Anda di halaman 1dari 18

Created by:

PUSAT INOVASI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Manusia adalah makhluk berpikir dan
oleh karenanya manusia dapat
memahami dan mengahaasilkan
pengetahuan
PENGETAHUAN SPONTAN: diperoleh
manusia secara langsung berdasarkan hasil
tangkapan inderawi yang bersifat sangat
terikat oleh perubahan ruang dan waktu

PENGETAHUAN RFLEKTIF-SISTEMATIS:
diperoleh manusia melalui proses panjang trial
and error, diuji berulang-ulang secara kritis,
disusun secara sistematis menjadi sistem
pengetahuan yang kebenarannya bersifat
umum, relatif tidak terikat ruang dan waktu.
PENGETAHUAN RFLEKTIF-
SISTEMATIS

ILMU EMPIRIS: memfokuskan


diri pada gejala-gejala alam dan
sosial secara mendalam, tetapi
ILMU FILSAFAT: pengetahuan
bersifat spesifik (parsial) dikenal
yang bersifat radikal (mandasar)
tiga kelompok besar ilmu, yaitu
dan umum menyangkut
ilmu-ilmu alam (natural sciences),
masalah-masalah hakiki tentang
ilmu-ilmu sosial (social
manusia, alam dan Tuhan
sciences),dan ilmu-ilmu
kemanusiaan/humaniora (the
humanities).
Pancasila sebagai pengetahuan manusia
merupakan pengetahuan yang reflektif,
bukan pengetahuan spontan. Proses
penemuan pengetahuan Pancasila ini
diperoleh melalui kajian empiris dan filosofis
terhadap berbagai ide atau gagasan, peristiwa
dan fenomena sosio-kultural religius
masyarakat Indonesia
Pengetahuan konotatif
dimaksudkan upaya memahami Konotatif Pemahaman denotatif
Pancasila dengan menggunakan terhadap Pancasila berkaitan
ratio. Pancasila dipahami, dengan fakta, realita yang
ditafsirkan dan dimaknai dengan menunjukkan adanya
menggunakan metode ilmiah.
perwujudan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan
dapat berupa perbuatan,
tindakan ataupun bukti-bukti
fisik. Contoh: adanya berbagai
tempat ibadah

Verbalis ------------------------------- Denotatif


Verbalis: upaya memahami Pancasila dari aspek rangkaian kata-
kata yang diucapkan, contoh pengucapan Pancasila dalam upacara
bendera, dalam pidato, dan penyebutan-penyebutan yang lain
KEBENARAN KOHERNSI: ditandai dengan
pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain
saling berkaitan, konsisten, dan runtut (logis).

KEBENARAN KORSPONDENSI: ditandai dengan


adanya kesesuaian antara pernyataan dan kenyataannya.

KEBENARAN PRAGMATISME: berdasarkan kriteria


bahwa pernyataan-pernyataan yang dibuat harus membawa
kemanfaatan bagi sebagian besar umat manusia

KEBENARAN KONSENSUS: didasarkan pada kesepakatan


bersama. Suatu pernyataan dikatakan benar apabila disepakati
oleh masyarakat atau komunitas tertentu yang menjadi bagian dari
proses konsensus.
BEROBJEK

BERMETODE

BERSISTEM

BERSIFAT UNIVERSAL
OBJEK MATERIAL: Objek material atau sasaran
kajian adalah bahan yang dikaji dalam pencarian
kebenaran ilmiah. pernyataan-pernyataan, pemikiran,
ide/konsep, kenyataan sosio-kultural yang terwujud
dalam hukum, teks sejarah, adat-istiadat,
sistem nilai, karakter, kepribadian manusia/ masyarakat
Indonesia sejak dahulu sampai sekarang

OBJEK FORMAL: Cara pandang/pendekatan


(perspektif) atau titik tolak dalam mendekati objek
material. Objek formal dalam membahas Pancasila
dapat dilakukan dari perspektif ilmu-ilmu seperti
hukum (yuridis), politik, sejarah, filsafat, sosiologi
dan antropologi maupun ekonomi
causa materialis

causa formalis

causa effisiens

causa finalis
➢ Causa materialis Pancasila adalah sebab bahan yang
menjadikan Pancasila itu ada, yaitu sistem nilai dan
budaya masyarakat Indonesia.
➢ Causa formalis adalah sebab bentuk yang menjadikan
Pancasila ada yaitu rumusan Pancasila yang berurutan
mulai dari sila pertama sampai dengan sila kelima
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
➢ Causa effisiens adalah sebab karya atau proses kerja
sehingga Pancasila itu ada, yaitu proses sidang-
sidang BPUPKI dan PPKI.
➢ Causa finalis adalah sebab tujuan diadakannya
Pancasila, yaitu sebagai dasar negara R.I.
METODE HERMENEUTIK

METODE ANALISIS-SINTESIS

METODE DEDUKSI

METODE INDUKSI
Merupakan tata yang
Merupakan konsiten &
satu Koheren tidak
kesatuan mengandung
kontradiksi

SISTEM Ada kaitan antara


Segala sesuatunya
mengarah bagian
Pada tujuan yang Yang satu dengan
satu dan sama lainnya

Ada kerja
sama yang
Serasi dan
seimbang
PANCASILA sendiri pada
dasarnya juga merupakan
suatu kebulatan yang
sisitematis, logis dan tidak
ada pertentangan di dalam
sila-silanya (Kaelan)
Sila-Sila tersusun secara
hierarkis piramidal dan
bersifat majemuk-tunggal.
Artinya, sila-sila Pancasila
ditempatkan sesuai dengan
luas cakupan dan
keberlakuan pengertian yang
terkandung di dalam sila-
silanya (Notonagoro)
Sila yang di depan mendasari,
Sila meliputi dan menjiwai sila-sila
V dibelakangnya atau sila dibelakang
didasari, diliputi, dan dijiwai sila
Sila IV didepannya

Sila III Sila dibelakang sila lainnya itu


adalah pengjelmaan /
pengkususan sila-sila dimukanya
Sila II Lebih sempit “luasnya” tapi lebih
luasa “sifatnya”
Sila I
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah relatif
berlaku secara universal, artinya kebenarannya
tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan dapat diketemukan
dalam pemahaman masyarakat di seluruh
dunia, hanya saja terdapat perbedaan dalam
penggunaan kata-katanya. Demikian pula
masing-masing nilai terdalam yang terkandung
dalam Pancasila bersifat universal
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai