Bab I-Iv Kak Dika
Bab I-Iv Kak Dika
OLEH :
DIKA RATNA HAPSARI
11222218
i
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
DIKA RATNA HAPSARI
NIM : 11222218
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing Skripsi,
Elly Junaliyah.,S.Kep.,M.Kep
NIP.
Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan
…………………..
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Penguji I,
…………….
Penguji II,
……………….
Penguji III,
……………
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan Kompres
Dingin terhadap Penurunan Skala Nyeri Pemasangan Infus Usia Todler di Rawat
Inap RS Puri Cinere Depok “
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada Program
Studi S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.Peneliti menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak
awal penyusunan sampai selesainya penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Drg. Mira Dyah Utami, MARS, selaku Direktur Utama PERTAMEDIKA/IHC
dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefudin., SH., MM., CHRP., CHRA, selaku Ketua Pengurus
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si., M.Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE., MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
6. Achirman, SKM., M.Kep, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
8. Elly Junaliyah S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing Skripsi yang dengan
kesabaran dan kebaikannya telah membimbing peneliti selama proses penelitian
ini.
9. Dr. Carolina Kawinda, selaku Direktur Rumah Sakit Puri Cinere tempat
penelitian.
10. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
11. Suami dan anakku tercinta atas doa dan dukungannya selama ini, sehingga
laporan penelitian /skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
12. Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam
melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai
dengan waktunya.
v
13. Para responden atas keikutsertaan dan kerjasamanya, sehingga laporan
penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….ii
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………….iii
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..xi
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………...xii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………...13
A. Kerangka Konsep………………………………………………………...40
B. Definisi Operasional……………………………………………………...41
C. Hipotesis…………………………………………………………………42.
A. Desain Penelitian…………………………………………………………43
B. Populasi dan Sampel……………………………………………………..44
C. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………45
D. Etika Penelitian…………………………………………………………..45
E. Alat Pengumpulan Data…………………………………………………45
vii
F. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………………46
G. Pengolahan dan Analisis Data………………………………………….47
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………50
LAMPIRAN………………………………………………………………….58
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR BAGAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil survey UNICEF (United Nations Children’s Fund) pada tahun 2012
menyatakan 84% anak menjalani hospitalisasi sedangkan data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2011 menunjukkan jumlah anak yang
menjalani hospitalisasi sebanyak 152 juta anak (Suwarti & Imelda, 2022).
Menurut data Profil Anak Indonesia tahun 2020, sebanyak 40.47% anak di
Indonesia dirawat di rumah sakit. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat
hospitalisasi anak sebesar 3,4% dari jumlah penduduk, jumlah ini lebih tinggi
dari angka nasional yaitu 2,3% (Kesehatan RI, 2013 dalam Suwarti & Imelda,
2022).
Krisis pertama yang dialami oleh anak saat sakit adalah hospitalisasi.
Hospitalisasi adalah sebuah proses terapi dan perawatan di rumah sakit
sampai kondisi kembali pulih. Hospitalisasi adalah sebuah pengalaman yang
mengancam dimana ketika anak mengalami hospitalisasi banyak stressor
yang akan dihadapi salah satunya yaitu stressor nyeri akibat mendapatkan
terapi intravena yakni pemasangan infus (Vianti, 2020). Prosedur
pemasangan infus merupakan prosedur invasif yang dilakukan saat perawatan
anak di rumah sakit, dimana tindakan ini dilakukan dengan memasukkan
jarum ke pembuluh darah anak yang akan menimbulkan rasa nyeri
(Burnsnader, 2014 dalam Boediarsih, Irawan, dan Kustriyanti, 2021).
Pemasangan infus ini sering dilakukan pada anak yang mengalami dehidrasi,
xiii
memerlukan pemeriksaan laboratorium, sebelum tranfusi darah, pra dan pasca
bedah sesuai program pengobatan, memasukkan obat melalui intravena serta
pasien yang tidak bisa makan dan minum melalui mulut (Ely, et all., 2021).
Nyeri adalah rasa tidak nyaman yang jika tidak diatasi bisa mengganggu
aktivitas anak sehingga anak akan kesulitan untuk berinteraksi dengan orang
lain, karena anak akan terfokus dengan rasa sakit yang ia rasakan (Wong,
2012 dalam Boediarsih, Irawan, dan Kustriyanti, 2021). Nyeri yang dirasakan
dan tidak teratasi akan menimbulkan dampak negatif seperti nyeri yang
menetap, perubahan sikap serta perubahan perilaku. Nyeri apabila tidak
diatasi akan menyebabkan anak menjadi tidak kooperatif dan sering kali
menolak prosedur tindakan seperti minum obat yang nantinya akan
memperlambat proses penyembuhan (Immawati, dkk., 2022). Konsep
atraumatic care ini bisa digunakan oleh perawat untuk meminimalisir
stressor psikologi dan fisik yang dirasakan oleh anak (Ely, et all., 2021).
xiv
dalam Immawati, dkk., 2022). Pemberian kompres dingin ini dilakukan pada
saat anak pemasangan infus, dimana perawat meletakkkan kompres dingin
dibagian pergelangan tangan yang akan dilakukan infus dan berikan kompres
selama 5-10 menit (Immawati, dkk., 2022). Penelitian yang dilakukan oleh
Akriansyah & Raden (2021) dengan judul Pengaruh Cool Pack (Kompres
Dingin) terhadap Nyeri Saat Pemasangan Infus Pada Anak di Rumah Sakit,
menunjukkan hasil nilai P value 0.000.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Laksmi, Suryati, dan Yanti (2018) dengan
judul Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Saat Pemasangan
Infus Pada Anak Usia Sekolah di RSUD Sanjiwani Gianyar menunjukkan
hasil p value 0.000. Suwarni pada tahun 2018 melakukan penelitian di RSUD
dr.H. Soewondo Kendal tentang Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat
Nyeri Saat Pemasangan Infus Pada Anak Usia 4-12 tahun mendapatkan hasil
nilai signifikan p value = 0.000 ≤ 0.05 maka artinya Ho ditolak dan Ha di
terima yang artinya ada pengaruh kompres dingin terhadap tingkat nyeri saat
pemasangan infus pada anak usia 4-12 tahun di ruang Dahlia RSUD dr. H
Soewondo Kendal.
Terapi non farmakologi lainnya yang bisa digunakan untuk mengurangi nyeri
pemasangan infus yakni kompres hangat. Kompres hangat merupakan
tindakan untuk menurunkan nyeri dengan memberikan energi panas melalui
proses konduksi, dimana panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi
(pelebaran pembuluh darah) sehingga menambah pemasukan oksigen, nutrisi,
leukosit darah yang menuju ke jaringan tubuh. Akibat positif yang
ditimbulkan adalah memperkecil inflamasi, menurunkan kekakuan nyeri otot
(Jayanti, 2013 dalam Ariga dan Gulo, 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Ariga dan Gulo (2020) tentang Pengaruh
Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Derajat Nyeri pada
Penderita Flebitis menunjukkan bahwa hasil uji analisa dalam penelitian ini
menggunakan metode Wilcoxon dimana nilai Z = -2,546 dan nilai p value =
0.011, dimana dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi kompres dapat
menurunkan derajat nyeri pada penderita flebitis. Supriadi (2021) melakukan
penelitian tentang perbandingan Contrast Water Therapy dan kompres Dingin
terhadap Derajat Flebitis Pasien yang di Infus menunjukkan bahwa kedua
xv
intervensi efektif untuk menurunkan flebitis, namun contrast water therapy
lebih efektif dibandingkan dengan kompres dingin.
Ruang Aster adala ruang rawat inap yang diperuntukkan untuk anak yang
berada di RS Puri Cinere, dimana pasien anak di ruang Aster selama rentang
waktu Juli - September 2023 yaitu sebanyak 452 anak, dengan usia toddler
adalah 135 anak. Rata-rata perbulan pasien toddler yang di rawat inap
sejumlah 45 anak. Studi pendahuluan didapatkan bahwa di RS Puri Cinere.
Dalam sehari perawat Aster bisa melakukan pemasangan infus 3-4 kali,
dengan respon toddler saat dilakukan terapi intravena yang sangat bermacam-
macam seperti menangis, berteriak dan marah-marah akibat dilakukan
pemasangan infus. Perawat Aster saat melakukan tindakan pemasangan infus,
perawat sudah menggunakan emla cream dan kompres dingin sebelum
pemasangan, namun belum pernah menggunakan kompres hangat untuk
menurunkan intensitas nyeri akibat pemasangan infus. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait Perbandingan Efektivitas
Pemberian Kompres Hangat dan Kompres Dingin terhadap Penurunan Skala
Nyeri saat Pemasangan Infus Usia Todler di Rawat Inap RS Puri Cinere
Depok.
B. Perumusan Masalah
Saat anak harus menjalani hospitalisasi, anak akan mendapatkan terapi
intravena melalui tindakan pemasangan infus yang akan menyebabkan anak
akan merasakan rasa sakit saat dilakukan pemasangan terapi intravena
tersebut. Terapi intravena ini sangat diperlukan untuk memberikan terapi
cairan dan terapi obat selama dilakukan perawatan di rumah sakit. Jika terapi
intravena ini tidak dilakukan, maka akan menyebabkan tertundanya proses
rehidrasi cairan atau bahkan pemberian obat. Nyeri yang dirasakan akibat
pemasangan terapi intravena tersebut akan menimbulkan rasa yang tidak
nyaman yang membuat anak akan lebih tidak kooperatif dan lebih rewel.
Penanganan yang dilakukan bisa dari segi farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologi yang sudah dilakukan oleh perawat yang dengan
mengoleskan emla cream, namun hal ini dirasa kurang efektif karena harga
emla cream yang lumayan mahal dan akan menambah beban biaya kepada
pasien. Agar tidak menambah bebab biaya, terapi non farmakologi bisa
digunakan sebagai upaya penanganan nyeri yang dirasakan oleh anak. Terapi
xvi
non farmakologi yang bisa digunakan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut
adalah kompres hangat dan kompres dingin.
xvii
Sebagai informasi agar perawat mampu melakukan dan menerapkan
prinsip atraumatic care pada anak saat pemasangan infus dengan
menggunakan kompres hangat dan kompres dingin untuk menurunkan
nyeri yang dirasakan oleh anak
xviii
xix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Nyeri
a. Pengertian
Nyeri adalah sesuatu hal yang bersifat subjektif, tidak ada
dua orang sekalipun yang mengalami kesamaan rasa nyeri, dan
tidak ada dua kejadian menyakitkan yang mengakibatkan respon atau
perasaan yang sama pada individu (Potter & Perry, 2010 dalam
Bawole, Rahmaya & Etika., 2022). Nyeri adalah suatu pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang actual dan potensial ataupun suatu keadaan
yang menggambarkan terjadinya suatu kerusakan (Bawole, Rahmaya
& Etika., 2022).
b. Klasifikasi Nyeri
Secara umum nyeri terbagi menjadi dua yaitu :
1) Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung sampai dengan 6
bulan, dimana biasanya diawali dengan timbul tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut
mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Salah
satu nyeri akut yangterjadi adalh nyeri pasca pembedahan (Meliala
& Suryamiharja, 2007 dalam Bahruddin, 2018).
2) Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri konstan atau intermitten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. . Nyeri kronik ini juga
sering di definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam
bulan atau lebih (Meliala & Suryamiharja, 2007 dalam Bahruddin,
2018).
Menurut Sulistyo (2013) dalam Bahruddin (2018) nyeri berdasarkan
lokasinya dibagi menjadi :
1) Nyeri Perifer
a. Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat rangsangan
pada kulit dan mukosa
20
21
a. Uni-dimensional
Uni-dimensional hanya mengukur intensitas nyeri, cocok
(appropriate) untuk nyeri akut, biasa digunakan untuk
outcome pemberian analgetik yang meliputi : Visual Analog
Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS), Numeric Rating
Scale (NRS), Wong Baker Pain Rating Scale.
b. Multi-dimensional
Multi-dimensional mengukur intensitas dan afektif (un-
pleasatness) nyeri, diaplikasikan untuk nyeri kronis, dapat
dipakai untuk outcome assessment klinis yang meliputi : McGill
Pain Questionnare (MPQ), The Brief Pain Inventory (BPI),
Memorial Pain Assesment Card. Untuk pasien bayi 0 –1 tahun
Neonatal Infant Pain Scale (NIPS), untuk anak –anak usia <
3 tahun atau anak dengan ganggua kognitif atau pasien anak
yang tidak dapat dinilai dengan skala lain
menggunankan Face, Legs, Activity, Cry, and Concolability
(FLACC), serta untuk pasien dengan perawatan intensif
menggunakan Comfort Scale.
Skor
Kategori 0 1 2
Muka Tidak ada Wajah Sering dahi
ekspresi atau cemberut, tidak
senyuman dahi konstan,
tertentu, tidak mengkerut, rahang
mencari menyendiri menegang,
perhatian dagu gemetar
Kaki Tidak ada Gelisah dan Resah
posisi atau menegang menendang
rileks
Aktivitas Berbaring, Menggeliat, Menekuk,
posisi normal, menaikkan kaku atau
mudah punggung menghendak
bergerak dan maju,
menegang
Menangis Tidak Merintih atau Menangis
menangis merengek, keras, sedu
kadang- sedan, sering
kadang mengeluh
mengeluh
Hiburan Rileks Kadang- Kesulitan
kadang hati untuk
tentram menghibur
dengan atau
sentuhan, kenyamanan
memeluk,
berbicara
untuk
mengalihkan
perhatian
24
Instrumen ini digunakan pada pasien dewasa dan anak usia > 3 tahun
yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka
(Mardana, 2018).
Terdiri dari empat bagian: (1) gambar nyeri, (2) indeks nyeri (PRI),
(3) pertanyaanpertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan lokasinya;
dan (4) indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini. PRI terdiri dari
78 kata sifat/ajektif, yang dibagi ke dalam 20 kelompok. Setiap set
mengandung sekitar 6 kata yang menggambarkan kualitas nyeri yang
makin meningkat. Kelompok 1 sampai 10 menggambarkan kualitas
sensorik nyeri (misalnya, waktu/temporal, lokasi/spatial,
suhu/thermal). Kelompok 11 sampai 15 menggambarkan kualitas
efektif nyeri (misalnya stres, takut, sifat-sifat otonom). Kelompok 16
menggambarkan dimensi evaluasi dan kelompok 17 sampai 20 untuk
keterangan lain-lain dan mencakup kata-kata spesifi k untuk kondisi
tertentu. Penilaian menggunakan angka diberikan untuk setiap kata
sifat dan kemudian dengan menjumlahkan semua angka berdasarkan
pilihan kata pasien maka akan diperoleh angka total (PRI(T)).
25
d. Mekanisme Nyeri
Pengalaman nyeri merupakan proses kompleks yang melibatkan
aktivasi beberapa jalur pensinyalan saraf di dalam sistem saraf perifer
dan sistem saraf pusat Kontrol nyeri terjadi dari pusat yang lebih
tinggi yiatu sistem saraf pusat (Steeds, 2016 dalam Jamal, Teuku &
Eka., 2022). Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia yang
terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang yang terutama
berfungsi untuk menghubungkan sistem saraf pusat ke organ dan
anggota tubuh lainnya. Di sisi lain, sistem saraf pusat terdiri dari
sumsum tulang belakang dan otak yang terutama bertanggung jawab
untuk mengintegrasikan dan menafsirkan informasi yang dikirim
dari sistem saraf perifer dan kemudian mengkoordinasikan semua
aktivitas di tubuh sebelum mengirimkan respons ke organ efektor
(Yam et al, 2018).
26
g. Manajemen Nyeri
Manajemen nyeri merupakan kebutuhan dasar yang harus didapatkan
oleh anak saat menjalani hospitalisasi. Tujuan adanya manajemen
nyeri adalah mengurangi rasa nyeri yang dirasakan, meningkatkan
fungsi bagian tubuh yang sakit dan meningkatkan kualitas hidup.
Manajemen nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologi
dan non farmakologi (Faisol, 2022).
1. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi menghilangkan nyeri dengan pemberian obat-
obatan pereda nyeri. Terdapat tiga jenis analgesik yaitu :
a. Non-narkotik dan anti inflamasi non-steroid (NSAID): dapat
digunakan untuk nyeri ringan hingga sedang. Obat ini tidak
menimbulkan depresi pernapasan.
b. Analgesik narkotik atau opioid: diperuntukkan nyeri sedang
hingga berat, misalnya pasca operasi. Efek samping obat ini -
menimbulkan depresi pernapasan, efek sedasi,
konstipasi, mual, dan muntah.
c. Obat tambahan atau adjuvant (koanalgesik): obat dalam jenis
sedatif, anti cemas, dan pelemas otot. Obat ini dapat
meningkatkan kontrol nyeri dan menghilangkan gejala
penyertanya. Obat golongan NSAID, golongan kortikosteroid
sintetik, golongan opioid memiliki onset sekitar 10 menit
dengan maksimum analgesik tercapai dalam 1-2 jam. Durasi
kerja sekitar 6-8 jam
2. Terapi Non-Farmakologi
Manajemen nyeri non farmakologi ada beberapa tindakan yang
bisa dilakukan secara mandiri oleh perawat : (Faisol, 2022)
a. Stimulasi dan Masase
Kutaneus Masase merupakan stimulasi kutaneus tubuh secara
umum yang dipusatkan pada punggung dan tubuh. Masase
dapat mengurangi nyeri karena membuat pasien lebih nyaman
akibat relaksasi otot.
b. Kompres Dingin dan Hangat
Kompres dingin menurunkan produksi prostaglandin
sehingga reseptor nyeri lebih tahan terhadap rangsang nyeri
dan menghambat proses inflamasi. Kompres hangat
berdampak pada peningkatan aliran darah sehingga
30
a. Kompres Hangat
1. Pengertian
Kompres hangat merupakan salah satu terapi modalitas dalam
intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
31
B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fatriansasri (2019) tentang Pengaruh
Kompres Dingin Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pemasangan Infus
Pada Anak Pra Sekolah, penelitian ini menggunakan quasi
experimental dengan pendekatan posttest only control design, dengan
menggunakan uji Mann Whitney pada analisis bivariatnya. Responden
pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dimana
responden adalah adalah seluruh anak usia pra sekolah di IGD RS
Bhayangkara Palembang, yang berjumlah 30 orang
responden. Kelompok penelitian ini terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 15
38
C. Kerangka Teori
Anak diberikan
Terapi intravena
Akan menyebabkan
Luka tusuk
Penggunaan Emla
Cream
Kompres Hangat Kompres Dingin
Memperlambat Menurunkan
konduksi pelepasan Menghambat
serabut saraf mediator pengeluaran
perifer nyeri & mediator inflamasi
nosiseptor
Menimbulkan
efek anastesi
di kulit
Sumber : Emril et al (2018), Isnawati (2018), Biges (2019), Immawati et al, (2022)
41
BAB III
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang akan diteliti. Kerangka
konsep yang baik harus berasal dari literature dan teori yang ada atau
digunakan oleh peneliti. Sehingga kerangka konsep akan mengarah atau
membimbing peneliti, serta digunakan sebagai panduan dalam menganalisa
dan intervensi (Heryana, 2020). Kerangka penelitian ini mengacu pada tujuan
penelitian yaitu Perbandingan Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan
Kompres Dingin Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pemasangan Infus Usia
Todler di Rawat Inap RS Puri Cinere Depok. Kerangka konsep penelitian ini
menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat diukur dalam penelitian ini.
Variabel tersebut diantaranya :
1. Variabel Terikat (Dependen Variabel)
Variabel ini disebut variabel output, kriteria dan konsekuen. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya pengaruh variabel bebas (Jiwantoro, 2017 dalam Suryani, 2018).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri pada anak
usia toddler.
2. Variabel Bebas (Independen Variabel)
Variabel ini sering disebut stimulus atau prediktor. Variabel ini
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (Jiwantoro, 2017 dalam
Suryani, 2018). Variabel bebas pada penelitian ini yakni pemberian
kompres hangat dan kompres dingin pada anak usia toddler yang
dilakukan tindakan pemasangan infus.
Intervensi
Kompres Hangat Penurunan Skala
Nyeri Pemasangan
Infus Todler
Intervensi
Kompres Dingin
42
B. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah sebuah istilah yang biasa digunakan untuk
memonitor atau untuk mengukur setiap variabel yang harus diidentifikasi
secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan pengukuran secara cermat
(Nursalam, 2015 dalam Masdiyanti, 2023). Definisi operasional bukan hanya
menjelaskan arti variabel namun juga aktivitas-aktivitas yang harus
dijalankan untuk mengukur variabel-variabel tersebut, atau menjelaskan
bagaimana variabel tersebut diamati dan diukur. Definisi operasional harus
menjelaskan secara spesifik sehingga berdasarkan definisi ini, peneliti yang
akan mereplikasi studi dapat dengan mudah mengkonstruksikan teknik-teknik
pengukuran yang sama (Heryana, 2020).
C. Hipotesis
Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang berdasarkan pada
analisis data. Analisis data ini berasal dari percobaan yang terkontrol atau
observasi yang bersifat tidak terkontrol. Sehingga uji hipotesis sering disebut
dengan “Konfirmasi Analisis Data” (Heryana, 2020). Hipotesis ini mengacu
pada penelitian Perbandingan Efektivitas Pemberian Kompres Hangat dan
Kompres Dingin Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pemasangan Infus Usia
Todler di Rawat Inap RS Puri Cinere Depok. Hipotesis yang diajukan adalam
penelitian ini adalah :
Ha :
1. Ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan skala nyeri
pemasangan infus usia toddler di rawat inap RS Puri Cinere Depok
2. Ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri
pemasangan infus usia toddler di rawat inap RS Puri Cinere Depok
3. Ada perbedaan penurunan skala nyeri antara kelompok intervensi
kompres hangat dan kelompok intervensi kompres dingin.
Ho :
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian bertujuan
untuk memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam
melakukan penelitiannya. Desain penelitian juga diartikan sebagai kerangka
atau perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti,
sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran dan arah mana yang akan
dilakukan dalam melaksanakan penelitian tersebut, serta memberikan
gambaran jika penelitian itu telah terjadi atau selesai penelitian tersebut
diberlakukan (Sina, 2022).
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Total Populasi
E = Tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (0,05)
n = 45
¿¿
45
=
(1+ 45 x 0.0025)
45
= (1+0.1125 )
45
= (1.1125)
= 40,44 40 responden
46
= 10% x 40
=4
Jadi total sampel yang digunakan adalah 44 anak, dimana dibagi menjadi
dua kelompok yaitu 22 responden di kelompok kompres hangat, dan 22
responden di kelompok kompres dingin.
3. Respek
Penelitian menghargai subyek sebagai manusia seperti tidak adanya unsur
paksaan dalam pengumpulan data
4. Adil
Peneliti tidak membeda-bedakan antara subyek yang satu dengan yang
lainnya atau tidak ada diskriminasi (Heryana, 2020)
Etika yang perlu di perhatikan pada saat penelitian menurut Alimul (2003)
dalam Suryani (2018) adalah :
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Informed Consent merupakan lembar persetujuan antara peneliti dengan
responden. Peneliti akan memberikan lembar persetujuan kepada
responden. Tujuan pemberian lembar persetujuan ini adalah agar subyek
mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampak yang
ditimbulkan dari penelitian.
2. Anonomity (tanpa nama)
Anonomity merupakan etika dalam penelitian keperawatan dimana
peneliti tidak akan memberi nama responden pada lembar alat ukur.
Peneliti hanya akan menuliskan kode pada lembar pengumpul data.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan akan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
dilaporkan pada hasil penelitian.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai sebuah fenomena (Dharma, 2011
dalam Suryani, 2018). Instrumen yang digunakan peneliti adalah :
48
DAFTAR PUSTAKA
Akriansyah, Mareta & Raden Surahmat. (2021). Pengaruh Coll Pack (Kompres
Dingin) Terhadap Nyeri Saat Pemasangan Infus Pada Anak di Rumah Sakit.
Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volume 12 Nomor 2 : 178-183.
Ariga, Fajar Amanah., & Krisman Yanto Gulo. (2020). Pengaruh Pemberian
Kompres Hangat Terhadap Penurunan Derajat Nyeri Pada Penderita Flebitis.
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. 8 No. 1 : hal 97-105.
Azizah, N., & rahmawati, D., (2019), Perkembangan Anak Usia 3–4 Tahun
Berdasarkan Peran Orangtua Di Paud Juwita Harapan Sidoarjo. Journal Of
Issues In Midwifery 1(3), 30-40.
Bawole,Ellen, Rahmaya Nova Handayani & Etika Dewi Cahyaningrum. (2022).
Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Skala Pengukuran Nyeri di RSUD
Tagulandang Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Inovasi Penelitian Vol 3 No 7.
Hal : 6843-6848.
Biges, R. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangatterhadap Pengurangan
Rasa Nyeri Pada Ibu Bersalin Di Puskesmas Pekkabata. Bina Generasi :
Jurnal Kesehatan, 10(1): Hal 1–14.
Boediarsih., Adi Irawan & Dwi Kustriyanti. (2021). Cold Compress Using Ice Gel
Effectively Reduces Pain Intensity in School Age Children (6-12 Years)
During Infusion Procedures. Jendela Nursing Journal Volume 5 Number 1 :
31-38.
Faisol. (2022). Manajemen Nyeri. Diakses dari
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1052/manajemen-nyeri pada tanggal
11 November 2023 pukul 10:30 WIB.
Fatriansari.(2019). Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pemasangan Infus Pada Anak Pra-Sekolah. Jurnal Ilmiah Multi Science
Kesehatan Volume 11 : Hal 44-52.
52
Jamal, Fachrul., Teuku Dede Andika., Eka Adhiany., (2022). Penilaian dan
Modalitas Tatalaksana Nyeri. Jurnal Kedokteran Naggroe Medika, Vol 5, No.
3 Hal 66-73.
Kasih, Nadilla Shinta. (2023). Perbandingan Efektivitas Penilaian Skala Nyeri
Berdasarkan Visual Analog Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS), dan
Numeric Rating Scale (NRS) pada Pasien Pasca Operasi Sectio Caesarea di
RSU Muhammadiyah Medan.Skripsi S1 Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018
Laksmi, I Gusti Ayu Putu Satya., Ni Made Suryati & Ni Luh Gede Puspita Yanti.
(2018). Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Saat Pemasangan
Infus Pada Anak Usia Sekolah. BMJ. Vol 5 No. 2 : 198-209.
Mardana, I Kadek Riyandi Pranadiva Mardana & dr Tjahya Aryasa Sp.An.
(2017). Penilaian Nyeri. Bagian Anesteologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar.
Panjaitan, et,all. (2020). Pengaruh Kompres Hangat Dan Kompres Dingin
Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Normal Kala I Fase Aktif Di Rsud Koja
53
Supriadi, Edi. (2021). Perbandingan Contrast Water Therapy dan Kompres Dingin
Terhadap Derajat Phlebitis Pasien Yang di Infus. Syntax Idea Vol. 3, No, 1 :
Hal 58-79.
Suryani. (2018). Hubungan Kompres Dingin dengan Nyeri saat Pemasangan Infus
pada anak usia Todler di Ruang Rawat RS Puri Cinere Depok. Skripsi S1
Ilmu Keperawatan STIKES Pertamedika.
Susiyanti, et.all. (2022). Korelasi Bundle Phlebitis Dengan Kejadian Phlebitis di
Ruang Rawat Inap. Jurnal Keperawatan Priority, Vol.5. No 1 : Hal 87-93.
Lampiran 1
NIM : 11222218
Pasien akan dilakukan pemberian kompres hangat dan kompres dingin selama
kurang lebih 5-10 menit, dimana peneliti menjamin bahwa semua informasi yang
berkaitan dengan identitas partisipan dan data yang diperoleh akan dirahasiakan
dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa
identitas asli partisipan.
55
Melalui penjelasan singkat ini, besar harapan peneliti agar ayah atau bunda
memberikan izin anaknya untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Atas
partisipasi dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.
Lampiran 2
Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian ini. Saya
mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas
yang mencantumkan identitas responden hanya digunakan untuk penelitian.
Saya mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi, apabila muncul efek
samping dari penelitian yang dilakukan maka peneliti akan menghentikan
56
pengumpulan data dan peneliti berhak memberikan hak kepada saya untuk
mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa resiko apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan. Saya
bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini secara sukarela.
Jakarta,
Partisipan
……………………………
(Nama Jelas)