Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan Pajak : Pentingnya Quality

Assurance Sebagai Hak Wajib Pajak

Oleh : Irma Mega Putri


120620220513
Universitas Padjadjaran

Segala hal terkait sengketa pajak tentunya sangat menarik untuk dibahas. Ini dikarenakan,
sengketa pajak merupakan tahap akhir wajib pajak dalam memperjuangkan haknya. Sengketa
pajak memiliki beberapa tahapan, dari quality assurance (QA), keberatan, banding, gugatan,
hingga tahap peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung (MA).

Sengketa pajak biasanya berawal dari adanya pemeriksaan pajak yang dilatarbelakangi
oleh adanya ketidakpuasan Account Representative (AR) dalam memperoleh data dan
keterangan. Akan tetapi, pemeriksaan ini dianggap sebagai konsekuensi dalam sistem perpajakan
kita yang menganut self assessment system baik dalam rangka menguji kepatuhan atau untuk
tujuan lain. Pemeriksaan pajak inilah yang seringkali menjadi titik awal sengketa pajak, karena
wajib pajak menganggap Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP) yang
dikeluarkan oleh DJP tidak sesuai, hingga akhirnya diteruskan ke Quality Assurance (QA).
Apabila dirasa belum mendapatkan keadilan, maka dapat diteruskan ke tahap banding atau
bahkan gugat saat STP diterima.

Dalam proses pemeriksaan, Wajib Pajak memiliki hak mengajukan permohonan untuk
dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance (QA). Hak ini merupakan opsi yang bisa
digunakan apabila terdapat hasil pemeriksaan yang belum disepakati wajib pajak dengan
pemeriksa dan wajib pajak ingin menyanggah hasil pemeriksaan sebelum proses pemeriksaan
selesai atau sebelum surat ketetapan pajak (SKP) diterbitkan. Lalu, apa itu Tim QA? Apa urgensi
Wajib Pajak mengajukan Tim QA? Dan, apa saja yang dibahas Wajib Pajak dengan Tim QA?
Berikut penjelasannya.

Pengertian Tim Quality Assurance dalam proses pemeriksaan tercantum dalam Pasal 1
angka 17 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pemeriksaan yang diubah dalam PMK Nomor 18/PMK.03/2021. Beleid ini mendefinisikan Tim
QA sebagai tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) dalam rangka
membahas hasil pemeriksaan yang terbatas pada dasar hukum koreksi yang belum disepakati
antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan untuk
menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas. Tim QA dibentuk Direktur Pemeriksaan dan
Penagihan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) atas nama
Dirjen Pajak berdasarkan Pasal 48 PMK 17/PMK.03/2013. Tim ini terdiri atas 1 orang ketua, 1
orang sekretaris, dan 3 orang anggota.

Merujuk pada PMK Nomor 17 Tahun 2013, Tim QA Pemeriksaan memiliki tiga tugas
utama, yaitu:
1. Membahas perbedaan pendapat yang terbatas pada dasar hukum koreksi antara Wajib
Pajak dengan Pemeriksa Pajak pada saat pembahasan akhir hasil pemeriksaan,
2. Memberikan kesimpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak
dengan Pemeriksa Pajak.
3. Membuat risalah yang berisi simpulan dan keputusan hasil pembahasan yang bersifat
mengikat. Artinya, pemeriksa pajak harus mengikuti kesimpulan dan keputusan yang
dibuat oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan

Pengajuan Tim QA ini berawal dari temuan koreksi tanpa dasar hukum atau adanya
kesalahan penerapan dasar hukum yang tidak relevan oleh Pemeriksa. Tentunya, ini akan
menimbulkan ketidakpastian hukum dan kerugian bagi Wajib Pajak . Dalam hal in dapat
disimpulkan bahwa pengajuan permohonan pembahasan dengan Tim QA ini terjadi ketika Wajib
Pajak tidak setuju dengan hasil koreksi tanpa dasar hukum ataupun penerapan dasar hukum
koreksi yang tidak relevan tersebut. Melalui pembahasan, Wajib Pajak dapat menyanggah hasil
pemeriksaan sebelum proses pemeriksaan selesai (sebelum Berita Acara Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan ditandatangani) atau sebelum SKP dan/atau STP diterbitkan.

Permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dapat dilakukan


apabila terpenuhi kondisi sebagai berikut :
1. Risalah Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sudah ditandatangani para pihak (tim
Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak)
2. Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan belum ditandatangani para pihak, dan
3. Terdapat perbedaan pendapat yang terbatas pada dasar hukum koreksi pada saat
pembahasan akhir pemeriksaan..

Wajib Pajak dapat menyampaikan permohonan pembahasan dengan Tim QA kepada


Kepala Kantor Wilayah DJP paling lambat 3 hari setelah risalah pembahasan
ditandatangani. Apabila pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan Kantor Pusat DJP, maka surat permohonan dikirimkan kepada
Direktur Pemeriksaan dan Penagihan. Berdasarkan surat permohonan wajib pajak, Tim QA harus
menyampaikan surat undangan kepada wajib pajak dan pemeriksa baik melalui faksimile atau
secara langsung untuk melakukan pembahasan hasil pemeriksaan yang belum disepakati.
Apabila wajib pajak tidak hadir dalam pembahasan dengan Tim QA sesuai dengan hari dan
tanggal yang tercantum dalam undangan, maka pembahasan dengan Tim QA dianggap telah
dilakukan. Hasil dari pembahasan ini harus dituangkan dalam risalah tim QA pemeriksaan.
Dalam hal wajib pajak hadir dalam pembahasan tetapi menolak untuk menandatangani risalah,
maka tim QA akan membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam risalahnya.

Berdasarkan uraian diatas, pembahasan dengan Tim QA ini sangat penting dilakukan
sebagai penekanan bahwa Wajib Pajak tidak setuju dengan penetapan koreksi tanpa dasar hukum
atau penerapan dasar hukum yang tidak relevan dan diharapkan dapat meminimalisasi terjadinya
sengketa pajak. Apabila hasil pembahasan dengan Tim Quality Assurance masih tidak sesuai
dengan harapan wajib pajak dan dilanjutkan dengan penerbitan SKP (Surat Ketetapan Pajak) dan
STP (Surat Tagihan Pajak), maka wajib pajak dapat memperjuangkannya di proses Keberatan.
Jika nantinya Wajib Pajak menempuh upaya Keberatan dan dilanjut ke Banding, maka fakta
bahwa Wajib Pajak telah melakukan pembahasan dengan Tim QA akan membuktikan
konsistensi keberatan Wajib Pajak sejak proses pemeriksaan.

Referensi website:
https://news.ddtc.co.id/prosedur-pembahasan-dengan-tim-quality-assurance-pemeriksaan-30195
https://pertapsi.or.id/apa-itu-tim-quality-assurance-qa-pemeriksaan

Referensi Peraturan:
PMK Nomor 18 Tahun 2021
PMK Nomor 17 Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai