PENDAHULUAN
Pengarahan atau actuiting/ directing/ leading merupakan istilah yang digunakan berhubungan
dengan “melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Marquis & Houston
(2006) menjabarkan aktifitas pengarahan meliputi; menciptakan iklim motivasi, mengelola
waktu secara efisien, mendemonstrasikan keterampilan komunikasi yang terbaik, mengelola
konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan sistem pendelegasian, supervisi, dan
negosiasi.
Seorang kepala ruangan dalam melaksanakan tugas, dibekali dengan 3 (tiga) jenis
ketrampilan yaitu: Human skill, conceptual skill, dan technical skill
Kalz (dalam Swansburg, 1999) mengklasifikasikan keterampilan manajer dalam tiga kategori
(Davis & Greenly, 1994). Peran manajemen keperawatan dalam mengelola
sumber daya keperawatan dan sumber daya lainnya sangat penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Manajer keperawatan secara
terus-menerus dihadapkan dengan proses pengambilan keputusan. Oleh
karena itu kemampuan manajer berpikir kritis dalam pengambilan keputusan
sangat menentukan kualitas keputusan yang diambilnya. Dalam hal ini,
kepala ruangan sebagai manajer tingkat bawah yang berada langsung dalam
yaitu :(1) Keterampilan intelektual; meliputi kemampuan/ penguasaan teori, keterampilan
berpikir. (2). Keterampilan teknikal; meliputi metoda, proses, prosedur atau teknik, (3).
Keterampilan Interpersonal; meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi
dengan individu atau kelompok. Ketiga keterampilan tersebut harus dimiliki oleh manajer
keperawaan dalam mengelola layanan keperawatan.
Ketertarikan para manajer terhadap kepuasan kerja tentunya sangat beralasan di mana
kepuasan kerja berdampak pada kinerja karyawan. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap
seseorang terhadap sesuatu yang telah dikerjakan yang berimplikasi pada dirinya. Kinerja
adalah tingkat
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian yang menentukan kualitas pelayanan di
rumah sakit. Asuhan Keperawatan adalah Kegiatan profesional Perawat yang dinamis,
pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu (Simanjuntak, 2005).
Menurut Ilyas (2002) bahwa kinerja adalah penampilan hasil karya personel
baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Dalam penilaian
kinerja akan sulit bagi kita untuk menentukan kinerja seseorang, untuk itu
perlu disusun suatu rangka pencapaian dan tujuan organisasi dalam unit
kerja yang lebih kecil, dengan pembagian kerja, sistem kerja dan mekanisme
kerja yang jelas. Robbins (2006) menyampaikan bahwa “mungkin tidak
dikatakan bahwa pekerja yang bahagia adalah lebih produktif, namun
mungkin benar bahwa organisasi yang bahagia lebih produktif”.
Model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada
profesionalisme tenaga keperawatan (Sitorus, 2006). Model praktek keperawatan profesional
(MPKP) menurut Hoffart & Woods, (1996, dalam Sitorus, 2006) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut.
Ruangan rawat inap yang menerapkan MPKP yaitu: ruang lantai 6 Barat,
ruang lantai 7 Barat, dan ruang lantai 8 Barat. Sedangkan yang belum
menerapkan MPKP adalah sebagai berikut: ruang lantai 5 Barat, ruang lantai
5 Timur, ruang lantai 6 Timur, ruang lantai 9 Barat, ruang perawatan
perinatologi, dan ruang HCU. BOR untuk Ruangan MPKP sekitar 70%
sedangkan untuk ruang non-MPKP adalah sekitar 65%. LOS untuk ruang
MPKP sekitar 3-4 hari sedangkan untuk ruang non MPKP sekitar 4-5 hari.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dimana penulis
menemukan fenomena pengarahan kepala ruangan diduga berhubungan dengan kinerja
perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap. Dapat diasumsikan bahwa fungsi
pengarahan kepala ruangan dan kinerja perawat pelaksana belum maksimal. Sementara
belum ada informasi yang jelas yang mengungkapkan aspek yang spesifik berkaitan
dengan hubungan. pengarahan kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang
rawat inap RSUD Budhi Asih Jakarta.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan RSUD Budhi Asih maka perlu dilakukan
pengkajian tentang kinerja perawat pelaksana dan mengidentifikasi hubungan pengarahan
kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Dengan diketahuinya hubungan tersebut,
diharapkan dapat
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Budhi Asih Jakarta.
Hubungan penerapan komunikasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di
ruang rawat inap RSUD Budhi Asih Jakarta.
menjadi bahan masukan dan perbaikan selanjutnya. Masalah penelitian yang
peneliti rumuskan adalah: “Apakah ada hubungan pelaksanaan pengarahan
kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Budhi Asih Jakarta?”