Anda di halaman 1dari 45

BAB IV

MANAJEMEN PROYEK

4.1. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


Rencana kerja dan syarat-syarat segala ketentuan dan informasi yang
diperlukan terutama hal-hal yang tidak dapat dijelaskan dengan gambar-
gambar yang harus dipenuhi oleh para kontraktor pada saat akan mengikuti
pelelangan maupun pada saat melaksanakan pekerjaan yang akan
dilakukan nantinya.

4.1.1. Syarat – Syarat Umum


Pasal 1
Keterangan Mengenai Pekerjaan
1. Pekerjaan yang dimaksud adalah Pembangunan Gedung Belajar
Pondok Pesantren Nurul Qur’an Palembang.
2. Lokasi proyek berada Jln. Sriwijaya Raya, Karya Jaya Kec.
Kertapati, Kota Palembang, Sumatera Selatan, 30254.

Pasal 2
Pemberian Tugas
Sebagai pemberi tugas pada proyek pembangunan ini adalah
Yayasan Nurul Qur’an Palembang.

Pasal 3
Direksi dan Pengawasan
1. Pemberian tugas menunjuk Badan Pengawas Bangunan yang
selanjutnya disebut direksi.
2. Direksi akan menempatkan tenaga-tenaga pengawasan lapangan
untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborongan, agar
selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan gambar kerja.
4.1.2. Syarat – Syarat Administrasi
Pasal 1
Rencana Kerja Pelaksanaan Pekerjaan
1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pengguna barang/jasa
bersama- sama dengan penyedia barang/jasa, perencana,
pengawas teknis, suku dinas teknis dan instansi terkait
lainnya, terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan surat perjanjian/kontrak.
2) Pengguna barang/jasa harus menyelenggarakan rapat
persiapan pelaksanaan kontrak selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari sejak diterbitkannya SPMK.
3) Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat
persiapan pelaksanaan pekerjaan, adalah:
1) Organisasi kerja.
2) Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan.
3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
4) Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil.
5) Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan
lapangan.
6) Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah
setempat mengenai rencana kerja.
7) Penyusunan program mutu proyek.
2. Penggunaan Program Mutu
1) Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh
penyedia barang/jasa dan disepakati pengguna barang/jasa
pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat
direvisi sesuai dengan kondisi lapangan.
2) Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi:
1) Informasi pengadaan barang/jasa.
2) Organisasi proyek pengguna barang atau jasa
3) Jadwal pelaksanaan.
4) Prosedur pelaksanaan pekerjaan.
5) Produser instruksi kerja
6) Pelaksana Kerja
3. Pemeriksaan Bersama
1) Pada tahap awal periode pada pelaksanaan pekerjaan,
pengguna barang/jasa bersama-sama dengan penyedia
barang/jasa melakukan pemeriksaan bersama.
2) Untuk pemeriksaan bersama ini, pengguna barang/jasa dapat
membentuk panitia peneliti pelaksanaan kontrak.
Pasal 2
Organisasi Pelaksanaan Lapangan
1. Untuk melaksanakan pekerjaan/proyek sesuai dengan yang
ditetapkan dalam surat perjanjian/kontrak, penyedia barang
jasa harus membuat organisasi pelaksana lapangan, dengan
pembagian tugas, fungsi, dan wewenang yang jelas
tanggungjawabnya masing- masing.
2. Penempatan personil harus proporsional dan sesuai dengan
keahlian bidang tugasnya masing-masing, sedangkan untuk
tenaga-tenaga ahlinya harus memenuhi ketentuan peraturan
dan perundang- undangan yang berlaku, sesuai dengan
golongan, bidang dan kualifikasi perusahaan penyedia
barang/jasa yang bersangkutan.
3. Untuk pelaksanaan pekerjaan/proyek penyedia barang/jasa
menunjuk penanggungjawab lapangan (Kepala Proyek), yang
dalam penunjukannya terlebih dahulu harus mendapatkan
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Penyedia barang/jasa tidak diperkenankan memberikan
pekerjaan lain kepada wakil ataupun pekerja
penanggungjawab lapangan, di luar pekerjaan/proyek yang
bersangkutan.

5. Selama jam-jam kerja tenaga ahli/wakilnya atau para


penanggung jawab lapangan harus berada di lapangan
pekerjaan kecuali berhalangan/sakit dan penyedia barang/jasa
harus menunjuk/ menempatkan penggantinya apabila yang
bersangkutan berhalangan.

6. Jika ternyata penanggungjawab teknis tersebut tidak


memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan, maka Pejabat
Pembuat Komitmen berhak memerintahkan kepada Penyedia
barang/jasa supaya segera mengganti dengan orang lain yang
ahli dan berpengalaman.

Pasal 3
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyedia barang/jasa wajib membuat jadwal pelaksanaan
pekerjaan secara rinci, yang terdiri dari :
a. Time schedule dalam bentuk bar chart, dilengkapi dengan
perhitungan kemajuan bobot untuk setiap minggunya.
b. Pada time schedule dilengkapi pula dengan kurva “S”.
c. Untuk pelaksanaan pekerjaan/proyek yang memiliki
kompleksitas tinggi harus dilengkapi dengan network
planning.
2. Jangka waktu jadwal pelaksanaan sesuai dengan yang
dinyatakan dalam surat perjanjian/kontrak.
3. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat secara lengkap dan
menyeluruh mencakup seluruh jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan, yang dapat menggambarkan antara rencana dan
realisasinya.
4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus sudah dibuat selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan surat
perjanjian/kontrak, untuk dapat diperiksa/disetujui oleh
pengawas teknis dan disahkan oleh pengguna barang/jasa.
5. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus tetap berada di
lokasi/lapangan selama masa pelaksaan pekerjaan dan salah
satunya ditempel di rungan rapat proyek.

Pasal 4
Kontrak dan Dokumen Kontrak
Kontrak meliputi pelaksanaan penyelesaian dan pemeliharaan
pekerjaan dan apabila ditentukan ketentuan lain dalam kontrak, hal
itu meliputi juga semua pengarahan.

Pasal 5
Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan seluruh pekerjaan adalah 210 (Dua
Ratus Sepuluh) Hari Kalender dengan pelaksaan pada hari kerja yang
dihitung sejak tanggal resmi dimulai pekerjaan tersebut seperti
tercantum dalam surat perintah mulai pekerjaan (SPMK) yang
dikeluarkan pihak kedua.
Umumnya masa pemeliharaan ialah 30 hari sejak penyerahan
pertama. Penyerahan kedua baru dapat dilaksanakan sesudah
pemborong menyelesaikan punch list dan kewajiban-kewajiban
selama masa pemeliharaan.
Pemborong harus mulai melaksanakan pekerjaan dalam waktu
selambat- lambatnya 7 hari setelah tanggal dikeluarkan surat
perintah mulai kerja oleh pihak kedua.
Pasal 6
Force Majeure
Force majeure adalah kejadian luar biasa, terlepas dari
kemampuan pihak kedua dan terjadi diluar kesalahannya seperti
bencana alam, gangguan keamanan, tindakan pemerintah di bidang
monoter dan ekonomi.
Segala kerugian akan diperhitungkan setelah ada persetujuan
dari pemilik proyek. Bila ada force majeure maka dalam waktu
selambat- lambatnya 7 hari setelah kejadian, pihak kedua segera
memberitahukan secara tertulis kepada pihak yang diberi
wewenang/tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
pekerjaan dilapangan dengan bermusyawarah terhadap pihak pejabat
yang ditunjuk pemilik proyek atau yang mewakili.

Apabila force majeure dimaksudkan telah dinyatakan dan


disetujui oleh pihak kedua untuk diopname dan diperhitungkan oleh
tim yang ditunjukan oleh pemilik proyek untuk pertimbangan biaya
pengendalian kerugian tersebut.
Pasal 7
Laporan Hasil Pekerjaan
Laporan harian

a. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan


pelaksanaan pekerjaan, seluruh aktifitas kegiatan pekerjaan
dilapangan dicatat didalam buku harian lapangan (BHL)
sebagai laporan harian pekerjaan berupa rencana dan realisasi
pekerjaan harian.
b. Buku harian lapangan (BHL) berisi:
1) Kuantitas dan macam bahan yang berada di lapangan.
2) Penempatan tenaga kerja untuk tiap dan macam tugasnya.
3) Jumlah, jenis, dan kondisi peralatan.
4) Kuantitas dan kualitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
5) Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa
alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran
pekerjaan.
6) Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.
c. Buku harian lapangan (BHL) disiapkan dan diisi oleh
penyedia barang/jasa, dan diperiksa oleh pengawas teknis dan
dilengkapi catatan isntruksi-instruksi dan petunjuk
pelaksaaan yang dianggap perlu dan disetujui oleh pengguna
barang/jasa.

d. Penyedia barang/jasa harus menaati dan melaksanakan selaku


pelaksana proyek, terhadap instruksi, arahan dan petunjuk
yang diberikan pengawas teknis dalam buku harian lapangan
(BHL).

e. Jika penyedia barang/jasa tidak dapat menerima/menyetujui


pendapat/perintah pengawas harus mengajukan keberatan-
keberatan secara tertulis dalam jangka waktu 3x24 jam.
f. Penyedia barang/jasa harus memperbaiki atas beban biaya
sendiri terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, tidak
sempurna dalam pelaksanaannya atas kemauan inisiatif
sendiri atau yang diperintahkan oleh pengawas teknis
maupun pejabat pembuat komitmen.
2. Laporan mingguan dibuat setiap minggu yang terdiri dari
rangkuman laporan harian dan berisi hal kemajuan fisik
pekerjaan dalam periode satu minggu, serta hal-hal penting yang
perlu dilaporkan.
3. Laporan bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari
rangkuman laporan mingguan dan berisi hal kemajuan fisik
pekerjaan dalam periode satu bulan, serta hal-hal penting yang
perlu dilaporkan.

Pasal 8
Foto Proyek
1. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, pengguna
barang/jasa dengan menugaskan kepada penyedia barang/jasa,
membuat foto-foto dokumentasi untuk tehapan-tahapan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
2. Foto proyek dibuat oleh penyedia barang/jasa sesuai petunjuk
pengawas teknis, disusun dalam 4 (empat) tahapan disesuaikan
dengan tahapan pembayaran angsuran tetapi tidak termasuk
masa pemeliharaan, yaitu sebagai berikut :
Bobot
Tahap I
0% - 25%
Bobot
Tahap II
25% - 50%
Bobot
Tahap
III 50%-75%
Bobot
Tahap
IV 75%-100%
3. Foto proyek tiap tahapan tersebut di atas dibuat 5 (lima) set
dilampirkan pada saat pengambilan angsuran sesuai dengan
tahapa angsuran, yang masing-masing adalah untuk :
a. Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh konsultan
- Satu set untuk pejabat pembuat komitmen
- Satu set untuk penyedia barang/jasa
- Satu set untuk konsultan selaku pengawas teknis
b. Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh Dinas
Pekerjaan Umum setempat
- Satu set untuk pejabat pembuat komitmen
- Satu set untuk penyedia barang/jasa
- Satu set untuk kepala unit/satuan kerja yang bersangkutan
4. Pengambilan titik pandang dari setiap pemotretan harus
tetap/sama sesuai dengan petunjuk pengawas teknis atau pejabat
pembuat komitmen.
5. Foto setiap tahapan ditempelkan pada album/map dengan
keterangan singkat, dan penempatan dalam album disahkan oleh
pejabat pembuat komitmen, untuk teknis
penempelan/penempatan dalam album ditentukan oleh
pengawas teknis.
6. Khusus untuk pemotretan pada kondisi keadaan kahar/memaksa
force majeure diambil 3 (tiga) kali.

Pasal 9
Shop Drawing
1. Shop drawing akan menunjukan ukuran besaran-besaran,
ketentuan, finish detail-detail pertemuan dan hubungannya
dengan konstruksi secara keseluruhan.
2. Pekerjaan harus tepat akurat dengan finish, permukaan-
permukaan atau jarak-jarak kolom, ukuran yang harus diambil di
lapangan. Apabila beton, pasangan bata dan material lain akan
menerima beban maka dalam pasangan harus dilengkapi
dengan rekomendasi dan pengarahan konsultan perencana
yang diperlukan agar disiplin lain dapat
menentukan daerah kerja semua.
3. Semua pekerjaan akan dirakit dan dipasang sesuai dengan
gambar arsitektur dan gambar kerja yang sudah disetujui.

4.1.3. Syarat – Syarat


Teknis
Pasal 1 Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan struktur bawah:
1) Pekerjaan sloof
2) Pekerjaan pondasi
2. Pekerjaan struktur atas:
1) Plat lantai dan dak beton
2) Tangga
3) Balok
4) Kolom
Pasal 2
Tenaga Kerja Lapangan
Tenaga kerja yang digunakan hendaknya tenaga yang sudah
terlatih dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik sesuai ketentuan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK), Pengawas Lapangan, adalah sebagai berikut:
Daftar Koalifikasi Tenaga Ahli/Terampil:
SKA:

1. Ahli Teknik Bangunan Gedung – Muda/Madya.


Ahli Teknik Bangunan Tenaga Ahli yang memiliki pengalaman
minimal 5 tahun dengan kualifikasi ijazah min S1/D3 Teknik
Sipil, dan Sertifikat Keahlian (SKA) Teknik Bangunan Gedung.
Kode.201.
2. Ahli Manajemen Proyek.
Ahli Manajemen Proyek Tenaga Ahli yang memiliki
pengalaman minimal 5 tahun dengan kualifikasi ijazah min S1
Teknik Sipil dan Sertifikat Keahlian (SKA) Teknik Bangunan
Gedung. Kode.602.
3. Ahli K3 Konstuksi.
Petugas K3 Konstruksi adalah tenaga terampil yang memiliki
pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah minimal
SMK/SMU dan mempunyai Sertifikat K3 Konstruksi.
Kode.603.
SKT:
1. Pelaksana Bangunan Gedung/Pekerjaan Gedung
Pelaksana Bangunan Gedung adalah tenaga ahli terampil yang
memiliki pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah
minimal SMK/SMU dan Sertifikat Keterampilan (SKT)
Pelaksana Bangunan Gedung/Pekerjaan Gedung. Kode TA.020.
2. Mandor Tukang Batu/Bata/Beton.
Mandor Tukang Batu, Bata dan Beton adalah tenaga terampil
yang memiliki pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi
ijazah minimal SMK/SMU dan Sertifikat Ketrampilan (SKT)
Mandor Tukang Batu, Bata dan Beton. Kode TL.005.
3. Penata Taman/Landscape.
Pelaksana Taman adalah tenaga terampil yangmemiliki
pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah minimal
SMK/SMU dan Sertifikat Ketrampilan (SKT) Pelaksana Penata
Taman. Kode TA.026.
4. Juru Ukur Kualitas Bangunan Gedung.
Juru Ukur adalah tenaga terampul yang memiliki pengalaman
minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah minimal SMK/SMU
dan Sertifikat Ketrampilan (SKT) Juru Ukur/Teknisi Survey
Pemetaan. Kode TS.004.
5. Tukang Pekerjaan Pondasi/Foundation Work.
Mandor Tukang Pekerjaan Pondasi Tenaga Terampil yang
memiliki pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah
minimal SMK/SMU dan Sertifikat Keterampilan (SKT)
Tukang Pekerjaan Pondasi.TS.010.

6. Tukang Besi Beton/Barbender/Barbending.


Tukang Besi Beton adalah tenaga terampil yang memiliki
pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah minimal
SMK/SMU dan Sertifikat Ketrampilan (SKT) Tukang Besi
Beton. Kode TS.012.
7. Tukang Pasang Keramik (Lantai dan Dinding).
Tukang Keramik adalah tenaga terampil yang memiliki
pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah minimal
SMK/SMU dan Sertifikat Ketrampilan (SKT) Tukang Pasang
Keramik. Kode TA.007.
8. Teknisi Instalasi Penerangan dan Daya Fase Tiga.
Teknisi Instalasi Penerangan adalah tenaga terampil yang
memiliki pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah
minimal SMK/SMU dan Sertifikat Ketrampilan (SKT) Teknisi
Instalasi Penerangan dan Daya Fasa Tiga. Kode TE.022.
9. Mandor Plumbing.
Mandor Plumbing adalah tenaga terampil yang memiliki
pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah minimal
SMK/SMU dan Sertifikat Ketrampilan (SKT) Mandor
Plumbing.TT.017.
10.Mandor Pemasangan Rangka Atap Baja
Mandor Pemasangan Rangka Atap Baja adalah tenaga terampil
yang memiliki pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi
ijazah minimal SMK/SMU dan Sertifikat Ketrampilan (SKT)
Mandor Pemasangan Rangka Atap Baja.TS.056.
11.Tukang Kusen Pintu dan Jendela Bertingkat
Tukang Kusen Pintu dan Jendela Bertingkat adalah tenaga
terampil yang memiliki pengalaman minimal 3 tahun dengan
kualifikasi ijazah minimal SMK/SMU dan Sertifikat
Ketrampilan (SKT) Tukang Kusen Pintu dan Jendela
Bertingkat.TA.019.
12.Tukang Cat Bangunan
Tukang Cat Bangunan adalah tenaga terampil yang memiliki
pengalaman minimal 3 tahun dengan kualifikasi ijazah
minimal SMK/SMU dan Sertifikat Ketrampilam (SKT)
Tukang Cat angunan.TA.014.
Pasal 3
Bahan dan Peralatan
1. Bahan, peralatan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dalam surat perjanjian/kontrak,
adalah harus disediakan oleh penyedia barang/jasa.
2. Bahan/material yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan adalah:
a. Sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
b. Memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam surat
perjanjian/kontrak, RKS, gambar dan spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan.
c. Sebelum digunakan/dipasang harus diajukan contoh atau
brosur setiap bahan dan peralatan tersebut untuk
mendapatkan persetujuan dari pengguna barang/jasa.
d. Pengguna barang/jasa berhak melakukan pengujian dan
menolak terhadap bahan dan peralatan yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan apabila ternyata tidak
memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan.
3. Bahan dan peralatan yang ditolak penguna barang/jasa harus
segera disingkirkan dari lokasi/lapangan proyek, dalam waktu 2
(dua) hari kerja sejak tanggal penolakan dilakukan.
4. Apabila terdapat bahan dan peralatan yang digunakan/terpasang
belum atau telah mendapat persetujuan, ternyata tidak
memenuhi kualifikasi atau spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan, maka penyedia barang/jasa wajib
mengganti/memperbaiki dengan beban biaya sendiri dan tidak
berhak menuntut ganti rugi.
5. Apabila bahan dan peralatan yang akan digunakan ternyata
tidak didapat di pasaran, maka penyedia barang.jasa segera
megajukan bahan dan perlatan pengganti yang setara dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari pengguna barang/jasa.
Prosedur penggantian harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku.
6. Penggantian bahan dan peralatan yang dimaksud pada ayat 5
(lima) di atas tidak dapat dijadikan alasan untuk keterlambatan
pekerjaan.
7. Penyediaan dan pengamanan bahan dan peralatan di
lokasi/lapangan proyek, adalah menjadi tanggung jawab
penyedia barang/jasa termasuk tempat dan cara penyimpanannya
harus tertib dan tidak mengganggu mobilisasi kerja di lapangan.

Pasal 4
Direksi Keet dan Perlengkapan
Pemborong harus memelihara kebersihan bangunan direksi
serta inventarisnya, menyediakan air minum yang bersih dan
dimasak (teh/kopi) untuk staf direksi atau tamu-tamu. Bangunan
sementara serta inventarisnya tetap milik pemberi tugas, harus
dibongkar dan bahan-bahannya diangkut dari tempat pekerjaan
apabila direksi menghendakinya.
Untuk mempermudah komunikasi maka pemborong harus
menyediakan dan membayar rekening untuk (minimum) 1 telephone
yang dapat dipergunakan, baik oleh direksi maupun pihak
pemborong. Pemborong juga harus menyediakan dan membayar
listrik untuk direksi keet tersebut.
Pasal 5
Mobilitas
1. Mobilitas Meliputi :
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.

b. Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung


laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya.

c. Mendatangkan personil dan tenaga kerja lapangan.


2. Mobilitasi peralatan terkait dan personil penyedia barang/jasa dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
3. Mobilisasi paling lambat harus sudah dimulai dilaksanakan dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterbitkan SPMK.

Pasal 6
Perbedaan Ukuran
1. Jika terdapat perbedaan ukuran yang tertulis dengan angka dengan
ukuran yang ditulis dengan skala, maka ukuran yang dipakai adalah
ukuran yang ditulis dengan angka.
2. Jika merasa ragu-ragu tentang ukuran harus segera meminta
petunjuk pengawas teknis atau perencana.

Pasal 7
Sarana Penunjang Proyek
1. Kepada penyedia barang/jasa diwajibkan membuat/mendirikan
bangunan sementara seperti: los kerja bangal yang cukup luas dan
lain-lain yang diperlukan. Penyedia barang/jasa juga harus
menyediakan perlengkapan ruang kerja pejabat pembuat komitmen
dan pengawas teknis, dengan jumlah sesuai kebutuhan.

2. Penempatan sarana bangunan sementara harus dibuatkan


perencanaannya oleh penyedia barang/jasa, serta terlebih dahulu
dan mendapatkan persetujuan pejabat pembuat komitmen.
3. Saranan penunjang direksi keet/gudang/bedeng/wc
sementara/pagar pengaman dan perlengkapannya serta pompa
kerja, adalah merupakan sarana penunjang dalam pelaksanaan
proyek dan merupakan barang yang dipakai habis pada saat setelah
pekerjaan selesai.
4. Pada prinsipnya penyedia barang/jasa harus menyediakan peralatan
kerja bantu yaitu: air, aliran listrik, pompa air, beton molen,
vibrator, alat-alat pemadam kebakaran, dll.

5. Untuk segala kebutuhan/keperluan penyelesaian pelaksanaan


pekerjaan, sekalipun tidak disebut dan dinyatakan dalam peraturan
dan syarat-syarat (RKS) maupun dalam gambar tetap menjadi
tanggung jawab penyedia barang/jasa.
6. Untuk pelaksanaan pekerjaan dimaksud, tanah dan halaman akan
diserahkan kepada penyedia barang/jasa dalam keadaan
sedemekian rupa, dengan ketentuan jika pelaksanaan pekerjaan
telah selesai, segala kerusakan yang terjadi di atas tanah/halaman
akibat pelaksanaan seperti kerusakan saluran/got, tanaman dan lain
sebagainya harus diperbaiki kembali seperti keadaan semula atas
tanggungan penyedia barang/jasa yang bersangkutan.
7. Setelah penyedia barang/jasa mendapat batas-batas daerah kerja
sebagaimana dimaksdu pada ayat 5 pasal ini, maka penyedia
barang/jasa harus bertanggungjawab penuh atas segala seusatu
yang ada di daerahnya meliputi:
a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/kecerobohan
yang disengaja maupun tidak disengaja.
b. Penggunaan sesuatu yang salah/keliru.
c. Kehilangan-kehilangan.
8. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut di atas penyedia
barang/jasa diizinkan untuk mengadakan pengamanan pelaksanaan
proyek pembangunan setempat, antara lain penjagaan, penerangan
pada malam hari dan sebagainya.
9. Penyedia barang/jasa harus menyediakan pekerjaan pembersihan
yaitu segala macam kotoran bekas-bekas bongkaran dan alat-alat
lainnya, harus segera diangkut atas persetujuan pengawas teknis
atau pejabat pembuat keputusan.

Pasal 8
Pekerjaan Pesiapan
1. Pekerjaan Pembersihan
a. Ruang Lingkup
Kontaktor harus melaksanakan pembersihan lokasi sebelum
dimulainya proyek, selama pelaksanaan berlangsung dan
sebelum selesainya proyek.
b. Cara Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, kontaktor diwajibkan
membersihkan seluruh lokasi pekerjaan dari puing-puing,
sampah- sampah dan benda-benda lainnya sehingga terlihat
permukaan lokasi pekerjaan bersih.
c. Selama Pekerjaan Berlangsung
Kontraktor diwajibkan menjaga kebersihan lapangan dan
mengatur lokasi penempatan bahan bangunan serta daerah kerja
agar kelancaran pekerjaan tidak terhambat.
d. Sesudah Pekerjaan Selesai
Sebelum pelaksanaan pekerjaan selesai dan sebelum dilakukan
penyerahan pekerjaan kepada pemilik proyek, kontraktor harus
membersihkan seluruh site dari segala peralatan yang digunakan
selama proyek berlangsung, segala macam kotoran-kotoran dan
puing-puing dan peralatan tersebut harus dibuang dan
dikeluarkan dari site.
2. Pagar Sementara
Sebelum pelaksanaan proyek dimulai, terlebih dahulu
kontraktor harus membuat pagar pengaman mengelilingi lokasi
proyek dengan batas-batas sesuai petunjuk direksi lapangan. Pagar
harus rangka kayu doken dengan penutup papan atau seng, setinggi
180 cm dengan konstruksi yang cukup kuat dan menjamin
keamanan.

3. Pengupasan Lapisan Tanah


Pada daerah-daerah dimana akan dilaksanakan pengurugan,
kontraktor harus mengerjakan pekerjaan pembuangan tanah atau
pekerjaan lapisan

tanah bagian atas, mencakup pekerjaan pembuangan tanah humus


atau tanah subur, terdiri dari pembersihan segala macam tumbuh-
tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak tanaman lainnya, sampah-
sampah dan bahan- bahan lainnya yang mengganggu termasuk
pencabutan akar-akar, sisa-sisa konstruksi dan sisa-sisa material
lainnya dari pekerjaan pembersihan, kecuali bila direksi lapangan
menentulan lain.
Pada lokasi pekerjaan jalan yang terletak di daerah galian,
semua tanggul- tangggul kayu dan akar-akar harus dibersihkan
sampai kedalaman tidak kurang dari 50 cm di bawah permukaan
air.
4. Pekerjaan Bouwplank
Dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan penetuan tata
letak bangunan, kontraktor harus membuat papan, patok
bouwplank, terbuat dari kayu kelas II, dengan ukuran lebar 20 cm
dengan tebal 2,5 cm lurus dan diserut pada sisi sebelah atas dan
disangga denga tiang-tiang kayu kelas II ukuran 5/7 yang tertancap
kuat di atas tanah.

Pasal 9
Sarana Penunjang Proyek
1. Perlindungan Hak Milik
Pemborong harus melakukan kegiatan-kegiatannya sedemikian
rupa, sehingga memberikan perlindungan terhadap hak milik orang
lain, Pekerjaan yang telah selesai dan struktur-struktur atau
fasilitas-fasilitas yang memungkinkan tetap pada tempatnya.
Pemborong bertanggungjawab penuh pada setiap kerusakan yang
diakibatkan dari kegiatan-kegiatannya atau pekerjaan-
pekerjaannya, dan dalam segala hal yang tidak akan merugikan
pemililk. Perhatian khusus harus diberikan kepada jalan raya yang
berdekatan dengan proyek ini. Pemborong harus melakukan
kegiatan-kegiatan sedemikian rupa, sehingga tidak akan merusak
setiap daerah milik jalan dan tidak akan mengganggu kegiatan-
kegiatan lalu lintas.

2. Pematokan untuk Bangunan Penunjang


Pemborong harus mengerjakan pematokan untuk menentukan,
jalan, garis batas tanah bangunan (building pad) dan kemiringan
lereng tanah bangunan atau hal-hal lainnya yang berhubungan
dengan pekerjaan itu. Pemborong harus memulai pekerjaan
pematokan garis-garis dasar atau patokan-patokan dasar yang telah
disetujui oleh konsultan pengawas dan bertanggungjawab penuh
atas pematokan yang dibuatnya.

Pemborong harus menyediakan semua bahan-bahan, peralatan


dan tenaga kerja, termasuk juru ukur (surveyor) yang dibutuhkan
sehubungan dengan pematokan untuk setiap bagian pekerjaan yang
membutuhkannya. Pemborong diwajibkan untuk memelihara
patok-patok serta tugu-tugu ukur selama masa pembangunan.
Tidak ada suatu pekerjaan lain pun yang boleh dimulai pada bagian
itu sampai semua pematokan yang diperlukan telah selesai dan
disetujui oleh konsultan pengawas.
3. Pembersihan
Seluruh site harus dibersihkan dari segala tumbuh-tumbuhan,
termasuk rumput, pohon-pohon, semak-semak dan lain-lain
tanaman kecuali bagian yang sengaja dibiarkan sebagaimana
ditentukan oleh ahli. Semua batang pohon sedalam 1 meter di
bawah tanah, untuk daerah “cut” sampai sedalam 1 meter di bawah
finished grade. Semua lubang bekas galian akar pohon ini harus
ditutupi kembali dengan badan tanah yang baik dan dipadatkan
sehingga mencapai 95% kepadatan sebagaimana disebutkan dalam
AASHTO T-90 semua sisa pembersihan, puing-puing, dan tumbuh-
tumbuhan harus dipisahkan dari site.
4. Penggalian
Penggalian mencangkup pemindahan tanah batu-batuan,
pembongkaran bangunan yang tidak diperlukan lagi yang dijumpai
dalam pengerjaannya. Penggalian tanah dilakukan
mencapai/membentuk elevasi permukaan gambar-gambar. Kecuali
dinyatakan lain oleh pengawas, maka penggalian untuk pondasi
harus mempunyai lebar yang cukup untuk dapat memasang
maupun memindahkan rangka/bekisting yang diperlukan. Kalau
ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman
yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka penggalian harus
diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui konsultan
pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan dinilai sebagai pekerjaan
tambah.

Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah sehingga


dicapai penggalian yang melebihi apa yang tertera didalam gambar
atau yang dapat disetujui oleh konsultan pengawas, maka kelebihan
di atas harus ditimbun kembali dengan pasir beton/sirtu yang
dipadatkan tanpa pembebanan biaya tambah kepada pemilik. Pada
pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan
tanah rencana maka pemborong harus mengusahakan dan
meyakinkan bahwa pada pekerjaan galian tersebut tidak
merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada.
5. Penimbunan Kembali
Pekerjaan penimbunan kembali terdiri dari pekerjaan
penimbunan tanah serta pemadatannya yang dilaksanakan di
daerah-daerah atau bagian- bagian pekerjaan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang tercantum pada gambar pelaksanaan
yang mencakup kedudukan kemiringan bagian- bagian dan
dimensi-dimensi. Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk
lapisan-lapisan dengan ketebalan maksimum 20 cm, dan
dipadatkan sesuai dengan instruksi direksi. Bahan timbunan harus
bebas dari kotoran-kotoran, tumbuhan-tumbuhan, batu-batuan atau
bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
6. Penghamparan dan Pemadatan
Material untuk urugan yang didapat dan dengan macam yang
disetujui oleh pengawas akan dihamparkan pada lapisan-lapisan
horizontal dengan tebal yang sama meliputi lebar yang ditentukan
oleh ahli dan sesuai dengan tebal yang sama meliputi lebar yang
ditentukan oleh ahli dan sesuai dengan kedudukan kemiringan,
bagian-bagian dan ukuran seperti yang tercantum pada gambar
pelaksanaan. Lapisan dari material batu-batuan, tebalnya harus
tidak lebih dari 20 cm.

Di dalam hal ini pemborong tidak dibatasi untuk


menghamparkan dan memadatkan material bukan batu-batuan
dengan tebal lapisan-lapisan yang diinginkan, kepadatan yang
maksimum, material lepas harus segera dipadatkan hingga dicapai
kepadatan seperti yang ditentukan. Harus diusahakan agar lebar
urugan harus dapat menampung alat pemadat yang dipergunakan,
bila perlu lorong tanah asli urugan tanah lama dipotong
secukupnya.
7. Urugan Tanah
Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan adalah
sebagai berikut:
a. Lapisan tanah lebih > dari 30 cm di bawah permukaan subgrade
harus dipadatkan sampai 90% dari kepadatan (kering)
maksimum yang dicapai dengan tes AASHTO T90-70.
b. Lapisan berikutnya tidak boleh dihampar sebelum lapisan yang
terdahulu selesai dipadatkan dan sudah diperiksa oleh KP.
Lapisan dibawah sub-grade sedalam 30 cm atau kurang harus
dipadatkan sampai 95% dari kepadatan (kering) maksimum.
c. Lapisan tanah urug pada daerah kapling harus dipadatkan
sampai 80% dari kepadatan (kering) maksimum tes AASHTO
T-90-70.

8. Perlindungan Terhadap Air


Selama pekerjaan berlangsung pemborong harus dengan
semua cara yang disetujui pengawas menjamin agar tidak terjadi
genangan-genangan air yang dapat mengganggu/merusak semua
pekerjaan galian ataupun urugan. Kecuali untuk galian konstruksi,
tidak akan diadakan pembayaran tersendiri untuk penyimpangan
aliran air sebelum atau sesudah galian.

Pembiayaan untuk perlindungan (sheeting), turap sementara


(shoring), pemompaan atau pengeringan, seperti yang dikehendaki
konsultan pengawas, harus sudah tercakup dalam harga penawaran
untuk penggalian. Pemborong harus menyediakan fasilitas
secukupnya untuk pekerjaan pengeringan atau penyimpangan jalan
air bila perlu, untuk melindungi dan menyelamatkan pekerjaan.
Pemborong harus juga mempersiapkan sistem drainase/saluran-
saluran pembuangan sementara yang perlu agar saluran air pada
musim hujan nanti berjalan lancar.

Pengaturan saluran dimaksud untuk menyelamatkan


/melindungi pekerjaan lain serta pemeliharaan agar tetap bersih,
sudah harus termasuk dalam perincian anggaran biaya tidak
diadakan pembayaran tersendiri untuk itu.

9. Kebersihan Terhadap Lingkungan


Selama pekerjaan berlangsung pemborong harus menyiapkan suatu
tempat untuk pembersihan bagi setiap kendaraan yang akan
meninggalkan lokasi proyek.
Pasal 10
Pekerjaan Acuan
1. Tipe
Acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk: beton, baja,
pasangan bata diplester atau kayu multyplex dengan tebal minimum
12 mm. Lain-lain jenis bahan yang akan dipergunakan harus
mendapatkan persetujuan konsultan pengawas terlebih dahulu.

2. Perencanaan
a. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang ada nyata dan cukup kuat menampung
beban- beban sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya
pengecoran beton. Semua acuan harus diberi penguat datar dan
silang sehingga kemungkinan bergeraknya acuan selama
pelaksanaan pekerjaan dapat dihindarkan, juga harus cukup
rapat untuk mencegah kebocoran atau terbuangnya bagian cairan
dari adukan beton (mortar leakage). Susunan acuan dengan
penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
kemungkinan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh direksi.
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian
beton yang bersangkutan.

b. Pemborong harus membuat gambar kerja (shop drawing)


sebelum pelaksanaan pekerjaan acuan dimulai untuk
mendapatkan persetujuan pengawas/direksi.

c. Kekuatan penyangga, silangan, kedudukan serta dimensi


yang tepat dari pada acuan adalah merupakan tanggung
jawab kontraktor (bambu tidak boleh dipakai).
d. Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari
acuan kolom atau dinding harus ada bagian yang mudah
dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
e. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu
sebelum pengecoran. Harus diadakan tindakan untuk
menghindarkan terkumpulnya air tersebut pada sisi bawah.
f. Pada phase ini dilakukan pemasangan pipa-pipa dan
perlengkapan- perlengkapan lain yang harus tertanam di
dalam beton, dengan catatan bahwa pekerjaan ini jangan
sampai merugikan kekuatan konstruksi.
g. Setelah pekerjaan di atas selesai dan siap untuk pengecoran,
harus diperoleh persetujuan direksi untuk dapat melangkah
ke pekerjaan selanjutnya.
h. Perencanaan acuan dan konstruksinya harus direncanakan
untuk dapat menahan beban-beban, tekanan lateral dan
tekanan yang diizinkan seperti pada “Recommended Pratic
of Concrete Formwork” (ACI.347-68) dan peninjauan
terhadap beban angin dan lain-lain peraturan dikontrol
terhadap peraturan pembangunan pemerintah daerah
setempat.
3. Finishing Beton
a. Permukaan Beton Biasa
Bahan acuan dapat dari kayu atau bahan-bahan lain yang harus
mendapat persetujuan direksi. Apabila dipergunakan bahan
kayu, harus setara dengan kayu meranti dan tidak boleh
dipergunakan lebih dari 3 (tiga) kali.

4. Pembongkaran Acuan
a. Waktu untuk pembongkaran acuan harus sesuai dengan
ketentuan dan pertimbangan serta atas persetujuan pengawas.

b. Pembongkaran acuan dilakukan setelah adanya persetujuan


direksi, dan kontraktor tetap bertanggungjawab terhadap
kekuatan dan keamanan konstruksi.
c. Pembongkaran acuan harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada bagian beton yang
bersangkutan.

Pasal 11
Pekerjaan Beton Bertulang
1. Lingkup Pekerjaan

Melengkapi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk


menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-
gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan
dari arsitek dalam uraian syarat- syarat pelaksanaan.
2. Keahlian dan Pertukangan

Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh


pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaiannya.
Khusus untuk pekerjaan beton bertulang yang terletak langsung di
atas tanah, harus dibuatkan lantai kerja dari beton ringan dengan
campuran semen pasir koral = 1:3:5.
Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau
tukang-tukang yang berpengalaman dan mengerti benar akan
pekerjaannya. Semua pekerjaan yang dihasilkan mempunyai mutu
yang sebanding dengan standard yang umum berlaku. Apabila
direksi memandang perlu, kontraktor dapat meminta nasihat-
nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk direksi atas beban
kontraktor.

3. Bahan – Bahan

a. Portland Cement
Digunakan portland cement jenis II menurut NI-B atau tipe I
menurut ASTM dan memenuhi S.400 menurut Standard
Portland Cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia (Semen Gresik) atau setara. Merk yang dipilih tidak
dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan
persetujuan tertulis oleh direksi. Pertimbangan direksi hanya
dapat dilakukan dalam keadaan:
1) Tidak adanya persediaan dipasaran dari merk yang tersebut
di atas.
2) Kontraktor memberikan jaminan dengan data-data teknis
bahwa mutu semen penggantinya adalah dengan kualitas
yang setara dengan mutu semen tersebut di atas.
b. Aggregates

1) Agregat kasar harus berupa koral atau batu pecah yang


mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasan dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir
beton tidak boleh melebihi dari 4% berat.
2) Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 3,0
cm
tidak lebih dari seperempat dimensi beton yang terkecil dari
bagian konstruksi yang bersangkutan.
3) Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan
bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan
sebagainya.
c. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis
atau bahan-bahan yang dapat menurunkan mutu pekerjaan.
Apabila dipandang perlu, KP dapat minta kepada kontraktor
supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.

d. Besi Beton

1) Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan
yang dapat mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali
ditentukan lain dalam gambar.

2) Perlengkapan besi beton meliputi semua peralatan yang


diperlukan untuk mengatur jarak tulangan atau besi beton
dan mengikat tulangan-tulangan pada tempatnya.

3) Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang


diminta, maka disamping adanya setifikat dari laboratorium
baik pada saat pesanan maupun secara periodik minimum
masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress-strain) dan
perlengkapan dilakukan pada laboratorium-laboratorium
yang disetujui oleh direksi.
e. Admixture
Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang
seksama, cara mencampur dan mengaduk yang baik dan cara
pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu
admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu
dengan mempertimbangkan kondisi site, cuaca dan lain-lain.
Kontraktor diminta terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan dari pengawas mengenai hal tersebut. Untuk itu
kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-
data bahan nama pabrik produksi, jenis bahan mentah
utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan
keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
f. Penyimpanan

1) Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya


harus sesuai dengan waktu dan urutan pelaksanaan.
2) Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah atau
utuh, tidak terdapat kekurangan berat dari apa yang
tercantum pada zak segera setelah diturunkan dan disimpan
dalam gudang yang kering, terlindungi dari pengaruh cuaca,
berventilasi secukupnya dan lantai yang bebas dari tanah.
Semen masih harus dalam keadaan fresh (belum mulai
mengeras, bagian tersebut masih harus dapat ditekan hancur
dengan tangan bebas atau tanpa alat dan jumlah tidak lebih
dari 10% berat). Jika ada bagian yang tidak dapat ditekan
hancur dengan tangan bebas, maka jumlah tidak boleh
melebihi dari 5% berat dan kepada campuran tersebut diberi
tambahan semen baik dalam jumlah yang sama. Semuanya
dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus
tetap terjamin.

- Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan


menggunakan bantalan-bantalan kayu dan bebas dari
lumpur atau zat-zat asing lainnya (misalnya minyak dan
lain-lain).
- Agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup
terpisah menurut jenis dan gradasinya serta harus
beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari
tercampurnya dengan tanah.
4. Kualitas Beton
a. Kecuali yang ditentukan dalam gambar, kualitas beton adalah
fc’ = 21 Mpa dan fc’ = 25 MPa, tegangan tekan hancur
karakteristik untuk kubus beton ukuran 15x15x15 cm pada usia
28 hari dengan didahului mix design.
b. Kontraktor harus memberi jaminan atas kemampuannya
membuat kualitas beton ini dengan memperlihatkan data-data
pelaksanaan di lain tempat atau dengan mengadakan trail-
mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh pengawas.
c. Pada masa-masa percobaan pendahuluan benda uji harus
dibuat minimum 6 benda uji setiap 5 m3/l mixer beton.
Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatanbeton.
d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis di atas data-data
kualitas beton yang dibuat dengan disahkan oleh direksi dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristik.
Laporan tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium,
penunjukan laboratorium harus dengan persetujuan konsultan
pengawas.
e. Selama pelaksanaan pengujian slump, minimum 7 cm dan
maksimum 12 cm. Cara pengujian slump adalah mengikuti
cara-cara slump test sebagai berikut:
Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam
cetakan beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan
ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan
diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan
tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm
panjang 20 cm dengan ujung bulat (seperti peluru). Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapis berikutnya.
Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus
masuk dalam satu lapisan yang dibawahnya, setelah atasnya
diratakan. Segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur
penurunannya (nilai slumpnya).
f. Jumlah semen minimum 325 kg/m3 beton. Khusus pada atap,
luifel, pada daerah kamar mandi dan WC, daerah talang beton,
jumlah minimum tersebut dinaikan menjadi 375 kg/m3 beton
atau sesuai dengan mixed design yang disetujui oleh
pengawas.
g. Pengujian silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium
yang disetujui oleh pengawas.
h. Perawatan silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir
basah tetapi tidak tergenang air, selama 7 (tujuh) hari berturut-
turut dan selanjutnya dalam udara terbuka.
i. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 5
menit terhitung setelah seluruh komponen-komponen beton.
j. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan
terjadinya pemisahan komponen-komponen beton.
k. Apabila tinggi pengecoran lebih dari 2 m, harus digunakan
corong dari GIP (tremi) agar tidak terjadi pemisahan
komponen beton.
l. Harus dilakukan vibrator untuk pemadatan beton.
m. Seandainya idak tercapai mutu beton sesuai dengan yang
diharapkan, maka pemborong atas biaya sendiri harus
melaksanakan pengetesan ulang dengan cara melakukan “Core
Test” dan lain-lain.
5. Beton Set-Mixed
a. Struktur dipakai beton Set-Mixed dengan proses menggunakan
mesin pengaduk semen (molen) campuran harus sesuai dengan
ACI—340 dan ASTM C-94.
b. Campuran beton harus dilaksanakan kontraktor, sehingga
didapatkan mutu beton ditentukan dalam gambar. Untuk
Plat menggunakan mutu beton fc’ = 20 MPa. Untuk Balok,
Kolom, Tangga dan pile cap menggunakan mutu beton fc’ = 25
MPa.

c. Setiap tahapan pengecoran harus dibuatkan silinder beton


dengan jumlah sesuai dengan ayat 4c.
d. Pengujian slump beton sampai diproyek minimum 7 cm
dengan cara pengujian slump seperti ayat 4e.
e. Pemilihan supplier beton Set-Mixed harus dengan persetujuan
tertulis direksi dan tanggung jawab mutu beton tetap pada
kontraktor.
f. Pengadukan tidak boleh lebih dari 2 jam sejak keluar dari
baching plan dan mesin pengaduk harus jalan terus.
6. Penggantian Besi

a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang


adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor ataupun
pendapatnya terhadap kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada, maka:
1) Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak
mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar,
secepatnya hal ini diberitahukan pada perencana konstruksi
untuk sekedar informasi.
2) Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh kontraktor
sebagai pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya
dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis dari
perencana konstruksi.
3) Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka
perubahan tersebut hanya dapat dijalankan dengan
persetujuan tertulis dari perencana konstruksi. Mengajukan
usul dalam rangka tersebut di atas adalah merupakan juga
keharusan dari kontraktor.
c. Jika kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat
dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter yang
terdekat dan lebih besar dari yang tercantum di gambar dengan
catatan:
1) Harus ada persetujuan dari pengawas.
2) Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat
tersebut tidak boleh lebih kurang dari yang tertera dalam
gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah jumlah
luas).
3) Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlapping
yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian
penggetar.
7. Perawatan Beton
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak
terjadi penguapan cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan,
harus diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 7 hari berturut-
turut setelah pengecoran.
8. Tanggung Jawab Kontraktor
Kontraktor bertanggungjawab atas kualitas konstruksi sesuai
dengan ketentuan-ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar-
gambar konstruksi yang diberikan. Adanya atau kehadiran
pengawas selaku wakil pemberi tugas atau perencana yang
sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi
nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di
atas.

9. Perbaikan Permukaan Beton


a. Penambahan pada daerah yang tidak sempurna kropos dengan
campuran adukan semen (cement mortal) setelah pembukaan
acuan, hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dan sepengetahuan direksi.
b. Jika ketidaksempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk
menghasilkan permukaan yang diharapkan dan diterima oleh
konsultan pengawas, maka harus dibongkar dan diganti
dengan pembetonan kembali atas beban biaya kontraktor.
c. Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang
tidak teratur, pecah/retak, ada gelembung udara, kropos,
berlubang,tonjolan dan yang lain yang tidak sesuai dengan
bentuk yang diharapkan atau diinginkan.
10. Pembersihan
Jangan dibiarkan puing-puing sampah sampai tertibun,
pembersihan harus dilakukan secara baik dan teratur.
11. Contoh yang Harus Disediakan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan
contoh material: koral, split, pasir, besi beton, PC untuk
mendapatkan persetujuan pengawas.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh direksi akan dipakai
sebagai standard/pedoman untuk memeriksa atau menerima
material yang dikirim pengawas oleh kontraktor ke lapangan.
c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan
contoh- contoh yang telah disetujui di bangsal KP.
Pasal 12
Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
1. Semua pekerjaan pondasi dikerjakan apabila galian tanah telah
diperiksa ukuran dan kedalamannya dan disetujui oleh konsultan
pengawas.
2. Bila ada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang
karena air tanah atau hujan, maka sebelum pemasangan dimulai
terlebih dahulu air harus dipompa dan dasar lubang dikeringkan.
3. Pemasangan tiang pancang menggunakan Hydraulic Hammer
dengan ukuran tiang pancang 30x30 cm.
4. Mutu beton untuk pile cap ialah fc’ 25 Mpa dengan diameter
tulangan yang dipakai 22 mm.
5. Ukuran-ukuran serta letak pondasi tercantum dalam gambar yang
mana mutlak harus ditepati, kecuali ada hal lain segalanya harus
seijin konsultan pengawas.

Pasal 13
Pekerjaan Pasangan Batu Bata
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan untuk
pekerjaan bata, penyediaan tempat yang akan didirikan dinding dan
melaksanakan pekerjaan pasangan bata untuk pembuatan dinding
atau lainnya, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam
gambar denah dan potongan. Kontraktor wajib meneliti/melengkapi
sendiri lingkup pekerjaan ini.
Bahan-bahan yang harus disediakan antara lain:
a. Batu bata
Harus matang pembakarannya. Ukuran batu bata dapat
disesuaikan dengan ketentuan tebal dinding yang diisyaratkan
dalam gambar. Karena ini kontraktor wajib memberikan contoh
pada pengawas sebelumnya, untuk diperiksa kualitasnya.

Apabila bahan yang datang oleh pengawas dianggap


tidak memenuhi syarat, pengawas berhak menolak bahan-
bahan tersebut dan kontraktor wajib mengangkutnya keluar
lokasi pembangunan.
b. Semen/Portland cement (PC)
Semen yang datang dilokasi pekerjaan dan menunggu
pemakaian harus disimpan dalam gudang yang lantainya kering
dan 30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.
Bilamana pada setiap pembukaan kantong, ternyata
semennya sudah membatu, maka semen tersebut harus
disingkirkan keluar lokasi pembangunan dan tidak boleh
dipergunakan.
Supplier yang mengirimkan semen, hendaknya dapat
menunjukan sertifikasi dari pabrik. Semen yang sudah lembab
atau menunjukan gejala membatu akan ditolak.
Semua semen yang ditolak, secepatnya harus dikeluarkan
dari lokasi untuk menghindari dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
c. Pasir pasang
Untuk konstruksi beton, pasir yang digunakan harus
bersih, pasir asli dan bebas dari segala macam kotoran dan
bahan-bahan kimia. Bilamana pasir yang dipakai tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, pengawas dapat
memerintahkan mencuci pasirnya, melihat hasilnya, sampai
didapat persetujuan. Khususnya untuk plester, harus dicarikan
pasir yang lebih halus.
Macam-macam pasangan batu bata terdiri dari:
1) Pasangan kedap air
Untuk dinding-dinding biasa yang di atas tanah, pasangan
kedap air dengan perbandingan 1 semen : 3 pasir dimulai dari
sloof sampai 30 cm di atas lantai.
Untuk dinding dapur, pantry, kamar mandi, pasangan kedap
air minimum sampai setinggi pintu (atau ± 210 cm dari lantai),
satu dan lain hal sesuai dengan denah dan potongan.
2) Pasangan biasa
Pasangan bisa dengan adukan 1 Pc : 4 Psr, berada di atas
pasangan kedap air tersebut.
Tebal tembok jadi, adalah 30 cm dan 15 cm (termasuk plint,
porselen, mozaik, spesi acian dan lain-lain) sesuai gambar
rencana denah dan potongan.
3) Adukan untuk tembok
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk dalam
bak kayu yang besarnya memenuhi syarat. Mencampur pasir
dan semen harus dalam keadaan kering, yang kemudian diberi
air sampai didapat campuran yang plastis. Adukan yang sudah
kering tidak boleh dicampur dengan adukan baru.
Tempat-tempat yang harus dibuat lubang harus dipersiapkan
terlebih dahulu dengan menyumbat memakai batang pisang
untuk diameter besar atau untuk diameter lebih kecil.

Pasal 14
Pelaksanaan Membuat Dinding
Kontraktor akan mengerjakan pengukuran bangunan (uitzet)
secara teliti dan sesuai dengan gambar, sebelah mana dinding-
dinding yang akan dipasang.
Semua pasangan harus rata (horizontal) dan tiap-tiap kali
diukur dengan lantai, dengan menggunakan benang. Pasangan
benang tidak boleh lebih dari 30 cm diatas pasangan di bawahnya.
Pada semua pasangan bata setengah batu, satu sama lain harus
terdapat pengikat yang sempurna.

Tidak dibenarkan menggunakan batu akibat pecahan separo


panjang, kecuali sesuai peraturannya (di sudut). Lapisan satu dengan
lapisan di atasnya harus berbeda setengah panjang bata.
Pada tiap-tiap pertemuan tegak lurus terdapat ikatan pasangan
yang sempurna, kecuali di tiap-tiap pertemuan dimana ada tiang-
tiang beton yang merupakan bingkai. Semua pertemuan tegak lurus
harus benar-benar bersudut 90 derajat. Sebagai persiapan plesteran,
maka siarnya harus diketok sedalam 0,5 cm sehingga adukannya
akan cukup mengikat plesteran yang akan dipasang.
Bilamana di dalam pasangan ternyata terdapat batu bata yang
cacat atau tidak sempurna, maka ini harus diganti dengan yang baik
atas biaya kontraktor. Semua rangka kayu/kusen harus dipasang
terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan pekerjaan pasangan. Semua
siar antara kayu/kusen harus diisi dengan adukan sekurang-
sekurangnya setebal 1 cm (adukan sesuai dengan tujuan atau dengan
tambahan plasticizer).

Pasal 15
Pekerjaan Plesteran (Dinding Bata dan Beton)
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan plesteran,
penyiapan dinding/tepat yang akan diplester, serta pelaksanaan
pekerjaan plesteran itu sendiri pada dinding yang akan diselesaikan
dengan cat satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam
gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.
1. Bahan yang harus disediakan antara lain:
a. Semen
Yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
memenuhi persyaratan satu dan lain hal. Merk atau hasil
produksi pabrik dari semen untuk pekerjaan ini akan
ditentukan dalam penjelasan.
b. Pasir
Yang dipergunakan dalah jenis pasir yang halus dengan warna
asli. Dan harus sesuai dan mendapat persetujuan dari direksi.

c. Air
Untuk mengaduk kedua bahan tersebut digunakan air yang
harus bersih.
2. Persiapan dinding yang akan diplester:
a. Semua siar di permukaan dinding batu bata hendaknya
sedalam lebih kurang 10 mm sebelum diplester.
b. Permukaan dinding beton yang akan diplester harus dikerik
(dibuat kasar) agar bahan plesterannya dapat merekat.
c. Semua permukaan yang akan diplester harus disikat sampai
bersih dan disiram dengan air sebelum plesterannya
ditempelkan (permukaan dindingnya harus basah pada waktu
diplester). Semua bidang plesteran harus dijaga kelembabannya
selama seminggu sejak penempelan plesteran.
3. Pelaksanaan pekerjaan antara lain harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Sudut-sudut
Semua sudut-sudut horizontal luar maupun dalam serta garis
tegaknya dalam pekerjaan plesterannya harus dilaksanakan
secara sempurna, tegak dan siku.
b. Bilamana terdapat bidang plesteran yang bergelombang harus
diusahakan memperbaiki secara keseluruhan. Bagian-bagian
yang harus diperbaiki hendaknya dibobok secara teratur
(dibuat bobokan yang berbentuk segi empat) dan plesteran
baru harus rata dengan sekitarnya.
c. Adukan semen biasa (1 semen : 4 Pasir)
Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau dengan
tangan sesuai dengan persyaratakn pengawas dan kontraktor
akan mendapatkan kesempatan untuk penggunaan bahan kimia
tambahan yang diperlukan. Hanya semen yang baik
diperbolehkan untuk dipakai.
d. Untuk dapat dicapai tebal yang rata dari suatu plesteran,
sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang. Pekerjaan ini
dilaksanakan oleh yang mengerjakan sendiri, dengan
menggunakan garis panjang yang digerakan secara vertikal
(silang).
Biasanya plesteran akan mencapai antara 13 mm dan 18 mm,
tergantung dari batu bata yang dipergunakan, yang juga
menentukan ratanya permukaan dinding yang belum diplester.
Tebal 12 mm dan 8 mm hendaknya dicapai dalam 2 mm
merupakan lapisan dengan permukaan kasar (juga dicek secara
silang), kemudian lapisan kedua ditempelkan untuk mencapai
bidang yang lebih teliti dan kemudian baru dilakukan
pengacian. Akhirnya akan didapat plesteran yang tebalnya
lebih kurang 20 mm. bidang beton yang terlihat bilamana harus
dilapis dengan plesteran, maka tebalnya akan mencapai lebih
kurang 12 mm.

Pasal 16
Pekerjaan Pasangan Keramik
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi:
a) Penyediaan bahan keramik dan speci.
b) Penyediaan tempat dimana keramik tersebut akan dipasang.
c) Pelaksanaan pemasangan disemua bidang bagian luar dan
pada bidang lain sesuai dengan yang tertera dalam gambar.
2. Persyaratan Bahan
Dipakai homogenius tile polished untuk lantai utama, anti slip
untuk lantai teras dan lantai kamar mandi, ukuran lihat gambar,
kualitas baik dengan syarat mempunyai sifat-sifat:
a) Daya tahan lengkung (bending straight) melebihi 350 kg/m3.
b) Pengisapan air dibawah 1%.
c) Kekerasan melebihi 6 skala Mchs.
d) Memiliki daya tahan abrasi yang cukup tinggi.
e) Tahan terhadap asam dan basa yang umum dipakai.
f) Mempunyai alur-alur spesial pada sisi belakang tegel dan
ruangan pertemuan sudut yang khusus.
g) Tahan terhadap “Termal Shock” dan lulus dalam pengujian
autoclave.
h) Tidak akan mengalami retak-retak (croshing) baik keresapan
glasur
maupun body tegel itu sendiri.

a. Warna keramik ditentukan oleh pengawas dari contoh-


contoh yang diajukan oleh kontraktor.
b. Sebagai perekatnya adalah adukan semen dan air.

3. Cara Pemasangan
Dipasang pada dinding bata atau lantai. Ukuran pemasangan
adalah sebagai berikut:
a. Diukur dahulu bidang-bidang yang akan diberi/dipasang
keramik. Pengukuran ini meliputi panjang, lebar, peil lantai,
sudut-sudut dan lain-lain.
Pengukuran ini perlu untuk menentukan letak-letak keramik,
jumlah jajaran keramik yang akan dipasang dan lain-lain.
Tindakan ini harus dirundingkan dengan konsultan pengawas.
b. Dibuat dahulu plesteran dasar, plesteran dari adukan 1semen :
2 pasir. Pembuatan plesteran dasar ini bertujuan membentuk
dinding agar tercapai hal-hal sebagai berikut:
1) Bentuk menjadi sesuai dengan yang dikehendaki apabila
nanti keramik ditempelkan.
2) Dinding tegak serta lurus sesuai dengan gambar.
3) Permukaan telah terbentuk dan tidak licin agar penempelan
keramik menjadi mudah, kokoh dan tidak bergoyang.
c. Setelah plesteran dasar selesai dibuat, ditentukan dahulu garis-
garis siar sebagai pedoman pemasangan secara keseluruhan.
Bila dianggap perlu, dalam penentukan siar – siar yang penting
ini dipasang keramik kepala.
d. Pemasangan keramik pada plesteran dasar menggunakan
adukan PC + air tebal perekat tidak lebih dari 4 mm. Gunakan
benang-benang timbangan horizontal maupun vertikal
meluruskan pemasangan.
e. Pengisian siar dengan adukan perekat semen + air. Permukaan
keramik harus selalu dibersihkan dengan kain pel yang basah
sampai bersih sekali. Pembersih ini tidak boleh sama sekali
ditunda-tunda karena kotoran atau plesteran yang menempel
pada keramik apabila terlanjur mengering akan sukar sekali
dibersihkan.
Pasal 17
Pekerjaan Cat
1. Ruang Lingkup

Persyaratan ini mencakup material, peralatan dan cara


pelaksanaan pekerjaan cat untuk bangunan.
1. Bahan/Material
Material cat dinding yang digunakan untuk bagian luar dengan
wheatershild setara ICI, bagian dalam bangunan dengan emulsion
yaitu setara Vinilex.
a. Cat melamin
Jenis cat melamin ditentukan sesuai tabel persyaratan material.
b. Perbaikan
Perbaikan dengan cara untuk lapisan galvanis harus
menggunakan ICI alumunium paint.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
Kecuali ditentukan dalam persyaratan ini, persiapan material dan
cara pelaksanaan pekerjaan pengecatan harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat cat.
a. Pekerjaan Persiapan
1) Plester dan sejenisnya
Permukaan bidang plester yang akan dicat harus
dibersihkan dari kotoran minyak, parikel yang menempel.
Seluruh permukaan kemudian digosok dengan
amplas/kertas semen/bongkahan beton atau ubin yang rata,
sehingga permukaannya benar-benar halus.

Setelah selesai lapisan 1 (primer), semua lubang dapat dan


permukaan kasar yang tidak dihaluskan harus diplamir,
dengan pewarna sesuai dengan warna lapisan akhir.
Seluruh permukaan kemudian diamplas kembali sampai
benar-benar halus.
336

2) Besi dan sejenisnya


Permukaan besi, seng galvanis yang tidak disendblast dan
diberi lapisan dasar (primer) dishop, harus dibersihkan dari
kotoran, minyak, oli atau partikel lain yang menempel,
kemudian dicuci/dibersihkan dengan cairan pembersih
(sovlet). Permukaan yang berkarat mengelupas atau koyak
harus dibersihkan dengan sikat besi/ampelas/gerinda
bermotor listrik.
b. Pengecatan
1) Pengecatan baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan
pesiapan diperiksa dan disetujui oleh pengawas.
2) Sejauh diperbolehkan dan direkomendasikan oleh pabrik
pembuatnya, pengecatan dapat dilakukan dengan
menggunakan kuas, rol maupun spray.
3) Khusus untuk pekerjaan besi struktur, pengecatan lapis
akhir harus menggunakan semprot.

Anda mungkin juga menyukai