DISUSUN OLEH:
PRADILLA PERMATA SARI
B1A121021
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang maha menguasai seluruh alam semesta beserta
isinya. Lagi maha berkehendak atas segala sesuatu, dan telah menjadikan manusia
sebaik-baiknya ciptaan yang diberikan akal untuk berpikir. Rasa syukur saya ucapkan
karena berkat rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Advokasi dan Bantuan
Hukum. Namun, penulis sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan, baik isi maupun penulisan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di gunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I ........................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN..................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 6
C. TUJUAN ........................................................................................................... 6
D. MANFAAT ....................................................................................................... 6
BAB II ....................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 7
A. PENGERTIAN MEDIASI PENAL ................................................................. 7
a) Pengertian Mediasi ........................................................................................ 7
b) Pengertian Mediasi Penal ............................................................................... 7
B. TAHAPAN MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN PERKARA
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA ................................................... 10
a.) Model Mediasi Penal .................................................................................... 10
b.) Kendala-kendala dalam mediasi penal .......................................................... 13
BAB III ................................................................................................................... 14
PENUTUP .............................................................................................................. 14
A. KESIMPULAN ............................................................................................... 14
B. SARAN ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sering diangap bukan sebagai bentuk
kekerasan. Beberapa orang mungkin tidak sepenuhnya menyadari bahwa tindakan
KDRT adalah bentuk kekerasan, hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang konsekuensi KDRT sehingga masyarakat menganggapnya
sebagai hal yang biasa terjadi dalam masalah rumah tangga. Undang-Undang
Penghapusan KDRT memberikan landasan hukum yang kuat yang menjadikan
KDRT yang awalnya merupakan persoalan rumah tangga menjadi urusan Negara.
Dalam praktiknya KDRT sangat sulit diungkap karena beberapa sebab, pertama
karena kekerasan dalam rumah tangga terjadi dalam lingkup rumah tangga yang
dipahami sebagai urusan yang bersifat privasi dimana orang lain tidak boleh ikut
campur. Kedua, korban pada umumnya adalah seorang istri/anak tidak berani
mengambil tindakan, korban memilih untuk diam dan tidak melaporkan kasus
kekerasan ini karena dianggap akan membuka aib rumah tangga sendiri. ketiga,
adanya stigma sosial yang menganggap bahwa kekerasan yang dilakukan suami
dipahami masyarakat sebagai hal yang dianggap wajar dalam kerangka pendidikan
yang dilakukan oleh pihak yang memiliki otoritas untuk melakukannya. Pada posisi
ini korban sering enggan untuk melaporkannya pada aparat penegak hukum karena
khawatir justru akan disalahkan.
Kasus KDRT merupakan sebuah dilema yang tidak mudah untuk dicari jalan
keluarnya. Harus dipikirkan sebuah cara yang melindungi semua orang dalam rumah
tangga, diperlukan cara win-win solution untuk kasus-kasus KDRT. Dalam hal ini
salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan menggunakan mediasi, dengan mediasi
maka para pihak akan duduk bersama untuk memecahkan masalah. Korban akan
4
terlindungi dan terlibat dalam setiap tahapan pengambilan keputusan sehingga
kerugian yang dialami korban dapat terobati atau terpulihkan dengan konsekuensi
yang harus dipenuhi oleh pelaku. Hal yang diputuskan dalam mediasi adalah benar-
benar merupakan kebutuhan kedua belah pihak. Sifat mediasi yang rahasia sangat
tepat untuk dilaksanakan dalam kasus-kasus KDRT karena KDRT terjadi dalam
ranah personal yang tidak diketahui masyarakat lain. Kerahasiaan ini menjadi perlu
agar keluarga yang mengalami tindakan KDRT tidak malu secara psikologis dan
sosiologis. Penyelesaian perkara melalui Mediasi Penal dianggap mampu
menjangkau rasa keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Mediasi Penal mampu
menyelesaikan perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga, hal ini dikarenakan
masyarakat masih mengutamakan penyelesaian sengketa dengan damai terlebih
dengan sengketa dalam keluarga.
Dalam makalah kali ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana
tahapan Mediasi Penal dalam perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Penulis
berharap dengan adanya makalah ini maka kita bisa lebih memahami bagaimana
sebetulnya tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses Mediasi Penal terhadap
pokok perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Dari Mediasi Penal?
C. TUJUAN
D. MANFAAT
6
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
7
ADR pada umumnya digunakan di lingkungan kasus-kasus perdata, tidak untuk
kasus-kasus pidana. Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia saat
ini (hukum positif) pada prinsipnya kasus pidana tidak dapat diselesaikan di luar
pengadilan, walaupun dalam hal-hal tertentu, dimungkinkan adanya penyelesaian
kasus pidana di luar pengadilan.
2
Mediasi Penal Dalam Integrated Criminal Justice System oleh Nediyanto Ramadhan, hal. 4-5
8
2) Hukum adat dan Hukum Islam yang masih hidup dan
dipraktekkan oleh masyarakat mendukung dan bahkan memprioritaskan penggunaan
mediasi dalam penyelesaian sengketa secara damai termasuk dalam perkara KDRT.
3) Mayoritas masyarakat masih menganggap perkara KDRT
merupakan masalah internal rumah tangga yang tidak boleh diketahui oleh publik.
Hal ini sesuai dengan sifat dasar mediasi yang wajib menjaga kerahasiaan
penyelesaian sebuah sengketa.
4) Mediasi menjanjikan penyelesaian KDRT yang cepat, murah dan
sederhana dibandingkan dengan penyelesaian di pengadilan. Faktor ini penting untuk
mempersingkat penderitaan yang dialami oleh korban KDRT.
5) Memberikan kesempatan kepada korban untuk di dengar dalam
menceritakan penderitaan yang dialaminya dan mencurahkan perasaan hati sebagai
pemberdayaan perempuan, dimana hal ini biasanya tidak/kurang diperhatikan dalam
proses pengadilan.
6) Korban mendapatkan kesempatan untuk mendapat penjelsan
tentang kekerasan yang terjadi, menerima permintaan maaf atau mendapat
kompensasi atas penderitaan yang dialami yang tidak bisa didapatkan dari proses
pengadilan
7) Pelaku (suami) sebagai salah satu pilar rumah tangga mendapat
kesempatan untuk memperbaiki diri dengan terhindar dari penjara demi melindungi
masa depan keluarga terutama masa depan anak 3.
3
Mediasi Penal Sebagai Alternative Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga oleh Hani Barizatul Baroroh, S.HI,
hal 16-17
9
B. TAHAPAN MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN PERKARA
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Mediasi muncul sebagai salah satu pemikiran alternative dalam pemecahan
masalah dalam system peradilan pidana. Hal ini berawal dari wacana restorative
justice yang berupaya untuk mengakomodir kepentingan korban dan pelaku tindak
pidana, serta mencari solusi yang menang-menang (win-win solution). Mediasi dipilih
karena dengan mediasi tidak hanya mencari sebuah kepastian hukum tetapi juga
dipaparkan fakta-fakta sehingga yang di dapat adalah sebuah kebenaran serta apa
yang akan diputuskan untuk menyelesaikan masalah kedua belah pihak dapat
dikompromikan tanpa adanya tekanan.
4
Mediasi Penal Sebagai Alternative Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga oleh Andi Rahmah
dan Syamsiar Arief, hal.15
10
4) Model Reparation Negotiation Programmes
Model ini semata-mata untuk menilai kompensasi atau perbaikan yang harus
dibayar oleh pelaku tindak pidana kepada korban, biasanya pada saat pemeriksaan
di pengadilan. Program ini tidak berhubungan dengan rekonsiliasi antara para
pihak tetapi hanya berkaitan dengan perencanaan perbaikan materil. Dalam mode
ini pelaku tindak pidana dapat diekenakan program kerja agar dapat menyimpan
uang untuk membayar ganti rugi atau kompensasi
Dari berbagai model mediasi penal diatas maka mediasi penal yang cocok untuk
perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga ditingkat penyidikan, penuntutan umum
maupun persidangan adalah sebagai berikut:
a. Mediasi pada tahap penyidikan
Mediasi yang digunakan dalam tahap penyidikan merupakan kombinasi
model mediasi informal mediation, victim-offender mediation dan reparation
negotiation programmes. Pada tahap ini dapat ditetapkan cara kerja mediasi penal
adalah sebagai berikut:
1.) Penyidik mempelajari kasus atau tindak pidana KDRT yang dilakukan oleh
pelaku dengan criteria-kriteria tertentu, menawarkan mediasi kepada pelaku dan
korban
2.) Mediasi Penal harus dilakukan secara suka rela dari semua pihak yang terlibat
3.) Mediasi dilakukan secara rahasia sesuai denganprinsip confidentiality
4.) Pelaku dan korban dipertemukan untuk mencari solusi yang menguntungkan
5.) Mediator harus mempunyai sertifikasi dan terlihat sebagai mediator
6.) Jika dicapai kesepakatan dalam mediasi maka mediator memberitahukan kepada
penyidik. Namun bila gagal maka proses perkara dilanjutkan
7.) Hasil kesepakatan mediasi penal merupakan keputusan final, sehingga merupakan
alasan penghapus penuntutan.
11
b. Mediasi penal di tahap penuntutan
Mediasi yang digunakan dalam tahap penuntutan adalah kombinasi antara
bentuk Victim-offender mediation dan Reparation negotiation Programme. Adapun
tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
1.) Jaksa penuntu umum mempelajari tindak pidana KDRT yang dilakukan oleh
pelaku berdasarkan criteria-kriteria tertentu lalu dapat menawarkan mediasi kepada
korban dan pelaku tindak pidana
2.) Mediasi dilakukan secara suka rela dari pelaku dan korban tindak pidana
3.) Jaksa penuntut umum dapat berposis sebagai mediator maupun dapat melakukan
penunjukan mediator dati luar yang bersertifikat
4.) Mediator mempertemukan pihak pelaku dan korban tindak pidana yang
pelaksanaannya dilakukan secara rahasia
5,) Jika mediasi penal gagal maka perkara pidana akan dilanjutkan dengan proses
pemeriksaan di sidang pengadilan dengan dilakukan penuntutan terhadap tindak
pidananya
6.) Jika mediasi mencapai kesepakatan damai yang diterima oelh semua pihak maka
akta kesepakatan berlaku sebagai putusan yang final dan tidak dapat diadakan
penuntutan sehingga dapat berfungsi sebagai alasan penghapus penuntutan.
5
Mediasi Penal Dalam Penyelesaian Perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga oleh Ni Kadek Ayu Ismadewi, Wiodo
Tresno Novianto, dan Hartiwiningsih, Hal 9-11
12
b.) Kendala-kendala dalam mediasi penal
kebijakan penanggulangan kejahatan melalui mediasi penal dalam
peyelesaian perkara tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga mengalami
beberapa kendala dalam proses penerapannya yaitu:
6
Mediasi Penal Sebagai Alternatif Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga oleh Andi Rahmah
dan Syamsier Arief, Hal 18-19
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Mediasi Penal Dalam Integrated Criminal Justice System oleh Nediyanto Ramadhan
Rahmah, A., & Arief, S. (2018). Mediasi Penal Sebagai Alternatif Penyelesaian
Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jurisprudentie, 5(2), 251-272.
15