Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Apriliani Nur Rachmawati (20110152)
2. Lukman Nulhakim (20110161)
3. Novyra Aryany (20110165)
4. Syifa Nur Febryanti (20110173)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang “Advokasi
Kebijakan Pemenuhan Hak Anak di Kota Bandung” dalam mata kuliah Advokasi Kebijakan
yang diampu oleh Dr. Sait Abdullah M.Pol.Adm.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Tentunya laporan ini tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki laporan
ini. Penulis berharap semoga laporan yang disusun ini dapat memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Tujuan Advokasi..............................................................................................................5
1.3 Manfaat Advokasi.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Fokus Kebijakan yang Ingin di Advokasi........................................................................6
2.2 Fakta, Data, dan Info Mengapa Perlu di Advokasi...........................................................7
2.3 Tahapan Kegiatan Advokasi.............................................................................................7
2.4 Strategi Komunikasi Advokasi.........................................................................................8
2.5 Identifikasi Stakeholder (Mapping dan Peran).................................................................8
2.6 Monitoring dan Evaluasi Advokasi..................................................................................9
2.7 Faktor Kunci Keberhasilan Advokasi.............................................................................10
2.8 Identifikasi Kendala dan Solusi......................................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Rekomendasi..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Diharapkan bahwa laporan ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat
bagi para pembuat kebijakan, praktisi, dan masyarakat sipil dalam upaya memperbaiki
keadaan dan memastikan pemenuhan hak anak yang lebih baik di Kota Bandung. Dengan
meningkatnya kesadaran dan upaya bersama, diharapkan Kota Bandung dapat menjadi
lingkungan yang lebih baik bagi perkembangan, pertumbuhan, dan kesejahteraan anak-
anaknya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Fakta, Data, dan Info Mengapa Perlu di Advokasi
Pada tahun 2021 - 2022 Kota Bandung menempati urutan pertama dalam kasus
kekerasan terhadap anak di Jawa Barat. Kemudian, pada tahun 2023 yang berdasarkan Sistem
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang memasuki trimester awal Kota
Bandung menjadi wilayah dengan jumlah kasus Kekerasan tertinggi ketiga di Jawa Barat.
Maka dari itu kasus kekerasan dan eksploitasi terhadap anak di Kota Bandung masih bisa
dibilang cukup tinggi karena dilihat dari data – data kasus pertahunnya masih mengalami
kenaikan.
7
2.4 Strategi Komunikasi Advokasi
Advokasi dilakukan secara proaktif dengan lobi dan negosiasi. Mengutip AB
Susanto dalam Redi Panuju (2010) melobi pada dasarnya merupakan usaha yang
dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut
pandang positif terhadap topik pelobi, dengan demikian diharapkan memberikan
dampak positif bagi pencapaian tujuan. Kegiatan melobi bisa jadi sama pentingnya dengan
pengembangan kompetensi profesional. Lobi dimaksudkan sebagai serangkaian upaya proses,
cara, perbuatan menghubungi, atau melakukan pendekatan (terhadap Kepala DP3A Kota
Bandung) untuk mempengaruhi keputusannya terhadap upaya advokasi. Sementara negosiasi
dilakukan guna mencari titik temu dari permasalahan dengan adanya solusi.
8
c. Masyarakat.
Peran masyarakat pemenuhan hak anak yang memiliki kewajiban dan tanggung
jawab terhadap perlindungan anak yang dilaksanakan melalui kegiatan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Peran serta masyarakat
dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Apabila dilakukan secara
berkelompok pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk lembaga perlindungan anak,
lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan,
media massa, dan dunia usaha. Undang-undang juga mengamanatkan dalam
pelaksanaan peran masyarakat ini untuk melibatkan unsur akademisi, hal ini sangat
bermanfaat untuk mencerdaskan masyarakat melalui sosialisasi dan segala bentuk
edukasi lainnya mengenai hak anak dan peraturan perundang-undangan tentang
anak.
9
2.7 Faktor Kunci Keberhasilan Advokasi
Kunci keberhasilan advokasi berdasarkan 3 indikator :
a. Indikator output: adanya kepedulian, keterlibatan, dan dukungan dari berbagai
stakeholders. Misalnya : program kebijakan, dana, fasilitas, gerakan masyarakat,
keterlibatan masyarakat dalam segala kegiatan yang diadakan.
b. Indikator proses: adanya perencanaan kegiatan yang jelas dan sistematis. Misalnya
diadakan jadwal diskusi kelompok, forum, kerjasama yang baik, serta semangat
partisipasi anggota kelompok dalam melaksanakan advokasi.
c. Indikator input: adanya sasaran yang jelas, bahan informasi, sumber data, serta
kesiapan pihak yang terlibat.
10
f. Keterbatasan data yang boleh diberikan secara terbuka kepada tim advokasi. Hal
tersebut dikarenakan ada beberapa data yang bersifat private dan hanya boleh
diketahui oleh pihak dinas saja.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala di atas ialah sebagai
berikut:
Kesiapan tim advokasi dari jauh-jauh hari untuk membuat rencana ingin melakukan
gerakan advokasi seperti apa. Rencana yang sistematis ketika disusun dengan segera
akan memudahkan tim advokasi dalam penentuan jadwal kegiatan. Hal tersebut juga
akan berpengaruh terhadap kelancaran advokasi.
Selain itu, keikutsertaan tim advokasi untuk terlibat dalam program pemenuhan anak
yang perhatian masyarakat agar bersedia dimintai keterangan. Strategi tersebut dapat
berupa makan gratis, pemberian sembako atau hal lain yang disukai oleh
masyarakat. Tidak ada kegiatan yang dapat kita jalankan secara sempurna, namun
kita bisa berusaha untuk mengevaluasi diri agar menjadi lebih baik kedepannya
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tindakan
kekerasan pada anak merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Kebijakan maupun program yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah haruslah didukung
oleh beberapa stakeholders lainnya. Dalam hal ini, Lembaga yang berwenang untuk
menangani kasus kekerasan terhadap anak di Kota Bandung mempunyai secara umum
dipandang sudah berupaya yakni dengan mengakar dan kesinambungan program rutin yang
berjalan tanpa putus dari tahun ke tahun seperti diklat, sosialisasi ke Kelurahan/Kecamatan
dan Sekolah-Sekolah melalui guru BK, dalam menanggulangi kekerasan pada anak. Sudah
terbangun jaringan atau akar yang kuat terkait penanganan kekerasan terhadap anak karena
adanya konsolidasi yang sustain. Diharapkan dengan adanya upaya maksimal dalam
meningkatkan program kebijakan Kasus Angka Kekerasan Anak di Kota Bandung menurun
dan Hak Anak terpenuhi. Tim advokasi berharap pemerintah dapat terus meningkatkan
program-program perlindungan sosial dan perlindungan anak, peningkatan akses pendidikan,
serta memperkuat komitmen global bagi Indonesia dalam pemenuhan Hak Anak.
Sebagaimana Undang-undang no 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Pemerintah
Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan
nasional dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak di daerah yang diwujudkan melalui
upaya daerah membangun Kabupaten/Kota Layak Anak.
Dalam mewujudkan Kota Bandung Layak Anak, perlu dibagi menjadi beberapa
tahap diantaranya persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan. Di tahap persiapan, langkah awal
yang dilakukan adalah membangun komitmen yang implementasinya berupa adanya
regulasi/Perda/Surat Keputusan Walikota/Dukungan Masyarakat/Deklarasi termasuk
pertemuan ini juga dalam rangka membangun komitmen bersama. Langkah kedua adalah
pembentukan gugus tugas, di Kota Bandung sendiri telah berada pada tahap penguatan gugus
tugas. Langkah ketiga adalah pengumpulan data basis sebagai bahan menyusun Profil KLA
tidak hanya pada saat menghadapi untuk evaluasi KLA saja, namun, digunakan untuk
mengembangkan kebijakan, menentukan fokus program, dan menyusun kegiatan prioritas.
Adapun pada tahap perencanaan, langkah keempat yang dilakukan adalah penilaian mandiri.
Pemkot Bandung memberikan inovasi yang terbaik, khususnya meningkatkan peran untuk
mendukung Bandung ramah anak. Selanjutnya langkah kelima adalah Rencana Aksi Daerah
12
(RAD), awal tahun ini sudah diagendakan untuk disusunnya RAD KLA yang diinisiasi oleh
Bappeda Kota Bandung.
3.2 Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat tim advokasi berikan, diharapkan mampu
mendukung keberhasilan mencegah dan menangani kasus kekerasan pada anak di Kota
Bandung agar hak anak dapat terpenuhi seutuhnya, diantaranya sebagai berikut.
a. Pemerintah membuat kebijakan yang ditujukan kepada Bidang Perlindungan Anak
Kota Bandung harus lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan tentang kekerasan
pada anak, cara mendidik anak dengan benar, mampu merubah pola pikir
warga/masyarakat yang salah dalam mendidik anak dan juga mampu merubah pola
pikir mereka tentang masalah kekerasan pada anak yang terjadi di sekitar daerah
mereka.
b. Komunikasi yang terjalin baik antara Pemerintah Kota Bandung dengan
masyarakat/warga untuk mensosialisasikan tentang kekerasan pada anak harus terus
terjalin dan berkesinambungan.
c. Diharapkan adanya penambahan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu pegawai
Bidang Perlindungan Anak di setiap kelurahan yang ada di Kota Bandung, dengan
bertambahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas lebih optimal dalam
menanggulangi kekerasan pada anak.
d. Melihat dari beberapa warga/masyarakat yang menolak dalam menerima
pemahaman tentang kekerasaan pada anak dan bagaimana mendidik anak dengan
baik dan benar jangan sampai membuat Kebijakan mengenai pemenuhan hak anak
di Kota Bandung tidak terlaksana dengan baik dan menurunkan minat untuk terus
melakukan sosialisasi dalam menanggulangi kekerasan pada anak.
e. Mengembangkan terus Diklat yang diberikan kepada para Bidang Perlindungan
Anak, selalu memberikan motivasi khusus dari Kepala Bidang Perlindungan Anak
Kota Bandung kepada para bawahannya, meningkatkan kerjasama yang bagus
untuk terus menekan jumlah kekerasan pada anak setiap tahunnya.
f. Pihak pemerintah juga perlu melakukan sebuah program kebijakan akselerasi dalam
pembentukan satuan tugas penanggulangan kekerasan terhadap anak, serta perlu
mendorong pimpinan daerah guna merumuskan regulasi yang tegas menghukum
pelaku kekerasan terhadap anak khususnya dalam aspek kekerasan seksual. Satgas
juga perlu dibentuk dan bergerak dengan aktif dalam hal pencegahan kekerasan fisik
dan psikis baik dalam lingkungan keluarga maupun sekolah.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Alhamidi, R. (2023, Februari 09). Data Jabar Sebaran Kasus Kekerasan Anak dan
Perempuan di Jabar. Retrieved from Detik.com Jabar:
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6560817/sebaran-kasus-kekerasan-anak-dan-
perempuan-di-jabar-bandung-juaranya
Alpin, Sakti, F. T., & Nur, M. I. (2022). Penguatan Perlindungan Anak Kota Bandung dalam
Perspektif Collaborative Governance. Jurnal Birokrasi & Pemerintah Daerah: Vol. 4
No. 2, 20.
Amanda, G., & Soraya, D. A. (2023, Februari 27). Kasus Kekerasan di Kota Bandung
Tertinggi Ketiga di Jawa Barat. Retrieved from REPUBLIKA:
https://news.republika.co.id/berita/rqqsgg423/kasus-kekerasan-di-kota-bandung-
tertinggi-ketiga-di-jawa-barat
Arifani, M. A., Sari, A. L., & Rifkah. (2018). Aplikasi Regulasi Anak Jalanan oleh Dinas dan
Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 145-148.
Farhan, I. (2022). Implementasi Kebijakan Perlindungan Anak di Kota Bandung. Jurnal
Papatung: Vol. 5 No. 1, 9.
Rizaty, M. A. (2021, Desember 05). Jumlah Kekerasan terhadap Anak Menurut Jenis
Kekerasan di Kota Bandung (2020) . Retrieved from databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/05/anak-di-bandung-paling-
banyak-alami-kekerasan-psikis-pada-2021
Tumangger, B., Susilawati, & Teta Riasih. (2020). Eksploitasi Terhadap Anak Jalanan di
Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial Vol. 2 No. 2,
17.
Tundzirawati, Rusyidi, B., & Apsari, N. C. (2018). Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Anak Jalanan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 19-24.
15
LAMPIRAN
Dokumentasi
a. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
c. Masyarakat
16
d. Publikasi
17