2023
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna untuk menyelesaikan tugas kelompok untuk mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran, dengan judul “Metode Bercerita dan Karyawisata”.
Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kesulitan dan
kendala dalam membuat makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik dan
saran akan senantiasa kami terima demi peningkatan kualitas makalah ini.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
B. Metode Karyawisata..................................................................................... 5
PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Bercerita
1
Dwiyani Anggraeni, Sofia Hartati, dan Yuliani Nurani, “Implementasi metode bercerita dan harga
diri dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini,” Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 3.2 (2019), 404–15.
2
I Made Runa, “Penggunaan Metode Karya Wisata Dalam Pembelajaran Bermain Sambil Belajar
Dan Metode Bercerita Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tematik–Pkn,” Jurnal
Pendidikan, 7.1 (2020), 83–94.
2
maupun pesan dari sebuah kejadian atau peristiwa melalui perkataan, gambar,
atau suara dengan improvisasi dari pencerita agar informasi atau pesan yang
disampaikan memiliki jalan yang indah, enak didengar dan menghibur. Dalam
metode ini maka akan terjadi interaksi antara pencerita dan anak. Selain untuk
menstimulasi perkembangan bahasa atau bebicara anak, metode ini memiliki
tujuan menanamkan nilai sosial, moral, serta keagamaan.
Metode bercerita dalam pengajaran mempunyai beberapa manfaat yaitu:3
1) Meningkatkan keterampilan bicara anak karena bayi atau balita akan
mengenal banyak kosa kata.
2) Membantu menenangkan anak yang menangis. Membaca dalam suasana
santaidan nyaman, dramatisasi dengan membuat intonasi nada yang berbeda
akan membuat anak tertarik untuk mendengarkan cerita. Lama-lama anak
akan merasa nyaman dan tingkat stresnya pun akan berkurang.
3) Mengembangkan kemampuan berbahasa anak, dengan mendengar struktur
kalimat. Melalui dongeng, anak bisa belajar kosa kata baru, belajar untuk
mengekspresikan perasaan, seperti senang, sedih, ataupun marah, serta
menyerap nilai-nilai kebaikanya.
4) Meningkatkan minat baca.
5) Mengembangkan keterampilan berpikir.
6) Meningkatkan keterampilan problem solving.
7) Merangsang imajinasi dan kreativitas
Adapun strategi yang dibutuhkan dalam pembelajaran melalui metode
bercerita, diantaranya:4
1) Menetapkan tujuan dan tema cerita
2) Menentukan cerita yang sesuai dengan RKH (rencana kegiatan harian)
3) Menetukan alat atau media. Dalam memberikan sajian cerita kepada anak
usia dini, guru dapat menggunakan media-media yang menarik bagi anak.
3
Hajrah Hajrah, “Pengembangan Metode Bercerita Pada Anak Usia Dini” (UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR, 2018), hal. 5.
4
Try Setiantono, “Penggunaan metode bercerita bagi anak usia dini di PAUD Smart Little Cilame
IndahBandung,” EMPOWERMENT: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, 1.2
(2012), 18–23.
3
Bentuk-bentuk metode bercerita terbagi menjadi 2 jenis yakni tanpa alat
peraga dan alat peraga. Misalnya boneka jari, boneka tangan, memanfaatkan
papan flanel, wayang, dan buku cerita termasuk dalam bercerita
menggunakan alat peraga. Kelebihan dalam penggunaan alat peraga adalah
anak akan lebih tertarik mendengarkan cerita. Media yang bervariasi
menjadikan cerita lebih menarik sehingga dapat mengembangkan imajinasi
anak, dapat menghidupkan suasana dan anak lebih mengerti tentang
gambaran atau isi ceritanya.5
4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita.
5) Menggunakan keterampilan guru dalam bercerita. Selain media dalam
bercerita serta pemilihan cerita yang harus diperhatikan, keterampilan guru
dalam bercerita juga harus diperhatikan, sebab melalui keterampilan guru
dalam bercerita anak-anak akan tertarik jika guru bercerita dengan
pengolahan suara serta bahasa tubuh yang menarik. Keterampilan yang
harus dimiliki guru dalam bercerita adalah; (1) Keterampilan mengolah
suara atau vokal yang disesuaikan dengan ekspresi atau karakter tokoh
dalam cerita; (2) Keterampilan mengekspresikan karakter tokoh cerita yang
disesuaikan dengan kondisi alur cerita; (3) Keterampilan menarik perhatian
anak pada saat bercerita; (4) Keterampilan membaca kondisi anak pada saat
kegiatan bercerita dilaksanakan seperti dapat melihat kondisi anak ketika
bosan mendengarkan cerita; (5) Keterampilan dalam berinteraksi mengenai
cerita melalui tanya jawab; (6) Keterampilan memilih cerita yang akan
didengarkan ke anak; (7) Luwes dalam olah tubuh, menjaga daya tahan
tubuh, dan memperbaiki daya konsentrasi.6
5
Fadillah Fadillah dan Halida Halida, “Penerapan Metode Bercerita Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di
Tk Kemala Bhayangkari 14” (Tanjungpura University).
6
Fadillah dan Halida.
4
B. Metode Karyawisata
7
Runa.
5
berbagai sumber dan menanamkan rasa cinta kepada alam sekitar, yang
diciptakan Tuhan.8
Maka dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran metode karyawisata
merupakan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas, mengujungi sebuah objek
yang akan dipelajari. Dalam metode ini, anak akan mendapatkan pengalaman
secara yang langsung yang lebih luas dan pembelajaran yang dilakukan akan
lebih menyenangkan bagi anak serta merangsang minat anak pada sesuatu.
Bagi anak usia dini karyawisata merupakan salah satu metode yang efektif
untuk membelajarkan anak mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan
karyawisata juga perlu dikaitkan dengan tema-tema yang sudah ditetapkan pada
program kegiatan belajar anak usi dini. Dengan menggunakan tema-tema yang
terdapat dalam kurikulum belajar, maka metode karyawisata telah menunaikan
fungsinya sebagai alat mencapai tujuan pendidikan anak usia dini yang sesuai.
Penggunaan metode karyawisata dalam kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan oleh para pendidik PAUD dengan alasan yang matang guna mencapai
tujuan pembelajarn yang diharapkan. Alasan-alasan tersebut menurut Jusuf
Djajadisastra adalah sebagai berikut:9
1) Objeknya terlampau besar: misalnya didekat sekolah sedang diadakan
perbaikan jalan dimana digunakan sebuah mesin giling. Tentunya mesin
giling ini tidak dapat dibawa kedalam kelas. karena terlampau besar.
Walaupun demikian peserta didik harus mengetahui bagaimana kerja sebuah
mesin giling yang tugasnya meratakan jalan yang tekah ditaburi batu-batu
dan dilapisi aspal serta pasir itu, guru membawa peserta didik keluar kelas,
ketempat dimana mesin giling itu dipergunakan.
2) Objeknya terlampau berat, Hal ini sama dengan yang telah diuraikan dalam
contoh pertama yaitu mengenai mesin giling, karena beratnya tentu saja
mesin giling itu tidak dapat diminta untuk di masukkan di halaman sekolah
8
Nurhayati Nurhayati dan Dwi Nur Aini Dahlan, “Penerapan Metode Karyawisata dalam
Menstimulasi Bercerita Anak Usia Dini di Kelompok Bermain (KB) Permata Hati,” Jurnal Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Borneo, 1.3 (2020), 223–30.
9
Sjeny Liza Souisa, “Penerapan Metode Karyawisata Bagi Pembelajaran Anak Usia Dini,” Tangkoleh
Putai, 15.2 (2018), 118–29.
6
karena halaman sekolah tentu akan rusak. Apabila dibawa kedalam kelas
tentu tidak mungkin dikerjakan. Dengan demikian tentunya lebih baik
membawa peserta didik ke mesin giling tadi dari pada membawa mesin
giling itu ke sekolah.
3) Objeknya akan mengalami perubahan jika dipindahkan dari tempatnya.
Misalnya dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam dimana guru akan
memperlihatkan dan mengajarkan tanaman yang dinamai putri malu,
tanaman ini jika tersentuh sedikit saja maka akan tertutup atau mengatupkan
daun-daunnya sehingga tidak dapat lagi dilihat bagaimana tanaman itu
sesungguhnya jika daun-daunnya dibuka. Oleh karena itu, agar keasliannya
dapat diamati dengan baik, peserta didik harus dibawa ke kebun, tegalan atau
lapangan dimana putri malu itu tumbuh. Guru menggunakan metode karya
wisata untuk mengajarkan tanaman tersebut.
4) Objeknya hanya berbahaya jika dibawa ke kelas. Misalnya guru akan
mengajarkan jenis-jenis binatang buas. Tentunya guru tidak akan dapat
membawa harimau dan singa ke kelas, karena seandainya hal itu dapat
dilakukan, tetapi faktor keamanannya tidak dapat dipertanggung-jawabkan.
Binatang-binatang itu terlalu buas untuk dibawa begitu saja ke tempat-
tempat umum
1. Metode Bercerita
Metode bercerita memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut.10
1) Anak dilatih konsentrasi
2) Menambah kosa kata dan kemampuan berbicara anak
3) Anak belajar menjadi pendengar yang baik
4) Anak berfantasi terhadap obyek yang tidak nyata
5) Anak belajar menyimak apa yang diperagakan oleh guru, dan
6) Anak belajar mengingat apa yang diceritakan guru.
10
Etty Rohayati, “Metode Pengembangan Keterampilan Bercerita Yang Berkarakter Untuk
Pendidikan Anak Usia Dini,” Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3.1 (2018).
7
Metode bercerita memiliki kelemahan antara lain sebagai berikut.
1) Membutuhkan keterampilan bercerita yang baik dari guru
2) Tidak semua anak memiliki potensi atau kemampuan yang sama.
3) Memerlukan teknik-teknik yang harus dikuasai dalam bercerita
4) Anak pasif ketika guru bercerita
5) Anak tidak mampu menyerap fantasi ekspresi dan gerakan guru
ketika bercerita
6) Anak kurang memahami alur cerita ketika guru bercerita ada kata-
kata yang kurang dimengerti
2. Metode Karyawisata
Kelebihan dari metode karyawisata adalah:11
1) Anak dapat menyaksikan secara langsung kegiatan-kegiatan yang di
lakukan di tempat kunjungan.
2) Anak mendapat pemantapan teori-teori yang pernah mereka pelajari
di sekolah dengan kenyataan aplikasi yang di terapkan pada objek
yang mereka kunjungi.
3) Anak dapat menghayati pengalaman praktik suatu ilmu yang telah di
perolehnya di sekolah.
4) Anak dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dengan jalan
mengadakan wawancara atau dengan mendengarkan ceramah yang di
berikan oleh petugas setempat.
5) Dalam karya wisata berbagai materi pembelajaran dapat dipelajari
sekaligus dan integral, dan tidak hanya sebatas pada satu materi
pembelajaran
Kekurangannya,
1) Waktu yang di butuhkan cukup panjang.
11
Nurul Fitriyah, “Implementasi Metode Karya Wisata Dalam Mengembangkan Sosial Emosional
Anak di PAUD Bina Rahima Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan”
(INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA, 2021), hal. 15.
8
2) Pembiyaan dalam sebuah karya wisata merupakan beban tambahan
yang akan memberatkan terhadap anak-anak yang orang tuanya
kurang mampu.
3) Karya wisata akan berubah menjadi piknik karena persiapan yang
kurang matang.
4) Beberapa acara inti sering terabaikan karena pelaksanaan acara tidak
tepat pada waktunya
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran pada anak usai dini, guru harus memiliki
metode pembelajaran yang meneyanngkan agar anak-anak tertarik dan
bersemangan dalam proses pembelajaran. Sebgai salah satu metode yang
digunakan, guru bisa menggunakan metode bercerita. Dengan kreatifitas dan
media yang dibutuhkan. Selain itu, guru juga bisa menggunakan metode
karyawisata. Kedua metode ini sangat efektif dalm meningkatkan kemmapuan
berbicara, berbahasa, sosial, moral serta nilai-nilai agama pada anak. Anak juga
bisa belajar secara langung dengan mengunjungi objek yang kan di pelajari, dan
anak akan memiliki pengtahuan yang lebih luas tentang kehidupan sekitarnya.
Walaupun sangat efektif, namun keduanya masih tetap memiliki
kekurangannya masing-masing.
10
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah, Fadillah, dan Halida Halida, “Penerapan Metode Bercerita Pada Anak
Usia 5-6 Tahun Di Tk Kemala Bhayangkari 14” (Tanjungpura University)
Nurhayati, Nurhayati, dan Dwi Nur Aini Dahlan, “Penerapan Metode Karyawisata
dalam Menstimulasi Bercerita Anak Usia Dini di Kelompok Bermain (KB)
Permata Hati,” Jurnal Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Borneo, 1.3 (2020), 223–
30
Setiantono, Try, “Penggunaan metode bercerita bagi anak usia dini di PAUD Smart
Little Cilame IndahBandung,” EMPOWERMENT: Jurnal Ilmiah Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah, 1.2 (2012), 18–23
Souisa, Sjeny Liza, “Penerapan Metode Karyawisata Bagi Pembelajaran Anak Usia
Dini,” Tangkoleh Putai, 15.2 (2018), 118–29
11
12