Anda di halaman 1dari 7

2.

1 Pengauditan Akuntansi Biaya


Pembahasan tentang pengauditan akuntansi biaya di mulai dengan transfer aset internal,
mulai dari bahan baku ke barang dalam proses dan kemudian ke persediaan barang jadi.
Sistem dan pengendalian akuntansi biaya berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya. Perbedaan ini sangat bervariasi dan lebih banyak dibanding dengan
bidang audit lain nya karena keanekaragaman unsur persediaan dan tingkat kecanggihan
yang diinginkan manajemen.
Pengendalian Akuntansi Biaya
Pengendalian akuntansi biaya adalah pengendalian yang berkaitan dengan proses yang
memengaruhi persediaan fisik dan jejak biaya sejak bahan baku diminta hingga selesainya
hasil produksi dan memindahkannya ke gudang. Pengendalian ini dapat dibagi menjadi dua
kategori utama yakni sebagai berikut :
1) Pengendalian fisik atas persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
2) Pengendalian atas biaya yang bersangkutan.
Hampir semua perusahaan memerlukan pengawasan fisik atas aset-asetnya untuk mecegah
terjadinya kerugian akibat penyalahgunaan dan pencurian. Untuk melindungi aset,
kebanyakan perusahaan memisahkan secara fisik dan membatasi akses ke area penyimpanan
barang (gudang) bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi untuk mengawasi
pergerakan persediaan. Dalam hal tertentu, manajer menugasi penyimpanan aset kepada
orang yang khusus dan bertanggungjawab untuk menjaga aset. Klien bisa menggunakan
dokumen bernomor urut tercetak dan mengharuskan adanya persetujuan dari pejabat yang
berwenang untuk perpindahan aset guna melindungi aset dari penyalahgunaan. Copy
elektronik atau berupa kertas dari dokumen ini harus dikirimkan langsung ke bagian
akuntansi oleh personil yang menerbitkannya, dengan melompati orang yang bertugas
menyimpan aset. Contoh dokumen tipe ini yang efektif adalah permintaan material yang
telah diberi persetujuan untuk mendapatkan bahan baku dari gudang.
Master file persediaan perpetual diselenggarakan oleh orang yang tidak bertugas menyimpan
aset atau tidak memiliki akses ke aset adalah pengendalian akuntansi biaya lainnya untuk
mencapai tujuan-tujuan berikut :
Menyediakan catatan tentang persediaan yang ada, yang digunakan untuk menginisiasi
produksi atau permintaan tambahan bahan baku atau barang.
Menyediakan suatu catatan tentang pemakaian bahan baku dan penjualan barang jadi,
yang bisa direview untuk melihat ada tidaknya barang yang sudah usang atau lambat
laku.
Menyediakan catatan yang dapat menunjukkan penanggungjawabnya apabila terjadi
selisih antara hasil perhitungan fisik dengan jumlah yang tercantum dalam catatan
perpetual.
Selain itu, pengendalian internal yang memadai yang mengintegrasikan catatan produksi dan
akuntansi untuk menyediakan data biaya yang akurat untuk semua produk sangat penting
untuk membantu manajemen dalam menetapkan harga barang jadi, mengendalikan biaya, dan
menetapkan harga pokok persediaan.
Pengujian Akuntansi Biaya
Konsep pengauditan akuntansi biaya persediaan yaitu: memahami pengendalian internal
dalam sistem akuntansi biaya, menilai risiko pengendalian direncanakan, menentukan
luasnya pengujian pengendalian, dan merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantif golongan transaksi untuk memenuhi tujuan audit transaksi. Auditor biasanya
menekankan pada empat aspek akuntansi biaya sebagai berikut:
1) Pengendalian fisik atas persediaan.
2) Dokumentasi dan catatan untuk perpindahan persediaan.
3) Master file persediaan perpetual.
4) Catatan harga pokok per unit.
 Pengendalian Fisik
Pengujian atas pengendalian fisik bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi yang dilakukan auditor biasanya dibatasi pada observasi dan meminta keterangan.
Auditor dapat memeriksa area gudang bahan baku untuk menentukan apakah persediaan
dilindungi dari kemungkinan pencurian dan penyalahgunaan dengan menggunakan
gudang berkunci atau alat pengamanan lain, termasuk ada tidaknya penanggungjawab
penyimpangan dalam gudang. Auditor dapat meminta keterangan dari penanggungjawab
gudang tentang tugas mereka yang berkaitan dengan pengawasan atas persediaan yang
mereka monitor. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengendalian fisik sangat tidak
memadai sehingga persediaan akan menjadi sulit untuk dihitung dengan tepat, maka
auditor harus memperluas observasi atas pengujian perhitungan fisik persediaan untuk
memastikan bahwa penghitungan yang memadai telah dilakukan.
 Dokumentasi dan Catatan Untuk Perpindahan Persediaan
Pemberian label dengan standardized bar codes yang bisa di-scan dengan bar-
code readers, serta penggunaan teknologi lain akan memudahkan bagi klien untuk
menelusur jejak pergerakan barang sepanjang proses produksi. Pada waktu mengaudit
perpindahan persediaan, auditor pertama-tama harus memahami pengendalian internal
klien dalam pencatatan perpindahan sebelum auditor melakukan pengujian yang relevan.
Setelah itu pengendalian internal dipahami, auditor akan mudah melakukan pengujian
pengendalian atau pengujian substantif golongan transaksi, dengan memeriksa dokumen
dan catatan untuk menguji tujuan keterja dian dan ketelitian perpindahan barang dari
gudang bahan baku ke pabrik.
 Master Files Persediaan Perpetual
Keandalan master file persediaan perpetual memengaruhi saat dan luasnya
pemeriksaan fisik persediaan yang akan dilakukan auditor. Apabila master file persediaan
perpetual akurat, auditor dapat menguji penghitungan fisik persediaan sebelum tanggal
neraca. Penghitungan fisik persediaan interim atau penggunaan penghitungan siklus
sepanjang tahun, dapat menghemat biaya secara signifikan baik bagi klien maupun bagi
auditor, dan audit bisa diselesaikan lebih cepat. Auditor juga bisa mengurangi pengujian
penghitungan fisik persediaan, apabila klien memiliki catatan persediaan perpetual yang
bisa diandalkan dan risiko pengendalian yang berkaitan dengan observasi fisik persediaan
adalah rendah. Auditor menguji master file persediaan perpetual dengan memeriksa
dokumentasi yang mendukung penambahan dan pengurangan jumlah persediaan dalam
master file.
 Catatan Harga Pokok Per Unit
Data biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead yang akurat sangat
penting untuk penetapan wajar persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi. Untuk menyelenggarakan data biaya yang akurat, klien harus mengintegrasikan
catatan akuntansi biaya dengan catatan produksi dan akuntansi lainnya.
Pada waktu melakukan pengujian atas catatan persediaan, auditor pertama-tama
harus mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal dalam sistem akuntansi
biaya. Pemahaman ini bisa memakan banyak waktu karena aliran biaya diintegrasikan
dalam catatan akuntansi dalam tiga siklus lainnya, yaitu: pembelian dan pembayaran,
penggajian dan personalia, dan penjualan dan pengumpulan piutang.
Setelah itu auditor memahami pengendalian internal auditor menguji catatan
akuntansi biaya sebagai bagian dari pengujian atas pembelian, penggajian, dan penjualan
untuk menghindari pengujian catatan lebih dari sekali dan untuk meningkatkan efisiensi
audit. Ketika menguji transaksi pembelian, auditor harus menelusuri jumlah unit dan
biaya perolehan bahan baku per unit ke catatan penambahan dalam master file persediaan
perpetual dan total biaya ke catatan akuntansi biaya. Demikian pula, ketika klien
menyelenggarakan data biaya tenaga kerja untuk pesanan yang berbeda, auditor harus
menelusur dari ikhtisar biaya tenaga kerja langsung ke catatan biaya per pesanan pada
saat auditor mengaudit penggajian. Penentuan kewajaran biaya overhead pabrik yang
dibebankan ke barang dalam proses merupakan tantangan bagi auditor, karena
manajemen harus membuat asumsi yang mempengaruhi pengalokasian overhead yang
bisa memengaruhi harga pokok per unit persediaan secara signifikan dan oleh karenanya
memengaruhi kewajaran penilaian persediaan. Dalam menilai pengalokasian biaya
overhead ini, auditor harus mempertimbangkan kewajaran metoda alokasi, kesesuaian
asumsi metoda dengan standar akuntansi, dan konsistensi penerapannya.
Manajemen biasanya mengalokasikan overhead dengan menggunakan total biaya
tenaga kerja langsung. Dalam adanya kondisi ini, tarif overhead merupakan rata-rata dari
total biaya overhead pabrik dibagi dengan total biaya tenaga kerja langsung. Karena
auditor menguji total biaya overhead pabrik sebagai bagian dari pengujian siklus
pembelian dan pembayaran dan pengujian biaya tenaga kerja langsung sebagai bagian
dari siklus penggajian dan personalia, penentuan kewajaran tarif menjadi tidak sulit.
Namun demikian, apabila seandainya biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar jam
kerja mesin, auditor harus memeriksa kewajaran jam kerja mesin dengan pengujian
tersendiri terhadap catatan jam kerja mesin dalam perusahaan klien.
Manajemen biasanya mengalokasikan overhead dengan meng gunakan total biaya
tenaga kerja langsung sebagai basis pengalokasian. Dalam situasi demikian, tarif
overhead merupakan rata-rata dari total biaya overhead pabrik dibagi dengan total biaya
tenaga kerja langsung. Karena auditor menguji total biaya overhead pabrik sebagai
bagian dari pengujian siklus pembelian dan pembayaran dan pengujian biaya tenaga kerja
langsung sebagai bagian dari siklus penggajian dan personalia. Namun demikian, apabila
seandainya biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar jam kerja mesin, auditor harus
memeriksa kewajaran jam kerja mesin dengan pengujian tersendiri terhadap catatan jam
kerja mesin dalam perusahaan klien.

2.2 Prosedur Analitis


Prosedur analitis sangat penting dalam pengauditan persediaan dan penggudangan,
sebagaimana juga dalam siklus-siklus lainnya. Tabel 17-1 di bawah ini melukiskan beberapa
prosedur analitis yang sering digunakan serta kemungkinan kesalahan penyajian yang bisa
terindikasi apabila terjadi fluktuasi.
Selain melakukan prosedur analitis yang memeriksa hubungan saldo akun persediaan
dengan akun-akun laporan keuangan lainnya (seperti nampak pada Gambar 17-1), auditor
sering menggunakan informasi non keuangan untuk menilai kewajaran saldo persediaan
yang bersangkutan. Sebagai contoh, auditor mungkin membutuhkan pengetahuan tentang
ukuran dan berat produk, metoda penyimpanan (dalam tangki, dalam karung, atau cara
penyimpanan lain), serta kapasitas fasilitas gudang (luasnya berapa meter persegi) untuk
menentukan apakah persediaan terbukukan konsisten dengan ketersediaan fasilitas gudang.
Setelah melaksanakan pengujian yang tepat atas catatan akuntansi biaya dan
prosedur analitis, auditor memiliki basis untuk merancang dan melaksanakan pengujian rinci
atas saldo akhir persediaan.
Tabel 17-1 Prosedur Analitis Untuk Siklus Persediaan dan Penggudangan
Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan Penyajian

Membandingkan peesentase laba kotor dengan Laba saji atau kurang saji persediaan dan harga
tahun lalu pokok penjualan

Membandingkan kecepatan perputaran Keusangan persediaan dan harga pokok


persediaan (harga pokok penjualan dibagi penjualan lebih saji atau kurang saji persediaan
dengan rata-rata persediaan) dengan tahun lalu

Membandingkan harga pokok per unit dengan Lebih saji atau kurang saji harga pokok per
tahun lalu unit yang mempengaruhi persediaan dan harga
pokok penjualan

Membandingkan biaya produksi tahun ini Kesalahan penyajian harga pokok per unit
dengan tahun lalu (biaya variable harus terutama biaya tenaga kerja langsung dan
disesuaikan untuk perubahan dalam volume) overhead pabrik, yang mempengaruhi
persediaan dan harga pokok penjualan

2.3 Observasi Fisik Persediaan


Karena persediaan sangat berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
lainnya, maka pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien menjadi lebih penting baik
untuk observasi fisik persediaan maupun untuk penetapan harga serta kompilasi daripada
untuk area-area audit yang lain. Contoh pertimbangan kunci yang harus dilakukan auditor
meliputi metoda penilaian persediaan yang harus dipilih oleh manajemen, potensi terjadinya
keusangan persediaan, risiko bahwa persediaan barang konsinyasi bercampur-baur dengan
persediaan milik perusahaan sendiri.
Auditor seringkali baru mengenal persediaan yang terdapat pada perusahaan klien,
setelah melakukan inspeksi langsung dengan meninjau (tour) ke fasilitas-fasilitas persediaan
klien, seperti misalnya tempat penerimaan bahan baku yang dibeli, penyimpanan di gudang,
area pro duksi, perencanaan, dan pencatatan pembukuan. Peninjauan sebaiknya dipandu oleh
mandor (supervisor) yang dapat menjawab pertanyaan tentang produksi, terutama tentang
setiap perubahan dalam pengendalian internal dan proses lainnya sejak tahun yang lalu.
Dengan memahami pengaruh dari bisnis dan bidang usaha klien terhadap persediaan,
auditor menilai risiko bisnis klien untuk menentukan apakah risko tersebut meningkatkan
kemungkinan terjadinya kesalahan penyajian material dalam persediaan. Contoh sumber
risiko bisnis untuk persediaan yang sering dijumpai adalah siklus produk yang pendek,
potensi terjadinya keusangan, penggunaan just-in-time inventory, ketergantungan pada
sejumlah kecil pemasok, penggunaan teknologi manajemen persediaan yang sophisticated.
Setelah menilai risiko bisnis klien, auditor menentukan materialitas pelaksanaan dan
menilai risiko inheren untuk persediaan, yang pada umumnya tinggi pada bidang-bidang
usaha seperti manufaktur dan perusahaan dagang. Auditor sering menilai tinggi risiko
inheren untuk perusahaan-perusahaan dengan persediaan yang signifikan, tergantung pada
situasi yang dihadapi. Auditor juga sering mengkhawatirkan terjadinya kesalahan penyajian
apabila persediaan disimpan di berbagai lokasi, metode perhitungan harga pokoknya rumit,
dan kemungkinan keusangan persedian tinggi.
Pada waktu menilai risiko pengendalian, auditor terutama memusat kan perhatian pada
pengendalian internal atas catatan perpetual, pengawasan fisik, penghitungan persediaan,
dan kompilasi persediaan serta penetapan harganya. Sifat dan luasnya pengendalian ini
bervariasi antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai