Pendahuluan
Inventory cost flow assumption pada dasarnya adalah metode untuk menghitung berapa nilai
inventory yang terjual jika harga beli inventory yang kita miliki berbeda-beda. Kita review
kembali jurnal penjualan pada chapter 5 bahwa ketika perusahaan menjual inventory maka
jurnal yang harus dibuat dengan menggunakan metode perpetual adalah sebagai berikut
(misal penjulan secara kredit)
Dr. A/R
Cr Sales
Dr. COGS
Cr. Inventory
Cara menentukan nilai dari akun A/R dan Sales adalah dengan rumus P*Q atau harga jual
(price) dikali dengan jumlah unit inventory yang terjual. Sedangkan cara menentukan nilai
dari akun COGS dan Inventory adalah C*Q atau harga beli (cost) dikali dengan jumlah unit
inventory yang terjual.
Keterangan:
P = Price atau harga jual
C= Cost atau harga perolehan atau harga beli
Q = Jumlah unit inventory yang terjual
Rumus 1 untuk menghitung nilai A/R dan sales
Rumus 2 untuk menghitung nilai COGS dan inventory pada saat terjadi penjualan.
Untuk menentukan nilai A/R dan Sales perusahaan tidak akan kesulitan karena umumnya
perusahaan menggunakan harga jual yang sama untuk inventory yang sama yang terjual.
Sedangkan untuk menentukan nilai COGS dan inventory perlu asumsi yang harus ditetapkan
karena biasanya perusahaan membeli inventory dengan harga beli yang berbeda-beda karena
adanya pengaruh inflasi, kelangkaan, atau kondisi lainnya.
Metode Inventory Cost flow (FIFO, LIFO, Average) digunakan pada saat terjadi
transaksi penjualan atau pada tanggal 4 Maret dalam kasus ini. Dalam tabel transaksi
tersebut dapat diketahui bahwa pada tanggal 4 maret terjual 250 Unit inventory.
Sedangkan pada saat itu perusahaan memiliki inventory dengan rincian 100 unit
dengan harga beli $100/unit diperoleh pada tanggal 1 Maret dan 200 unit dengan
harga beli $110/ unit diperoleh pada tanggal 2 Maret. Kita lihat bahwa harga beli
inventory yang dimiliki perusahaan berbeda-beda. Kemudian bagaimana penentuan
COGS pada tanggal 4 Maret dengan menggunakan asumsi FIFO. Perhatikan tabel
inventory card dibawah ini.
Tabel 2 Inventory Card dengan Metode FIFO
20 $11 10 x $10
2 0 X 0 22.000 0 0 10.000
Marc
h
20 x $11
0 0 22.000
Perhatikan pada kolom COGS tabel 2 diatas bahwa pada tanggal 4 maret terjual 250
unit inventory, sehingga untuk menghitung nilai COGSnya terdiri 100 unit inventory
dengan harga beli $100 (inventory dimiliki pertama) dan 150 unit inventory dengan
harga beli $110/unit. Perhatikan bahwa inventory dengan harga beli per unit $100 di
miliki atau masuk ke gudang perusahan terlebih dahulu dibandingkan dengan
inventory dengan harga beli per unit $110. Bagaimana kita tahu bahwa inventory
dengan harga beli $100 per unit dimiliki lebih dulu (dimiliki tanggal 1 Maret)
dibandingkan dengan inventory dengan harga beli $110 per unit (dimiliki tanggal 2
maret), kita bisa cek dari tanggal transaksinya. Setelah COGS kita hitung dengan
asumsi FIFO maka kemudian kita menentukan nilai inventory yang belum terjual
pada tanggal 4 maret. Dari baris tanggal 4 Maret kolom Balance dapat diketahui
bahwa unit yang tersisa adalah 50 Unit (300-250)1,. Karena inventory dengan harga
beli $100 per unit telah dijual semua sehingga sisa inventory pada tanggal 4 maret
adalah inventory dengan harga beli $110 (200-150)2.
Metode Inventory Cost flow (FIFO, LIFO, Average) digunakan pada saat terjadi
transaksi penjualan atau pada tanggal 4 Maret. Dalam tabel transaksi tersebut dapat
diketahui bahwa pada tanggal 4 maret terjual 250 Unit inventory. Sedangkan pada
saat itu perusahaan memiliki inventory dengan rincian 100 unit dengan harga beli
$100/unit diperoleh pada 1 maret dan 200 unit dengan harga beli $110/ unit diperoleh
pada tanggal 2 Maret. Kita lihat inventory yang dimiliki perusahaan memiliki harga
beli yang berbeda-beda. Kemudian bagaimana penentuan COGS pada tanggal 4 Maret
dengan menggunakan asumsi LIFO. Perhatikan tabel inventory card dibawah ini.
Tabel 3 Inventory Card dengan metode LIFO
1 x $10
March 100 0 10.000
$11 x $10
2 200 x 0 100 0 10.000
March
x $11
200 0 22.000
1
300 merupakan inventory yang dimiliki perusahaan pada tanggal 2 maret, dan 250 merupakan jumlah
inventroy yang terjual pada tanggal 4 maret.
2
200 merupakan jumlah inventory yang dibeli dengan harga $110, dan 150 merupakan jumlah inventory
dengan harga beli $110 yang terjual pada tanggal 4 Maret.
$11 x $10
4 200 x 0 22.000 50 0 5.000
March
$10
50 x 0 5.000
Perhatikan pada kolom COGS tabel 2 diatas bahwa pada tanggal 4 maret terjual 250
unit inventory, sehingga untuk menghitung nilai COGSnya terdiri 200 unit inventory
dengan harga beli $110 (inventory dimiliki terkahir) dan 50 unit inventory dengan
harga beli $100/unit. Perhatikan bahwa inventory dengan harga beli per unit $110 di
miliki atau masuk ke gudang perusahan terakhir (dimiliki tanggal 2 Maret)
dibandingkan dengan inventory dengan harga beli per unit $100 (dimiliki tanggal 1
maret). Bagaimana kita tahu bahwa inventory dengan harga beli $110 per unit
dimiliki terakhir dibandingkan dengan inventory dengan harga beli $100 per unit, kita
bisa cek dari tanggal transaksinya. Setelah unit yang terjual kita hitung dengan asumsi
LIFO maka kemudian kita menentukan nilai inventory yang belum terjual pada
tanggal 4 maret. Dari baris tanggal 4 Maret kolom “balance” dapat diketahui bahwa
unit yang tersisa adalah 50 Unit (300-250)3,. Karena inventory dengan harga beli $110
per unit telah dijual semua sehingga sisa inventory pada tanggal 4 maret adalah
inventory dengan harga beli $100 (100-50)4.
4
100 merupakan jumlah inventory yang dibeli dengan harga $100, dan 50 merupakan jumlah inventory
dengan harga beli $100 yang terjual pada tanggal 4 Maret.
Harga beli rata-rata= $32000/300 unit = $106,67 per unit.
Untuk lebih memahami terkait penerapan metode average pertahikan ilustrasi dari PT
Ahmad sebagai berikut:
Data persediaan dan penjualan inventory PT Ahmad untuk pekan pertama di bulan
Maret 2019 sebagai berikut:
Persediaan inventory PT Ahmad pekan pertama maret 2019
Penyelesaian kasus untuk PT Ahmad pada pekan pertama maret 2019 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
1 x
March 100 100 10.000
2
x
March
200 x 110 300 107* 32.001
4
x
March
250 x 107 * 26.668 50 107* 5.334
*pembulatan
Perhatikan bahwa PT ahmad menghitung harga beli rata-rata pada tanggal 2 maret,
hal ini dilakukan karena pada tanggal 2 maret terdapat pembelian inventory yang
memiliki nilai yang berbeda dengan harga beli inventory pada tanggal 1 maret. Pada
tanggal 1 maret inventory dibeli dengan harga $100 per unit sedangkan pada tanggal 2
Maret harga bel inventory $110 per unit.
Setelah kasus PT Ahmad diselesaikan dengan menggunakan tiga metode tersebut
maka kita peroleh hasil COGS dan ending inventory atau persediaan akhir sebagai
berikut:
Metode COGS Ending Inventory
FIFO 26.500 5.500
LIFO 27.000 5.000
Average 26.668 5.334
Catatan penting!!! Anda harus berhati-hati dalam menentukan nilai COGS dan EI
dengan ketiga metode diatas. Perhatikan baik-baik perbedaannya
Untuk memahami lebih lanjut bagaimana memahami penerapan ketiga metode diatas
perhatikan contoh transaksi inventory pada PT Omar dibawah ini:
PT Omar melakukan pembelian dan penjualan inventory selama bulan Maret 2020 sebagai
berikut:
Tabel 5 Transaksi pembelian dan penjualan inventory PT Omar bulan Maret 2020
x
1 March 300 x 10 3.000 300 10 3.000
x
5 March 150 x 10 1.500 150 10 1.500
x
7 March 300 x 11 3.300 150 10 1.500
x
300 11 3.300
450 4.800
x x
31 March 150 10 1.500 50 11 550
x
250 11 2.750
4.250
x
400
1 3.00 30 x
March 300 x 10 0 0 10 3.000
5 1.50 15 x
March 150 x 10 0 0 10 1.500
7 3.30 15 x
March 300 x 11 0 0 10 1.500
30 x
0 11 3.300
45
0 4.800
31 x 3.30 x
March 300 11 0 50 10 500
x 1.00
100 10 0
x 4.30
400 0
3. Metode Average
30 30.00 30 x
1 March 0 x 100 0 0 100 30.000
15 x
5 March 150 X 10 1.500 0 10 1.500
30 45 x
7 March 0 x 11 3.300 0 10,67 4.802
10,6 x
x
31 Maret 400 7 4.268 50 10,67 534
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa harga jual inventory PT Omar adalah $15 per unit maka
berikut adalah informasi COGAS, COGS, ending inventory, sales, gross profit dan gross
profit rater PT omar dengan tiga metode tersebut.
Perhatikan kembali masing-masing tabel untuk metode fifo lifo dan average serta rumus-
rumus perhitungan, untuk lebih memahami hasil dari tabel diatas.
Penggunaan metode inventory harus dilakukan secara konsisten oleh perusahaan. jika
perusahaan telah memilih untuk menggunakan metode FIFO maka dari periode-ke periode
akuntansi perusahaan harus secara konsisten menggunakan metode tersebut. Perusahaan
boleh mengganti metode dengan alasan yang dijelaskan pada catatan laporan keuangan,
namun tidak boleh terlalu sering mengganti penggunaan metode, karena hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil audit laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor eksternal.
Pada kondisi Inflasi (harga-harga inventory cenderung mengalami kenaikan dari waktu-ke
waktu) maka perbedaan dampak penggunaan metode inventory tersebut adalah sebagai
berikut:
Metod
e COGS EI GP GPR Tax
FIFO Lowest Highest Highest Highest Highest
LIFO Highest Lowest Lowest Lowest Lowest
Averag Moderat Moderat Moderat Moderat Moderat
e e e e e e
Dampak sebaliknya pada tabel diatas akan berlaku jika kondisi deflasi.
Pada setiap akhir periode perusahaan harus melakukan cek ulang perhitungan inventory
untuk menentukan nilai inventory yang akan dilaporkan pada Laporan posisi keuangan. nilai
inventory tidak dapat ditentukan dari inventory card namun harus dipastikan dengan
keberadaan inventory digudang. Oleh karena itu muncul isu-isu pengakuan inventory sebagai
berikut:
1. Goods in transit.
Goods in transit merupakan inventory yang masih dalam pengiriman ketika akhir
periode akuntansi terjadi. Misal perusahaan membeli inventory pada tanggal 28
Maret, namun pada tanggal 31 Maret ketika perusahaan akan membuat laporan
keuangan inventory tersebut belum sampa digudang perusahaan. Bagaimana
menentukan kepemilikan inventory tersebut apakah milik penjual atau pembeli. Untuk
menentukan kepemilikan inventory atas goods in transit makan perusahan harus
melihat kembali syarat FOB yang digunakan. Jika pada pembelian tanggal 28 maret
tersebut perusahaan menggunkan FOB shipping point maka pada tanggal 31 maret
perusahaan harus tetap mengakui inventory tersebut sebagai miliknya. Hal ini
dikarenakan pengggunaan FOB shipping point menyebabkan pembeli bertanggung
jawab penuh atas inventory tersebut selama proses pengiriman. Namun jika FOB yang
digunakan adalah FOB destination maka inventory tersebut tidak boleh diakui oleh
pembeli. Karena tanggung jawab inventory selama proses pengiriman adalah
tanggung jawaban penjual.
Perhatikan ilustrasi pada gambar dibawah ini.
Sumber: Weygandt, Kimmel and Kieso
2. Cosingment goods
Consignment goods adalah inventory titipan. Pada praktiknya kadang perusahaan
dagang juga menjual inventory titipan dari perusahaan lain. Meskipun inventory
tersebut ada dalam gudang perusahaan, namun kepemilikan inventory tersebut tetap
menjadi pemilik yang menitipkan inventory, sehingga inventory tersebut tidak boleh
diakui dalam laporan keuangan perusahaan. Inventory yang dititipkan tetap menjadi
milik yang menitipkan.
SOAL-SOAL LATIHAN