Anda di halaman 1dari 97

Modul 2 Perubahan dan Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa

Pergerakan Nasional Sampai Reformasi dan Aplikasinya dalam


Pembelajaran IPS

Penulis :
Fredy Hermanto S.Pd., M.Pd.

ISBN :

Penelaah:
Dr. Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd.

Penyunting :

Desain Sampul dan Tata Letak : Amelia Abdul Malik

Penerbit : KemendikbudRistek

Redaksi :
Kompleks Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Gedung A Lt. 2,
Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat 10270
Telepon: (021) 5733353

Distributor Tunggal:

Cetakan Pertama : 2019


Cetakan Kedua. : 2022 (revisi)

Hak cipta © dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak modul ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, atas karunia rahmat dan petunjuknya
kepada kepada penulis sehingga modul dua ini dapat terselesaikan. Harapan
penulis, semoga modul ini dapat bermanfaat dan membantu pembaca dalam
melaksanakan program PPG. Modul Perubahan Dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai Reformasi Dan
Aplikasinya Dalam Pembelajaran IPS ini, merupakan modul ke dua dari enam
modul pendalaman materi pada mata pelajaran IPS. Dalam modul dua ini terdapat
empat kegiatan belajar, yang pada masing-masing kegiatan belajar terdapat tes
formatif serta tes sumatif untuk seluruh kegiatan belajar
Penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Kementerian
Pendidikan danKebudayaan yang telah mendukung serta membantu penulis untuk
menyelesaikan modul dua ini. Serta kepada pihak-pihak lain yang penulis tidak dapat
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa modul ini belum sempurna dan masih memiliki
banyak kekurangan, baik secara materi maupun susunan bahasanya. Sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan modul
ini.

Semarang, Juni 2022


Penulis

iii
DAR2/Profesional/100/2/2022

PENDALAMAN MATERI

MODUL 2

PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM


KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA PERGERAKAN
NASIONAL SAMPAI REFORMASI DAN APLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN IPS

KEGIATAN BELAJAR 1
PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM KEHIDUPAN BANGSA
INDONESIA MASA PERGERAKAN NASIONAL SAMPAI
PENDUDUKAN JEPANG

Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


2022
iv
Daftar Isi
KB 1 Perubahan dan Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Pergerakan Nasional sampai Pendudukan Jepang
A Pendahuluan …………………………………………………….. vii
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… Ix
C Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………. ix
D Uraian Materi ……………………………………………………. 1
E Rangkuman ……………………………………………………… 39
F Tes Formatif KB 1 ………………………………………………. 40
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 44
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1 ……………………………… 45

v
A. Pendahuluan
Peserta PPG yang berbahagia, semoga Saudara dalam keadaan sehat
sehingga dapat mempelajari modul ini. Pada kesempatan kali ini Saudara akan
mempelajari modul 2 IPS pada KB 1 dengan judul Perubahan dan
Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan
Nasional sampai Pendudukan Jepang. Pada KB 1 ini terdiri atas pendahuluan,
capaian pembelajaran (CP), sub-capaian pembelajaran, uraian Materi,
rangkuman, tes formatif, daftar pustaka. Selamat mempelajari modul 2 KB 1,
semoga Saudara sukses selalu.
Perjalanan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan tidak
didapatkan dengan mudah. Banyak korban baik jiwa, harta, benda maupun
pikiran dan ide yang muncul dari rakyat Indonesia demi mendapatkan
kemerdekaan. Gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dimulai dari
munculnya organisasi-organisasi pergerakan di Indonesia, hingga kemudian
masuknya Jepang ke Indonesia. Perjuangan mencapai puncaknya saat
proklamasi kemerdekaan dikumandangkan oleh Soekarno dan Hatta. Pada
modul ini Saudara akan mendapatkan materi mengenai kehidupan bangsa
Indonesia pada masa pergerakan nasional sampai kemerdekaan. Materi yang
ada pada modul ini adalah: politik etis dan pergerakan nasional, sifat organisasi
pergerakan nasional, pendudukan Jepang, dan kronologi proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Proses pembelajaran untuk materi Perubahan dan Kesinambungan dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional sampai Reformasi
dan Aplikasinya dalam Pembelajaran IPS yang sedang Saudara ikuti saat ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah
belajar sebagai berikut.
1. Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam modul mulai
tahap awal sampai akhir.
2. Lakukan kajian terhadap materi Perubahan dan Kesinambungan
dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pergerakan Nasional
sampai Reformasi yang telah ada.

vi
3. Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajarnya dengan seksama.
4. Keberhasilan proses belajar Saudara dalam modul ini sangat
bergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5. Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur atau
dosen yang mengajar Saudara.
Selamat belajar, semoga Saudara sukses memahami pengetahuan yang
diuraikan dalam modul ini untuk menjadi bekal Saudara mengajar dengan baik.

B. Capaian Pembelajaran (CP)


Capaian pembelajaran yang akan Saudara dapatkan setelah mempelajari
modul ini adalah Saudara mampu menjelaskan kehidupan bangsa Indonesia
pada masa pergerakan nasional sampai proklamasi kemerdekaan Indonesia.
C. Sub-Capaian Pembelajaran
Setelah Saudara mempelajari modul ini secara mandiri, maka Saudara akan
memiliki kemampuan:
1. Mampu menjelaskan kehidupan bangsa Indonesia pada masa pergerakan
nasional sampai kemerdekaan.
2. Mampu menganalisis hubungan antara politik etis dan munculnya
pergerakan nasional.
3. Mampu membandingkan sifat perjuangan organisasi pergerakan nasional
4. Mampu membandingkan sifat perjuangan tokoh nasional pada masa
pendudukan Jepang.
5. Mampu menjelaskan kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

vii
D. Uraian Materi
1. Politik Etis (Trias Van De Venter)
Peperangan di tanah koloni membuat Belanda mengalami kerugian
ekonomi begitu besar. Di samping itu, Perang Kemerdekaan Belgia dimana
Belgia ingin memisahkan diri dari Belanda, juga menyebabkan terkurasnya
kas negeri Belanda. Mengatasi kas negara yang kosong, Pemerintah Belanda
mengirimkan Gubernur Jenderal yang baru, yakni Johannes Van Den Bosch
ke Indonesia.
Van Den Bosch mengeluarkan satu sistem budi daya tanaman yang
dikenal dengan kebijakan cultuurstelsel yang kemudian dikenal dengan
sebutan sistem tanam paksa. Kebijakan sistem tanam paksa tersebut berisi :
(1) penduduk desa diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya atau lebih,
untuk ditanami tanaman yang laku dijual di pasaran dunia, (2) tanah yang
disediakan untuk penanaman tanaman yang laku dijual di pasaran dunia
dibebaskan dari pembayaran pajak tanah, (3) hasil panen dari penanaman
tanaman yang laku dijual di pasaran dunia tersebut harus diserahkan kepada
pemerintah Hindia Belanda. Setiap kelebihan hasil tanaman dari jumlah
pajak yang harus dibayar, akan dibayarkan kembali kepada rakyat, (4)
wajib tanam paksa dapat diganti dengan penyerahan tenaga untuk
pengangkutan dan pekerjaan di pabrik, (5) kegagalan panen akan menjadi
tanggungan pemerintah, (6) penggarapan penanaman tanaman yang laku
dijual di pasaran dunia tersebut di bawah pengawasan langsung dari kepala-
kepala pribumi. Kepala-kepala Belanda mengawasi secara umum jalannya
penggarapan sampai pengangkutannya.
Dalam pelaksanaannya sistem tanam paksa tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku. Beberapa penyimpangan yang muncul antara lain, : (1) lebih
dari seperlima tanah, yaitu sepertiga dan bahkan setengah dari sawah milik
pribumi digunakan sebagai area tanam paksa, (2) tanah yang digunakan
untuk penanaman tanaman tersebut tetap dikenakan pajak sehingga tidak
sesuai dengan perjanjian, (3) kelebihan hasil tidak dikembalikan kepada
rakyat atau pemilik tanah, tetapi dipaksa untuk dijual kepada pihak Belanda
dengan harga yang sangat murah, (4) Waktu untuk bekerja untuk tanaman
yang dikehendaki pemerintah Belanda, jauh melebihi waktu yang telah

1
ditentukan. Akibat dari penyimpangan aturan dalam sistem tanam paksa
tersebut menimbulkan kerugian serta penderitaan yang cukup besar bagi
kaum pribumi. Penderitaan fisik dan mental menimbulkan kemiskinan dan
kematian di berbagai daerah koloni, seperti Cirebon, Kendal, dan Grobogan,
sementara bagi Belanda sistem tersebut tentunya sangat menguntungkan
mereka, kondisi perekonomian negara Belanda kembali pulih.
Penderitaan kaum pribumi akibat dari diberlakukannya sistem tanam
paksa oleh Belanda mulai mendapatkan perhatian dari beberapa kelompok
di negeri Belanda. Sebagian orang Belanda mulai prihatin terhadap
kesejahteraan penduduk pribumi. Bangsa Indonesia membutuhkan sebuah
perubahan kehidupan perekonomian dan pendidikan.
Kaum etis yang dipelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran
De Locomotief) dan Conrad Theodore Van Deventer (politikus) mengkritik
kebijakan pemerintah Belanda kepada kaum pribumi di Indonesia. Van De
Venter yang menulis pada majalah De Gids tahun 1899. Dia mengatakan
bahwa Indonesia telah berjasa membantu pemerintah Belanda
memulihkan keuangannya meskipun dengan penuh pengertian. Oleh sebab
itu, sudah sewajarnya kalau kebaikan orang Indonesia itu dibayar kembali.
Oleh karena itu, menurut Van De Venter, hutang budi itu harus dibayar
dengan peningkatan kesejahteraan melalui triasnya yang terdiri dari irigasi,
edukasi , dan migrasi. Pada tahun 1901, kebijakan tersebut oleh Ratu
Wihelmina dijadikan sebagai kebijakan Belanda terhadap Indonesia, yang
kemudian dikenal dengan sebutan politik etis.
Isi dari Politik Etis adalah:
1. Irigasi (Pengairan). Kebijakan ini bertujuan untuk mengairi lahan
pertanian inlander (penduduk pribumi) dengan membangun dan
memperbaiki saluran pengairan dan bendungan. Pengairan diperlukan
agar rakyat dapat mengairi lahan pertaniannya dengan mudah.
2. Edukasi (pendidikan) Kebijakan edukasi yaitu kebijakan memperluas
kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dan
pengajaran.

2
3. Migrasi (perpindahan penduduk). Migrasi atau perpindahan penduduk
merupakan kebijakan politik etis pemerintah Belanda dengan mengajak
penduduk untuk bermigrasi ke daerah pertanian dan perkebunan milik
Belanda guna memperbaiki perekonomian keluarganya.

Kebijakan politik etis yang dibuat oleh Belanda sepertinya akan


menguntungkan bagi rakyat Indonesia. Akan tetapi, dalam pelaksanannya
terjadi penyelewengan.Beberapa penyelewengan tersebut antara lain:
1. Irigasi. Pelaksanan politik etis dalam bidang irigasi atau pengairan
awalnya ditujukan untuk mengairi lahan para pendudukpribumi, namun
pada pelaksanaanya ternyata hanya digunakan untuk mengairi tanah-
tanah yang digunakan sebagai lahan perkebunan perusahaan swasta
Belanda. Sementara lahan rakyat tidak diairi.
2. Edukasi. Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah sebagai
bentuk pelaksanaan politik etis. Namun ternyata terdapat penyimpangan.
Pendidikan ternyata digunakan oleh Belandauntuk mendapatkan pegawai
pemerintahan dengan gaji yang murah. Pendidikan yang sejatinya
diperuntukan kepada penduduk pribumi ternyata hanya dapat dinikmati
sesuai dengan status sosial masyarakat.
3. Migrasi. Pelaksanaan politik etis bidang migrasi terjadi penyelewengan
yaitu perpindahan penduduk ke luar Jawa hanya ditujukan ke daerah
perkebunan milik Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang besar
akan tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan seperti perkebunan
di Sumatra Utara, khususnya di Deli, Suriname, dan lain-lain. Mereka
dijadikan kuli kontrak. Karena migrasi ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan akan tenaga kerja, maka tidak jarang banyak yang melarikan
diri. Untuk mencegah agar pekerja tidak melarikan diri, pemerintah
Belanda mengeluarkan Poenale Sanctie, yaitu peraturan yang
menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan dicari dan
ditangkap polisi, kemudian dikembalikan kepada mandor/pengawasnya.
Dampak dari diberlakukannya politik etis yang dilakukan Belanda
memang pada akhirnya banyak merugikan rakyat Indonesia pada saat itu.
Akan tetapi Indonesia sendiri sebenarnya mendapatkan keuntungan dari
3
kebijakan tersebut, terutama dalam hal pendidikan. Edukasi atau pendidikan
dinilai sebagai jalan satu-satunya yang dapat ditempuh untuk memperbaiki
nasib rakyat, karena dengan adanya perbaikan pendidikan maka nasib rakyat
akan menjadi lebih baik. Perkembangan pendidikan menjadi faktor
pendorong terjadinya perubahan sosial karena berdampak pada perubahan
struktur dalam masyarakat.
Pemberlakuan politik etis di Hindia Belanda melahirkan sekolah-
sekolah bagi kaum pribumi. Bukan hanya sekolah rendah, tetapi dibangun
pula sekolah menengah, sekolah keguruan, dan sekolah tinggi. meskipun
pengajaran di sekolah-sekolah tersebut hanya diperuntukkan bagi anak laki-
laki, sedangkan bagi anak-anak perempuan hanya memperoleh pendidikan
di rumah dan di lingkungan keluarga. Anak-anak perempuan dididik untuk
mempersiapkan diri menjadi ibu rumah tangga. Mereka diharuskan belajar
memasak, menjahit, dan membatik yang merupakan rutinitas di rumah.
Terdapat beberapa jenis sekolah yang didirikan oleh Pemerintah
Kolonial Belanda. Pada tingkat sekolah dasar, terdapat ELS (Europesse
Lagere School), sekolah yang diperuntukkan bagi anak keturunan golongan
Eropa, Timur Asing, dan putera raja atau bangsawan utama. Selain itu,
terdapat HIS (Hollandsch Inlandsch School) yang diperuntukkan bagi anak
keturunan priyayi dan saudagar dagang, dengan lama studi sekitar 7 tahun.
Pada jenjang sekolah dasar, juga terdapat sekolah desa, yang sering
disebut sebagai “sekolah kelas dua”. Pada Sekolah Desa (Volksch School),
pembelajaran dilakukan menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah
sekitar dan lama belajar adalah 3 tahun. Sesudah itu terdapat sekolah
lanjutan untuk sekolah desa (Vervolksch School) dengan bahasa
pengantarnya bahasa daerah dan masa belajar selama 2 tahun. Selain itu juga
terdapat Sekolah Peralihan (Schakel School) yaitu sekolah lanjutan untuk
sekolah desa dengan lama belajar 5 tahun dan berbahasa belanda dalam
kegiatan belajar mengajar. Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya
memilih jalur HCS (Hollands Chinesche School) karena selain bahasa
pengantar Belanda, juga diberikan bahasa Tionghoa. Di luar jalur resmi
Pemerintah Hindia Belanda, maka masih ada pihak swasta seperti Taman
Siswa, Perguruan Rakyat, Sekolah Kristen dan Sekolah Katholik. Pada jalur
pendidikan Islam ada pendidikan yang diselenggarakan oleh
4
Muhammadiyah (seperti Muallimin di Yogyakarta), dan Pondok Pesantren
yang tersebar di berbagai daerah, dan sebagainya.
Pada tingkatan sekolah menengah pertama dan lanjutan atas, terdapat
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), HBS (Hogere Burger School),
AMS (Algemeen Metddelbare School) atau Kweekschool (sekolah guru).
Sementara itu, untuk jenjang perguruan tinggi terdapat sekolah dokter untuk
priyayi Jawa, STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), untuk
sekolah tinggi Teknik terdapat Technische Hoogeschool te Bandoeng
(sekarang ITB), untuk sekolah ahli hukum terdapat Rechtsschool (sekarang
FH Universitas Indonesia).
Pendidikan yang diberikan kepada rakyat pribumi ternyata telah
melahirkan kelompok elit intelektual. Mereka yang mendapat pendidikan
Barat bukan saja menyerap ilmu pengetahuan Barat, tetapi sekaligus juga
membangkitkan kesadarannya sebagai bangsa. Dari kalangan intelektual
inilah muncul tokoh-tokoh pergerakan kebangsaan yang melahirkan
berbagai organisasi pergerakan pada zaman Hindia Belanda.
Pendidikan yang berkembang pada masa kolonial adalah salah satu
bentuk modernisasi sehingga masyarakat yang bersifat tradisional kemudian
mengalami transisi ke arah modern. Tingkat literasi dan pengetahuan
masyarakat meningkat, serta muncul sektor pekerjaan baru yang
memerlukan keterampilan. Output dari pendidikan dapat menempati sektor
pekerjaan baru tersebut sehingga mereka mengalami perubahan status
sosial. Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan yang bersifat modern
mulai bermunculan seiring diperkenalkannnya ide kemajuan oleh
intelektual-intelektual baru yang telah mengubah cara pandang masyarakat
sekitarnya untuk terlepas dari belenggu penjajahan kolonial.

2. Organisasi Pergerakan Nasional


Salah satu keuntungan yang didapat oleh rakyat Indonesia dari
kebijakan politik etis yang dibuat oleh Belanda ada pada bidang pendidikan.
Kaum pribumi (sebutan bagi rakyat Indonesia oleh Belanda) pada saat itu
tidak hanya mendapatkan pendidikan dalam hal administrasi yang
membantu Belanda saja, namun juga mendapatkan pemahaman untuk
melepaskan diri dari belenggu feodalisme dan penjajahan yang semena-

5
mena. Terbukanya wawasan mengenai peristiwa-peristiwa dunia
menimbulkan semangat untuk mengubah nasib bangsa menjadi lebih baik.
Hal tersebut menjadi bibit-bibit timbulnya kelompok-kelompok intelektual
yang akan berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan
menghilangkan penjajahan terhadap sesama melalui berbagai organisasi-
organisasi perjuangan yang didirikan. Masa ini kemudian disebut masa
pergerakan nasional.
Secara umum, faktor-faktor penyebab muncul dan berkembangnya
pergerakan nasional dibagi menjadi dua, yakni faktor intern dan ekstern.
a. Faktor Intern
1) Adanya penjajahan yang mengakibatkan penderitaan dan
kesengsaraan sehingga menimbulkan tekad untuk menentangnya.
2) Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman
Sriwijaya dan Majapahit.
3) Munculnya kaum intelektual yang kemudian menjadi pemimpin
pergerakan nasional.
b. Faktor ekstern
1) Adanya gerakan kebangsaan All Indian National Congress 1885
dan Gandhiisme di India.
2) Adanya Gerakan Turki Muda 1908 yang dipelopori oleh Kemal
Pasha Attaturk.
3) Kemenangan Jepang atas Rusia (1905) menyadarkan dan
membangkitkan semangat bangsa-bangsa Asia untuk melawan
bangsa- bangsa Barat.
4) Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang
masuk ke Indonesia, seperti liberalisme, demokrasi, dan
nasionalisme mempercepat timbulnya nasionalisme Indonesia.
Karena pengaruh gagasan-gagasan modern, kelompok elite nasional
menyadari bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus
dilakukan dengan menggunakan organisasi modern. Baik pendidikan,
perjuangan politik, maupun perjuangan sosial budaya dilakukan secara
sistematis. Beberapa organisasi yang muncul sebagai titik permulaan
kesadaran nasional untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik serta
merdeka, adalah:
6
a. Boedi Oetomo
Pada tahun 1907 Dr. Wahidin seorang tokoh cendikiawan yang
merasa bertanggung jawab atas kebodohan dan keterbelakangan
bangsanya melakukan kunjungan ke sekolah STOVIA (salah satu
lembaga pendidikan yang menghasilkan dokter dari golongan priyayi
rendah Jawa). Para siswa STOVIA sangat bersemangat dan memberikan
tanggapan yang baik atas kedatangan Dr. Wahidin. Bersama beberapa
siswa STOVIA seperti : Soetomo dan Goenawan Mangunkusumo, Dr.
Wahidin mengadakan perjalanan keliling Pulau Jawa untuk menghimpun
dana pendidikan. Usaha yang dilakukan Dr. Wahidin mendapat simpati
dari semua kalangan. Mereka yang kebetulan memiliki uang dengan
sukarela memberikan sumbangannya. Setelah diadakan rapat-rapat untuk
membicarakan lebih jauh rencana mereka, pada tanggal 20 Mei 1908
bertempat di Jl. Abdul Rahman Saleh 26 Jakarta terbentuklah suatu
perkumpulan yang dinamakan Boedi Utomo, yang diketuai oleh
Soetomo. Hingga kini tanggal lahirnya Boedi Oetomo dijadikan sebagai
hari kebangkitan nasional.

Gambar 1. Dr. Wahidin Soedirohoesodo, Salah Seorang Pendiri Boedi Oetomo


Sumber : https://www.liputan6.com/health/read/3047273/dr-wahidin-sudirohusodo-salah-
satu-penggagas-budi-utomo

Sejak berdiri sampai pada kongresnya yang pertama dalam bulan


Oktober 1908, Boedi Oetomo merupakan organisasi pelajar dengan
STOVIA sebagai intinya Tujuannya dirumuskan secara Samar-samar
yaitu "kemajuan hindia" dan jangkauan geraknya sangat terbatas pada

7
Jawa dan Madura. Cabang Boedi Oetomo berdiri di Jakarta, Bogor,
Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo. Kemajuan
yang ingin dicapai adalah dalam hal pengajaran, pertanian, peternakan
dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu).
Untuk mengkonsolidasikan diri, Boedi Oetomo mengadakan
kongres pertama di Yogyakarta pada bulan Oktober 1908. Setelah melalui
perdebatan panjang diambil keputusan sebagai berikut.
1. Boedi Oetomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
2. Kegiatan terutama ditujukan kepada bidang pandidikan dan
budaya.
3. Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan Madura.
Kongres juga memutuskan susunan pengurus besar. R.T.
Tirtokusumo, Bupati Karanganyar ditunjuk sebagai ketua, dan pusat
organisasi di Yogyakarta.
Karena tidak melibatkan diri dalam bidang politik dan dipandang
tidak berbahaya maka sebagai organisasi Boedi Oetomo disahkan oleh
pemerintah kolonial Belanda sebagai badan hukum. Dengan demikian
diharapkan bahwa organisasi itu akan melancarkan aktivitasnya secara
luas. Sifat awal dari organisasi ini adalah kooperatif. Pada tahun 1909
dengan jumlah 40 cabang, Boedi Oetomo memiliki 10.000 orang
anggota.
Dalam rapat umumnya tanggal 5-6 Agustus 1915, Boedi Oetomo
mengeluarkan mosi tentang perlunya milisi untuk bangsa Indonesia.
Selain itu, berdasarkan kekhawatiran akan munculnya intervensi
kekuasaan asing lain, Boedi Oetomo melancarkan isu pentingnya
pertahanan sendiri dan menjadi organisasi pertama yang menyokong
gagasan wajib militer bagi penduduk pribumi. Gagasan itu disebut Indie
Weerbaar atau kesanggupan Hindia Belanda membela diri. Pertahanan
bagi Hindia Belanda (sebutan Indonesia pada masa tersebut) dipandang
sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan serangan Jepang.
Kekhawatiran seperti itu memang beralasan mengingat Jepang telah
menunjukkan perilaku ekspansinya ke berbagai negara.
Pergantian kepemimpinan Gubernur Jendral, dari Idenburg ke J.P.
Graff Van Linburg Stirum juga menjadi salah satu sebab terjadinya
8
perubahan orientasi Budi Utomo. J.P. Graff Van Linburg Stirum dikenal
bukan ahli urusan Hindia. Van Linburg Stirum juga dikenal sebagai
diplomat yang berhaluan liberal. Pengangkatannya di Hindia semakin
mendorong semangat Boedi Oetomo untuk terjun ke ranah politik.
Pada 16 Desember 1916 oleh pemerintahan Hindia Belanda yang
diprakarsai oleh Gubernur Jendral J.P. Van Limburg Stirum bersama
dengan Menteri Urusan Koloni Belanda, Thomas Bastiaan Pleyte
membentuk Volksraad (dewan rakyat). Menurut ketetapan undang-
undang, Volksraad terdiri atas anggota: Ketua diangkat oleh Ratu,
Sembilan belas anggota dipilih oleh anggota dewan daerah dan dewan
kota; diantara mereka sepuluh orang adalah pribumi dan sembilan adalah
Eropa, Sembilan belas juga dipilih oleh gubernur jendral atas nasihat
dewan Hindia Belanda; dari sembilan belas ini lima adalah pribumi, dan
empat belas adalah Eropa.
Boedi Oetomo memutuskan adanya perwakilannya untuk duduk
didalam dewan rakyat tersebut. Dengan adanya anggota Boedi Oetomo
yang duduk dalam dewan rakyat, maka dapat dikatakan bahwa orientasi
organisasi Boedi Oetomo telah berubah haluan memasuki ranah politik.
Pada tahun1918, Boedi Oetomo bergabung dengan S.I. Insulinde dan
ISDV dalam badan “Radicale Concentratie”. Dalam kongres bulan April
1931 yang diadakan di Jakarta, Boedi Oetomo merubah anggaran
dasarnya dengan membuka diri bagi semua golongan bangsa Indonesia.
Ejaan namanya juga diubah menjadi Budi Utama. Dalam konferensi
bulan Desember yang diadakan di Solo tahun 1932 diubah tujuan Boedi
Utomo secara radikal, yaitu berusaha mencapai Indonesia Merdeka.
Lahirnya Boedi Oetomo, telah mendorong berdirinya organisasi-
organisasi pergerakan lainnya yang menyebabkan terjadinya perubahan
sosio-politik Indonesia. Untuk memberikan gambaran singkat tentang
organisasi Boedi Oetomo, dapat dilihat pada infografis berikut.

9
Gambar 2. Infografis Boedi Oetomo
Sumber: https://akurat.co/boedi-oetomo

b. Serekat Islam
Tahun 1911 di Kota Solo, Hadji Samanhudi mendirikan Sarekat
Dagang Islam. Lahirnya Sarekat Dagang Islam berawal dari persaingan
dagang antara penduduk pribumi dan keturunan etnis Cina (Tionghoa)
peranakan. Kemajuan yang dicapai oleh orang-orang keturunan etnis
Tionghoa dalam hal perdagangan kain, dan sikap superioritas mereka
terhadap kalangan pribumi, sehubungan dengan revolusi Sun Yat Sen
tahun 1911 yang menimbulkan perasaan tinggi hati mereka, dan tak lupa,
keahlian mereka dalam memonopoli harga kain batik, semakin
menambah kejengkelan para pedagang pribumi, sehingga merasa sangat
dirugikan.
10
Dasar dalam perkumpulan Sarekat Dagang Islam adalah agama
(Islam) dan perekonomian.

Gambar 3. H. Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam


Sumber: : http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2015/10/haji-samanhudi-pendiri-sarekat-
dagang.html

Periode pertama dari Sarekat Dagang Islam ditandai oleh perhatian


terhadap masalah-masalah organisasi, termasuk didalamnya usaha
mencari pimpinan, penyusunan anggaran dasar dan hubungan antara
organisasi pusat dengan organisasi daerah, mereka mencari Haji Oemar
Said Tjokroaminoto, untuk bekerjasama pada tahun 1912.
Kongres Sarekat Islam pertama kali diadakan pada bulan Januari
1913 di Surabaya. H.Oemar Said Tjokroaminoto terpilih sebagai ketua
Sarekat Dagang Islam. Ia merubah nama organisasi menjadi Sarekat
Islam. Tujuan Sarekat Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: (a)
mengembangkan jiwa dagang, (b) membantu anggota-anggota yang
mengalami kesulitan dalam bidang usaha, (c) memajukan pengajaran dan
semua usaha yang mempercepat derajat rakyat, (d) memperbaiki
pendapat-pendapat keliru tentang agama Islam, (e) hidup menurut
perintah agama.

11
Gambar 4. H. Oemar Said Tjokroaminoto
Sumber : https://bit.ly/2HJqVOz

Sarekat Islam merupakan gerakan rakyat yang pertama di


Indonesia, yang dalam waktu singkat dapat menarik ribuan anggota yaitu
pada tahun 1914 mencapai lebih dari 360.000 anggota. Hal tersebut
membuat pemerintah Belanda bereaksi, GJ. Idenburg mengatasi reaksi
dari orang Belanda dengan membuat kanalisasi, yakni mengurangi
desakan kuat sehingga tidak timbul satu kekuatan besar yang dapat
menghancurkan eksistensi pemerintah Belanda. Hasilnya adalah Serekat
Islam hanya dapat menjalankan organisasinya hanya pada tingkat lokal
saja. Namun hal tersebut tidak menyurutkan rakyat untuk bergabung,
sesudah lebih 50 cabang SI berdiri, tahun 1915 di Surabaya didirikan
Central Sarekat Islam, maksudnya Badan Central ini membantu SI
daerah mengadakan dan memelihara perhubungan dan pekerjaan
bersama. Tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan Kongres yang ketiga di
Bandung ini dinamakan kongres (S.I) Nasional yang pertama 80 SI
daerah mengirimkan utusan dengan jumlah anggota 360.000 jumlah
semua anggota pada waktu itu kurang lebih 800.000.
Kongres dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto dengan
menambahkan kata nasional berarti SI mengarah kepada persatuan yang
teguh dari semua golongan bangsa Indonesia dan di bawa ke tingkat
“nation” dengan cara evolusi, sehingga mencapai pemerintahan sendiri,
atau setidak-tidaknya ikut serta dalam pemerintahan Indonesia, dengan
12
menyokong pemerintah dengan pemerintahan sebelum akhirnya
mencapai pemerintahan sendiri.
Pada kongres SI kedua di Jakarta tahun 1917 muncul aliran
revolusioner sosialis yang dipimpin oleh Semaun, yang menjabat sebagai
ketua SI cabang Semarang. Hasil kongres SI adalah membentuk
pemerintahan sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme
jahat. Dalam kongres itu diputuskan tentang keikutsertaan partai dalam
Volksraad, yakni Cokroaminoto dan Abdul Muis.
Kongres SI ketiga di Surabaya tahun 1918 pengaruh Semaun
makin menjalar ke tubuh SI. Ia berpendapat bahwa pertentangan yang
terjadi bukan antara penjajah-dengan yang dijajah tapi antara kapitalis-
buruh. Ia memobilisasi buruh, tani dan sarekat sekerja untuk
memperkuat posisi partai dalam menghadapi penjajah dan dia
melancarkan kritik terhadap kebijakan SI Pusat yang menimbulkan
perpecahan.
Dalam kongres Luar biasa CSI tahun 1921 diputuskan tentang
disiplin partai, artinya golongan Semaun dan Darsono harus keluar dari
Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari SI, maka SI terpecah
menjadi dua, yakni SI putih yang berasaskan kebangsaan dan
keagaamaan di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto dan SI merah yang
berasaskan komunis di bawah pimpinan Semaun berpusat di Semarang.
Kongres ketujuh 1923 di Madiun diputuskan SI Pusat diganti
namanya menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Sementara itu, SI merah
menyatakan bernaung di bawah Sarekat Rakyat yang merupakan naungan
PKI.
Periode 1911-1923 Sarekat Islam menempuh garis perjuangan
parlementer dan evolusioner, artinya SI mengadakan politik kerjasama
dengan pemerintah kolonial. Namun setelah 1923 SI menempuh garis
perjuangan non kooperatif. Kongres PSI 1927 menegaskan bahwa tujuan
PSI adalah perjuangan kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam,
karena itu ia bergabung dengan Pemufakatan Perhimpunan-perhimpunan
Poltik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Tahun 1927 nama Partai Sarekat
Islam ditambah Indonesia untuk menunjukkan perjuangan kebangsaan.
Perubahan itu terkait kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda.
13
Perselisihan antara H.O.S. Cokroaminoto yang menekankan
keagaaman dan dr. Sukiman yang menekankan perjuangan kebangsaan
menyebabkan dr. Sukiman keluar dari PSII dan mendirikan Partai Islam
Indonesia (PARI). Perpecahan ini makin melemahkan PSII karena di lain
pihak Kartosuwiryo juga membuat PSII berasaskan keislaman, serta PSII
Abikusno yang berasakan kebangsaan.

Gambar 5. Infografis muncul dan berkembangnya Sarekat Islam


Sumber : https://kumparan.com/alfiana-nur-aini/pengaruh-gerakan-politik-terhadap-dinamika-
sarekat-islam-1xj8QyGSYRN/2

c. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah
Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya non politik. Muhammadiyah
bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada
tercapainya kebahagiaan lahir batin.

14
Gambar 6. KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah
Sumber : https://bit.ly/2qQzQUN

Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut : (1) memajukan


pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam, (2)
mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut
agama Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh
Muhammadiyah adalah sebagai berikut: (1) mendirikan sekolah-sekolah
yang berdasarkan agama Islam (dari TK sampai dengan perguruan
tinggi), (2) mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim,
dan masjid, (3) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai
dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan
memperteguh keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenarnya.
Kegiatan Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan
wanita yang dinamakan Aisyiah, sedangkan untuk kepanduan disebut
Hizbut Wathon (HW). Sejak berdiri di Yogyakarta (1912)
Muhammadiyah terus mengalami perkembangan yang pesat. Sampai
tahun 1913, Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di
Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah sudah mempunyai 710
cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
d. Indische Partij
Organisasi ini didirikan oleh Douwes Dekker yang memilik nama

15
lain yakni Setiabudhi di Bandung 25 Desember 1912 dan merupakan
organisasi campuran Indo dengan bumi putera. Beliau bekerja sama
dengan dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara). Setelah Indische Partij didirikan pada tahun 1912, cita-
citanya lebih disebarluaskan kemana-mana melalui surat kabar, terutama
de-Express.

Gambar 7. Tiga Pendiri Indische Partij


Sumber : https://bit.ly/2K9gTo2

Ditegaskan bahwa nasib dan masa dapan mereka yang ada di


Indonesia terletak di tangan mereka sendiri, karena itu kolonialisme
harus dihapuskan. Dalam musyawarah wakil-wakil daerah Indische
Partij di Bandung pada bulan Desembar 1912, tersusunlah anggaran
dasar dan program kerja telah tergambar sifat nasionalis yang radikal
yang bertujuan untuk membangun patriotisme Indiers terhadap tanah
air, menumbuhkan dan meningkatkan jiwa integrasi antar semua
golongon untuk memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nosional,
maupun mempersiapkan diri bagi kemajuan rakyat yang merdeka.
Untuk mensukseskan cita-cita Indische Partij, dalam program
kerja telah ditetapkan diambil langkah-langkah sebagai berikut : (1)
meresapnya cita-cita kesatuan nasional Hindia (Indonesia), (2)
memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang
pemerintahan maupun masyarakat, (3) memberantas usaha-usaha
yang membangkitkan kebencian antar agama yang satu dengan yang
lain, (4) memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan, (5)

16
berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang
Hindia, (6) dalam hal pengajaran, kagunaannya harus ditujukan untuk
kepentingan ekonomi Hindia, (7) memperbaiki keadaan ekonomi
bangsa Hindia, terutama dengan mamperkuat mereka yang
ekonominya lemah. Pasal-pasal ini pula yang membuktikan bahwa
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia dalam waktu
singkat telah mempunyai 30 cabang dengan anggota lebih kurang
7000 orang kebanyakan orang Indonesia
Akibatnya, permohonan yang diajukan kepada Pemerintah
untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum pada bulan Maret
1913 ditolak dengan alasan organisasi ini bersifat politik dan
mengancam hendak merusak keamanan umum. Pada bulan Agustus
1913 Kemudian tiga orang tokoh utama Indische Partij di asingkan
oleh pemerintah Belanda karena kegiatannya. Mereka itu adalah
Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, Dr.Cipto Mangun Kusumo,
namun selama dalam pengasingan mereka tetap berusaha untuk
menamkan jiwa nasionalisme dan menggerakkan orang Indonesia di
Negeri Belanda supaya menuntut Indonesia merdeka. Dengan
diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka kegiatan
Indische Partij makin menurun. Selanjutnya, Indische Partij berganti
nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi
menjadi National Indische Partij (NIP). NIP tidak pernah mempunyai
pengaruh yang besar di kalangan rakyat dan akhirnya hanya
merupakan perkumpulan orang-orang terpelajar.
e. Gerakan Pemuda
Gerakan pemuda Indonesia, sebenarnya telah dimulai sejak
berdirinya Boedi Oetomo, namun sejak kongresnya yang pertama
perannya telah diambil oleh golongan tua (kaum priayi dan pegawai
negeri) sehingga para pemuda kecewa dan keluar dari organisasi
tersebut. Baru beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 7
Maret 1915 di Batavia berdiri Trikoro Dharmo oleh R. Satiman
Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi. Trikoro Dharmo yang diketui
oleh R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan oeganisasi pemuda yang
pertama yang anggotanya terdiri atas para siswa sekolah menengah
17
berasal dari Jawa dan Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan
mulia, yakni sakti, budi, dan bakti. Tujuan perkumpulan ini adalah
sebagai berikut : (1) mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi
bumi putra pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan, (2)
menambah pengetahuan umum bagi para anggotanya, (3)
membangkitkan dan mempertajam peranan untuk segala bahasa dan
budaya.
Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara.
Adapun tujuan yang sebenarnya adalah seperti apa yang termuatdalam
majalah Trikoro Dharmo yakni mencapai Jawa raya dengan jalan
memperkokoh rasa persatuan antara pemuda-pemuda Jawa, Sunda,
Madura, Bali, dan Lombok. Oleh karena sifatnya yang masih Jawa
sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya Jawa) kurang
senang. Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo
pada tanggal 12 Juni 1918 namanya diubah menjadi Jong Java
(Pemuda Jawa).

Gambar 8. Jong Java.


Sumber : https://bit.ly/2vxdvA8

Sesuai dengan anggaran dasarnya, Jong Java ini bertujuan untuk


mendidik para anggotanya supaya kelak dapat menyumbangkan
tenaganya untuk membangun Jawa raya dengan jalan mempererat
persatuan, menambah pengetahuan, dan rasa cinta pada budaya
sendiri. Sejalan dengan munculnya Jong Java, pemuda-pemuda di

18
daerah lain juga membentuk organisasi-organisasi, seperti Jong
Sumatra Bond, Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Selebes,
Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun, Timorees Verbond,
dan lain-lain. Pada dasarnya semua organisasi itu masih bersifat
kedaerahan, tetapi semuanya mempunyai cita-cita ke arah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.
Jong Java kemudian punya peran besar dalam peristiwa Sumpah
pemuda pada tahun 1928.
f. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia adalah salah satu organisasi pergerakan
nasional yang berdiri di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia
didirikan oleh mahasiswa Indonesia serta orang-orang Belanda yang
menaruh perhatian pada nasib Hindia Belanda yang tinggal di Negeri
Belanda. Perhimpunan Hindia atau Indische Vereeniging (IV) berdiri
pada tahun 1908, yang dibentuk sebagai sebuah perhimpunan yang
bersifat sosial. Organisasi ini merupakan ajang pertemuan dan
komunikasi antar mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri
Belanda. Indische Vereeniging (IV) pada 3 Februari 1925 berubah
namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Dalam majalah Indonesia
Merdeka, ditulis bahwa perubahan nama ini diharapkan dapat
memurnikan organisasi dan mempertegas prinsip perjuangan
organisasi.

Gambar 9. Pendiri Perhimpunan Indonesia.


Sumber: https://bit.ly/2HlK99k
19
Dalam rapat umum 1923 organisasi ini menyepakati tiga asas
pokok organisasi yaitu: (a) Indonesia menentukan nasib sendiri,
(b) untuk itu Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemauan
sendiri, (c) untuk melawan pemerintah kolonial Belanda, bangsa
Indonesia harus bersatu. Berkembangnya paham marxisme,leninisme,
dan sosialisme di Eropa mengenai perjuangan kelas dan konflik antara
kaum kapitalis dan kaum proletar telah mempengaruhi cara pandang
tokoh-tokoh pergerakan nasional yang tinggal di Belanda, Eropa.
Oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional, paham- paham tersebut
diaplikasikan dalam ideologi pergerakan nasional. Mereka
memandang bahwa rakyat negeri jajahan adalah sebagaikaum proletar
yang tertindas akibat imperialisme yang identik dengankapitalisme.
Tokoh pergerakan, seperti Semaun, dibuang ke Amsterdam,
Mohammad Hatta, Ali Sastroamidojo, Gatot Mangkupraja, dan
Subarjo adalah penganut paham-paham baru dari Eropa tersebut.
Paham tersebut telah memberikan dorongan kepada mahasiswa dalam
menumbuhkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dengan
Belanda. Dalam melakukan kegiatan politiknya, para mahasiswa
Indonesia di Belanda sering mengadakan pertemuan, diskusi ilmiah
dan politik diantara mereka sendiri serta dengan berbagai mahasiswa
lainnya di negeri Belanda. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
persamaan pandangan serta menggalang simpati baik dari Indonesia,
dunia internasional, maupun dari orang Belanda sendiri tentang
Indonesia merdeka. Oleh karena itu, Perhimpunann Indonesia
menganjurkan agar semua organisasi pergerakan nasional menjadikan
konsep Indonesia merdeka sebagai program utamanya. Seruan
mahasiswa Indonesia di negeri Belanda terhadap organisasi
pergerakan di Indonesia untuk meningkatkan aktifitas politik
mendapat sambutan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah PKI.
Pada November 1926, komite revolusioner PKI mengadakan
pemberontakan di Jawa Barat. Januari 1927, PKI juga mengulangi
aksinya di pantai barat Sumatra. Namun kedua aksi ini mengalami
kegagalan. Pemberontakan PKI yang gagal di Banten dianggap
tanggung jawab PI di Negeri Belanda. Setelah terjadi pemberontakan
20
tersebut pemerintahan kolonial Belanda berusaha menangkap para
pemimpin PI di Belanda. Tokoh-tokoh Perhimpunan Indonesia,
seperti Ali Sastroamidjojo, Abdul Karim, M Jusuf, dan Moh. Hatta
dianggap memiliki hubungan dekat dengan Moskow, sebagai markas
gerakan comintern. Akibat tuduhan itu mereka ditangkap, kemudian
diadili atas tuduhan makar terhadap pemerintah. Karena pembelaan
mereka, akhirnya mereka dibebaskan setelah tidak terbukti terlibat
dalam pemberontakan tersebut. Dalam pidato pembelaannya, mereka
menjelaskan bahwa Perhimpunan Indonesia hanya sekedar
membicarakan kemungkinan tindak kekerasan, kecuali pemerintah
Belanda memikirkan tentang kemerdekaan Indonesia.
g. GAPI (Gabungan Politik Indonesia)
Gapi merupakan organisasi payung dari berbagai organisasi dan
partai politik diantaranya, Parindra, Gerindo, Persatuan Minahasa,
Partai Islam Indonesia, Partai Katolik Indonesia, Pasundan, dan PSII.
Pimpinan Gapi dipegang oleh M. Husni Thamrin, Amir Syarifuddin,
Abikusni Tjokrosujono.

Gambar 10. M H Thamrin


Sumber : https://bit.ly/2HlK99k

Alasan yang mendorong dan mempercepat terbentuknya GAPI,


ialah (1) Kegagalan Petisi Sutardjo, (2) Sikap pemerintah kolonial
yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia, (3) makin
gawatnya situasi internasional sebagai akibat perkembangan fasisme.
Pada 14 September 1940 Belanda membentuk suatu komisi yang
bertugas untuk menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan
ketatanegaraan. Komisi tersebut dikenal dengan Komisi Visman,
21
karena diketuai oleh Dr. F.H. Visman. Pembentukan komisi ini ditolak
oleh anggota Volksraad, terlebih oleh GAPI, karena berdasarkan
pengalaman akan komisi sejenis pada tahun 1918 yang tidak
menghasilkan apa-apa bagi perbaikan nasib Indonesia. Untuk
memperjelas tuntutan maka GAPI membentuk suatu panitia yang
bertugas menyusun bentuk dan susunan ketatanegaraan Indonesia.
Hasil panitia itu kemudian disampaikan dalam pertemuan antara
wakil-wakil GAPI dengan Komisi Visman pada 14 Februari 1941.
Pertemuan tersebut ternyata tidak menghasilkan hal-hal baru yang
menuju perubahan ketata negaraan Indonesia.

h. PARINDRA
Partai Indonesia Raya didirikan dengan tujuan meraih Indonesia
yang mulia dan sempurna namun memang sedikit menyimpang dari
partai politik seperjuangannya. Hal ini dapat dimaklumi karena
Parindra berdiri dengan bergabungnya beberapa organisasi non politik
dari masyarakat pelajar. Di antaranya adalah Serikat Ambon, Serikat
Celebes, beberapa serikat pemuda lain dari wilayah di Indonesia.
Tetapi yang paling berpengaruh adalah adanya campuran sejarah
berdirinya Boedi Oetomo yang akhirnya mengalami peleburan ke dalam
organisasi ini.

Gambar 11. Tokoh Parindra


Sumber : https://bit.ly/2HmQ2mX

Parindra berupaya meletakkan kekuasaannya dalam dewan


perwakilan Volksraad agar dapat menyuarakan pendapat-
pendapatnya mengenai pemerataan keadilan. Keinginginan ini

22
nantinya terkabul dengan duduknya Moh. Husni Thamrin di kursi
Volksraad untuk menciptakan kritik bagi pemerintah kolonial agar
menjalankan pemerintahannya dengan lebih manusiawi. Beberapa
petisi ditolak oleh Husni Thamrin dari Parindra.
Partai ini bergerak sangat lancar. Kelancarannya tidak lepas dari
izin pemerintah Belanda yang ketika itu dipegang oleh Jenderal Van
Starkenborg sebagai pemimpin pengganti De Jonge yang mengakhiri
jabatannya di tahun 1936. Memang sejak awal pendiriannya, Parindra
menjadi organisasi kooperatif yang terbuka dengan kerjasama
eksternal. Parindra tidak menutup diri dengan tawaran-tawan
pemerintah Belanda untuk bergerak seiringan. Di tahun 1937, Partai
Indonesia Raya meraup pendukung sampai 4.600 orang anggota dan
terus membesar hingga masa penjajahan kolonialis berganti masuk ke
dalam masa penjajahan Jepang di Indonesia. Parindra terus bertahan
meskipun iklim politik berubah. Organisasi partai ini memiliki
pengikut hingga 19.500 orang di tahun 1941. Parindra
menyelenggarakan kongresnya pada tanggal 24-27 Desember 1948
dan menghasilkan beberapa ketegasan. Dengan tanpa kompromi,
Parindra tidak mau menerima anggota yang berasal dari non Indonesia
alias peranakan campuran. Mereka mengambil fokus perjuangan pada
masalah perekonomian rakyat yang masih mengundang iba serta
berusaha menumbuhkan kemauan penduduk Jawa agar melakukan
transmigrasi ke pulau-pulau lainnya demi kehidupan yang lebih stabil
lagi. Mereka sadar bahwa terlalu banyaknya penduduk berpengaruh
pada sulit tidaknya pembangunan yang dilakukan.

3. Pendudukan Jepang
a. Masuknya Jepang ke Indonesia
Jepang dengan mudah menguasai daerah-daerah di Asia Pasifik
termasuk Indonesia karena beberapa faktor, diantaranya: (1) Jepang
telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat
di Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941, (2) negeri-
negeri induk (Inggris, Perancis, dan Belanda) sedang menghadapi
peperangan di Eropa melawan Jerman, (3) bangsa-bangsa di Asia sangat

23
percaya dengan semboyan Jepang (Jepang pemimpin Asia, Jepang
cahaya Asia, dan Jepang pelindung Asia) sehingga tidak memberi
perlawanan. Bahkan, (4) kehadiran Bala tentara Jepang disambut dengan
suka cita karena Jepang dianggap sebagai “saudara tua” yang akan
membebaskan bangsa-bangsaAsia dari penjajahan negara-negara Barat.
Di Indonesia, Jepang memperoleh kemajuan yang pesat. Diawali
dengan menguasai Tarakan selanjutnya Jepang menguasai Balikpapan,
Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke
Subang, dan terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah
jatuh ke tangan Jepang. Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter
Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama
Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah
pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati
menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia
dan digantikan oleh kekuasaan Jepang.
b. Pendudukan Jepang Di Indonesia
Tentara Jepang yang dikenal dengan Bala Tentara Nippon adalah
sebutan resmi pemerintah militer pada masa pemerintahan Jepang. Sejak
tanggal 7 Maret 1942, tentara Jepang memegang kekuasaan militer dan
segala kekuasaannya yang dipegang gubernur jendral masa Belanda.
Kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh 2 angkatan perang,
yaitu (1) Angkatan Darat (Rikugun), (2) Angkatan Laut (Kaigun).
Angkatan perang tersebut memiliki kekuasaan masing-masing pada
daerah yang dikuasi Jepang di Indonesia, yaitu: (1) Jawa dan Madura
dengan pusatnya di Batavia di bawah kekuasaan Rikugun (tentara ke
XVI), (2) Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi berada di bawah
kekuasaan Rikugun (tentara ke XXV) (3) Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, maka Jepang mendirikan
organisasi-organisasi militer sebagai pengganti organisasi pergerakan
nasional. Beberapa organisasi tersebut antara lain :
1) Gerakan 3 A
April 1942 gerakan ini dibentuk oleh Jepang dengan semboyan :
Nippon Pelidung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia.
24
Mr. Samsudin dipilih menjadi pemimpin. Pada masa ini Jepang
berupaya menghapus pengaruh Belanda dan sekutunya, salah satunyaa
dengan cara melarang penggunaan bahasa Belanda dan memajukan
penggunaan bahasa Jepang. Dalam hal pendidikan, model pendidikan
Belanda ditinggalkan dengan menghilangkan sistem status sosial
sebagai pemisah dalam pendidikan, antara priyayi dan masyarakat
biasa disamakan. Maret 1943 gerakan ini dibubarkan karena tidak
menarik simpati rakyat dan digantikan dengan Putera.

Gambar 12. Slogan gerakan 3A


Sumber : https://bit.ly/2qSbR6U

2) Putera

Gerakan 3 A dianggap tidak efektif sehingga dibubarkan. Pada bulan


Maret 1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat
(Putera) yang dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya
memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia untuk membantu
Jepang dalam Perang Asia Pasifik. Disinilah baru terlihat bahwa
kalangan masyarakat dan tokoh Indonesia sadar akan tujuan akhir dari
adanya pendudukan Jepang. Posisi Jepang yang semakin terdesak
karena banyaknya kekalahan perang di Pasifik melawan sekutu.
Putera kemudian menjadi bumerang bagi Jepang, karena para
anggotanya memiliki rasa nasionalis yang tinggi. Mulai tahun 1943

25
ini kesadaran masyarakat Indonesia semakin terlihat. Mereka lebih
bersifat lunak dan bersikap diplomatis terhadap Jepang, sehingga
keberadaan Jepang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia dan mengusir imperialis dari Indonesia.
3) PETA
Peta merupakan organisasi bentukan jepang yang terdiri dari pemuda
Indonesia. Organisasi ini disebut pula Giyugun. Mereka mendapat
latihan militer dari Jepang. Tujuannya untuk memenuhi kepentingan
peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Ternyata perkembangan Peta
sangat membantu Indonesia dalam meraih kemerdekaan melalui
perjuangan fisik. Jenderal Sudirman dan A.H Nasution pernah sebagai
pemimpin PETA. Pada tahun 1944, dibubarkan karena terlalu bersifat
nasional dan dianggap membahayakan.

Gambar 13. Infografis Peta


Sumber : tirto.id

26
4) Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In)
Cuo Sangi In adalah suatu badan yang bertugas mengajukan usul
kepada pemerintah serta menjawab pertanyaaan mengenai soal-soal
politik, dan menyarankan tindakan yang perlu dilakukan oleh
pemerintah militer Jepang. Badan ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus
1943 yang beranggotakan 43 orang (semuanya orang Indonesia)
dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
5) Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai)
Pada tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan organisasi Jawa
Hokokai. Tujuannya adalah untuk menghimpun kekuatan rakyat dan
digalang kebaktiannya. Di dalam tradisi Jepang, kebaktian ini
memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri, mempertebal
persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Tiga hal inilah
yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang. Dalam
kegiatannya, Jawa Hokokai menjadi pelaksana distribusi barang yang
dipergunakan untuk perang, seperti emas, permata, besi, dan
alumunium dan lain-lain yang dianggap penting untuk perang.
c. Perlawanan terhadap Jepang
Secara umum perlawanan terhadap Jepang oleh Indonesia
dilakukan melalui dua cara yakni, dengan cara peperangan fisik dan
melalui pergerakan bawah tanah pada organisasi-organisasi yang
dibentuk oleh Jepang. Perlawanan fisik yang berlangsung antara lain: (1)
Tahun 1942 terjadi perlawanan di Cot Plieng, Lhok Seumawe, Aceh
dipimpin Tengku Abdul Jalil, tetapi dapat dipadamkan, (2) Daerah
Indramayu (Karang Ampel, Sindang) muncul perlawanan dipimpin oleh
Haji Madriyas tahun 1943, tetapi berhasil dipadamkan oleh Jepang, (3)
Daerah Sukamanah, Tasikmalaya 1943 terjadi perlawanan dipimpin oleh
KH. Zaenal Mustafa. Ia berhasil membunuh kaki tangan Jepang dan
sebagai balasannya Jepang melakukan pembunuhan massal terhadap
rakyat, (4) Di Blitar 14 Februari 1945 terjadi pemberontakan PETA yang
dipimpin oleh Supriyadi (putra Bupati Blitar) yang dibantu dr. Ismail,
Mudari, Suwondo. Pemberontakan ini mampu membinasakan orang-

27
orang Jepang di Blitar. Jepang sangat terkejut lagi pula saat itu Jepang
sering mengalami kekalahan dalam perang Asia Timur Raya atau Perang
Pasifik.
Silakan Saudara untuk menyaksikan video berikut ini mengenai
peristiwa pemberontakan PETA :
https://www.youtube.com/watch?v=8UgoUQfIjms
video pemberontakan PETA di Blitar
Selain melalui perlawanan secara fisik, cara melakukan
perlawanan terhadap Jepang adalah melalui pergerakan kelompok-
kelompok didalam organisasi-organisasi bentukan Jepang di berbagai
daerah. Kelompok-kelompok tersebut antara lain: (1) Kelompok Sukarni,
Pada masa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja di Sendenbu atau
Barisan Propaganda Jepang bersama Moh. Yamin. Gerakan ini dilakukan
dengan menghimpun orang-orang yang berjiwa revolusioner,
menyebarkan cita-cita kemerdekaan, dan membungkam kebohongan-
kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.
Untuk menutupi gerakannya, Kelompok Sukarni mendirikan
asrama politik dengan nama Angkatan Baru Indonesia. Di dalam asrama
inilah para tokoh pergerakan nasional yang lain, seperti Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, dan Mr. Sunaryo mendidik para
pemuda yang berkaitan dengan pengetahuan umum dan masalah politik,
(1) Kelompok Ahmad Subardjo, pada masa pendudukan Jepang
menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor
Perhubungan Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad Subardjo berusaha
menghimpun tokoh- tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam
Angkatan Laut Jepang. Atas dorongan dari kelompok Ahmad Subardjo
inilah maka Angkatan Laut berhasil mendirikan asrama pemuda dengan
nama Asrama Indonesia Merdeka, (2) Kelompok Sutan Syahrir,
Kelompok Sutan Syahrir berjuang secara diam-diam dengan
menghimpun mantan teman-teman sekolahnya dan rekan seorganisasi
pada zaman Hindia Belanda. Dalam. perjuangannya, Syahrir menjalin
hubungan dengan pemimpin-pemimpin bangsa yang terpaksa bekerja
sama dengan Jepang. Syahrir memberi pelajaran di Asrama Indonesia
Merdeka milik Angkatan laut Jepang (Kaigun) bersama dengan Ir.
28
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, dan Iwa Kusuma
Sumantri.
d. Dampak Pendudukan Jepang
Beberapa dampak yang muncul akibat dari pendudukan Jepang
antara lain dapat kita lihat dari berbagai bidang kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam bidang politik para tokoh pergerakan nasional pada
masa pendudukan Jepang mengambil sikap kooperatif. Dengan sikap
kooperatif, mereka banyak yang duduk dalam badan-badan yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo
Sangi In. Selain itu, para tokoh pergerakan nasional juga memanfaatkan
kesatuan-kesatuan pertahanan yang telah dibentuk oleh Jepang, seperti
Jawa Hokokai, Heiho, Peta. Hal tersebut memberikan keuntungan bagi
bangsa Indonesia dalam melanjutkan perjuangannya. Meskipun
pemerintah Jepang berhasil menghentikan berbagai kegiatan dalam
organisasi pergerakan nasional, namun mereka tidak berhasil
menghentikan semangat para tokoh untuk terus berjuang.
Dalam bidang perekonomian, pendudukan Jepang juga merugikan
rakyat Indonesia. Jepang menguasai semua wilayah pertanian dan
perkebunan peninggalan Belanda dan dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan perang mereka. Dari hasil panen, rakyat hanya dapat
menikmati 40%, sisanya disetorkan kepada pemerintah Jepang dan
disimpan ke lumbung untuk persediaan bibit. Hal tersebut menimbulkan
bahaya kelaparan serta penyakit di berbagai daerah.
Dalam bidang pendidikan, pada masa pendudukan Jepang, sangat
berkembang pesat dibandingan dengan era penjajahan Belanda. Bangsa
Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah pada sekolah yang dibangun
pemerintah. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar
pada sekolah-sekolah. Meskipun hal tersebut dilakukan oleh Jepang
hanya untuk menariksimpati rakyat semata.
Dalam bidang sosial, pada pendudukan Jepang terjadi paksaan
kepada rakyat untuk bekerja kepada Jepang yang kemudian dikenal
dengan sebutan romusha. Mereka diminta untuk bekerja secara paksa
guna membangun sarana prasarana perang. Terjadi mobilitas sosial dari
desa-desa ke daerah dimana sarana perang tersebut dibangun. Banyak
29
wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada
masa itu. Jepang juga memperkenalkan sistem tonarigumi (rukun
tetangga). Tonarigumi merupakan kelompok-kelompok yang masing-
masing terdiri atas 10–20 rumah tangga. Maksud diadakannnya
tonarigumi adalah untuk mengawasi penduduk, mengendalikan, dan
memperlancar kewajiban yang dibebankan kepada mereka.
Pada bidang birokrasi, Jepang memberikan kesempatan besar
kepada rakyat Indonesia untuk duduk dalam jabatan pada berbagai
lembaga/departemen pemerintah. Jepang membentuk Badan
Pertimbangan Karesidenan (Syu Sangi Kai) dan Badan Pertimbangan
Kota Praja Istimewa (Syi Sangi In). Banyak orang Indonesia yang
menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr.
Husein Jayadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama, Ir.
Soekarno, Departemen Urusan Umum (Somubu), Dr. Mr. Supomo,
Departemen Kehakiman (Shihobu), Muh. Yamin, Departemen
Propaganda (Sendenbu). Pada bidang militer Jepang membentuk
kesatuan semi militer dan militer untuk mendukung sikap bertahan
mereka saat menghadapi Perang Asia Pasifik, sehingga banyak kesatuan-
kesatuan yang dibentuk oleh Jepang di Indonesia.Kesatuan semi mileter
terdiri atas : Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu
Polisi), Fujinkai (Barisan Wanita), Jibakutai (Barisan Berani Mati).
Sedangkan kesatuan militer yang dibentuk oleh Jepang antara lain: Heiho
(Pembantu Prajurit Jepang), dan Peta (Pembela Tanah Air). Beberapa
pangkat dalam Peta yang dikenal, antara lain: Daidanco (Komandan
Batalyon), Cudanco (Komandan Kompi), Shodanco (Komandan Pleton),
Budanco (Komandan regu), Giguyun (Prajurit Sukarela). Di bidang
militer bangsa Indonesia banyak memperoleh keuntungan dengan
ditekankan pendidikan Seishin (semangat berjuang), Bhusido (ksatria
berani mati).

4. Kronologi Kemerdekaan Indonesia


Kedudukan Jepang semakin terdesak oleh Sekutu dalam Perang
Dunia II di Asia Pasifik. Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada
bulan Februari 1944, pasukan Amerika berhasil mengusir Jepang dari
30
Kwajalein di Kepulauan Marshall, dan serangan-serangan pengeboman B-
29 terhadap Jepang dimulai pada bulan Juni. Pada bulan yang sama,
angkatan laut pihak Jepang menderita suatu kekalahan yang melumpuhkan
dalam pertempuran di laut Filipina. Pada bulan Juli, pihak Jepang
kehilangan pangkalan laut mereka di Saipan (Kepulauan Mariana), yang
mengakibatkan terjadinya krisis kabinet di Jepang. Tojo meletakkan jabatan
dan Jenderal Kuniaki Koiso menggantikannya sebagai perdana menteri.
Pada tanggal 7 September 1944 Koiso menjanjikan kemerdekaan
kepada Indonesia. Janji dikemukakan di depan Parlemen Jepang, dengan
tujuan untuk menarik simpati Indonesia. Sebagai pembuktiannya, ia
mengizinkan pengibaran bendera merah putih di kantor-kantor, tetapi harus
berdampingan dengan bendera Jepang.
Kondisi Jepang yang semakin terdesak oleh Sekutu justru
menguntungkan bangsa Indonesia. Jepang akhirnya memberikan
kesempatan bangsa Indonesia mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
berikut ini adalah kronologi yang meliputi beberapa peristiwa yang terjadi
hingga proklamasi Indonesia terjadi :
a. Pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)
Pada tanggal 1 Maret 1945, panglima pemerintahan di Jawa
Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Junbi Coosokai. Badan ini memiliki tujuan untuk
menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan persiapan
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI kemudian diketuai oleh Dr. K.R.T.
Radjiman Wediodiningrat, Ichibangase Yoshio, dan RP Soeroso
sebagai wakil ketua, dan 7 orang Jepang lainnya sebagai anggota luar
biasa. Kecuali 8 orang Jepang, seluruhnya berjumlah 62 orang. Secara
rinci tugas pokok BPUPKI adalah : (1) menetapkan dasar-dasar
Indonesia Merdeka, dan (2) menetapkan Undang-undang Dasar. Dalam
perjalanannya BPUPKI melaksanakan sidang sebanyak dua kali.
Sidang pertama dilakukan pada tanggal 29 Mei -1 Juni 1945 untuk
merumuskan dasar negara dan sidang kedua dilakukan pada tanggal 10-
16 juli 1945 untuk membahas batang tubuh Undang-Undang Dasar
31
Negara Indonesia.
Sidang pertama membahas tentang perumusan dasar negara
dengan mendengarkan pidato beberapa tokoh pergerakan seperti
Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Usulan-usulan
dasar negara tersebut adalah : a) Mr. Mohammad Yamin berpidato
dengan judul azas dan dasar negara Republik Indonesia. Dalam
pidatonya, beliau mengemukakan 5 (lima) dasar sebagai berikut: (1)
Peri Kebangsaan, (2) Peri Kemanusiaan, (3) Peri Ketuhanan, (4) Peri
Kerakyatan, dan (5) Kesejahteraan Rakyat. b) Prof. Dr. Mr. Soepomo
pada tanggal 31 Mei 1945 berpidato yang isinya berupa penjelasan
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar negara: (1)
Paham negara persatuan, (2) Perhubungan negara dan agama, (3)
Sistem badan permusyawaratan, (4) Sosialisme negara, (5) Hubungan
antar bangsa. c) Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 berbicara tentang
dasar falsafah negara Indonesia merdeka yang terdiri atas lima asas
sebagai berikut: (1) Kebangsaan Indonesia, (2) Internasional atau Peri
Kemanusiaan, (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial,
(5) Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima asas yang disampaikan oleh Ir.
Soekarno tersebut, atas petunjuk seorang ahli bahasa diberi nama
Pancasila yang kemudian diusulkan menjadi dasar negara Indonesia.
Sidang BPUPKI pertama berakhir tanggal 1 Juni 1945.
Antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua ada masa
reses. Masa reses itu digunakan oleh para anggota untuk membahas
Rancangan Pembukaan UUD 1945 yang dipimpin Ir. Soekarno. Ir.
Soekarno mengadakan pertemuan antara panitia kecil dengan anggota-
anggota Badan Penyelidik bertempat di gedung kantor besar Jawa
Hooko Kai. Mereka membentuk panitia kecil yang terdiri atas 9 orang,
yang popoler disebut Panitia Sembilan, yang anggotanya adalah: (1) Ir.
Soekarno, (2) Wachid Hasyim, (3) Mr. Moh. Yamin, (4) Mr. Maramis,
(5) Drs. Moh. Hatta, (6) Mr. Soebardjo, (7) Kyai Abdul Kahar
Moezakir, (8) Abikoesno Tjokrosoejoso, (9) Haji Agus Salim. Panitia
kecil ini bertugas mencari dan merumuskan formula yang disepakati
oleh dua golongan yang ada di dalam BPUPKI,yaitu golongan Nasional
dan golongan Islam. Mereka merumuskan dan menyepakati bersama
32
yang dikenal dengan Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Sidang
BPUPKI kedua tanggal 10–16 Juli 1945,membahas rencana Undang-
Undang Dasar (UUD).

Gambar 14. Sidang BPUPKI


Sumber : https://bit.ly/2Jh7OIE

Sidang ini juga membicarakan mengenai bentuk negara. Wacana yang


muncul dalam persidangan mengenai bentuk Negara dan juga wilayah
negara. BPUPKI secara resmi dibubarkan pada tanggal 6 Agusus 1945.
b. Pembentukan PPKI
Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Jumbi Inkai sebagai
ganti BPUPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas utama PPKI adalah
mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian
kekuasaan. Pada tanggal 9 Agustus Jenderal Terauchi memanggil 3
tokoh nasional yakni Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr.
Radjiman Widyodiningrat. Mereka bertiga dipanggil ke Saigon/Dalat
(Vietnam) untuk menerima informasi tentang kemerdekaan Indonesia.
Pelaksanaan kemerdekaan akan dapat dilakukan dengan segera.
Wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia
Belanda. Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman
kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno
segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil
pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap
saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang.

33
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh
mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-
desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan
tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan
terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Harus ada rapat
PPKI. Golongan muda tidak menyetujui usul tersebut, mengingat PPKI
adalah badan yang dibentuk Jepang. Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha sendiri, bukan pemberian Jepang.

Gambar 15. Perbedaan BPUPKI dan PPKI


Sumber : https://bit.ly/2K2kZP3

34
c. Peristiwa Rengasdengklok
Perdebatan antara golongan tua dan muda dalam menentukan
kemerdekaan Indonesia begitu pelik. Golongan tua memilih lebih
berhati-hati untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah. Para
pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan secepatnya. Mereka beralasan bahwa saat itu Indonesia
sedang mengalami kekosongan kekuasaan (vacum of power).
Pertentangan pendapat antara golongan tua dan golongan muda inilah
yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Sikap
golongan muda diputuskan dalam rapat di Pegangsaan Timur Jakarta
pada tangal 15 Agustus 1945. Rapat ini dihadiri oleh Chairul Saleh,
Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Armansyah, dan
Wikana. Rapat yang dipimpin Chairul Saleh ini memutuskan bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah rakyat Indonesia
sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.
Golongan muda mendesak mereka untuk memaklumatkan
Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945. Namun,
Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi
harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh karena itu, PPKI harus segera
menyelenggarakan rapat. Golongan muda memutuskan membawa
Soekarno dan Hatta ke luar Jakarta dengan tujuan untuk menjauhkan
Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang. Golongan muda memilih
Shodanco Singgih untuk melaksanakan pengamanan terhadap
Soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta kemudian dibawa ke
Rengasdengklok yang ada di sebelah Timur Jakarta. Di Jakarta terjadi
dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan
tua Ahmad Subardjo. Dialog tersebut mencapai kata sepakat bahwa
Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta, dan
diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ahmad Subardjo ke
Rengasdengklok dalam rangka menjemput Soekarno dan Hatta setelah
dialog tersebut. Kepada para golongan muda, Ahmad Subardjo
memberi jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, dan selambat-lambatnya pukul 12.00.
Adanya jaminan tersebut yang kemudian membuat golongan muda
35
melunak dan membebaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali ke
Jakarta.
Saudara dapat menyaksikan video mengenai peristiwa
Rengasdengklok di bawah ini :
https://www.youtube.com/watch?v=4JwruATFkFI
Video peristiwa Rengasdengklok
d. Perumusan Teks Proklamasi
Soekarno dan Hatta akhirnya menyetujui Proklamasi
Kemerdekaan segera dikumandangkan. Soekarno dan Hatta tiba di
Jakarta pada pukul 23.00, lalu menuju rumah kediaman Laksamada
Maeda. Pertemuan di rumah Laksamana Maeda dianggap tempat yang
aman dari ancaman tindakan militer Jepang, karena Maeda adalah
Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan
Angkatan Darat. Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi
disusun. Sukarni, Sayuti Melik, BM. Diah, dan Soediro dari golongan
muda hadir dalam pertemuan itu untuk menyaksikan perumusan teks
proklamasi. Berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan
Ahmad Subardjo, diperoleh rumusan teks proklamasi yang ditulis
tangan oleh Soekarno yang berbunyi:
Proklamasi :
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan, dll,
diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen’05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta
(tandatangan Soekarno)(tandatangan Hatta)
Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang
dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik" merupakan hasil
ketikan Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam
persiapan Proklamasi), yang isinya sebagai berikut.

36
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia.Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,
diselenggarakandengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

Gambar 16. Perbedaan teks proklamasi yang ditulis dengan ketik


Sumber : https://bit.ly/2qOEFxY

e. Detik-detik Proklamasi
Setelah selesai merumuskan dan mengesahkan teks proklamasi,
pagi harinya pada 17 Agustus 1945 para pemimpin nasional dan para
pemuda kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan
penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi. Rakyat dan tentara
Jepang menyangka pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di
Lapangan Ikada sehingga tentara Jepang memblokade Lapangan Ikada.
Pemimpin Barisan Pelopor Sudiro juga datang ke Lapangan Ikada dan
melihat pasukan Jepang dengan senjata lengkap menjaga ketat lapangan
itu. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi, Kepala
Keamanan Soekarno. Oleh karena itu, disepakati bahwa proklamasi
akan diikrarkan di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Upacara dipimpin oleh Latief Hendraningrat dan tanpa protokol.
Sebelum membacakan teks proklamasi, Soekarno berpidato
singkat yang intinya: (a) Perjuangan melawan kolonial telah cukup
panjang dan memerlukan keteguhan hati, (b) Cita-cita perjuangan itu
adalah kemerdekaan Indonesia, (c) Indonesia yang berdaulat harus
mampu menentukan arah dan kebijakannya sendiri, menjadi negara
yang diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Setelah itu, Soekarno
membacakan teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik.
37
Gambar 17. Soekarno membacakan teks Proklamasi
Sumber : https://bit.ly/2qOEFxY
Anda juga dapat melihat video detik-detik Proklamasi pada
tautan berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=X63pev3vnrg
Video detik-detik proklamasi

Setelah Soekarno membacakan teks Proklamasi dilakukan


pengibaran bendara Merah Putih yang dijahit oleh istri Soekarno, ibu
Fatmawati. Pengibaran bendera dilakukan oleh Latief Hendraningrat
dan Suhud. Bendera merah putih dinaikkan dengan diiringi lagu
“Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman yang secara spontan
dinyanyikan oleh para hadirin. Dengan demikian, selesailah upacara
proklamasi kemerdekaan yang menjadi tonggak berdirinya negara
Republik Indonesia.

E. Rangkuman
Setelah Saudara membaca materi di atas, maka dapat diambil beberapa
simpulan, yakni :
1. Politik etis dikeluarkan oleh Ratu Belanda sebagai bentuk balas budi
kepada rakyat Hindia Belanda (sebutan Indonesia pada saat itu)
yang berisi irigasi, migrasi, dan edukasi. Meskipun pada
kenyataannya terjadi penyelewengan pada penerapan politik etis
tersebut.
2. Terbukanya pemikiran kaum elit serta mendapatkan pendidikan
memunculkan beberapa organisasi pergerakan nasional sebagai
embrio perebutan kemerdekaan Indonesia. beberapa organisasi
38
tersebut antara lain, Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij,
Gerakan Pemuda, Perhimpunan Indonesia, dan lain-lain.
3. Pada masa pendudukan Jepang, terjadi beberapa perubahan
mendasar dari berbagai bidang kehidupan masyarakat di Indonesia.
Mereka masuk ke Indonesia dengan memberikan pemahaman
bahwa mereka ada saudara tua bangsa Indonesia yang akan berbeda
memperlakukan rakyat Indonesia seperti Belanda, Namun pada
kenyatannya Jepang hanya ingin menguasai Indonesia sama seperti
Belanda. Perlawanan terhadap Jepang dilakukan di Aceh,
Tasikmalaya, Blitar, dan Indramayu..
4. Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Pasifik membuat para tokoh
nasionalis, yang terdiri dari golongan tua dan muda segera
merumuskan langkah-langkah persiapan untuk melakukan
Proklamasi Kemerdekaan yang kemudian terlaksana pada tanggal
17 Agustus 1945.

39
F. Tes formatif

1. Penduduk yang cenderung mengelompok pada satu wilayah tertentu


menimbulkan permasalahan kependudukan. Permasalahan kependudukan
yang dimaksud antara lain terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana
sosial, kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta pemerataan pembangunan.
Salah satu kebijakan politik etis Belanda adalah emigrasi untuk mengatasi
permasalahan adalah ...
a. Pengurangan terhadap tingginya angka kriminalitas di pulau jawa.
b. Pemerataan pendidikan kaum pribumi pada daerah-daerah koloni.
c. Memenuhi kebutuhan di wilayah pertanian dan perkebunan milik
Belanda
d. Memenuhi kebutuhan perumahan penduduk yang kurang sesuai dengan
standar.
e. Upaya perbaikan kualitas lingkungan perkotaan yang padat
penduduknya
2. Pendidikan dapat merubah nasib sebuah bangsa menjadi lebih baik. Gerakan 3
A pada masa pendudukan Jepang juga memperhatikan bidang pendidikan
kaum pribumi. Yang membedakan antara model pendidikan masa pendudukan
Jepang dengan masa penjajahan Belanda adalah ...
a. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka tanpa
memperhatikan stastus sosial, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status sosial.
b. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka tanpa
memperhatikan stastus agama, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status agama.
c. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat tertutup hanya untuk kaum
tionghoa, pada masa penjajahan Belanda lebih terbuka tidak hanya
untuk kaum tionghoa.

40
d. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat tertutup tanpa
memperhatikan pekerjaan, pada masa penjajahan Belanda pendidikan
tertutup hanya untuk kaum Eropa.
e. Pada masa pendudukan Jepang lebih bersifat terbuka dengan
memperhatikan jenis kelamin, pada masa penjajahan Belanda
pendidikan didasarkan pada status kebangsaan.
3. Bidang pendidikan mendapat perhatian dalam politik balas budi yang
dilakukan pemerintah Belanda yang kemudian melahirkan berbagi macam
organisasi pergerakan nasional. Salah satu faktor yang dapat menyatukan dan
mengikat organisasi pergerakan nasional adalah ...
a. Adanya kesadaran tentang arti pentingnya berpolitik
b. Adanya tujuan yang sama yakni mencapai kemerdekaan
c. Adanya upaya balas budi yang dilakukan oleh Belanda
d. Periode berdirinya organisasi yang hampir sama
e. Berkembangan sistem pendidikan barat di Indonesia
4. Perkembangan sosial, ekonomi serta politik yang terjadi dalam dunia
internasional baik regional maupun global akan berpengaruh terhadap kondisi
sosial, ekonomi maupun politik dalam skala nasional. Sebagai contoh adalah
perkembangan yang terjadi pada dunia internasional mengakibatkan
munculnya berbagai macam organisasi nasional. Berikut ini yang tidak
termasuk penyebab munculnya organisasi pergerakan nasional akibat dari
perkebambangan yang terjadi pada lingkungan internasional adalah ...
a. Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di India.
b. Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di Turki.
c. Adanya kemenangan Jepang atas Rusia
d. Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke
Indonesia.
e. Kemerdekaan yang diberikan oleh Ingris kepada daerah koloni di Asia
Tenggara

41
5. Wilayah Indonesia yang begitu luas dapat menjadi keuntungan bagi rakyat
Indonesia. Potensi Sumber Daya Alam pada wilyah Indonesia yang begitu luas
dapat dimanfaatkan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Namun luasnya wilayah
tersebut juga dapat menjadi ancaman bagi keutuhan bangsa. Pada era
pendudukan Jepang luasnya wilayah Indonesia juga dianggap menjadi
tantangan sendiri, yang kemudian Pemerintah Jepang membuat kebijakan
membagi wilayah Indonesia menjadi tiga bagian berdasarkan kekuatan
militernya. Berikut ini yang termasuk dalam pembagian wilayah Indonesia
pada masa pendudukan Jepang adalah ...
a. Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi berada di bawah kekuasaan
Rikugun
b. Jawa dengan pusatnya di Bandung berada di bawah kekuasaan Rikugun
c. Kalimantan, Sulawesi, dengan pusatnya di Ujung Pandang di bawah
kekuasaan Kaigun.
d. Kalimantan, Sulawesi, dengan pusatnya di Ujung Pandang di bawah
kekuasaan Rikugun.
e. Jawa dengan pusatnya di Surabaya berada di bawah kekuasaan Kaigun.
6. Perhatikan data berikut!
(1) Menetapkan dasar Indonesia Merdeka
(2) menetapkan Undang-undang Dasar
Data di atas merupakan tugas pokok….
a. BPUPKI
b. PPKI
c. Konstituante
d. Front Nasional
e. KNIP
7. Alasan proklamasi akan diikrarkan di rumah Soekarno Jalan Pegangsaan Timur
56 Jakarta adalah....
a. Pasukan Jepang bersenjata melakukan pergerakan ke Rengasdengklok
b. Mendaratnya Pasukan sekutu di teluk Jakarta yang mendapat
perlawanan Jepang

42
c. Adanya niatan untuk melaksanakan Proklamasi dalam suasana penuh
kesederhanaan
d. Pasukan Jepang bersenjata lengkap menjaga lapangan Ikada yang sudah
dipenuhi oleh rakyat
e. Adanya kontak senjata antara rakyat dengan Jepang di berbagai daerah
8. Dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia terdapat Pertentangan antara
golongan tua dan muda tentang proklamasi kemerdekaan, yang kemudian
menyebabkan terjadinya peristiwa....
a. Agresi Militer Belanda I
b. Rengasdengklok
c. Agresi Militer Belanda II
d. Perjanjian Renvile
e. Konferensi Meja Bundar
9. Salah satu organisasi pergerakan nasional yang digagas oleh kaum intelektual
adalah Indische Partij, yang merupakan organisasi pergerakan kebangsaan
yang bertujua ...
a. Memajukan kebudayaan jawa, madura dan bali
b. Menyatukan seluruh warga negara Indonesia di Belanda
c. Mengusahakan kemajuan yang selaras bagi bangsa dan tanah air
d. Menggalang persatuan semua orang Indonesia untuk berjuang demi
kemerdekaan
e. Mengusahakan kerja sama antara Indonesia dengan Belanda demi
perbaikan pendidikan rakyat
10. Corak pergerakan nasional yang menolak bekerja sama dengan pemerintah
kolonial biasanya disebut dengan kelompok….
a. Kooperatif
b. Radikal
c. Moderat
d. Sosialis
e. Liberalis

43
G. Daftar Pustaka

Akira Nagazumi. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia : Budi Utomo


1908-1918. Jakarta: Pustaka Umum.

Frederick, W.H. dan Soeri Soeroto. 1991. Pemahaman Sejarah Indonesia


Sebelum dan sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.

Sartono Kartodirdjo, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nugroho, Arifin Suryo & Ipong Jazimah. 2011. Detik-Detik Proklamasi : Saat
Saat Menegangkan Menjelang Kemerdekaan. Yogyakarta : Pustaka Narasi.

Notosusanto, Nugroho dan Yusmar Basri (1976). Sejarah Nasional


Indonesia.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Noer, Deliar. 1996. Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900 – 1942.


Jakarta:LP3ES.

Ricklefs, M.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Terj. Dharmono


Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sartono Kartodirdjo. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah


Pergerakan Nasional Jilid 2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

44
H. Kunci Jawaban Tes Formatif

1. C
2. A
3. B
4. E
5. A
6. A
7. D
8. B
9. D
10. B

45
DAR2/Profesional/100/2/2022
PENDALAMAN MATERI

MODUL 2

PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM


KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA PERGERAKAN
NASIONAL SAMPAI REFORMASI DAN APLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN IPS

KEGIATAN BELAJAR 2
PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DALAM
KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA MASA REVOLUSI
SAMPAI ORDE LAMA

Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


2022

i
Daftar Isi
KB 2 Perubahan dan Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Revolusi sampai Orde Lama
A Pendahuluan …………………………………………………….. ii
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… v
C Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………. v
D Uraian Materi ……………………………………………………. 51
E Rangkuman ……………………………………………………… 83
F Tes Formatif KB 2 ………………………………………………. 85
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 89
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 2 ……………………………… 90

ii
A. Pendahuluan
Peserta PPG yang berbahagia, semoga Saudara dalam keadaan sehat
sehingga dapat mempelajari modul ini. Pada kesempatan kali ini Saudara akan
mempelajari modul 2 IPS pada KB 2 dengan judul Perubahan dan
Kesinambungan Dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi dan Orde
Lama. Pada KB 2 ini terdiri atas Pendahuluan, Capaian Pembelajaran (CP), Sub-
Capaian Pembelajaran, Uraian Materi, Rangkuman, Tes formatif, Daftar
pustaka. Selamat mempelajari modul 2 KB 2, semoga Saudara suskes selalu.
Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia merupakan anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa dan hasil perjuangan rakyat Indonesia selama berpuluh-
puluh, bahkan beratus ratus tahun lamanya. Pada tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia berhasil meraih kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu
bangsa Indonesia bebas dari belenggu penjajahan yang sangat menyengsarakan
rakyat. Setelah memproklamasikan kemerdekaan, ternyata masih banyak
ancaman dan hambatan yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu,
segenap rakyat beserta pemimpin bangsa terus berupaya menghadapi ancaman
dan hambatan yang menghadang tersebut. Ancaman dan hambatan tersebut
muncul dari dalam dan juga dari luar negeri. Tidak hanya perjuangan secara fisik
dengan angkat senjata yang dilakukan namun juga dengan diplomasi pada
berbagai perundingan. Modul berjudul kehidupan sosial, ekonomi dan politik
masa orde lama ini membahas mengenai kehidupan masyakarakat Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dari aspek sosial, ekonomi,
dan politik. Pembahasan diakhiri sampai Presiden Soekarno lengser dari jabatan
Presiden Indonesia di tahun 1967.
Proses pembelajaran untuk materi Perubahan dan Kesinambungan Dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi dan Orde Lama yang sedang
Saudara ikuti saat ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut.
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam modul mulai
tahap awal sampai akhir.

iii
2) Lakukan kajian terhadap materi kehidupan masyarakat Indonesia pada
masa orde lama terlebih dahulu agar Saudara mendapat mendapat
mengkonstruksi pengetahuan lebih detail.
3) Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajar yang akan dilakukan.
4) Keberhasilan proses belajar Saudara dalam modul ini sangat
bergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan latihan.
Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok dengan teman
sejawat.
5) Bila Saudara menemui kesulitan, silakan menghubungi dosen atau
instruktur yang mengajar modul ini.
Selamat belajar, semoga Saudara sukses memahami pengetahuan yang
diuraikan dalam modul ini untuk menjadi bekal Saudara mengajar dengan baik.

Semarang, September 2019,

Penulis

iv
B. Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian pembelajaran yang akan Saudara dapatkan setelah mempelajari
modul ini adalah: Menjelaskan Perubahan dan Kesinambungan dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Revolusi sampai Orde Lama

C. Sub-Capaian Pembelajaran
Setelah Saudara mempelajari materi Modul 2 pada KB 2 ini, Saudara
diharapkan memiliki kemampuan untuk:
1. Menjelaskan kehidupan sosial pada masa revolusi sampai orde lama
2. Menjelaskan kehidupan ekonomi pada masa revolusi sampai ordelama
3. Menjelaskan kehidupan politik pada masa revolusi sampai orde lama

5
D. Uraian Materi
Sebelum menyimak materi, silakan Saudara saksikan video berikut ini
terlebih dahulu : https://bit.ly/2HMHIQK .
1. Makna Proklamasi Kemerdekaan Bagi Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah sumber hukum bagi
pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembentukan
negara yang dicetuskan melalui proklamasi tersebut bukanlah merupakan
tujuan semata-mata, melainkan hanya sebagai alat untuk mewujudkan cita-
cita dan tujuan negara. Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi sarana
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil,
dan makmur serta lepas dari belenggu penjajahan bangsa lain.

Gambar 1. Pengibaran Bendera Merah Putih Setelah Proklamasi


Sumber : https://bit.ly/2w4SZaC

Secara garis besar, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga


memiliki makna sebagai berikut: (1) apabila dilihat dari sudut hukum,
proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia
untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan
tatanan hukum kolonial, (2) apabila dilihat dari sudut politik ideologis,
proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari
penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas,
merdeka, dan berdaulat penuh, (3) proklamasi merupakan puncak
perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, (4) proklamasi
menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan
seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam
6
tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan, (5)
proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah,
pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di sisi
kehidupan. Tugas selanjutnya bagi kita sebagai rakyat Indonesia adalah
melanjutkan cita-cita serta tujuan bangsa.
2. Kehidupan Sosial Masa Revolusi sampai Orde Lama
Pada masa awal setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia kondisi
sosial masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada beberapa pertempuran
fisik dengan Belanda, Sekutu dan juga Jepang. Para penjajah tersebut masih
berupaya ingin merebut kembali Indonesia meski telah menyatakan
kemerdekaannya. Pertempuran-pertempuran yang terjadi di beberapa
daerah menyebabkan banyaknya korban jiwa yang muncul dari rakyat
Indonesia.
Pada bulan September 1945 tentara sekutu mendarat di Jakarta yang
kemudian membentuk komando khusus yang disebut Aliied Forses
Netherland EastIndies (AFNEI) untuk melucuti pasukan Jepang, kehadiran
mereka bersamaan dengan NICA (Netherlands Indies Civil Administration)
atau pemerintah sipil Hindia Belanda. Kehadiran tentara sekutu dan belanda
menimbulkan beberapa pergolakan di tanah air. Beberapa pertempuran yang
terjadi antara lain :
a. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara
pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi
pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Pertempuran Surabaya melawan pasukan Sekutu memang tidak dapat
dilepaskan dari peristiwa yang mendahuluinya, yaitu usaha perebutan
kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2
September 1945.
Latar belakang terjadinya peperangan ini adalah karena adanya
insiden Hotel Yamato Surabaya, ketika itu orang-orang Belanda di
bawah pimpinan Mr. Ploegman mengibarkan bendera Merah Putih Biru
yaitu bendera Belanda di atas Hotel Yamato di Surabaya. Bendera
Belanda dapat diturunkan, dirobek bagian birunya, dan berkibarlah
kembali Sang Merah-Putih. Aksi ini dipimpin oleh Koesnowibowo,
7
anggota Angkatan Muda Kantor Kotamadya Surabaya.
Pengibaran bendera Belanda tersebut membuat kemarahan di hati
masyarakat Surabaya tatkala itu. Karena hal ini dianggap telah menghina
kedaulatan bangsa Indonesia dan juga kemerdekaan Indonesia yang telah
diproklamirkan pada bulan Agustus tanggal 17 beberapa bulan yang lalu.
Sehingga hal ini membuat sebagian pemuda bertindak tegas dengan
menaiki hotel yamato dan merobek berdera belanda warna birunya
sehingga tinggal tersisa warna bendera bangsa Indonesia yakni Merah
Putih. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Puncaknya
pada tanggal 30 Oktober 1945, terjadi baku tembak antara sekelompok
pemuda yang menewaskan Brigadir Jenderal Mallaby.
Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran Surabaya yang
sangat dahsyat. Rakyat Surabaya bertekad untuk bertempur mati-matian.
Hampir seluruh bagian kota Surabaya ditembaki dan dihujani bom secara
membabi-buta oleh meriam pasukan Inggris. Ribuan penduduk menjadi
korban, banyak yang meninggal dan luka-luka. Perlawanan tidak
berhenti, Kobaran api semangat di seluruh kota menyala nyala bak
letusan gunung berapi, TKR dan Laskar serta bantuan yang aktif dari
rakyat Surabaya membuat kota Surabaya terbakar. Inggris terkejut
mereka mendapatkan badai api di Kota Surabaya, awalnya mereka
menduga perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan
dalam tempo 3 hari saja, nyatanya pengerahan persenjataan modern dan
taktik perang yang mumpuni tidak membuat Kota Surabaya mudah untuk
diduduki. Pertempuran semakin sengit dengan hadirnya para ulama, kyai
dan para santri di medan peperangan. Nama-nama besar seperti KH.
Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya
ikut ambil bagian dalam perjuangan dengan mengerahkan santri-santri
(ketika itu masyarakat Jawa khususnya tidak begitu patuh kepada
pemerintahan tetapi mereka sangat patuh dan taat kepada para kyai dan
ulama mereka).
Sosok Bung Tomo yang merupakan seorang revolusioner menjadi
api pembakar semangat rakyat Surabaya pun hingga kini terus dikenang
jasa dan perjuangannya. Beliau menyuarakan pidato yang memacu
keinginan rakyat Surabaya untuk mempertahankan Indonesia hingga titik
8
darah penghabisan. Bung Tomo mengatakan dengan lantang “Merdeka
atau mati?” yang lantas dijawab oleh ratusan ribu rakyat dengan kata
‘Merdeka’ daripada mati sia-sia ditangan para sekutu.

Gambar 2. Bung Tomo


Sumber : https://bit.ly/2HphgZS

Silakan Saudara simak orasi dari Bung Tomo berikut ini :


https://www.youtube.com/watch?v=aEvPBfM7OSQ
Tidak terduga sama sekali perlawanan bisa bertahan lama,
berlangsung dari hari ke hari, minggu ke minggu. Perlawanan yang pada
awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, semakin hari
semakin solid dan teratur. Pertempuran dahsyat ini memakan waktu
hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh ditangan pihak
Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa
berperang dipasifik, medan perang Surabaya mendapat julukan “neraka”
bagi mereka karena kerugian yang disebabkan tidaklah sedikit, sekitar
1600 orang prajurit tewas di Surabaya.
b. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Perlawanan masyarakat Semarang terhadap tentara Jepang atau
sering disebut dengan istilah Pertempuran Lima Hari di Semarang
diawali dari terbunuhnya Dr. Kariadi seorang dokter muda asal
Semarang, dan berbagai tindakan anarkis yang dilakukan oleh tentara
tahanan Jepang yang coba melarikan diri dari tahanan yang kemudian
mengakibatkan kekacauan di sekitar tempat tahanan tentara Jepang.
Tentara tahanan Jepang mencoba untuk mengambil alih kembali kota
Semarang dari kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal tersebut tentu

9
mengundang amarah masyarakat menimbulkan perlawanan rakyat
Semarang terhadap tentara Jepang di berbagai daerah Semarang.
Berkenaan dengan adanya berita mengenai pemberian racun pada tandon
air minum di Jl. Wungkal.
Seorang dokter muda asal Semarang tergerak hatinya untuk
melakukan penelitian mengenai tandon yang sudah di racun tersebut.
Beliau bernama Drs. Kariadi yang pada waktu itu menjabat sebagai
kepala laboratorium di RS Purusara Semarang.

Gambar 3. Dr. Kariadi


Sumber : https://bit.ly/2qReSEp

Dr. Kariadi segera berangkat ke tandon penampungan air di Jl.


Wungkal. Di luar dugaan mobil yang ditumpangi bersama sopirnya dicegat
oleh sekelompok tentara Jepang. Dr.Kariadi beserta sopir pribadinya
ditembak di tempat.
Berita kematian Dr Kariadi membuat rakyat marah dan berhasil
menangkap Jendral Nakamura. Pada tanggal 15 Oktober 1945, Mayor
Kido meminta 100 tentara untuk melakukan penyerangan ke pusat kota
mendengar berita penangkapan Jenderal Nakamura. Di Semarang juga
terjadi penangkapan Mr. Wongsonegoro, Dr. Sukaryo, dan Sudanco Mirza
Sidharta. Tanggal 16 Oktober 1945 pertempuran terus berlanjut danmeluas
ke berbagai penjuru kota. Pada tanggal 17 Oktober 1945 terjadi
kesepakatan genjatan senjata, namun kesepakatan tersebut tidak bertahan

10
lama. Pada Tanggal 18 Oktober 1945 Jepang berhasil mematahkan
serangan dari para pemuda dan memberikan perintah kepada pemuda
untuk menyerahkan senjata yang mereka miliki, malam harinya para
pemuda tidak mau menyerahkan senjatanya dan memilih melanjutkan
untuk melawan Jepang. Pada tanggal 19 Oktober 1945, disaat Jepang ingin
menghancurkan Kota Semarang tiba-tiba datanglah tentara Sekutu di
Pelabuhan Semarang dengan Kapal HMS Glenry, yang membuat Jepang
kemudian menyerah sehingga berakhirlah pertempuran lima hari di
Semarang
c. Pertempuran Medan Area.
Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan
rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah
Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus
1945, rakyat Medan pada saat itu belum mengetahui dan mendengar
informasi tersebut. Hal itu disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya
sensor dari Jepang. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu
mendarat di Medan di bawah pimpinan T.E.D Kelly.
Kedatangan pasukan sekutu diikuti oleh pasukan NICA yang
dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Awalnya mereka
diterima secara baik oleh pemerintahan RI di Sumatera Utara sehubungan
dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda).
Akan tetapi, Inggris malah mempersenjatai mereka dan membentuk
Medan Batalyon KNIL, yang terdiri atas seluruh tawanan yang telah
dibebaskan dan dipersenjatai.
Peristiwa itulah yang melatarbelakangi terjadinya Pertempuran
Medan Area. Dalam pertempuran tersebut muncullah garis demarkasi
yang berasal dari Perundingan Linggajati Sebelum disahkankanya
perundingan tersebut, Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu
memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area
(batas resmi wilayah Medan) di berbagai sudut kota Medan. Hal ini jelas
menimbulkan reaksi bagi para pemuda untuk melawan kekuatan asing
yang mencoba untuk berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Desember 1945,
Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota
Medan. Serangan ini menimbulkanbanyak korban di kedua belah pihak.
11
Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat
perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pematang Siantar.
Pada bulan Agustus 1946 telah dibentuk Komando Resimen Laskar
Rakyat Medan Area. Kemudian komando inilah yang terus mengadakan
serangan terhadap Sekutu di wilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah
Sumatera terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan
Belanda.
d. Peristiwa Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa besar yang
terjadi setelah kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini merupakan sebuah
perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Bandung dalam mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia. Sejarah Peristiwa Bandung Lautan
Api adalah sebuah situasi dimana para pejuang kemerdekaan Indonesia
yang berada di Bandung membakar kota Bandung demi upaya untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa Bandung
Lautan Api terjadi pada bulan Maret 1946. Pembakaran kota Bandung
dilakukan oleh masyarakat sebagai respon perintah dari pihak Sekutu
yang menyuruh masyarakat agar mengosongkan kota Bandung.
Pembakaran dilakukan oleh sekitar 200 ribu masyarakat dalam waktu 7
jam. Mereka membakar harta benda dan rumah selanjutnya pergi
meninggalkan kota Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api dimulai saat mendaratnya pasukan
Sekutu di Bandung, Jawa Barat. Pasukan yang mendarat adalah pasukan
Inggris yang dipimpin oleh Brigade Mc Donald pada bulan Oktober
tahun 1945. Saat itu, para pemuda yang ada di kota Bandung sedang
gencarnya melakukan pelucutan senjata yang dimiliki oleh bekas tentara
Jepang. Akhirnya hubungan Republik Indonesia dengan pihak sekutu
memanas. Ultimatum di keluarkan di kota Bandung yaitu semua senjata
yang dimiliki oleh pemuda dan masyarakat, kecuali polisi dan TKR,
harus segera diserahkan ke pihak Sekutu. Selain ultimatum untuk
menyerahkan senjata, pihak Sekutu juga mengeluarkan perintah agar
kota Bandung segera dikosongkan. Pengosongan dilakukan karena
alasan keamanan rakyat dan perintah ini harus dilakukan selambat-
lambatnya tanggal 29 November tahun 1945. Akibat ultimatum tersebut
12
membuat terjadinya bentrokan senjata antara pasukan TKR dan pasukan
Inggris tidak bisa dihindarkan.
Pada malam hari tanggal 21 November 1945, Tentara Keamanan
Rakyat beserta pejuang muda / badan perjuangan melakukan serangan
terhadap pasukan Inggris yang berada di Bandung Utara. Serangan ini
difokuskan di tempat penginapan pasukan inggris yaitu hotel Preanger
dan Hotel Homann. Akibat serangan yang dilakukan, pihak Inggris
melalui Mc Donald mengeluarkan ultimatum kepada Gubernur Jawa
Barat. Perintah ini berisi mengenai wilayah Bandung bagian Utara harus
segera dikosongkan dari unsur pasukan bersenjata dan juga penduduk
Republik Indonesia. Ultimatum yang dikeluarkan tidak membuat
perjuangan melawan Inggris di Bandung Utara berhenti begitu saja.
Pertempuran antara pejuang Bandung dan pasukan sekutu pecah
pada tanggal 6 Desember tahun 1945. Pihak sekutu memberikan perintah
agar pasukan TKR secepat mungkin meninggalkan wilayah kota
Bandung. Setelah pemerintah pusat Republik Indonesia di Jakarta
mendengar hal tersebut, kemudian memerintahkan Tentara Keamanan
Rakyat untuk mengosongkan kota Bandung. Hal tersebut terpaksa
dilakukan demi keselamatan masyarakat yang ada di daerah tersebut.
Perintah yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ternyata berbeda
dengan perintah yang dikeluarkan dari markas Tentara Keamanan Rakyat
yang saat itu berada di kota Yogyakarta. Perintah dari markas TKR yaitu
pasukan TKR tetap bertahan di kota Bandung. Pada saat itu, pihak sekutu
membagi bandung menjadi 2 sektor, yaitu Bandung Selatan dan bandung
Utara. Kemudian pihak sekutu memberi perintah agar masyarakat
Indonesia yang berada di kota Bandung Utara segera mengkosongkan
kota tersebut.
Suasana dan situasi Kota Bandung semakin panik, genting dan
mencekam. Pejuang di Kota Bandung merasa kebingungan harus
mengikuti instruksi yang mana, karena terdapat dua instruksi yang
berlainan. Keputusan pun harus segera dibuat, akhirnya pejuang

13
kemerdekaan memutuskan untuk melakukan serangan dengan sekala
besar terhadap pasukan sekutu. Serangan tersebut terjadi pada tanggal 24
Maret tahun 1946. Serangan yang dilakukan para pejuang di Bandung
tertuju pada pos-pos yang digunakan tentara sekutu. Selain serangan,
para pejuang juga melakukan pembakaran seluruh isi dari kota Bandung
Utara.

Gambar 4. Suasana Bandung saat peristiwa Bandung lautan api


Sumber : https://bit.ly/2vGEjOI
Kemudian setelah melakukan serangan dan membakar habis kota
Bandung sebelah utara, mereka kemudian meninggalkan daerah tersebut.
Serangan dan aksi pembakaran dilakukan oleh pejuang yang berjumlah
200 ribu orang dalam waktu tujuh jam saja. Dampak Peristiwa Bandung
Lautan Api sangat terasa bagi rakyat Bandung pada saat itu. Harta benda
yang mereka miliki hangus terbakar. Aksi membumi hanguskan kota
Bandung agar tidak dijadikan markas oleh pihak Sekutu menyebabkan
masyarakat Bandung harus meninggalkan kampung halamannya dan
meninggalkan segala yang ada. Dampak bagi pihak Sekutu, dengan
upaya yang dilakukan oleh masyarakat Bandung untuk menyelamatkan
wilayahnya dari sekutu dengan membumi hanguskan kota. Kerugian
pihak Sekutu tidak seberapa, dibanding kerugian yang dialami oleh
masyarakat Bandung. Pihak sekutu bisa juga disebut tidak mengalami

14
kerugian. Karena tujuan sekutu dari awal sejak mereka datang ke
Bandung adalah untuk menghancurkan kota Bandung.
e. Agresi Militer I
Aksi yang dilakukan ini merupakan respon Belanda atas perjanjian
Linggarjati. Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan
bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal
21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Tujuan utama agresi
Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah
yang memiliki sumber daya alam.

Gambar 5. Pasukan Belanda saat agresi militer 1


Sumber : https://bit.ly/2JfIhjc
Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera
Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran
mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka
menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya
adalah wilayah yang terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah
Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan,
perkebunan dan pertambangan. Akibat tindakan Belanda tersebut
menyebabkan banyak korban jiwa dari rakyat Indonesia. Pada 29 Juli
1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan
pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang

15
Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan
tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisucipto, Komodor
Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I
Adisumarmo Wiryokusumo.
Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik antara Republik
Indonesia dengan Belanda sebagai The Indonesian Question. Atas
tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947
Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi
Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran
f. Agresi Militer II
Setelah perjanjian Renville pihak Belanda rupanya belum menyerah
juga, mereka masih ingin menguasai Indonesia seutuhnya, sehingga pada
19 Desember 1948 mereka melancarkan Agresi Militer Belanda II.
Peristiwa tersebut diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu
kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta,
Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.
Serangan dibuka tanggal 19 Desember 1948. Dengan taktik perang
kilat (blitkrieg), Belanda melancarkan serangan di semua front di daerah
Republik Indonesia. Serangan diawali dengan penerjunan pasukan
payung di Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto) dan dengan
gerak cepat berhasil menduduki kota Yogyakarta. Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta memutuskan untuk tetap tinggal di ibukota,
walaupun mereka tahu bahwa dengan demikian mereka akan ditawan
oleh musuh. Alasannya, agar mereka dapat melakukan kegiatan
diplomasi dengan pihak Belanda. Di bawah pimpinan Jendral
Soedirman, Indonesia merespon dengan melakukan perang gerilya,
terjadi mobilisasi daerah pelosok untuk mendukung pergerakan Jendral
Soedirman.

16
Gambar 6. Suasana kota Yogjakarta saat agresi militer II
Sumber : https://bit.ly/2qWoO0n
Tekanan terhadap pasukan Belanda ditingkatkan. Penghadangan
terhadap konvoi perbekalan tentara Belanda berhasil dilakukan.
Serangan umum yang dilaksanakan terhadap kota-kota yang diduduki
Belanda mulai dilaksanakan oleh pasukan TNI. Serangan yang paling
terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta
di bawah pimpinan Komandan Brigade X/Wehrkreise III, Letnan
Kolonel Soeharto. Pasukan ini berhasil menduduki kota Yogyakarta
selama 6 jam. Sementara itu, Sri Sultan Hamengkubuwana IX menolak
kerja sama dari Belanda. Sultan mendukung segala tindakan para
pemimpin gerilya. Pada tanggal 24 Januari 1949 Dewan keamanan PBB
mengeluarkan resolusi agar Republik Indonesia dan Belanda segera
menghentikan permusuhan. Kegagalan Belanda di medan tempur dan
tekanan Amerika Serikat yang mengancam akan memutuskan bantuan
ekonomi dan keuangan memaksa Belanda untuk kembali ke meja
perundingan.
Akibat dari konfrontasi fisik yang berlangsung dengan Belanda
pasca Proklamasi menimbulkan banyak masalah sosial di Indonesia. Pola
makan yang berubah, pola hidup yang berubah serta tekanan-tekanan
sosial ekonomi yang menghimpit menyebabkan perubahan mendasar
dalam aspek fisik maupun psikologi masyarakat. Dalam aspek fisik

17
nyata terlihat kemiskinan endemis yang makin meluas, kesehatan yang
merosot serta angka kematian yang tinggi. Dalam apek non fisik, terlihat
kemiskinan mentalitas akibat rongrongan dan ketakutan yang tidak
proporsional. Kegelisahan komunal dan ketidaktentraman kultural yang
makin meningkat frekuensinya. Dapat dikatakan bahwa keadaan petani
dan masyarakat pedesaan di jawa berada dalam tingkat yang sangat
buruk. Oleh Scott disebut sebagai “subsistence level”, yaitu tingkat
pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Pemikiran yang digunakan adalah
bagaimana mereka dapat sekedar bertahan hidup, dalam situasi yang
makin memburuk dan suasana yang makin tak menentu kapan akan
berakhir.

Setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 27


Desember 1949, kondisi sosial masyarakat Indonesia tidak lagi terancam
akan peperangan senjata. Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh
Presiden Soekarno untuk menerapkan sistem Demokrasi liberal turut
andil besar mempengaruhi kondisi masyarakat. Indonesia sepenuhnya
memiliki hak untuk mensejahterakan rakyatnya tanpa perlu takut
ancaman perang dari pihak luar, tidak ada lagi diskriminasi rasial
terhadap golongan di negeri ini. Pada periode ini kehidupan sosial
dipengaruhi oleh beberapa pergantian kabinet dan juga kebijakan politik,.
Pemerintah berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat yang
berdiri di atas demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama
warga negara termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam hal lapangan
pekerjaan, di era kabinet Sukiman undang-undang pengakuan serikat
buruh, perjanjian kerja sama, penetapan upah minimum, dan
penyelesaian pertikaian buruh dibuat.
Perkembangan berikutnya adalah Demokrasi Terpimpin. Landasan
demokrasi terpimpin adalah USDEK. Kebijakan politik yang diambil
Presiden Soekarno adalah melaksanakan konsepsi NASAKOM
(Nasional, Agama dan Komunis). Kolektivitas berbagai partai menjadi
satu. Penggabungan konsep revolusi, yaitu revolusi nasional 17 Agustus

18
1945, revolusi sosial dan revolusi komunis menghasilkan jargon
“Revolusi Belum Selesai” sangat relevan yang terus menguat, sehingga
mempermudah Soekarno menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin
untuk meraih dominasi politik. Dalam konteks Demokrasi Terpimpin
hubungan Soekarno selaku Presiden menjadi dekat dengan PKI.
Puncaknya adalah terjadinya peristiwa G30S/PKI yang menjadi salah
satu penyebab runtuhnya era orde lama.

3. Kehidupan Ekonomi Masa Orde Lama


Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia
memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi
gejolak sosial, politik dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga
pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan.
Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian
Indonesia mengalami kondisi yang cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi
dan pemerintah tidak sanggup mengontrol mata uang asing yang beredar di
Indonesia, terutama mata uang Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas
Negara dan bea cukai dalam keadaan nihil, begitu juga dengan pajak.
Beredarnya tiga mata uang yang berlaku di wilayah Indonesia
yakni De Javasche Bank (mata uang Belanda), mata uang NICA dan ORI
(Oeang Republik Indonesia).

Gambar 7. Mata uang De Javasche Bank


Sumber : https://bit.ly/2qRTKxS

19
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda juga menutup pintu
perdagangan luar negeri Indonesia. Menteri keuangan pada masa itu Ir.
Surachman dengan persetujuan BP-KNIP melakukan program pinjam
nasional. Pada Februari 1946 dilakukan konferensi ekonomi untuk
mengatasi produksi, dan distribusi makanan, sandang dan masalah
administrasi perkebunan.
Pada masa demokrasi liberal kebijakan yang dibuat antara lain,
Gunting Syarifuddin. Yakni pemotongan nilai uang agar mengurangi
jumlah uang yang beredar agar tingkar harga turun. Selain itu juga
dilakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada
bulan Desember 1951 dengan fungsi bank sentral dan sirkulasi. Program
Benteng pada kabinet Natsir, yakni dengan menumbuhkan wiraswastawan
pribumi dan mendorong importir nasional untuk dapat bersaing dengan
perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan
memberikan lisensi impornya kepada pribumi. Namun usaha ini tidak
berhasil karena sifat pengusaha lokal yang cenderung konsumtif sehingga
tidak dapat bersaing.
Pada masa kabinet Ali Sastroamidjoyo I diberlakukan sistem
ekonomi Ali-Baba. Sistem ini berupa penggalangan kerjasama antara
pengusaha lokal dengan pengusaha china. Pengusaha china diwajibkan
memberikan pelatihan pada pengusaha lokal dan juga pemerintah
menyediakan kredit lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini
juga tidak berhasil karena pengusaha lokal hanya dijadikan alat untuk
mendapat bantuan kredit dari pemerintah.
Pada era demokrasi terpimpin, konsep ekonomi Berdikari dengan
konsep Trisakti yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno sebagai respon
atas sulitnya mendapat bantuan internasional. Pada masa ini struktur
ekonomi segalanya diatur oleh pemerintah pusat yang diharapkan
membawa kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan
ekonomi. Devaluasi nilai mata uang dilakukan sebanyak dua kali pada tahun
1959 dan 1965 yang dimaksudkan untuk menekan inflasi namun justru

20
meningkatkan inflasi. Puncak kegagalan pembangunan ekonomi orde lama
adalah terjadi hiper inflasi yang mencapai lebih 500% pada akhir tahun
1965. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya
mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya
dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman,
masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang
berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut
politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara
4. Kehidupan Politik Masa Orde Lama
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia disepakati bahwa
konstitusi yang digunakan adalah UUD 1945 yang disahkan dalam sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945, bentuk negara Indonesia adalah kesatuan
dan sistem pemerintahannya presidensil yang bergeser ke parlementer.
Semula, Presiden menjabat kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
dan menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden, namun aturan
tersebut tidak bertahan lama. Selain itu berdasarkan ketentuan pasal IV
aturan peralihanUUD 1945 sebelum MPR, DPR dan dewan pertimbangan
agung terbentuk presiden akan menjalankan kekuasannya dengan bantuan
komite nasional (KNIP). KNIP sendiri dijalankan oleh badan pekerja yang
diketuai oleh Sutan Syahrir. KNIP yang semula berperan sebagai pembantu
presiden berubah menjadi badan legislatif. Menteri kemudian tidak lagi
bertanggungjawab kepada presiden tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.
Pada tanggal 14 November 1945 terbentuklah kabinet parlementer dengan
perdana menteri Sutan Syahrir. Sistem kepartaian yang digunanakan adalah
sistem multipartai. Alat perlengkapannya adalah Presiden dan wakil,
Menteri, MPR, DPR (yang kemudian dipegang oleh KNIP, dewan
pertimbangan agung, Mahkamah Agung, dan badan pemeriksa keuangan.
Pada periode ini juga terjadi beberapa perundingan dengan Belanda yang
masih ingin menguasai Indonesia, beberapa perundingan itu antara lain :
a. Perundingan Linggajati

21
Perundingan linggajati merupakan adalah suatu perundingan antara
Indonesia dan Belanda di Linggajati, Jawa Barat yang menghasilkan
persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan
ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan
ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947.
Beberapa hasil perundingan tersebut antara lain : (1) Belanda mengakui
secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan
Madura, (2) Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat
tanggal 1 Januari 1949, (3) Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat
membentuk negara RIS, (4) Dalam bentuk RIS Indonesia harus
tergabung dalam Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda
dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala unit.

Gambar 8. Wilayah Indonesia hasil perundingan Linggajati


Sumber : https://bit.ly/2qPNQOn
Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan mulus. Pada
tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya
menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan
pada tanggal 21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Atas
permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer
yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda Dewan
Keamanan PBB, yang kemudian mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal
1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata

22
dihentikan. Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi
Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak
tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara resmi menggunakan nama
Indonesia, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, yaitu
resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kemudian resolusi No. 30 dan
31 tanggal 25 Agustus 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947,
serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
selalu menyebutkan konflik antara Republik Indonesia dengan Belanda
sebagai The Indonesian Question. Atas tekanan Dewan Keamanan PBB,
pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan
akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan
pertempuran.

Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan


Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk
melakukan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan
Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah
konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah
sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik
Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN),
karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh
Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai
pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia
diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank
Graham.

b. Perjanjian Renville
Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan
Belanda yang ditanda tangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal
perang Amerika Serikat USS Renville yang berlabuh di Tanjung Priok
Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan
ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices

23
for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.
Perjanjian ini diadakan untuk menyelesaikan perselisihan atas Perjanjian
Linggarjati tahun 1946. Perjanjian ini berisi batas antara wilayah
Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis Van Mook. Pihak yang
hadir pada perundingan Renville antara lain : (1) Delegasi Indonesia di
wakili oleh Amir syarifudin (ketua), Ali Sastroamijoyo, H. Agus Salim,
Dr.J. Leimena, Dr. Coatik Len, dan Nasrun, (2) Delegasi Belanda di
wakili oleh R.Abdul Kadir Wijoyoatmojo (ketua), Mr. H..A.L. Van
Vredenburg, Dr.P.J. Koets, dan Mr.Dr.Chr.Soumokil, (3) PBB sebagai
mediator di wakili oleh Frank Graham (ketua), Paul Van Zeeland, dan
Richard Kirby.
Isi perjanjian renville yang disepakati antara lain: (1) Belanda berdaulat
atas Indonesia sebelum Indonesia mengubah menjadi RIS (Republik
Indonesia Serikat), (2) Belanda hanya mengakui Jawa tengah,Yogjakarta,
dan Sumatra sebagai bagian wilayah Republik Indonesia, (3)Disetujuinya
sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan
daerah pendudukan Belanda, (4) TNI harus ditarik mundur dari daerah-
daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa
Timur.

Gambar 9. wilayah Indonesia hasil perjanjian Renville


Sumber : https://bit.ly/2F8T5gq

Sebagai konsekuensi ditandatanganinya Perjanjian Renville,


mengakibatkan berbagai dampak bagi bangsa Indonesia, diantaranya
adalah sebagai berikut : (1) Wilayah RI semakin sempit dikarenakan
24
diterimanya garis demarkasi Van Mook, wilayah Republik Indonesia
meliputi Yogyakarta dan sebagian Jawa Timur, (2) Anggota TNI yang
masih berada di daerah-daerah yang dikuasai Belanda, harus ditarik
masuk ke wilayah RI. Di Jawa Barat ada sekitar 35.000 orang tentara
Divisi Siliwangi pada tanggal 1 Februari 1948 dihijrahkan ke Wilayah
RI, (3) Isi Perjanjian Renville mendapat tentangan sehingga muncul mosi
tidak percaya terhadap Kabinet Amir Syarifuddin sehingga pada tanggal
23 Januari 1948, Amir menyerahkan kembali mandatnya kepada
Presiden, (4) Perjanjian Renville menimbulkan permasalahan baru, yaitu
pembentukan pemerintahan peralihan yang tidak sesuai dengan yang
terdapat dalam perjanjian Linggarjati.
Setelah perjanjian Renville pihak Belanda rupanya belum menyerah
juga, mereka masih ingin menguasai Indonesia seutuhnya, sehingga pada
19 Desember 1948 mereka melancarkan Agresi Militer Belanda II.
Peristiwa tersebut diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu
kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta,
Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini
menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di
Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Sesudah itu,
terjadi perundingan Roem Roijen. Silakan Saudara mempelajari isi
dari Perundingan Roem Roijen!.
c. Konferensi Meja Bundar
Usaha untuk menggagalkan kemerdekaan Indonesia dengan jalan
kekerasan berakhir dengan kegagalan. Dunia internasional mengutuk
perbuatan Belanda tersebut. Belanda dan Indonesia lalu mengadakan
beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi.
Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan (PBB) Perserikatan
Bangsa-Bangsa meloloskan resolusi yang mengecam serangan militer
yang dilakukan Belanda terhadap tentara Republik di Indonesia dan
menuntut dipulihkannya pemerintahan Republik Indonesia. Diaturlah
kelanjutan perundingan untuk menemukan solusi damai antara dua belah
pihak. Pada tanggal 11 Agustus 1949, dibentuk perwakilan Republik

25
Indonesia untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda.

Gambar 10. Suasana KMB


Sumber : https://bit.ly/2vCX4Cr
Pada Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan di Denhaag Pada
tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949, Indonesia diwakili
oleh: Drs. Hatta (ketua), Nir. Moh. Roem, Prof Dr. Mr. Supomo, Dr. J.
Leitnena, Mr. Ali Sastroamijoyo, Ir. Djuanda, Dr. Sukiman, Mr. Suyono
Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim
Pringgodigdo, Kolonel T.B. Simatupang, Mr. Muwardi. Perwakilan BFO
ini dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Perwakilan Belanda
dipimpin oleh Mr. van Maarseveen dan UNCI diwakili Chritchley.
Isi dari Konferensi Meja Bundar: (1) Belanda mengakui kedaulatan
Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai sebuah negara yang merdeka,
(2) Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu
setahun, sesudah pengakuan kedaulatan, (3) Dibentuknya Uni Indonesia-
Belanda untuk bekerja sama dengan status sukarela dan sederajat, (4)
Republik Indonesia Serikat akan mengembalikan hak milik Belanda dan
memberikan hak-hak konsesi serta izin baru untuk perusahaan-
perusahaan Belanda, (5) Republik Indonesia Serikat harus membayar
semua utang Belanda yang dari tahun 1942.

26
Hasil keputusan Konferensi Meja Bundar disampaikan kepada
Komite Nasional indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya, KNIP melakukan
sidang dari tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil dari
KMB. KNIP resmi menerima hasil KMB. Lalu pada tanggal 15
Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden Republik Indonesia Serikat
(RIS) dengan caIon tunggal Ir. Soekarno yang akhirnya terpilih sebagai
presiden. Kemudian Ir. Soekarno dilantik dan diambil sumpahnya pada
tanggal 17 Desember 1949.
Setelahnya pada tanggal 23 Desember 1949 perwakilan RIS
berangkat ke negeri Belanda untuk menandatangani akta penyerahan
kedaulatan. Pada tanggal 27 Desember 1949, pada kedua negara,
Indonesia dan negeri Belanda dilaksanakan upacara penandatanganan
akta penyerahan kedaulatan Indonesia.
Periode berikutnya setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
adalah periode 1950-1959. Pada periode ini presiden Soekarno
memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus
1950 sampai 6 Juli 1959. Pada periode ini diberlakukan sistem
Demokrasi Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal dan
diberlakukannya UUDS 1950. Pemerintahan dijalankan oleh Perdana
Menteri, dan Presiden hanya sebagai lambang. Sistem Demokrasi Liberal
ternyata membawa akibat yang kurang menguntungkan bagi stabilitas
politik. Berbagai konflik muncul ke permukaan. Misalnya konflik
ideologis, konflik antar kelompok dan daerah, konflik kepentingan antar
partai politik.
Adanya pergantian kabinet yang silih berganti mengakibatkan
pembangunan tidak berjalan lancar,masing-masing partai lebih
memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Kondisi
perpolitikan di Indonesia sebelum dilaksanakan Pemilu tahun 1955 ada
dua ciri yang menonjol, yaitu munculnya banyak partai politik
(multipartai) dan sering terjadi pergantian kabinet/ pemerintahan. Pada

27
masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik
yang tidak stabil. Tercatat ada tujuh kabinet pada masa ini. Kabinet
tersebut antara lain :
1) Kabinet Natsir

Gambar 11. Moh. Natsir


Sumber : https://bit.ly/2qR1Nvv
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama pada masa demokrasi
liberal. Kabinet ini terbentuk pada tanggal 6 September 1950 dan
dilantik pada tanggal 7 September 1950. Perdana Menteri kabinet ini
adalah Moh. Natsir dari Masyumi. Menteri kabinetnya berasal dari
Masyumi ditambah tokoh-tokoh yang mempunyai keahlian istimewa,
seperti Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Prof. Dr. Sumitro
Joyohadikusumo, Assaat, dan Ir Juanda. Program kerja Kabinet Natsir:
adalah: (1) Mempersiapkan dan menyelengarakan pemilihan umum
untuk memilih Dewan Konstituante, (2) Menyempurnakan susunan
pemerintahan dan membentuk kelengkapan negara, (3) Menggiatkan
usaha mencapai keamanan dan ketentraman, (4) Meningkatkan
kesejahteraan rakyat, (5) Menyempurnakan organisasi angkatan
perang, (5) Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat. Akan
tetapi, belum sampai program tersebut terlaksana, kabinet ini sudah
jatuh pada 21 Maret 1951 dalam usia 6,5 bulan. Jatuhnya kabinet ini
karena kebijakan Natsir dalam rangka pembentukan DPRD dinilai
oleh golongan oposisi terlalu banyak menguntungkan Masyumi.

28
2) Kabinet Sukiman

Gambar 12. Sukiman


Sumber : https://bit.ly/2F8tEM7
Kabinet Sukiman merupakan kabimet koalisi. Partai-partai yang
berkoalisi adalah kedua partai terbesar waktu itu, yaitu Masyumi dan
PNI. Dr. Sukiman dari Masyumi terpilih menjadi perdana menteri dan
Suwiryo dari PNI sebagai wakilnya. Kabinet Sukiman terbentuk
apada tanggal 20 April 1951. Program kerja kabinet Sukiman : (1)
Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk
menjamin keamanan dan ketentraman serta menyempurnakan
organisasi alat-alat kekuasaan negara, (2) Membuat dan melakukan
rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk
mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat
usaha penempatan bekas pejuang dalam pembangunan, (3)
Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan
Konstituante dan menyelengarakan pemilu itu dalam waktu singkat
serta mempercepat terlaksananya otonomi daerah, (4) Menyiapakan
undang-undang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama,
penetapan upah minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh, (5)
Menjalankan polotik luar negeri bebas aktif, (6) Memasukkan Irian

29
Barat ke dalam wilayah RI secepatnya. Kabinet Sukiman tidak
mampu bertahan lama dan jatuh pada bulan Februari 1952. Penyebab
jatuhnya kabinet ini adalah karena diserang oleh kelompok sendiri
akibat kebijakan politik luar negeri yang dinilai terlalu condong ke
Barat atau pro-Amerika Serikat. Pada saat itu, kabinet Sukiman telah
menendatangani persetujuan bantuan ekonomi, teknologi, dan
persenjataan dengan Amerika Serikat. Dan persetujuan ini ditafsirkan
sebagai masuknya Indonesia ke Blok Barat sehingga bertentangan
dengan program kabinet tentang politik luar negeri bebas aktif.
3) Kabinet Wilopo

Gambar 13. Wilopo


Sumber : https://bit.ly/2vACC5k

Kabinet yang ketiga ini berhasil dibentuk pada 30 Maret 1952.


kabinet ini juga merupakan kabinet koalisi antara PNI dan Masyumi.
Wilopo dari PNI terpilih sebagai perdana menteri. Program kerja
kabinet Wilopo: (1) mempersiapkan pemilihan umum, (2)
mengembalikan Irian Barat ke dalam pangkuan RI, (3) meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan, (4) memperbarui bidang pendidikan dan
pengajaran, (5) melaksanakan politik luar negeri bebas aktif.
KabinetWilopo banyak mengalami kesulitan dalam mengatasi
timbulnyabgerakan-gerakan kedaerahan dan benih-benih perpecahan

30
yang menggangu stabilitas polotik Indonesia. Ketika kabinet Wilopo
berusaha menyelesaikan sengketa tanah perusahaan asing di Sumatera
Utara, kebijakan itu ditentang oleh wakil-wakil partai oposisi di DPR
sehingga menyebabkan kabinetnya jatuh pada 2 Juni 1953 dalam usia
14 bulan.
4) Kabinet Ali Satroamijoyo (Kabinet Ali-Wongsonegoro)

Gambar 14. Ali Sastroamijoyo


Sumber : https://bit.ly/2HjN8PS

Kabinet keempat berhasil dibentuk pada tanggal 31 Juli 1953


yang dipimpin oleh Ali Satroamijoyo dari PNI dan wakilnya
Wongsonegoro dari PIR (Partai Indonesia Raya). Program kerja
Kabinet Ali-Wongsonegoro : (1) Menumpas pemberontakan DI/TII di
berbagai daerah, (5) Melaksanakan pemilihan umum, (6)
Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI, (7)
Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Pada masa kabinet Ali-
Wongsonegoro, gangguan keamanan makin meningkat, antara lain
munculnya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Daud Beureuh
Aceh, dan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Meskipun dihinggapi
berbagai kesulitan, kabinet Ali-Wongsonegoro berhasil
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Oleh karena itu, kabinet
Ali-Wongsonegoro ikut terangkat namanya. Kabinet Ali-
Wongsonegoro akhirnya jatuh pada bulan Juli 1955 dalam usia 2
tahun (usia terpanjang). Penyebab jatuhnya kabinet Ali-

31
Wongsonegoro adalah perselisihan pendapat anatara TNI-AD dan
pemerintah tentang tata cara pengangkatan Kepala Staf TNI-AD.
5) Kabinet Burhanudin Harahap

Gambar 15. Burhanudin Harahap


Sumber : https://bit.ly/2HV8kwo

Kabinet kelima terbentuk pada tanggal 12 Agustus 1955 yang


dipimpin oleh Burhanuddin Harahap dari Masyumi. Program kerja
Kabinet Burhanuddin : (1) mengembalikan kewibawaan moral
pemerintah, dalam hal ini kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat, (2) akan dilaksankan pemilihan umum, desentralisasi,
memecahkan masalah inflasi, dan pemberantasan korupsi, (3)
perjuangan mengembalikan Irian Barat. \
Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, dilaksanakan
pemilihan umum pertama di Indonesia. Kabinet ini menyerahkan
mandatnya setelah DPR hasil pemilihan umum terbentuk pada bulan
Maret 1956.

32
6) Kabinet Ali Satroamijoyo II
Kabinet keenam terbentuk pada tanggal 24 Maret 1956 di
pimpin oleh Ali Satroamijoyo. Kabinet Ali II merupakan kabinet
pertama hasil pemilihan umum. Program kerja Kabinet Ali II : (1)
Menyelesaikan pembatalan hasil KMB, (2) Menyelesaikan masalah
Irian Barat, (3) Pembentukan provinsi Irian Barat, (4) Menjalankan
politik luar negeri bebas aktif. Kabinet Ali II ini pun tidak berumur
lebih dari satu tahun dan akhirnya digantikan oleh kabinet Juanda
7) Kabinet Juanda

Gambar 16. Ir Juanda


Sumber: : https://bit.ly/2HlRHJj

Kabinet Juanda disebut juga Kabinet Karya. Ir. Juanda diambil


sumpahnya sebagai perdana menteri pada tanggal 9 April 1957.
Program kerja Kabinet Karya disebut Pancakarya yang meliputi : (1)
membentuk Dewan Nasional, (2) normalisasi keadaan RI, (3)
Melanjutkan pembatalan KMB, (4) memperjuangkan Irian Barat
kembali ke RI, (5)mempercepat pembangunan.
Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi
Liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat

33
Indonesia sadar bahwa UUD 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak
cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945.
Akhirnya, Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta
merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat
adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan dekrit
Presiden yang isinya: (1) Pembubaran Konstituante, (2) Berlakunya
Kembali UUD 1945, (3) Tidak berlakunya UUDS 1950, (4) Pembentukan
MPRS dan DPRS.
Periode kepemimipinan Soekarno selanjutnya ada pada periode
demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1965. Langkah yang dilakukan oleh
presiden Soekarno untuk membangun Indonesia pada tahun 1960-an
adalah menggunakan konsep “revolusi belum selesai”. Konsep tersebut
merupakan konsep yang digunakan Soekarno untuk menolak ideologi
barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia setelah
berdirinya suatu negara (Indonesia). Pada masa Demokrasi Presidensial
terdapat empat kekuatan partai yang mengisi parlemen yaitu NU,
Masyumi,PNI dan PKI. Namun pada kenyataannya Soekarno lebih
memilih partai Komunis Indonesia (PKI) dikarenakan politik poros
Soekarno yang lebih cenderung ke negara Sosialis hal tersebut dibuktikan
dengan poros Jakarta-Peking, Jakarta-Hanoi. Hal tersebut melanggar
Undang- Undang Dasar Indonesia yang berpolitik secara bebas aktif.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, presiden Soekarno telah
memberikan tempat bagi PKI dalam sistem perpolitikan nasional karena
menurut Soekarno, PKI telah terbukti mempunyai basis masa terbesar di
Indonesia daripada partai-partai lain, atas posisi tersebut Soekarno yang
melaksanakan konsepsi NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis)
sebagai landasan Demokrasi Terpimpin dan kolektivitas berbagai partai
menjadi satu. Konsep revolusi yaitu revolusi nasional 17 Agustus 1945,
revolusi sosial dan revolusi komunis menghasilkan jargon “Revolusi
Belum Selesai” sangat relevan yang terus menguat, sehingga
mempermudah Soekarno

34
menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin untuk meraih dominasi politik.
Dalam konteks Demokrasi Terpimpin hubungan Soekarno selaku Presiden
menjadi dekat dengan PKI.
Arah politik luar negeri Indonesia juga terjadi penyimpangan dari
politik luar negeri bebas-aktif menjadi condong pada salah satu poros.
Pada masa itu diberlakukan politik konfrontasi yang diarahkan pada
negara-negara kapitalis, seperti negara-negara Eropa Barat dan Amerika
Serikat. Politik konfrontasi dilandasi oleh pandangan tentang Nefo (New
Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces). Nefo merupakan
kekuatan baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif
revolusioner (termasuk Indonesia dan negara- Negara kornunis umumnya)
yang anti imperialisme dan kolonialisme. Sedangkan Oldefo merupakan
kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-negara kapitalis yang
neokolonialis dan imperialis (Neokolim).
Perwujudan poros anti imperialisme dan kolonialisme itu dibentuk
poros Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong Yang. Akibatnya ruang
gerak diplomasi Indonesia di forum internasional menjadi sempit, karena
berkiblat ke negera-negara komunis. Selain itu, pemerintah juga
menjalankan politik konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini disebabkan
pemerintah tidak setuju dengan pembentukkan negara federasi Malaysia
yang dianggap proyek neo kolonialisme Inggris yang membahayakan
Indonesia dan negara-negara blok Nefo. Para pemimpin PKI, Aidit, Njoto,
dan lain-lain yang menuliskan statemen politik mereka dalam slogan-
slogan Demokrasi Terpimpin dan menegaskan sikap mendukung Manipol
juga harus mendukung Nasakom dan Resopim.
Pada masa ini juga Indonesia keluar dari keanggorannya sebagai
anggota PBB. Penyebab utama Indonesia keluar dari PBB adalah
diterimanya Malaysia sebagai anggota Dewan Keamanan (DK) tidak tetap
PBB. Dengan masuknya Malaysia menjadi anggota DK tidak tetap PBB,
maka Presiden Sukarno berpidato di depan Sidang Umum PBB dengan
judul “Membangun Dunia Kembali”. Karena PBB tetap menerima

35
Malaysia menjadi anggota DK, maka pada tanggal 7 Januari 1965 dengan
terpaksa Presiden Sukarno memutuskan Indonesia keluar dari PBB. Secara
resmi keluarnya Indonesia dari PBB dinyatakan oleh Menlu Subandrio.
Akibat keluarnya Indonesia dari PBB adalah Indonesia semakin terkucil
dari pergaulan internasional.
Ciri-ciri periode ini ialah dominasi yang sangat kuat dari presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Undang-Undang
Dasar 1945 memberi kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan
selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi Ketetapan MPRS No.
III/MPRS/1963 yang mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur
hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini. Tahun 1960
Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat hasil
pemilihan umum, padahal dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang
untuk berbuat demikian.
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang menggantikan
Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum ditonjolkan peranannya
sebagai pembantu Presiden, sedangkan fungsi kontrolnya ditiadakan.
Bahkan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dijadikan menteri sehingga
fungsi mereka lebih sebagai pembantu presiden dari pada wakil rakyat.
Kuatnya posisi presiden juga merambah dalam bidang-bidang lain di luar
bidang eksekutif. Berdasarkan Undang- Undang No. 19 tahun 1964
Presiden diberi wewenang untuk campur tangan di bidang yudikatif. Dan
masih Banyak lagi penyimpangan-penyimapangan terhadap Undang-
Undang Dasar 1945. Puncaknya pecahnya peristiwa G 30 S/PKI telah
mengakhiri periode demokrasi terpimpin dan membuka jalan untuk di
mulainya masa demokrasi Pancasila. Maka Presiden Soekarno
mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) yang
ditujukan bagi Letjen Soeharto guna mengambil langkah yang dianggap
perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit
dikendalikan. Pada tanggal 12 Maret 1967

36
Jenderal Soeharto dilantik menjadi pejabat Presiden Republik Indonesia
oleh Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution.
E. Rangkuman
Berikut ini adalah rangkuman berdasarkan uraian materi di atas :
1. Kehidupan sosial pada masa revolusi lebih banyak diwarnai dengan
pertempuran fisik untuk mempertahankan wilayah Indonesia dari upaya
Belanda untuk merebut kembali Indonesia. banyak korban jiwa yang muncul
dari rakyat Indonesia. Pada periode demokrasi Liberal kehidupan sosial
dipengaruhi oleh beberapa pergantian kabinet dan juga kebijakan politik, orde
lama berusaha membangun masyarakat sipil yang kuat yang berdiri diatas
demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara
termasuk dalam bidang pendidikan. Pada era demokrasi terpimpin kebijakan
politik yang dibuat Soekarno melaksanakan konsepsi NASAKOM (Nasional,
Agama dan Komunis) sebagai landasan Demokrasi Terpimpin dan
kolektivitas berbagai partai menjadi satu juga mempengaruhi kondisi sosial.
Masyarakat seolah-olah terpecah menjadi kelompok nasionalis, agamis, dan
juga komunis.
2. Kehidupan ekonomi pada masa awal Pada masa pasca proklamasi
kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang
cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup
mengontrol mata uang asing yang beredar di Indonesia, terutama mata uang
Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan bea cukai dalam
keadaan nihil, begitu juga dengan pajak. Pada masa demokrasi liberal
kebijakan yang dibuat antara lain, Gunting Syarifuddin. Yakni pemotongan
nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkar harga
turun. Selain itu juga dilakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia pada bulan Desember 1951 dengan fungsi bank sentral dan
sirkulasi. Program Benteng pada kabinet Natsir, yakni dengan menumbuhkan
wiraswastawan pribumi. Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo I diberlakukan
sistem ekonomi Ali-Baba. Sistem ini berupa penggalangan kerjasama antara
pengusaha lokal dengan pengusaha china. Pada era demokarsi terpimpim

37
konsep ekonomi Berdikari dengan konsep Trisakti yang dikeluarkan oleh
Presiden Soekarno sebagai respon atas sulitnya mendapat bantuan
internasional. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak
seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga
memadukannya dengan nasionalisme ekonomi
3. Kehidupan politik pada masa awal orde lama dilakukan dengan beberapa
perundingan dengan Belanda, perundingan tersebut antara lain perundingan
Linggarjati, Perjanjian Renville, dan konferensi meja bundar dalam upaya
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada masa demokrasi liberal
kehidupan politik lebih banyak dipengaruhi oleh seringnya pergantian kabinet
yang ada. Tercatat ada tujuh kabinet yang ada pada periode ini, kabinet
tersebut adalah kabinet Natsir, Kabinet Sukiman, kabinet Wilopo, kabinet Ali
Satroamijoyo, kabinet Burhanudin harahap, dan kabinet AliSatroamijoyo II.
Pada masa ini merupakan dicirikan dengan dominasi yang kuat dari Presiden
Soekarno terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh
komunis, dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Pada
periode ini juga Presiden Soekarno membubarkan DPR-GR dan juga
terjadinya peristiwa G30S PKI yang kemudian menjatuhkan Presiden
Soekarno dari posisi Presiden Indonesia

38
F. Tes formatif
1. Perhatikan data berikut ini :
(1) Jawa
(2) Sumatra
(3) Madura
(4) Sulawesi
(5) Kalimantan
Berdasarkan data diatas yang termasuk wilayah Indonesia berdasarkan
perjanjian linggarjati adalah ...
a. 1-2-3
b. 1-2-4
c. 2-3-4
d. 3-4-5
e. 1-3-5
2. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Belanda masih
berupaya untuk mengambil kembali beberapa wilayah di Indonesia, hal
tersebut menimbulkan beberapa pertempuran dengan Belanda demi
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berikut ini yang bukan latar
belakang terjadinya peristiwa 10 November 1945 adalah ...
a. Pendudukan Jepang dan perobekan bendera di hotel yamato.
b. Perobekan bendera di hotel yamato dan meninggalnya Brigadir
Jenderal Kirby.
c. Pembunuhan tokoh agama dan meninggalnya Brigadir Jenderal
Mallaby.
d. Pembunuhan tokoh agama dan meninggalnya Brigadir Jenderal
Kirby.
e. Perobekan bendera di hotel yamato dan pembunuhan tokoh agama.
3. Perhatikan data berikut ini ;
(1) Belanda berdaulat atas Indonesia sebelum Indonesia mengubah
menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat).

39
(2) Belanda hanya mengakui jawa tengah, Yogjakarta, dan Sumatera
bagian wilayah Republik Indonesia.
(3) Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan
wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda.
(4) TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
(5) Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia,
yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
(6) Belanda menyerahkan ganti rugi perang kepada Indonesia sebesar
45.000 Gulden.
Berdasarkan data diatas yang merupakan isi dari perjanjian Renville
adalah ...
a. 1-3-5-6
b. 1-2-4-6
c. 2-3-4-5
d. 3-4-5-6
e. 1-2-3-4
4. Untuk memenuhi kebtuhan hidup masyarakat, sebuah negara harus
menentukan mata uang yang berlaku di negaranya sebagai alat
pembayaran yang sah. Berikut ini mata uang yang beredar setelah
proklamasi kemerdekaan adalah ...
a. De Javasche Bank, mata uang NICA dan ORI
b. De Indische Bank, mata uang NICA dan ORI
c. De Javasche Bank, mata uang NICA dan mata uang Inggris
d. De Javasche Bank, De Indische Bank dan mata uang Inggris
e. De Javasche Bank, De Indische Bank dan mata uang NICA
5. Perwujudan poros anti imperialisme dan kolonialisme yang dibentuk oleh
Soekarno di era demokrasi terpimpin yakni?
a. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Kuala Lumpur
b. Jakarta-Amsterdam-Hanoi-Peking-Pyong Yang
c. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyong Yang

40
d. Jakarta-Phnom Penh-Kyoto-Peking-Pyong Yang
e. Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Osaka
6. Pada era demokrasi terpimpin kebijakan politik yang dibuat Soekarno
melaksanakan konsepsi NASAKOM, yakni ...
a. Nasioalis – Agamis – Komunis
b. Nasioalis – Terpimpin – Komunis
c. Nasioalis – Agamis – Terpimpin
d. Terpimpin – Agamis – Komunis
e. Nasioalis – Aktif – Komunis
7. Perhatikan data berikut ini :
(1) Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS)
sebagai sebuah negara yang merdeka.
(2) Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu
setahun, sesudah pengakuan kedaulatan.
(3) Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk bekerja sama dengan status
sukarela dan sederajat.
(4) Republik Indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda
yang dari tahun 1942.
(5) Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu
Jawa, Sumatera dan Madura.
(6) TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah
pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Berdasarkan data diatas yang merupakan hasil konferensi meja bundar
adalah...
a. 1-2-4-6
b. 2-3-4-5
c. 3-4-5-6
d. 1-2-3-4
e. 2-4-5-6
8. Kebijakan yang di keluarkan pada masa demokrasi liberal salah satunya
adalah Gunting Syarifuddin. Kebijakan tersebut berisi ...

41
a. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga naik
b. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga turun
c. Penaikan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun
d. Pemotongan nilai uang agar mengurangi jumlah uang yang beredar
agar tingkat harga naik
e. Pemotongan nilai uang agar menaikan jumlah uang yang beredar agar
tingkat harga turun
9. Dominasi yang sangat kuat dari presiden, terbatasnya peranan partai
politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Ciri tersebut muncul pada era ...
a. Demokrasi terpimpin
b. Demokrasi liberal
c. Demokrasi pancasila
d. Demokrasi serikat
e. Demokrasi otoriter
10. Isi dekrit presiden 5 Juli 1959 adalah ....
a. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
b. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
c. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
d. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS
e. Pembubaran Konstituante, Berlakunya Kembali UUD 1945, Tidak
berlakunya UUDS 1950, Pembentukan MPRS dan DPRS

42
G. Daftar Pustaka

Asshiddiqie, Jimly. 2005. Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik


dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Konpress.

Dahm, Bernhard. 1987. Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta:


LP3ES.

Hayati, Chusnul, dkk. 1985. Sejarah Indonesia. Jakarta: Karunika.

Kahin, George Mc Turnan. 1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia,


terj. NinBakdi Soemanto. Surakarta: UNS Press.

Max Kartodirdjo, Sartono. 1 9 9 2 . Pengantar Sejarah Indonesia Baru:


Sejarah Pergerakan Nasional Jilid 2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Lane, Max. 2007. Bangsa yang Belum Selesai. Jakarta: Reform Institut.

Noer, Deliar.1995. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta:


LP3ES

Nugroho, Arifin Suryo & Ipong Jazimah. 2011. Detik-Detik Proklamasi : Saat-
Saat Menegangkan Menjelang Kemerdekaan. Yogyakarta : Pustaka
Narasi.

Poesponegoro, Marwati Djoened (dkk). 1993. Sejarah Nasional Indonesia Jilid


V. Jakarta: Balai Pustaka.

Ricklefs, R.C. 2009. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.

43
H. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. A
2. B
3. E
4. A
5. C
6. A
7. D
8. B
9. A
10. D

44
45

Anda mungkin juga menyukai