AKSIOLOGI PANCASILA
Agus Sutono
agussutono@upgris.ac.id
Supriyono Purwosaputro
supriyono@upgris.ac.id
Abstrak
Pancasila secara aksiologi memiliki 3 dimensinilai. Ketiga nilai tersebut adalah nilai dasar yaitu nilai-
nilai dasar dari Pancasila yang tidak dapat dibantahkan lagi yang meliputi nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Kemudian dimensi nilai kedua adalah
Nilai instrumental, yaitu nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan
terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara. Dimensi nilai ketiga adalah
Nilai praksis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan, sekaligus sebagai batu
ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.Nilai-nilai dalam
Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental
dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,berbangsa, dan bernegara. Secara
aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila),
yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan
berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai Manusia
Indonesia.
A. PENDAHULUAN
Pancasila sebagai sistem filsafat Oleh karenanya dasar epistemologi
pada dasarnya merupakan sebuah Pancasila harus dikedepankan sebagai
sistem pengetahuan. Dalam kehidupan salah satu pijakan filosofisnya. Dasar
sehari-hari Pancasila menjadi pedoman epistemologi Pancasila akan selalu
atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam terkait dengan dasar ontologisnya, yaitu
memandang realitas alam semesta, konsep dasar tentang hakikat manusia.
manusia, masyarakat, bangsa dan Basis ontologis Pancasila yang
negara tentang makna hidup serta mendasarkan diri ada hakikat manusia
sebagai dasar bagi manusia dalam akan membawa implikasi lanjutan
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan konsep epistemologisnya
dalam hidup dan kehidupan (Kaelan, (Pranarka, 1996:32).
2012:146). Berkaitan dengan susunan
Dengan demikian Pancasila Pancasila sebagai suatu sistem
merupakan belief system yang diyakini pengetahuan dapat disarikan bahwa
kebenarannya. Namun demikian Pancasila memiliki susunan yang
Pancasila harus dapat dijelaskan dalam bersifat formal logis baik dalam arti
sudut pandang filosofis sebagai bentuk susunan sila-sila maupun isi arti dari
justifikasi kebenarannya yang hakiki. sila-sila. Susunan kesatuan sila –sila
Aksiologi Pancasila
67
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
68
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
69
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
70
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
71
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
72
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
73
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
74
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
dalam bahasa Ricoeur, “bahasa selalu menurut Eka Darmaputera antara lain
menyatakan sesuatu, sekaligus tentang adalah sebagai berikut:
sesuatu (Mulyono, 2012:257). “Cara penafsiran Pancasila
melalui sila-demi sila secara
Berdasarkan hal tersebut di atas maka
terpisah-pisah maka akan
Pancasila sebagai teks dipahami menghasilkan konsep-konsep
yang abstrak, prinsip-prinsip
sebagai event yang bisa diberikan
umum, dan impian yang muluk,
tafsir atasnya. yang tak memiliki sangkut-paut
dengan Pancasila yang
sesungguhnya (Darmaputera,
C.3. Isi Arti Substansial Pancasila 1988:140)”.
Persoalan dasar dalam
Atas dasar kesependapatan
memahami Pancasila adalah, bagaimana
beberapa argumentasi tersebut maka
Pancasila harus dipahami secara
nilai-nilai substansial dalam Pancasila
komprehensif. Apakah untuk
akan dikerangkakan secara utuh dan
memahami Pancasila maka hal yang
saling terhubung satu dengan lainnya
harus dilakukan adalah dengan
sebagai sebuah komprehensivitas
melepaskan masing-masing silanya
konsep. Langkah ini akan
untuk dapat dipahami maknanya,
memungkinkan untuk memperoleh
ataukah Pancasila harus dipahami tidak
pemahaman yang kontekstual dari
saja bagian per bagian atau sila per sila
Pancasila itu sendiri.
akan tetapi memahami Pancasila dengan
Pancasila dalam semua urutan-
menghubungkan sila-sila tersebut dalam
urutan silanya merupakan satu kesatuan
sebuah kesatuan.
yang tidak terpisahkan. Kelima sila
Terdapat dua pendekatan yang
mengambarkan dan
selama ini digunakan dalam memahami
mengkomprehensifkan pandangan
atau memberikan makna. Pertama,
tentang dunia yang dihadapi dan
Pancasila diberikan arti dalam setiap
dihidupinya, yaitu dunia yang dihadapi
silanya. Kedua, Pancasila dipahami
dan dihidupi oleh bangsa Indonesia.
dalam rangka keseluruhannya, dalam
Pancasila menggambarkan konstruksi
melihat apapun jika menggunakan
diri atas lingkungan sosialnya baik
Pancasila sebagai perspektifmya.
yang berdimensi vertikal maupun
Pemaknaan nilai-nilai substansial
horisontal. Pancasila menggambarkan
Pancasila menurut pemahaman yang
sebuah metafora eksistensial manusia
pertama, terdapat sejumlah keberatan di
yang memiliki dimensi-dimensi
dalamnya. Salah satu keberatan tersebut
Aksiologi Pancasila
75
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
Aksiologi Pancasila
76
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
77
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
78
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
Aksiologi Pancasila
79
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
80
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
81
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
82
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
Aksiologi Pancasila
83
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
84
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
85
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019
86