Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

AKSIOLOGI PANCASILA
Agus Sutono
agussutono@upgris.ac.id
Supriyono Purwosaputro
supriyono@upgris.ac.id

Abstrak
Pancasila secara aksiologi memiliki 3 dimensinilai. Ketiga nilai tersebut adalah nilai dasar yaitu nilai-
nilai dasar dari Pancasila yang tidak dapat dibantahkan lagi yang meliputi nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Kemudian dimensi nilai kedua adalah
Nilai instrumental, yaitu nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan
terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara. Dimensi nilai ketiga adalah
Nilai praksis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan, sekaligus sebagai batu
ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.Nilai-nilai dalam
Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental
dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,berbangsa, dan bernegara. Secara
aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila),
yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan
berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai Manusia
Indonesia.

A. PENDAHULUAN
Pancasila sebagai sistem filsafat Oleh karenanya dasar epistemologi
pada dasarnya merupakan sebuah Pancasila harus dikedepankan sebagai
sistem pengetahuan. Dalam kehidupan salah satu pijakan filosofisnya. Dasar
sehari-hari Pancasila menjadi pedoman epistemologi Pancasila akan selalu
atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam terkait dengan dasar ontologisnya, yaitu
memandang realitas alam semesta, konsep dasar tentang hakikat manusia.
manusia, masyarakat, bangsa dan Basis ontologis Pancasila yang
negara tentang makna hidup serta mendasarkan diri ada hakikat manusia
sebagai dasar bagi manusia dalam akan membawa implikasi lanjutan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan konsep epistemologisnya
dalam hidup dan kehidupan (Kaelan, (Pranarka, 1996:32).
2012:146). Berkaitan dengan susunan
Dengan demikian Pancasila Pancasila sebagai suatu sistem
merupakan belief system yang diyakini pengetahuan dapat disarikan bahwa
kebenarannya. Namun demikian Pancasila memiliki susunan yang
Pancasila harus dapat dijelaskan dalam bersifat formal logis baik dalam arti
sudut pandang filosofis sebagai bentuk susunan sila-sila maupun isi arti dari
justifikasi kebenarannya yang hakiki. sila-sila. Susunan kesatuan sila –sila
Aksiologi Pancasila

67
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Pancasila adalah hierarkis piramidal esensial menempatkan manusia sebagai


yang masing-masing saling menjiwai subjek utama dan menjadi dasar dalam
dan mendasari. Susunan Pancasila memahami semua realitas yag ada.
dengan demikian memiliki sistem logis, Filsafat Pancasila memenuhi syarat-
baik yang menyangkut kualitas maupun syarat logik rasional, dapat dipahami
kuantitasnya. oleh akal sehat dan sesuai dengan
Pandangan Pancasila tentang prinsip-prinsip dalam pengetahuan
pengetahuan manusia yaitu bahwa ilmiah. Pancasila memperoleh makna
kebenaran rasio bersumber dari akal yang lebih luas yang merupakan salah
manusia. Selain kebenaran rasio maka satu usaha-usaha rasional dan filosofis
manusia juga memiliki sumber untuk menentukan bagaimana Pancasila
pengetahun yang berasal dari proses yang seharusnya yang memang identik
reseptif indera yaitu kebenaran empiris. dengan jati diri keIndonesiaan sebagai
Mengakui kebenaran intuisi dan juga causa materialis dari Pancasila. Sebagai
kebenaran wahyu yang bersifat mutlak sebuah pemikiran filsafat, dan karena
sebagai kebenaran tertinggi. Kebenaran eksistensi Filsafat Pancasila sangat
dalam pengetahuan manusia merupakan dibutuhkan dalam dinamika pemikiran
sintesis harmonis antara potensi-potensi kefilsafatan yang tetap berlandaskan
kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan pada kejatidirian manusia Indonesia
kehendak untuk mendapatkan yang sesungguhnya maka upaya
kebenaran yang tertinggi (Kaelan, pelacakan dan penafsiran terhadap
2012:150) nilai-nilai substansial sila-sila Pancasila
Pancasila secara aksiologis juga untuk menemukan secara lebih
memiliki pandangan bahwa ilmu komprehensif, penjelasan untuk dapat
pengetahuan pada hakikatnya tidak menemukan kebenaran baru tentang
bebas nilai karena ia harus diletakkan Pancasila dewasa ini. Berdasarkan latar
pada kerangka moralitas kodrat manusia belakang tersebut di atas maka rumusan
serta moralitas religius dalam usaha masalah yang dapat diajukan dalam
mendapatkan pengetahuan yang mutlak penelitian ini adalah apakah nilai-nilai
sebagaimana yang terus diupayakan substansial sila-sila Pancasila dalam
dalam keseluruhan aktifitas manusia sudut pandang aksiologis?
hingga hari ini.
Pancasila merupakan sebuah bentuk
philosophical system yang secara
Aksiologi Pancasila

68
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

B. METODE PENELITIAN menggunakan metode penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian hermeneutika dengan unsur-unsur
kefilsafatan, dengan menggunakan metode sebagai berikut : historis,
pendekatan metode penelitian kualitatif deskripsi, verstehen (pemahaman), dan
melalui kajian kepustakaan. Penelitian interpretasi
kualitatif dimaknai sebagai kajian
C. HASIL PENELITIAN DAN
berbagai studi dan kumpulan berbagai
PEMBAHASAN
jenis materi empiris, seperti studi kasus,
C.1. Titik Tolak Pancasila
pengalaman personal, pengakuan
Pancasila adalah core
introspeksi, kisah hidup, wawancara,
philosophy negara Indonesia, sehingga
artefak, berbagai teks dan produk
konsekuensinya merupakan
kultural, pengamatan, sejarah,
staatfundamentalnorm bagi reformasi
interaksional, dan berbagai teks visual
konstitusionalisme. Nilai-nilai dasar
(Santana, 2010:5). Penelitian ini
yang terkandung dalam Pancasila
menggunakan bahan atau sumber
sebagai dasar filosofis-ideologis untuk
penelitian yang terbagi ke dalam dua hal
mewujudkan cita-cita negara, baik
yaitu sumber primer dan sumber
sebagai tujuan prinsip konstitualisme
sekunder. Sumber primer menyangkut
sebagai negara hukum formal maupun
sumber-sumber literatur yang secara
cita-cita kenegaraan sebagaimana
langsung berkaitan dengan objek
terkandung dalam Pembukaan UUD
material penelitian. Data ini terdiri dari
1945, yaitu : (1) melindungi segenap
buku-buku yang memberikan referensi
bangsa dan seluruh tumpah darah
utama mengenai Pancasila secara utuh
Indonesia, (2) memajukan kesejahtaraan
dan komprehensif. Data yang akan
umum, (3) mencerdaskan kehidupan
dicari dan ditelaah antara lain tentang
bangsa, dan (4) ikut melaksanakan
historisitas Pancasila dan kedudukan
ketertiban dunia berdasarkan
serta fungsi Pancasila. Sumber
perdamaian abadi dan keadilan sosial
Sekunder terdiri dari buku-buku atau
(Kaelan, 2013:45-46).
majalah, buletin ataupun tulisan-tulisan
Secara kultural, dasar-dasar
lain yang menyangkut tema Pancasila,
pemikiran tentang Pancasila dan nilai-
dan filsafat nilai Pancasila yang
nilai Pancasila berakar pada nilai-nilai
relevan.
kebudayaan dan religiusitas yang
Sebagai sebuah penelitian
dimiliki bangsa Indonesia sebelum
bidang filsafat maka penelitian ini akan
Aksiologi Pancasila

69
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

mendirikan negara. Sedangkan dalam Indonesia, utamanya dalam aspek


proses pendirian negara, dengan filosofisnya. Oleh karenanya
diilhami pandangan-pandangan dunia pembahasan Pancasila sebagai filsafat
tentang kenegaraan disintesiskan secara menjadi sangat penting, dan harus
eklektis, sehingga merupakan suatu dipahami sebagai sebuah bentuk
local genius dan sekaligus sebagai suatu pembahasan filosofis atas Pancasila
local wisdom bangsa Indonesia (Kaelan, sebagai filsafat, sebagai sistem ide,
2013:47). Oleh karenanya Pancasila meskipun upaya untuk membahas
secara ontologis tidak dapat dibantah filsafat Pancasila seperti ini akan
bahwa Pancasila adalah suatu substansi banyak menghadapi tantangan dan
(Sunoto, 1984:70) kesulitan dalam membuktikan bahwa
Poespowardoyo (1989:5), lebih Pancasila memang sudah memuat
lanjut menyatakan bahwa nilai-nilai prinsip-prinsip filosofis tersebut secara
Pancasila secara fragmentaris terdapat eksplisit dari awalnya. Pengertian
dalam kebudayaan bangsa, di mana filosofis dari Pancasila hanyalah butir-
masyarakat Indonesia telah butir yang terserak di antara pendapat-
mendapatkan kesempatan untuk pendapat yang ada dan tidak selalu
berkomunikasi dan berakulturasi merupakan pandangan utuh yang
dengan kebudayaan dan pemikiran membentuk suatu sistem ide yang
lainnya. Nilai-nilai tersebut kemudian koheren, logis dan tepat guna (Hadi,
oleh para pendiri bangsa dan negara 1996:13-14).
kemudian dikembangkan dan secara Oleh karena itu pula maka,
yuridis disahkan sebagai suatu dasar Pancasila dalam peranannya sebagai
negara, dan secara verbal tercantum falsafah hidup perlu didalami terus
dalam Pembukaan Undang-Undang menerus sehingga mampu membentuk
Dasar 1945. suatu sistem ide yang bisa
Pada perjalanan historis dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
berikutnya, Pancasila yang sehingga tidak rentan terhadap
dikonseptualisasikan sebagai dasar kemungkinan-kemungkinan yang bisa
filsafat negara terus dimakna-ulangkan melemahkannya, tetapi juga tidak
untuk mendapatkan nilai-nilai dasarnya terjebak pada perumusan sistem ide
dalam rangka mengikuti dinamika yang kaku dan mati serta tidak memberi
perkembangan jaman dan tuntutan kesempatan atas tafsir lain yang lebih
aktualitasnya bagi perjalanan bangsa komprehensif (Hadi 1996: 14).
Aksiologi Pancasila

70
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Meskipun dalam hal tertentu Pancasila rumusannya tercantum dalam


sebagai filsafat dan waltanschauung Pembukaan UUD 1945 inilah yang
harus dibedakan (Daroeso, 1989;19). menjadi objek material penelitian ini.
Kemampuan untuk pemilikan Suhartoyo Harjosatoto dalam
dan mengkreasi ini menjadikan tulisannya berjudul Refleksi Metafisik
Pancasila dapat mendorong pengadaan Atas Pancasila dalam Jurnal Wisdom
reinterpretasi nilai-nilai dan (1996:2) menyatakan bahwa Pancasila
restrukturasi budaya. Pancasila sebagai dalam kajian teoritis akademis dapat
simbol berfungsi juga sebagai ungkapan diletakkan sebagai objek kajian dengan
dan jawaban, berdiri di tengah antara menentukan kedudukannya dari
manusia Indonesia yang “sedang kandungan makna proposisi-proposisi
menjadi”. Pancasila sebagai simbol juga Pembukaan UUD 1945, dan juga
memberi dasar pemikiran filsafat dengan mengingat unusr-unsu yang
Pancasila, dalam arti istilah “filsafat melatar belakangi kelahiran Pancasila
Pancasila” sebagai genetivus itu sendiri. Mengingat kedua hal
subjektivus. Jadi Pancasila tersebut di atas pula maka Pancasila
mengungkapkan filsafatnya. Namun menjadi sangat terbuka untuk dikaji
Pancasila sebagai simbol tidak dalam sudut pandang filsafat. Salah satu
mengobjekkan manusia, tetapi tetap metode khas filsafat adalah metode
“mensubjekkan” manusia sebagai refleksi. Refleksi Pancasila merupakan
partner dialog; Pancasila sebagai penyelidikan tentang arti dan hakikat
simbol tidak mentransendensi subjek Pancasila.
manusia, tetapi mengingatkan partner Artian rumusan Pancasila dalam
dialog membuka diri bagi yang kajian ini mengacu kepada rumusan
transenden bertindak mendengarkan, yang secara historis termuat dalam
memberikan manusia subjek dasar Notulen Rapat Panitia Persiapan
berilmu agar tidak menjadi budak ilmu. Kemerdekaan Indonesia tanggal 18
Pancasila bertitik tolak dari Agustus 1945 yang secara lengkap
kenyataan yang ada tentang Pancasila berbunyi sebagai berikut:
itu sendiri. Kenyataan Pancasila “Ketuhanan Jang Maha Esa,
kemanoesiaan jang adil dan
ditemukan sebagai data, yaitu bahwa
beradab, persatoean Indonesia
rumusan Pancasila yang sah adalah dan kerakjatan jang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan
yang tercantum dalam Pembukaan UUD
dalam
1945. Pancasila yang rumusan- permoesjawaratan/perwakilan
Aksiologi Pancasila

71
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

serta dengan mewoejoedkan UUD 1945 yang tertulis dalam alinea


soeatoe keadilan sosial bagi
IV. Pancasila adalah dasar dari Negara
seloeroeh rakjat Indonesia”
Indonesia yang sekaligus menegaskan
Rumusan Pancasila dalam notulensi adanya hubungan yang erat keberadaan
tersebut secara historis secara resmi Negara Indonesia dengan Pancasila
termuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjadi dasarnya. Interpretasi dari
alinea IV yang berbunyi sebagai penyataan ini bahwa Pancasila sebagai
berikut: jai diri bangsa Indonesia hendak
“....Kemudian daripada itu untuk dihayati dalam kehidupan bangsa
membentuk suatu pemerintah
sebagai dasar bagi berkembang
negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa suburnya Indonesia sebagai bangsa.
Indonesia dan seluruh tumpah
Pancasila adalah jati diri bangsa
darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, Indonesia.
mencerdaskan kehidupan bangsa,
Berdasar titik tolak historis dan
dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan reflektif filosofis awal sebagaimana
kemerdekaan, perdamaian abadi
tersebut di atas maka Pancasila
dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan merupakan pernyataan potensialitas
kebangsaan Indonesia itu dalam
yang memiliki berbagai kemungkinan
suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia, yang terbentuk untuk direalisasikan. Dalam aspek lain
dalam suatu susunan negara
Pancasila juga merupakan dasar
Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan bagaiaman bangsa Indonesia akan
berdasar kepada : Ketuhanan
dipikirkan dan dibentuk ke arah
Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan realisasi kesempurnaan eksistensinya.
Indonesia, dan kerakyatan yang
Pancasila dengan kata lain merupakan
dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam dasar penyusunan kebangsaan
permusyawaratan/perwakilan,
Indonesia, merupakan dasar bagi
serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh perealisasian bentuk kesempurnaan
rakyat Indonesia”.
eksistensi bangsa Indonesia yang
Oleh karenanya Pancasila yang menampilkan fungsi-fungsi yang lebih
dijadikan objek material dalam tingggi. Implikasinya adalah bahwa
penelitian ini adalah Pancasila yang Pancasila melandasi setiap langkah
dikaji secara filosofis yang butir- perwujudan bentuk bangsa tersebut
butirnya termuat dalam Pembukaan dalam setiap langkah perealisasian yang
dilakukan. Pancasila merupakan dasar
Aksiologi Pancasila

72
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

penyusunan Undang-undang dasar Dibyasuharda dalam


Negara Indonesia, dasar pembentukan disertasinya yang berjudul, “Dimensi
susunan Negara Republik Indonesia, Metafisik Dalam Simbol (Ontologi
serta dasar dalam menyusun dan Mengenai Akar Simbol,) (1999: 239-
mewujudkan cita-cita negara dan 241) menyatakan bahwa Pancasila
bangsa Indonesia. disebut juga simbol bangsa dan
C.2. Hermeneutika Pancasila negara. Sebagai simbol maka terdapat
Hermeneutika Pancasila sebagai beberapa hal penting mengenainya
bagian dari refleksi metafisik atas yaitu:
Pancasila bertolak dari kenyataan yang 1. Pancasila sebagai simbol memberi
telah ditemukan dalam rumusan dasar dinamika dan vitalitas
Pancasila yang sah maupun ada yang kehidupan dalam segala hal dan
ditemukan dalam dalam faktisitas bidang khas Indonesia. Simbol
kehidupan bangsa Indonesia. berkaki dua, salah satu berakar
Hermeneutika Pancasila pada akhirnya dalam medan kehidupan yang
akan menangkap sruktur da orientasi kongkret. Pancasila yang dikatakan
paling umum dan mutlak dalam memiliki sifat terbuka, maka berarti
Pancasila. Refleksi dan interpretasi Pancasila bukanlah suatu struktur
merupakan metode dalam filsafat yang atau sistem terbuka yang karena
secara implisit telah hadir dan secara keterbukaannya lalu kehilangan
pra ilmiah telah disadari alam pergaulan identitasnya. Pancasila sebagai
manusia dengan sesamnay, dengan simbol adalah strukutr atau sistem
dunia, dan dengan Tuhan, dieksplisitkan yang terbuka dinamis dapat
dan disistematisasikan atau dibawa ke menggarap apa saja yang datang
permukaan kesadaran (Harjosatoto, dari luar, dalam arti yang luas,
1996:2). menjadi miliknya tanpa mengubah
Mengacu pada penjelasan- identitasnya malahan mempunyai
penjelasan historis maupun pandangan- daya keluar, mempengaruhi dan
pandangan lain tentang Pancasila maka mengkreasi. Kemampuan untuk
dapat dijabarkan pemaknaan atau pemilikan dan mengkreasi itu
penafsiran baru atas Pancasila untuk menjadikan Pancasila dapat
memberikan landasan bagi perumusan mendorong pengadaan
tentang hakikat Pancasila sekaligus reinterpretasi nilai-nilai dan
kontekstualitasnya. restrukturasi budaya. Pancasila
Aksiologi Pancasila

73
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

sebagai simbol, karena salah satu yang transenden bertindak,


kakinya berakar dalam kehidupan mendengarkan, memberi manusia
kongkret Indonesia, dapat berfungsi subjek dasar berilmu.
sebagai sumber dari segala sumber Oleh karena jelas bahwa
hukum dan jiwa seluruh rakyat Pancasila merupakan simbol, atau
Indonesia. sebagai “teks” yang terbuka untuk
2. Pancasila sebagai simbol berfungsi direinterpretasi ulang untuk
sebagai ungkapan dan jawaban, mendapatkan pemahaman yang lebih
berdiri di tengah antara manusia komprehensif mengenainya.
Indonesia yang “sedang menjadi”. Penafsiran atas Pancasila akan
Ungkapan dan jawaban dari kedua semakin memperkaya pemahaman
pihak, mengenai makna dan tujuan tentang Pancasila dalam banyak
hidup. perspektif.
3. Pancasila sebagai simbol tidak Dalam pemahaman metodis
hanya mengundang untuk berpikir, Ricoeur teks-teks adalah “any
tetapi juga mendorong tindakan discourses fixed by writing” Teks
keputusan-keputusan mengenai adalah wacana yang dibakukan dalam
budaya nasional yang “sedang bentuk tulisan. Istilah “diskursus” ala
menjadi” sesuai dengan bahan yang Ricoeur menunjuk teks sebagai
diberikan oleh Pancasila untuk “event”, bukan “meaning”, teks
dipikirkan. mencakup makna dan historisitasnya
4. Pancasila sebagai simbol memberi sekaligus
dasar pemikiran filsafat Pancasila, Sekali lagi, istilah discourse,
dalam arti istilah “filsafat merujuk pada bahasa sebagai event,
Pancasila” sebagai genetivus yaitu bahasa yang membicarakan
subjektivus. Jadi Pancasila tentang sesuatu, dan Ricouer
mengungkapkan filsafatnya. mengambil pengertian ini dari Austin
Namun Pancasila tidak dan Bearsley yang membagi bahasa ke
mengobjekkan manusia, tetapi tetap dalam dua sifat, yaitu bahasa sebagai
“mensubjekkan” manusia sebagai meaning, dan bahasa sebagai event.
partner dialog; Pancasila sebagai Bahasa sebagai meaning adalah
simbol tidak mendesentrasi subjek dimensi non-historis, dimensi statis,
manusia, tetapi mengingatkan sedangkan sebagai event adalah
partner dialog membuka diri bagi dimensi hidup, dan dinamis, atau
Aksiologi Pancasila

74
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

dalam bahasa Ricoeur, “bahasa selalu menurut Eka Darmaputera antara lain
menyatakan sesuatu, sekaligus tentang adalah sebagai berikut:
sesuatu (Mulyono, 2012:257). “Cara penafsiran Pancasila
melalui sila-demi sila secara
Berdasarkan hal tersebut di atas maka
terpisah-pisah maka akan
Pancasila sebagai teks dipahami menghasilkan konsep-konsep
yang abstrak, prinsip-prinsip
sebagai event yang bisa diberikan
umum, dan impian yang muluk,
tafsir atasnya. yang tak memiliki sangkut-paut
dengan Pancasila yang
sesungguhnya (Darmaputera,
C.3. Isi Arti Substansial Pancasila 1988:140)”.
Persoalan dasar dalam
Atas dasar kesependapatan
memahami Pancasila adalah, bagaimana
beberapa argumentasi tersebut maka
Pancasila harus dipahami secara
nilai-nilai substansial dalam Pancasila
komprehensif. Apakah untuk
akan dikerangkakan secara utuh dan
memahami Pancasila maka hal yang
saling terhubung satu dengan lainnya
harus dilakukan adalah dengan
sebagai sebuah komprehensivitas
melepaskan masing-masing silanya
konsep. Langkah ini akan
untuk dapat dipahami maknanya,
memungkinkan untuk memperoleh
ataukah Pancasila harus dipahami tidak
pemahaman yang kontekstual dari
saja bagian per bagian atau sila per sila
Pancasila itu sendiri.
akan tetapi memahami Pancasila dengan
Pancasila dalam semua urutan-
menghubungkan sila-sila tersebut dalam
urutan silanya merupakan satu kesatuan
sebuah kesatuan.
yang tidak terpisahkan. Kelima sila
Terdapat dua pendekatan yang
mengambarkan dan
selama ini digunakan dalam memahami
mengkomprehensifkan pandangan
atau memberikan makna. Pertama,
tentang dunia yang dihadapi dan
Pancasila diberikan arti dalam setiap
dihidupinya, yaitu dunia yang dihadapi
silanya. Kedua, Pancasila dipahami
dan dihidupi oleh bangsa Indonesia.
dalam rangka keseluruhannya, dalam
Pancasila menggambarkan konstruksi
melihat apapun jika menggunakan
diri atas lingkungan sosialnya baik
Pancasila sebagai perspektifmya.
yang berdimensi vertikal maupun
Pemaknaan nilai-nilai substansial
horisontal. Pancasila menggambarkan
Pancasila menurut pemahaman yang
sebuah metafora eksistensial manusia
pertama, terdapat sejumlah keberatan di
yang memiliki dimensi-dimensi
dalamnya. Salah satu keberatan tersebut
Aksiologi Pancasila

75
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

kompleks di dalamnya. Dimensi- Ketuhanan Yang Maha Esa’ (Pasha,


dimensi itu tertangkap dalam masing- 2009:126).
masing silanya, sebagai sebuah Secara substansial maka
kesatuan tunggal. religiusitas merupakan nilai utama dan
pertama dalam Pancasila. Religiusitas
C.3.1. Isi Arti Subtansial Sila ini membawa konsekuensi bahwa
Ketuhanan Yang Maha Esa landasan moral dasar negara adalah sila
Sila pertama menunjukkan pertama Pancasila. Religiusitas
dimensi religiusitas kemanusiaan. Sila ketuhanan sebagai landasan moral
pertama dirumuskan untuk kehidupan berbangsa dan bernegara
menggambarkan realitas hidup bangsa menjadi basic morality praktek
Indonesia yang benar-benar yakin dan kehidupan kenegaraan sekaligus praktek
beriman kepada Tuhan yang Maha Esa. hidup bermasyarakatnya.
Sila pertama Pancasila menggambarka Driyarkara (1989) lebih lanjut
inti sari dari agama monotheisme yang menyatakan betapa pentingnya sila
mewarnai bangsa Indonesia (Pasha, Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
2009:115). Pancasila ini sebagai moral dasar
Sila pertama Pancasila, penyelenggaraan kehidupan
Ketuhanan Yang Maha Esa kemanusiaan dan kenegaraan:
mengandung arti substansial bahwa “bahwa Pancasila sebagai moral
dasar telah menempatkannya
bangsa dan negara Indonesia dalam
dalam posisi yang sangat utama
hidup dan kehidupannya benar-benar dan pertama. Ketuhanan adalah
dasar dan tujuan kesusilaan.
menyakini dan menyadari akan
Tanpa Ketuhanan tidak mungkin
kekuasaan serta kedaulatan Tuhan yang ada kesusilaan yang berkembang
betul-betul. Sumber moral dasar
bersifat mutlak dan tak terbagi.
religius Pancasila sebagaimana
Kedudukan Tuhan di dalam pandangan tersebut dalam sila Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah prinsip-
bangsa dan negara Indonesia menempati
prinsip moral transendental dari
kedudukan puncak, yang sangat luhur. praktek keagamaan
monotehisme yang bersumber
Spirit sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dari wahyu Tuhan (Driyarkara,
dinyatakan sebagai Dasar Negara 1989:42)”.
sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29
ayat 1, bahwa: ‘Negara berdasarkan atas

Aksiologi Pancasila

76
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

C.3.2. Isi Arti Substansial Sila pernghargaan nilai-nilai kemanusiaan


Kemanusiaan Yang Adil & Beradab sebagai prinsip penting dalam tata
Nilai substansial Pancasila pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa
sila kedua menunjukkan perspektif dan bernegara Indonesia.
humanitas yang komprehensif. Sila “Rumusan sila “Kemanusiaan
yang adil dan beradab”
kedua Pancasila mencerminkan
menggambarkan ungkapan atau
keyakinan bangsa Indonesia terhadap ide yang memuat pengertian
yang lebih dari cukup yang
hakikat sifat manusia sebagai makhluk
merujuk pada ungkapan
sosial (homo socius). Hakikat sifat ini terhadap sifat-sifat manusia yang
luhur dan mulia. Rumusan sila
kalau tidak disandingkan dengan
ini juga memuat pengertian
hakikat sifat yang menjadi bahwa bangsa Indonesia
menyadari sepenuhnya, bahwa
penyeimbangnya, yaitu sebagai
dirinya adalah makhluk Tuhan
makhluk individu akan melahirkan yang hidup bersama dengn
sesamanya dalam dunia yang
paham sosialisme.
satu (Pasha, 2009:132)”.
Sila kedua, Kemanusiaan yang
adil dan beradab memiliki makna Rumusan ini menyiratkan
substansial pengakuan terhadap harkat pemahaman dan pengakuan bahwa
dan martabat manusia yang luhur, tanpa bangsa Indonesia merupakan bagian
harus dibeda-bedakan antara satu sama yang tidak terpisahkan dari umat
lainnya karena perbedaan keyakinan manusia sebagai makhluk sosial, atau
politik, status sosial dan ekonomi, asal- homo socius.
usul, keturunan, ras, warna kulit, Makhluk sosial yang menyatu
bahasa, agama, budaya, adat istiadat, dari sejak kejadiannya, atau merupakan
suku, dan perbedaan lainnya. Oleh sifat dasar manusia. Sebagaimana yang
karena kedudukan yang sederajat dinyatakan oleh Bonger bahwa untuk
tersebut maka manusia mengharuskan menggambarkan sifat manusia sebagai
dirinya untuk bisa saling menghargai makhluk sosial dengan ungkapan
kepada yang lainnya. manusia termasuk makhluk-makhluk
Sila kedua Pancasila sosial, bukan dalam arti hukum alam,
mendapatkan legitimasi yang kuat menurut hukum mana yang menjadi
dalam kaitannya dengan tesis-tesis besar rujukan yang didasarkan pada
tentang manusia dan relasinya. Paling kepentingan diri sendiri akan bersatu
tidak nilai substansial sila dua Pancasila dan sampai akan mengadakan
merupakan perwujudan atas perjanjian-perjanjian dengan sesama
Aksiologi Pancasila

77
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

manusia, tetapi berdasarkan pembawaan juga harus mendorong kepada upaya


perasaannya (Pasha, 2009:132). pemenuhan nilai-nilai keadilan di
Sifat sosialitas manusia yang dalamnya.
tercermin dari pola hubungan kodrat Sila kemanusiaan yang adil dan
merupakan paduan atas beberapa akar beradab juga memberikan afirmasi
yang terjalin, baik yang berakar pada terhadap pengakuan martabat manusia
perasaan cinta kasih sebagaimana terkait aspek individualitas dan
diistilahkan Gabriel Marcel. Juga sosialitasnya. Individualitas dan
melebihi dari Emmanuel Levinas sosialitas manusia merupakan sebuah
dengan pendekatan motif kebutuhan kenyataan martabat kemanusiaan yang
sebagai dasar hubungan sosial yang harus dihormati.
terkonsep pada hubungan etis dan
hubungan kewajiban sebagai bentuk C.1.3. Isi Arti Substansial Sila
hubungan antara aku dan orang lain. Persatuan Indonesia
Lebih jauh juga melebihi dari apa yang Nilai subtansial rumusan sila
di pahami oleh Martin Heidegger yang Persatuan Indonesia adalah bentuk dari
meletakkan dasar hubungan manusia cerminan individualitas bangsa
sebagai sebuah sarana dalam Indonesia dalam rangkaian sosialitas
mewujudkan eksistensi manusia yaitu kebangsaan di dunia. Sila ini merupakan
dalam rangka eksistensi bersama. perwujudan dari eksistensi diri bangsa
Eksistensi diri yang hanya bisa Indonesia di tengah pergaulan bangsa-
diwujudkan dalam keterlibatannya bangsa Indonesia, sekaligus sebagai
dirinya dalam eksistensi bersama penyeimbang dari aspek sosialitas
manusia yang lain. bangsa Indonesia.
Sila Kemanusiaan yang adil dan Konsep pemikiran Soekarno sila
beradab secara substansial memiliki persatuan Indonesia dinamakan
kekhasan yaitu terkait dengan Kebangsaan Indonesia atau
pengakuan martabat kemanusiaan yang Nasionalisme. Lebih eksplisit
berdimensi religius. Artinya bahwa dinyatakan oleh Soekarno melalui
martabat kemanusiaan dengan segala ungkapan internasionalisme tidak dapat
implementasinya haruslah bertumbu hidup subur kalau tidak berakar dalam
pada nilai-nilai kemanusiaan yang buminya nasionalisme. Nasionalisme
sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan. tidak dapat hidup subur, kalau tidak
Penghargaan atas nilai kemanusiaan hidup dalam taman sarinya
Aksiologi Pancasila

78
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Internasionalisme, sebagaimana yang C.1.4. Isi Arti Substansial sila


dinyatakan oleh Muhammad Yamin Kerakyatan yang Dipimpin oleh
(Pasha, 2009:139). Hikmat Kebijaksanaan dalam
Sila Persatuan Indonesia secara Permusyawaratan Perwakilan.
substansial mengandung makna sebagai Sila keempat Pancasila ini
bentuk penggambaran kesadaran bangsa merupakan rumusan yang menegaskan
Indonesia selaku diri pribadi yang dan menggambarkan tentang cara atau
berhakikat makhluk sosial. Beriring langkah yang dipilih oleh bangsa
dengan sifat tersebut manusia adalah Indonesia untuk mewujudkan
makhluk yang berhakikat sebagai tercapainya tujuan hidup berbangsa dan
makhluk individu (homo bernegara. Rumusan yang diyakini
individualicum). Lebih jauh dapat pula sebagai satu-satunya pilihan alternatif
dinyatakan bahwa sila Persatuan dari sekian banyak alternatif yang
Indonesia mencerminkan kesadaran diambil bangsa Indonesia dengan
hidup bangsa Indonesia yang meyakini dilandasi keyakinan, bahwa hanya
akan hakikat dirinya sebagai makhluk dengan prinsip kerakyatan sajalah
individual. Hal ini sejalan dengan nilai sebagai satu-satunya cara yang paling
substansial sila Kemanusiaan yang adil sesuai dengan ketiga kesadaran akan
dan beradab yang mencerminkan hakikat hidupnya sebagaimana yang
kesadaran hidup bangsa Indonesia yang tersimpul dalam sila pertama, kedua dan
meyakini akan hakikat dirinya sebagai ketiga. Penegasan sila keempat
makhluk sosial. Sejalan pula dengan mengandung makna bahwa bentuk
nilai substansial sila Ketuhanan Yang kerakyatan merupakan konsekuensi
Maha Esa yang mencerminkan logis dari akibat yang ditimbulkan oleh
kesadaran hidup bangsa Indonesia yang pandangan hidup yang diyakini bangsa
meyakini akan hakikat dirinya sebagai Indonesia di atas (Pasha, 2009:143).
makhluk Tuhan. Kerakyatan dalam hal ini bisa
dimaknai sebagai demokrasi.
Demokrasi dalam hal ini merupakan
alat (tool) dan juga keyakinan (belief).
Notonagoro dalam bukunya Pancasila
Dasar Falsafah Negara (tth:132)
menyatakan:

Aksiologi Pancasila

79
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

“bahwa istilah kerakyatan demokrasi liberal tetapi juga bukan


sendiri dalam analisa
demokrasi yang semu. Demokrasi
kefilsafatan mengandung
pengertian adanya sifat-sifat dan Pancasila adalah demokrasi yang tetap
keadaan dari dan di dalam
berpijak pada konstitusi. Demokrasi
negara yang harus sesuai dengan
hakikat rakyat, dan semuanya yang nilai-nilainya dipahami sebagai
adalah untuk kepentingan dan
nilai kebaikan bagi sebanyak-
keperluan rakyat. Dan karena
demikian sifat dan keadaannya banyaknya orang namun tetap berpijak
maka negara bukan untuk satu
pada nilai keadilan. Bukan semata-mata
orang, bukan negara satu
golongan, walau golongan kaya, demokrasi absolut. Oleh karenanya
tetapi negara semua buat semua,
secara substansial sila keempat adalah
satu buat semua, semua buat
satu, negara didasarkan atas semangat demokrasi yang tetap terikat
rakyat, tidak pada golongan,
pada nilai-nilai tertentu yaitu terikat
tidak pada perseorangan”.
pada pertanggungjawaban kepada
Sila keempat merupakan Tuhan, prinsip kemanusiaan, dan juga
cerminan nilai demokrasi Indonesia identitas persatuan Indonesia. Meskipun
yang khas. Prinsip demokrasi dalam prakteknya instrumen-instrumen
merupakan prinsip yang berkesesuaian demokrasi secara universal tetap
dengan hakikat manusia sebagai diwujudkan yaitu suatu pemerintahan
makhluk sosial yang mengeksplisitkan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat
diri sebagai individu yang harus dan untuk rakyat.
menghargai dan memperlakukan
individu lain secara adil, mulia dan C.1. 5. Isi Arti Substansial Sila
penuh kehormatan. Oleh karenanya Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
tidak akan ada demokrasi tanpa Indonesia.
menghargai martabat manusia, tanpa Sila Keadilan sosial bagi seluruh
menjunjung tinggi dan melindungi hak- rakyat Indonesia merupakan tujuan dan
hak asasi manusia. Demokrasi cita-cita dari bangsa dan negara
merupakan satu-satunya pilihan jalan Indonesia. Keadilan sosial berkonotasi
bagi paham yang menghargai hak dan pada pencapaian aspek-aspek hidup
matabat kemanusiaan. yang berkualitas dari seluruh warga
Demokrasi Indonesia menjadi bangsa Indonesia. Ide keadilan sosial
salah satu bentuk demokrasi yang dalam sila kelima Pancasila ini adalah
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, keadilan yang berdimensi luas.
sebab demokrasi Indonesia bukanlah
Aksiologi Pancasila

80
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Dimensi keadilan sosial yang dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang


luas ini antara lain adalah dimensi terkandung dalam Pancasila pada
keadilan yang diharapkan terjadi dalam hakikatnya juga merupakan suatu
masyarakat yang berkeadilan. Kondisi kesatuan. Aksiologi Pancasila
masyarakat yang menunjuk pada tata mengandung arti bahwa kita membahas
kehidupan yang terpenuhi kebutuhan tentang filsafat nilai Pancasila.
hidup manusiawi meliputi kebutuhan Istilah aksiologi berasal dari kata
rohani dan jasmani. Yunani axios yang artinya nilai,
Ide masyarakat yang berkeadilan manfaat, dan logos yang artinya pikiran,
dinyatakan oleh Soekarno mengandung ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori
tiga idealisme pokok keadilan yaitu , nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,
idealisme politik, idealisme ekonomi, disukai atau yang baik. Bidang yang
dan idealisme sosial (Pasha, 2009:161). diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria
Nilai substansial sila kelima inilah yang nilai, dan kedudukan metafisika suatu
menjadi cita-cita yang diharapkan dapat nilai.
terwujud sebagai konsekuensi dari nilai- Nilai (value dalam Inggris)
nilai yang tercermin dalam empat sila berasal dari kata Latin valere yang
lainnya. artinya kuat, baik, berharga. Dalam
Manusia secara kodrati adalah kajian filsafat merujuk pada sesuatu
makhluk sosial yang hampir selalu yang sifatnya abstrak yang dapat
tercermin dalam perilaku dan diartikan sebagai “keberhargaan”
tindakannya. Kesadaran diri sebagai (worth) atau “kebaikan” (goodness).
mahkluk sosial tercemin dari pengakuan Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai
diri bahwa kelangsungan hidup manusia juga mengandung harapan akan sesuatu
dapat tercapai apabila prinsip tolong yang diinginkan
menolong, kerelaan berbagi menjadi
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada
dasarnya. Manusia tidak dapat
tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar,
melangsungkan kehidupannya tanpa
nilai instrumental, dan nilai praktis.
kehadiran orang lain.
1) Nilai dasar, adalah asas-asas yang
C.1.6. Konsep Aksiologis kita terima sebagai dalil yang
Keseimbangan Pancasila bersifat mutlak, sebagai sesuatu
Sila-sila Pancasila sebagai suatu yang benar atau tidak perlu
sistem filsafat memiliki satu kesatuan dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar
Aksiologi Pancasila

81
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

dari Pancasila adalah nilai sehingga mencerminkan sifat khas


ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai sebagai Manusia Indonesia
persatuan, nilai kerakyatan, dan Masih terkait dengan nilai
nilai keadilan. atau aksiologi, maka Pancasila
2) Nilai instrumental, adalah nilai dipandang dalam konstelasi historisnya
yang berbentuk norma sosial dan sebagai sebuah prinsip yang
norma hukum yang selanjutnya menggunakan model pendekatan filsafat
akan terkristalisasi dalam peraturan jalan tengah (Sutono, 2017). Filsafat
dan mekanisme lembaga-lembaga jalan tengah adalah salah satu
negara. penegasan bahwa kebenaran akhir tidak
3) Nilai praksis, adalah nilai yang terletak pada kebenaran-kebenaran yang
sesungguhnya kita laksanakan dikandung dalam sebuah ekstrimitas
dalam kenyataan. Nilai ini melainkan dalam kedua ekstrimitas itu
merupakan batu ujian apakah nilai kebenaran dapat ditemukan.
dasar dan nilai instrumental itu “Prinsip jalan tengah merupakan
benar-benar hidup dalam prinsip pengingkaran terhadap
masyarakat. pola atau model pemahaman
kenyataan melalui ketegori-
Nila-nilai dalam Pancasila termasuk kategori absolut, apriori dan
nilai etik atau nilai moral merupakan eksklusif. Model pemahaman
nilai dasar yang mendasari nilai kenyataan melalui kategori-
intrumental dan selanjutnya mendasari kategori absolut tidak memadai
semua aktivitas kehidupan masyarakat, untuk dapat memahami kenyataan
berbangsa, dan bernegara. Secara secara utuh. Hal ini karena
aksiologis, bangsa Indonesia merupakan kebenaran akhir tidak terletak
pendukung nilai-nilai Pancasila pada kebenaran-kebenaran yang
(subscriber of value Pancasila), yaitu dikandung dalam sebuah
bangsa yang berketuhanan, yang ekstrimitas melainkan dalam
berkemanusiaan, yang berpersatuan, kedua ekstrimitas itu kebenaran
yang berkerakyatan dan berkeadilan dapat ditemukan. Dalam semua
sosial. Pengakuan, penerimaan dan hal yang bersifat pokok,
pernghargaan atas nilai-nilai Pancasila kebenaran tidak terletak pada satu
itu nampak dalam sikap, tingkah laku, ekstrimitas tertentu, melainkan di
dan perbuatan bangsa Indonesia dalam keseimbangan di antara dua
Aksiologi Pancasila

82
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

atau lebih ekstrimitas tersebut pemaknaan yang menunjukkan prinsip-


(Smith, 1963:72)”. prinsip dasar filsafat jalan tengah.
Konsep keseimbangan dan keserasian
Atas pengertian tersebut maka
dapat dilacak dalam Ketetapan MPR
sebenarnya pemutlakan terhadap
No. II/MPR/1978 yang menyatakan :
kebenaran-kebenaran di dalam kutub-
“Pancasila yang bulat dan utuh itu
kutub ekstrim tidak mampu menjawab memberi keyakinan kepada rakyat
dan mengakomodasi kebenaran- dan bangsa Indonesia bahwa
kebahagiaan hidup akan tercapai
kebenaran pada kutub lainnya. Filsafat apabila didasarkan atas
jalan tengah menolak klaim kebenaran keselarasan dan keseimbangan,
baik dalam hidup manusia
yang hanya berdasar pada prinsip sebagai pribadi, dalam hubungan
pemutlakan kebenaran secara sepihak. manusia dengan masyarakat,
dalam hubungan manusia dengan
Kebenaran berada di antara kebenaran- alam, dalam hubungan bangsa
kebenaran dalam kutub yang saling dengan bangsa-bangsa lain, dalam
hubungan manusia dengan
berseberangan. Dalam kutub-kutub Tuhannya, maupun dalam
yang ekstrim terdapat kebenaran- mengejar kemajuan lahiriah dan
kebahagiaan rohaniah”
kebenaran. Namun sebagai kesatuan
kebenaran tidak mungkin hanya terletak Pancasila adalah konsep
dalam salah satu ekstrimnya. Prinsip keseimbangan dan keselarasan atau
jalan tengah mengakomodasi pemikiran keserasian sekaligus kesatuan. Hal ini
bahwa kebenaran adalah keserasian dan sejalan dengan pandangan dunia bangsa
keseimbangan dalam relasi-relasi yang Indonesia yang bersifat totalistis,
bersifat dikotomik. Kebenaran dalam dualistis, dan hirarkis. Dalam sudut
kenyatataanya terdapat dalam pandangan dunia yang totalistis maka
pengakuan-pengakuan kebenaran yang seluruh kenyataan dilihat sebagai
ada di dalam masing-masing dikotomi sebuah totalitas dan kesatuan di dalam
tersebut. Filsafat jalan tengah mana segala sesuatu saling terkait dan
melahirkan konsep kebenaran adalah tergantung satu sama lain. Menurut
keseimbangan dari relasi-relasi pandangan dunia yang dualistis, segala
dikotomik sehingga tidak ada lagi sesuatu harus dijaga keseimbangnnya.
kemutlakan yang saling meniadakan Untuk menjaga keseimbangan itu maka
(Sutono, 2017). menurut pandangan dunia yang hirarkis
Pancasila dalam latar maka semuanya harus berada di tempat
historisnya juga mendapatkan yang telah ditentukan, memainkan

Aksiologi Pancasila

83
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

peran yang telah ditetapkan, dan Pancasila (subscriber of value


menaati peraturan serta norma-norma Pancasila), yaitu bangsa yang
yang telah ditetapkan (Darmaputera, berketuhanan, yang berkemanusiaan,
1988:133-135). yang berpersatuan, yang berkerakyatan
dan berkeadilan sosial. Pengakuan,
D. KESIMPULAN penerimaan dan pernghargaan atas nilai-
nilai Pancasila itu nampak dalam sikap,
Secara aksiologis Pancasila memiliki 3
tingkah laku, dan perbuatan bangsa
dimensi nilai. Ketiga dimensi nilai
Indonesia sehingga mencerminkan sifat
tersebut adalah Nilai dasar yaitu nilai-
khas sebagai Manusia Indonesia.
nilai dasar dari Pancasila yang tidak
Secara aksiologis Pancasila
dapat dibantahkan lagi yang meliputi
merupakan sebuah bentuk philosophical
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
system yang secara esensial
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai
menempatkan manusia sebagai subjek
keadilan. Kemudian dimensi nilai kedua
utama dan menjadi dasar dalam
adalah Nilai instrumental, yaitu nilai
memahami semua realitas yag ada.
yang berbentuk norma sosial dan norma
Filsafat Pancasila memenuhi syarat-
hukum yang selanjutnya akan
syarat logis rasional, dapat dipahami
terkristalisasi dalam peraturan dan
oleh akal sehat dan sesuai dengan
mekanisme lembaga-lembaga negara.
prinsip-prinsip dalam pengetahuan
Dimensi nilai ketiga adalah Nilai
ilmiah. Pancasila memperoleh makna
praksis, yaitu nilai yang sesungguhnya
yang lebih luas yang merupakan salah
kita laksanakan dalam kenyataan,
satu usaha-usaha rasional dan filosofis
sekaligus sebagai batu ujian apakah
untuk menentukan bagaimana Pancasila
nilai dasar dan nilai instrumental itu
yang seharusnya yang memang identik
benar-benar hidup dalam masyarakat
dengan jati diri ke-Indonesiaan sebagai
Nilai-nilai dalam Pancasila
causa materialis dari Pancasila. Sebagai
termasuk nilai etik atau nilai moral
sebuah pemikiran filsafat, Pancasila
merupakan nilai dasar yang mendasari
hadir sebagai bentuk filsafat jalan
nilai intrumental dan selanjutnya
tengah. Sebagai sebuah filsafat jalan
mendasari semua aktivitas kehidupan
tengah, Pancasila mampu melahirkan
masyarakat, berbagsa, dan bernegara.
pemikiran filosofis yang tetap mengakui
Secara aksiologis, bangsa Indonesia
dimensi aktualitas manusia dengan
merupakan pendukung nilai-nilai
segala potensinya tetapi tetap dalam
Aksiologi Pancasila

84
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

pijakan identitas ke Indonesiaan yang Semiotika, Sastra, Hukum dan


kuat. Oleh karena itulah eksistensi Seni, Paradigma, Yogyakarta.
Filsafat Pancasila sangat dibutuhkan ---------, 2005, Metode Penelitian
dalam dinamika pemikiran kefilsafatan Kualitatif bidang Filsafat,
yang tetap berlandaskan pada Pardigma, Yogyakarta.
kejatidirian manusia Indonesia yang ---------, 2009,Filsafat Pancasila
sesungguhnya Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia, Paradigma,
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta.
Alfian, 1978, Pemikiran an Perubahan ---------, 2012, Negara Kebangsaan
Politik Indonesia, Gramedia, Pancasila Kultural, Historis
Jakarta. Filosofis, Yuridis dan
Darmaputera, Eka, 1988, Pancasila: Aktualisasinya, Paradigma,
Identitas dan Modernitas Yogyakarta.
Tinjauan Etis dan Budaya, BPK ---------, 2013, Negara Kebangsaan
Gunung Mulia, Jakarta. Pancasila, Kultural, Historis,
Daroeso, Bambang., dan Suyahmo, Filosofis, Yuridis dan
1989, Filsafat Pancasila, Liberty, Aktualisasinya, Paradigma,
Yogyakarta. Yogkarta
Dibyasuharda, 1990, Dimensi Metafisik Kartohadiprodjo, Soediman, 1968,
Dalam Simbol, Ontologi Pancasila dan/dalam Undang-
Mengenai Akar Simbol, Disertasi, Undang dasar 1945, Binacipta,
Fakultas Filsafat UGM, bandung.
Yogyakarta Latif, Yudi., 2011, Negara Paripurna,
-------------, 1989, Percikan Filsafat, Historisitas, Rasionalitas dan
Pembangunan, Jakarta. Aktualitas Pancasila, Gramedia
Kaelan, 1999, Pendidikan Pancasila Pustaka Utama, Jakarta
Yuridis Kenegaraan, Paradigma, Notonagoro, 1975,Pancasila Secara
Yogyakarta Ilmiah Populer, Pantjuran Tujuh,
---------, 2005, Metode Penelitiaan Yogyakarta
Kualitatif Bidang Filsafat, -----------, 1980,Pancasila Secara
Paradigma Bagi Pengembangan Ilmiah Populer, Pantjuran Tujuh,
Penelitian Interdisipliner Bdang Yogyakarta
Filsafat, Budaya, Sosial,
Aksiologi Pancasila

85
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Paat, Alex., 1991, Panggilan Manusia *) Agus Sutono


Dosen Prodi PPKn Universitas PGRI
Pancasila, Makalah Penyegaran Semarang
Penataran P-4 UGM, Yogyakarta,
*) Supriyono Purwosaputro
1 s/d 2 Agustus Dosen Prodi PPKn Universitas PGRI
Semarang
Pasha, Musthafa Kamal, Lasiyo, Fahmi
Muqodas, Mudjiyana, 2000,
Pancasila Dalam Tinjauan
Historis, Yuridis, dan Filosofis,
Citra Karsa Mandiri, Yogyakarta.
Poespowardojo, Soerjanto., 1989,
Filsafat Pancasila, Sebuah
Pendekatan Sosial-Budaya,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pranarka, AWM., 1996, Sejarah
Pemikiran tentang Pancasila,
CSIS, Jakarta
Pringgodigdo,A.G., Tanpa tahun,
Sekitar Pancasila, Penerbit SU-5,
Malang.
Ricouer, Paul., 1985, Hermeneutics and
The Human Sciences, ed. Dan terj
John B. Thompson, Cambridge,
Cmbridge University Press.
Sumaryono, E., 1999, Hermeneutik
Sebuah Metode Filsafat, Kanisius,
Yogyakarta
Sunoto, 1984, Filsafat Pancasila I,
Hanindita, Yogyakarta.
Sunoto, 1984, Filsafat Pancasila
pendekatan melalui Metafisika-
Logika-Etika, Hanindita,
Yogyakarta
Wahana, Paulus., 1993, Filsafat
Pancasila, Kanisius, Yogyakarta
Aksiologi Pancasila

86

Anda mungkin juga menyukai