Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA KLASIK

PERCOBAAN GERAK HARMONIK SEDERHANA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Mekanika Klasik

Yang diampu oleh Joko Utomo, S.Si, M.Sc

Disusun Oleh:

Nama : Lilik Nadifa

NIM : 220322601609

Kelas/Offering :N

Kelompok :3

PROGRAM STUDI S1 FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

NOVEMBER 2023
PERCOBAAN KE 2

GERAK HARMONIK SEDERHANA

A. Tujuan
1. Tujuan praktikum yang praktikan lakukan pada percobaan kedua ini adalah
untuk memahami kajian fisis tentang gerak osilasi teredam.

B. Dasar Teori

Pada kasus gerak harmonik sederhana yang ideal dimana energi


tial tetap konstan dan perpindahan mengikuti kurva sinus diperuntukkan
waktu yang tak terbatas. Dalam praktiknya beberapa energi selalu
dihamburkan oleh proses resistif atau kental. Misalnya amplitudo bandul
yang berayun bebas akan seluruh meluruh seiring waktu karena energi
hilang. Adanya hambatan terhadap gerak berarti bahwa gaya lain sedang
aktif. Yang dianggap sebanding dengan kecepatan. Gaya gesekan bekerja
dalam arah yang berlawanan dengan arah kecepatan dan penerapan
konsep hukum 2 newton. Gerak harmonik merupakan gerak bolak-balik
benda melalui suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya
getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak harmonis
mempunyai persamaan gerak gerak dalam bentuk sinusoidal dan
digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. (Giancolli,
1997).

𝑚𝑥̈ = −𝑠𝑥 − 𝑟𝑥̇

Dimana r adalah konstanta proporsionalitas dan memiliki dimensi


gaya per satuan kecepatan. Yang akan mengakibatkan hilangnya energi.
Yang menjadi permasalahan sekarang adalah menemukan perilaku
perpindahan x dari persamaan :

𝑚𝑥̈ + 𝑟𝑥̇ + 𝑠𝑥 = 0
Koefisien m,r,dan s tetap konstan. Saat koefisiennya konstan maka
penyelesaiannya dengan x=C𝑒 𝛼𝑡 . Karena suku ekspnensial selalu
nondimensi, C memiliki dimensi x (panjang) dan 𝛼 adalah invers dimensi
waktu. Masing-masing solusi menggambarkan perilaku yang berbeda dari
perpindahan x terhadap waktu. Dalam solusi tersebut C muncul secara
eksplisit sebagai panjang konstan, tetapi dalam kasus ketiga dibutuhkan
persamaan :

𝐶 = 𝐴 + 𝐵𝑡

Dimana A adalah panjang, B adalah kecepatan terhadap waktu, dari


sudut pandang penulis buku ini, kasus ini bukanlah yang terpenting.
Mengambil C sebagai panjang konstan didapatkan:

𝑥̇ =𝛼C𝑒 𝛼𝑡 dan 𝑥̈ =𝛼 2 C𝑒 𝛼𝑡

maka persamaannya dapat dituliskan ,

𝐶𝑒 𝛼𝑡 (𝑚𝛼 2 + 𝑟𝛼 + 𝑠) = 0

Untuk,

𝑥 = 𝐶𝑒 𝛼𝑡 = 0 atau 𝑚𝛼 2 + 𝑟𝛼 + 𝑠 = 0

Penyelesaian dengan persamaan kuadrat didapatkan nilai 𝛼 :

−𝑟
𝛼= ±
2𝑚
𝑟 𝑠
Perhatikan bahwa dan dan oleh karena itu semua memiliki
2𝑚 𝑚

invers dimensi waktu yang diharapkan 𝑒 𝛼𝑡 , maka persamaan perpindahan


dapat dinyatakan sebagai berikut

𝑟𝑡 𝑟 2 𝑠 1/2 𝑟𝑡 𝑟2
− +( − ) 𝑡 − −( −𝑠/𝑚)1/2𝑡
𝑥1 = 𝐶1 𝑒 2𝑚 4𝑚2 𝑚 , 𝑥2 = 𝐶2 𝑒 2𝑚 4𝑚2

atau

𝑟𝑡 𝑟2 𝑠 𝑟𝑡 𝑟2
− +( − )1/2 𝑡 − −( −𝑠/𝑚)1/2𝑡
𝑥 = 𝑥1 + 𝑥2 = 𝐶1 𝑒 2𝑚 4𝑚2 𝑚 + 𝐶2 𝑒 2𝑚 4𝑚2

𝑟2 𝑠
− 𝑚 dapat menjadi positif, dari kondisi tersebut memberikan
4𝑚2

salah satu dari tiga kemungkinan solusi yang dirujuk ke lebih awal dan
solusi kasus menjelaskan jenis tertentu.

Perilaku gerak harmonik sederhana teredam. Di sini akan membahas


solusi untuk meningkatkan signifikan dari sudut pandang buku ini,
syaratnya adalah :

𝑟2
• Tanda Positif(4𝑚2 > 𝑠/𝑚)
𝑟2
• Tanda 0 (4𝑚2 = 𝑠/𝑚)
𝑟2
• Tanda Negatif (4𝑚2 < 𝑠/𝑚)

C. Alat dan Bahan


• Sensor gerakan putar
• Driver untuk osilator mekanik
• Batang penegak
• Batang besi panjang 120cm
• Batang besi panjang 45cm
• Benang gulung
• Massa 20 gr serta pengait
• Perangkat PASCO Capstone
D. Set Alat Percobaan

Batang Besi Panjang 45 cm

Batang Besi Panjang 120 cm

Capsthon

Beban 20 gr
Piringan dengan jari-jari 5cm
Sensor Penggerak

Tali

Pegas

E. Prosedur Percobaan

1. Frekuensi Resonansi: Langkah pertama kami mengukur frekuensi


resonansinya. Lalu membuat grafik untuk kecepatan angular katrol
yang berubah terhadap waktu. Selanjutnya memutar tuas magnet
sehingga letaknya jauh dari katrol. Menekan record pada layar PASCO
Capstone, memutar piringan pada katrol, dan biarkan berosilasi.
Kemudian kita akan menghentikan rekaman serta mengukur periode
menggunakan coordinate tool pada grafik di layar.
2. Konstanta Pegas: Membuat tampilan digit angka untuk sudut dari
sensor putaran (Disk Rotary Motion Sensor) dan kemudian memulai
merekam data. Menggantungkan massa yang dikait (20 g) di atas salah
satu pegas dan mengukur sudut yang dihasilkan berdasarkan putaran
piringan. Kemudian menghentikan rekaman. Melepaskan massa 20 g
tersebut. Mengukur jari-jari alur katrol besar dan menghitung torsi yang
disebabkan oleh berat massa 20 g. Menghitung konstanta pegas torsi
menggunakan Persamaan (1.3).
3. Momen Inersia Piringan Katrol: Melepaskan piringan dari katrol dan
mengukur massa serta jari-jari dari piringan tersebut.
4. Lengkungan Resonansi: Membuat grafik "Sudut Amplitudo" terhadap
"frekuensi". Menyetel Generator Sinyal #1 pada Otomatis. Karena
frekuensi ramp generator sinyal diatur pada 0.001 Hz, pengumpulan
data akan memakan waktu 1000 detik (16,7 menit). Mengatur jarak
magnet menjadi 6 mm. Anda dapat menggunakan tumpukan kertas 6
mm untuk mengukur jarak dengan memasukkannya di antara magnet
dan piringan aluminium.
a) Memulai rekaman. Pengumpulan data secara otomatis akan
berhenti ketika tegangan listrik yang dihasilkan oleh sensor turun
di bawah 3,1 V.
b) Menyesuaikan sekrup peredam magnet sekitar 4 mm dari disk dan
ulangi pengumpulan data.
c) Menyesuaikan sekrup peredam magnet sekitar 3 mm dari disk dan
ulangi pengumpulan data.
5. Koefisien Peredam: Untuk redaman 3 mm, merekam amplitudo
sampai redaman osilasi selesai. Untuk melakukannya, matikan
generator sinyal. Membuat grafik sudut putaran katrol terhadap waktu.
Atur “Start Condition” ke “Disk Angular Velocity” di atas nol. Memutar
piringan sekitar 360 derajat (6,28 rad) dan tahan. Memulai merekam
dan melepaskan disk. Menghentikan rekaman setelah piringan berhenti.
Menerapkan kecocokan sinus teredam pada data dan catat koefisiennya.
Membandingkan dengan teori dan hitung koefisien redaman

A. Data Percobaan
Amplitudo tegangan = 3,1 V
DC Offset = 6,1 V
f = 0,001 Hz
Untuk beban:
m = 20 gram
r = 2,65 cm
Untuk piringan (disk):
M = 123 gram
R = 4,8 cm

Variabel Bebas: periode (T), Sudut , Amplitudo (𝜔)


Variabel Terikat : Sudut anguler (𝜔), Sudut (𝜃) , Gaya (N)
Variabel Kontrol : massa (20 gr), perangkat pasco capstone, batang besi
Panjang (45 cm dan 120 cm

Tabel 1. Frekuensi Resonansi


No. Angular Velocity Time
Ch P1 (s)
(rad/s)
1 14,608 0,020

2 13,888 0,040
3 13,011 0,060
4 11,912 0,080
5 10,642 0,100

6 9,268 0,120
7 7,815 0,140
8 6,322 0,160
9 4,817 0,180
10 3,338 0,200
11 1,885 0,220
12 0,432 0,240
13 -1,008 0,260
14 -2,422 0,280
15 -3,809 0,300
16 -5,171 0,320
17 -6,506 0,340
18 -7,802 0,360
19 -9,032 0,380
20 -10,171 0,400
21 -11,166 0,420
22 -11,990 0,440
23 -12,593 0,460
24 -12,946 0,480
25 -13,038 0,500

Tabel 2. Konstanta Pegas


Sudut Massa Beban (m) Jari-Jari Katrol (m)
(rad)
1,835 0,02 0,0265

Tabel 3. Momen Inersia Piringan Katrol

Massa Piringan (kg) ΔM Jari-Jari Piringan (m) ΔR


(kg) (m)
0,123 0,005 0,048 0,05
Tabel 4. Sajian Hasil Percobaan
No Prosedur Hasil Percobaan
1 Frekuensi
Resonansi

2 Konstanta Pegas

3 Momen Inersia 0,000142 𝑘𝑔𝑚²


Piringan Katrol
4 Lengkungan
Resonansi

5 Koefisien Peredam

G. Analisis Data

1. Frekuensi Resonansi
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh berupa data dan grafik
dari kecepatan angular terhadap waktu. Untuk menghitung besar
frekuensi dan periode perubahan waktu (∆𝑡) didapatkan hasil seperti
pada tabel:
Waktu Nilai Selisih
(s) Waktu
(𝑡𝑛+1 − 𝑡𝑛 )

𝑡1 0,02 0,02

𝑡2 0,04 0,02

𝑡3 0,06 0,02

𝑡4 0,08 0,02

𝑡5 0,1 0,02

𝑡6 0,12 0,02

𝑡7 0,14 0,02

𝑡8 0.16 0,02

𝑡9 0,18 0,02

𝑡10 0,2 0,02

𝑡11 0,22 0,02

𝑡12 0,24 0,02

𝑡13 0,26 0,02

𝑡14 0,28 0,02

𝑡15 0,3 0,02

𝑡16 0,32 0,02

𝑡17 0,34 0,02

𝑡18 0,36 0,02

𝑡19 0,38 0,02


𝑡20 0,4 0,02

𝑡21 0,42 0,02

𝑡22 0,44 0,02

𝑡23 0,46 0,02

𝑡24 0,48 0,02

𝑡25 0,5 0,02

Jumlah 0,05

Rata – Rata 0,02

Periode Resonansi:
𝑡
𝑇=
𝑛
̅̅̅
∆𝑡
𝑇=
𝑛
0,02
𝑇=
25
𝑇 = 0,0008 𝑠
Frekuensi Resonansi:
1
𝑓=
𝑇
1
𝑓=
0,0008
𝑓 = 1250 𝐻𝑧

2. Konstanta Pegas
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh nilai 𝜃 = 0,061 𝑟𝑎𝑑, dapat
digunakan untuk menghitung nilai konstanta pegas. Torsi dapat
dirumuskan sebagai:
𝜏 = 𝑟(𝑚𝑔)
𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 = 0,0265 𝑚
𝑚 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 0,02 𝑘𝑔
𝑔 = 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 = 9,8 𝑚/𝑠²
Maka, nilai Torsi adalah:
𝜏 = 0,0256 (0,02 𝑥 9,8)
𝜏 = 0,00519 𝑁/𝑚
Konstanta pegas dan torsi didapatkan nilainya sebagai berikut:
𝜏
𝐾=
𝜃
0,00519
𝐾=
0,061
𝐾 = 0,0851 𝑁𝑚⁄𝑟𝑎𝑑
Mencari nilai ∆𝑆𝑘 :

2 2 2 2
𝑚𝑔 2 𝑟𝑔 2 𝑚𝑟 2 𝑚𝑟𝑔 2

∆𝑆𝑘 = | ∆𝑟| + | √
∆𝑚| + | 2 ∆𝑔| + | 2 ∆𝜃|
𝜃 3 𝜃 3 𝜃 3 𝜃 3

2 2
(0,02)(9,8) 2 (0,0265)(9,8) 2
∆𝑆𝑘 = √| (0,05)| + | (0,005)|
(0,061) 3 (0,061) 3

2 2
(0,02)(0,0265) 2 (0,02)(0,0265)(9,8) 2
+√ | (0,05)| + | (0,005)|
(0,061)2 3 (0,061)2 3

∆𝑆𝑘 = 0,10804 + 0,00665


∆𝑆𝑘 = 0,11469
Mencari nilai R:
∆𝑆𝑘
𝑅= 𝑥 100%
𝑘
0,11469
𝑅= 𝑥 100%
0,0851
𝑅 = 135% (1 𝐴𝑃)
Sehingga dihasilkan nilai konstanta pegas torsi yaitu (0,0851 ±
0,11469) 𝑁⁄𝑟𝑎𝑑 dengan ralat sebesar 135%(1 AP)

3. Momen Inersia
Momen inersia piringan katrol dihitung menggunakan rumus:
1
𝐼= 𝑀𝑅²
2
Dengan:
𝑀 = 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,123 𝑘𝑔
𝑅 = 𝐽𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,048 𝑚

Maka, nilai momen inersia piringan katrol adalah:


1
𝐼= 𝑥 0,123 (0,048)2
2
𝐼 = 0,000142 𝑘𝑔𝑚²
Mencari nilai ∆𝑆𝐼 :

2 2
𝜕𝐼 2 𝜕𝐼 2

∆𝑆𝐼 = | ∆𝑀| + | ∆𝑅|
𝜕𝑀 3 𝜕𝑟 3

2 2
𝑅2 2 𝑀𝑅 2
∆𝑆𝐼 = √| ∆𝑀| + | ∆𝑅|
2 3 2 3

2 2
(0,048)2 2 0,123 𝑥 0,048 2
∆𝑆𝐼 = √| 0,005| + | 0,05|
2 3 2 3

∆𝑆𝐼 = √1,475 𝑥 10−11 + 9,68 𝑥 10−9


∆𝑆𝐼 = 9,847 𝑥 10−5
Mencari nilai ralat:
∆𝑆𝑘
𝑅= 𝑥 100%
𝑘
9,847 𝑥 10−5
𝑅= 𝑥 100%
0,000142
𝑅 = 69% (2𝐴𝑃)
Sehingga didapatkan nilai momen inersia yaitu (14 ±
0,99) 𝑥 10−5 𝑘𝑔𝑚2 dengan ralat sebesar 69% (1 AP)

4. Periode dan Frekuensi Berdasarkan Teori


Periode berdasarkan Teori

𝐼
𝑇 = 2𝜋√
𝐾
Dengan,
𝐼 = 0,000142 𝑘𝑔𝑚2
𝐾 = 0,00311 𝑁𝑚⁄𝑟𝑎𝑑

𝐼
𝑇 = 2𝜋√
𝐾

0,000142
𝑇 = 2𝜋√
0,0851

𝑇 = 0,25652𝑠
Frekuensi berdasarkan teori:
1
𝑓=
𝑇
1
𝑓=
0,7466
𝑓 = 1,34 𝐻𝑧
5. Lengkungan Resonansi

Grafik 1. Lengkungan resonansi


Dari grafik tersebut dapat dikatakan sudut amplitudo bergantung
pada frekuensi osilasinya. Sehingga menyebabkan terus mengalami
penurunan seiring bertambah besarnya frekuensi. Grafik tersebut
bergerak menuju titik setimbang atau kembali pada keadaan awal yaitu
pada posisi 0 hal ini disebut sebagai osilasi teredam kritis.
6. Koefisien Peredam
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan grafik yang membentuk
grafik sinusoidal dan menggambarkan grafik osilasi teredam ringan
dimana 𝜔02 > 𝛾 2 . Dengan persamaan dibawah:

𝑘 𝑏2
𝜔 = √ − 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜔 = 2𝜋𝑓
𝐼 4𝐼

Dari persamaan persamaan diatas dapat diperoleh nilai b atau


koefisien redaman yaitu:
𝜔 = 2𝜋𝑓

𝜔 = 2(3,14)(1250)

𝜔 = 7857 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠

Kemudian menghitung nilai b:

𝑘 𝑏2
𝜔=√ − 2
𝐼 4𝐼

0,0851 𝑏2
7857 = √ −
0,000142 4(0,000142)2

𝑏2
7857 = √600,45426 −
8,031𝑥 10−8

𝑏2
(7857)2 = 600,45426 −
8,031𝑥 10−8

𝑏2
61734694 = 600,45426 −
8,031𝑥 10−8

𝑏2
= 600,45426 − 61734694
8,031𝑥 10−8

𝑏2
= −61734093
8,031𝑥 10−8
𝑏 2 = (−61622478,1)8,031𝑥 10−8

𝑏 = −√4,95792836

𝑘𝑔⁄
𝑏 = −2,2266406 𝑠

sehingga didapatkan nilai koefisien redaman yaitu sebesar


𝑘𝑔⁄
−2,2266406 𝑠 tanda negatif berarti redaman memiliki arah yang
berlawanan denganarah gerak atau osilasi benda.

H. Pembahasan

Berdasarkan teori yang dapat dipahami bahwa hubungan antara frekuensi


resonansi dengan

T=2𝜋. 𝜔
2𝜋f=2𝜋. 𝜔

Percobaan pertama menentukan frekuensi resonansi dengan menghitung


periode dan frekuensi resonansinya dengan mengabaikan gesekan udaranya.
Dari perhitungan matematis secara teoritis memperoleh nilai periode sebesar
0,0008 s dan frekuensi sebesar 1250 Hz. Kurva resonansi pada grafik kecepatan
sudut terhadap waktu, dilihat dari grafik tersebut benda yang bergerak bolak-
balik akan kembali ke posisi setimbang atau diam. Hal ini disebabkan karena
adanya gaya redaman oleh dua pegas yang di kaitkan pada katrol.

Percobaan kedua menentukan konstanta pegas dengan persamaan


matematis, dengan diperolehnya nilai sudut dari percobaan sebesar 0,0851
Nm/rad. Nilai torsinya sebesar τ = 0,00519 N/m dan konstanta pegas sebesa
(0,0851 ± 0,11469) 𝑁⁄𝑟𝑎𝑑 dengan ralat relatif sebesar 135% (1AP).
Percobaan ketiga menentukkan momen inersia dengan persamaan momen
inersia dengan nilai momen insersia sebesar
0,000142 𝑘𝑔𝑚². Sehingga ralat nilai momen inersianya adalah sebesar
(14 ± 0,99) 𝑥 10−5 𝑘𝑔𝑚2 dengan ralat relatif sebesar 69% (2AP). Percobaan
keempat menentukan besar periode dan frekuensi berdasarkan teori
1
menentukan frekuensi menggunakan persamaan = 𝑇. sehingga didapatkan nilai

frekuensi sebesar1,34 Hz dan didapatkan nilai periode sebesar0,25652 𝑠. Dari


hasil perhitungan dan hasil percobaan nilai frekuensi dan periodenya memiliki
nilai yang jauh berbeda . Percobaan kelima menentukan koefisien peredam
didapatkan nilai ω sebesar 7857 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠. Dan juga didapatkan nilai b atau
𝑘𝑔
koefisien peredamnya sebesar −2,2266406 ⁄𝑠.

Berdasarkan penjelasan diatas terdapat hasil yang memiliki selisih yang


jauh berbeda dengan hasil perhitungan berdasarkan teori dan masih
menghasilkan ralat yang sangat besar. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa
faktor yaitu kurang telitinya saat melakukan percobaan selain itu juga dapat
disebabkan karena saat percobaan sudut putar yang digunakan tidak sesuai
dengan sudut putar yang diarahkan oleh modul. Namun hal lain seperti adanya
gangguan pada set alat gerak harmonis juga dapat mempengaruhi hasil data
dalam percobaan.

I. Kesimpulan
Berdasarkan teori yang dapat dipahami bahwa hubungan antara
frekuensi resonansi dengan
𝑇 = 2𝜋𝜔
2𝜋𝑓 = 2𝜋𝜔
Berdasarkan praktikum percobaan yang telah dilakukan dengan teori
sudah sesuai karena dapat diamati dari grafik yang terdapat pada analisis
data bahwa hubungan antara waktu dengan kecepatan anguler grafik
menunjukkan semakin menurun kecepatannya, dan antara sudut anguler
dengan frekuensi semakin meningkat tetapi tidak meningkat secara drastis.
Dan dalam percobaan konstanta pegas yang telah dilakukan terdapat
beberapa kendala sehingga hanya mendapatkan 3 data, hal ini dikarenakan
pada saat percobaan ke 4 frekuensi tidak berjalan. Jika berjalan pun
frekuensinya sangat kecil, bahkan hasilnya menunjukkan nilai minus.
Di dalam percobaan yang telah dilakukan redaman yang terjadi
termasuk redaman rendah atau redaman kecil sehingga lebar, dengan
frekuensinya akan berpengaruh juga karena frekuensi dengan periode
berbanding terbalik. Semakin besar periodenya maka akan semakin kecil
frekuensinya sedangkan dalam percobaan ini frekuensinya kecil sehingga
lebarnya juga kanan mengecil. Dan terhadap amplitudo maksimumnya akan
semakin rendah dan bahkan mengecil hingga teredam. Kurva resonansi
asimetris terhadap frekuensi resonansi dapat terjadi karena peningkatan
amplitudo saat frekuensi periodik diterapkan, ketika gaya osilasi diterapkan
maka sistem berosilasi ke amplitudo yang lebih tinggi, sehingga
menyebabkan kurva resonansi asimetris.
Praktikum ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Untuk
kelebihannya, praktikum ini telah dilaksanakan secara luring oleh sebagian
mahasiswa sehingga mahasiswa bisa berinteraksi dan menggunakan alat-
alat praktikum secara langsung di laboratorium. Lalu untuk kekurangannya,
terdapat perbedaan nilai periode dan frekuensi resonansi osilator secara
teoritis dan hasil percobaan. Perbedaan nilai ini bisa saja disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti menurunnya fungsi alat, kurang teliti dan cermat
dalam menggunakan alat praktikum, adanya faktor luar seperti angin yang
menyebabkan pegas bergetar yang digunakan bergetar terlebih dahulu pada
saat dilakukan praktikum, hingga ketidaktelitian dalam perhitungan analisis
data.
J. DAFTAR PUSTAKA

Albalawi, W., Salas, A. H., El-Tantawy, S. A., & Youssef, A. A. A. R. (2021).

Giancolli. (1997). Physich: Principles with applications jilid satu (empat). Erlangga.

Hafez, Y. (2022). Solving the nonlinear pendulum equation with friction and drag
forces using the Finite Element Method.

Lupi, F., Niemann, H. J., & Höffer, R. (2018). Aerodynamic damping model in
vortex-induced vibrations for wind engineering applications. Journal of Wind
Engineering and Industrial Aerodynamics, 174, 281-295.

Rizki, I. A., Citra, N. F., Saphira, H. V., Setyarsih, W., & Putri, N. P. (2021).

R. N. Darmawan dan R. M. Hariastuti, Analisis Simulasi Solusi Numerik Model


Lotka-Volterra dengan Metode Runge- Kutta Fehlberg, Kubik, 3(2), pp. 100-106,
2018.
K. LAMPIRAN
1. Tugas
1) Bagaimana peningkatan redaman mempengaruhi bentuk kurva
(lebar, amplitudo maksimum, frekuensi maksimum)?
Jawab:
Amplitudo resonansi menjadi lebih tinggi dan lebih sempit seiring
dengan berkurangnya konstanta redaman. Sistem teredam ringan
memiliki kurva yang tinggi dan sempit, sedangkan sistem teredam
berat memiliki kurva yang kecil. Semakin besar redaman, semakin
lebar kurvanya dan semakin kecil amplitudo maksimumnya serta
semakin besar frekuensi maksimumnya, begitu juga sebaliknya.

2) Apakah frekuensi resonansi untuk jumlah redaman paling sedikit


sama dengan frekuensi teoritis?
Jawab:
Dari hasil percobaan nlai frekuensi yang dihasilakan yaitu sebesar
500 Hz sedangkan untuk frekuensi yang dihitung berdasarkan
persamaan teori yaitu 0,71 Hz. Dapat dilahat bahwa memiliki
perbedaan atau selisih yang sangat jauh. Hal ini dapat diakibatkan
karena faktor kurang telitinya saat percobaan, kurang pemahaman
tentang percobaan gerak harmonis seta gangguan pada alat
percobaan gerak harmonis
.
3) Mengapa kurva resonansi asimetris terhadap frekuensi resonansi?
Jawab:
Karena kurva resonansi yang dihasilkan dipengaruhi oleh besarnya
redaman. Semakin besar redaman, semakin sulit sistem untuk
berosilasi sehingga kurva resonansi yang dihasilkan semakin
asimetris terhadap frekuensi resonansi.

2. Dokumentasi

Gambar 4. Set alat percobaan Gambar 5. Set komputer pc


Gambar 6. Set alat PASCO Gambar 7. Pengambilan data
Capstone pengamatan

3. Perhitungan Exel

4. Cek Plagiarisme
5. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai