Iim Imadudin
Jurnal Patanjala
XI Sejarah Indonesia
Nurul Rahmah
Sejarah Indonesia
Sit i Marwiyah
Iim Imadudin
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
Jln. Cinambo No.136 Ujungberung-Bandung 42094
e-mail: imadudin1975@gmail.com
Naskah Diterima:12 Januari 2018 Naskah Direvisi:18 Februari 2018 Naskah Disetujui: 3 Maret 2018
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengungkap konflik tentara dengan laskar dan jago di wilayah
Karawang. Penelitian ini mempergunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Sama seperti halnya di daerah lain, revolusi kemerdekaan di
wilayah Karawang berlangsung dengan sengit. Dinamika perjuangan kemerdekaan di Karawang
terasa lebih keras lagi setelah proklamasi kemerdekaan. Pada masa perjuangan Karawang
merupakan “rumah” bagi tentara dan laskar perjuangan. Banyaknya kelompok laskar dan
kelompok jago yang sering menghadirkan kerusuhan menimbulkan permasalahan tersendiri
sebagaimana digambarkan pada artikel ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik antara
tentara, laskar, dan jago terjadi disebabkan adanya keyakinan yang besar terhadap janji-janji
revolusi, perbedaan ideologis mengenai bagaimana perjuangan harus dimenangkan, faktor
ketidakpercayaan yang mengakibatkan hubungan-hubungan yang tidak harmonis antarfaksi
perjuangan di Karawang.
Kata kunci: revolusi, kemerdekaan, konflik, Karawang.
Abstract
This study aims to reveal the conflict of soldiers with paramilitary troops and warior in
the area of Karawang. This study uses historical methods consisting of heuristics, criticism,
interpretation, and historiography. Just as in other areas, the revolution of independence in the
Karawang was fierce. The dynamics of the struggle for independence in Karawang was even
harder after the proclamation of independence. Karawang is a "home" for the army and the
paramilitary-troops struggle. The large number of paramilitary troops groups and groups of
warior often caused riots that raise their own problems as illustrated in this article. The results
show that the conflict between the army, the paramilitary troops and the warior occurred due to
the great conviction of the promises of the revolution, the ideological differences about how the
struggle should be won. The unbelieving factor resulted an unharmonious relationships between-
fraction struggle in Karawang.
Keywords: revolution, independence, conflict, Karawang
Realitas sosial dan politik yang antikolonial. Apabila Anton Lucas (1989)
terjadi menimbulkan ketidakpuasan umum. mengemukakan istilah “revolusi dalam
Namun yang paling penting adalah revolusi” dalam konteks pembongkaran
kekecewaan terhadap janji-janji struktur birokrasi lama dengan yang baru,
kemerdekaan bahwa nasib rakyat akan penelitian ini melihat adanya tujuan-tujuan
berubah secepatnya (Kahin, 1979: 101). tertentu dalam tujuan bersama
Kekecewaan tersebut berkembang mempertahankan kemerdekaan.
menjadi radikalisasi yang cenderung Kedua, terkait dengan perluasan
mengarah anarki. Sementara, pemerintah tema sejarah yang lokal sentris.
baru yang sedang berkuasa hampir tidak Kecenderungan penulisan sejarah lokal di
memiliki kemampuan mengendalikan Karawang2, khususnya periode perjuangan
seluruh dinamika revolusi yang sedang kemerdekaan lebih menitikberatkan pada
bangkit tersebut. Tindakan anarki bersifat Peristiwa Rengasdengklok. Hal tersebut
antiasing (kolonial), antifeodal, menimbulkan kesan bahwa hanya itulah
antipangreh praja. Oleh karena itu, tidak satu-satunya peristiwa penting yang terjadi
dapat dihindari pada fase-fase permulaan di Karawang. Peristiwa lain seakan-akan
revolusi, muncul huru-hara dan berbagai kurang memiliki makna penting. Banyak
pergolakan sosial (Ibrahim, 2010: 4-5). peristiwa menarik yang terjadi pada
Pada gilirannya beberapa pergolakan periode itu, antara lain Peristiwa Cikampek
sosial yang terjadi merepresentasikan dan Pembantaian Rawagede. Peristiwa
corak revolusi Indonesia yang tidak hanya yang disebut belakangan bahkan menjadi
memperjuangkan eksistensinya, tetapi salah satu isu kesejarahan dan politik yang
mengandung permasalahan-permasalahan cukup panas, baik di Indonesia maupun di
sosial di dalamnya. Revolusi Indonesia Negeri Belanda.
tidak hanya menghadirkan konflik politik, Kecenderungan tersebut agaknya
tetapi juga konflik sosial (Ibrahim, 2010: karena masyarakat, khususnya peminat
5). Dalam hal ini terjadi revolusi sosial sejarah, lebih tertarik pada peristiwa yang
yang ditandai dengan kemunculan berada pada level nasional. Padahal
kelompok-kelompok sosial penentang keberadaan sejarah lokal akan
penguasa yang sering bertindak kriminal memperkaya sejarah nasional. Sejarah
(Ibrahim, 2010: 16). nasional cenderung mengalami pemitosan
Ada dua alasan mengapa artikel ini
ditulis dari segi interesting (menarik) dan 2
Karawang memiliki tiga varian dalam
significant (penting).1 Pertama, dalam
penyebutannya, yaitu ”Kerawang”, ”Krawang”
konteks Karawang, revolusi sosial menjadi
dan ”Karawang”. Dari segi toponimi, istilah
menarik dilihat dari hubungan tentara, Karawang memiliki beberapa versi. Istilah
laskar, dan jago. Revolusi sosial bukan “Karawang” berasal dari kata 'Karawaan' yang
sekadar kekacauan dan avonturirisme mengandung arti daerah ini banyak terdapat
politik, tetapi bagaimana massa berperan rawa (Sudaryat, 2009: 65). Selanjutnya,
dalam jalannya suatu perubahan. Ada “Karawang” berasal dari perubahan pelafalan
ikhtiar untuk mengisi kekosongan politik „Caravan‟. Sejak abad ke-16 orang-orang
berlandaskan tatanan baru yang Portugis menyebut kawasan yang sebagian
tanahnya berawa tersebut dengan caravan atau
caravaon (Lubis, 2011: 86). Berikutnya,
1
Menurut Sobana Hardjasaputra (2013), topik “Karawang” berasal dari kata "Quro-wang".
yang dipilih untuk menulis sejarah, tidak Quro berasal dari tempat Syeh Quro yang
sembarang topik, tetapi harus memenuhi syarat merupakan pasantren yang pertama ada di
tertentu, yaitu: menarik (interesting topic), wilayah Tatar Sunda. Kata "wang” berasal dari
memiliki arti penting (significant topic), dan “wong” yang berarti orang". Karawang juga
dapat dikerjakan karena sumber-sumbernya berarti “dikarawang” yang bermakna tepi kain
tersedia dan dapat diperoleh (selendang) yang diberi ornamen berlubang
(manageable topic). agar menjadi indah.
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 37
dan generalisasi. Sementara, sejarah lokal cukup banyak, tetapi masih merupakan
(local voice) memberikan corak peristiwa tulisan yang lepas dan terpencar-pencar.
yang lebih dinamis dan unik. Kebanyakan buku-buku yang diterbitkan
Ruang lingkup spasial adalah membahas kronologi sejarah yang panjang.
Karawang sebagai wilayah administratif Meski demikian, ada juga buku yang lebih
setingkat kabupaten. Karawang menjadi khusus, seperti biografi, namun bersifat
kabupaten dengan bupati pertama Raden deskriptif dan terfokus pada peran
Singaperbangsa bergelar Kertabumi IV tokohnya.
yang dilantik 14 September 1633. Tanggal Buku pertama yang patut disebut
ini menjadi hari jadi Kabupaten Karawang. adalah Sejarah Purwakarta (2008) yang
Kemudian bupati berikutnya adalah R. ditulis Sobana Hardjasaputra. Buku ini
Anom Wirasuta 1677-1721, R. Jayanegara membahas perkembangan Purwakarta
(gelar R.A. Panatayuda II) 1721-1731, R. sejak masa penjajahan hingga Orde Baru.
Martanegara (R. Singanagara dengan gelar Dalam buku ini dijelaskan perjuangan
R.A. Panatayuda III) 1731-1752, R. kemerdekaan di wilayah Purwakarta yang
Mohamad Soleh (gelar R.A. Panatayuda ketika itu memiliki keterkaitan yang erat
IV) 1752-1786. Pada periode ini terjadi dengan Karawang secara kewilayahan.
peralihan penguasa dari Mataram kepada Selanjutnya, Sejarah Kabupaten
VOC. Karawang yang ditulis Nina Herlina Lubis
Hingga tahun 1809, Karawang et al (2011). Buku ini mengungkap
menjadi keresidenan, berubah menjadi perjalanan sejarah yang panjang sejak
kabupaten pada 1810, dan kembali menjadi masa prasejarah hingga kemerdekaan.
keresidenan pada 1811. Pada 1813 status Secara khusus, ada bab tentang perjuangan
keresidenan dihapus. Selanjutnya, pada kemerdekaan di Karawang. Meski
1818 Karawang menjadi keresidenan demikian, agak kurang mengungkap relasi
kembali. Pada 1901 Karawang berubah tentara, jago, dan laskar.
lagi menjadi kabupaten di bawah Robert Cribb menulis Para Jago
Keresidenan Batavia, pada 1925 Karawang dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-
kembali menjadi keresidenan, dan 1931 1949 (2010). Buku ini mengkaji secara
Karawang menjadi kabupaten. Pada masa khusus milisi rakyat yang tergabung dalam
Pendudukan Jepang, ibu kota Karawang perjuangan kemerdekaan Indonesia pada
Syi/Ken berada di Purwakarta (Yulifar, 1945, yaitu Laskar Rakyat Jakarta Raya
2016: 217). Pada masa revolusi, pusat (LRJR). Laskar ini mengalami kehancuran
Pemerintahan Kabupaten Karawang di tangan tentara pada akhir 1940-an. Buku
dipindahkan dari Purwakarta ke Subang. ini terfokus pada peran LRJR.
Ketika itu Kabupaten Karawang dipimpin Referensi berikutnya yang berbicara
Raden Juarsa. mengenai gejolak revolusi di Karawang
Ruang lingkup temporal mencakup dan sekitarnya adalah Jakarta-Karawang-
1945-1947. Pada rentang waktu ini, Bekasi dalam Gejolak Revolusi:
eskalasi perjuangan kemerdekaan di Perjuangan Moeffreni Moe‟min yang
Karawang semakin meningkat. Saat itu ditulis Dien Majid dan Darmiati (1999).
dapat dikatakan bahwa Karawang Buku yang bersifat biografis tersebut yang
merupakan “rumah” bagi tentara dan memberi gambaran kelahiran para laskar
laskar perjuangan. Banyaknya kelompok dengan kelompok nasionalis muda radikal.
laskar, khususnya yang berhaluan kiri, Buku ini merekam perjuangan
mengakibatkan konflik dengan tentara. kemerdekaan dalam perspektif pelakunya.
Selain itu, kehadiran para jago juga sering Her Suganda menulis
menimbulkan kekacauan. Rengasdengklok, Revolusi dan Peristiwa
Sejauh ini sumber sejarah tertulis 16 Agustus 1945 (2009). Buku ini
yang tersedia selama periode tersebut mengulas perjalanan sejarah
38 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50
Pada masa revolusi, para bandit atau 1979: 23). Khususnya di Karawang berdiri
jagoan dihadapkan pada dua pilihan: beberapa badan kelaskaran yang berafiliasi
menjadi seorang kriminal atau dengan garis induknya sebagai berikut:
revolusioner. Namun, pada kenyataannya 1. Barisan Banten Republik Indonesia
para jagoan itu mencampuradukkan dua (BBRI) pimpinan Moh. Kosim yang
dunia yang bertolak belakang itu untuk bermarkas di Gedung Pegadaian
kepentingan pribadinya. Seorang penjahat Cinangoh;
sejati menganggap revolusi sebagai 2. BPRI (Barisan Pejuang Republik
kesempatan baik untuk melakukan Indonesia) pimpinan H. Agil Ahmad,
kejahatan. Seringkali, pemimpin bandit bermarkas di sebelah markas BBRI
mencari legitimasi untuk revolusi dengan (bekas Gedung Pagadaian);
cara mengadopsi status formal seorang 3. Hisbulah pimpinan MO Sobandi,
penguasa (Ibrahim: 2004, 221). Perlu bermarkas di Gang Yanten (bekas
dipahami bahwa gerakan revolusioner dan pabrik penggilingan padi);
gerakan sosial dalam menumbangkan 4. Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia),
rezim tertentu diboncengi oleh kekuatan dipimpin oleh Taryono Cayong,
kaum kriminal. Kadang-kadang pejuang bermarkas di Pengasinan (sekarang
menjadi kriminal, tidak jarang pula Jalan Dr. Taruno);
kriminal terlibat dalam perjuangan 5. SP 88 (Satuan Pemberontak) pimpinan
(Ibrahim, 2010: viii). A.S. Wagianto/Usman Somantri;
6. BR (Bambu Runcing) pimpinan Doyot;
C. HASIL DAN BAHASAN 7. Laskar Buruh;
1. Kelahiran BKR dan Laskar-Laskar 8. Sabilillah; dan
Perjuangan 9. Laskar Rakyat Jakarta Raya, dipimpin
Setelah proklamasi kemerdekaan oleh J. Hasibuan (Idris, 2001: 9).
kebutuhan akan adanya kekuatan militer Salah satu isu penting yang mencuat
yang cukup untuk menjaga keamanan dan pasca proklamasi kemerdekaan adalah
ketentraman dirasakan semakin mendesak. pengambilalihan kekuasaan dari tangan
Bahkan Oerip Soemohardjo pernah Jepang. Jepang tidak mau menyerahkan
berujar, “aneh, sebuah negara zonder kekuasaannya ke pihak Indonesia,
tentara”. Pada 23 Agustus 1945 dibentuk melainkan ke pihak Sekutu. Dalam situasi
BKR (Badan Keamanan Rakyat), yang demikian, di daerah-daerah rakyat
bertujuan menjamin ketentraman umum. mengambil gerakan sendiri untuk melucuti
Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, tentara Jepang, termasuk di Karawang. Di
Presiden Soekarno melalui RRI antara laskar-laskar saling berlomba
mengumumkan agar di daerah-daerah memperbanyak jumlah senjata sehingga
sesegera mungkin dibentuk Badan sering terjadi konflik sesama mereka
Keamanan Rakyat (Ekadjati et al., 1980: (Kosoh et al., 1994: 217).
94). Pejuang di wilayah Karawang sejak
Pembentukan BKR di Jawa Barat, meluasnya kabar penyerahan Jepang
terutama dipelopori para bekas PETA, terhadap Sekutu sudah lebih dulu
Chudancho, dan Heiho. Para pejuang di melakukan perlucutan tentara Jepang
Karawang menyatukan tekad bergabung dibandingkan wilayah lain di Jawa Barat.
dalam BKR di bawah pimpinan Nagdon Menjelang “penculikan” Soekarno-Hatta,
Suraji. Rengasdengklok sudah berada di tangan
Pembentukan BKR dibarengi pula pasukan PETA. Tentara Jepang berhasil
dengan lahirnya badan-badan kelaskaran. ditawan dan dilucuti. Bendera Hinomaru
Tidak kurang dari 18 badan kelaskaran diturunkan dan bendera merah putih
yang pernah muncul dan aktif di wilayah dinaikkan. Dengan demikian, dapat
Jawa Barat (Disjarahdam VI Siliwangi, dikatakan bahwa Rengasdengklok
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 41
Belanda. Persoalan lain adalah penolakan TRI. Dalam perundingan itu, Laskar
mereka untuk diintegrasikan ke dalam Rakyat Jakarta Raya tetap menolak untuk
tubuh TRI. Laskar bahkan sering menggabungkan diri.
memancing ketegangan dengan TRI
(Sukarman et al., 2006: 47). Laskar Rakyat
Jakarta Raya menentang kebijakan yang
ditempuh oleh Soekarno-Hatta yang
dikatakannya "Soekarno penjual Bangsa,
pengkhianat proklamasi" dan seterusnya.
Perihal tidak selarasnya Laskar
Rakyat dengan tentara memang dapat
dilihat dari status para pemimpinnya.
Beberapa pimpinan Laskar Rakyat
merupakan anggota dinas rahasia Belanda
di bawah pimpinan Letkol. Agerbeel dan
Kol. Drost.
Di sepanjang jalan Karawang, Gambar 1. Tugu Pimpinan Resimen V
Laskar Rakyat sering pamer kekuatan Cikampek
sambil menyanyikan lagu Darah Rakyat Sumber: Dok. Iim Imadudin, Januari 2018.
(Sukarman et al., 2006: 48).
Darah rakyat masih berjalan Salah satu Laskar Rakyat yang
Menderita sakit dan miskin berkedudukan di Lamaran yang dipimpin
Pada datangnya pembalasan Sujono memasuki kota untuk bergabung
Kita yang menjadi hakim. dengan laskar yang lain. Tujuannya untuk
Hayo. Hayo bergerak sekarang merebut kota yang dikuasai TRI. Komando
Kemerdekaan „tlah datang Keamanan Kota (K3) Karawang tidak
Merahlah panji-panji kita mampu menghadapi kekuatan LRJR yang
Merah warna darah rakyat (2x) menciptakan kekacauan di penjuru kota.
Pertahanan Jakarta Timur Pimpinan Resimen Cikampek
(Karawang) tidak mudah untuk menjadi sasaran tindakan liar Laskar
dikendalikan. Laskar Rakyat Jakarta Raya Rakyat Jakarta Raya. Sejumlah perwira
bukan saja tidak mau bergabung, malahan diculik dan dibunuh pada tanggal 28
memperlihatkan sikap permusuhan dengan November 1946 setelah kembali dari
pihak TRI. Aksi liar Laskar Rakyat perundingan di Kedung Gede. Mayor
Jakarta Raya (LRJR) semakin tidak Suroto Kunto dan Kepala Staf Kapten Adil
terkendali. Mereka menyerang pos-pos Sofyan beserta dua orang pengawal
TRI di sekitar Lemahabang-Cikarang. masing-masing bernama Kopral Muhajar
Konflik bersenjata berlangsung dengan dan Prajurit Murad menjadi sasaran
hebat. kekejaman laskar rakyat (Rivai, 1983: 160;
Pada pertengahan tahun 1947, Warliyah, 2003: 77; Lasmiyati et al., 2012:
berlangsung pertemuan di Kedung Gede. 69). Agaknya kejadian tersebut dipicu oleh
Menteri Pertahanan RI memutuskan agar gaya Suroto Kunto yang cenderung tegas
di Karawang dibentuk Detasemen Gerak dan memaksa dibandingkan upaya yang
Cepat untuk menyatukan wadah lebih halus untuk meminta bantuan para
perjuangan rakyat. Anggotanya berjumlah laskar. Suroto Kunto 3 berbeda dengan
150 orang, dari berbagai unsur, antara lain
BPRI, PBRI, PESINDO, Laskar Buruh, 3
Dilihat dari riwayat hidupnya, Suroto Kunto
Hizbullah, dan Sabilillah. Hal tersebut
juga sebagai upaya membangun termasuk pemuda radikal yang tidak mau
komunikasi yang lebih baik dengan pihak kemerdekaan Indonesia dipengaruhi Jepang.
Sejak menjadi mahasiswa Ikadaigaku (sekolah
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 43
Mufreni. Hubungan tentara dengan LRJR terhadap Laskar Rakyat Jakarta Raya.
semakin memburuk (Cribb, 2010: 153). Komandan Brigade Purwakarta, Letkol
Beredar spekulasi bahwa Suroto Daan Jahja segera bergerak ke Karawang.
Kunto tidak dibunuh oleh laskar rakyat Kekerasan berdarah antara TRI dengan
yang iri dengan pengangkatannya selaku Laskar Rakyat Jakarta Raya berlangsung
komandan resimen, namun oleh intel-intel dengan sengit.
Belanda (Matanasi, 2012: 43). Pendapat ini Pasukan Laskar Rakyat Jakarta Raya
diperkuat oleh Robert Cribb, bahwa upaya berhasil dilumpuhkan. Pemimpin-
pembunuhan tersebut sebagai cara untuk pemimpin dan anggota-anggota yang
melemahkan kekuatan Republik. tertangkap atau menyerahkan diri dibawa
Penculikan tersebut berlangsung ke Kalijati Subang untuk
sepulang melakukan perundingan dengan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dewan Pimpinan Laskar Rakyat Jakarta Pasukan laskar yang berhasil melarikan
Raya (LRJR) di Bekasi. Namun diri bergabung dengan HAMOT (Hare
sekembalinya dari berunding keempatnya Majesteit‟s Ongeregelde Troepen) atau
diculik di daerah Warungbambu, sebuah Laskar Sri Ratu.
daerah yang terletak di sisi jalan raya Bersama anak buahnya, Daan Jahja
Karawang-Cikampek. Keempatnya menahan salah satu pemimpin laskar
dinyatakan hilang. Mobil yang bernama Darwis, agar dapat ditukar bila
ditumpanginya ditemukan penuh bercak Suroto Kunto diculik dalam keadaan
darah oleh salah satu ajudannya, Kapten hidup (Cribb, 2010: 129).
Mursyid, pada 28 November 1946 sekitar Kabar keberadaan Suroto Kunto
pukul 01.00 dini hari. Jasadnya dan jasad belum menemukan titik terang. Darwis
para pengawalnya tidak pernah ditemukan hampir dibunuh bila AH Nasution tidak
sampai sekarang ini. Keberadaan Suroto mencegahnya. Akibat kejadian itu, Daan
Kunto dinyatakan vermist (hilang). Jahja dipindahkan dari Brigade Purwakarta
ke Tasikmalaya, dan digantikan Letkol
Sidik Brotoatmodjo.
Upaya pembersihan laskar-laskar
yang membangkang tidak dapat berjalan
dengan mudah. Belanda terus mengganggu
di sejumlah titik garis demarkasi antara
tentara Belanda dan TRI di pinggir timur
Kota Jakarta, tepatnya antara Tambun
sampai Karawang.
Gambar 2. Tugu Suroto Kunto Oleh karena itu, TRI meminta
Sumber: Dok. Iim Imadudin, Januari 2018. pemakluman tentara Belanda agar tidak
membuka front pertempuran sampai
Aksi Laskar Rakyat Jakarta Raya urusan dengan laskar selesai. Sidik
semakin membahayakan persatuan dan Brotoatmodjo mengirim telegram ke
kesatuan Republik Indonesia. Pimpinan Komandan Brigade II dari Divisi 7
pihak TRI melakukan tindakan tegas Desember Kolonel Thompson di Bogor
dan panglimanya di Jakarta. Pada April
1947, TRI bergerak mengepung LRJR,
kedokteran), ia terkenal pemberani, vokal, BPRI dan KRIS. Mereka digempur TRI
bahkan Jepang menyebutnya pemberontak Siliwangi atas perintah Nasution.
(Sukarman et al., 2006: 14). Ia juga bagian dari Selain aksi anarkis LRJR, Polisi-
kelompok muda yang mendesak Bung Karno Tentara (PT) pimpinan Wiwiek Hadi Bei
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. pada bulan November 1945, menangkap
lima anggota laskar rakyat Karawang
44 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 35 - 50
anggota laskar rakyat berasal dari efisien dengan komando yang ketat.
golongan tidak terpelajar. Mereka tidak Didirikannya laskar-laskar bersenjata
terbiasa dengan kedisplinan tinggi, apalagi justru menjadi hambatan alam perjuangan.
saat membawa senjata. Masuknya laskar Laskar bersenjata bertempur mengikuti
dalam distribusi sandang dan pangan di garis induknya, tanpa komando sentral di
Karawang dipengaruhi oleh kebutuhan tangan tentara.
ekonomi. Anggota laskar secara sepihak Ketidakpercayaan demikian yang
mengambil alih peran dan wewenang membuat Ki Bubar dan Pak Belah
aparat keamanan. menyerang tentara dan pejabat pribumi
Dalam kaitan ini, sebagaimana yang dianggapnya sebagai antek kolonial.
dikatakan Taufik Abdullah dalam (Majid Pimpinan Barisan Berani Mati dan
dan Darmiati, 1999: xiii), para laskar perlu Simanjuntak yang menetapkan dirinya
melakukan reinterpretasi kreatif dan sebagai penguasa baru menunjukkan
konstruktif di dalam suasana revolusi yang ketidakpercayaan terhadap pejabat lokal
hidup dalam dirinya ke dalam kehidupan yang dianggapnya tidak memiliki
sehari-hari yang terus berubah. legitimasi.
Kedua, secara ideologis, para Dalam kasus LRJR terdapat
pemimpin laskar umumnya menganut gambaran yang jelas bagaimana
aliran politik kiri dan radikal. Mereka bersekutunya para jago dengan tokoh
sering melakukan oposisi terhadap laskar yang berasal dari kaum nasionalis
pemerintah. Laskar terbesar di front timur kiri. Relasi yang terjadi di antara mereka
Jakarta memiliki garis politik bersifat simbiosis mutualistis. Para jago
berseberangan dengan pemerintah Perdana berharap di masa depan dengan
Menteri Sjahrir. Laskar Rakyat Jakarta keterlibatan kaum nasionalis kiri akan
Raya (LRJR) dengan tegas menolak memberi legitimasi bagi keberadaan
Perjanjian Linggajati. Keterdesakan mereka. Sementara itu, bagi kaum
mereka dari Jakarta sehingga memasuki nasionalis kiri, para jago mampu memberi
Karawang sedikit-banyaknya dipengaruhi perlawanan fisik yang dapat diandalkan.
oleh adanya tekanan yang kuat di Jakarta. Aksi-aksi sepihak para laskar rakyat
Kecenderungan ini menunjukkan bahwa dan jago tidak saja meresahkan
katup-katup konflik menyumbat di Jakarta masyarakat, tetapi juga menciptakan
sehingga merembes ke wilayah pinggiran. instabilitas. Tentara dalam situasi sulit,
Ketiga, konflik yang terjadi antara karena di saat yang sama mereka
tentara dan laskar banyak dipengaruhi oleh menghadapi kekuasaan asing yang hendak
cara pandangnya. Para nasionalis kiri yang berkuasa kembali. Kontrol yang cenderung
menjadi pimpinan laskar menunjukkan lemah terhadap daerah-daerah yang
ketidakpercayaannya pada tentara nasional. bergolak memudahkan laskar rakyat dan
Pimpinan tentara yang berasal dari eks jago melakukan kekerasan.
KNIL dan PETA dianggap sebagai warisan
D. PENUTUP
penjajah yang berjiwa fasis. Fasisme
Di wilayah Karawang, tentara tidak
dipandang lebih berbahasa dari
saja berhadapan dengan kekuatan asing
kolonialisme. Pimpinan tentara seperti
yang mencoba berkuasa kembali, tetapi
Nasution dianggap tidak ubahnya “agen
juga tantangan internal. Tantangan yang
NICA” yang ingin melumpuhkan
dimaksud aktivitas para jago dan pihak
pertahanan rakyat (Gie, 1999: 93).
laskar yang bergerak liar.
Sementara itu, pimpinan tentara
Kemunculan gerakan-gerakan
memandang pentingnya tentara memiliki
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
wawasan politik yang luas dan tidak hanya
Pertama, aksi-aksi anarkis merupakan
menjadi alat yang mati dari pemerintah.
respons terhadap situasi pada permulaan
Pertahanan negara harus disusun secara
revolusi kemerdekaan. Keyakinan yang
“Revolusi dalam Revolusi”: Tentara, Laskar..... (Iim Imadudin) 49
kuat pada masa perjuangan kemerdekaan Makalah disampaikan pada acara Temu
dihadapkan dengan suasana ketidakpastian Tokoh dan Seminar Sejarah “Refleksi
dan eforia yang terus memuncak. Pada Nilai-nilai Juang „45” di Karawang.
gilirannya menimbulkan konflik. Cita Simandjuntak, Peninna.
revolusi yang tidak kunjung terealisasikan “Gerakan Sosial sebagai Peristiwa
dan kegagalan pemerintah mengontrol Sejarah”, dalam Historisme, Edisi No.
keadaan menimbulkan anarkisme di tengah 21 Agustus 2005, hlm. 46-55.
upaya mempertahankan kemerdekaan yang Yulifar, Leli.
belum lama diproklamasikan. “Purwakarta: Dari Ibukota Kabupaten
Kedua, pimpinan laskar yang Karawang Menjadi Kabupaten
berhaluan kiri cenderung mengambil peran Mandiri”, dalam Jurnal Pendidikan
sebagai oposisi pemerintah. Dengan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 9 (2)
kondisi demikian, mereka juga tidak November 2016, hlm. 213-220.
sejalan dengan kebijakan pimpinan tentara.
Ketiga, ada stigma yang melekat 2. Buku
kuat dalam pemikiran masing-masing. Cribb, Robert. 2010.
Pimpinan laskar memperlihatkan Para Jago dan Kaum Revolusioner
ketidakpercayaannya terhadap pimpinan Jakarta 1945-1949. Jakarta: Masup.
tentara yang dianggapnya fasis. Sementara, ________. 1986.
pimpinan tentara beranggapan, keberadaan Revolusi dan Transformasi Masyarakat.
laskar dan jago menjadi hambatan dalam Terj. Candra Johan. Jakarta: Rajawali.
perjuangan.
Ekadjati, Edi, Sobana Hardjasaputra, Ian
Kombinasi ketiga faktor menjadi Tiansah, Emon S. 1980/1981.
penyebab mengapa keadaan di wilayah Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah
Karawang menjadi demikian dinamis. Jawa Barat. Jakarta: Ditjarahnitra
Wilayah yang menjadi “pangkal Depdikbud.
perjuangan” menyimpan revolusi sosial
Garraghan, Gilbert J. 1957.
yang hebat, terutama pada tahun-tahun A Guide To Historical Method. New
pertama setelah kemerdekaan. York: Fordham University Press.