MANAJEMEN PROYEK
Pasal 2
Pemberian Tugas
Sebagai pemberi tugas pada proyek pembangunan ini adalah
Yayasan Nurul Qur’an Palembang.
Pasal 3
Direksi dan Pengawasan
1. Pemberian tugas menunjuk Badan Pengawas Bangunan yang
selanjutnya disebut direksi.
2. Direksi akan menempatkan tenaga-tenaga pengawasan lapangan
untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborongan, agar
selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan gambar kerja.
4.1.2. Syarat – Syarat Administrasi
Pasal 1
Rencana Kerja Pelaksanaan Pekerjaan
1. Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, pengguna barang/jasa
bersama- sama dengan penyedia barang/jasa, perencana,
pengawas teknis, suku dinas teknis dan instansi terkait
lainnya, terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan surat perjanjian/kontrak.
2) Pengguna barang/jasa harus menyelenggarakan rapat
persiapan pelaksanaan kontrak selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari sejak diterbitkannya SPMK.
3) Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat
persiapan pelaksanaan pekerjaan, adalah:
1) Organisasi kerja.
2) Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan.
3) Jadwal pelaksanaan pekerjaan.
4) Jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil.
5) Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan
lapangan.
6) Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah
setempat mengenai rencana kerja.
7) Penyusunan program mutu proyek.
2. Penggunaan Program Mutu
1) Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh
penyedia barang/jasa dan disepakati pengguna barang/jasa
pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat
direvisi sesuai dengan kondisi lapangan.
2) Program mutu pengadaan barang/jasa paling tidak berisi:
1) Informasi pengadaan barang/jasa.
2) Organisasi proyek pengguna barang atau jasa
3) Jadwal pelaksanaan.
4) Prosedur pelaksanaan pekerjaan.
5) Produser instruksi kerja
6) Pelaksana Kerja
3. Pemeriksaan Bersama
1) Pada tahap awal periode pada pelaksanaan pekerjaan,
pengguna barang/jasa bersama-sama dengan penyedia
barang/jasa melakukan pemeriksaan bersama.
2) Untuk pemeriksaan bersama ini, pengguna barang/jasa dapat
membentuk panitia peneliti pelaksanaan kontrak.
Pasal 2
Organisasi Pelaksanaan Lapangan
1. Untuk melaksanakan pekerjaan/proyek sesuai dengan yang
ditetapkan dalam surat perjanjian/kontrak, penyedia barang
jasa harus membuat organisasi pelaksana lapangan, dengan
pembagian tugas, fungsi, dan wewenang yang jelas
tanggungjawabnya masing- masing.
2. Penempatan personil harus proporsional dan sesuai dengan
keahlian bidang tugasnya masing-masing, sedangkan untuk
tenaga-tenaga ahlinya harus memenuhi ketentuan peraturan
dan perundang- undangan yang berlaku, sesuai dengan
golongan, bidang dan kualifikasi perusahaan penyedia
barang/jasa yang bersangkutan.
3. Untuk pelaksanaan pekerjaan/proyek penyedia barang/jasa
menunjuk penanggungjawab lapangan (Kepala Proyek), yang
dalam penunjukannya terlebih dahulu harus mendapatkan
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.
4. Penyedia barang/jasa tidak diperkenankan memberikan
pekerjaan lain kepada wakil ataupun pekerja
penanggungjawab lapangan, di luar pekerjaan/proyek yang
bersangkutan.
Pasal 3
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyedia barang/jasa wajib membuat jadwal pelaksanaan
pekerjaan secara rinci, yang terdiri dari :
a. Time schedule dalam bentuk bar chart, dilengkapi dengan
perhitungan kemajuan bobot untuk setiap minggunya.
b. Pada time schedule dilengkapi pula dengan kurva “S”.
c. Untuk pelaksanaan pekerjaan/proyek yang memiliki
kompleksitas tinggi harus dilengkapi dengan network
planning.
2. Jangka waktu jadwal pelaksanaan sesuai dengan yang
dinyatakan dalam surat perjanjian/kontrak.
3. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat secara lengkap dan
menyeluruh mencakup seluruh jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan, yang dapat menggambarkan antara rencana dan
realisasinya.
4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus sudah dibuat selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan surat
perjanjian/kontrak, untuk dapat diperiksa/disetujui oleh
pengawas teknis dan disahkan oleh pengguna barang/jasa.
5. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus tetap berada di
lokasi/lapangan selama masa pelaksaan pekerjaan dan salah
satunya ditempel di rungan rapat proyek.
Pasal 4
Kontrak dan Dokumen Kontrak
Kontrak meliputi pelaksanaan penyelesaian dan pemeliharaan
pekerjaan dan apabila ditentukan ketentuan lain dalam kontrak, hal
itu meliputi juga semua pengarahan.
Pasal 5
Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
Jangka waktu pelaksanaan seluruh pekerjaan adalah 210 (Dua
Ratus Sepuluh) Hari Kalender dengan pelaksaan pada hari kerja yang
dihitung sejak tanggal resmi dimulai pekerjaan tersebut seperti
tercantum dalam surat perintah mulai pekerjaan (SPMK) yang
dikeluarkan pihak kedua.
Umumnya masa pemeliharaan ialah 30 hari sejak penyerahan
pertama. Penyerahan kedua baru dapat dilaksanakan sesudah
pemborong menyelesaikan punch list dan kewajiban-kewajiban
selama masa pemeliharaan.
Pemborong harus mulai melaksanakan pekerjaan dalam waktu
selambat- lambatnya 7 hari setelah tanggal dikeluarkan surat
perintah mulai kerja oleh pihak kedua.
Pasal 6
Force Majeure
Force majeure adalah kejadian luar biasa, terlepas dari
kemampuan pihak kedua dan terjadi diluar kesalahannya seperti
bencana alam, gangguan keamanan, tindakan pemerintah di bidang
monoter dan ekonomi.
Segala kerugian akan diperhitungkan setelah ada persetujuan
dari pemilik proyek. Bila ada force majeure maka dalam waktu
selambat- lambatnya 7 hari setelah kejadian, pihak kedua segera
memberitahukan secara tertulis kepada pihak yang diberi
wewenang/tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
pekerjaan dilapangan dengan bermusyawarah terhadap pihak pejabat
yang ditunjuk pemilik proyek atau yang mewakili.
Pasal 8
Foto Proyek
1. Untuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, pengguna
barang/jasa dengan menugaskan kepada penyedia barang/jasa,
membuat foto-foto dokumentasi untuk tehapan-tahapan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
2. Foto proyek dibuat oleh penyedia barang/jasa sesuai petunjuk
pengawas teknis, disusun dalam 4 (empat) tahapan disesuaikan
dengan tahapan pembayaran angsuran tetapi tidak termasuk
masa pemeliharaan, yaitu sebagai berikut :
Bobot
Tahap I
0% - 25%
Bobot
Tahap II
25% - 50%
Bobot
Tahap
III 50%-75%
Bobot
Tahap
IV 75%-100%
3. Foto proyek tiap tahapan tersebut di atas dibuat 5 (lima) set
dilampirkan pada saat pengambilan angsuran sesuai dengan
tahapa angsuran, yang masing-masing adalah untuk :
a. Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh konsultan
- Satu set untuk pejabat pembuat komitmen
- Satu set untuk penyedia barang/jasa
- Satu set untuk konsultan selaku pengawas teknis
b. Untuk proyek/pekerjaan yang diawasi oleh Dinas
Pekerjaan Umum setempat
- Satu set untuk pejabat pembuat komitmen
- Satu set untuk penyedia barang/jasa
- Satu set untuk kepala unit/satuan kerja yang bersangkutan
4. Pengambilan titik pandang dari setiap pemotretan harus
tetap/sama sesuai dengan petunjuk pengawas teknis atau pejabat
pembuat komitmen.
5. Foto setiap tahapan ditempelkan pada album/map dengan
keterangan singkat, dan penempatan dalam album disahkan oleh
pejabat pembuat komitmen, untuk teknis
penempelan/penempatan dalam album ditentukan oleh
pengawas teknis.
6. Khusus untuk pemotretan pada kondisi keadaan kahar/memaksa
force majeure diambil 3 (tiga) kali.
Pasal 9
Shop Drawing
1. Shop drawing akan menunjukan ukuran besaran-besaran,
ketentuan, finish detail-detail pertemuan dan hubungannya
dengan konstruksi secara keseluruhan.
2. Pekerjaan harus tepat akurat dengan finish, permukaan-
permukaan atau jarak-jarak kolom, ukuran yang harus diambil di
lapangan. Apabila beton, pasangan bata dan material lain akan
menerima beban maka dalam pasangan harus dilengkapi
dengan rekomendasi dan pengarahan konsultan perencana
yang diperlukan agar disiplin lain dapat
menentukan daerah kerja semua.
3. Semua pekerjaan akan dirakit dan dipasang sesuai dengan
gambar arsitektur dan gambar kerja yang sudah disetujui.
Pasal 4
Direksi Keet dan Perlengkapan
Pemborong harus memelihara kebersihan bangunan direksi
serta inventarisnya, menyediakan air minum yang bersih dan
dimasak (teh/kopi) untuk staf direksi atau tamu-tamu. Bangunan
sementara serta inventarisnya tetap milik pemberi tugas, harus
dibongkar dan bahan-bahannya diangkut dari tempat pekerjaan
apabila direksi menghendakinya.
Untuk mempermudah komunikasi maka pemborong harus
menyediakan dan membayar rekening untuk (minimum) 1 telephone
yang dapat dipergunakan, baik oleh direksi maupun pihak
pemborong. Pemborong juga harus menyediakan dan membayar
listrik untuk direksi keet tersebut.
Pasal 5
Mobilitas
1. Mobilitas Meliputi :
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 6
Perbedaan Ukuran
1. Jika terdapat perbedaan ukuran yang tertulis dengan angka dengan
ukuran yang ditulis dengan skala, maka ukuran yang dipakai adalah
ukuran yang ditulis dengan angka.
2. Jika merasa ragu-ragu tentang ukuran harus segera meminta
petunjuk pengawas teknis atau perencana.
Pasal 7
Sarana Penunjang Proyek
1. Kepada penyedia barang/jasa diwajibkan membuat/mendirikan
bangunan sementara seperti: los kerja bangal yang cukup luas dan
lain-lain yang diperlukan. Penyedia barang/jasa juga harus
menyediakan perlengkapan ruang kerja pejabat pembuat komitmen
dan pengawas teknis, dengan jumlah sesuai kebutuhan.
Pasal 8
Pekerjaan Pesiapan
1. Pekerjaan Pembersihan
a. Ruang Lingkup
Kontaktor harus melaksanakan pembersihan lokasi sebelum
dimulainya proyek, selama pelaksanaan berlangsung dan
sebelum selesainya proyek.
b. Cara Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, kontaktor diwajibkan
membersihkan seluruh lokasi pekerjaan dari puing-puing,
sampah- sampah dan benda-benda lainnya sehingga terlihat
permukaan lokasi pekerjaan bersih.
c. Selama Pekerjaan Berlangsung
Kontraktor diwajibkan menjaga kebersihan lapangan dan
mengatur lokasi penempatan bahan bangunan serta daerah kerja
agar kelancaran pekerjaan tidak terhambat.
d. Sesudah Pekerjaan Selesai
Sebelum pelaksanaan pekerjaan selesai dan sebelum dilakukan
penyerahan pekerjaan kepada pemilik proyek, kontraktor harus
membersihkan seluruh site dari segala peralatan yang digunakan
selama proyek berlangsung, segala macam kotoran-kotoran dan
puing-puing dan peralatan tersebut harus dibuang dan
dikeluarkan dari site.
2. Pagar Sementara
Sebelum pelaksanaan proyek dimulai, terlebih dahulu
kontraktor harus membuat pagar pengaman mengelilingi lokasi
proyek dengan batas-batas sesuai petunjuk direksi lapangan. Pagar
harus rangka kayu doken dengan penutup papan atau seng, setinggi
180 cm dengan konstruksi yang cukup kuat dan menjamin
keamanan.
Pasal 9
Sarana Penunjang Proyek
1. Perlindungan Hak Milik
Pemborong harus melakukan kegiatan-kegiatannya sedemikian
rupa, sehingga memberikan perlindungan terhadap hak milik orang
lain, Pekerjaan yang telah selesai dan struktur-struktur atau
fasilitas-fasilitas yang memungkinkan tetap pada tempatnya.
Pemborong bertanggungjawab penuh pada setiap kerusakan yang
diakibatkan dari kegiatan-kegiatannya atau pekerjaan-
pekerjaannya, dan dalam segala hal yang tidak akan merugikan
pemililk. Perhatian khusus harus diberikan kepada jalan raya yang
berdekatan dengan proyek ini. Pemborong harus melakukan
kegiatan-kegiatan sedemikian rupa, sehingga tidak akan merusak
setiap daerah milik jalan dan tidak akan mengganggu kegiatan-
kegiatan lalu lintas.
2. Perencanaan
a. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk yang ada nyata dan cukup kuat menampung
beban- beban sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya
pengecoran beton. Semua acuan harus diberi penguat datar dan
silang sehingga kemungkinan bergeraknya acuan selama
pelaksanaan pekerjaan dapat dihindarkan, juga harus cukup
rapat untuk mencegah kebocoran atau terbuangnya bagian cairan
dari adukan beton (mortar leakage). Susunan acuan dengan
penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
kemungkinan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh direksi.
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian
beton yang bersangkutan.
4. Pembongkaran Acuan
a. Waktu untuk pembongkaran acuan harus sesuai dengan
ketentuan dan pertimbangan serta atas persetujuan pengawas.
Pasal 11
Pekerjaan Beton Bertulang
1. Lingkup Pekerjaan
3. Bahan – Bahan
a. Portland Cement
Digunakan portland cement jenis II menurut NI-B atau tipe I
menurut ASTM dan memenuhi S.400 menurut Standard
Portland Cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia (Semen Gresik) atau setara. Merk yang dipilih tidak
dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan kecuali dengan
persetujuan tertulis oleh direksi. Pertimbangan direksi hanya
dapat dilakukan dalam keadaan:
1) Tidak adanya persediaan dipasaran dari merk yang tersebut
di atas.
2) Kontraktor memberikan jaminan dengan data-data teknis
bahwa mutu semen penggantinya adalah dengan kualitas
yang setara dengan mutu semen tersebut di atas.
b. Aggregates
d. Besi Beton
1) Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan
yang dapat mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali
ditentukan lain dalam gambar.
Pasal 13
Pekerjaan Pasangan Batu Bata
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan untuk
pekerjaan bata, penyediaan tempat yang akan didirikan dinding dan
melaksanakan pekerjaan pasangan bata untuk pembuatan dinding
atau lainnya, satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam
gambar denah dan potongan. Kontraktor wajib meneliti/melengkapi
sendiri lingkup pekerjaan ini.
Bahan-bahan yang harus disediakan antara lain:
a. Batu bata
Harus matang pembakarannya. Ukuran batu bata dapat
disesuaikan dengan ketentuan tebal dinding yang diisyaratkan
dalam gambar. Karena ini kontraktor wajib memberikan contoh
pada pengawas sebelumnya, untuk diperiksa kualitasnya.
Pasal 14
Pelaksanaan Membuat Dinding
Kontraktor akan mengerjakan pengukuran bangunan (uitzet)
secara teliti dan sesuai dengan gambar, sebelah mana dinding-
dinding yang akan dipasang.
Semua pasangan harus rata (horizontal) dan tiap-tiap kali
diukur dengan lantai, dengan menggunakan benang. Pasangan
benang tidak boleh lebih dari 30 cm diatas pasangan di bawahnya.
Pada semua pasangan bata setengah batu, satu sama lain harus
terdapat pengikat yang sempurna.
Pasal 15
Pekerjaan Plesteran (Dinding Bata dan Beton)
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan plesteran,
penyiapan dinding/tepat yang akan diplester, serta pelaksanaan
pekerjaan plesteran itu sendiri pada dinding yang akan diselesaikan
dengan cat satu dan lain hal sesuai dengan yang tertera dalam
gambar denah dan notasi penyelesaian dinding.
1. Bahan yang harus disediakan antara lain:
a. Semen
Yang dapat dipergunakan dalam pekerjaan ini harus
memenuhi persyaratan satu dan lain hal. Merk atau hasil
produksi pabrik dari semen untuk pekerjaan ini akan
ditentukan dalam penjelasan.
b. Pasir
Yang dipergunakan dalah jenis pasir yang halus dengan warna
asli. Dan harus sesuai dan mendapat persetujuan dari direksi.
c. Air
Untuk mengaduk kedua bahan tersebut digunakan air yang
harus bersih.
2. Persiapan dinding yang akan diplester:
a. Semua siar di permukaan dinding batu bata hendaknya
sedalam lebih kurang 10 mm sebelum diplester.
b. Permukaan dinding beton yang akan diplester harus dikerik
(dibuat kasar) agar bahan plesterannya dapat merekat.
c. Semua permukaan yang akan diplester harus disikat sampai
bersih dan disiram dengan air sebelum plesterannya
ditempelkan (permukaan dindingnya harus basah pada waktu
diplester). Semua bidang plesteran harus dijaga kelembabannya
selama seminggu sejak penempelan plesteran.
3. Pelaksanaan pekerjaan antara lain harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Sudut-sudut
Semua sudut-sudut horizontal luar maupun dalam serta garis
tegaknya dalam pekerjaan plesterannya harus dilaksanakan
secara sempurna, tegak dan siku.
b. Bilamana terdapat bidang plesteran yang bergelombang harus
diusahakan memperbaiki secara keseluruhan. Bagian-bagian
yang harus diperbaiki hendaknya dibobok secara teratur
(dibuat bobokan yang berbentuk segi empat) dan plesteran
baru harus rata dengan sekitarnya.
c. Adukan semen biasa (1 semen : 4 Pasir)
Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau dengan
tangan sesuai dengan persyaratakn pengawas dan kontraktor
akan mendapatkan kesempatan untuk penggunaan bahan kimia
tambahan yang diperlukan. Hanya semen yang baik
diperbolehkan untuk dipakai.
d. Untuk dapat dicapai tebal yang rata dari suatu plesteran,
sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang. Pekerjaan ini
dilaksanakan oleh yang mengerjakan sendiri, dengan
menggunakan garis panjang yang digerakan secara vertikal
(silang).
Biasanya plesteran akan mencapai antara 13 mm dan 18 mm,
tergantung dari batu bata yang dipergunakan, yang juga
menentukan ratanya permukaan dinding yang belum diplester.
Tebal 12 mm dan 8 mm hendaknya dicapai dalam 2 mm
merupakan lapisan dengan permukaan kasar (juga dicek secara
silang), kemudian lapisan kedua ditempelkan untuk mencapai
bidang yang lebih teliti dan kemudian baru dilakukan
pengacian. Akhirnya akan didapat plesteran yang tebalnya
lebih kurang 20 mm. bidang beton yang terlihat bilamana harus
dilapis dengan plesteran, maka tebalnya akan mencapai lebih
kurang 12 mm.
Pasal 16
Pekerjaan Pasangan Keramik
1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi:
a) Penyediaan bahan keramik dan speci.
b) Penyediaan tempat dimana keramik tersebut akan dipasang.
c) Pelaksanaan pemasangan disemua bidang bagian luar dan
pada bidang lain sesuai dengan yang tertera dalam gambar.
2. Persyaratan Bahan
Dipakai homogenius tile polished untuk lantai utama, anti slip
untuk lantai teras dan lantai kamar mandi, ukuran lihat gambar,
kualitas baik dengan syarat mempunyai sifat-sifat:
a) Daya tahan lengkung (bending straight) melebihi 350 kg/m3.
b) Pengisapan air dibawah 1%.
c) Kekerasan melebihi 6 skala Mchs.
d) Memiliki daya tahan abrasi yang cukup tinggi.
e) Tahan terhadap asam dan basa yang umum dipakai.
f) Mempunyai alur-alur spesial pada sisi belakang tegel dan
ruangan pertemuan sudut yang khusus.
g) Tahan terhadap “Termal Shock” dan lulus dalam pengujian
autoclave.
h) Tidak akan mengalami retak-retak (croshing) baik keresapan
glasur
maupun body tegel itu sendiri.
3. Cara Pemasangan
Dipasang pada dinding bata atau lantai. Ukuran pemasangan
adalah sebagai berikut:
a. Diukur dahulu bidang-bidang yang akan diberi/dipasang
keramik. Pengukuran ini meliputi panjang, lebar, peil lantai,
sudut-sudut dan lain-lain.
Pengukuran ini perlu untuk menentukan letak-letak keramik,
jumlah jajaran keramik yang akan dipasang dan lain-lain.
Tindakan ini harus dirundingkan dengan konsultan pengawas.
b. Dibuat dahulu plesteran dasar, plesteran dari adukan 1semen :
2 pasir. Pembuatan plesteran dasar ini bertujuan membentuk
dinding agar tercapai hal-hal sebagai berikut:
1) Bentuk menjadi sesuai dengan yang dikehendaki apabila
nanti keramik ditempelkan.
2) Dinding tegak serta lurus sesuai dengan gambar.
3) Permukaan telah terbentuk dan tidak licin agar penempelan
keramik menjadi mudah, kokoh dan tidak bergoyang.
c. Setelah plesteran dasar selesai dibuat, ditentukan dahulu garis-
garis siar sebagai pedoman pemasangan secara keseluruhan.
Bila dianggap perlu, dalam penentukan siar – siar yang penting
ini dipasang keramik kepala.
d. Pemasangan keramik pada plesteran dasar menggunakan
adukan PC + air tebal perekat tidak lebih dari 4 mm. Gunakan
benang-benang timbangan horizontal maupun vertikal
meluruskan pemasangan.
e. Pengisian siar dengan adukan perekat semen + air. Permukaan
keramik harus selalu dibersihkan dengan kain pel yang basah
sampai bersih sekali. Pembersih ini tidak boleh sama sekali
ditunda-tunda karena kotoran atau plesteran yang menempel
pada keramik apabila terlanjur mengering akan sukar sekali
dibersihkan.
Pasal 17
Pekerjaan Cat
1. Ruang Lingkup