Final Modul 2 - KB1 IPS (Arif Purnomo)
Final Modul 2 - KB1 IPS (Arif Purnomo)
Penulis :
Fredy Hermanto S.Pd., M.Pd.
ISBN :
Penelaah:
Dr. Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd.
Penyunting :
Penerbit : KemendikbudRistek
Redaksi :
Kompleks Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Gedung A Lt. 2,
Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat 10270
Telepon: (021) 5733353
Distributor Tunggal:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, atas karunia rahmat dan petunjuknya
kepada kepada penulis sehingga modul dua ini dapat terselesaikan. Harapan
penulis, semoga modul ini dapat bermanfaat dan membantu pembaca dalam
melaksanakan program PPG. Modul Perubahan Dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai Reformasi Dan
Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS ini, merupakan modul ke dua dari enam
modul pendalaman materi pada mata pelajaran IPS. Dalam modul dua ini terdapat
empat kegiatan belajar, yang pada masing-masing kegiatan belajar terdapat tes
formatif serta tes sumatif untuk seluruh kegiatan belajar
Penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Kementerian
Pendidikan danKebudayaan yang telah mendukung serta membantu penulis untuk
menyelesaikan modul dua ini. Serta kepada pihak-pihak lain yang penulis tidak dapat
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa modul ini belum sempurna dan masih memiliki
banyak kekurangan, baik secara materi maupun susunan bahasanya. Sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan modul
ini.
iii
DAR2/Profesional/100/2/2022
PENDALAMAN MATERI
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1
PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM KEHIDUPAN BANGSA
INDONESIA MASA PERGERAKAN NASIONAL SAMPAI
PENDUDUKAN JEPANG
v
A. Pendahuluan
Peserta PPG yang berbahagia, semoga Saudara dalam keadaan sehat
sehingga dapat mempelajari modul ini. Pada kesempatan kali ini Saudara akan
mempelajari modul 2 IPS pada KB 1 dengan judul Perubahan dan
Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan
Nasional sampai Pendudukan Jepang. Pada KB 1 ini terdiri atas pendahuluan,
capaian pembelajaran (CP), sub-capaian pembelajaran, uraian Materi,
rangkuman, tes formatif, daftar pustaka. Selamat mempelajari modul 2 KB 1,
semoga Saudara sukses selalu.
Perjalanan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan tidak
didapatkan dengan mudah. Banyak korban baik jiwa, harta, benda maupun
pikiran dan ide yang muncul dari rakyat Indonesia demi mendapatkan
kemerdekaan. Gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dimulai dari
munculnya organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia, hingga kemudian
masuknya Jepang ke Indonesia. Perjuangan mencapai puncaknya saat
proklamasi kemerdekaan dikumandangkan oleh Soekarno dan Hatta. Pada
modul ini Saudara akan mendapatkan materi mengenai kehidupan bangsa
Indonesia pada masa pergerakan nasional sampai kemerdekaan. Materi yang
ada pada modul ini adalah: politik etis dan pergerakan nasional, sifat organisasi
pergerakan nasional, pendudukan Jepang, dan kronologi proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Proses pembelajaran untuk materi Perubahan dan Kesinambungan dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional sampai Reformasi
dan Aplikasinya dalam Pembelajaran IPS yang sedang Saudara ikuti saat ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah
belajar sebagai berikut.
1. Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam modul mulai
tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian terhadap materi Perubahan dan Kesinambungan
dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional
sampai Reformasi yang telah ada.
vi
3. Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajarnya dengan seksama.
4. Keberhasilan proses belajar Saudara dalam modul ini sangat
bergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5. Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur atau
dosen yang mengajar Saudara.
Selamat belajar, semoga Saudara sukses memahami pengetahuan yang
diuraikan dalam modul ini untuk menjadi bekal Saudara mengajar dengan baik.
vii
D. Uraian Materi
1. Politik Etis (Trias Van De Venter)
Peperangan di tanah koloni membuat Belanda mengalami kerugian
ekonomi begitu besar. Di samping itu, Perang Kemerdekaan Belgia dimana
Belgia ingin memisahkan diri dari Belanda, juga menyebabkan terkurasnya
kas negeri Belanda. Mengatasi kas negara yang kosong, Pemerintah Belanda
mengirimkan Gubernur Jenderal yang baru, yakni Johannes Van Den Bosch
ke Indonesia.
Van Den Bosch mengeluarkan satu sistem budi daya tanaman yang
dikenal dengan kebijakan cultuurstelsel yang kemudian dikenal dengan
sebutan sistem tanam paksa. Kebijakan sistem tanam paksa tersebut berisi :
(1) penduduk desa diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya atau lebih,
untuk ditanami tanaman yang laku dijual di pasaran dunia, (2) tanah yang
disediakan untuk penanaman tanaman yang laku dijual di pasaran dunia
dibebaskan dari pembayaran pajak tanah, (3) hasil panen dari penanaman
tanaman yang laku dijual di pasaran dunia tersebut harus diserahkan kepada
pemerintah Hindia Belanda. Setiap kelebihan hasil tanaman dari jumlah
pajak yang harus dibayar, akan dibayarkan kembali kepada rakyat, (4)
wajib tanam paksa dapat diganti dengan penyerahan tenaga untuk
pengangkutan dan pekerjaan di pabrik, (5) kegagalan panen akan menjadi
tanggungan pemerintah, (6) penggarapan penanaman tanaman yang laku
dijual di pasaran dunia tersebut di bawah pengawasan langsung dari kepala-
kepala pribumi. Kepala-kepala Belanda mengawasi secara umum jalannya
penggarapan sampai pengangkutannya.
Dalam pelaksanaannya sistem tanam paksa tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku. Beberapa penyimpangan yang muncul antara lain, : (1) lebih
dari seperlima tanah, yaitu sepertiga dan bahkan setengah dari sawah milik
pribumi digunakan sebagai area tanam paksa, (2) tanah yang digunakan
untuk penanaman tanaman tersebut tetap dikenakan pajak sehingga tidak
sesuai dengan perjanjian, (3) kelebihan hasil tidak dikembalikan kepada
rakyat atau pemilik tanah, tetapi dipaksa untuk dijual kepada pihak Belanda
dengan harga yang sangat murah, (4) Waktu untuk bekerja untuk tanaman
yang dikehendaki pemerintah Belanda, jauh melebihi waktu yang telah
1
ditentukan. Akibat dari penyimpangan aturan dalam sistem tanam paksa
tersebut menimbulkan kerugian serta penderitaan yang cukup besar bagi
kaum pribumi. Penderitaan fisik dan mental menimbulkan kemiskinan dan
kematian di berbagai daerah koloni, seperti Cirebon, Kendal, dan Grobogan,
sementara bagi Belanda sistem tersebut tentunya sangat menguntungkan
mereka, kondisi perekonomian negara Belanda kembali pulih.
Penderitaan kaum pribumi akibat dari diberlakukannya sistem tanam
paksa oleh Belanda mulai mendapatkan perhatian dari beberapa kelompok
di negeri Belanda. Sebagian orang Belanda mulai prihatin terhadap
kesejahteraan penduduk pribumi. Bangsa Indonesia membutuhkan sebuah
perubahan kehidupan perekonomian dan pendidikan.
Kaum etis yang dipelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran
De Locomotief) dan Conrad Theodore Van Deventer (politikus) mengkritik
kebijakan pemerintah Belanda kepada kaum pribumi di Indonesia. Van De
Venter yang menulis pada majalah De Gids tahun 1899. Dia mengatakan
bahwa Indonesia telah berjasa membantu pemerintah Belanda
memulihkan keuangannya meskipun dengan penuh pengertian. Oleh sebab
itu, sudah sewajarnya kalau kebaikan orang Indonesia itu dibayar kembali.
Oleh karena itu, menurut Van De Venter, hutang budi itu harus dibayar
dengan peningkatan kesejahteraan melalui triasnya yang terdiri dari irigasi,
edukasi , dan migrasi. Pada tahun 1901, kebijakan tersebut oleh Ratu
Wihelmina dijadikan sebagai kebijakan Belanda terhadap Indonesia, yang
kemudian dikenal dengan sebutan politik etis.
Isi dari Politik Etis adalah:
1. Irigasi (Pengairan). Kebijakan ini bertujuan untuk mengairi lahan
pertanian inlander (penduduk pribumi) dengan membangun dan
memperbaiki saluran pengairan dan bendungan. Pengairan diperlukan
agar rakyat dapat mengairi lahan pertaniannya dengan mudah.
2. Edukasi (pendidikan) Kebijakan edukasi yaitu kebijakan memperluas
kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran.
2
3. Migrasi (perpindahan penduduk). Migrasi atau perpindahan penduduk
merupakan kebijakan politik etis pemerintah Belanda dengan mengajak
penduduk untuk bermigrasi ke daerah pertanian dan perkebunan milik
Belanda guna memperbaiki perekonomian keluarganya.
5
mena. Terbukanya wawasan mengenai peristiwa-peristiwa dunia
menimbulkan semangat untuk mengubah nasib bangsa menjadi lebih baik.
Hal tersebut menjadi bibit-bibit timbulnya kelompok-kelompok intelektual
yang akan berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan
menghilangkan penjajahan terhadap sesama melalui berbagai organisasi-
organisasi perjuangan yang didirikan. Masa ini kemudian disebut masa
pergerakan nasional.
Secara umum, faktor-faktor penyebab muncul dan berkembangnya
pergerakan nasional dibagi menjadi dua, yakni faktor intern dan ekstern.
a. Faktor Intern
1) Adanya penjajahan yang mengakibatkan penderitaan dan
kesengsaraan sehingga menimbulkan tekad untuk menentangnya.
2) Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman
Sriwijaya dan Majapahit.
3) Munculnya kaum intelektual yang kemudian menjadi pemimpin
pergerakan nasional.
b. Faktor ekstern
1) Adanya gerakan kebangsaan All Indian National Congress 1885
dan Gandhiisme di India.
2) Adanya Gerakan Turki Muda 1908 yang dipelopori oleh Kemal
Pasha Attaturk.
3) Kemenangan Jepang atas Rusia (1905) menyadarkan dan
membangkitkan semangat bangsa-bangsa Asia untuk melawan
bangsa- bangsa Barat.
4) Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang
masuk ke Indonesia, seperti liberalisme, demokrasi, dan
nasionalisme mempercepat timbulnya nasionalisme Indonesia.
Karena pengaruh gagasan-gagasan modern, kelompok elite nasional
menyadari bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus
dilakukan dengan menggunakan organisasi modern. Baik pendidikan,
perjuangan politik, maupun perjuangan sosial budaya dilakukan secara
sistematis. Beberapa organisasi yang muncul sebagai titik permulaan
kesadaran nasional untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik serta
merdeka, adalah:
6
a. Boedi Oetomo
Pada tahun 1907 Dr. Wahidin seorang tokoh cendikiawan yang
merasa bertanggung jawab atas kebodohan dan keterbelakangan
bangsanya melakukan kunjungan ke sekolah STOVIA (salah satu
lembaga pendidikan yang menghasilkan dokter dari golongan priyayi
rendah Jawa). Para siswa STOVIA sangat bersemangat dan memberikan
tanggapan yang baik atas kedatangan Dr. Wahidin. Bersama beberapa
siswa STOVIA seperti : Soetomo dan Goenawan Mangunkusumo, Dr.
Wahidin mengadakan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk menghimpun
dana pendidikan. Usaha yang dilakukan Dr. Wahidin mendapat simpati
dari semua kalangan. Mereka yang kebetulan memiliki uang dengan
sukarela memberikan sumbangannya. Setelah diadakan rapat-rapat untuk
membicarakan lebih jauh rencana mereka, pada tanggal 20 Mei 1908
bertempat di Jl. Abdul Rahman Saleh 26 Jakarta terbentuklah suatu
perkumpulan yang dinamakan Boedi Utomo, yang diketuai oleh
Soetomo. Hingga kini tanggal lahirnya Boedi Oetomo dijadikan sebagai
hari kebangkitan nasional.
7
Jawa dan Madura. Cabang Boedi Oetomo berdiri di Jakarta, Bogor,
Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo. Kemajuan
yang ingin dicapai adalah dalam hal pengajaran, pertanian, peternakan
dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu).
Untuk mengkonsolidasikan diri, Boedi Oetomo mengadakan
kongres pertama di Yogyakarta pada bulan Oktober 1908. Setelah melalui
perdebatan panjang diambil keputusan sebagai berikut.
1. Boedi Oetomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
2. Kegiatan terutama ditujukan kepada bidang pandidikan dan
budaya.
3. Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura.
Kongres juga memutuskan susunan pengurus besar. R.T.
Tirtokusumo, Bupati Karanganyar ditunjuk sebagai ketua, dan pusat
organisasi di Yogyakarta.
Karena tidak melibatkan diri dalam bidang politik dan dipandang
tidak berbahaya maka sebagai organisasi Boedi Oetomo disahkan oleh
pemerintah kolonial Belanda sebagai badan hukum. Dengan demikian
diharapkan bahwa organisasi itu akan melancarkan aktivitasnya secara
luas. Sifat awal dari organisasi ini adalah kooperatif. Pada tahun 1909
dengan jumlah 40 cabang, Boedi Oetomo memiliki 10.000 orang
anggota.
Dalam rapat umumnya tanggal 5-6 Agustus 1915, Boedi Oetomo
mengeluarkan mosi tentang perlunya milisi untuk bangsa Indonesia.
Selain itu, berdasarkan kekhawatiran akan munculnya intervensi
kekuasaan asing lain, Boedi Oetomo melancarkan isu pentingnya
pertahanan sendiri dan menjadi organisasi pertama yang menyokong
gagasan wajib militer bagi penduduk pribumi. Gagasan itu disebut Indie
Weerbaar atau kesanggupan Hindia Belanda membela diri. Pertahanan
bagi Hindia Belanda (sebutan Indonesia pada masa tersebut) dipandang
sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan serangan Jepang.
Kekhawatiran seperti itu memang beralasan mengingat Jepang telah
menunjukkan perilaku ekspansinya ke berbagai negara.
Pergantian kepemimpinan Gubernur Jendral, dari Idenburg ke J.P.
Graff Van Linburg Stirum juga menjadi salah satu sebab terjadinya
8
perubahan orientasi Budi Utomo. J.P. Graff Van Linburg Stirum dikenal
bukan ahli urusan Hindia. Van Linburg Stirum juga dikenal sebagai
diplomat yang berhaluan liberal. Pengangkatannya di Hindia semakin
mendorong semangat Boedi Oetomo untuk terjun ke ranah politik.
Pada 16 Desember 1916 oleh pemerintahan Hindia Belanda yang
diprakarsai oleh Gubernur Jendral J.P. Van Limburg Stirum bersama
dengan Menteri Urusan Koloni Belanda, Thomas Bastiaan Pleyte
membentuk Volksraad (dewan rakyat). Menurut ketetapan undang-
undang, Volksraad terdiri atas anggota: Ketua diangkat oleh Ratu,
Sembilan belas anggota dipilih oleh anggota dewan daerah dan dewan
kota; diantara mereka sepuluh orang adalah pribumi dan sembilan adalah
Eropa, Sembilan belas juga dipilih oleh gubernur jendral atas nasihat
dewan Hindia Belanda; dari sembilan belas ini lima adalah pribumi, dan
empat belas adalah Eropa.
Boedi Oetomo memutuskan adanya perwakilannya untuk duduk
didalam dewan rakyat tersebut. Dengan adanya anggota Boedi Oetomo
yang duduk dalam dewan rakyat, maka dapat dikatakan bahwa orientasi
organisasi Boedi Oetomo telah berubah haluan memasuki ranah politik.
Pada tahun1918, Boedi Oetomo bergabung dengan S.I. Insulinde dan
ISDV dalam badan “Radicale Concentratie”. Dalam kongres bulan April
1931 yang diadakan di Jakarta, Boedi Oetomo merubah anggaran
dasarnya dengan membuka diri bagi semua golongan bangsa Indonesia.
Ejaan namanya juga diubah menjadi Budi Utama. Dalam konferensi
bulan Desember yang diadakan di Solo tahun 1932 diubah tujuan Boedi
Utomo secara radikal, yaitu berusaha mencapai Indonesia Merdeka.
Lahirnya Boedi Oetomo, telah mendorong berdirinya organisasi-
organisasi pergerakan lainnya yang menyebabkan terjadinya perubahan
sosio-politik Indonesia. Untuk memberikan gambaran singkat tentang
organisasi Boedi Oetomo, dapat dilihat pada infografis berikut.
9
Gambar 2. Infografis Boedi Oetomo
Sumber: https://akurat.co/boedi-oetomo
b. Serekat Islam
Tahun 1911 di Kota Solo, Hadji Samanhudi mendirikan Sarekat
Dagang Islam. Lahirnya Sarekat Dagang Islam berawal dari persaingan
dagang antara penduduk pribumi dan keturunan etnis Cina (Tionghoa)
peranakan. Kemajuan yang dicapai oleh orang-orang keturunan etnis
Tionghoa dalam hal perdagangan kain, dan sikap superioritas mereka
terhadap kalangan pribumi, sehubungan dengan revolusi Sun Yat Sen
tahun 1911 yang menimbulkan perasaan tinggi hati mereka, dan tak lupa,
keahlian mereka dalam memonopoli harga kain batik, semakin
menambah kejengkelan para pedagang pribumi, sehingga merasa sangat
dirugikan.
10
Dasar dalam perkumpulan Sarekat Dagang Islam adalah agama
(Islam) dan perekonomian.
11
Gambar 4. H. Oemar Said Tjokroaminoto
Sumber : https://bit.ly/2HJqVOz
c. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah
Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya non politik. Muhammadiyah
bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada
tercapainya kebahagiaan lahir batin.
14
Gambar 6. KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah
Sumber : https://bit.ly/2qQzQUN
15
lain yakni Setiabudhi di Bandung 25 Desember 1912 dan merupakan
organisasi campuran Indo dengan bumi putera. Beliau bekerja sama
dengan dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara). Setelah Indische Partij didirikan pada tahun 1912, cita-
citanya lebih disebarluaskan kemana-mana melalui surat kabar, terutama
de-Express.
16
berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang
Hindia, (6) dalam hal pengajaran, kagunaannya harus ditujukan untuk
kepentingan ekonomi Hindia, (7) memperbaiki keadaan ekonomi
bangsa Hindia, terutama dengan mamperkuat mereka yang
ekonominya lemah. Pasal-pasal ini pula yang membuktikan bahwa
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia dalam waktu
singkat telah mempunyai 30 cabang dengan anggota lebih kurang
7000 orang kebanyakan orang Indonesia
Akibatnya, permohonan yang diajukan kepada Pemerintah
untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum pada bulan Maret
1913 ditolak dengan alasan organisasi ini bersifat politik dan
mengancam hendak merusak keamanan umum. Pada bulan Agustus
1913 Kemudian tiga orang tokoh utama Indische Partij di asingkan
oleh pemerintah Belanda karena kegiatannya. Mereka itu adalah
Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, Dr.Cipto Mangun Kusumo,
namun selama dalam pengasingan mereka tetap berusaha untuk
menamkan jiwa nasionalisme dan menggerakkan orang Indonesia di
Negeri Belanda supaya menuntut Indonesia merdeka. Dengan
diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka kegiatan
Indische Partij makin menurun. Selanjutnya, Indische Partij berganti
nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi
menjadi National Indische Partij (NIP). NIP tidak pernah mempunyai
pengaruh yang besar di kalangan rakyat dan akhirnya hanya
merupakan perkumpulan orang-orang terpelajar.
e. Gerakan Pemuda
Gerakan pemuda Indonesia, sebenarnya telah dimulai sejak
berdirinya Boedi Oetomo, namun sejak kongresnya yang pertama
perannya telah diambil oleh golongan tua (kaum priayi dan pegawai
negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari organisasi
tersebut. Baru beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 7
Maret 1915 di Batavia berdiri Trikoro Dharmo oleh R. Satiman
Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi. Trikoro Dharmo yang diketui
oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan oeganisasi pemuda yang
pertama yang anggotanya terdiri atas para siswa sekolah menengah
17
berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan
mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan perkumpulan ini adalah
sebagai berikut : (1) mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi
bumi putra pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan, (2)
menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya, (3)
membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan
budaya.
Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara.
Adapun tujuan yang sebenarnya adalah seperti apa yang termuatdalam
majalah Trikoro Dharmo yakni mencapai Jawa raya dengan jalan
memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda Jawa, Sunda,
Madura, Bali, dan Lombok. Oleh karena sifatnya yang masih Jawa
sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang
senang. Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo
pada tanggal 12 Juni 1918 namanya diubah menjadi Jong Java
(Pemuda Jawa).
18
daerah lain juga membentuk organisasi-organisasi, seperti Jong
Sumatra Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Selebes,
Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees Verbond,
dan lain-lain. Pada dasarnya semua organisasi itu masih bersifat
kedaerahan, tetapi semuanya mempunyai cita-cita ke arah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.
Jong Java kemudian punya peran besar dalam peristiwa Sumpah
pemuda pada tahun 1928.
f. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi pergerakan
nasional yang berdiri di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia
didirikan oleh mahasiswa Indonesia serta orang-orang Belanda yang
menaruh perhatian pada nasib Hindia Belanda yang tinggal di Negeri
Belanda. Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV) berdiri
pada tahun 1908, yang dibentuk sebagai sebuah perhimpunan yang
bersifat sosial. Organisasi ini merupakan ajang pertemuan dan
komunikasi antar mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri
Belanda. Indische Vereeniging (IV) pada 3 Februari 1925 berubah
namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Dalam majalah Indonesia
Merdeka, ditulis bahwa perubahan nama ini diharapkan dapat
memurnikan organisasi dan mempertegas prinsip perjuangan
organisasi.
h. PARINDRA
Partai Indonesia Raya didirikan dengan tujuan meraih Indonesia
yang mulia dan sempurna namun memang sedikit menyimpang dari
partai politik seperjuangannya. Hal ini dapat dimaklumi karena
Parindra berdiri dengan bergabungnya beberapa organisasi non politik
dari masyarakat pelajar. Di antaranya adalah Serikat Ambon, Serikat
Celebes, beberapa serikat pemuda lain dari wilayah di Indonesia.
Tetapi yang paling berpengaruh adalah adanya campuran sejarah
berdirinya Boedi Oetomo yang akhirnya mengalami peleburan ke dalam
organisasi ini.
22
nantinya terkabul dengan duduknya Moh. Husni Thamrin di kursi
Volksraad untuk menciptakan kritik bagi pemerintah kolonial agar
menjalankan pemerintahannya dengan lebih manusiawi. Beberapa
petisi ditolak oleh Husni Thamrin dari Parindra.
Partai ini bergerak sangat lancar. Kelancarannya tidak lepas dari
izin pemerintah Belanda yang ketika itu dipegang oleh Jenderal Van
Starkenborg sebagai pemimpin pengganti De Jonge yang mengakhiri
jabatannya di tahun 1936. Memang sejak awal pendiriannya, Parindra
menjadi organisasi kooperatif yang terbuka dengan kerjasama
eksternal. Parindra tidak menutup diri dengan tawaran-tawan
pemerintah Belanda untuk bergerak seiringan. Di tahun 1937, Partai
Indonesia Raya meraup pendukung sampai 4.600 orang anggota dan
terus membesar hingga masa penjajahan kolonialis berganti masuk ke
dalam masa penjajahan Jepang di Indonesia. Parindra terus bertahan
meskipun iklim politik berubah. Organisasi partai ini memiliki
pengikut hingga 19.500 orang di tahun 1941. Parindra
menyelenggarakan kongresnya pada tanggal 24-27 Desember 1948
dan menghasilkan beberapa ketegasan. Dengan tanpa kompromi,
Parindra tidak mau menerima anggota yang berasal dari non Indonesia
alias peranakan campuran. Mereka mengambil fokus perjuangan pada
masalah perekonomian rakyat yang masih mengundang iba serta
berusaha menumbuhkan kemauan penduduk Jawa agar melakukan
transmigrasi ke pulau-pulau lainnya demi kehidupan yang lebih stabil
lagi. Mereka sadar bahwa terlalu banyaknya penduduk berpengaruh
pada sulit tidaknya pembangunan yang dilakukan.
3. Pendudukan Jepang
a. Masuknya Jepang ke Indonesia
Jepang dengan mudah menguasai daerah-daerah di Asia Pasifik
termasuk Indonesia karena beberapa faktor, diantaranya: (1) Jepang
telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat
di Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941, (2) negeri-
negeri induk (Inggris, Perancis, dan Belanda) sedang menghadapi
peperangan di Eropa melawan Jerman, (3) bangsa-bangsa di Asia sangat
23
percaya dengan semboyan Jepang (Jepang pemimpin Asia, Jepang
cahaya Asia, dan Jepang pelindung Asia) sehingga tidak memberi
perlawanan. Bahkan, (4) kehadiran Bala tentara Jepang disambut dengan
suka cita karena Jepang dianggap sebagai “saudara tua” yang akan
membebaskan bangsa-bangsaAsia dari penjajahan negara-negara Barat.
Di Indonesia, Jepang memperoleh kemajuan yang pesat. Diawali
dengan menguasai Tarakan selanjutnya Jepang menguasai Balikpapan,
Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke
Subang, dan terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah
jatuh ke tangan Jepang. Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter
Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama
Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah
pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati
menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia
dan digantikan oleh kekuasaan Jepang.
b. Pendudukan Jepang Di Indonesia
Tentara Jepang yang dikenal dengan Bala Tentara Nippon adalah
sebutan resmi pemerintah militer pada masa pemerintahan Jepang. Sejak
tanggal 7 Maret 1942, tentara Jepang memegang kekuasaan militer dan
segala kekuasaannya yang dipegang gubernur jendral masa Belanda.
Kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh 2 angkatan perang,
yaitu (1) Angkatan Darat (Rikugun), (2) Angkatan Laut (Kaigun).
Angkatan perang tersebut memiliki kekuasaan masing-masing pada
daerah yang dikuasi Jepang di Indonesia, yaitu: (1) Jawa dan Madura
dengan pusatnya di Batavia di bawah kekuasaan Rikugun (tentara ke
XVI), (2) Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi berada di bawah
kekuasaan Rikugun (tentara ke XXV) (3) Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, maka Jepang mendirikan
organisasi-organisasi militer sebagai pengganti organisasi pergerakan
nasional. Beberapa organisasi tersebut antara lain :
1) Gerakan 3 A
April 1942 gerakan ini dibentuk oleh Jepang dengan semboyan :
Nippon Pelidung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia.
24
Mr. Samsudin dipilih menjadi pemimpin. Pada masa ini Jepang
berupaya menghapus pengaruh Belanda dan sekutunya, salah satunyaa
dengan cara melarang penggunaan bahasa Belanda dan memajukan
penggunaan bahasa Jepang. Dalam hal pendidikan, model pendidikan
Belanda ditinggalkan dengan menghilangkan sistem status sosial
sebagai pemisah dalam pendidikan, antara priyayi dan masyarakat
biasa disamakan. Maret 1943 gerakan ini dibubarkan karena tidak
menarik simpati rakyat dan digantikan dengan Putera.
2) Putera
25
ini kesadaran masyarakat Indonesia semakin terlihat. Mereka lebih
bersifat lunak dan bersikap diplomatis terhadap Jepang, sehingga
keberadaan Jepang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia dan mengusir imperialis dari Indonesia.
3) PETA
Peta merupakan organisasi bentukan jepang yang terdiri dari pemuda
Indonesia. Organisasi ini disebut pula Giyugun. Mereka mendapat
latihan militer dari Jepang. Tujuannya untuk memenuhi kepentingan
peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Ternyata perkembangan Peta
sangat membantu Indonesia dalam meraih kemerdekaan melalui
perjuangan fisik. Jenderal Sudirman dan A.H Nasution pernah sebagai
pemimpin PETA. Pada tahun 1944, dibubarkan karena terlalu bersifat
nasional dan dianggap membahayakan.
26
4) Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In)
Cuo Sangi In adalah suatu badan yang bertugas mengajukan usul
kepada pemerintah serta menjawab pertanyaaan mengenai soal-soal
politik, dan menyarankan tindakan yang perlu dilakukan oleh
pemerintah militer Jepang. Badan ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus
1943 yang beranggotakan 43 orang (semuanya orang Indonesia)
dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
5) Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai)
Pada tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan organisasi Jawa
Hokokai. Tujuannya adalah untuk menghimpun kekuatan rakyat dan
digalang kebaktiannya. Di dalam tradisi Jepang, kebaktian ini
memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri, mempertebal
persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Tiga hal inilah
yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang. Dalam
kegiatannya, Jawa Hokokai menjadi pelaksana distribusi barang yang
dipergunakan untuk perang, seperti emas, permata, besi, dan
alumunium dan lain-lain yang dianggap penting untuk perang.
c. Perlawanan terhadap Jepang
Secara umum perlawanan terhadap Jepang oleh Indonesia
dilakukan melalui dua cara yakni, dengan cara peperangan fisik dan
melalui pergerakan bawah tanah pada organisasi-organisasi yang
dibentuk oleh Jepang. Perlawanan fisik yang berlangsung antara lain: (1)
Tahun 1942 terjadi perlawanan di Cot Plieng, Lhok Seumawe, Aceh
dipimpin Tengku Abdul Jalil, tetapi dapat dipadamkan, (2) Daerah
Indramayu (Karang Ampel, Sindang) muncul perlawanan dipimpin oleh
Haji Madriyas tahun 1943, tetapi berhasil dipadamkan oleh Jepang, (3)
Daerah Sukamanah, Tasikmalaya 1943 terjadi perlawanan dipimpin oleh
KH. Zaenal Mustafa. Ia berhasil membunuh kaki tangan Jepang dan
sebagai balasannya Jepang melakukan pembunuhan massal terhadap
rakyat, (4) Di Blitar 14 Februari 1945 terjadi pemberontakan PETA yang
dipimpin oleh Supriyadi (putra Bupati Blitar) yang dibantu dr. Ismail,
Mudari, Suwondo. Pemberontakan ini mampu membinasakan orang-
27
orang Jepang di Blitar. Jepang sangat terkejut lagi pula saat itu Jepang
sering mengalami kekalahan dalam perang Asia Timur Raya atau Perang
Pasifik.
Silakan Saudara untuk menyaksikan video berikut ini mengenai
peristiwa pemberontakan PETA :
https://www.youtube.com/watch?v=8UgoUQfIjms
video pemberontakan PETA di Blitar
Selain melalui perlawanan secara fisik, cara melakukan
perlawanan terhadap Jepang adalah melalui pergerakan kelompok-
kelompok didalam organisasi-organisasi bentukan Jepang di berbagai
daerah. Kelompok-kelompok tersebut antara lain: (1) Kelompok Sukarni,
Pada masa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja di Sendenbu atau
Barisan Propaganda Jepang bersama Moh. Yamin. Gerakan ini dilakukan
dengan menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner,
menyebarkan cita-cita kemerdekaan, dan membungkam kebohongan-
kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.
Untuk menutupi gerakannya, Kelompok Sukarni mendirikan
asrama politik dengan nama Angkatan Baru Indonesia. Di dalam asrama
inilah para tokoh pergerakan nasional yang lain, seperti Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, dan Mr. Sunaryo mendidik para
pemuda yang berkaitan dengan pengetahuan umum dan masalah politik,
(1) Kelompok Ahmad Subardjo, pada masa pendudukan Jepang
menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor
Perhubungan Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad Subardjo berusaha
menghimpun tokoh- tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam
Angkatan Laut Jepang. Atas dorongan dari kelompok Ahmad Subardjo
inilah maka Angkatan Laut berhasil mendirikan asrama pemuda dengan
nama Asrama Indonesia Merdeka, (2) Kelompok Sutan Syahrir,
Kelompok Sutan Syahrir berjuang secara diam-diam dengan
menghimpun mantan teman-teman sekolahnya dan rekan seorganisasi
pada zaman Hindia Belanda. Dalam. perjuangannya, Syahrir menjalin
hubungan dengan pemimpin-pemimpin bangsa yang terpaksa bekerja
sama dengan Jepang. Syahrir memberi pelajaran di Asrama Indonesia
Merdeka milik Angkatan laut Jepang (Kaigun) bersama dengan Ir.
28
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, dan Iwa Kusuma
Sumantri.
d. Dampak Pendudukan Jepang
Beberapa dampak yang muncul akibat dari pendudukan Jepang
antara lain dapat kita lihat dari berbagai bidang kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam bidang politik para tokoh pergerakan nasional pada
masa pendudukan Jepang mengambil sikap kooperatif. Dengan sikap
kooperatif, mereka banyak yang duduk dalam badan-badan yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo
Sangi In. Selain itu, para tokoh pergerakan nasional juga memanfaatkan
kesatuan-kesatuan pertahanan yang telah dibentuk oleh Jepang, seperti
Jawa Hokokai, Heiho, Peta. Hal tersebut memberikan keuntungan bagi
bangsa Indonesia dalam melanjutkan perjuangannya. Meskipun
pemerintah Jepang berhasil menghentikan berbagai kegiatan dalam
organisasi pergerakan nasional, namun mereka tidak berhasil
menghentikan semangat para tokoh untuk terus berjuang.
Dalam bidang perekonomian, pendudukan Jepang juga merugikan
rakyat Indonesia. Jepang menguasai semua wilayah pertanian dan
perkebunan peninggalan Belanda dan dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan perang mereka. Dari hasil panen, rakyat hanya dapat
menikmati 40%, sisanya disetorkan kepada pemerintah Jepang dan
disimpan ke lumbung untuk persediaan bibit. Hal tersebut menimbulkan
bahaya kelaparan serta penyakit di berbagai daerah.
Dalam bidang pendidikan, pada masa pendudukan Jepang, sangat
berkembang pesat dibandingan dengan era penjajahan Belanda. Bangsa
Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah pada sekolah yang dibangun
pemerintah. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar
pada sekolah-sekolah. Meskipun hal tersebut dilakukan oleh Jepang
hanya untuk menariksimpati rakyat semata.
Dalam bidang sosial, pada pendudukan Jepang terjadi paksaan
kepada rakyat untuk bekerja kepada Jepang yang kemudian dikenal
dengan sebutan romusha. Mereka diminta untuk bekerja secara paksa
guna membangun sarana prasarana perang. Terjadi mobilitas sosial dari
desa-desa ke daerah dimana sarana perang tersebut dibangun. Banyak
29
wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada
masa itu. Jepang juga memperkenalkan sistem tonarigumi (rukun
tetangga). Tonarigumi merupakan kelompok-kelompok yang masing-
masing terdiri atas 10–20 rumah tangga. Maksud diadakannnya
tonarigumi adalah untuk mengawasi penduduk, mengendalikan, dan
memperlancar kewajiban yang dibebankan kepada mereka.
Pada bidang birokrasi, Jepang memberikan kesempatan besar
kepada rakyat Indonesia untuk duduk dalam jabatan pada berbagai
lembaga/departemen pemerintah. Jepang membentuk Badan
Pertimbangan Karesidenan (Syu Sangi Kai) dan Badan Pertimbangan
Kota Praja Istimewa (Syi Sangi In). Banyak orang Indonesia yang
menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr.
Husein Jayadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama, Ir.
Soekarno, Departemen Urusan Umum (Somubu), Dr. Mr. Supomo,
Departemen Kehakiman (Shihobu), Muh. Yamin, Departemen
Propaganda (Sendenbu). Pada bidang militer Jepang membentuk
kesatuan semi militer dan militer untuk mendukung sikap bertahan
mereka saat menghadapi Perang Asia Pasifik, sehingga banyak kesatuan-
kesatuan yang dibentuk oleh Jepang di Indonesia.Kesatuan semi mileter
terdiri atas : Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu
Polisi), Fujinkai (Barisan Wanita), Jibakutai (Barisan Berani Mati).
Sedangkan kesatuan militer yang dibentuk oleh Jepang antara lain: Heiho
(Pembantu Prajurit Jepang), dan Peta (Pembela Tanah Air). Beberapa
pangkat dalam Peta yang dikenal, antara lain: Daidanco (Komandan
Batalyon), Cudanco (Komandan Kompi), Shodanco (Komandan Pleton),
Budanco (Komandan regu), Giguyun (Prajurit Sukarela). Di bidang
militer bangsa Indonesia banyak memperoleh keuntungan dengan
ditekankan pendidikan Seishin (semangat berjuang), Bhusido (ksatria
berani mati).
33
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh
mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-
desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan
tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Harus ada rapat
PPKI. Golongan muda tidak menyetujui usul tersebut, mengingat PPKI
adalah badan yang dibentuk Jepang. Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha sendiri, bukan pemberian Jepang.
34
c. Peristiwa Rengasdengklok
Perdebatan antara golongan tua dan muda dalam menentukan
kemerdekaan Indonesia begitu pelik. Golongan tua memilih lebih
berhati-hati untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah. Para
pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan secepatnya. Mereka beralasan bahwa saat itu Indonesia
sedang mengalami kekosongan kekuasaan (vacum of power).
Pertentangan pendapat antara golongan tua dan golongan muda inilah
yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Sikap
golongan muda diputuskan dalam rapat di Pegangsaan Timur Jakarta
pada tangal 15 Agustus 1945. Rapat ini dihadiri oleh Chairul Saleh,
Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Armansyah, dan
Wikana. Rapat yang dipimpin Chairul Saleh ini memutuskan bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah rakyat Indonesia
sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.
Golongan muda mendesak mereka untuk memaklumatkan
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945. Namun,
Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi
harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh karena itu, PPKI harus segera
menyelenggarakan rapat. Golongan muda memutuskan membawa
Soekarno dan Hatta ke luar Jakarta dengan tujuan untuk menjauhkan
Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang. Golongan muda memilih
Shodanco Singgih untuk melaksanakan pengamanan terhadap
Soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta kemudian dibawa ke
Rengasdengklok yang ada di sebelah Timur Jakarta. Di Jakarta terjadi
dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan
tua Ahmad Subardjo. Dialog tersebut mencapai kata sepakat bahwa
Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta, dan
diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ahmad Subardjo ke
Rengasdengklok dalam rangka menjemput Soekarno dan Hatta setelah
dialog tersebut. Kepada para golongan muda, Ahmad Subardjo
memberi jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, dan selambat-lambatnya pukul 12.00.
Adanya jaminan tersebut yang kemudian membuat golongan muda
35
melunak dan membebaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali ke
Jakarta.
Saudara dapat menyaksikan video mengenai peristiwa
Rengasdengklok di bawah ini :
https://www.youtube.com/watch?v=4JwruATFkFI
Video peristiwa Rengasdengklok
d. Perumusan Teks Proklamasi
Soekarno dan Hatta akhirnya menyetujui Proklamasi
Kemerdekaan segera dikumandangkan. Soekarno dan Hatta tiba di
Jakarta pada pukul 23.00, lalu menuju rumah kediaman Laksamada
Maeda. Pertemuan di rumah Laksamana Maeda dianggap tempat yang
aman dari ancaman tindakan militer Jepang, karena Maeda adalah
Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan
Angkatan Darat. Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi
disusun. Sukarni, Sayuti Melik, BM. Diah, dan Soediro dari golongan
muda hadir dalam pertemuan itu untuk menyaksikan perumusan teks
proklamasi. Berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan
Ahmad Subardjo, diperoleh rumusan teks proklamasi yang ditulis
tangan oleh Soekarno yang berbunyi:
Proklamasi :
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan, dll,
diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen’05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
(tandatangan Soekarno)(tandatangan Hatta)
Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang
dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik" merupakan hasil
ketikan Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam
persiapan Proklamasi), yang isinya sebagai berikut.
36
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia.Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,
diselenggarakandengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
e. Detik-detik Proklamasi
Setelah selesai merumuskan dan mengesahkan teks proklamasi,
pagi harinya pada 17 Agustus 1945 para pemimpin nasional dan para
pemuda kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan
penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi. Rakyat dan tentara
Jepang menyangka pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di
Lapangan Ikada sehingga tentara Jepang memblokade Lapangan Ikada.
Pemimpin Barisan Pelopor Sudiro juga datang ke Lapangan Ikada dan
melihat pasukan Jepang dengan senjata lengkap menjaga ketat lapangan
itu. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi, Kepala
Keamanan Soekarno. Oleh karena itu, disepakati bahwa proklamasi
akan diikrarkan di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Upacara dipimpin oleh Latief Hendraningrat dan tanpa protokol.
Sebelum membacakan teks proklamasi, Soekarno berpidato
singkat yang intinya: (a) Perjuangan melawan kolonial telah cukup
panjang dan memerlukan keteguhan hati, (b) Cita-cita perjuangan itu
adalah kemerdekaan Indonesia, (c) Indonesia yang berdaulat harus
mampu menentukan arah dan kebijakannya sendiri, menjadi negara
yang diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Setelah itu, Soekarno
membacakan teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik.
37
Gambar 17. Soekarno membacakan teks Proklamasi
Sumber : https://bit.ly/2qOEFxY
Anda juga dapat melihat video detik-detik Proklamasi pada
tautan berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=X63pev3vnrg
Video detik-detik proklamasi
E. Rangkuman
Setelah Saudara membaca materi di atas, maka dapat diambil beberapa
simpulan, yakni :
1. Politik etis dikeluarkan oleh Ratu Belanda sebagai bentuk balas budi
kepada rakyat Hindia Belanda (sebutan Indonesia pada saat itu)
yang berisi irigasi, migrasi, dan edukasi. Meskipun pada
kenyataannya terjadi penyelewengan pada penerapan politik etis
tersebut.
2. Terbukanya pemikiran kaum elit serta mendapatkan pendidikan
memunculkan beberapa organisasi pergerakan nasional sebagai
embrio perebutan kemerdekaan Indonesia. beberapa organisasi
38
tersebut antara lain, Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij,
Gerakan Pemuda, Perhimpunan Indonesia, dan lain-lain.
3. Pada masa pendudukan Jepang, terjadi beberapa perubahan
mendasar dari berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.
Mereka masuk ke Indonesia dengan memberikan pemahaman
bahwa mereka ada saudara tua bangsa Indonesia yang akan berbeda
memperlakukan rakyat Indonesia seperti Belanda, Namun pada
kenyatannya Jepang hanya ingin menguasai Indonesia sama seperti
Belanda. Perlawanan terhadap Jepang dilakukan di Aceh,
Tasikmalaya, Blitar, dan Indramayu..
4. Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Pasifik membuat para tokoh
nasionalis, yang terdiri dari golongan tua dan muda segera
merumuskan langkah-langkah persiapan untuk melakukan
Proklamasi Kemerdekaan yang kemudian terlaksana pada tanggal
17 Agustus 1945.
39
F. Tes formatif
40
d. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat tertutup tanpa
memperhatikan pekerjaan, pada masa penjajahan Belanda pendidikan
tertutup hanya untuk kaum Eropa.
e. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka dengan
memperhatikan jenis kelamin, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status kebangsaan.
3. Bidang pendidikan mendapat perhatian dalam politik balas budi yang
dilakukan pemerintah Belanda yang kemudian melahirkan berbagi macam
organisasi pergerakan nasional. Salah satu faktor yang dapat menyatukan dan
mengikat organisasi pergerakan nasional adalah ...
a. Adanya kesadaran tentang arti pentingnya berpolitik
b. Adanya tujuan yang sama yakni mencapai kemerdekaan
c. Adanya upaya balas budi yang dilakukan oleh Belanda
d. Periode berdirinya organisasi yang hampir sama
e. Berkembangan sistem pendidikan barat di Indonesia
4. Perkembangan sosial, ekonomi serta politik yang terjadi dalam dunia
internasional baik regional maupun global akan berpengaruh terhadap kondisi
sosial, ekonomi maupun politik dalam skala nasional. Sebagai contoh adalah
perkembangan yang terjadi pada dunia internasional mengakibatkan
munculnya berbagai macam organisasi nasional. Berikut ini yang tidak
termasuk penyebab munculnya organisasi pergerakan nasional akibat dari
perkebambangan yang terjadi pada lingkungan internasional adalah ...
a. Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di India.
b. Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di Turki.
c. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia
d. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke
Indonesia.
e. Kemerdekaan yang diberikan oleh Ingris kepada daerah koloni di Asia
Tenggara
41
5. Wilayah Indonesia yang begitu luas dapat menjadi keuntungan bagi rakyat
Indonesia. Potensi Sumber Daya Alam pada wilyah Indonesia yang begitu luas
dapat dimanfaatkan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Namun luasnya wilayah
tersebut juga dapat menjadi ancaman bagi keutuhan bangsa. Pada era
pendudukan Jepang luasnya wilayah Indonesia juga dianggap menjadi
tantangan sendiri, yang kemudian Pemerintah Jepang membuat kebijakan
membagi wilayah Indonesia menjadi tiga bagian berdasarkan kekuatan
militernya. Berikut ini yang termasuk dalam pembagian wilayah Indonesia
pada masa pendudukan Jepang adalah ...
a. Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi berada di bawah kekuasaan
Rikugun
b. Jawa dengan pusatnya di Bandung berada di bawah kekuasaan Rikugun
c. Kalimantan, Sulawesi, dengan pusatnya di Ujung Pandang di bawah
kekuasaan Kaigun.
d. Kalimantan, Sulawesi, dengan pusatnya di Ujung Pandang di bawah
kekuasaan Rikugun.
e. Jawa dengan pusatnya di Surabaya berada di bawah kekuasaan Kaigun.
6. Perhatikan data berikut!
(1) Menetapkan dasar Indonesia Merdeka
(2) menetapkan Undang-undang Dasar
Data di atas merupakan tugas pokok….
a. BPUPKI
b. PPKI
c. Konstituante
d. Front Nasional
e. KNIP
7. Alasan proklamasi akan diikrarkan di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Timur
56 Jakarta adalah....
a. Pasukan Jepang bersenjata melakukan pergerakan ke Rengasdengklok
b. Mendaratnya Pasukan sekutu di teluk Jakarta yang mendapat
perlawanan Jepang
42
c. Adanya niatan untuk melaksanakan Proklamasi dalam suasana penuh
kesederhanaan
d. Pasukan Jepang bersenjata lengkap menjaga lapangan Ikada yang sudah
dipenuhi oleh rakyat
e. Adanya kontak senjata antara rakyat dengan Jepang di berbagai daerah
8. Dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia terdapat Pertentangan antara
golongan tua dan muda tentang proklamasi kemerdekaan, yang kemudian
menyebabkan terjadinya peristiwa....
a. Agresi Militer Belanda I
b. Rengasdengklok
c. Agresi Militer Belanda II
d. Perjanjian Renvile
e. Konferensi Meja Bundar
9. Salah satu organisasi pergerakan nasional yang digagas oleh kaum intelektual
adalah Indische Partij, yang merupakan organisasi pergerakan kebangsaan
yang bertujua ...
a. Memajukan kebudayaan jawa, madura dan bali
b. Menyatukan seluruh warga negara Indonesia di Belanda
c. Mengusahakan kemajuan yang selaras bagi bangsa dan tanah air
d. Menggalang persatuan semua orang Indonesia untuk berjuang demi
kemerdekaan
e. Mengusahakan kerja sama antara Indonesia dengan Belanda demi
perbaikan pendidikan rakyat
10. Corak pergerakan nasional yang menolak bekerja sama dengan pemerintah
kolonial biasanya disebut dengan kelompok….
a. Kooperatif
b. Radikal
c. Moderat
d. Sosialis
e. Liberalis
43
G. Daftar Pustaka
Nugroho, Arifin Suryo & Ipong Jazimah. 2011. Detik-Detik Proklamasi : Saat
Saat Menegangkan Menjelang Kemerdekaan. Yogyakarta : Pustaka Narasi.
44
H. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. C
2. A
3. B
4. E
5. A
6. A
7. D
8. B
9. D
10. B
45
DAR2/Profesional/100/2/2022
PENDALAMAN MATERI
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 2
PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM
KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA REVOLUSI
SAMPAI ORDE LAMA
i
Daftar Isi
KB 2 Perubahan dan Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Revolusi sampai Orde Lama
A Pendahuluan …………………………………………………….. ii
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… v
C Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………. v
D Uraian Materi ……………………………………………………. 51
E Rangkuman ……………………………………………………… 83
F Tes Formatif KB 2 ………………………………………………. 85
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 89
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 2 ……………………………… 90
ii
A. Pendahuluan
Peserta PPG yang berbahagia, semoga Saudara dalam keadaan sehat
sehingga dapat mempelajari modul ini. Pada kesempatan kali ini Saudara akan
mempelajari modul 2 IPS pada KB 2 dengan judul Perubahan dan
Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi dan Orde
Lama. Pada KB 2 ini terdiri atas Pendahuluan, Capaian Pembelajaran (CP), Sub-
Capaian Pembelajaran, Uraian Materi, Rangkuman, Tes formatif, Daftar
pustaka. Selamat mempelajari modul 2 KB 2, semoga Saudara suskes selalu.
Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia merupakan anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa dan hasil perjuangan rakyat Indonesia selama berpuluh-
puluh, bahkan beratus ratus tahun lamanya. Pada tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia berhasil meraih kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu
bangsa Indonesia bebas dari belenggu penjajahan yang sangat menyengsarakan
rakyat. Setelah memproklamasikan kemerdekaan, ternyata masih banyak
ancaman dan hambatan yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu,
segenap rakyat beserta pemimpin bangsa terus berupaya menghadapi ancaman
dan hambatan yang menghadang tersebut. Ancaman dan hambatan tersebut
muncul dari dalam dan juga dari luar negeri. Tidak hanya perjuangan secara fisik
dengan angkat senjata yang dilakukan namun juga dengan diplomasi pada
berbagai perundingan. Modul berjudul kehidupan sosial, ekonomi dan politik
masa orde lama ini membahas mengenai kehidupan masyakarakat Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dari aspek sosial, ekonomi,
dan politik. Pembahasan diakhiri sampai Presiden Soekarno lengser dari jabatan
Presiden Indonesia di tahun 1967.
Proses pembelajaran untuk materi Perubahan dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi dan Orde Lama yang sedang
Saudara ikuti saat ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut.
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam modul mulai
tahap awal sampai akhir.
iii
2) Lakukan kajian terhadap materi kehidupan masyarakat Indonesia pada
masa orde lama terlebih dahulu agar Saudara mendapat mendapat
mengkonstruksi pengetahuan lebih detail.
3) Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajar yang akan dilakukan.
4) Keberhasilan proses belajar Saudara dalam modul ini sangat
bergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan menghubungi dosen atau
instruktur yang mengajar modul ini.
Selamat belajar, semoga Saudara sukses memahami pengetahuan yang
diuraikan dalam modul ini untuk menjadi bekal Saudara mengajar dengan baik.
Penulis
iv
B. Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian pembelajaran yang akan Saudara dapatkan setelah mempelajari
modul ini adalah: Menjelaskan Perubahan dan Kesinambungan dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi sampai Orde Lama
C. Sub-Capaian Pembelajaran
Setelah Saudara mempelajari materi Modul 2 pada KB 2 ini, Saudara
diharapkan memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan kehidupan sosial pada masa revolusi sampai orde lama
2. Menjelaskan kehidupan ekonomi pada masa revolusi sampai ordelama
3. Menjelaskan kehidupan politik pada masa revolusi sampai orde lama
5
D. Uraian Materi
Sebelum menyimak materi, silakan Saudara saksikan video berikut ini
terlebih dahulu : https://bit.ly/2HMHIQK .
1. Makna Proklamasi Kemerdekaan Bagi Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sumber hukum bagi
pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembentukan
negara yang dicetuskan melalui proklamasi tersebut bukanlah merupakan
tujuan semata-mata, melainkan hanya sebagai alat untuk mewujudkan cita-
cita dan tujuan negara. Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi sarana
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil,
dan makmur serta lepas dari belenggu penjajahan bangsa lain.
9
mengundang amarah masyarakat menimbulkan perlawanan rakyat
Semarang terhadap tentara Jepang di berbagai daerah Semarang.
Berkenaan dengan adanya berita mengenai pemberian racun pada tandon
air minum di Jl. Wungkal.
Seorang dokter muda asal Semarang tergerak hatinya untuk
melakukan penelitian mengenai tandon yang sudah di racun tersebut.
Beliau bernama Drs. Kariadi yang pada waktu itu menjabat sebagai
kepala laboratorium di RS Purusara Semarang.
10
lama. Pada Tanggal 18 Oktober 1945 Jepang berhasil mematahkan
serangan dari para pemuda dan memberikan perintah kepada pemuda
untuk menyerahkan senjata yang mereka miliki, malam harinya para
pemuda tidak mau menyerahkan senjatanya dan memilih melanjutkan
untuk melawan Jepang. Pada tanggal 19 Oktober 1945, disaat Jepang ingin
menghancurkan Kota Semarang tiba-tiba datanglah tentara Sekutu di
Pelabuhan Semarang dengan Kapal HMS Glenry, yang membuat Jepang
kemudian menyerah sehingga berakhirlah pertempuran lima hari di
Semarang
c. Pertempuran Medan Area.
Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan
rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah
Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus
1945, rakyat Medan pada saat itu belum mengetahui dan mendengar
informasi tersebut. Hal itu disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya
sensor dari Jepang. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu
mendarat di Medan di bawah pimpinan T.E.D Kelly.
Kedatangan pasukan sekutu diikuti oleh pasukan NICA yang
dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Awalnya mereka
diterima secara baik oleh pemerintahan RI di Sumatera Utara sehubungan
dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda).
Akan tetapi, Inggris malah mempersenjatai mereka dan membentuk
Medan Batalyon KNIL, yang terdiri atas seluruh tawanan yang telah
dibebaskan dan dipersenjatai.
Peristiwa itulah yang melatarbelakangi terjadinya Pertempuran
Medan Area. Dalam pertempuran tersebut muncullah garis demarkasi
yang berasal dari Perundingan Linggajati Sebelum disahkankanya
perundingan tersebut, Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu
memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area
(batas resmi wilayah Medan) di berbagai sudut kota Medan. Hal ini jelas
menimbulkan reaksi bagi para pemuda untuk melawan kekuatan asing
yang mencoba untuk berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Desember 1945,
Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota
Medan. Serangan ini menimbulkanbanyak korban di kedua belah pihak.
11
Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat
perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pematang Siantar.
Pada bulan Agustus 1946 telah dibentuk Komando Resimen Laskar
Rakyat Medan Area. Kemudian komando inilah yang terus mengadakan
serangan terhadap Sekutu di wilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah
Sumatera terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan
Belanda.
d. Peristiwa Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa besar yang
terjadi setelah kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini merupakan sebuah
perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Bandung dalam mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia. Sejarah Peristiwa Bandung Lautan
Api adalah sebuah situasi dimana para pejuang kemerdekaan Indonesia
yang berada di Bandung membakar kota Bandung demi upaya untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa Bandung
Lautan Api terjadi pada bulan Maret 1946. Pembakaran kota Bandung
dilakukan oleh masyarakat sebagai respon perintah dari pihak Sekutu
yang menyuruh masyarakat agar mengosongkan kota Bandung.
Pembakaran dilakukan oleh sekitar 200 ribu masyarakat dalam waktu 7
jam. Mereka membakar harta benda dan rumah selanjutnya pergi
meninggalkan kota Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api dimulai saat mendaratnya pasukan
Sekutu di Bandung, Jawa Barat. Pasukan yang mendarat adalah pasukan
Inggris yang dipimpin oleh Brigade Mc Donald pada bulan Oktober
tahun 1945. Saat itu, para pemuda yang ada di kota Bandung sedang
gencarnya melakukan pelucutan senjata yang dimiliki oleh bekas tentara
Jepang. Akhirnya hubungan Republik Indonesia dengan pihak sekutu
memanas. Ultimatum di keluarkan di kota Bandung yaitu semua senjata
yang dimiliki oleh pemuda dan masyarakat, kecuali polisi dan TKR,
harus segera diserahkan ke pihak Sekutu. Selain ultimatum untuk
menyerahkan senjata, pihak Sekutu juga mengeluarkan perintah agar
kota Bandung segera dikosongkan. Pengosongan dilakukan karena
alasan keamanan rakyat dan perintah ini harus dilakukan selambat-
lambatnya tanggal 29 November tahun 1945. Akibat ultimatum tersebut
12
membuat terjadinya bentrokan senjata antara pasukan TKR dan pasukan
Inggris tidak bisa dihindarkan.
Pada malam hari tanggal 21 November 1945, Tentara Keamanan
Rakyat beserta pejuang muda / badan perjuangan melakukan serangan
terhadap pasukan Inggris yang berada di Bandung Utara. Serangan ini
difokuskan di tempat penginapan pasukan inggris yaitu hotel Preanger
dan Hotel Homann. Akibat serangan yang dilakukan, pihak Inggris
melalui Mc Donald mengeluarkan ultimatum kepada Gubernur Jawa
Barat. Perintah ini berisi mengenai wilayah Bandung bagian Utara harus
segera dikosongkan dari unsur pasukan bersenjata dan juga penduduk
Republik Indonesia. Ultimatum yang dikeluarkan tidak membuat
perjuangan melawan Inggris di Bandung Utara berhenti begitu saja.
Pertempuran antara pejuang Bandung dan pasukan sekutu pecah
pada tanggal 6 Desember tahun 1945. Pihak sekutu memberikan perintah
agar pasukan TKR secepat mungkin meninggalkan wilayah kota
Bandung. Setelah pemerintah pusat Republik Indonesia di Jakarta
mendengar hal tersebut, kemudian memerintahkan Tentara Keamanan
Rakyat untuk mengosongkan kota Bandung. Hal tersebut terpaksa
dilakukan demi keselamatan masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Perintah yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ternyata berbeda
dengan perintah yang dikeluarkan dari markas Tentara Keamanan Rakyat
yang saat itu berada di kota Yogyakarta. Perintah dari markas TKR yaitu
pasukan TKR tetap bertahan di kota Bandung. Pada saat itu, pihak sekutu
membagi bandung menjadi 2 sektor, yaitu Bandung Selatan dan bandung
Utara. Kemudian pihak sekutu memberi perintah agar masyarakat
Indonesia yang berada di kota Bandung Utara segera mengkosongkan
kota tersebut.
Suasana dan situasi Kota Bandung semakin panik, genting dan
mencekam. Pejuang di Kota Bandung merasa kebingungan harus
mengikuti instruksi yang mana, karena terdapat dua instruksi yang
berlainan. Keputusan pun harus segera dibuat, akhirnya pejuang
13
kemerdekaan memutuskan untuk melakukan serangan dengan sekala
besar terhadap pasukan sekutu. Serangan tersebut terjadi pada tanggal 24
Maret tahun 1946. Serangan yang dilakukan para pejuang di Bandung
tertuju pada pos-pos yang digunakan tentara sekutu. Selain serangan,
para pejuang juga melakukan pembakaran seluruh isi dari kota Bandung
Utara.
14
kerugian. Karena tujuan sekutu dari awal sejak mereka datang ke
Bandung adalah untuk menghancurkan kota Bandung.
e. Agresi Militer I
Aksi yang dilakukan ini merupakan respon Belanda atas perjanjian
Linggarjati. Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan
bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal
21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Tujuan utama agresi
Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah
yang memiliki sumber daya alam.
15
Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan
tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisucipto, Komodor
Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I
Adisumarmo Wiryokusumo.
Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik antara Republik
Indonesia dengan Belanda sebagai The Indonesian Question. Atas
tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947
Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi
Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran
f. Agresi Militer II
Setelah perjanjian Renville pihak Belanda rupanya belum menyerah
juga, mereka masih ingin menguasai Indonesia seutuhnya, sehingga pada
19 Desember 1948 mereka melancarkan Agresi Militer Belanda II.
Peristiwa tersebut diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu
kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta,
Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Serangan dibuka tanggal 19 Desember 1948. Dengan taktik perang
kilat (blitkrieg), Belanda melancarkan serangan di semua front di daerah
Republik Indonesia. Serangan diawali dengan penerjunan pasukan
payung di Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto) dan dengan
gerak cepat berhasil menduduki kota Yogyakarta. Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta memutuskan untuk tetap tinggal di ibukota,
walaupun mereka tahu bahwa dengan demikian mereka akan ditawan
oleh musuh. Alasannya, agar mereka dapat melakukan kegiatan
diplomasi dengan pihak Belanda. Di bawah pimpinan Jendral
Soedirman, Indonesia merespon dengan melakukan perang gerilya,
terjadi mobilisasi daerah pelosok untuk mendukung pergerakan Jendral
Soedirman.
16
Gambar 6. Suasana kota Yogjakarta saat agresi militer II
Sumber : https://bit.ly/2qWoO0n
Tekanan terhadap pasukan Belanda ditingkatkan. Penghadangan
terhadap konvoi perbekalan tentara Belanda berhasil dilakukan.
Serangan umum yang dilaksanakan terhadap kota-kota yang diduduki
Belanda mulai dilaksanakan oleh pasukan TNI. Serangan yang paling
terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta
di bawah pimpinan Komandan Brigade X/Wehrkreise III, Letnan
Kolonel Soeharto. Pasukan ini berhasil menduduki kota Yogyakarta
selama 6 jam. Sementara itu, Sri Sultan Hamengkubuwana IX menolak
kerja sama dari Belanda. Sultan mendukung segala tindakan para
pemimpin gerilya. Pada tanggal 24 Januari 1949 Dewan keamanan PBB
mengeluarkan resolusi agar Republik Indonesia dan Belanda segera
menghentikan permusuhan. Kegagalan Belanda di medan tempur dan
tekanan Amerika Serikat yang mengancam akan memutuskan bantuan
ekonomi dan keuangan memaksa Belanda untuk kembali ke meja
perundingan.
Akibat dari konfrontasi fisik yang berlangsung dengan Belanda
pasca Proklamasi menimbulkan banyak masalah sosial di Indonesia. Pola
makan yang berubah, pola hidup yang berubah serta tekanan-tekanan
sosial ekonomi yang menghimpit menyebabkan perubahan mendasar
dalam aspek fisik maupun psikologi masyarakat. Dalam aspek fisik
17
nyata terlihat kemiskinan endemis yang makin meluas, kesehatan yang
merosot serta angka kematian yang tinggi. Dalam apek non fisik, terlihat
kemiskinan mentalitas akibat rongrongan dan ketakutan yang tidak
proporsional. Kegelisahan komunal dan ketidaktentraman kultural yang
makin meningkat frekuensinya. Dapat dikatakan bahwa keadaan petani
dan masyarakat pedesaan di jawa berada dalam tingkat yang sangat
buruk. Oleh Scott disebut sebagai “subsistence level”, yaitu tingkat
pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Pemikiran yang digunakan adalah
bagaimana mereka dapat sekedar bertahan hidup, dalam situasi yang
makin memburuk dan suasana yang makin tak menentu kapan akan
berakhir.
18
1945, revolusi sosial dan revolusi komunis menghasilkan jargon
“Revolusi Belum Selesai” sangat relevan yang terus menguat, sehingga
mempermudah Soekarno menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin
untuk meraih dominasi politik. Dalam konteks Demokrasi Terpimpin
hubungan Soekarno selaku Presiden menjadi dekat dengan PKI.
Puncaknya adalah terjadinya peristiwa G30S/PKI yang menjadi salah
satu penyebab runtuhnya era orde lama.
19
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda juga menutup pintu
perdagangan luar negeri Indonesia. Menteri keuangan pada masa itu Ir.
Surachman dengan persetujuan BP-KNIP melakukan program pinjam
nasional. Pada Februari 1946 dilakukan konferensi ekonomi untuk
mengatasi produksi, dan distribusi makanan, sandang dan masalah
administrasi perkebunan.
Pada masa demokrasi liberal kebijakan yang dibuat antara lain,
Gunting Syarifuddin. Yakni pemotongan nilai uang agar mengurangi
jumlah uang yang beredar agar tingkar harga turun. Selain itu juga
dilakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada
bulan Desember 1951 dengan fungsi bank sentral dan sirkulasi. Program
Benteng pada kabinet Natsir, yakni dengan menumbuhkan wiraswastawan
pribumi dan mendorong importir nasional untuk dapat bersaing dengan
perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan
memberikan lisensi impornya kepada pribumi. Namun usaha ini tidak
berhasil karena sifat pengusaha lokal yang cenderung konsumtif sehingga
tidak dapat bersaing.
Pada masa kabinet Ali Sastroamidjoyo I diberlakukan sistem
ekonomi Ali-Baba. Sistem ini berupa penggalangan kerjasama antara
pengusaha lokal dengan pengusaha china. Pengusaha china diwajibkan
memberikan pelatihan pada pengusaha lokal dan juga pemerintah
menyediakan kredit lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini
juga tidak berhasil karena pengusaha lokal hanya dijadikan alat untuk
mendapat bantuan kredit dari pemerintah.
Pada era demokrasi terpimpin, konsep ekonomi Berdikari dengan
konsep Trisakti yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno sebagai respon
atas sulitnya mendapat bantuan internasional. Pada masa ini struktur
ekonomi segalanya diatur oleh pemerintah pusat yang diharapkan
membawa kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan
ekonomi. Devaluasi nilai mata uang dilakukan sebanyak dua kali pada tahun
1959 dan 1965 yang dimaksudkan untuk menekan inflasi namun justru
20
meningkatkan inflasi. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama
adalah terjadi hiper inflasi yang mencapai lebih 500% pada akhir tahun
1965. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya
mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya
dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman,
masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang
berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut
politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara
4. Kehidupan Politik Masa Orde Lama
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia disepakati bahwa
konstitusi yang digunakan adalah UUD 1945 yang disahkan dalam sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945, bentuk negara Indonesia adalah kesatuan
dan sistem pemerintahannya presidensil yang bergeser ke parlementer.
Semula, Presiden menjabat kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
dan menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden, namun aturan
tersebut tidak bertahan lama. Selain itu berdasarkan ketentuan pasal IV
aturan peralihanUUD 1945 sebelum MPR, DPR dan dewan pertimbangan
agung terbentuk presiden akan menjalankan kekuasannya dengan bantuan
komite nasional (KNIP). KNIP sendiri dijalankan oleh badan pekerja yang
diketuai oleh Sutan Syahrir. KNIP yang semula berperan sebagai pembantu
presiden berubah menjadi badan legislatif. Menteri kemudian tidak lagi
bertanggungjawab kepada presiden tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.
Pada tanggal 14 November 1945 terbentuklah kabinet parlementer dengan
perdana menteri Sutan Syahrir. Sistem kepartaian yang digunanakan adalah
sistem multipartai. Alat perlengkapannya adalah Presiden dan wakil,
Menteri, MPR, DPR (yang kemudian dipegang oleh KNIP, dewan
pertimbangan agung, Mahkamah Agung, dan badan pemeriksa keuangan.
Pada periode ini juga terjadi beberapa perundingan dengan Belanda yang
masih ingin menguasai Indonesia, beberapa perundingan itu antara lain :
a. Perundingan Linggajati
21
Perundingan linggajati merupakan adalah suatu perundingan antara
Indonesia dan Belanda di Linggajati, Jawa Barat yang menghasilkan
persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan
ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan
ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947.
Beberapa hasil perundingan tersebut antara lain : (1) Belanda mengakui
secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan
Madura, (2) Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat
tanggal 1 Januari 1949, (3) Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat
membentuk negara RIS, (4) Dalam bentuk RIS Indonesia harus
tergabung dalam Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda
dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala unit.
22
dihentikan. Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi
Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak
tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara resmi menggunakan nama
Indonesia, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, yaitu
resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kemudian resolusi No. 30 dan
31 tanggal 25 Agustus 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947,
serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
selalu menyebutkan konflik antara Republik Indonesia dengan Belanda
sebagai The Indonesian Question. Atas tekanan Dewan Keamanan PBB,
pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan
akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan
pertempuran.
b. Perjanjian Renville
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan
Belanda yang ditanda tangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal
perang Amerika Serikat USS Renville yang berlabuh di Tanjung Priok
Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan
ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices
23
for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.
Perjanjian ini diadakan untuk menyelesaikan perselisihan atas Perjanjian
Linggarjati tahun 1946. Perjanjian ini berisi batas antara wilayah
Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis Van Mook. Pihak yang
hadir pada perundingan Renville antara lain : (1) Delegasi Indonesia di
wakili oleh Amir syarifudin (ketua), Ali Sastroamijoyo, H. Agus Salim,
Dr.J. Leimena, Dr. Coatik Len, dan Nasrun, (2) Delegasi Belanda di
wakili oleh R.Abdul Kadir Wijoyoatmojo (ketua), Mr. H..A.L. Van
Vredenburg, Dr.P.J. Koets, dan Mr.Dr.Chr.Soumokil, (3) PBB sebagai
mediator di wakili oleh Frank Graham (ketua), Paul Van Zeeland, dan
Richard Kirby.
Isi perjanjian renville yang disepakati antara lain: (1) Belanda berdaulat
atas Indonesia sebelum Indonesia mengubah menjadi RIS (Republik
Indonesia Serikat), (2) Belanda hanya mengakui Jawa tengah,Yogjakarta,
dan Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia, (3)Disetujuinya
sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan
daerah pendudukan Belanda, (4) TNI harus ditarik mundur dari daerah-
daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa
Timur.
25
Indonesia untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda.
26
Hasil keputusan Konferensi Meja Bundar disampaikan kepada
Komite Nasional indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya, KNIP melakukan
sidang dari tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil dari
KMB. KNIP resmi menerima hasil KMB. Lalu pada tanggal 15
Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden Republik Indonesia Serikat
(RIS) dengan caIon tunggal Ir. Soekarno yang akhirnya terpilih sebagai
presiden. Kemudian Ir. Soekarno dilantik dan diambil sumpahnya pada
tanggal 17 Desember 1949.
Setelahnya pada tanggal 23 Desember 1949 perwakilan RIS
berangkat ke negeri Belanda untuk menandatangani akta penyerahan
kedaulatan. Pada tanggal 27 Desember 1949, pada kedua negara,
Indonesia dan negeri Belanda dilaksanakan upacara penandatanganan
akta penyerahan kedaulatan Indonesia.
Periode berikutnya setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
adalah periode 1950-1959. Pada periode ini presiden Soekarno
memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus
1950 sampai 6 Juli 1959. Pada periode ini diberlakukan sistem
Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal dan
diberlakukannya UUDS 1950. Pemerintahan dijalankan oleh Perdana
Menteri, dan Presiden hanya sebagai lambang. Sistem Demokrasi Liberal
ternyata membawa akibat yang kurang menguntungkan bagi stabilitas
politik. Berbagai konflik muncul ke permukaan. Misalnya konflik
ideologis, konflik antar kelompok dan daerah, konflik kepentingan antar
partai politik.
Adanya pergantian kabinet yang silih berganti mengakibatkan
pembangunan tidak berjalan lancar,masing-masing partai lebih
memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Kondisi
perpolitikan di Indonesia sebelum dilaksanakan Pemilu tahun 1955 ada
dua ciri yang menonjol, yaitu munculnya banyak partai politik
(multipartai) dan sering terjadi pergantian kabinet/ pemerintahan. Pada
27
masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik
yang tidak stabil. Tercatat ada tujuh kabinet pada masa ini. Kabinet
tersebut antara lain :
1) Kabinet Natsir
28
2) Kabinet Sukiman
29
Barat ke dalam wilayah RI secepatnya. Kabinet Sukiman tidak
mampu bertahan lama dan jatuh pada bulan Februari 1952. Penyebab
jatuhnya kabinet ini adalah karena diserang oleh kelompok sendiri
akibat kebijakan politik luar negeri yang dinilai terlalu condong ke
Barat atau pro-Amerika Serikat. Pada saat itu, kabinet Sukiman telah
menendatangani persetujuan bantuan ekonomi, teknologi, dan
persenjataan dengan Amerika Serikat. Dan persetujuan ini ditafsirkan
sebagai masuknya Indonesia ke Blok Barat sehingga bertentangan
dengan program kabinet tentang politik luar negeri bebas aktif.
3) Kabinet Wilopo
30
yang menggangu stabilitas polotik Indonesia. Ketika kabinet Wilopo
berusaha menyelesaikan sengketa tanah perusahaan asing di Sumatera
Utara, kebijakan itu ditentang oleh wakil-wakil partai oposisi di DPR
sehingga menyebabkan kabinetnya jatuh pada 2 Juni 1953 dalam usia
14 bulan.
4) Kabinet Ali Satroamijoyo (Kabinet Ali-Wongsonegoro)
31
Wongsonegoro adalah perselisihan pendapat anatara TNI-AD dan
pemerintah tentang tata cara pengangkatan Kepala Staf TNI-AD.
5) Kabinet Burhanudin Harahap
32
6) Kabinet Ali Satroamijoyo II
Kabinet keenam terbentuk pada tanggal 24 Maret 1956 di
pimpin oleh Ali Satroamijoyo. Kabinet Ali II merupakan kabinet
pertama hasil pemilihan umum. Program kerja Kabinet Ali II : (1)
Menyelesaikan pembatalan hasil KMB, (2) Menyelesaikan masalah
Irian Barat, (3) Pembentukan provinsi Irian Barat, (4) Menjalankan
politik luar negeri bebas aktif. Kabinet Ali II ini pun tidak berumur
lebih dari satu tahun dan akhirnya digantikan oleh kabinet Juanda
7) Kabinet Juanda
33
Indonesia sadar bahwa UUD 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak
cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Akhirnya, Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta
merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat
adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit
Presiden yang isinya: (1) Pembubaran Konstituante, (2) Berlakunya
Kembali UUD 1945, (3) Tidak berlakunya UUDS 1950, (4) Pembentukan
MPRS dan DPRS.
Periode kepemimipinan Soekarno selanjutnya ada pada periode
demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1965. Langkah yang dilakukan oleh
presiden Soekarno untuk membangun Indonesia pada tahun 1960-an
adalah menggunakan konsep “revolusi belum selesai”. Konsep tersebut
merupakan konsep yang digunakan Soekarno untuk menolak ideologi
barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia setelah
berdirinya suatu negara (Indonesia). Pada masa Demokrasi Presidensial
terdapat empat kekuatan partai yang mengisi parlemen yaitu NU,
Masyumi,PNI dan PKI. Namun pada kenyataannya Soekarno lebih
memilih partai Komunis Indonesia (PKI) dikarenakan politik poros
Soekarno yang lebih cenderung ke negara Sosialis hal tersebut dibuktikan
dengan poros Jakarta-Peking, Jakarta-Hanoi. Hal tersebut melanggar
Undang- Undang Dasar Indonesia yang berpolitik secara bebas aktif.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, presiden Soekarno telah
memberikan tempat bagi PKI dalam sistem perpolitikan nasional karena
menurut Soekarno, PKI telah terbukti mempunyai basis masa terbesar di
Indonesia daripada partai-partai lain, atas posisi tersebut Soekarno yang
melaksanakan konsepsi NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis)
sebagai landasan Demokrasi Terpimpin dan kolektivitas berbagai partai
menjadi satu. Konsep revolusi yaitu revolusi nasional 17 Agustus 1945,
revolusi sosial dan revolusi komunis menghasilkan jargon “Revolusi
Belum Selesai” sangat relevan yang terus menguat, sehingga
mempermudah Soekarno
34
menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin untuk meraih dominasi politik.
Dalam konteks Demokrasi Terpimpin hubungan Soekarno selaku Presiden
menjadi dekat dengan PKI.
Arah politik luar negeri Indonesia juga terjadi penyimpangan dari
politik luar negeri bebas-aktif menjadi condong pada salah satu poros.
Pada masa itu diberlakukan politik konfrontasi yang diarahkan pada
negara-negara kapitalis, seperti negara-negara Eropa Barat dan Amerika
Serikat. Politik konfrontasi dilandasi oleh pandangan tentang Nefo (New
Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces). Nefo merupakan
kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif
revolusioner (termasuk Indonesia dan negara- Negara kornunis umumnya)
yang anti imperialisme dan kolonialisme. Sedangkan Oldefo merupakan
kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-negara kapitalis yang
neokolonialis dan imperialis (Neokolim).
Perwujudan poros anti imperialisme dan kolonialisme itu dibentuk
poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong Yang. Akibatnya ruang
gerak diplomasi Indonesia di forum internasional menjadi sempit, karena
berkiblat ke negera-negara komunis. Selain itu, pemerintah juga
menjalankan politik konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini disebabkan
pemerintah tidak setuju dengan pembentukkan negara federasi Malaysia
yang dianggap proyek neo kolonialisme Inggris yang membahayakan
Indonesia dan negara-negara blok Nefo. Para pemimpin PKI, Aidit, Njoto,
dan lain-lain yang menuliskan statemen politik mereka dalam slogan-
slogan Demokrasi Terpimpin dan menegaskan sikap mendukung Manipol
juga harus mendukung Nasakom dan Resopim.
Pada masa ini juga Indonesia keluar dari keanggorannya sebagai
anggota PBB. Penyebab utama Indonesia keluar dari PBB adalah
diterimanya Malaysia sebagai anggota Dewan Keamanan (DK) tidak tetap
PBB. Dengan masuknya Malaysia menjadi anggota DK tidak tetap PBB,
maka Presiden Sukarno berpidato di depan Sidang Umum PBB dengan
judul “Membangun Dunia Kembali”. Karena PBB tetap menerima
35
Malaysia menjadi anggota DK, maka pada tanggal 7 Januari 1965 dengan
terpaksa Presiden Sukarno memutuskan Indonesia keluar dari PBB. Secara
resmi keluarnya Indonesia dari PBB dinyatakan oleh Menlu Subandrio.
Akibat keluarnya Indonesia dari PBB adalah Indonesia semakin terkucil
dari pergaulan internasional.
Ciri-ciri periode ini ialah dominasi yang sangat kuat dari presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Undang-Undang
Dasar 1945 memberi kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan
selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi Ketetapan MPRS No.
III/MPRS/1963 yang mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur
hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini. Tahun 1960
Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil
pemilihan umum, padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang
untuk berbuat demikian.
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang menggantikan
Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum ditonjolkan peranannya
sebagai pembantu Presiden, sedangkan fungsi kontrolnya ditiadakan.
Bahkan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dijadikan menteri sehingga
fungsi mereka lebih sebagai pembantu presiden dari pada wakil rakyat.
Kuatnya posisi presiden juga merambah dalam bidang-bidang lain di luar
bidang eksekutif. Berdasarkan Undang- Undang No. 19 tahun 1964
Presiden diberi wewenang untuk campur tangan di bidang yudikatif. Dan
masih Banyak lagi penyimpangan-penyimapangan terhadap Undang-
Undang Dasar 1945. Puncaknya pecahnya peristiwa G 30 S/PKI telah
mengakhiri periode demokrasi terpimpin dan membuka jalan untuk di
mulainya masa demokrasi Pancasila. Maka Presiden Soekarno
mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) yang
ditujukan bagi Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap
perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit
dikendalikan. Pada tanggal 12 Maret 1967
36
Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden Republik Indonesia
oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution.
E. Rangkuman
Berikut ini adalah rangkuman berdasarkan uraian materi di atas :
1. Kehidupan sosial pada masa revolusi lebih banyak diwarnai dengan
pertempuran fisik untuk mempertahankan wilayah Indonesia dari upaya
Belanda untuk merebut kembali Indonesia. banyak korban jiwa yang muncul
dari rakyat Indonesia. Pada periode demokrasi Liberal kehidupan sosial
dipengaruhi oleh beberapa pergantian kabinet dan juga kebijakan politik, orde
lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat yang berdiri diatas
demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara
termasuk dalam bidang pendidikan. Pada era demokrasi terpimpin kebijakan
politik yang dibuat Soekarno melaksanakan konsepsi NASAKOM (Nasional,
Agama dan Komunis) sebagai landasan Demokrasi Terpimpin dan
kolektivitas berbagai partai menjadi satu juga mempengaruhi kondisi sosial.
Masyarakat seolah-olah terpecah menjadi kelompok nasionalis, agamis, dan
juga komunis.
2. Kehidupan ekonomi pada masa awal Pada masa pasca proklamasi
kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang
cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup
mengontrol mata uang asing yang beredar di Indonesia, terutama mata uang
Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan bea cukai dalam
keadaan nihil, begitu juga dengan pajak. Pada masa demokrasi liberal
kebijakan yang dibuat antara lain, Gunting Syarifuddin. Yakni pemotongan
nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkar harga
turun. Selain itu juga dilakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia pada bulan Desember 1951 dengan fungsi bank sentral dan
sirkulasi. Program Benteng pada kabinet Natsir, yakni dengan menumbuhkan
wiraswastawan pribumi. Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo I diberlakukan
sistem ekonomi Ali-Baba. Sistem ini berupa penggalangan kerjasama antara
pengusaha lokal dengan pengusaha china. Pada era demokarsi terpimpim
37
konsep ekonomi Berdikari dengan konsep Trisakti yang dikeluarkan oleh
Presiden Soekarno sebagai respon atas sulitnya mendapat bantuan
internasional. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak
seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga
memadukannya dengan nasionalisme ekonomi
3. Kehidupan politik pada masa awal orde lama dilakukan dengan beberapa
perundingan dengan Belanda, perundingan tersebut antara lain perundingan
Linggarjati, Perjanjian Renville, dan konferensi meja bundar dalam upaya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada masa demokrasi liberal
kehidupan politik lebih banyak dipengaruhi oleh seringnya pergantian kabinet
yang ada. Tercatat ada tujuh kabinet yang ada pada periode ini, kabinet
tersebut adalah kabinet Natsir, Kabinet Sukiman, kabinet Wilopo, kabinet Ali
Satroamijoyo, kabinet Burhanudin harahap, dan kabinet AliSatroamijoyo II.
Pada masa ini merupakan dicirikan dengan dominasi yang kuat dari Presiden
Soekarno terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh
komunis, dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Pada
periode ini juga Presiden Soekarno membubarkan DPR-GR dan juga
terjadinya peristiwa G30S PKI yang kemudian menjatuhkan Presiden
Soekarno dari posisi Presiden Indonesia
38
F. Tes formatif
1. Perhatikan data berikut ini :
(1) Jawa
(2) Sumatra
(3) Madura
(4) Sulawesi
(5) Kalimantan
Berdasarkan data diatas yang termasuk wilayah Indonesia berdasarkan
perjanjian linggarjati adalah ...
a. 1-2-3
b. 1-2-4
c. 2-3-4
d. 3-4-5
e. 1-3-5
2. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Belanda masih
berupaya untuk mengambil kembali beberapa wilayah di Indonesia, hal
tersebut menimbulkan beberapa pertempuran dengan Belanda demi
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berikut ini yang bukan latar
belakang terjadinya peristiwa 10 November 1945 adalah ...
a. Pendudukan Jepang dan perobekan bendera di hotel yamato.
b. Perobekan bendera di hotel yamato dan meninggalnya Brigadir
Jenderal Kirby.
c. Pembunuhan tokoh agama dan meninggalnya Brigadir Jenderal
Mallaby.
d. Pembunuhan tokoh agama dan meninggalnya Brigadir Jenderal
Kirby.
e. Perobekan bendera di hotel yamato dan pembunuhan tokoh agama.
3. Perhatikan data berikut ini ;
(1) Belanda berdaulat atas Indonesia sebelum Indonesia mengubah
menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat).
39
(2) Belanda hanya mengakui jawa tengah, Yogjakarta, dan Sumatera
bagian wilayah Republik Indonesia.
(3) Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan
wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda.
(4) TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
(5) Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia,
yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
(6) Belanda menyerahkan ganti rugi perang kepada Indonesia sebesar
45.000 Gulden.
Berdasarkan data diatas yang merupakan isi dari perjanjian Renville
adalah ...
a. 1-3-5-6
b. 1-2-4-6
c. 2-3-4-5
d. 3-4-5-6
e. 1-2-3-4
4. Untuk memenuhi kebtuhan hidup masyarakat, sebuah negara harus
menentukan mata uang yang berlaku di negaranya sebagai alat
pembayaran yang sah. Berikut ini mata uang yang beredar setelah
proklamasi kemerdekaan adalah ...
a. De Javasche Bank, mata uang NICA dan ORI
b. De Indische Bank, mata uang NICA dan ORI
c. De Javasche Bank, mata uang NICA dan mata uang Inggris
d. De Javasche Bank, De Indische Bank dan mata uang Inggris
e. De Javasche Bank, De Indische Bank dan mata uang NICA
5. Perwujudan poros anti imperialisme dan kolonialisme yang dibentuk oleh
Soekarno di era demokrasi terpimpin yakni?
a. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Kuala Lumpur
b. Jakarta-Amsterdam-Hanoi-Peking-Pyong Yang
c. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong Yang
40
d. Jakarta-Phnom Penh-Kyoto-Peking-Pyong Yang
e. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Osaka
6. Pada era demokrasi terpimpin kebijakan politik yang dibuat Soekarno
melaksanakan konsepsi NASAKOM, yakni ...
a. Nasioalis – Agamis – Komunis
b. Nasioalis – Terpimpin – Komunis
c. Nasioalis – Agamis – Terpimpin
d. Terpimpin – Agamis – Komunis
e. Nasioalis – Aktif – Komunis
7. Perhatikan data berikut ini :
(1) Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS)
sebagai sebuah negara yang merdeka.
(2) Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu
setahun, sesudah pengakuan kedaulatan.
(3) Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk bekerja sama dengan status
sukarela dan sederajat.
(4) Republik Indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda
yang dari tahun 1942.
(5) Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu
Jawa, Sumatera dan Madura.
(6) TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Berdasarkan data diatas yang merupakan hasil konferensi meja bundar
adalah...
a. 1-2-4-6
b. 2-3-4-5
c. 3-4-5-6
d. 1-2-3-4
e. 2-4-5-6
8. Kebijakan yang di keluarkan pada masa demokrasi liberal salah satunya
adalah Gunting Syarifuddin. Kebijakan tersebut berisi ...
41
a. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga naik
b. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga turun
c. Penaikan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun
d. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga naik
e. Pemotongan nilai uang agar menaikan jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun
9. Dominasi yang sangat kuat dari presiden, terbatasnya peranan partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Ciri tersebut muncul pada era ...
a. Demokrasi terpimpin
b. Demokrasi liberal
c. Demokrasi pancasila
d. Demokrasi serikat
e. Demokrasi otoriter
10. Isi dekrit presiden 5 Juli 1959 adalah ....
a. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
b. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
c. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
d. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
e. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
42
G. Daftar Pustaka
Lane, Max. 2007. Bangsa yang Belum Selesai. Jakarta: Reform Institut.
Nugroho, Arifin Suryo & Ipong Jazimah. 2011. Detik-Detik Proklamasi : Saat-
Saat Menegangkan Menjelang Kemerdekaan. Yogyakarta : Pustaka
Narasi.
43
H. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. A
2. B
3. E
4. A
5. C
6. A
7. D
8. B
9. A
10. D
44
45