Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS ADVOKASI KEBIJAKAN

PEMENUHAN HAK ANAK DI KOTA BANDUNG


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Advokasi Kebijakan yang diampu oleh:
Dr. Sait Abdullah M.Pol.Adm.

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Apriliani Nur Rachmawati (20110152)
2. Lukman Nulhakim (20110161)
3. Novyra Aryany (20110165)
4. Syifa Nur Febryanti (20110173)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA


POLITEKNIK STIA LAN BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang “Advokasi
Kebijakan Pemenuhan Hak Anak di Kota Bandung” dalam mata kuliah Advokasi Kebijakan
yang diampu oleh Dr. Sait Abdullah M.Pol.Adm.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Tentunya laporan ini tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki laporan
ini. Penulis berharap semoga laporan yang disusun ini dapat memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Bandung, 14 Juli 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Tujuan Advokasi..............................................................................................................5
1.3 Manfaat Advokasi.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Fokus Kebijakan yang Ingin di Advokasi........................................................................6
2.2 Fakta, Data, dan Info Mengapa Perlu di Advokasi...........................................................7
2.3 Tahapan Kegiatan Advokasi.............................................................................................7
2.4 Strategi Komunikasi Advokasi.........................................................................................8
2.5 Identifikasi Stakeholder (Mapping dan Peran).................................................................8
2.6 Monitoring dan Evaluasi Advokasi..................................................................................9
2.7 Faktor Kunci Keberhasilan Advokasi.............................................................................10
2.8 Identifikasi Kendala dan Solusi......................................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Rekomendasi..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan generasi muda penerus harapan dan perjuangan bangsa Indonesia
yang harus kita lindungi setiap saat. Karena anak memiliki potensi yang melekat pada dirinya
untuk dijunjung tinggi sebagai manusia yang memiliki hak sejak lahir dan tidak seorang pun
dapat merampas hak ini darinya. Maka dalam mendukung keinginan seorang anak harus
memikul tanggung jawab di kemudian hari atau di masa depannya, tentunya ia perlu
diberikan bekal yang berupa arahan dan dukungan yang besar sehingga dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Hak anak pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang tercantum di Pasal 52 sampai 66.
Situasi anak-anak di Indonesia saat ini patut mendapatkan perhatian khusus baik dari
masyarakat maupun pemerintah dikarenakan banyak terjadi ketimpangan yang akan
mengurangi produktifitas anak itu sendiri seiring tumbuh dan berkembangnya ruang untuk
pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana untuk mereka bermain. Banyaknya
permasalahan yang muncul pada anak, terutama di daerah yang jauh dari ibu kota atau
bahkan di kota-kota besar sekalipun.
Hak-hak anak merupakan aspek penting dalam mewujudkan kehidupan yang layak
bagi anak-anak di seluruh dunia. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus
berkomitmen untuk melindungi, menghormati, dan memenuhi hak-hak anak Anak-anak di
Kota Bandung, seperti anak-anak di tempat lain, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
perlindungan, pendidikan, kesehatan, serta akses terhadap kehidupan yang aman, berkualitas,
dan berkeadilan. Namun, dalam realitasnya, masih banyak anak di Kota Bandung yang belum
sepenuhnya mendapatkan pemenuhan hak-hak mereka.
Laporan ini akan menjelaskan kondisi pemenuhan hak anak di Kota Bandung,
tantangan dan hambatan yang dihadapi, serta memberikan rekomendasi yang dapat dilakukan
oleh pemerintah dan stakeholder terkait untuk meningkatkan pemenuhan hak anak. Analisis
yang disajikan dalam laporan ini didasarkan pada studi literatur, data terkini, serta kajian
lapangan dan wawancara dengan berbagai pihak yang terlibat dalam perlindungan dan
pemenuhan hak anak di Kota Bandung.

4
Diharapkan bahwa laporan ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat
bagi para pembuat kebijakan, praktisi, dan masyarakat sipil dalam upaya memperbaiki
keadaan dan memastikan pemenuhan hak anak yang lebih baik di Kota Bandung. Dengan
meningkatnya kesadaran dan upaya bersama, diharapkan Kota Bandung dapat menjadi
lingkungan yang lebih baik bagi perkembangan, pertumbuhan, dan kesejahteraan anak-
anaknya.

1.2 Tujuan Advokasi


Adapun tujuan advokasi pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (DP3A) Kota Bandung dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan DP3A Kota Bandung dalam
memenuhi hak anak untuk mengatasi Pemenuhan Hak anak.
b. Melakukan advokasi pada DP3A Kota Bandung tentang pemenuhan hak
anak.Mengukur dampak dan dihasilkan setelah dilakukan advokasi pada DP3A Kota
Bandung.

1.3 Manfaat Advokasi


a. Adanya upaya perlindungan terhadap hak-hak anak. Advokasi yang kami lakukan
dapat membantu melindungi dan memperjuangkan hak-hak anak yang tidak
terpenuhi. Ini bisa termasuk hak-hak dasar seperti hak atas kesehatan, pendidikan,
pekerjaan layak, kebebasan berekspresi, dan hak-hak lainnya.
b. Membangun kesadaran publik tentang pentingnya hak akan. Advokasi ini dapat
meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu penting dan mendesak. Dengan
menggalang dukungan dan memberikan informasi kepada masyarakat luas, advokasi
dapat membangun opini publik yang mendukung perubahan atau tindakan tertentu.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fokus Kebijakan yang Ingin di Advokasi


Permasalahan mengenai perlindungan anak, bukan menjadi suatu permasalahan
yang asing di Indonesia, sehingga pemerintah selalu berupaya untuk dapat mengatasi
mengenai permasalahan perlindungan anak dengan mengeluarkannya kebijakan Kota Layak
Anak (KLA) sebagai bentuk kepeduliannya pemerintah terhadap anak. Mewujudkan Kota
Layak Anak (KLA) salah satu caranya yaitu dengan memberikan dan menjamin hak-hak
anak.
Kebijakan mengenai Kota Layak Anak (KLA) merupakan suatu sistem dalam tata
kelola pembangunan dengan menggunakan landasan hak anak melalui pengintegrasian antara
komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha secara terencana,
menyeluruh, dan berkelanjutan baik dalam segi kebijakan, program, maupun kegiatannya
untuk menjamin pemenuhan hak anak. Hal ini yang menjadi bukti keseriusan pemerintah
dalam melakukan perannya dengan berorientasi kepada pemberdayaan masyarakat.
Kebijakan mengenai Kota Layak (KLA) anak telah tertuang dalam Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Nomor 11 Tahun 2011 Tentang
Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak.
Pengembangan KLA harus mengacu pada indikator-indikator KLA yang ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(PPPA) Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak. Selanjutnya,
pada pelaksanaannya pengembangan Kota Layak Anak (KLA) agar efisien Pemerintah telah
membentuk Gugus Tugas KLA yang diatur dalam Keputusan Wali Kota Bandung Nomor
463/Kep.518-DP3APM/2020 Tentang Gugus Tugas Kota Layak Anak Periode 2019-2023.
Upaya pemerintah dalam mengatasi permasalah perlindungan anak dengan
mengeluarkannya Kebijakan Kota Layak Anak (KLA) pada kenyataannya belum cukup
untuk mengatasi permasalahan perlindungan khusus, khususnya pada permasalahan
kekerasan terhadap anak. Kekerasan terhadap anak merupakan suatu permasalahan yang
sangat serius, mengingat korban kekerasan merupakan anak-anak akan memberikan banyak
dampak negatif terhadap fisik, psikis, serta akan berdampak besar pada proses perkembangan
anak. Padahal anak merupakan investasi negeri dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM).

6
2.2 Fakta, Data, dan Info Mengapa Perlu di Advokasi
Pada tahun 2021 - 2022 Kota Bandung menempati urutan pertama dalam kasus
kekerasan terhadap anak di Jawa Barat. Kemudian, pada tahun 2023 yang berdasarkan Sistem
Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang memasuki trimester awal Kota
Bandung menjadi wilayah dengan jumlah kasus Kekerasan tertinggi ketiga di Jawa Barat.
Maka dari itu kasus kekerasan dan eksploitasi terhadap anak di Kota Bandung masih bisa
dibilang cukup tinggi karena dilihat dari data – data kasus pertahunnya masih mengalami
kenaikan.

2.3 Tahapan Kegiatan Advokasi


Advokasi Pemenuhan Hak anak dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Identifikasi dan analisis masalah atau isi yang memerlukan advokasi.
Dalam hal ini isu/masalah yang kami angkat adalah mengenai pemenuhan hak anak
di Kota Bandung.
b. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran.
Stakeholder kunci dari advokasi yang kami lakukan adalah DP3A Kota Bandung.
Adapun dalam upaya menggalang dukungan, kami melibatkan peran serta dukungan
dari stakeholder lain seperti Lembaga Advokasi Hak Anak, Karang Taruna dan
elemen masyarakat.
c. Siapkan dan kemas bahan informasi.
Bahan informasi kami himpun dari berbagai stakeholder terkait. Data yang kami
dapat kemudian kami informasikan dalam bentuk proposal advokasi, sebagai output
advokasi melalui poster serta laporan advokasi.
d. Rencanakan teknik atau cara kegiatan operasional.
Advokasi dilakukan melalui strategi komunikasi dengan melobi dan negosiasi
stakeholders dengan intens. Pembuatan poster diharapkan dapat menggalang
dukungan dari elemen masyarakat .
e. Laksanakan kegiatan serta melakukan tindak lanjut.
Kegiatan advokasi dilakukan secara kontinu pada periode yang telah ditentukan.
Adapun tindak lanjut berupa laporan diharapkan dapat memberi gambaran proses
advokasi secara objektif.

7
2.4 Strategi Komunikasi Advokasi
Advokasi dilakukan secara proaktif dengan lobi dan negosiasi. Mengutip AB
Susanto dalam Redi Panuju (2010) melobi pada dasarnya merupakan usaha yang
dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut
pandang positif terhadap topik pelobi, dengan demikian diharapkan memberikan
dampak positif bagi pencapaian tujuan. Kegiatan melobi bisa jadi sama pentingnya dengan
pengembangan kompetensi profesional. Lobi dimaksudkan sebagai serangkaian upaya proses,
cara, perbuatan menghubungi, atau melakukan pendekatan (terhadap Kepala DP3A Kota
Bandung) untuk mempengaruhi keputusannya terhadap upaya advokasi. Sementara negosiasi
dilakukan guna mencari titik temu dari permasalahan dengan adanya solusi.

2.5 Identifikasi Stakeholder (Mapping dan Peran)


a. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung.
Lembaga ini berperan aktif dalam menangani kasus-kasus kekerasan terhadap anak.
Dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan instansi yang
ada di setiap daerah di Indonesia, termasuk di Kota Bandung. Kegiatan yang
dilakukan salah satunya adalah memberikan pendampingan serta perlindungan bagi
anak yang menjadi korban dari tindak kekerasan, yang bertujuan untuk memberikan
hak kepada anak perihal keselamatan dan keamanan. Dengan demikian, dinas
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak memiliki peranan yang penting
dalam menjalankan peranannya di masyarakat. Dinas pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak menjalankan perannya sebagai pendamping dan advokasi kepada
korban dari tindakan kekerasan.
b. Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA).
LAHA merupakan organisasi non-profit yang bergerak dalam bidang kajian
kebijakan pembangunan Anak serta kebijakan pembangunan yang memiliki dampak
terhadap Anak. Untuk kepentingan itu, LAHA mengembangkan berbagai program
dan layanan sebagai bentuk advokasi terhadap hak-hak anak, khususnya anak yang
membutuhkan perlindungan khusus. Pengembangan program pelayanan bagi
perlindungan hak-hak Anak, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan
melaksanakan pengawasan yang berkaitan dengan tugas bersama dalam penanganan
Anak yang berkonflik dengan hukum.

8
c. Masyarakat.
Peran masyarakat pemenuhan hak anak yang memiliki kewajiban dan tanggung
jawab terhadap perlindungan anak yang dilaksanakan melalui kegiatan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Peran serta masyarakat
dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Apabila dilakukan secara
berkelompok pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk lembaga perlindungan anak,
lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan,
media massa, dan dunia usaha. Undang-undang juga mengamanatkan dalam
pelaksanaan peran masyarakat ini untuk melibatkan unsur akademisi, hal ini sangat
bermanfaat untuk mencerdaskan masyarakat melalui sosialisasi dan segala bentuk
edukasi lainnya mengenai hak anak dan peraturan perundang-undangan tentang
anak.

2.6 Monitoring dan Evaluasi Advokasi


Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Dalam kebijakan
membangun kota/kabupaten layak anak, pada intinya pemerintah dapat melakukan suatu
jejaring/kemitraan yang seluas-luasnya dengan melibatkan semua pihak yang ada di kota.
Kemitraan dapat dibangun dengan melibatkan sektor swasta, tokoh masyarakat, tokoh adat,
pemerintah kota dari masing-masing departemen atau sektor, lembaga non pemerintah, dan
masyarakat sipil. Kemitraan yang terbangun dapat saling terintegrasi dan bersinergi menjadi
suatu kesatuan yang saling mengisi dan membutuhkan satu dengan lainnya. Kebijakan Kota
Layak Anak dalam pemenuhan hak anak di Kota Bandung belum berjalan cukup baik dan
belum mencapai target untuk kategori utama terkait dengan usaha-usaha yang menunjang
berjalannya program seperti sosialisasi belum dapat dirasakan oleh masyarakat dikarenakan
dengan kurangnya minat dan sumber daya manusia, perataan terkait akses dan penguatan
yang diberikan kepada forum anak Kota Bandung.
Untuk meminimalisir penghambat yang ada maka Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kota Bandung seharusnya melakukan sosialisasi secara langsung
kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat terkait
Kota Layak Anak. Disamping itu sosialisasi juga bisa dilakukan melalui media sosial selain
media cetak dan media televisi agar informasi yang ingin disampaikan bisa lebih merata dan
dirasakan oleh masyarakat.

9
2.7 Faktor Kunci Keberhasilan Advokasi
Kunci keberhasilan advokasi berdasarkan 3 indikator :
a. Indikator output: adanya kepedulian, keterlibatan, dan dukungan dari berbagai
stakeholders. Misalnya : program kebijakan, dana, fasilitas, gerakan masyarakat,
keterlibatan masyarakat dalam segala kegiatan yang diadakan.
b. Indikator proses: adanya perencanaan kegiatan yang jelas dan sistematis. Misalnya
diadakan jadwal diskusi kelompok, forum, kerjasama yang baik, serta semangat
partisipasi anggota kelompok dalam melaksanakan advokasi.
c. Indikator input: adanya sasaran yang jelas, bahan informasi, sumber data, serta
kesiapan pihak yang terlibat.

2.8 Identifikasi Kendala dan Solusi


Terdapat beberapa kendala dalam melakukan advokasi diantaranya sebagai berikut:
a. Keterbatasan waktu dalam melakukan wawancara kepada pihak Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kami sebagai tim advokasi
harus menyesuaikan jadwal kuliah dengan jadwal Ibu Kristin selaku Ketua Bidang
Pemenuhan Hak Anak.
b. Ketidaksediaan masyarakat untuk diwawancarai. Beberapa masyarakat enggan untuk
dimintai keterangan terkait pemenuhan hak anak. Ada beberapa alasan diantaranya
ialah tidak ada waktu, hal tersebut bersifat sensitif, bahkan malas untuk dimintai
keterangan. Sulitnya menemukan orang-tua atau pengasuh anak-anak yang
dipekerjakan di jalanan.
c. Tidak adanya peraturan perundang-undangan atau dasar hukum yang mengayomi
pekerja usia anak sehingga tim advokasi tidak bisa menyalahkan pemerintah yang
tidak peduli atau lalai terhadap anak yang bekerja.
d. Keterbatasan wilayah penyebaran poster tentang Tips Parenting dikarenakan hanya
sedikit cakupan wilayah di Kota Bandung yang bisa kami capai untuk meletakkan
posternya.
e. Kurangnya aksi yang dapat menggerakkan hati masyarakat untuk peduli terhadap
hak anak. Peran tim advokasi tidak begitu besar dalam keterlibatan program yang
dijalankan oleh DP3A maupun LAHA karena program yang berkelanjutan dan
cukup memakan waktu lama.

10
f. Keterbatasan data yang boleh diberikan secara terbuka kepada tim advokasi. Hal
tersebut dikarenakan ada beberapa data yang bersifat private dan hanya boleh
diketahui oleh pihak dinas saja.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala di atas ialah sebagai
berikut:
 Kesiapan tim advokasi dari jauh-jauh hari untuk membuat rencana ingin melakukan
gerakan advokasi seperti apa. Rencana yang sistematis ketika disusun dengan segera
akan memudahkan tim advokasi dalam penentuan jadwal kegiatan. Hal tersebut juga
akan berpengaruh terhadap kelancaran advokasi.
 Selain itu, keikutsertaan tim advokasi untuk terlibat dalam program pemenuhan anak
yang perhatian masyarakat agar bersedia dimintai keterangan. Strategi tersebut dapat
berupa makan gratis, pemberian sembako atau hal lain yang disukai oleh
masyarakat. Tidak ada kegiatan yang dapat kita jalankan secara sempurna, namun
kita bisa berusaha untuk mengevaluasi diri agar menjadi lebih baik kedepannya

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa tindakan
kekerasan pada anak merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Kebijakan maupun program yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah haruslah didukung
oleh beberapa stakeholders lainnya. Dalam hal ini, Lembaga yang berwenang untuk
menangani kasus kekerasan terhadap anak di Kota Bandung mempunyai secara umum
dipandang sudah berupaya yakni dengan mengakar dan kesinambungan program rutin yang
berjalan tanpa putus dari tahun ke tahun seperti diklat, sosialisasi ke Kelurahan/Kecamatan
dan Sekolah-Sekolah melalui guru BK, dalam menanggulangi kekerasan pada anak. Sudah
terbangun jaringan atau akar yang kuat terkait penanganan kekerasan terhadap anak karena
adanya konsolidasi yang sustain. Diharapkan dengan adanya upaya maksimal dalam
meningkatkan program kebijakan Kasus Angka Kekerasan Anak di Kota Bandung menurun
dan Hak Anak terpenuhi. Tim advokasi berharap pemerintah dapat terus meningkatkan
program-program perlindungan sosial dan perlindungan anak, peningkatan akses pendidikan,
serta memperkuat komitmen global bagi Indonesia dalam pemenuhan Hak Anak.
Sebagaimana Undang-undang no 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Pemerintah
Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan
nasional dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak di daerah yang diwujudkan melalui
upaya daerah membangun Kabupaten/Kota Layak Anak.
Dalam mewujudkan Kota Bandung Layak Anak, perlu dibagi menjadi beberapa
tahap diantaranya persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan. Di tahap persiapan, langkah awal
yang dilakukan adalah membangun komitmen yang implementasinya berupa adanya
regulasi/Perda/Surat Keputusan Walikota/Dukungan Masyarakat/Deklarasi termasuk
pertemuan ini juga dalam rangka membangun komitmen bersama. Langkah kedua adalah
pembentukan gugus tugas, di Kota Bandung sendiri telah berada pada tahap penguatan gugus
tugas. Langkah ketiga adalah pengumpulan data basis sebagai bahan menyusun Profil KLA
tidak hanya pada saat menghadapi untuk evaluasi KLA saja, namun, digunakan untuk
mengembangkan kebijakan, menentukan fokus program, dan menyusun kegiatan prioritas.
Adapun pada tahap perencanaan, langkah keempat yang dilakukan adalah penilaian mandiri.
Pemkot Bandung memberikan inovasi yang terbaik, khususnya meningkatkan peran untuk
mendukung Bandung ramah anak. Selanjutnya langkah kelima adalah Rencana Aksi Daerah

12
(RAD), awal tahun ini sudah diagendakan untuk disusunnya RAD KLA yang diinisiasi oleh
Bappeda Kota Bandung.
3.2 Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat tim advokasi berikan, diharapkan mampu
mendukung keberhasilan mencegah dan menangani kasus kekerasan pada anak di Kota
Bandung agar hak anak dapat terpenuhi seutuhnya, diantaranya sebagai berikut.
a. Pemerintah membuat kebijakan yang ditujukan kepada Bidang Perlindungan Anak
Kota Bandung harus lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan tentang kekerasan
pada anak, cara mendidik anak dengan benar, mampu merubah pola pikir
warga/masyarakat yang salah dalam mendidik anak dan juga mampu merubah pola
pikir mereka tentang masalah kekerasan pada anak yang terjadi di sekitar daerah
mereka.
b. Komunikasi yang terjalin baik antara Pemerintah Kota Bandung dengan
masyarakat/warga untuk mensosialisasikan tentang kekerasan pada anak harus terus
terjalin dan berkesinambungan.
c. Diharapkan adanya penambahan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu pegawai
Bidang Perlindungan Anak di setiap kelurahan yang ada di Kota Bandung, dengan
bertambahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas lebih optimal dalam
menanggulangi kekerasan pada anak.
d. Melihat dari beberapa warga/masyarakat yang menolak dalam menerima
pemahaman tentang kekerasaan pada anak dan bagaimana mendidik anak dengan
baik dan benar jangan sampai membuat Kebijakan mengenai pemenuhan hak anak
di Kota Bandung tidak terlaksana dengan baik dan menurunkan minat untuk terus
melakukan sosialisasi dalam menanggulangi kekerasan pada anak.
e. Mengembangkan terus Diklat yang diberikan kepada para Bidang Perlindungan
Anak, selalu memberikan motivasi khusus dari Kepala Bidang Perlindungan Anak
Kota Bandung kepada para bawahannya, meningkatkan kerjasama yang bagus
untuk terus menekan jumlah kekerasan pada anak setiap tahunnya.
f. Pihak pemerintah juga perlu melakukan sebuah program kebijakan akselerasi dalam
pembentukan satuan tugas penanggulangan kekerasan terhadap anak, serta perlu
mendorong pimpinan daerah guna merumuskan regulasi yang tegas menghukum
pelaku kekerasan terhadap anak khususnya dalam aspek kekerasan seksual. Satgas
juga perlu dibentuk dan bergerak dengan aktif dalam hal pencegahan kekerasan fisik
dan psikis baik dalam lingkungan keluarga maupun sekolah.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Alhamidi, R. (2023, Februari 09). Data Jabar Sebaran Kasus Kekerasan Anak dan
Perempuan di Jabar. Retrieved from Detik.com Jabar:
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6560817/sebaran-kasus-kekerasan-anak-dan-
perempuan-di-jabar-bandung-juaranya
Alpin, Sakti, F. T., & Nur, M. I. (2022). Penguatan Perlindungan Anak Kota Bandung dalam
Perspektif Collaborative Governance. Jurnal Birokrasi & Pemerintah Daerah: Vol. 4
No. 2, 20.
Amanda, G., & Soraya, D. A. (2023, Februari 27). Kasus Kekerasan di Kota Bandung
Tertinggi Ketiga di Jawa Barat. Retrieved from REPUBLIKA:
https://news.republika.co.id/berita/rqqsgg423/kasus-kekerasan-di-kota-bandung-
tertinggi-ketiga-di-jawa-barat
Arifani, M. A., Sari, A. L., & Rifkah. (2018). Aplikasi Regulasi Anak Jalanan oleh Dinas dan
Penanggulangan Kemiskinan Kota Bandung. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 145-148.
Farhan, I. (2022). Implementasi Kebijakan Perlindungan Anak di Kota Bandung. Jurnal
Papatung: Vol. 5 No. 1, 9.
Rizaty, M. A. (2021, Desember 05). Jumlah Kekerasan terhadap Anak Menurut Jenis
Kekerasan di Kota Bandung (2020) . Retrieved from databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/05/anak-di-bandung-paling-
banyak-alami-kekerasan-psikis-pada-2021
Tumangger, B., Susilawati, & Teta Riasih. (2020). Eksploitasi Terhadap Anak Jalanan di
Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial Vol. 2 No. 2,
17.
Tundzirawati, Rusyidi, B., & Apsari, N. C. (2018). Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Anak Jalanan. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 19-24.

15
LAMPIRAN

Link Video Advokasi : https://youtu.be/vEs8owp6NBo

Dokumentasi
a. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

b. Lembaga Advokasi Hak Anak

c. Masyarakat

16
d. Publikasi

17

Anda mungkin juga menyukai