X1 bertambah 1,

maka Y akan bertambah sebesar 86,945 dan apabila X2 bertambah 1, maka Y akan

bertambah sebesar 9,004 dan jika X1 dan X2 sama dengan 0, maka nilai Y adalah

sebesar -22,994.

Untuk memperkuat hasil perhitungan uji regresi linier berganda secara

manual, kemudian penulis menguji kembali data diatas dengan menggunakan


173

aplikasi SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil input aplikasi SPSS 25.0 maka

menghasilkan output data sebagai berikut:

Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Profifability terhadap Income Smoothing
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -22,994 16,589 -1,386 ,182
ROA 86,945 127,308 ,183 ,683 ,503
DER 9,004 18,711 ,129 ,481 ,636
a. Dependent Variable: IS
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan

analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS versi 25.0 menghasilkan nilai

constant sebesar -22,994. Dimana hasil tersebut sama dengan hasil perhitungan

analisis regresi linier berganda secara manual.

4.1.3.3.5 Analisis Koefisien Korelasi Berganda

Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mencari besarnya

hubungan dan kontribusi dua variabel independent atau lebih secara bersamaan

dengan satu variabel dependent. Untuk dapat menghitung koefisien korelasi

berganda, maka harus dihitung terlebih dahulu korelasi sederhananya. Adapun

rumus analisis koefisien kolerasi berganda adalah sebagai berikut:


174


2 2
r y x 1 +r y x 2−2 r yx r yx r x x
r yx x = 2
1 2 1 2
Sebelum analisis koefisien korelasi
1 2
1−r x 1 x2

ganda dilakukan, maka perlu dianalisis korelasi X 1 dengan X 2 menggunakan

rumus berikut:

n ( ∑ x 1 x 2 )− ( ∑ x 1) ( ∑ x 2 )
rx x =
√{ n ∑ x −( ∑ x ) }{n ∑ x −( ∑ x ) }
2 2 2 2
1 2

1 1 2 2

22 ( 2,1320 )−( 3,0947 )( 11,866 )


rx x =
1 2

√ {22(0,5544)− (3,0947 ) }{22(11,9134)−( 11,866 ) }


2 2

46,904−36,7217
rx x =
1 2
√( 12,1968−9,5772 ) ( 262,0948−140,8019 )
10,1823
rx x =
1 2
√(2,6196)(121,2929)
10,1823
rx x =
1 2
√317,7388
10,1823
rx x =
1 2
17,8252

r x x =0,57122967801
1 2

r x x =0,571
1 2

Untuk memperkuat hasil perhitungan uji koefisien korelasi secara

manual, kemudian penulis menguji kembali data di atas dengan menggunakan

aplikasi SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil input aplikasi SPSS 25.0 maka

menghasilkan output data sebagai berikut:

Tabel 4.14
Hasil Analisis Koefisien Korelasi Profitability
dan Financial Leverage
Correlations
ROA DER
175

ROA Pearson 1 ,571**


Correlation
Sig. (2-tailed) ,005
N 22 22
**
DER Pearson ,571 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,005
N 22 22
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data diolah, 2022

Dari hasil analisis analisis tersebut diperoleh hasil koefisien korelasi

sebesar 0,571. Jika mengacu pada tabel 3.4 Sugiyono (2017:231) pedoman untuk

memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, maka nilai koefisien korelasi

tersebut berada diinterval kelas ketiga yaitu antara 0,40-0,599 dengan tingkat

hubungan sedang dan mempunyai arah yang positif. Artinya, bahwa antara

variabel profitability dan financial leverage memiliki hubungan yang sedang.

Adapun Langkah selanjutnya adalah dengan menghitung koefisien

korelasi berganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


2 2
r y x 1 +r y x 2−2 r yx r yx r x x
r yx x = 2
1 2 1 2

1 2
1−r x 1 x2


2 2
( 0,257 ) + ( 0,234 ) −2 (0,257)(0,234)(0,571)
r yx x =
1 2
1−(0,571) ²

r yx x =
1 2
√ 0,066049+ 0,054756−0,068677596
1−0,326041

r yx x =
1 2
√ 0,052127404
0,673959

r yx x =√ 0,07734506698
1 2

r yx x =0,27810981102
1 2
176

r yx x =0,278(dibulatkan)
1 2

Berdasarkan hasil perhitungan analisis koefisien korelasi berganda secara

manual, dapat diketahui bahwa nilai koefien korelasi berganda adalah sebesar

0,278. Mengacu pada tabel 3.4 Sugiyono (2017:231) pedoman untuk memberikan

interpretasi terhadap koefisien korelasi, maka nilai koefisien korelasi tersebut

berada diinterval kelas kedua yaitu antara 0,20-0,399 dengan tingkat hubungan

lemah dan mempunyai arah positif. Dengan demikian korelaasi antara dua

variabel bebas yaitu profitability (X1) dan financial leverage (X2) secara simultan

terhadap variabel terikat income smoothing (Y) dinyatakan memiliki hubungan

yang lemah. Nilai koefisien korelasi (R) juga positif, yang berarti bahwa jika

profitability dan financial leverage mengalami kenaikan maka income smoothing

juga akan naik.

Untuk memperkuat hasil perhitungan uji koefisien korelasi berganda

secara manual, kemudian penulis menguji kembali data di atas dengan

menggunakan aplikasi SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil input aplikasi SPSS

25.0 maka menghasilkan output data sebagai berikut:

Tabel 4.15
Hasil Analisis Analisis Koefisien Korelasi Berganda Profitability dan
Financial Leverage terhadap Income Smoothing
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 ,278 ,077 -,020 36,06298
a. Predic fdtors: (Constant), DER, ROA
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan

analisis koefisien korelasi berganda menggunakan SPSS 25.0 menghasilkan nilai


177

koefisien korelasi (R) sebesar 0,278 dimana hasil tersebut sama dengan hasil

perhitungan uji koefisien korelasi berganda secara manual.

4.1.3.3.6 Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya presentase pengaruh profitability dan

financial leverage terhadap income smoothing pada perusahaan non-bank anggota

Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka ditunjukkan

dengan besarnya koefisien determinasi yang dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

KD = (0,27810981102)² x 100%

KD = 0,07734506699 x 100%
KD = 7,734506699%

KD = 7,7%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui bahwa

besarnya persentase pengaruh profitability dan financial leverage terhadap

income smoothing pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, adalah sebesar 7,7% sementara 92,3%

sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Untuk memperkuat hasil

perhitungan koefisien determinasi secara manual, penulis menguji kembali data

tersebut di atas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 25.0. Berdasarkan hasil

input aplikasi SPSS 25.0 maka menghasilkan output data sebagai berikut:

Tabel 4.16
Hasil Analisis Koefisien Determinasi Profitability dan Financial Leverage
terhadap Income Smoothing
Model Summary
178

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
a
1 ,278 ,077 -,020 36,06298
a. Predictors: (Constant), DER, ROA
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan

uji koefisien determinasi menggunakan SPSS versi 25.0 menghasilkan nilai

koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,077 atau 7,7%. Dimana hasil tersebut

sama dengan hasil perhitungan uji koefisien determinasi secara manual.

4.1.3.3.7 Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F biasa disebut

dengan analysis of varian (Anova). Pengujian uji F bisa dilakukan dengan dua

cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau membandingkan F hitungdengan

F tabel .Dalam penelitian ini pengujian hipotesis secara simultan dimaksudkan untuk

mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yaitu profitability dan financial

leverage terhadap income smoothing.

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus signifikansi korelasi ganda

menurut Sugiyono (2017:192), sehingga dihasilkan F hitung. Nilai F hitung ini akan

dibandingkan dengan nilai F tabel. Berdasarkan data F tabel dengan taraf signifikansi

pengujian α = 5% atau 0,05 maka dapat dilihat pada tabel titik presentase

distribusi F, bahwa untuk dk penyebut adalah : n-k-1 = 22-2-1 = 19 dan dk

pembilang sebesar 2 (sebab variabel independennya dua) maka untuk pengujian

hipotesisnya dapat digunakan teknik analisis sebagai berikut:


179

2
R /k
F n= 2
(1−R )/( n−k−1)

( 0,27810981102 )2 /2
F n= 2
(1− ( 0,27810981102 ) )/(22−2−1)

0,07734506699/2
F n=
(1−0,07734506699)/(19)

0,03870
F n=
0,04856

F n=0,79695222405

F n=0,797 (dibulatkan)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui nilai F hitung adalah 0,797.

Sementara itu, nilai Ftabel dengan menggunakan df1 = k = 2, dan df2 = n-k-1 = 22-

2-1 = 19 diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,52. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel (0,797 < 3,52), sehingga hipotesis ditolak.

Artinya, bahwa profitability dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan

terhadap income smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX

Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Untuk memperkuat hasil perhitungan uji F secara manual, kemudian

penulis menguji kembali data di atas dengan menggunakan aplikasi SPSS versi

25.0. Berdasarkan hasil input aplikasi SPSS 25.0 maka menghasilkan output data

sebagai berikut:

Tabel 4.17
Hasil Analisis Uji F Profitability dan Financial Leverage
terhadap Income Smoothing
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
180

1 Regression 2072,025 2 1036,013 ,797 ,465b


Residual 24710,229 19 1300,538
Total 26782,254 21
a. Dependent Variable: IS
b. Predictors: (Constant), DER, ROA
Sumber: Data Diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan

uji f menggunakan SPSS 25.0 menghasilkan Fhitung < Ftabel sebesar 0,797 < 3,52

dengan nilai signifikansi (sig) sebesar 0,465 > 0,05 yang artinya hipotesis yang

diajukan ditolak. Hal tersebut menunjukan bahwa profitability dan financial

leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada

perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi pengaruh profitability dan

financial leverage yang diproksikan dalam masing-masing variabel terhadap

income smoothing (Y). Dalam penelitian ini profitability (X1) diproksikan dengan

Return On Asset (ROA) dan financial leverage (ROA) diproksikan dengan Debt

to Equity Ratio (DER).

Berikut ini pembahasan setelah dilakukan pengujian analisis regresi linier

berganda pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia:

4.2.1. Hasil Pembahasan mengenai Pengaruh Profitability (X1) terhadap

Income Smoothing (Y) pada Perusahaan Non-Bank Anggota Indeks

IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia


181

Salah satu tujuan perusahaan pada umumnya yaitu untuk memeperoleh

laba atau profit sesuai dengan yang telah ditargetkan. Secara umum, profitability

(rasio profitabilitas) merupakan rasio yang mengukur kemampuan suatu

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu serta untuk

memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas manajemen dalam

melaksanakan kegiatan operasinya. Dengan menggunakan rasio profitabilitas,

dapat diukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap

rupiah dana yang tertanam dalam total asset (ROA). Semakin tinggi Return On

Asset (ROA) maka semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari

setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset. Sebaliknya pula, semakin

rendah Return On Asset (ROA) maka semakin rendah pula laba yang dihasilkan

dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset.

Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis yang telah dilakukan, diketahui

bahwa hasil koefisien korelasi menghasilkan output sebesar 0,257. Dimana hasil

tersebut berdasarkan pada tabel 3.4 (Sugiyono, 2017:231) berada pada interval

kelas kedua 0,20 – 0,399 dengan tingkat hubungan (korelasi) yang lemah dan arah

hubungan yang positif terhadap income smoothing. Sementara itu, berdasarkan

hasil analisis koefisien determinasi menghasilkan output sebesar 6,60%. Artinya

peningkatan income smoothing dipengaruhi oleh profitability sebesar 6,60%.

Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini. Hal ini didukung oleh hasil uji signifikansi (uji t) yang menunjukan

nilai thitung sebesar 1,190 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai t tabel yaitu

sebesar 2,093 dengan nilai signifikansi 0,248. Dimana nilai signifikansi tersebut
182

lebih besar dari pada 0,05 (0,248 > 0,05) yang berarti H 1 ditolak. Hal tersebut

menunjukan bahwa profitability tidak berpengaruh signifikan terhadap income

smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan hasil uji statistik di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak

selamanya profitability berpengaruh signifikan terhadap tindakan income

smoothing. Hasil penelitian ini, tidak sejalan dengan pernyataan Scott (2006)

dalam Noviana dan Yuyetta (2012:48) menyatakan bahwa:

Perusahaan cenderung melakukan income smoothing saat memperoleh


tingkat profitabilitas tinggi. Tingkat profitabilitas yang stabil akan
memberikan keyakinan investor bahwa perusahaan tersebut memiliki
kinerja yang baik dalam menghasilkan laba.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Apitasri (2018:36) yang menyatakan

bahwa:

Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin tinggi pula


kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini karena
manajemen mengetahui akan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dimasa mendatang, sehingga memudahkan dalam
mempercepat ataupun memperlambat laba.

Demikian halnya dengan Apitasari, hal serupa juga dikemukakan oleh

Carlson dan Bathala dalam Minarti (2018:62) yang menyatakan bahwa:

Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi


tindakan pengelolaan laba yang dilakukan oleh manajemen, karena sesuai
dengan hipotesa biaya politik bahwa tingkat profitabilitas yang semakin
tinggi akan mengakibatkan tingginya harapan regulator dan masyarakaat
terhadap perusahaan tersebut untuk memberikan kompensasi berupa
pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada
masyarakat.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Eko

Budi Santoso dan Sherly Novia Salim (2012), yang menyatakan bahwa
183

profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.

Namun di sisi lain, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yuniar Aemanah dan Deannes Isynuwardhana (2019), Ni Putu

Sandra Apriyanti, Ni Made Sunarsih dan Ida Ayu Budhananda Muni (2021),

Yunus Fiscal dan Agatha Steviany (2015) serta Pandu Nugraha dan Vaya Jukiana

Dillak (2018), yang menyatakan bahwa secara parsial profitability berpengaruh

sigifikan terhadap income smoothing.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang peneliti ajukan diawal, yaitu

“profitability berpengaruh signifikan secara parsial terhadap income smoothing

pada perusahaan non-bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”. Hal ini mengindikasikan bahwa profitability yang diproksikan

dengan return on asset pada penelitian ini, bukanlah faktor yang paling besar

pengaruhnya terhadap tindakan income smoothing pada perusahaan non-bank

anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.2.2. Hasil Pembahasan mengenai Pengaruh Financial Leverage (X2)

terhadap Income Smoothing (Y) pada Perusahaan Non-Bank Anggota

Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Sejalan dengan perkembangan yang dialami dalam menjalankan

usahanya, suatu perusahaan akan selalu membutuhkan tambahan dana untuk

memperbesar usahanya. Sementara sumber dana itu sendiri hanya ada dua jenis

yaitu modal sendiri dan pinjaman dari pihak ketiga atau utang. Semakin tinggi

leverage maka semakin tinggi pula utang perusahaan, dimana utang tersebut akan
184

menimbulkan beban yang harus ditanggung oleh perusahaan yang dapat

mengurangi laba perusahaan. Adanya hal tersebut menimbulkan tingginya risiko

pemilik modal, dimana risiko tersebut meliputi risiko gagal membayar

kewajibannya tepat waktu.

Berdasarkan hasil pembuktian hipotesis yang telah dilakukan, diketahui

bahwa hasil koefisien korelasi menghasilkan output sebesar 0,234. Dimana hasil

tersebut berdasarkan pada tabel 3.4 (Sugiyono, 2017:231) berada pada interval

kelas kedua 0,20 – 0,399 dengan tingkat hubungan (korelasi) yang lemah dan arah

hubungan yang positif terhadap income smoothing. Sementara itu, berdasarkan

hasil analisis koefisien determinasi menghasilkan output sebesar 5,50%. Artinya

peningkatan income smoothing dipengaruhi oleh financial leverage sebesar

5,50%. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini. Hal ini didukung oleh hasil uji signifikansi (uji t) yang menunjukan

nilai thitung sebesar 1,076 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai t tabel yaitu

sebesar 2,093 dengan nilai signifikansi 0,295. Dimana nilai signifikansi tersebut

lebih besar dari pada 0,05 (0,295 > 0,05) yang berarti H2 ditolak. Hal tersebut

menunjukan bahwa financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap

income smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian ini, tidak sejalan dengan pendapat Suhartono dan

Hendraswari (2020:3) menyatakan bahwa:

Semakin besar tingkat financial leverage maka semakin besar peluang


manajer perusahaan melakukan praktik perataan laba untuk memberikan
kesan yang baik pada perusahaan dalam mengelola hutang untuk
meningkatkan asset maupun pendapatan perusahaan.
185

Demikian halnya dengan signalling theory menurut Nugroho (2018:27)

yang menyatakan bahwa:

Adanya leverage yang tinggi memberikan sinyal yang kurang baik bagi
para investor, sehingga dengan tingginya leverage maka perusahaan
melakukan income smoothing untuk memberikan informasi laporan
keuangan yang baik dan menumbuhkan rasa percaya diri para investor.

Begitu juga dengan pendapat Ramadhona (2017:37) yang menyatakan

bahwa:

Sebuah perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi cenderung


akan terhambat oleh perjanjian utang. Maka akan mengalami kesulitan
dana dari pihak luar. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang
tinggi diduga akan melakukan perataan laba karena perusahaan terancam
default sehingga manajemen membuat kebijakan yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba perusahaan.

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yunus Fiscal dan Agatha Steviany (2015), serta Tria, et. al (2018)

yang menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan positif

terhadap tindakan perataan laba. Namun di sisi lain, hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yuniar Aemanah, Deannes

Isynuwardhana (2019), Ni Putu Sandra Apriyanti, Ni Made Sunarsih, Ida Ayu

Budhananda Muni (2021) dan Pandu Nugraha dan Vaya Jukiana Dillak (2018),

yang menyatakan bahwa financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap

income smoothing.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang peneliti ajukan diawal, yaitu

“financial leverage berpengaruh signifikan secara parsial terhadap income

smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang
186

terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hal ini mengindikasikan bahwa financial

leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio pada penelitian ini,

bukanlah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap tindakan income

smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.2.3. Hasil Pembahasan mengenai Pengaruh Profitability (X1) dan Financial

Leverage (X2) terhadap Income Smoothing (Y) pada Perusahaan Non-

Bank Anggota Indeks IDX Quality 30 yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan metode penelitian

yang telah ditentukan, maka dapat diketahui bahwa profitability dan financial

leverage terhadap tidak berpengaruh sigifikan terhadap income smoothing. Hasil

analisis koefisien korelasi berganda menghasilkan output sebesar 0,278. Maka

nilai koefisien korelasi tersebut berada diinterval kelas kedua dengan rentang nilai

antara 0,20-0,399 dengan tingkat hubungan lemah dan mempunyai arah positif.

Demikian pula dengan hasil analisis koefisien determinasi yang menghasilkan

output sebesar 7,7%. Artinya bahwa profitability dan financial leverage hanya

mempengaruhi income smoothing sebesar 7,7% dan sisanya sebesar 92,3%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hal tersebut ditegaskan dengan hasil uji signifikansi (uji f) yang

menghasilkan output nilai Fhitung sebesar 0,797 dan Ftabel sebesar 3,52. Dengan

demikian maka nilai Fhitung < Ftabel (0,797 < 3,52). Hal ini menunjukan bahwa

profitability dan financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap


187

income smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan kata lain bahwa hipotesis

“profitability dan financial leverage berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap income smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX

Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ditolak, karena hasil pengujian

yang tidak signifikan.

Selain itu juga, hal tersebut didukung oleh hasil analisis regresi linier

berganda yang menghasilkan sebuah persamaan

Y =−22,994+86,945 X 1+ 9,004 X 2. Artinya, jika profitability dan financial

leverage nilainya 0, maka nilai income smoothing adalah sebesar -22,994. Jika

nilai profitability (X1) bertambah 1 maka nilai income smoothing (Y) akan

mengalami kenaikan sebesar 86,945 dan jika financial leverage (X2) bertambah 1,

maka income smoothing (Y) juga akan mengalami kenaikan sebesar 9,004.

Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa profitability dan

financial leverage mempunyai hubungan positif terhadap income smoothing pada

perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

Hasil pengujian hipotesis tersebut menunjukan bahwa proksi yang

digunakan untuk profitability dan financial leverage dalam penelitian ini tidak

berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Hal ini tidak mendukung

konsep teori keagenan (agency theory). Dimana principal adalah pihak yang mem

pekerjakan agent agar melakukan tugas untuk kepentingan principal, sedangkan a

gent adalah pihak yang menjalankan kepentingan principal. Dalam teori ini dijela
188

skan hubungan atau korelasi antara principal (pemegang saham) dengan agent (m

anajemen) sering mengalami konflik kepentingan yang menyatakan bahwa adanya

asumsi masing-masing individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan

dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi

untuk menyembunyikan informasi yang tidak diketahui principal. Apriyani

(2013:36) berpendapat bahwa adanya asimetri informasi akan mendorong manajer

untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya, terutama jika informasi

tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Profitability dan financial

leverage dalam penelitian ini tidak menyebabkan terjadinya income smoothing.

Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Yuniar

Aemanah, Deannes Isynuwardhana (2019), Pandu Nugraha dan Vaya Juliana

Dillak (2019), yang menyatakan bahwa secara simultan variabel profitability dan

financial leverage berpengaruh signifikan terhadap income smoothing. Sementara

disisi lain, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Astuti Yuli Setyani dan

Eka Adhi Wibowo (2019) yang menyatakan bahwa secara simultan profitability

dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang peneliti ajukan diawal, yaitu

“profitability dan financial leverage berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap income smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX

Quality 30 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hal ini mengindikasikan

bahwa profitability yang diproksikan dengan return on asset dan financial

leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio pada penelitian ini,
189

bukanlah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap tindakan income

smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


190

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai beriikut:

1. Profitability tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing pada

perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

2. Financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap income smoothing

pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30 yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

3. Profitability dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap

income smoothing pada perusahaan non bank anggota Indeks IDX Quality 30

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

peneliti memberikan saran untuk menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan

dan pihak lainnya terkait profitability dan financial leverage terhadap income

smoothing, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi pihak investor diharapkan agar lebih berhati-hati ketika hendak memilih

perusahaan untuk kegiatan investasi atau pendanaan. Salah satu cara

sederhanya yaitu dengan melakukan pendeteksian menggunakan indeks

eckel. Karena perusahaan yang sering melakukan perataan laba akan terlihat
191

baik pada laporan keuangannya tetapi pada kenyataannya perusahaan tersebut

tidak sebagus yang tertera pada laporan keuangannya.

2. Bagi pihak perusahaan diharapkan agar lebih memperhatikan variabel-

variabel lain diluar variabel yang diteliti seperti misalnya ukuran perusahaan,

dividend payout ratio, kepemilikan institusional, ataupun variabel yang sama

namun dengan proksi yang berbeda yang dapat mengindikasi tindakan

perataan laba, seperti ROE, DAR, NPM.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat menambah variabel lain

misalnya ukuran perusahaan, dividend payout ratio, kepemilikan institusional

dan lain sebagainya. Selain itu juga, peneliti selanjutnya diharapkan dapat

memperluas emiten yang dijadikan tempat penelitiannya.


DAFTAR PUSTAKA

Aemanah, Y dan Isynuwardhana, D. 2019. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran


Perusahaan dan Leverage terhadap Praktik Perataan Laba. Kajian
Akuntansi Volume 20 No.1.
Alim dan Rasmini. 2019. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Ukuran
Perusahaan (Size), Net Profit Margin (NPM) dan Return On Asset (ROA)
Terhadap Perataan Laba (IS). Competitive, 3(2), 101-107.
Aljana dan Purwanto. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Kepemilikan dan
Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of
Accounting vol 6 no 3, tahun 2017 hal 1-15.
Anwar. 2019. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta :
Kencana.
Apip, M dan Syaiful, D. 2014. Pengantar Akuntansi 1. Ciamis: CV Galuh Nurani
Apitasari. 2018. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik (income
smoothing). Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo.
Semarang : Tidak Diterbitkan.
Apriyani, Lydia. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan
terhadap Praktik Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi : Fakultas Ekonomi,
Universitas Jember.
Astutik, Rina Puji. 2016. Pengaruh Konvergensi IFRS dan Mekanisme Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba. Skripsi Pada Program Studi
Akuntansi FE UMY Yogyakarta.
Atik, 2017. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return On Equity Studi Pada
Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2015. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Galuh.
Ayunika, Ni Putu Nanda dan Yadnyana, I Ketut. 2018. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas dan Financial Leverage Terhadap Praktik
Perataan Laba. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana. Vol25.3, ISSN:
2302-8556. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Bambang Riyanto. 2018. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
Penerbit GPFE
Barlian. 2016. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Padang : Sukabina
Press
195

Belkauoi, Ahmed Riahi. 2006. Teori Akuntansi. Edisi Kelima, Buku 1. Jakarta :
Salemba Empat
Bestivano W. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan
yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Padang (ID): Universitas Negeri Padang.
Brigham, Eugene F dan Houston, Joul F. 2013. Dasar-dasar Manajemen Buku
Satu Edisi Sepuluh. Jakarta : Salemba Empat.
_______________________________. 2015. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Penerjemah : Ali Akbar Yulianto. Buku 1. Jakarta : Salemba
Empat.
Butar dan Sudarsi. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage
dan Kepemilikan Institusional Terhadap Perataan Laba. Dinamika
Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Vol 1. No2 hal 143-158.
Darmawan. 2019. Analisa Laporan Keuangan : Bagi Manajer Keuangan
Perusahaan. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dewi dan Suryanawa. 2019. Pengaruh Leverage, Bonus Plan, Ukuran
Perusahaan dan Profitabilitas pada Proyek Perataan Laba. E-Journal
Universitas Udayana Vol.26.1 Januari (2019):58-84.
Djaddang S. 2010. Analisis Hubungan Perataan Laba (Income Smoothing)
dengan Ekspektasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta [Internet]. [diunduh 2022 Februari 2].
Tersedia pada: http://isa7695.wordpress.com/2010/07/26/analisis-hubungan-
perataan-laba-income-smoothing-dengan-ekspektasi-laba-masa-depan-
perusahaan-manufaktur-yang-terdaftar-di-bursa-efek-jakarta/.
Djajang, Syahril. 2005. Analisis Hubungan Perataan Laba (Income Smoothing)
dengan Ekspektasi Laba Masa Depan Dalam Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dalam Jurnal yang Tersedia:
http://referensiagribisnis.fileswordpress.com/2012/12/analisis-hubungan-
perataan-laba-income-smoothing-dengan-sekspetasi-laba-masa-depan-
perusahaan-manufaktur-yang-terdaftar-dibursa-efek-jakarta1.pdf
Fiscal, Y dan Stevany, A. 2015. The Effect of Size Company, Profitability,
Financial Leverage and Dividend Payout Ratio on Income Smoothing in
The Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period
2010-2013. Vol. 6, No. 2
Fitriani, Azizah. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan
Financial Leverage terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing)
196

Pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode


2011-2015. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, Vol 9, No 1 Januari 2018.
Ghozali, Imam dan Chariri, Anis. 2014. Teori Akuntansi. Yogyakarta :
Universitas Diponegoro.
Hans, K. 2016. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Jakarta :
Ikatan Akuntan Indonesia
Hantono, Namira. 2018. Pengantar Akuntansi. Yogyakarta : Penerbit
Deepublish(Grup Penerbitan CV. Budi Utama)
Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
__________________. 2014. Analisis Laporan Keuangan Edisi Pertama. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
__________________. 2015. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Cetakan Empat
Belas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Harrison, Jr., Walter T., et. al. 2012. Akuntansi Keuangan Edisi Kedelapan. Yang
Dialihbahasakan oleh Gina Gaina. Jakarta : Erlangga.
Hartono dan Rahmi, N.F. 2018. Pengantar Akuntansi. Yogyakarta : Deepublish
Hery. 2014. Pengendalian Akuntansi dan Manajemen. Jakarta : Kencana
____. 2015. Analisis Kinerja Manajemen : Menilai Kinerja Manajemen
Berdasarkan Rasio Keuangan. Jakarta : Grasindo
____. 2017. Teori Akuntansi : Pendekatan Konsep dan Analisa. Jakarta : PT
Grasindo.
____. 2017. Kajian Riset Akuntansi. Jakarta : PT. Grasindo
Hutamajaya. 2019. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba. Skripsi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Tidak
Diterbitkan.
Ikrima, Nuru. 2019. Pengaruh kepemilikan Manjerial dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi Universitas Galuh Ciamis.

Kariyono. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Malang : Universitas Brawijaya


Press.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
______. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers
197

______. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Satu. Cetakan Ketujuh. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
______. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
______. 2019. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Prenanda Media.
Kieso, Donald E, Jerry J, Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2007. Akuntansi
Intermediate, Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh. Jakarta:
Erlangga
Kurniawan dan Yuniarto. 2016. Analisis Regresi : Dasar dan Penerapannya
dengan R. Jakarta : Kencana
Lay. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage terhadap
Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2015. STIE Perbanas Surabaya.
Marlina. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Net Profit Margin (NPM)
Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Food and Beverage yang
Terdaftar di BEI. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Galuh. Tidak Diterbitkan.
Martani, Dwi. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta :
Salemba Empat.
Martani, et. al. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta :
Salemba Empat
Maulana, Irfan. 2020. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kualitas Laba. Skripsi
Pada Program Studi Akuntansi. Tidak Diterbitkan.
Minarti, S.D. 2018. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity
(ROE) terhadap Manajemen Laba. Skripsi Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Galuh. Tidak Diterbitkan.
__________. 2018. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity
(ROE) Terhadap Manajemen Laba. Skripsi Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Galuh : Tidak Diterbitkan.
Mulyadi. 2011. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat.
Noviana dan Yuyetta. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan
Laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2006-2010). Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Semarang : Tidak Diterbitkan.
198

Nugraha, P dan Dillak, J. 2018. Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan


Terhadap Perataan Laba. Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer Volume 10,
No 1, April 2018. Diakses tanggal……
Nugroho, W.A. 2018. Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Risiko Keuangan,
Nilai Perusahaan dan Dividen Payout Ratio Terhadap Perataan Laba.
Diss. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Nur Syarifudin dan Astri Fitria. 2013. Analisis Pengaruh Rasio profitabilitas dan
Nilai pasar Terhadap Harga Saham. jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi.
Nurhidayah, Lilis. 2017. Pengaruh Financial LeverageTerahadp Earning Per
Share (EPS). Skripsi Program Studi FE Unigal.
Oktaviasari, et. al. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan
Leverage Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
E-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi. 2018 v(1):81-87
Pande I, Suryanawa I. 2017. Pengaruh Leverage Pada Perataan Laba dengan
Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal
Akuntansi. doi:10.24843/EJA.2017.v21.i02.p28.
Pradnyandari A, Putra Astika. 2019. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Nilai Saham,
Financial Leverage, Profitabilitas Pada Tindakan Perataan Laba di Sektor
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi. doi:10.24843/eja.2019.v27.i01.p06.
Pramono O. 2013. Analisis Pengaruh ROA, NPM, dan Size terhadap Praktik
Perataan Laba (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011). JI Mahasiswa Universitas
Surabaya. 2(2):1-16.
Prihadi. 2019. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Pujiyanti. 2015. Akuntansi Dasar. Jakarta : Lembar Pustaka Indonesia.
Purba, Ilhamuddin. 2019. Pengaruh Profitabilitas dan Financial Leverage
Terhadap Income Smoothing. Skripsi FE Universitas Islam Negeri Sumatra
Utara.
Rahmana, Chevi Ade. 2014. Pengaruh Finansial Leverage Terhadap Income
Smoothing. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Universitas Galuh. Tidak
Diterbitkan
Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Ramadhona, S. 2017. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba. Skripsi pada Program Studi Manajemen FEB UIN Syarif
Hidayatullah. Tidak Diterbitkan.
199

Rianto, 2015. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Keempat.


Yogyakarta : BPFE
Riyanto dan Hatmawan. 2020. Metode Riset Kuantitatif Penelitian di Bidang
Manajemen, Pendidikan dan Eksperimen. Yogyakarta : Deepublish
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi Konsep dan Penyusunan Laporan
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Santoso, E dan Salim, S. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage,
Dividen, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, dan Kelompok
Usaha Terhadap Perataan Laba Studi Kasus Pada Perusahaan Non-
Finansial Yang Terdaftar Di BEI. Proceedings of Conference In Business,
Accounting and Management (CBAM) Vol. 1 No. 1.
Sarmyn, L M. 2017. Pengantar Akuntansi. Edisi IFRS. Buku 1. Depok: PT Raja
Grafindo Persada.
Septiana. 2019. Analisis Laporan Keuangan Konsep Dasar dan Deskripsi
Laporan Keuangan. Jawa Timur : Duta Media Publishing.
Setyowati, et. al. 2015. Pengantar Akuntansi 2. Jakarta : Kencana.
Stice E.K. Stice J.D. dan Skousen K.F. 2007. Intermediate Accounting 16th
Edition. South Western(US): Thomson.
Subramanyam, K. R dan John, J. Wild. 2012. Analisis Laporan Keuangan Edisi
10, Buku 2. Jakarta : Salemba Empat
Sudana. 2017. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik Edisi 2.
Jakarta : Erlangga.
Sugiono dan Untung. 2018. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan
Pengetahuan Dasar Bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan. Jakarta :
Grasindo
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
ALFABETA
_______. 2016. Metode Penelitian Manajemen. Bandung : Alfabeta
_______. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
_______. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta
_______. 2019. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta
Sulistyanto, H. Sri. 2018. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. Jakarta :
Grasindo
200

Sulistyanto. 2018. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta : Kencana
Supriadi. 2020. Metode Riset Akuntansi. Yogyakarta : Deepublish.
Syamsuddin. 2016. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Taswan. 2015. Akuntansi Perbankan. Cetakan Ke-4. Yogyakarta : UPP STM
YKPN
Tria, et. al. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Leverage
Terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI. e-Journal
Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Volume V (1) : 81-87
Yulia, Mona. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial
Leverage dan Nilai Saham Terhadap Perataan Laba (income smoothing).
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Yuliani et. al. 2017. Analisis Determinas Praktik Perataan Laba. Simposium
Nasional XX Jember:1-19.
201
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Sampel Penelitian

No. Kode Saham Nama Perusahaan


1 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk.
2 CLEO Sariguna Primatirta Tbk.
3 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
4 DMAS Puradelta Lestari Tbk.
5 GGRM Gudang Garam Tbk.
6 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
7 HOKI Buyung Putra Sembada Tbk.
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
9 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk.
10 KLBF Kalbe Farma Tbk.
11 LINK Link Net Tbk.
12 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk.
13 MNCN Media Nusantara Citra Tbk.
14 MYOR Mayora Indah Tbk.
15 PTBA Bukit Asam Tbk.
16 PWON Pakuwon Jati Tbk.
17 SCMA Surya Citra Media Tbk.
18 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
19 SMSM Selamat Sempurna Tbk.
20 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk.
21 UNTR United Tractors Tbk.
22 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
Sumber: www.idx.co.id
203

Lampiran 2

Daftar Perusahaan yang Tidak Memenuhi Kriteria Sampling

No. Kode Saham Nama Perusahaan


1 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
Sumber: www.idx.co.id
204

Lampiran 3
Perhitungan Indeks Eckel
No. Kode Emiten Tahun LABA (I) ∆I ∆X σ CV ∆I Penjualan (S) ∆S ∆X σ CV ∆S Indeks Eckel

2017 780,687 5,938,576


2018 976,273 195,586 - 16,459 7,239,754 1,301,178 491,397
1 ACES 250,138.34 -15.20 1,076,294.65 2.19 -6.94
2019 1,023,636 47,363 - 16,459 8,142,717 902,963 491,397
2020 731,311 - 292,325 - 16,459 7,412,767 - 729,950 491,397
2017 501,734 614,678
2018 63,262 - 438,472 - 122,987 831,104 216,426 119,319
2 CLEO 275,172.26 -2.24 201,437.96 1.69 -1.33
2019 130,756 67,494 - 122,987 1,084,913 253,809 119,319
2020 132,772 2,016 - 122,987 972,635 -112,278 119,319
2017 2,499,875 49,367,386
2018 4,551,485 2,051,610 448,653 53,957,604 4,590,218 - 2,282,868
3 CPIN 1,495,567.40 3.33 8,266,994.11 -3.62 -0.92
2019 3,642,226 - 909,259 448,653 42,501,146 -11,456,458 - 2,282,868
2020 3,845,833 203,607 448,653 42,518,782 17,636 - 2,282,868
2017 657,120 1,336,391
2018 496,365 - 160,755 230,485 1,036,229 - 300,162 430,970
4 DMAS 534,162.97 2.32 1,034,024.11 2.40 0.97
2019 1,335,421 839,056 230,485 2,650,255 1,614,026 430,970
2020 1,348,575 13,154 230,485 2,629,300 - 20,955 430,970
2017 7,755,347 83,305,925
2018 7,793,068 37,721 - 35,873 95,707,663 12,401,738 10,390,462
5 GGRM 3,160,948.10 -88.12 5,703,796.16 0.55 -160.52
2019 10,880,704 3,087,636 - 35,873 110,523,819 14,816,156 10,390,462
2020 7,647,729 -3,232,975 - 35,873 114,477,311 3,953,492 10,390,462
2017 12,670,534 99,091,484
2018 13,538,418 867,884 -1,363,052 106,741,891 7,650,407 - 2,222,091
6 HMSP 3,288,920.95 -2.41 10,722,947.55 -4.83 0.50
2019 13,721,513 183,095 -1,363,052 106,055,176 - 686,715 - 2,222,091
2020 8,581,378 -5,140,135 -1,363,052 92,425,210 -13,629,966 - 2,222,091
2017 47,964 1,209,215
2018 90,195 42,231 - 3,309 1,430,785 221,570 -12,009
7 HOKI 55,893.39 -16.89 405,156.56 -33.74 0.50
2019 103,723 13,528 - 3,309 1,653,032 222,247 -12,009
205

Lampiran 4
Perhitungan Indeks Eckel (Lanjutan)
2017 3,543,173 35,606,593
2018 4,658,781 1,115,608 1,291,800 38,413,407 2,806,814 3,678,152
8 ICBP 695,590.82 0.54 789,026.96 0.21 2.51
2019 5,360,029 701,248 1,291,800 42,296,703 3,883,296 3,678,152
2020 7,418,574 2,058,545 1,291,800 46,641,048 4,344,345 3,678,152
2017 1,859,818 14,431,211
2018 1,145,937 - 713,881 - 17,827 15,190,283 759,072 -82,296
9 INTP 701,690.84 -39.36 1,448,635.03 -17.60 2.24
2019 1,835,305 689,368 - 17,827 15,939,348 749,065 -82,296
2020 1,806,337 - 28,968 - 17,827 14,184,322 -1,755,026 -82,296
2017 2,453,251 20,182,120
2018 2,497,262 44,011 115,457 21,074,306 892,186 976,845
10 KLBF 126,940.55 1.10 544,950.00 0.56 1.97
2019 2,537,602 40,340 115,457 22,633,476 1,559,170 976,845
2020 2,799,622 262,020 115,457 23,112,655 479,179 976,845
2017 1,007,278 3,399,060
2018 788,918 - 218,360 - 21,857 3,728,364 329,304 216,301
11 LINK 172,666.71 -7.90 165,045.88 0.76 -10.35
2019 894,531 105,613 - 56,374 3,755,262 26,898 216,301
2020 941,707 47,176 - 21,857 4,047,964 292,702 216,301
2017 708,762 2,495,712
2018 658,737 - 50,025 71,570 2,713,087 217,375 307,877
12 MIKA 105,305.12 1.47 159,404.48 0.52 2.84
2019 791,419 132,682 71,570 3,205,020 491,933 307,877
2020 923,473 132,054 71,570 3,419,343 214,323 307,877
2017 1,567,546 7,052,686
2018 1,605,621 38,075 101,161 7,443,905 391,219 301,184
13 MNCN 616,629.56 6.10 657,930.18 2.18 2.79
2019 2,352,529 746,908 101,161 8,353,365 909,460 301,184
2020 1,871,028 - 481,501 101,161 7,956,238 -397,127 301,184
2017 1,630,954 20,816,674
2018 1,760,434 129,480 155,738 24,060,802 3,244,128 1,220,093
14 MYOR 124,202.47 0.80 1,909,683.36 1.57 0.51
2019 2,051,404 290,970 155,738 25,026,739 965,937 1,220,093
2020 2,098,168 46,764 155,738 24,476,954 - 549,785 1,220,093
2017 4,547,232 19,471,030
2018 5,121,112 573,880 - 713,102 21,166,993 1,695,963 - 715,279
15 PTBA 1,148,193.41 -1.61 3,289,322.81 -4.60 0.35
2019 4,040,394 -1,080,718 - 713,102 21,787,564 620,571 - 715,279
206

Lampiran 5
Perhitungan Indeks Eckel (Lanjutan)
2017 2,024,627 5,749,185
2018 2,826,936 802,309 - 301,838 7,080,668 1,331,483 -590,658
16 PWON 1,587,156.41 -5.26 2,360,106.84 -4.00 1.32
2019 3,239,796 412,860 - 301,838 7,202,001 121,333 -590,658
2020 1,119,113 -2,120,683 - 301,838 3,977,211 -3,224,790 -590,658
2017 1,317,748 4,453,849
2018 1,475,042 157,294 - 55,895 5,276,795 822,946 215,755
17 SCMA 320,016.54 -5.73 623,169.08 2.89 -1.98
2019 1,051,165 - 423,877 - 55,895 5,523,362 246,567 215,755
2020 1,150,063 98,898 - 55,895 5,101,113 -422,249 215,755
2017 533,799 2,573,840
2018 663,849 130,050 133,406 2,763,292 189,452 253,857
18 SIDO 9,226.14 0.07 58,634.29 0.23 0.30
2019 807,689 143,840 133,406 3,067,434 304,142 253,857
2020 934,016 126,327 133,406 3,335,411 267,977 253,857
2017 555,388 3,339,964
2018 633,550 78,162 - 5,424 3,933,353 593,389 -35,424
19 SMSM 89,329.47 -16.47 648,583.74 -18.31 0.90
2019 638,676 5,126 - 5,424 3,935,811 2,458 -35,424
2020 539,116 - 99,560 - 5,424 3,233,693 -702,118 -35,424
2017 32,701,000 128,256,000
2018 26,979,000 -5,722,000 -1,046,000 130,784,000 2,528,000 2,735,333
20 TLKM 4,106,065.39 -3.93 1,952,274.66 0.71 -5.50
2019 27,592,000 613,000 -1,046,000 135,567,000 4,783,000 2,735,333
2020 29,563,000 1,971,000 -1,046,000 136,462,000 895,000 2,735,333
2017 7,673,322 64,559,204
2018 11,498,409 3,825,087 - 680,299 84,624,733 20,065,529 - 1,404,140
21 UNTR 4,671,700.89 -6.87 22,099,464.68 -15.74 0.44
2019 11,134,641 - 363,768 - 680,299 84,430,478 - 194,255 - 1,404,140
2020 5,632,425 -5,502,216 - 680,299 60,346,784 -24,083,694 - 1,404,140
2017 7,004,562 41,204,510
2018 9,081,187 2,076,625 52,991 41,802,073 597,563 589,321
22 UNVR 1,898,295.53 35.82 535,337.08 0.91 39.44
2019 7,392,837 -1,688,350 52,991 42,922,563 1,120,490 589,321
207

Lampiran 6
Perhitungan Indeks Eckel (Lanjutan)
Hasil Perhitungan
No. Kode Emiten Indeks Keterangan
CV ∆I CV ∆S
Eckel
1 ACES -15.2 2.19 -6.94 Perata Laba
2 CLEO -2.24 1.69 1.33 Non Perata Laba
3 CPIN 3.33 -3.62 -0.92 Perata Laba
4 DMAS 2.32 2.40 0.97 Perata Laba
5 GGRM -88.12 0.55 -160.52 Perata Laba
6 HMSP -2.41 -4.83 0.50 Perata Laba
7 HOKI -16.89 -33.74 0.50 Perata Laba
8 ICBP 0.54 0.21 2.51 Non Perata Laba
9 INTP -39.36 -17.6 2.24 Non Perata Laba
10 KLBF 1.10 0.56 1.97 Non Perata Laba
11 LINK -7.90 0.76 -10.35 Perata Laba
12 MIKA 1.47 0.52 2.84 Non Perata Laba
13 MNCN 6.1 2.18 2.79 Non Perata Laba
14 MYOR 0.80 1.57 0.51 Perata Laba
15 PTBA -1.61 -4.60 0.35 Perata Laba
16 PWON -5.26 -4.00 1.32 Non Perata Laba
17 SCMA -5.73 2.89 -1.98 Perata Laba
18 SIDO 0.07 0.23 0.30 Perata Laba
19 SMSM -16.47 -18.31 0.90 Perata Laba
20 TLKM -3.93 0.71 -5.50 Perata Laba
21 UNTR -6.87 -15.74 0.44 Perata Laba

Sumber: Data diolah, 2022


208

Lampiran 7
Perhitungan ROA

Kode Emiten Tahun Laba Bersih (Rp) Total Aset (Rp) ROA Rata-rata

2018 976,273,356,597 5,321,180,855,541 18.35%


ACES 2019 1,023,636,538,399 6,641,808,005,145 15.41% 14.62%
2020 731,310,571,351 7,247,063,894,294 10.09%
2018 63,261,752,474 833,933,861,594 7.59%
CLEO 2019 130,756,461,708 1,245,144,303,719 10.50% 9.41%
2020 132,772,234,495 1,310,940,121,622 10.13%
2018 4,551,485,000,000 27,541,427,000,000 16.53%
CPIN 2019 3,642,226,000,000 29,109,408,000,000 12.51% 13.79%
2020 3,845,833,000,000 31,159,291,000,000 12.34%
2018 496,364,970,438 7,500,033,435,372 6.62%
DMAS 2019 1,335,420,919,293 7,616,971,029,620 17.53% 14.71%
2020 1,348,575,384,650 6,752,233,240,104 19.97%
2018 7,793,068,000,000 69,097,219,000,000 11.28%
GGRM 2019 10,880,704,000,000 78,647,274,000,000 13.83% 11.63%
2020 7,647,729,000,000 78,191,409,000,000 9.78%
2018 ### 46,602,420,000,000 29.05%
HMSP 2019 ### 50,902,806,000,000 26.96% 24.43%
2020 8,581,378,000,000 49,674,030,000,000 17.28%
2018 90,195,136,265 758,846,556,031 11.89%
HOKI 2019 103,723,133,972 848,676,035,300 12.22% 9.43%
2020 38,038,419,405 906,924,214,166 4.19%
2018 4,658,781,000,000 34,367,153,000,000 13.56%
ICBP 2019 5,360,029,000,000 38,709,314,000,000 13.85% 11.52%
2020 7,418,574,000,000 ### 7.16%
2018 1,145,937,000,000 27,788,562,000,000 4.12%
INTP 2019 1,835,305,000,000 27,707,749,000,000 6.62% 5.78%
2020 1,806,337,000,000 27,344,672,000,000 6.61%
2018 2,497,261,964,757 18,146,206,145,369 13.76%
KLBF 2019 2,537,601,823,645 20,264,726,862,584 12.52% 12.90%
2020 2,799,622,515,814 22,564,300,317,374 12.41%
2018 788,918,000,000 6,023,611,000,000 13.10%
LINK 2019 894,531,000,000 6,652,974,000,000 13.45% 12.87%
2020 941,707,000,000 7,799,803,000,000 12.07%
2018 658,737,307,293 5,089,416,875,753 12.94%
MIKA 2019 791,419,176,854 5,576,085,408,175 14.19% 13.88%
2020 923,472,717,339 6,372,279,460,008 14.49%
2018 1,605,621,000,000 16,339,552,000,000 9.83%
MNCN 2019 2,352,529,000,000 17,836,430,000,000 13.19% 10.97%
2020 1,871,028,000,000 18,923,235,000,000 9.89%
2018 1,760,434,280,304 17,591,706,426,634 10.01%
MYOR 2019 2,051,404,206,764 19,037,918,806,473 10.78% 10.46%
209

Lampiran 8
Perhitungan ROA (Lanjutan)
2018 5,121,112,000,000 24,172,933,000,000 21.19%
PTBA 2019 4,040,394,000,000 26,098,052,000,000 15.48% 15.56%
2020 2,407,927,000,000 24,056,755,000,000 10.01%
2018 2,826,936,213,000 25,018,080,224,000 11.30%
PWON 2019 3,239,796,227,000 26,095,153,343,000 12.42% 9.31%
2020 1,119,113,010,000 26,458,805,377,000 4.23%
2018 1,475,042,200,000 6,589,842,943,000 22.38%
SCMA 2019 1,051,164,602,000 6,716,724,073,000 15.65% 18.34%
2020 1,150,063,239,000 6,766,903,494,000 17.00%
2018 663,849,000,000 3,337,628,000,000 19.89%
SIDO 2019 807,689,000,000 3,529,557,000,000 22.88% 22.35%
2020 934,016,000,000 3,849,516,000,000 24.26%
2018 633,550,000,000 2,801,203,000,000 22.62%
SMSM 2019 638,676,000,000 3,106,981,000,000 20.56% 19.71%
2020 539,116,000,000 3,375,526,000,000 15.97%
2018 26,979,000,000,000 206,196,000,000,000 13.08%
TLKM 2019 27,592,000,000,000 221,208,000,000,000 12.47% 12.51%
2020 ### 246,943,000,000,000 11.97%
2018 ### ### 9.89%
UNTR 2019 ### ### 9.97% 8.50%
2020 5,632,425,000,000 99,800,963,000,000 5.64%
2018 9,081,187,000,000 20,326,869,000,000 44.68%
UNVR 2019 7,392,837,000,000 20,649,371,000,000 35.80% 38.45%
210

Lampiran 9
Perhitungan DER

Kode Emiten Tahun Total Utang (Rp) Total Ekuitas (Rp) DER Rata-rata

2018 1,675,318,615,677 4,182,252,082,442 40.06%


ACES 2019 1,965,506,710,879 4,676,301,294,266 42.03% 40.29%
2020 2,024,821,339,896 5,222,242,554,398 38.77%
2018 198,455,391,702 635,478,469,892 31.23%
CLEO 2019 478,844,867,693 766,299,436,026 62.49% 46.74%
2020 416,194,010,942 894,746,110,680 46.52%
2018 8,336,047,000,000 19,205,380,000,000 43.40%
CPIN 2019 8,213,550,000,000 20,895,858,000,000 39.31% 38.72%
2020 7,809,608,000,000 23,349,683,000,000 33.45%
2018 311,529,808,844 7,188,503,626,528 4.33%
DMAS 2019 1,121,231,243,313 6,495,739,786,307 17.26% 13.24%
2020 1,224,176,089,310 6,752,233,240,104 18.13%
2018 ### 45,133,285,000,000 53.10%
GGRM 2019 27,716,516,000,000 50,930,758,000,000 54.42% 47.04%
2020 ### 58,522,468,000,000 33.61%
2018 ### 35,358,253,000,000 31.80%
HMSP 2019 ### 35,679,730,000,000 42.67% 46.24%
2020 ### 30,241,426,000,000 64.26%
2018 195,678,977,792 563,167,578,239 34.75%
HOKI 2019 207,108,590,481 641,567,444,819 32.28% 34.64%
2020 244,363,297,557 662,560,916,609 36.88%
2018 11,660,003,000,000 22,707,150,000,000 51.35%
ICBP 2019 12,038,210,000,000 26,671,104,000,000 45.14% 67.45%
2020 ### 50,318,053,000,000 105.87%
2018 4,566,973,000,000 23,221,589,000,000 19.67%
INTP 2019 4,627,488,000,000 23,080,261,000,000 20.05% 21.01%
2020 5,168,424,000,000 22,176,248,000,000 23.31%
2018 2,851,611,349,015 15,294,594,796,354 18.64%
KLBF 2019 3,559,144,386,553 16,705,582,476,031 21.31% 21.14%
2020 4,288,218,173,294 18,276,082,144,080 23.46%
2018 1,272,512,000,000 4,751,099,000,000 26.78%
LINK 2019 1,996,559,000,000 4,656,415,000,000 42.88% 46.13%
2020 3,177,089,000,000 4,622,714,000,000 68.73%
2018 639,496,458,042 4,449,920,417,711 14.37%
MIKA 2019 783,434,418,324 4,792,650,989,851 16.35% 15.41%
2020 855,187,376,315 5,517,092,083,693 15.50%
2018 5,697,247,000,000 10,642,305,000,000 53.53%
MNCN 2019 5,310,928,000,000 12,525,502,000,000 42.40% 42.26%
2020 4,461,328,000,000 14,461,907,000,000 30.85%
2018 9,049,161,944,940 8,542,544,481,694 105.93%
MYOR 2019 9,125,978,611,155 9,911,940,195,318 92.07% 91.16%
211

Lampiran 10
Perhitungan DER (Lanjutan)
2018 7,903,237,000,000 16,269,696,000,000 48.58%
PTBA 2019 9,125,978,611,155 18,422,826,000,000 49.54% 46.71%
2020 7,117,559,000,000 16,939,196,000,000 42.02%
2018 9,706,398,758,000 15,311,681,466,000 63.39%
PWON 2019 7,999,510,286,000 18,095,643,057,000 44.21% 52.65%
2020 8,860,110,106,000 17,598,695,271,000 50.35%
2018 1,138,592,812,000 5,451,250,131,000 20.89%
SCMA 2019 1,228,125,546,000 5,488,598,527,000 22.38% 38.98%
2020 2,870,316,946,000 3,896,586,548,000 73.66%
2018 435,014,000,000 2,902,614,000,000 14.99%
SIDO 2019 472,191,000,000 3,064,707,000,000 15.41% 16.63%
2020 627,776,000,000 3,221,740,000,000 19.49%
2018 650,926,000,000 2,150,277,000,000 30.27%
SMSM 2019 664,678,000,000 2,442,303,000,000 27.22% 28.31%
2020 727,016,000,000 2,648,510,000,000 27.45%
2018 88,893,000,000,000 117,303,000,000,000 75.78%
TLKM 2019 ### 117,250,000,000,000 88.66% 89.57%
2020 ### 120,889,000,000,000 104.27%
2018 ### 57,050,679,000,000 103.82%
UNTR 2019 ### 61,110,074,000,000 82.81% 81.56%
2020 ### 63,147,140,000,000 58.05%
2018 ### 7,383,667,000,000 175.30%
UNVR 2019 ### 5,281,862,000,000 290.95% 260.72%
212

Lampiran 11
Surat Bimbingan
213

Lampiran 12
Tabel Distribusi T
214

Lampiran 13
Tabel Distribusi F
215

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Data Pribadi

Nama : Ratih Harisyah

NIM : 340310209

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL : Ciamis, 17 April 1999

Agama : Islam

Alamat : Kersamenak 019/007, Pamokolan, Cihaurbeuti, Ciamis

Email : ratihharisyah17@gmail.com

Pendidikan

2006-2012 : SDN 1 Pamokolan

2012-2015 : SMPN 2 Cihaurbeuti

2015-2018 : SMAN 1 Cihaurbeuti

2018-2022 : Universitas Galuh

Anda mungkin juga menyukai