Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MASALAH RADD DAN CARA PENYELESAIANNYA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Mawaris
Dosen Pengampu : Devi Kasumawati, M.H.

Disusun oleh :
Kelompok 10
Briliant Salfadianur Rahmatullah 2221609078
Muhammad Fadhil Faadihilah 2221609048
Muhammad Riski 2221609051

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakhatu


Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak
lupa pula kami hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Devi Kasumawati, M.H. selaku dosen
mata kuliah Fiqih Mawaris. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakhatuh.

Samarinda, 5 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Pengertian Radd dan cara penyelesaiannya .................................................................... 2
B. Syarat-syarat berlaunya radd : ........................................................................................ 4
C. Perbedaan pendapat para ulama dalam menyelesaikan harta yang terdapat sisa harta... 5
BAB III.................................................................................................................................... 11
PENUTUP............................................................................................................................... 11
A. Simpulan ....................................................................................................................... 11
B. Kritik dan saran ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila dalam suatu kasus pembagian warisan, ahli warisnya hanya terdiri dari
ashabul al furud saja, ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu terjadi kelebihan harta,
terjadi kekurangan harta, dan bagian yang diterima ahli waris tepat persis dengan harta
warisan yang dibagi. Jika terjadi pembagian warisan seperti ini disebut dengan masalah
‘adilah . yang terakhir ini tidak menimbulkan persoalan. Oleh karena itu uraian makalah
kami akan difokuskan pada dua masalah yaitu pada kekurangan harta dan kelebihan
harta warisan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Radd dan bagaimana cara penyelesaiannya ?


2. Apa perbedaan pendapat para Ulama dalam menyelesaian harta yang terdapat sisa
harta ?
3. Bagaimana perhitungan pembagian warisan apabila ahli waris terdiri dari Ashhab al-
Furudl yang terjadi kekurangan harta dan bagaimana penyelesaian pembagian
warisanyang mengalami kekurangan ?

C. Tujuan Masalah

1. Pengertian Radd dan cara penyelesaiannya.


2. Mengetahui perbedaan pendapat para Ulama dalam menyelesaian harta yang
terdapat sisa harta.
3. Mengetahui perhitungan pembagian warisan apabila ahli waris terdiri dari Ashhab
al-Furul yang terjadi kekurangan harta dan penyelesaianya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Radd dan cara penyelesaiannya

Rad secara harfiyah artinnya mengembalikan, sedangkan menurut istilah adalah


kekurangan dalam pokok masalah dan pertambahan dalam jumlah bagian-bagian yang
ditetapkan. masalah ini terjadi apabila dalam pembagian warisan terdapat kelebihan
harta setelah ahli waris ashab al-furud memperoleh bagianya. Cara radd ini ditempuh
bertujuan untuk mengembalikan sisa harta kepada ahli waris yang ada seimbang dengan
bagian yang diterima masing-masing secara proporsional.

Caranya adalah mengurangi angka masalah sehingga besarnya sama dengan


jumlah bagian yang diterima oleh ahi waris. Apabila tidak ditempuh cara radd, akan
menimbulkan persoalan siapa yang berhak menerima kelebihan harta, sementara tidak
ada ahli waris yang menerima ‘asabah. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan
dikemukakan beberapa contoh :

1. Seseorang meninggal dunia ahli warisnya terdiri dari : anak perempuan dan ibu.
Harta warisannya sebesar Rp 12.000.000,- bagian masing-masing adalah:
Jika tidak ditempuh dengan cara radd :

Ahli waris bag AM 6 HW Rp.1.200.000,- Penerimaan


Anak perempuan 1/2 3 3/6 x Rp 12.000.000,- Rp.6.000.000,-
Ibu 1/6 1 1/6 x Rp 12.000.000,- Rp.2.000.000,-
4 Jumlah Rp.8.000.000,-

Terdapat sisa harta sebesar Rp 12.000.000,- - Rp 8.000.000,- = Rp 4.000.000


Jika diselesaikan dengan cara radd :

Ahli waris bag AM 6-4 HW Rp 12.000.000,- Penerimaan


Anak perempuan 1/2 3 ¾ x Rp 12.000.000,- Rp 9.000.000,-
Ibu 1/6 1 ¼ x Rp 12.000.000,- Rp3.000.000,-
4 Jumlah Rp 12.000.000,-

2
Anak perempuan yang semula menerima bagian 6.000.000,- berubah mendapat
bagian Rp 9.000.000,- dan ibu yang semula menerima bagian Rp 2.000.000,-
mendapat bagian Rp 3.000.000,-
2. Harta warisan yang ditinggalkan simati sebesar Rp 8.400.000,- ahli warisnya terdiri
dari istri dan ibu. Bagian masing-masing adalah:
Jika diselesaikan dengan cara radd :

Ahli waris Bag AM 12 HW Rp 8.400.000,- Penerimaan


Istri 1/4 3 3/12x Rp 8.400.000,- Rp 2.400.000,-
Ibu 1/3 4 4/12x Rp 8.400.000,- Rp2.800.000,-
Jumlah Rp 4.900.000

Terdapat sisa harta warisan sebesar Rp 8.400.000,--Rp 4.900.000,-


= Rp 3.500.000,-
Jika diselesaikan dengan cara radd :

Ahli waris Bag AM 12-7 HW Rp 8.400.000,- Penerimaan


Istri 1/4 3 3/7 x Rp 8.400.000,- Rp 3.600.000,-
Ibu 1/3 4 4/7 x Rp 8.400.000,- Rp4.800.000
7 Jumlah Rp 8.400.000,-

3. Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya terdiri dari : ibu dan 2 saudara seibu.
Harta warisan yang ditinggalkan sejumlah Rp 3.600.000,- bagian masing-masing:
Jika diselesaikan dengan cara radd :

Ahli waris Bag AM 6 HW Rp 3.000.000,- Penerimaan


Ibu 1/6 1 1/6 x Rp 3.600.000,- Rp 6.00.000,-
2 sdr seibu 1/3 2 2/6 x Rp 3.600.000,- Rp1.200.000,-
3 Jumlah Rp 1.800.000

Terdapat sisa harta sebanyak Rp 3.600.000,- -Rp 1.800.000,- = Rp 1.800.000,-


Jika diselesaikan dengan cara radd :

Ahli waris Bag AM 6-3 HW Rp 3.000.000,- Penerimaan


Ibu 1/6 1 1/3 x Rp 3.600.000,- Rp 1.200.000,-
2 sdr seibu 1/3 2 2/3 x Rp 3.600.000,- Rp2.400.000,-
3 Jumlah Rp 3.600.000

3
Ibu yang semula menerima Rp 600.000,- berubah menjadi, mendapat bagian
Rp1.200.000,- dan 2 saudara seibu berubah dari Rp 1.200.000,- menjadi Rp
2.400.000.1

B. Syarat-syarat berlakunya radd :

1. Adanya pewaris dengan penentuan.


2. Tidak ada ashobah.
3. Adanya sisa dari harta peninggalan.
4. Apabila tidak dipenuhi syarat-syarat ini, maka tidak berlaku radd.

Para pewaris yang menerima radd


Semua ashabul furud boleh menerima radd, kecuali suami istri. Radd berlaku untuk 8
asbahul furud :
1. Anak perempuan.
2. Anak perempuan dari anak laki-laki (cucu perempuan).
3. Saudara perempuan seayah seibu.
4. Saudara perempuan seayah.
5. Ibu.
6. Nenek yang shahih.
7. Saudara perempuan seibu.
8. Saudara laki-laki seibu

Adapun ayah dan kakek- walaupun keduanya termasuk ashabul furudh dalam
beberapa keadaan, namun mereka berdua tidak boleh menerima radd. Karena bila mana
terdapat ayah atau kakek, maka tidak mungkin terjadi radd dalam masalah itu, karena
waktu itu keduanya menjadi ashobah dan mengambil sisanya.

1
Muhammad Ali As-Shabuni, Ilmu Hukum Waris Menurut Ajaran Islam. (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1388), hlm.
5-7

4
Para pewaris yang tidak boleh menerima radd diantara ashabul furud adalah
suami istri saja. Hal ini disebabkan kekerabatan mereka bukan kekerabatan nasabiyah
tapi kekerabatan sababiyah. Sebab ini telah terputus dengan kematian maka masing-
masing dari suami istri hanya mengambil radhunya saja tanpa tambahan. Adapun sisa
harta maka dia dikembalikan lagi kepada ashabul furudh lainya.2

C. Perbedaan pendapat para ulama dalam menyelesaikan harta yang terdapat sisa
harta

Terhadap penyelesaian masalah dengan cara radd ini, ternyata ada ulama yang
tidak setuju sama sekali sebagian ada yang setuju dengan syarat, dan sebagian lagi
menyatakan dengan tegas menerima. Dibawah ini akan diuraikan perbedaan pendapat
tersebut :
1. Radd atau pengembalian sisa harta warisan bila dilaksanakan hanya terbatas pada
ahli waris nasabiyah. Jadi, ahli waris sababiyah-suami atau isteri-tidak dapat
menerima radd. Demikian pendapat mayoritas (jumhur) ulama. Mula-mula
pendapat ini dikemukakan oleh ali bin abi thalib, kemudian diikuti oleh Abu
Hanifah, Ahmad bin Hanbal, Fuqaha Mutaakhirin dari madzhab syafi’iyah,
malikiyah, syi’ah zaidiyah, dan syi’ah imamiyah. Dasar hukum yang
dipedomaninya adalah :
Firman Allah SWT :
ٰ ٰ ‫ض ُه ام َا او ٰلى ب َب ا‬ َ‫َُ ُ ا‬
ُ ‫اْل ا َحام َب اع‬
ِ ‫ض ِف اي ِكت ِب‬
‫اّلل‬ ‫ع‬
ٍ ِ ِ ‫ر‬ ‫واولوا‬
“Dan orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih
berhak dari pada yang lain dalam kitab Allah.” (QS Al-Anfal : 75)

Ayat tersebut pada prinsipnya adalah mengatur pembagian warisan kepada


ashab al-furud, tetapi kemudian dijadikan dasar penyelesaian masalah radd.
Pertimbangannya adalah mereka yang memiliki hubungan darah lebih pantas
menerima pengembalian harta sisa, dari pada kaum muslimin yang tidak ada ikatan

2
Muhammad Yusuf Musa. Al-Tirkah wa al-Miras fi al islam. (Kairo: Dar Al Ma’rifah, 1988), hlm.11

5
kekerabatan atau hubungan darah. Karena jika sisa harta itu diserahkan kepada bait
al-mal maka kaum muslimin itulah yang akan memanfaatkannya.

Praktek yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika pada suatu
saat didatangi oleh seorang perempuan yang menanyakan status budak yang baru
saja diserahkan kepada ibunya, dan beberapa hari kemudian ibunya meninggal
dunia. atas pertanyaan itu Nabi SAW menegaskan :
‫اث‬
‫ر‬ َ ‫َو َج َب َأ اج ُرك َو َر َج َع ات إ َل اي َك في ااْل ا‬
‫ي‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“kamu pantas menerima pahala, dan budak itu kembali kepadamu dengan jalan
pewarisan.”
Atas dasar penegasan Nabi SAW tersebut dapat dipahami bahwa penyelesaian
pembagian warisan dengan cara radd kepada ahli waris adalah ditunjuk oleh Rosulullah
SAW. sebab kalau saja Nabi SAW menyelesaikannya tidak dengan cara radd, maka
anak perempuan tersebut hanya berhak menerima separohnya saja. Memang dalam hal
ini, tidak ada penjelasan melalui contoh harta lain, tetapi penegasan Rasul bahwa budak
itu kembali kepada anak perempuan itu dengan cara pewarisan itu adalah isyarat yang
cukup tegas, bahwa beliau setuju dengan cara radd.

Jadi atas dasar alasan-alasan diatas, ahli waris yang berhak menerima pengembalian
sisa harta hanyalah ashab al wurud nasabiyah. berikut ini akan diselesaikan contoh
penyelesaian radd menurut mayoritas ulama :

a. Seseorang meninggal dunia ahli warisnya terdiri dari istri, ibu dan saudara seibu.
Harta warisannya sebesar Rp 10.800.000,- bagian masing-masing adalah:

Ahli waris Bag AM 12 Rp.10.800.000,- Penerimaan


Istri 1/4 3 3/12 x Rp 10.800.000,- Rp 2.700.000,-

(sisa harta Rp 10.800.000,- - Rp 2.700.000,-= Rp 8.100.000,-)

Ibu 1/3 4 4/6 x Rp 8.100.000,- Rp 5.400.000,-


Sdr seibu 1/6 2 2/6 x Rp 8.100.000,- Rp2.700.000,-
6 jumlah Rp 10.800.000

6
b. Seorang meninggal dunia, harta warisan yang ditinggalkan sebesar Rp 4.800.000,-
ahli warisnya terdiri dari suami, saudara perempuan seibu, dan nenek. Bagian
masing-masing :

Ahli waris Bag AM 6 HW Rp 4.800.000,- Penerimaan


Suami 1/2 3 3/6 X Rp 4.800.000,- Rp 2.400.000,-

(sisa harta Rp 4.800.000,- - Rp 2.400.000,- = Rp 2.400.000,-)

Sdr seibu 1/6 1 1/2 x Rp 2.400.000,- Rp 1.200.000,-


Nenek 1/6 1 1/2 x Rp 2.400.000,- Rp1.200.000,-

2 Jumlah Rp 4.800.000,-

2. Radd dapat dilakukan dengan mengembalikan sisa semua harta warisan kepada ahli
waris yang ada, baik ashab al furud nasabiyah maupun sababiyah. Pendapat ini
dikemukakan oleh sahabat ‘Usman bin ‘Affan. Pertimbangannya, logika dan segi
praktis pembagian warisan. Ia mengataklan suami dan istri dalam masalah ‘aul
bagian mereka ikut terkurangi, maka apabila terdapat kelebihan harta, maka sudah
sepantasnya mereka juga diberi hak untuk menerima kelebihan tersebut.

Apabila contoh pada poin (1) menurut pendapat mayoritas ulama. Diselesaikan
menurut pendapat ‘Usman maka dapat dihasilkan pembagian sebagai berikut :
a) Angka asal masalah diturunkan 12 menjadi 9 :

Ahli waris Bag AM 12-9 HW Rp 10.800.000,- Penerimaan


Istri 1/4 3 3/9xRp 10.800.000, Rp 3.600.000,-
Ibu 1/3 4 4/9xRp 10.800.000,- Rp 4.800.000,-
Sdr seibu 1/6 2 2/9xRp 10.800.000,- Rp 2.400.000,-
9 Jumlah Rp.10.800.000,-

Istri yang semula menerima bagian Rp 2.700.000,- berubah mendapat bagian


Rp 3.600.000,- Jadi mendapat tambahan sebesar Rp 900.000,-

b) Angka asal masalah diturunkan dari 6 menjadi 5

Ahli waris Bag AM 6-5 HW Rp 4.800.000,- Penerimaan

7
Suami 1/2 3 3/5 x Rp 4.800.000,- Rp 2.880.000
Sdr seibu 1/6 1 1/5 x Rp 4.800.000,- Rp 960.000,-
Nenek 1/6 1 1/5 x Rp 4.800.000,- Rp 960.000,-
5 Jumlah Rp 4.800.000,-

Suami yang semula menerima bagian Rp 2.400.000,- mendapat tambahan


sebesar Rp 480.000,- hingga menjadi Rp 2.880.000,-3

3. Pendapat yang menolak secara mutlaq penyelesaian pembagian warisan dengan


cara radd. Demikian pendapat Zaid ibnu Tsabit dan minoritas ulama lainnya.
Diantaranya Urwah bin Al Zuhri, Imam Syafi’I, Ibnu Hazm Al Zahiry Al
Andalusy, dan para fuqaha malikiyah dan syafi’iyah.

Menurut pendapat ini apabila dalam pembagian warisan terdapat kelebihan


harta, tidak perlu dikembalikan kepada ahli waris, tetapi diserahkan ke bait al mal.
Kaum musliminlah yang berhak memanfaatkannya. Seperti dikatakan Muhammad
Syarbiny, fuqaha Syafi’iyah menegaskan,“baik bait al mal atau kas perbendaharaan
negara berfungsi dengan baik atau tidak ,hak terhadap kelebihan harta warisan itu
berada pada kaum muslimin, dan kepala bait al mal itulah sebagai Nadzir atau
penanggung jawab atas kepentingan kaum muslimin”.
Dalam penelitian Fathur Rahman, pendapat tersebut didasarkan pada situasi
dan kondisi umat Islam pada waktu itu yang sangat membutuhkan biaya dan
bantuan negara melalui wadah bait al mal. Perubahan dan dinamika masyarakat
dimana fuqaha’ syafi’iyah hidup tampaknya mengalami perubahan dan kemajuan.
Lebih-lebih peranan bait al mal tidak lagi berfungsi secara optimal sehingga
dengan kenyataan sosial semacam ini, fuqaha syafi’iyah mengubah pendapatnya.
Menurut mereka dalam rangka refungsionalisasi kelebihan harta, sebaiknya
dikembalikan saja kepada ashab al furud atau zawi arham jika ada secara
proporsional.

3 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.32-33

8
Pendapat terakhir cukup praktis dan rasional namun demikian tidak bisa
diberlakukan secara mutlak. Karena apabila pada suatu saat kepentingan kaum
muslimin sangat membutuhkan pendanaan, yang salah satunya harus dipenuhi
misalnya melalui sarana bait al mal, maka kelebihan harta perlu disetor ke bait al
mal. Akan tetapi jika kebutuhan umum hanya bersifat subside saja maka cara radd
untuk mengembalikan sisa harta kepada ahli waris merupakan cara yang lebih
tepat.

Adapun alasan-alasan para ulama yang menolak cara penyelesaian pembagian


warisan dengn cara radd adalah:

a) Allah SWT telah menentukan bagian-bagian tertentu (furud al muqadarah)


kepada ahli waris ashab al furud secara pasti (qat’iy). Besar kecilnya bagian
tidak perlu ditambah-tambah atau dikurangi (QS An-Nisa : 11-12). Menambah
bagian ahli waris melebihi ketentuan yang seharusnya diterima menurut nas,
berarti melampaui batas-batas yang digariskan oleh Allah. Padahal terhadap
mereka yang melampaui batas Allah memberi ultimatum dalam firman Nya :

ٌ ‫ود ُه ُي اد ِخ ال ُه َن ًارا َخ ِال ًدا ِف َيها َو َل ُه َع َذ‬


‫اب ُم ِه ٌين‬
َ ُ ََ َ‫ه‬
َ ‫ول ُه َو َي َت َع هد ُح ُد‬ ‫ص اّلل ورس‬ ‫ََ ا َ ا‬
ِ ‫ومن يع‬
“dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasulnya dan melanggar ketentuan-
ketentuannya,niscaya Allah akan memasukkannya kedalam api neraka,
sedangkan ia kekal didalamnya dan baginya siksa yang menghinakan” (QS An
Nisa : 14).

b) Nabi Muhammad SAW telah menegaskan bahwa Allah telah menentukan hak-
hak yang dapat diterima oleh seorang ahli waris. Sabda beliau menyatakan :

‫ه‬ ُ َ َ َ َ‫ه ه‬
‫اّلل ق ادا اعطى ك هل ِد اي َح ٌّق َحق ُه رواه الترمدي‬ ‫ِإن‬
“Sesungguhnya Allah SWT telah memberi hak kepada pemegang hak“ (HR
Tirmidzi).
Hadits diatas dikeluarkan setelah turun ayat 14 surat An Nisa. Artinya hadits
tersebut bermaksud untuk menguatkan hujjah ayat tersebut oleh karena itu
9
siapapun ada kewajiban dan perlu memperhatikannya didalam melakukan
pembagian harta warisan.
c) Para ahli waris yang telah menerima bagian tertentu tidak berhak menerima sisa
harta warisan, karena tidak ada jalan untuk memilikinya. Untuk itu, sisa harta
yang ada harus diselesaikan kepada bait al mal. Seperti halnya harta peninggalan
simati yang tidak mempunyai ahli waris sama sekali.
d) Perhitungan pembagian warisan apabila ahli waris terdiri dari Ashab Al-Furudl
yang terjadi kekurangan harta dan penyelesaiannya. Terjadi kekurangan harta
yaitu apabila ahli waris banyak dalam furud al muqaddarah dilaksanakan apa
adanya. oleh karena itu, cara penyelesaiannya adalah bagian yang diterima oleh
masing-masing ahli waris dikurangi secara proporsional menurut besar kecilnya
bagian yang mereka terima. Ini disebut masalah Aul.4

4 Fatchur Rahman. Ilmu Waris. (Bandung: Al Ma’rif, 1981), hlm.56

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Rad secara harfiyah artinnya mengembalikan, masalah ini terjadi apabila dalam
pembagian warisan terdapat kelebihan harta setelah ahli waris ashab al-furud
memperoleh bagianya. Caranya adalah mengurangi angka masalah sehingga besarnya
sama dengan jumlah bagian yang diterima oleh ahi waris. Mayoritas (jumhur) ulama
berpendapat, sisa harta dikembalikan kepada ahli waris ashab al furud
nasabiyah.Usman bin Affan menyatakan bahwa sisa harta secara mutlaq dikembalikan
kepada semua ahli waris yang ada tanpa membedakan status kekerabatanya. Zaid bin
Tsabit menolak penyelesaian pembagian warisan dengan cara radd secara mutlaq,
menurutnya sisa harta diserahkan kepada bait al mal.

B. Kritik dan saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan
evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya
tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali As-Shabuni, Muhammad. 1388. Ilmu Hukum Waris Menurut Ajaran Islam. Surabaya:

Mutiara Ilmu.

Musa, Muhammad Yusuf. Al-Tirkah wa al-Miras fi al islam. Kairo: Dar Al Ma’rifah

Rahman, Fatchur.1981. Ilmu Waris. Bandung: Al Ma’rif

Rofiq, Ahmad. 2001. Fiqih Mawaris. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

12

Anda mungkin juga menyukai