Anda di halaman 1dari 8

KEMATANGAN EMOSI

1. Definisi Kematangan Emosi


Chaplin (1989) mendefinisikan kematangan emosi sebagai suatu keadaan atau
kondisi mencapai tingkat kedewasaan perkembangan emosional.
Campos, Frankel & Camras (dalam Santrock, 2007:200) mengatakan emosi
sebagai sebuah perasaan yang muncul ketika seseorang berada dalam sebuah
kondisi atau interaksi. Emosi ditandai dengan perilaku senang atau sedih
seseorang terhadap interaksi yang sedang terjadi dalam bentuk gembira, takut,
marah, dan seterusnya tergantung pada kondisi yang mempengaruhi orang
tersebut.
Anderson (dalam Mappiare, 1982), mengatakan bahwa seseorang yang matang
secara emosional akan sanggup mengendalikan perasaan, tidak dikuasai
perasaan dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain, tidak
mementingkan diri sendiri dan mempertimbangkan perasaan orang lain.
Pengertian kematangan emosi menurut Hurlock adalah suatu kondisi atau reaksi
perasaan yang stabil terhadap obyek permasalahan sehingga untuk mengambil
suatu keputusan atau bertingkah laku, selalu didasari dengan suatu pertimbangan
dan tidak mudah berubah-ubah suasana hatinya.
Walgito (2004:44) mengatakan bahwa kematangan emosi berkaitan erat
dengan usia seseorang dimana seseorang diharapkan akan lebih matang
emosinya dan individu akan lebih menguasai atau mengendalikan emosinya,
namun tidak berarti bahwa seseorang bertambah usianya berarti dapat
mengendalikan emosinya secara otomatis.

1|Page
Kematangan emosi pada dasarnya mengendalikan emosi individu daripada
membiarkan emosi mengontrol individu.
Murray (1997:1) mengatakan kematangan emosi adalah suatu kondisi mencapai
perkembangan pada diri individu dimana individu mampu mengarahkan dan
mengendalikan emosi yang kuat agar dapat diterima oleh diri sendiri dan orang
lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi
adalah suatu kondisi perkembangan emosi pada diri individu dimana individu
sendiri maupun orang lain yang berada di sekitar kehidupannya.

2. Kematangan emosi pada remaja


Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus mendapatkan gambaran
mengenai situasi-situasi yang bisa memunculkan reaksi emosional dengan cara
berbicara dengan orang lain tentang pribadinya. Jika remaja henda meraih
kematangan emosi, remaja juga harus belajar memakai katarsis emosi untuk
menyalurkan emosi yang dihadapinya.
Hurlock (1992:213) mengatakan bahwa emosi remaja seringkali menjadi tidak
terkendali dan irasional sehingga dapat menimbulkan dampak buruk yang
sangat kuat. Tetapi, pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan
perilaku emosi pada remaja. Menurut Gessel (dalam Hurlock, 1992:213)
remaja empat belas tahun sering sekali cenderung mudah emosional, mudah
marah, serta emosinya cenderung meledak tanpa berusaha untuk
mengendalikan emosinya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan
bahwa mereka “tidak mempunyai keprihatinan” yang artinya tidak begitu
bermasalah dengan emosi.

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kematangan Emosi


Menurut Hurlock, (1986:213) faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi
adalah:
a. Memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi
emosional. Cara yang dilakukan adalah membicarakan masalah pribadi
kepada orang lain, keterbukaan karena perasaan dan masalah pribadi
dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial.

2|Page
b. Katarsis emosi yaitu menyalurkan emosinya, dengan cara latihan fisik yang
berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis.

4. Karakteristik Kematangan Emosi


Mencapai kematangan emosi bukan merupakan hal yang mudah bagi remaja.
Menurut Hurlock (1992:213) apabila remaja ingin mencapai kematangan emosi,
ia harus belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya.
Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan latihan fisik yang berat,
bermain atau bekerja, dan tertawa atau menangis. Meskipun cara-cara ini dapat
menyalurkan gejolak emosi yang timbul karena usaha pengendalian ungkapan
emosi, namun sikap sosial terhadap perilaku menangis kurang baik dilakukan
dibandingkan dengan sikap sosial terhadap perilaku tertawa.
Hurlock (1992:213) menyatakan remaja yang sudah mencapai kematangan
emosional mempunyai ciri-ciri, jika mereka:
a. Di akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain namun
menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk menyatakan emosinya
dengan cara-cara yang lebih bisa diterima.
b. Remaja menilai sesuatu dengan kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi
dengan emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berfikir sebelumnya seperti anak-
anak atau orang yang tidak matang.
c. Remaja yang emosionya matang menyampaikan reaksi emosional yang stabil,
tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yan
glain, seperti dalam periode sebelumnya.
Sementara itu, menurut Walgito (2004:45) karakteristik dari kematangan emosi
sebagai berikut :
a. Bahwa orang yang telah matang emosinya dapat menerima baik
keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa adanya, sesuai
dengan keadaan obyektifnya.

3|Page
b. Orang yang telah matang emosinya pada umumnya tidak bersifat impulsif. Ia
akan merespon stimulus dengan cara baik, dapat mengatur pikirannya untuk
memberikan tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya.
c. Orang yang telah matang emosinya akan dapat mengontrol emosinya
dengan secara baik, dapat
mengontrol ekspresi emosinya.
Walaupun seseorang dalam
keadaan marah, tetapi kemarahan
itu tidak ditampakkan keluar dan ia
dapat mengatur kapan kemarahan
itu dikeluarkan.
d. Orang yang matang emosinya akan
bersifat sabar, penuh pengertian,
dan pada umumnya cukup
mempunyai toleransi yang baik.
e. Orang yang telah matang emosinya akan mempunyai tanggung jawab yang
baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustasi, dan akan
menghadapi masalah dengan penuh pengertian.
Sebaliknya menurut Murray (1997: 3) orang yang emosinya tidak matang atau
emosi yang immature, ditandai dengan :
a. Keadaan emosional yang relatif tinggi, meliputi mudah marah,
toleransi rendah, tidak mau dikritik, rasa cemburu dan enggan memaafkan
orang lain.
b. Ketergantungan yang berlebihan pada orang lain mencakup mudah
terpengaruh dan cenderung menilai secara tergesa-gesa.
c. Tidak mampu menunda keinginan dan cenderung impulsif.
d. Egosentris yang merupakan manifestasi dari egoisme. Individu yang tidak
matang emosinya menunjukkan rasa tidak hormat pada orang lain,
menuntut simpati orang lain dan meminta hal-hal yang kurang beralasan.

4|Page
5. Hambatan-Hambatan untuk Mencapai Kematangan Emosi
Mencapai kematangan emosi bukanlah hal yang mudah, ada beberapa hambatan
dalam mencapai kematangan emosi. Hurlock (1992:237) mengungkapkan
hambatan-hambatan untuk
mencapai kematangan emosi yaitu:
a. Dasar yang buruk.
Remaja yang tidak dapat
membentuk dasar yang baik selama
masa kanak-kanak tidak akan
menguasai tugas perkembangan
masa remaja seperti yang dijelaskan
oleh Eisenberg (dalam Hurlock, 1986:231) perkembangan optimal dalam masa
remaja bergantung pada keberhasilan tugas perkembangan dalam masa bayi dan
masa kanak-kanak.
b. Terlambat matang
Remaja yang terlambat matang tidak mempunyai waktu untuk menguasai banyak
perkembangan masa ramaja dibandingkan remaja yang matang lebih awal atau
anak yang matangnya normal. Banyak diantara remaja yang terlambat matang
baru menyelesaikan perubahan masa puber pada saat remaja hampir habis.
c. Terlalu lama diperlakukan seperti anak-anak.
Remaja yang terlambat matang sering diperlakukan seperti anak- anak pada saat
teman-teman sebayanya diperlakukan sebagai orang yang hampir dewasa.
Akibatnya, remaja mengembangkan perasaan kurang mampu untuk memikul hak,
keistimewaan, dan tanggung jawab sejalan dengan kedewasaannya.
d. Perubahan peran
Remaja yang bekerja setelah menamatkan SLTA atau berhenti bersekolah akan
memperoleh perubahan peran yang drastis, ia menggunakan peran dewasa
terlebih dahulu dibandingkan teman-teman sebaya yang melanjutkan pendidikan.
e. Ketergantungan yang terlampau lama
Keadaan ketergantungan yang terlalu lama terjadi pada saat seorang remaja
menjalankan pendidikan sampai kepada masa dewasa awal. Sehingga hal
tersebut menjadi sulit bagi remaja unuk melakukan peralihan kemasa dewasa

5|Page
karena masih mengalami ketergantungan. Hal ini sering terjadi pada remaja
perempuan.

6. Cara Meningkatkan
Kematangan Emosi
a. Terapkan Pemahaman diri
dan Penerimaan diri
Temukan insight dengan
bertanya pada orang-orang
terdekat untuk memperoleh umpan balik mengenai perilaku diri. kemudian beri
penilaian secara objektif sebagaimana orang lain memandang diri. hindari
pertahanan diri yang dapat mencegah anda menjadi diri yang lebih baik. Hadai
kenyataan, atasi kenyataan tersebutdan jangan menghindar dari kenyataan.
b. Terapkan perilaku yang tidak selalu mementingkan diri sendiri.
Benar – benar lakukan perilaku tersebut dan perhatikan bagaimana perasaan
anda dan bagaimana orang lain menanggapi perilaku anda. Bandingkan dengan
bagaiamana tanggapan orang lain saat menghadapi keegoisan anda. Anda akan
lebih memilih tidak hanya ementingkan diri sendiri karena
c. Jangan mendominasi orang lain.
Berejasamalah dengan orang lain dan berusahalah mencari “win-win solution”
untuk setiap konflik. Jika sebuah solusi tidak menguntungkan kedua belah ihak
dalam suatu hubungan maka solusi tersebut tidak akan baik untuk sebuah
hubungan. Dalam sebuah hubungan yang sukses salah satu pihak tidak akan ada
yang menjadi pemenang jika kedua pihak tidak menjadi pemenang. Maka
hubungan antara kedua pihak itulah yang seharusnya menjadi pemenang.
d. Bersedia mengubah interaksi sosial.
Hindari orang-orang dan situasi yang dapat membuat emosi menjadi buruk.
Sebaliknya, bergaulah dengan orang-orang yang mampu membuat emosi anda
lebih stabil.

6|Page
e. Mencari makna kehidupan yang lebih penting daripada kepentingan diri
sendiri.
Makna kehidupan dapat memberikan pandangan hidup yang lebih luas
jangkauannya, dan tidak melulu berkutat pada minat pribadi. Makna kehiduan
akan memberikan tujuan untuk diperjuangkan sehingga karakter akan terlatih lebih
kuat dan menjadkan hidup lebih bermakna. Untuk menguji rasa kebermaknaan
hidup adalah dengan menjawab pertanyaan: apakah makna kehidupan yang anda
miliki mendorong dan memperkaya kehidupan tidak hanyauntuk anda tetapi juga
hidup oranglain? Jika jawabannya iya, maka individu akan menemukan kepuasan
mendalam yang hanya dirasakan oleh individu yang matang emosinya.

7|Page
DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah:Kartono, Kartini.


Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Hurlock, E. B. (1986). Personality Development. New Delhi:Tata McGraw-Hill


Publishing Company LTD.

Hurlock, E.B. 1992. Psikologi Perkembangan. Alih bahasa: Istiwidayanti &


Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. (Edisi Kelima)

Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya

Mathew, Ms Asha, Molly, Dr. Joy. 2018. Emotional Maturity and General Well-
Being of Adolescents. IOSR Journal Of Pharmacy www.iosrphr.org (e)-ISSN: 2250-
3013, (p)-ISSN: 2319-4219 Volume 8, Issue 5 Version. I (May 2018), PP. 01-06

Murray, Jerome. 1997. Emotional Maturity. http://www.sonic.net~drmurraymaturity.htm.


(Diakses Tanggl 6 Agustus 2019).

Santrock, J. (2007). Remaja, Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

8|Page

Anda mungkin juga menyukai