Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEMBELAJARAN PKN DI SD
(MODUL 11 DAN 12)

DOSEN PENGAMPU
Nur Idris, S.Pd, M.Pd

(Kelas 1 PGSD BI.22)


DISUSUN OLEH

1. Yoas Abdi Prayoga NIM 857974219


2. Eka Fitriyanto NIM 857974448
3. Anu Murtianto NIM 857974502
4. Efi Aryati NIM 857978588

UPBJJ-UT YOGYAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah
singkat ini adalah “Pembelajaran PKN di SD Modul 11 dan 12”.
Kami menyadari banyak pihak yang membantu dan berkontribusi dalam
terselesaikannya makalah ini. Segala bentuk bantuan, baik berupa dukungan moril dan
materil sangat membantu kami dalam mengumpulkan semangat dan keinginan untuk
menyelesaikan studi. Dengan demikian kami ucapkan terima kasih dengan ketulusan hati
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing kami selama menyusun makalah
ini
Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat
makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi pembaca.

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Batasan Masalah...................................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
D. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Karakteristik Warga Negara Indonesia dalam Konteks Individu yang
Berbhineka Tunggal Ika............................................................................................. 3
1. Warga Negara yang Cerdas .................................................................................. 3
2. Warga Negara yang Partisipatif............................................................................. 5
3. Warga Negara yang Bertanggung Jawab................................................................ 6
4. Warga Negara yang Religius dan Penuh Toleransi.................................................. 8
B. Penilaian dalam Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI ................................................ 11
1. Konsep dan Prinsip Penilaian PKn SD/MI............................................................... 11
2. Berbagai Alat Penilaian dalam PKn SD/MI............................................................ 12
3. Model-model Alat Penilaian PKn SD/MI............................................................... 15
4. Penggunaan Model Alat Penilaian PKn SD/MI Berbasis Pertofolio........................ 16

BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 18


A. Kesimpulan.............................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keberagaman sosial dan budaya, tak terkecuali karakteristik
masyarakat Indonesia. Karakteristik warga negara yang berbhineka adalah warga negara
yang cerdas, warga negara yang partisipasif, warga negara yang bertanggung jawab, serta
warga negara yang religius dan penuh toleransi. Adanya keberagaman ini, masyarakat
harus bisa menentukan sikap dan perilaku yang tepat untuk mewujudkan kehidupan yang
aman, damai, sejahtera lahir dan batin dalam suasana keberagaman.
Pembelajaran PKN di SD sangat penting bagi guru untuk mengetahui sejauh mana
seorang guru telah mencapai kompetensi pembelajaran yang telah dirumuskan agar dapat
dicapai peserta didik melalui pengalaman belajar sebelum terjun langsung ke dalam
masyarakat. Oleh karena itu siswa harus dapat memahami karakteristik warga negara
Indonesia guna ikut perpartisipasi langsung mewujudkan kehidupan yang aman damai
dan sejahtera di tengah masyarakat.
Penilaian dalam pendidikan kewarganegaraan sangat penting dan merupakan suatu
strategi bagi setiap guru SD guna mengetahui sampai sejauh mana seorang siswa benar-
benar telah mencapai kompetensi dan indikator atau pembelajaran PKn. Keberhasilan
pembelajaran sangat tergantung pada kemammpuan profesional guru maka diharapkan
guru dapat memilih strategi atau metode mengajar yang sesuai dengan kejelasan tuntutan
kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa sehingga memungkinkan guru dapat
melakukan penilaian tentang apakah sebuah kopetensi yang diperlukan benar-benar telah
dimiliki siswa atau belum melalui standar-standar penilaian kompetensi.

B. Batasan Masalah
Makalah ini hanya menjelaskan karakteristik warga negara Indonesia dalam konteks
individu yang Berbhineka Tunggal Ika di modul 11 dalam pembelajaran PKN di SD dan
penilaian dalam pendidikan kewarganegaraan SD di modul 12.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik warga negara yang cerdas?
2. Bagaimana karakteristik warga negara yang partisipasif?
3. Bagaimana karakteristik warga negara yang bertanggung jawab?
4. Bagaimana karakteristik warga negara yang religious dan penuh toleransi?
5. Bagaimana konsep dan prinsip penilaian PKn SD/MI?
6. Bagaimana alat penilaian dalam PKn SD/MI?
7. Bagaimana model-model alat penelitian PKn SD/MI?
8. Bagaimana penggunaan model alat penilaian PKn SD/MI Berbasis portofolio?

1
D. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan karakteristik warga negara yang cerdas
2. Menjelaskan karakteristik warga negara yang partisipasif
3. Menjelaskan karakteristik warga negara yang bertanggung jawab
4. Menjelaskan karakteristik warga negara yang religious dan penuh toleransi
5. Menjelaskan konsep dan prinsip penilaian PKn SD/MI?
6. Menjelaskan alat penilaian dalam PKn SD/MI?
7. Menjelaskan model-model alat penelitian PKn SD/MI?
8. Menjelaskan penggunaan model alat penilaian PKn SD/MI Berbasis portofolio?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Warga Negara Indonesia dalam Konteks Individu yang Berbhineka


Tunggal Ika

1. Warga Negara yang Cerdas

a. Konsep Warga Negara

Menurut Aristoteles, yang disebut warga negara adalah orang yang secara aktif
ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara, yaitu orang yang dapat
berperan sebagai orang yang diperintah, dan orang yang bisa berperan sebagai
yang memerintah.

Menurut Turner (1990) dalam bukunya yang berjudul Civics: Citizen in action,
menjelaskan bahwa warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang
hidup atau tinggal dalam wilayah hukum tertentu yang diatur oleh pemerintah.

b. Karakteristik Warga Negara yang Cerdas

Warga negara yang cerdas adalah warga negara yang memenuhi beberapa
kompetensi khusus dan mampu mengaplikasikan kompetensi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun kompetensi-kompetensi tersebut sebagai berikut:

1. Kemampuan memperoleh dan menggunakan informasi


Warga negara yang cerdas dalam konteks kehidupan era informasi dewasa ini
tidak hanya dituntut untuk mengetahui berbagai informasi dalam lingkup
lokal, nasional, regional, maupun internasional, melainkan dituntut untuk
selalu berupaya mencari informasi balikan ataupun menggunakan informasi
yang diperoleh secara efisien.
Manfaat yang didapat melalui mencari dan mampu menggunakan informasi
secara efektif adalah : Dapat memperluas wawasan pemikirannya, mengetahui
perkembangan informasi, meningkatkan keterampilan mengambil keputusan,
dan mendorong keterampilan berfikir kritis dan kreatif.
2. Menjaga dan membina ketertiban
Warga negara yang cerdas adalah warga negara yang dapat membina
ketertiban ditengah masyarakat, sedangkan ketertiban dapat terwujud dengan
adanya pengetahuan yang kuat mengenai peraturan dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat
Sikap sikap yang harus dimiliki warga negara dalam menjaga ketertiban
adalah : Menggunakan hak sesuai dengan norma yang berllaku, Menghargai
hak dan kewajiban orang lain, menjunjung tinggi toleransi dalam masyarakat,
menerima keanekaragaman sosial, politik, ekonomi, dan budaya, memecahkan
konflik dengan menghindari kekerasan.

3
3. Membuat keputusan
Warga negara yang cerdas adalah warga negara yng mampu mengambil
keputusan secara cerdas, dimana pengambilan keputusan itu tidak dilandasi
sikap emosional melainkan pengambilan keputusan secara rational, sistematis
dan logis.
4. Kemampuan berkomunikasi
Warga negara yang cerdas adalah warga negara mampu menyampaikan
informasi yang memiliki bobot atau bermakna (meaningful), informasi tersebut
dapat berkaitan dengan aspirasi atau harapan-harapan warga negara terhadap
pemerintah untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Perwujudan komunikasi yang efektif yang harus dikembangkan warga negara
antara lain: Menyampaikan ide-ide kritis pada pemerintah, ikut serta
mengkomunikasikan program pemerintah sesuai kemampuan yang dimiliki,
menggunakan dan memanfaatkan seluruh saluran komunikasi dengan benar,
membangun etika komunikasi yang baik antar sesama warga negara dan
pemerintahnya.
5. Menjalin kerja sama
Warga negara yang cerdas adalah warga negara yang dapat menjalin kerja
sama yang baik antar warga masyarakat dengan menghindari sikap-sikap
egoistik, materialistik, liberalistik, dan otoriter.
Sikap prososial yang harus dimiliki warga negara antara lain: Mendahulukan
kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, saling menolong dan
membantu, menjunjung HAM berdasarkan moral, bersikap demokratis,
berperilaku saling memberi, berperilaku saling meminjam dengan jujur.
6. Melakukan berbagai kepentingan dengan benar
Warga negara yang cerdas adalah warga negara yang senantiasa menempatkan
kepentingannya dalam konteks kepentingan orang lain, artinya dalam
menggunakan kepentingan tersebut selalu mempertimbangkan kepentingan
orang lain, sehingga dapat meminimalisir terjadina pertentanga kepentingan
atau konflik di tengah masyarakat.

c. Dimensi-Dimensi Kecerdasan Warga Negara


Warga negara yang cerdas sebagaimana hendak diwujudkan melalui PKN adalah
warga negara yang cerdas secara intelktual, emosional, spiritual dan cerdas secara
moral. Warga negara yang cerdas juga harus dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya antara lain:
 Minat
 Dorongan ingin tahu
 Dorongan ingin membuktikan kenyataan
 Dorongan ingin menyelidiki
 Dorongan ingin menemukan sendiri

4
2. Warga Negara yang Partisipatif

a. Pengertian Partisipasi
Partisipasi adalah suatu bentuk keterlibatan warga negara dalam kegiatan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Bentuk dari partisipasi tersebut dapat
berupa partisipasi secara fisik yang berupa tenaga dan pikiran maupun non-fisik
yang berupa materi atau benda.
Warga negara yang partisipatif adalah warga negara yang senantiasa melibatkan
diri dalam berbagai kegiatan dalam konteks kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara, baik dalam bidang politik, sosial dan budaya.
b. Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah suatu bentuk partisipasi warga negara dalam bidang
politik yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh
pemerintah. Beberapa perwujudan dari partisipasi politik adalah:
 Mengkritisi secara aktif terhadap kebijakan pemerintah
Setiap warga negara dituntut untuk senantiasa merespon dan mengkritisi
berbagai kebijakan yang digulirkan pemerintah, bentuk dari kritik tersebut
dapat berupa demonstrasi atau unjuk rasa yang dilakukan dengan damai dan
dapat menyikapi setiap kebijakan pemerintah.
 Aktif dalam partai politik
Setiap masyarakat diberikan peluang yang cukup luas untuk terlibat dalam
kegiatan partai politik namun untuk menjadi anggota politik harus disertai
dengan kesiapan mental agar dapat menyesuaikan diri dengan nilai yang
berkembang dalam partai politik tersebut.
 Aktif dalam kegiatan swadaya masyarakat (LSM)
LSM merupakan wadah yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk
mewujudkan cara berpolitik, sehingga dapat memberikan pengawasan
terhadap jalannya pemerintahan guna menuju pemerintahan yang baik,
transparan, dan bertanggung jawab.
 Diskusi politik
Diskusi politik bertujuan untuk meningkatkan kemelekan politik dan
kedewasaan politik warga masyarakat, proses diskusi tersebut dimuat melelui
media masa seperti TV dan koran. Agar proses diskusi dapat berjalan dengan
lancar maka harus menghindari sikap Apatisme, Sinisme, Alienasi, dan
Anomie.

c. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial adalah kegiatan atau aktivitas warga negara sebagai anggota
masyarakat dalam kehidupan kemasyarakatan. Partisipasi sosial akan berjalan
dengan baik jika didukung dengan kepekaan sosial yaitu sikap seorang warga
negara yang mudah dan cepat bereaksi terhadap masalah-masalah yang timbul di
tengah masyarakat. Beberapa perwujudan dari partisipasi sosial adalah:
 Membantu anggota masyarakat yang membutuhkan

5
 Berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti atau gotong-royong
 Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan golongan tertentu.
d. Partisipasi Dalam Bidang Ekonomi
Partisipasi ekonomi adalah keikutsertaan warga negara dalam pembangunan
ekonomi masyarakat dan bangsa. Partisipasi ekonomi yang dilakukan setiap warga
negara dapat mendorong atau memacu pertumbuhan serta perkembangan ekonomi
negara yang mapan. Beberapa perwujudan dari partisipasi ekonomi adalah:
 Membayar pajak sesuai dengan ketentuan dan peraturan hukum.
 Menyisihkan sebagian harta untuk kepentingan warga masyarakat yang lebih
membutuhkan.
 Tidak menggunakan fasilitas negara untuk keperluan atau kepentingan pribadi
e. Partisipasi Dalam Bidang Budaya
Partisipasi dalam bidang budaya adalah keikutsertaan warga negara dalam menjaga
dan melestarikan budaya bangsa. Beberapa perwujudan dari partisipasi dalam
beidang budaya adalah:
 Menghilangkan etnosentrisme dan chauvinisme
 Mencintai budaya lokal dan nasional
 Melakukan berbagai inovasi untuk menykong perkembangan budaya daerah.

3. Warga Negara yang Bertanggung Jawab

a. Pengertian Tanggung Jawab


Pengertian tanggung jawab menurut Ridwan Halim (1988) mendefinisikan
tanggung jawab sebagai akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik berupa
hak maupun kewajiban ataupin kekuasaan.
Secara umum tanggung jawab adalah kewajiban melakukan sesuatu atau
berperilaku menurut cara tertentu. Tanggung jawab erat kaitannya dengan hak,
kewajiban serta kekuasaan karena pelaksanaan kewajiban dan kekuasaan serta
penggunaan hak yang dimiliki setiap warga negara harus disertai dengan rasa
tanggung jawab
Dalam menggunakan hak dan kewajibannya warga negara harus memperhatikan
beberapa aspek sebagai berikut:
 Aspek kekuatan
 Aspek perlindungan hukum
 Aspek pembatasan
 Aspek pengecualian hukum

Warga negara yang bertanggung jawab adalah warga negara yang berupaya
seoptimal mungkin untuk melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan cara
menurut aturan-aturan yang berlaku.
b. Tanggung jawab Warga Negara Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Dalam sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, dan UUD 1945
Pasal 29 (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Negara

6
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu.
Dari landasan tersebut, setiap warga negara harus senantiasa melandasi sikap dan
perilakunya dengan nilai-nilai keimaman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Berikut adalah perwujudan dari tanggung jawab terhadap Tuhan YME:
 Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya pada kita semua
 Beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing
 Melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala yang dilarang oleh Tuhan
YME
 Menuntuk ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan
 Menjalin tali silaturahmi guna mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman,
tenteram, damai, dan sejahtera.

c. Tanggung jawab Warga Negara Terhadap Masyarakat


Setiap warga negara hidup ditengah-tengah masyarakat dan keberadaannya tidak
dapat dilepaskan dari masyarakat mulai sejak ia dilahirkan, dibesarkan, dan bahkan
ketia ia meninggal sekalipun, ia memerlukan bantuan anggota masyarakat lainnya.
Frans Magnis Suseno (1993) mengatakan bahwa kebermaknaan manusia itu jika ia
hidup di masyarakat. Berikut adalah perwujudan dari tanggung jawab terhadap
masyarakat:
 Memelihara ketertiban dan keamanan hidup bermasyarakat
 Menjaga dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
 Meningkatkan rasa solidaritas sosial sebagai sesama anggota masyarakat
 Menghapuskan segala bentuk diskriminatif dalam kehidupan di masyarakat
d. Tanggung Jawab Warga Negara Terhadap Lingkungan
Hubungan manusia dengan lingkungan sangat erat dan tidak bisa dipisahkan,
karena manusia membutuhkan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya,
sementara lingkungan memerlukan manusia untuk pemeliharaanya. Berikut adalah
perwujudan dari tanggung jawab terhadap lingkungan:
 Memelihara kebersihan lingkungan
 Tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan
 Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
Dengan melakukan hal tersebut dengan penuh tanggung jawab dan konsisten maka
diyakini kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan tertib aman damai serta
penuh dinamika. Pemanfaatan teknologi harus mempertimbangkan lingkungan
dimana kita tinggal agar teknologi tersebut justru tidak merusak alam lingkungan.
e. Tanggung Jawab Warga Negara Bangsa dan Negara
Maju mundurnya suatu bangsa sangat tergantung kepada tanggung jawab warga
negaranya. Oleh karena itu keadaan suatu bangsa apakah maju, berkembang, atau
mundur sangat ditentukan oleh warga negaranya sendiri.
Tanggung jawab warga negara terhadap bangsa dan negaranya dilaksanakan
dengan cara mengunakan hak dan menjalankan kewajibannya sebagai warga
negara sesuai dengan landasan konstutional negara kita yaitu UUD 1945 sebagai

7
mana mestinya. Berikut adalah perwujudan dari tanggung jawab terhadap bangsa
dan negara:
 Memahami dan mengamalkan ideologi nasional kita (Pancasila) dalam
kehidupan sehari-hari
 Menjaga dan memelihara nama baik bangsa dan negara dimata dunia sebagai
bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat, berdaulat, berperadaban dan
bermartabat
 Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menghindari sikap dan perilaku
yang diskriminatif.
 Membina solidaritas sosial sebagai sesama warga negara indonesia
 Meningkatkan wawasan kebangsaan agar semangat, paham, dan senantiasa
terbina rasa kebangsaannya dalam setiap diri warga negara.
4. Warga Negara yang Religius dan Penuh Toleransi

a. Manusia Sebagai Mahluk Religius


Manusia adalah homo religius artinya manusia adalah mahluk yang beragama, yaitu
mahluk yang mempunyai keyakinan akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang
menguasai alam dan jagad raya berserta seluruh mahluk lainnya didunia ini.
Landasal ideal negara indonesia Pancasila dengan tegas menyebutkan bahwa negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan ini berarti bangsa indonesia
meyakini dengan benar kekuasaan dan keesaan Tuhan, pencipta dan pengurus
seluruh penjuru alam dan isinya.
Selain itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-3 menyebutkan bahwa “Atas
berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Dengan ini berarti bangsa indonesia
menyadari bahwa keberhasilan merebut kemerdekaan dari penjajah adalah karena
berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

b. Pengertian Warga Negara Religius


Warga negara religius adalah warga negara yang senantiasa memahami dan
melakukan nilai-nilai ajaran agama yang dipeluk dan diyakini dalam kehidupan
sehari-hari, baik dilingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 3 menyebutkan bahwa warga negara yang
hendak diwujudkan melalui proses pendidikan adalah warga negara yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
Berikut adalah nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang harus tercermin dalam
sikap setiap warga negara:
1. Dalam berhubungan dengan Tuhannya
Warga negara yang religius harus patuh terhadap perintah-perintah Tuhan dan
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak diperkenankan Tuhan.
2. Dalam berhubungan dengan sesama warga negara

8
Warga negara yang religius senantiasa menjalin hubungan antara sesama warga
negara atas dasar kesamaan sebagai mahluk Tuhan yang memiliki harkat,
martabat yang sama.
3. Dalam berhubungan dengan Lingkungannya
Warga negara yang religius selalu berusaha menjaga lingkungan untuk
menunjang kehidupan masyarakat yang lebih baik dan dan mewujudkan
kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas.
4. Dalam berhubungan dengan negaranya
Warga negara yang religius harus dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
dengan baik dan bertanggung jawab sehingga perilaku yang dilakukan dapat
mengandung manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara.

c. Pentingnya Suatu Toleransi


Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) Toleransi diartikan sebagai sikap
menegang, dalam makna menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian,
pendapat, kepercayaan, kelakuan yang lain dari yang dimiliki seseorang atau yang
bertentangan dengan pendirian seseorang.
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa toleransi adalah sikap lapang dada
terhadap prinsip atau pendirian orang, tanpa mengorbankan prinsip dan pendirian
sendiri. Secara umum toleransi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Toleransi Agama adalah toleransi yang bersangkutan dengan keyakinan, yang
berhubungan dengan akidah.
2. Toleransi Sosial adalah toleransi yang menyangkut hubungan sosial
kemasyarakatan.
Perwujudan sikap toleransi tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:

 Bergaul dan berintaraksi antara sesama warga masyarakat dengan tidak


membeda-bedakan agama, keturunan, bahasa, budaya, ras, atau etnik
 Tidak melakukan tindakan yang memprovokasi dan pelecehan agama tertentu.
 Tidak mencampuradukan ajaran-ajaran agama yang satu dengan yang lain.

Dengan perwujudan sikap dan perilaku warga negara yang religius dan penuh
toleransi maka kita akan dapat membangun masyarakat dan bangsa indonesia yang
maju, berperadaban dan kokoh sehingga tidak terjadi konflik atas dasar agama di
tengah masyarakat.

9
B. Penilaian dalam Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI (Modul 12)

1. Konsep dan Prinsip Penilaian Pkn SD/MI

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu bidang kajian (Undang-


undang Sistem Pendidikan No. 20 Tahun 2003) dan Program Studi yang fungsi dan
perannya antara lain sebagai pendidikan hukum, pendidikan politik dan pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan sebagaimana diketahui sejak
diberlakukan melalui kurikulum sekolah tahun 1975 adalah mata pelajaran yang berdiri
sendiri yang tujuan umumnya adalah membentuk warga Negara yang baik. Kemudian
dalam perkembangannya menjadi bidang studi Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang
lebih menekankan pada penanaman nilai-nilai moral pancasila yang selama ini telah
dikenal lewat Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan BP7 untuk
masyarakat perubahan orientasi tidak hanya sampai disitu sebab nama mata pelajaran
PMP tersebut berubah lagi menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganeraan (PPKn)
di dasarkan pada Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
pendidikan nasional yang isinya di dominasi oleh materi P4 tersebut di atas dan melalui
Undnag-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
nasional nama PPKn di ubah lagi menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada kemammpuan professional guru


maka diharapkan guru dapat memilih strategi atau metode mengajar yang sesuai dengan
kejelasan tuntutan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa sehingga
memungkinkan guru dapat melakukan penilaian tentang apakah sebuah kopetensi yang
diperlukan benar-benar telah dimiliki siswa atau belum melalui standar-standar
penilaian kompetensi.

Penilaian juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
artinya melalui data yang dikumpulkan untuk penilaian, guru dapat mengetahiu tingkat
pencapaian suatu tujuan, kekuatan dan kelemahan siswa dalam proses belajar dan
kelemahan dalam proses belajar yang dikembangkan guru di kelas.

Evaluasi sering disamaartikan dengan penilaian sebenarnya istilah penilaian dan


evaluasi memiliki kesamaan dan perbedaan. Persamaan adalah keduanya mempunyai
pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, sedangkan perbedaannya terletak
pada konteks penggunaannya.

Dalam penilaian ada 4 unsur pokok yaitu : (1) Objek yang dinilai, (2) Kriteria sebagai
tolak ukur, (3) Data tentang objek yang dinilai, (4) Pertimbangan keputusan
(judgment).

10
Ada tiga hal yang berkaitan dalam kegiatan penilaian yaitu penilaian, pengukuran, dan
tes. Ketiga hal itu sering disalahartikan antara satu dengan yang lainnya. Gronlund
(1985) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari
pengumpulan analisis dan interperetasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana
siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.

Pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka


mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan tes adalah
suatu alat atau bentuk dari pengukuran.

Secara prinsip penilaian dalam PKn tidak berbeda dengan penilaian dalam mata
pelajaran lain hanya yang berbeda tekanannya lebih menekankan pada aspek afektif.

Jarolimek dan WC Parker (1993) menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran, penilaian yang dilakukan guru bertujuan untuk :

(1)Membantu mengklarifikasi tujuan pembelajaran bagi peserta didik.


(2)Menginformasikan kelebihan dan kekurangan peserta didik dalam belajar.
(3)Menginformasikan peserta didik bagaimana meningkatkan proses dan hasil
belajarnya.
(4)Bahan informasi esensial kepada orang tua dan masyarakat mengenai efektivitas
program sekolah.

2. Berbagai Alat Penilaian dalam Pkn SD/MI

Penilaian merupakan bagian yang internal dalam keseluruhan proses belajar mengajar,
penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
proses dan hasil pembelajaran.
Pada pelaksanaannya, informasi yang akan dijadikan dasar menentukan nilai dapat
diperoleh melalui berbagai cara sesuai dengan tujuan dari penilaian itu sendiri. Secara
umum cara-cara mengumpulkan data yang dianggap sah adalah melalui teknik tes atau
teknik bukan tes. Teknik tes bisa berupa tes tulisan, tes lisan atau tes perbuatan. Teknik
bukan tes bisa berupa wawancara, pengamatan, studi kasus atau inventori.
Pada konsep kurikulum berbasis kopetensi (KBK, kedudukan fungsi dan peranan
penilaian dalam pembelajaran tidak mengalami perubahan). Penilaian kelas merupakan
suatu proses pengumpulan pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, dan pelaksanaan berkelanjutan.
Penilaian kelas menggunakan arti penilaian sebagai assessment yaitu kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh dan mengaktifkan informasi tentang hasil belajar siswa
pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM). Pengumpulan
infromasi dapatdilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi di dalam atau di
luar kelas, menggunakan waktu khusus untuk penilaian aspek sikap atau nilai dengan
tes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar (diawal, tengah dan akhir).
Tujuan penilaian kelas adalah untuk memberikan :

11
1. Informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa secara individual dalam mencapai
tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya.
2. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut baik
terhadap masing-masing siswa maupun terhadap siswa seluruh kelas.
3. Informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa, menerapkan tingkat kesulitan atau kemudahan untuk
melaksanakan kegiatan remedial pendalaman atau pengayaan.
4. Motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi tentang kemajuan dan
merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan.
5. Infromasi semua aspek kemajuan setiap siswa dan gilirannya guru dapat membantu
pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang
utuh.

Secara umum ada 8 prinsip-prinsip penilaian kelas adalah sebagai berikut :


1. Valid: Penilaian kelas harus mengukur apa yang seharusnya di ukur dengan
menggunakan alat yang dapat dipercaya tepat atau sahih.
2. Mendidik: Penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian hasil
belajar siswa.
3. Berorientasi: Penilaian harus menilai pencapaian Pada Kompetensi kopetensi dasar
yang dimaksud dalam kurikulum.
4. Adil dan Objektif: Penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-
bedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar.
5. Terbuka: Kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga
keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepribadian.
6. Berkesinambungan: Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap teratur terus-
menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan kemajuan belajar siswa.
7. Menyeluruh: Penilaian terhadap hasil belajar siswa, meliputi aspek pengetahuan
sikap dan nilai serta ketrampilan.
8. Bermakna: Hasil penilaian mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi
siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat
penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

a. TES TERTULIS
Dalam ujian tertulis dapat digunakan soal-soal berbentuk esai, objek atau gabungan
di antara keduanya, terdiri atas uraian terbatas dan bebas. Nitko (1996) mengatakan
bahwa tes uraian terbatas, tepat dipergunakan untuk menilai hasil belajar kompleks
yang berupa kemampuan-kemampuan menjelaskan hubungan sebab-akibat,
melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip, mengajukan argumentasi –argumentasi
yang relevan, merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat, merumuskan asumsi-
asumsi yang tepat melukiskan keterbatasan-keterbatasan data merumuskan
kesimpulan.
Kriteria tes objektif yang baik harus memiliki dan memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

12
1. Memiliki validasi yang tinggi. Artinya mampu mengungkapkan aspek hasil
belajar tertentu secara tepat.
2. Memiliki rehabilitas yang tinggi artinya mampu memberikan gambaran yang
relative tetap dan konsisten tentang kemampuan yang dimiliki seorang peserta
didik.
3. Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai artinya setiap butir dalam
tes itu dapat membedakan peserta didik yang belajar atau menguasai bahan dan
peserta didik yang kurang menguasai bahan.
4. Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites kira-kira 30%.
5. Mudah di administrasikan artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang
bagaimana cara pelaksanaannya cara mengerjakannya dan cara mengoreksinya.
6. Memiliki norma atau patokan penafsiran data apakah norma mutlak atau norma
relative.

b. TES PERBUATAN (PERFORMANCE TREAT)


Adalah penilaian tidnakan atau tes praktik yang secara efektif dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk
perilaku yang diharapkan muncul dalam diri siswa (ketrampilan).

c. TES LISAN
Digunakan untuk menilai hasil belajar dalam bentuk kemampuan mengemukakan
ide-ide dan pendapat – pendapat secara lisan.

d. PENILAIAN NON TES


Teknik dan alat non tes antara lain :
(1)OBSERVASI
Observasi baik untuk menilai hasil belajar aspek psikomotor, missal dalam
praktek ketrampilan, diskusi, bermain, atletik dll.
(2)KUESIONER
Teknik ini digunakan untuk menilai hal-hal yang bersifat umum dikalangan
peserta didik.
(3)WAWANCARA
Wawancara tidak berbeda dengan angket, hanya pertanyaan dijawab langsung
oleh peserta didik yang bersangkutan sehingga terjadi hubungan timbale balik.
(4)DAFTAR CEK
Daftar cek adalah daftar aktivitas, sifat-sifat masalah dan jenis kesukaan. Di
depan setiap butir disediakan kolom cek (√) yang diisi oleh peserta didik
bersangkutan atau oleh guru.
(5)SKALA PILIHAN
Skala pilihan (rating scales) sifatnya hampir sama dengan daftar cek pada daftar
cek hanya ada 2 alternatif (ya atau tidak memberi tanda atau mengosongkan).
Di kenal ada beberapa konstruksi skala sikap yaitu skala likert, skala Thurstono
dan skala Guttmann.
(6)STUDI KASUS

13
Studi kasus kadang-kadang diperlukan untuk mempelajari peserta didik yang
bertingkah laku ekstrim misalnya peserta didik yang agresif luar biasa.
(7)PORTOFOLIO
Penilaian portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan
metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan
mahasiswa atau siswa dalam kurun waktu tertentu.

3. Model-model Alat Penilaian Pkn SD/MI

a. Pengembangan alat penilaian kelas dalam PKn


Dalam mengembangkan berbagai alat penilaian dalam mata pelajaran PKn berbasis
kompetensi ada sejumlah langkah yang harus dicermati oleh para pengembang soal.
Langkah-langkah tersebut meliputi berikut ini :
1. Menyusun spesifikasi tes
2. Menulis soal tes (mengacu pada kisi-kisi dan sesuai indicator dan bentuk tes)
3. Menelaah soal tes (dilakukan oleh teman sejawat yang meliputi materi konstruksi
dan bahasa)
4. Melakukan uji coba tes
5. Menganalisis butir soal
6. Memperbaiki soal tes
7. Merakit soal
8. Melaksanakan tes
9. Menganalsiis hasil tes

b. Model – model Alat Penilaian PKn SD/MI


Kaidah – kaidah pengembangan soal pilihan ganda, yang penulis kutipkan dari buku
Pedoman Penyusun Tes Prestasi Belanja (1987 : 22) yaitu sbb :
1. Pokok soal yang merupakan permasalahan yang akan ditanyakan kepada siswa
harus dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak membingungkan siswa.
2. Perumusan pokok soal dan alternative jawaban hendaknya merupakan
pernyataan yang diperlukan saja jadi jangan bertele-tele.
3. Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
4. Pada pokok soal sedapat mungkin di cegah perumusan pernyataan yang bersifat
negative.
5. Alternatif jawaban sebaiknya logis dan pengecah harus berfungsi (menarik).
6. Diusahakan agar tidak ada petunjuk untuk jawaban yang benar.
7. Diusahakan untuk mencegah penggunaan option yang terakhir berbunyi “Semua
jawaban di atas benar” atau semua jawaban di atas salah”.
8. Diusahakan agar alternative jawaban homogeny baik dari segi isi atau materi
maupun panjang pendeknya pernyataan.
9. Apabila alternative jawaban berbentuk angka susunlah secara berurutan mulai
angka yang terkecil di atas dan yang terbesar dibawah.
10. Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata
yang bersifat tidak tentu.

14
11. Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung dari jawaban
butir soal yang lain.
12. Dalam merakit soal diusahakan agar jawaban yang benar, kunci jawaban
letaknya menyebar diantara A, B, C dan D.

Untuk mengembangkan model penilaian non-tes dapat dilihat contoh-contoh


pengembangan model dibawah ini (Modul 12.31) :
1. Model Penilaian Perbuatan.
2. Model penilaian skala sikap.
3. Model Penilaian Daftar Cek.

c. Model Penilaian Catatan Anekdot


Bentuk penilaian anekdot, yaitu catatan – catatan kejadian khusus yang dapat
dipergunakan untuk melihat perkembangan individu atau kelompok siswa.

d. Model Penilaian Daftar Cocok


Untuk mengetahui bagaimana respons atau pendapat siswa terdapat suatu
permasalahan yang berkaitan dengan materi atau pokok bahasan atau sub pokok
bahasan yang diajarkan dapat digunakan alat penilaian non –tes dalam bentuk daftar
cocok atau cek list.

e. Model Penilaian Skala Bertingkat (Numerical Rating Scale)


Skala bertingkat adalah alat penilaian non –tes untuk mengukur karakteristik tertentu
sebagaimana diharapkan muncul dalam diri siswa, tipe ini merupakan rating scale
yang paling sederhana baik bentuk maupun pengadministrasiannya dalam
pelaksanaannya diikuti oleh angka yang menunjukkan kualitas keberadaan tersebut.

f. Model Penilaian Sosiometri


Sosiometri adalah suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang struktur
hubungan sosial anggota kelompok dalam suatu kelompok formal (kelas, kantor,
organisasi) atau kelompok non formal (kelompok bermain, regu olah raga,
kesenian).

g. Model Penilaian Pedoman Wawancara (Interviw)


Interview merupakan teknik pengumpulan data akan kemampuan belajar siswa yang
dilakukan secara lisan.

h. Model Penilaian Daftar Baik Buruk


Memberikan pertanyaan tentang baik atau buruknya suatu tidakan dalam suatu soal
sesuai penilaian pembaca atau siswa

i. Model Penilaian Daftar Tingkat Urutan


Memberikan pertanyaan tentang suatu soal dengan menentukan angka atau nilai
pilihan sesuai skala prioritas pembaca atau siswa.

15
4. Pengguaan Model Alat Penilaian PKN SD/MI Berbasis Portofolio

Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang menyajikan kemajuan, pencapaian
dan prestasi masing-masing siswa yang mencakup partisipasi siswa dalam memilih
muatan portofolio criteria seleksi, kriteria penilaian penilaian dan fakta-fakta yang
menggambarkan diri para siswa.

Menurut Nuryani Rustaman (2002:3) Konteks Assessment berkenaan dengan portofolio


meliputi berikut ini :

1. Tujuan dokumen peningkatan atau kemajuan peserta didik selama satu kurun waktu
tertentu adalah sbb :
a. Hakikat hasil belajar
b. Fokus bukti
c. Rentang waktu
d. Hakikat Bukti
2. Peran penilaian dalam pembelajaran portofolio adalah sebagai berikut :
a. Pemantapan kembali penanaman nilai (proses reedukasi) dalam penguasaan
bahan pelajaran yang belum dipahami dengan baik.
b. Penilaian jati diri (self evaluation) kehidupan serta lingkungannya.
c. Penilaian formal peringkat penguasaan dan keberhasilan belajar sehingga secara
formal dan administrative mendapatkan gambaran, baik secara individual, kelas,
sekolah, maupun secara umum.
d. Menentukan dan media untuk mendapatkan umpan balik pengajaran secara baik
keseluruhan maupun setiap komponennya.
3. Tujuan Penilaian Portofolio di kelas
a. Menghargai perkembangan yang terjadi pada diri sendiri.
b. Menghargai prestasi terbaik yang ditunjukkan siswa.
c. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
d. Merefleksikan kesanggupan mengambil risiko dan melakukan eksperimentasi.
e. Meningkatkan efektivitas proses pengajaran.
f. Bertukar informasi dengan orang tua atau wali siswa.
g. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa.
h. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
i. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan.
Dalam fungsinya sebagai alat penilaian mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun
keelbihannya dan kelemahannya adalah :
1. Kelebihan
a. Memungkinkan pendidik mengakses kemampuan peserta didik untuk membuat,
menulis, menghasilkan berbagai tepe tugas akademik.
b. Memungkinkan pendidik menilai keterampilan/ kecakapan peserta didik.
c. Mendorong kolaborasi antara peserta didik dengan pendidik antara peserta didik
dengan peserta didik lainnya.

16
d. Memungkinkan pendidik mengintervensi proses dan menentukan dimana
pendidik tersebut perlu membantu.
e. Mampu merefleksikan perubahan penting dalam proses kemampuan intelektual
siswa dari waktu ke waktu.
f. Menunjukkan prestasi akademik dan memotret kompetensi siswa.
2. Kelemahan
a. Memerlukan waktu relatif lama.
b. Pendidik harus tekun, sabar dan terampil.
c. Tidak ada kriteria yang standar

17
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup dan tinggal di suatu
wilayanh hukum tertentu. Warga negara harus tunduk dan taat kepada peraturan yang berlaku
di negaranya dengan melaksanakan aturan itu dengan baik dan bertanggung jawab.
Warga negara yang partisipatif adalah warga negara yang senantiasa ikut berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan ditengah masyarakat, bangsa dan negara, dalam bidang politik,
sosial, ekonomi, budaya, dan keamanan.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan hak dan kewajiban, sebab tanggung jawab
merupakan akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan yang berupa hak maupun kewajiban
ataupun kekuasaan. Warga negara yang bertanggung jawab akan senantiasa melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan cara dan aturan yang berlaku.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdasar pada Ketuhanan Yang Maha Esa,
dengan demikian sikap warga negara dan penyelenggaranya harus tercermin sikap religius
dan penuh toleransi. Hal ini dilatarbelakangi oleh fakta sosial masyarakat indonesia yang
beraneka ragam.
Secara prinsip penilaian dalam PKn tidak berbeda dengan penilain dalam mata
pelajaran lainnya hannya saja dalam penilaian PKn lebih ditekankan pada aspek afektifnya.

18

Anda mungkin juga menyukai