Anda di halaman 1dari 7

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006

PEMISAHAN SPERMA PEMBAWA KROMOSOM X DAN Y SAPI


DENGAN KOLOM MEDIA PEMISAH ALBUMIN

ENOK MARDIYAH
Balai Penelitian Ternak Po . Box 221 Bogor 16002

RINGKASAN

Salah satu usaha dalam pengembangan bioteknologi inseininasi buatan (IB) adalah melalui pemisahan sperma
pembawa sifat (kromosom) X dan Y . Sperma yang berkromosom X jika bertemu sel telur berkromosom X
akan menghasilkan suatu individu yang mengandung kromosom XX, embrio berkelamin betina . Sedangkan
sperma berkromosom Y bertemu dengan sel telur berkromosom X akan menghasilkan individu yang
berkromosom XY, embrio berkelamin jantan . Berdasarkan perbedaan seks kromosom pada sperma ini
diketahui balnva sperma X dan Y mempunyai sifat-sifat yang berbeda . Sperma X bentuknya lebih besar dan
gerakannya (motilitas) lebih lambat, sementara sperma Y bentuknya lebih kecil dan gerakannya lebih cepat .
Pemisahan sperma pembawa kromosom X dan Y dengan metoda kolom albumin didasarkan atas perbedaan
motilitas sperma dimana sperma berkromosom Y mampu bergerak lebih cepat . Dari basil pengamatan,
menunjukkan masing-masing untuk konsentrasi albumin 10 % pada fraksi atas dan 30 % pada fraksi bawah,
mampu mengubah rasio perolehan sperma normal X :Y (51,50 : 48,50 %) mcnjadi 73,20 : 26,80 % pada fraksi
atas dan 31,14 : 68,86 % pada fraksi bawah . Berdasarkan sifat tersebut sperma dapat dipisahkan, sehingga
diharapkan dapat meningkalan peluang diemperoleh jenis kelamin ternak yang sesuai dengan keinginan.

Kata kunci : IB, kromosom, motilitas, albumin, sperma, fraksi .

PENDAHULUAN umumnya berbentuk oval, nucleusnya pipih


berisi kromatin padat (GARNET DAN HAFEZ,
Salah satu bagian penting untuk 2000) . Menurut WANG et al ., (1988),
mendapatkan kualitas dan kuantitas
akrosom merupakan lapisan yang menutup
spermatozoa sebelum di laksanakannya
ujung arterior nukleus sperma, mengandung
program lB diantaranya adalah dengan enzim hidrolitik untuk menembus dinding
memilih bibit pejantan, teknik penampungan
ovum saat fertilisasi . Salisbury dan
dan teknologi pengolahan semen yang baik .
VANDEMARK (1985), membagi ekor sperma
Melalui teknik IB materi genetik jantan
atas empat bagian yaitu leher, bagian tengah,
unggul dapat diwariskan, schingga dapat
bagian utama dan ujung ekor . Karena sel
menghasilkan keturunan yang unggul dan
telur merupakan sel haploid hanya
dapat ditingkatkan keberadaannya . Menurut
mengandung kromosom jenis kelamin X,
Toelihere (198Ia), sekitar 90 % dari volume
maka hanya ada dua kemungkinan
semen sapi terdiri atas plasma semen . Hal
kombinasi dari garnet dalam suatu fertilisasi
ini menyebabkan sifat lisik dan kimia semen
yaitu 50% jantan dan 50% betina . Jenis
sebagian besar ditentukan oleh plasma
kelamin tersebut ditentukan oleh kromosom
semen . Fungsi utama plasma semen adalah pada sperma (KRYZANIAK DAN HAFEZ,
sebagai media pembawa sperma kedalam 1987) . Skematik dari proses tersebut lihat
saluran reproduksi hewan betina, sebagai
Gambar 1 .
sumber makanan, sumber energi baik secara
Berbagai usaha (penelitian) telah
langsung seperti fruktosa, dan sorbitol, atau
dilakukan dalam pemisahan sperma
tidak langsung seperti gliscrilfosforikolin
pembawa kromosom X dan Y, antara lain
(Toelihere, 1981a) . Sperma sapi mempunyai
pengendapan sperma dalam media (susu
ukuran panjang 70 pm (Salisbury dan
bubuk, glisin, sodium sitrat, gliserol, kuning
VANDEMARK, 1985) . GARNER DAN HAFEZ
telur), kecepatan pengendapan, sentrifugasi
(2000) membagi sperma terdiri dari bagian
gradient densitas, manipulasi hormon
kepala, akrosom dan ekor . K epala sperma antigen H-Y, pemfokusan isoelektrik
berukuran panjang 7,9-10,3 pm, lebar 4,3-
pemisahan dengan kandungan DNA, filtrasi
5,5 pill dan tebal 1,2-2,4 µm (SALISBURY
DAN VANDEMARK, 1985) . Kepala sperma

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 225


Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Permntan 2006

dengan sephadex dan kolom albumin A. 2. Alat Pemisah & Evaluasi sperms
(HAFEZ DAN HAFEZ, 2000) .
I . Mikroskop cahaya binokuler, fase
Tujuan kegiatan, diharapkan
kontras .
penggunaan kolom albumin dapat
2 . Gelas ukur, erlenmeyer + beaker gelas
bermanfaat untuk memisahkan sperma
berbagai ukuran .
pembawa kromosom X dan Y dalam
3 . Objek gelas + bilik hitung, penutup
menunjang program IB dilapangan terutama
gelas, pemanas Bunsen .
dalam pengembangan inovasi teknologi
4 . Timbangan elektronik .
reproduksi ternak .
5 . Counter, mikrometer .
6. Kolom pemisah atau spuit 10 ml 0 1,5
MATERI DAN METODA
cm + standar pemegang tabung .
Alat-alat dan bahan 7 . Sentrifugasi + tabung .
A.1. Alat Penampungan sperms
B. 1 . Bahan dan Pembuatan media
1. Satu set vagina buatan . albumin 10% dan 30%
2. Termos untuk air hangat .
Bahan untuk pemisah sperma berupa
3. Termos untuk air panas .
bagian cair albumin telur ayam kampung
4. Tabung penampung.
dengan pelarut tris sitrat-kuning telur
5. Vaselin atau Jelly .
sebagai media pengencer. Untuk mendapat-
6. Thermometer yang berkapasitas 0-100°C . kan konsentrasi media albumin 10% dan
7. Gelas piala 800 ml .
30% lihat pada Tabel 1 .
8. Serbet dan kertas tissu .

Tabel 1 . Bahan dan pembuatan media albumin


Jumlah
Bahan Konsentrasi Konsentrasi
medium 10% medium 30%
Tris hydroxyl methyl amine 2,422 gr 2,422 gr
Asam sitrat 1,340 gr 1,340 gr
Fruktosa 1000 mgr 1000 mgr
Streptomycin 100 .000 ugr 100 .000 ugr
Penicilin 100 .000 iu 100 .000 iu
Kolesterol 40 mg 40 mg
Kuning telur 20 ml 20 ml
Putih telur 10 ml 30 ml
Arc uadest 70 ml 50 ml
Sumber : Laboratorium Reproduksi Balai Penelitian Ternak

2 . NaCI formalin untuk pengamatan tudung


.B .2 . Bahan evaluasi/pengamatan akrosom utuh dan perhitungan konsetrasi
sperms sperma .
1 . Zat warna eosin nigrosin untuk 3 . Aquadest, alkohol 70%, minyak imersi .
mengamati persentase sperma hidup dan 4 . Bahan pengencer sperma, dapat dilihat
mati serta pengamatan morfometrik pada Tabel 2 .
sperma .

Pusal Penelitian dan Pengembangan Peternakan


226
Tennu Teknis Nastonal Tenaga Fungsional Pertanian 2006

Tabel 2 . Bahan pengencer sperma


Bahan Jumlah
Tris hydroxyl methyl amine 2,422 gr
Asam sitrat 1,340 gr
Fruktosa 1000 mgr
Streptomycin 100 .000 ugr
Penicilin 100 .000 iu
Kolesterol 40 mg
Kuning telur 20 ml
Aquadest 80 ml
Sumber : Laboratorium Reproduksi Balai Penelitian Ternak

Semen sapi perbandingan I : 1 . Sampel semen sebanyak


I ml dimasukkan dalam spuit yang berisi
Sapi jantan dewasa Frishian Holand media pemisah tetes demi tetes dan
(FH) dengan umur dibawah 3 tahun, berat
dibiarkan selama 15 menit pada suhu ruang
badan berkisar 400-500 kg . Ternak
(27-28 °C) . Setelah 15 menit, 2 ml pertama
dikandangkan dengan ukuran 2 x 3 m . Pakan
ditampung kedalam tabung sentrifuge yang
berupa rumput gajah dan air minum
telah diisi masing-masing 4 ml larutan tris
diberikan secara ad libitum, , diberi
sitrat pencuci sebagai fraksi bawah, I ml
konsentrat sebagai bahan tambahan
berikutnya dibuang, kemudian 2 ml
secukupnya. Semen ditampung dengan alat berikutnya ditampung sebagai fraksi atas .
vagina buatan dua kali seminggu .
Hasil pena mpungan selanjutnya disentrifus
Metoda pengamatan selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm .
Supernatan dibuang, sehingga didapat
Langkah-langkah dalam pengamatan
endapan yang telah bersih dari media
meliputi beberapa tahapan, seperti terlihat pemisahan . Endapan sperma lalu ditambah
pada gambar 2 . dengan 0,5 ml larutan pengencer, kemudian
A . Penyiapan kolom albumin diukur volumenya dan dievaluasi secara
mikroskopik .
Albumin yang tclah dilarutkan dalam
Tris sitrat-kuning telur, dimasukkan kedalam C. 2. Penentuan persentase sperma
tabung pemisah . Untuk lapisan bawah pembawa kromosom X dan V
sebanyak 2 ml dengan konsentrasi 30 % dan Untuk mengukur persentase sperma
untuk lapisan atas sebanyak 2 ml dengan pembawa kromosom X dan Y dilakukan
konsentrasi 10 % . Diusahakan agar kedua dengan evaluasi morfometrik : mengukur
lapisan jangan sampai tercampur . luas kepala sperma dengan membuat
B . Penyiapan dan evaluasi semen preparat ulas (pewarna eosin negrosin) .
Pengukuran bagian terpanjang dan bagian
Semen sapi ditampung dengan terlebar kepala sperma, dilakukan dengan
menggunakan vagina buatan, hasil mikroskop cahaya yang dilengkapi
tampungan langsung dievaluasi . Evaluasi mikrometer pada pembesaran 10 x 100 .
meliputi : volume, konsistensi, warna, Jumlah sperma yang dihitung dari tiap-tiap
gerakan massa, persentase hidup, fraksi adalah 50 sperma . Luas kepala sperma
konsentrasi dan tudung akrosom . dihitung menggunakan metoda Integral
C. Pemisahan dan penentuan persentase Riemann (PURCELL DAN VARBERG, 1987) .
sperma pembawa komosom X dan Y . Untuk mengetahui hubungan antara ukuran
panjang dan lebar dengan luas kepala
C .1 . Pemisahan sperma sperma, digunakan analisis regresi (STEEL
DAN TORIE, 1995), dengan rumus
Semen sapi yang sudah dievalusi dan LKS = (0,8988 x P x L)-1,63
mempunyai kualitas yang baik diencerkan Keterangan : LKS = Luas Kepala Sperma
dengan tris sitrat-kuning telur dengan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 227


Tenuw Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006

0,8988 = Faktor koreksi dari data kental semen berarti konsentrasi sperma-
integral untuk menentukan luas kepala tozoa semakin tinggi dan warna semen
sperma dari setiap satuan ukuran dan metoda semakin pekat . Gerakan massa spermatozoa
regresi untuk menetukan hubungan ukuran merupakan cerminan dari motilitas atau
panjang dan lebar dengan luas kepala gerakan individu spermatozoa . Penilaian
sperma. gerakan massa yaitu : + (kurang aktif), ++
1,63 = Nilai konstanta regresi (aktif) dan +++ (sangat aktif) . Hasil
P = Bagian terpanjang dari kepala sperma pengamatan diperoleh gerakan massa +++
L = Bagian terlebar dari kepala sperma sangat aktif , semakin banyak spermatozoa
yang bergerak kedepan motilitas semakin
HASIL DAN PEMBAHASAN besar dan pergerakannya semakin cepat,
gerakan massa semakin balk (TOELIHERE
Semen sapi ditampung dengan
1985) . Pada pengamatan ini perbandingan
menggunakan vagina buatan dan semen
persentase motilitas sperma segar (sebelum
basil ejakulasi ke dua diambil untuk
pemisahan) dengan motilitas sperma setelah
pemisahan . Volume semen pada setiap
mengalami pemisahan pada fraksi atas dan
ejakulat 1, 2, 3 dan 4 biasanya berbeda
fraksi bawah berturut-turut adalah 79,00 ;
terutama pada ejakulat 2 Iebih tinggi 72,50 ; 63,75%, sedikit mengalami
dibandingkan ejakulat I dan 3, hal ini sesuai penurunan dan ini umum terjadi secara
dengan basil penelitian SITUMORANG dkk, alami karena daya hidup sperma yang
(2000) dan pengamatan E . MARDIYAfi dkk,
menurun, waktu prosesing semen dan daya
(2001) . Parameter makroskopis yang diamati pergerakan sperma . Hasil pengamatan
adalah volume, warna, dan konsistensi semen segar sebelum dan sesudah
sedangkan untuk parameter mikroskopis
pemisahan diperlihatkan pada Tabel 3 .
adalah gerakan massa, konsentrasi,
Motilitas sperma pada fraksi atas
persentase hidup, TAU, persentase sperma
Iebih tinggi dibandingkan dengan fraksi
pembawa kromosom X dan Y . Dari delapan bawah hal ini mungkin dipengaruhi oleh
kali pengamatan volume semen segar
penggunaan energi saat pergerakan sperma
diperoleh basil rata-rata (Rataan ± SD) menempuh konsentrasi media albumin dari
adalah : 7,13 + 1,56 dengan kisaran 5,57- fraksi atas ke bawah . Konsentrasi media
8,69 ml . Perbedaan hasil volume pada setiap albumin pada fraksi bawah lebih tinggi
ternak bisa berbeda-beda, diduga disebabkan
dibandingkan fraksi atas, sehingga sperma
oleh perbedaan umur, pengaruh individu,
Iebih banyak mengeluarkan energi untuk
berat badan, kondisi dan bangsa ternak menembus fraksi bawah dan motilitasnya
seperti dilaporkan oleh (AMIN, 1998) dan menurun bahkan pergerakannya lemah atau
(TOELIHERE 1981b) . Hal ini dapat pula
tidak bergerak . Konsentrasi semen segar
disebabkan oleh faktor makanan, suhu, sebelum pemisahan berkisar 1222-2018 juta
frekuensi ejakulasi, libido dan psikis sperma per ml dengan rata-rata (Rataan ±
(TOELIHERE, 1981) . Warna semen segar SD) 1620 + 398 juta per ml . Hal ini
yang diperoleh rata-rata berwarna krem mendekati rataan konsentrasi semen segar
keputih-putihan, dengan konsistensi berkisar yang dilaporkan oleh Hafez (2000), yaitu
agak kental sampai kental . Hal ini tergolong
berkisar antara 1000-2000 juta sperma per
baik dan sesuai dengan pendapat HAFEZ ml semen . Konsentrasi semen setelah
(2000). Warna semen dapat juga mengalami proses pemisahan dengan kolom
dipergunakan untuk memprediksi konsen-
albumin pada fraksi atas adalah 427,50 ±
trasi secara cepat . Dalam keadaan normal, 189,89 dan fraksi bawah adalah 335,63 ±
semakin kental semen, maka konsentrasi 130,40 juta sperma per ml . Total sperma
sperma semakin tinggi . yang diperoleh rata-rata 11 .687,50 + 418
Pengamatan konsistensi memperli-
juta sperma per ejakulat dengan kisaran
hatkan adanya hubungan dengan konsentrasi 11 .269,50-12 .105,50 juta sperma per
spermatozoa dan warna semen . Hasil ejakulat, sedangkan total sperma pada fraksi
evaluasi menunjukkan konsistensi semen atas dan bawah masing-masing adalah
dari agak kental sampai kental . Semakin 7244,00 ± 955,53 dan 473,07 ± 327,66 . Bila

22 8 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan


Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006

diperhatikan perbandingan konsentrasi, total Persentase sperma hidup (% H) rata-


semen segar sebelum dan sesudah rata dari pengamatan ini cukup tinggi, yaitu
pemisahan ada penurunan, hal ini disebab- 90,38% dengan kisaran 86,8-93,96% lebih
kan adanya sperma yang tertinggal di kolom tinggi dari standar WHO (1992) yaitu 75%
dan ada sebagian lagi yang terbuang pada sperma hidup . Persentase hidup mempunyai
saat pembuangan media di antara fraksi atas keterkaitan dengan besarnya motilitas
dan bawah . Konsentrasi sperma dan total spermatozoa, semakin besar motilitas,
sperma pada fraksi atas lebih besar dari pada persentase hidup spermatozoa juga semakin
fraksi bawah, hal ini menunjukkan bahwa tinggi . Persentase sperma hidup pada semen
sperma yang bermigrasi dari fraksi atas ke segar, fraksi atas dan bawah berturut-turut
fraksi bawah semakin berkurang . Menurut 90,38 ; 84,13 dan 82,25% ada penurunan
DIXON et al (1980) jumlah sperma yang terutama setelah mengalami pemisahan, hal
masuk kedalam suatu fraksi semen akan ini disebabkan ada sejumlah sperma yang
berkurang sejalan dengan meningkatnya tidak dapat bertahan hidup pada saat
konsentrasi Bovine Serum Albumin (BSA) perlakuan . Demikian pula terjadi pada
yang dapat meningkatkan viskositas perlakuan pemisahan dengan media albumin
pengencer dan hanya sperma yang betul- ada sperma mati setelah menempuh jarak
betul motil dapat menembus media . dan terlalu banyak mengeluarkan energi saat
melalui media pemisah .
Tabel 3 . Evaluasi semen secara makroskopis dan mikroskopis, sebelum dan sesudah pemisahan .

Sebelum pemisahan Setelah pemisahan


Penilaian
Nilai Nilai
(Rataan ± SD) (Rataan ± SD)
Makroskopis '~

Volume (ml) 7 .13 ± 1,56 -


Warna Krem keputih-putihan -
Konsistensi Agak kental - kental -
Fraksi atas Fraksi bawah
Mikroskopis

Gerakan Massa 2) +++ -


Motilitas (%) 79,00 ± 4,30 72,50 f 5,30 63,75 f 7,40
Konsentrasi sperma (juta/ml) 1620,00 ± 398 427,50 t 189,89 335,63 f 130,40
Sperma hidup (%) 90,38 f 3,58 84,13 t 4,50 82,25 t 5,70
Sperma dengan TAU (%) 81,87 t 13,29 82,87 f 10,45 88,25 t 4,50
Sperma pembawa kromosom X (%) 51,50 73,20 31,14
perma pembawa kromosom Y (%) 48,50 26,80 68,86
Keterangan
' tevaluasi semen gerakan massa dilakukan sebelum pemisahan .
2) nilai gerakan massa yaitu + = kurang aktif, ++ = aktif, +++ = sangat aktif

Keutuhan tudung akrosom (TAU) sperma sperma TAU yang diperoleh lebih tinggi
mengandung enzim, diperlukan untuk dari pada SHARMA et al (1992) dan SAILI
kelangsungan hidup sperma dan keberha- (1999) yaitu 74,05 dan 74,51 %.
silan dalam membuahi atau memasuki Pengamatan sperma terhadap perolehan
sitoplasma sel telur saat fertilisasi . Pen gama- sperma berkromosom X dan Y melalui
tan persentase TAU semen segar, fraksi atas evaluasi morfometrik sperma yaitu
dan bawah yang diperoleh berturut-turut mengukur panjang dan bagian terlebar dari
adalah 81,87 ; 82,87 dan 88,25% tidak kepala sperma dan diamati dibawah
menunjukkan perbedaan nyata, sedangkan mikroskop cahaya dengan bantuan alat
persentase sperma TAU pada fraksi bawah micrometer . Untuk menentukan luas kepala
lebih tinggi dari pada fraksi atas . Persentase sperma sapi digunakan rumus metoda

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 229


Tenm Teknis Nasional Tenaga Fungsional Perianian 2006

integral Riemann (Purcell dan Varberg, mengubah rasio perolehan sperma normal X
1987) . Rata-rata persentase sperma X dalam Y 51,50 : 48,50% menjadi 73,20 :26,80%
semen segar adalah 51,5% dengan kisaran pada fraksi atas dan 31,14 : 68,86% pada
46,52-56,48%, sedangkan rata-rata sperma fraksi bawah .
Y adalah 48,5% dengan kisaran 43,52-53, Pemisahan X dan Y sperma dengan
48%, hal ini masih mendekati rasio normal kolom albumin diharapkan dapat mening-
X : Y = 50 : 50% . Setelah mengalami katkan peluang memperoleh jenis kelamin
perlakuan pemisahan dengan media kolom ternak yang sesuai dengan keinginan .
albumin rasio persentase sperma X : Y pada
fraksi atas yaitu 73,20 : 26,80% dan fraksi DAFTAR BACAAN
bawah yaitu 31,14 : 68,86% .
AMIN, M .R ., (1998) . Efektivitas Plasma
Untuk rnendapatkan spermatozoa X Semen Sapi dan berbagai Pengencer
lebih banyak (73,20%) digunakan fraksi atas dalam Meningkatkan Kualitas Semen
dan untuk mendapatkan spermatozoa Y Beku Kerbau Lumpur (Bubalus
lebih banyak (68,86%) digunakan fraksi bubalis) . Program Pasca Sarjana,
bawah . Hal ini didukung oleh penelitian Institut Pertanian Bogor.
Dhalia (2005) yang melakukan penambahan
jumlah kolom media pemisah albumin dapat DIXON, K .E ., A . SONGY, Jr . D . M . THRASER
and J .L . KREIDER .1980 . Effect of
meningkatkan persentase sperma Y pada
fraksi bawah dari 66% menjadi 71,33% . Bovine Serum Albumin on The
Penelitian yang dilakukan ' oleh Isolation of Boar Spermatozoa and
Their Fertility . J. Theriogenology . 13
PANCAHASTANA (1999) tentang pemisahan
437 .
spermatozoa dengan putih telur diperoleh
persentase spermatozoa Y pada lapisan atas SITTI DHALIA, P .K ., (2005) . Pengaruh
adalah 36,80 ± 8,06% . Dan untuk lapisan Penambahan Jumlah Kolom Media
hawah yaitu 77,20 f 4,09% . JASWANDI Pemisah Albumen dalam Meningkat-
(1992) melakukan pemisahan pada sperma kan Keberhasilan Pemisahan Sperma
sapi dengan menggunakan BSA 6% (fraksi X dan Y Sapi serta Kualitas Sperma
atas 3 ml) dan 10% (fraksi bawah 3 ml) setelah Pembekuan, Skripsi . Program
menghasilkan inseminasi dengan fraksi Studi Biologi . Fakultas Matematika
bawah mcmperoleh 62 .5% jantan dan 37,5 dan Ilmu Pengetahuan Alam .
betina sedangkan pada fraksi atas diperoleh Universitas Pakuan Bogor .
22,2% jantan dan 77,8% betina . QUINLIVAN E . MARDIYAH ., I . S UARIDA ., I .K . PUSTAKA
et al., (1982) melaporkan bahwa pemisahan DAN R. HERNAWATI . 2001 .
sperma dengan metoda kolom albumin,
Penampungan dan Evaluasi Mutu
dapat meningkatkan perolehan sperma Y Semen Sapi Dengan Vagina Buatan .
men jadi 74% dari 25% sebelum pemisahan . Prosiding Temu Teknis Fungsional
Hasil ini diikuti penurunan motilitas men'njadi Non Peneliti . hal : 138-145 .
74% dari 85 . Hasil evaluasi semen segar
baik secara makroskopik dan mikroskopik HENDRI . 1992 . Usaha Mengubah Rasio
memberikan gambaran yang normal dan Sperma X dan Y dengan Metoda
berkualitas baik, selanjutnya dapat diproses Kolom Menggunakan Larutan
lebih lanjut untuk pembekuan semen dan Bovine Serum Albumin (BSA) dan
dapat dipergunakan untuk inseminasi Penilaian Angka Kebuntingan serta
buatan . Perbandingan Jenis Kelamin Anak
pada Kambing . Tesis . Program
RESIM PULAN Pascasarjana . Institut Pertanian
Bogor . hlm . 62-63 .
Spermatozoa X dan Y dapat
dipisahkan berdasarkan motilitas . HERMAN, R . DAN A . TJOKRONEGORO .1982 .
Dari hasil pengamatan menggunakan Pemisahan Sperma X dan Y dengan
konsentrasi albumin 10% pada fraksi atas Albumin Gradient untuk Inseminasi
dan 30% pada fraksi bawah, mampu

230 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan


Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006

Buatan guna mempunyai anak Laki- SALISBURY, G .W . AND N .L . VANDEMARK,


laki . Medika . 2(8) : 107-110 . 1985 . Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan pada Sapi . Terj . R .
GARNER, D .L . AND E .S .E . HAFEZ, 2000 .
Djanuar . Gadjah Mada University
Spermatozoa and Seminal Plasma . In
Press . Yogyakarta. Him . 447-480 .
Hafez and E .S .E . Hafez ed .
Reproduction in Farm Animals 7 5d ed. SHARMA, M .L., G . MOHAN AND K .L . SAHNI .
B . Lea and Febiger, Philadelphia . pp . 1992 . A Study on Acrosomal
96-99 . Damage on Cryopreservation of
Cross Bred Bull Semen Indian . J.
HAFEZ, F .S .F . AND 13 . HAFEZ, 2000 . X and
1'eterinary . 69 : 962-964 .
Y Chromosome Bearing
Spermatozoa . In B . Hafez and E .S .E . SITUMORANG, P ., E . TRIWULANINGSIH, A .
Hafez ed. Reproduction in Farm LUBIS ., T. SUGIARTI DAN CAROLINE
Animals 7" ed. Lea and Febiger, W . (2000) . Pengaruh Pemberian
Philadelphia . pp . 390-393 . beberapa Substrat yang didapat tinggi
pada Epididymis dan Antioxidant
JASWANDI . 1992 . Penggunaan Lapisan
terhadap Daya hidup Spermatozoa
Suspensi Bovine Serum Albumin 6
yang disimpan dalam suhu 5 °C
dan 10% Dalam Kolom Untuk
(Chilling Semen) . Laporan Akhir
Memisahkan Sperma Sapi Pembawa
T .A . 2000 . Balai Penelitian Ternak .
Kromosom X dan Y Guna Mengubah
Rasio Seks pada Pedet . .Tesis . STEEL, R .G .D . AND J .1-l . TORIE, 1995 .
Program Pascasarjana . Institut Prinsip dan Prosedur Statistika. Terj .
Pertanian Bogor. him . 28-33 . B . Sumantri . P .T . Gramedi a Pustaka
Utama . Jakarta . him . 168 - 205 .
KRYZANIAK, L .T . AND HAFEZ, 1987 . X and
Y Chromosome Bearing SUMNER, A .T. AND J .A . ROBINSON . 1976. A
Spermatozoa . In E .S .E . 1-lafez ed. Difference in Dry Mass Between the
Reproduction in Farm Animals 5`" ed. Heads of X and Y Bearing Human
Lea and Febiger, Philadelphia . pp . Spermatozoa . J. Reprod. Fert . 8 : 9-
498-506 . 14 .

PARTODIHARDJO, S . 1987 . Ilmu Reproduksi TOELIHERE, M .R .1981 . Fisiologi Reproduksi


Hewan . Mutiara Sumber Widya . pada Ternak . Angkasa . Bandung . him
Jakarta. him . 73 . 64-127 .

PURCELL, E .J . AND D . VARBERG, 1987 . TOELIHERE, M .R . 1981a. Fisiologi


Kalkulus Jan Geonretri Analisis . Reproduksi pada Ternak . Angkasa .
Terj . I .Y . Susila, B . Kartasasmita dan Bandung . him 46-62 .
Rawuh . Erlangga . Jakarta . him . 35- TOELIHERE, M .R . 1981b . Inseminasi Buatan
38 . pada Ternak . Angkasa . Bandung . him
QUINLIVAN . W .L .G ., K . PRECIADO, T .L . 92-115 .
LONG AND H . SULLIVAN . 1982 . WANG, C ., S .Y . CHAN . M . NG, W .W . So,
Separation of Human X and Y W .L . TsOI, T . LO AND A . LEUNG .
Spermatozoa by Albumin Gradient
1988 . Diagnostic Value of Sperm
and Sephadex Chromatography . .1. Function Tests and Routine Semen
Fertility and Sterility. 37 : 104-149 . Analysis in Fertile and Infertile Men .
SAILI, T . 1999 . Efektivitas Penggunaan J . Androl . Fert . 9 : 384-388 .
Albumen Sebagai Medium Separasi WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) .
dalam Upaya Mengubah Rasio 1992 . Laboratory mannual for the
Alamiah Spermatozoa Pembawa Eaxamination of Human Semen and
Kromosom X dan Y pada Sapi . Tesis . Semen Cervical Mucus Interaction .
Program Pascasarjana . Institut In Semen analysis . A . D . Agostini .
Pcrtanian Bogor . him . 9-42 . 2003 . Geneva University Hospital .

Pusat Penelitian (/(In Pengembangan Peternakan 231

Anda mungkin juga menyukai