Anda di halaman 1dari 14

KETERAMPILAN MENDONGENG

“METODE BERCERITA”
Dosen Pengampu:

Dra, Hj. Hayatun Mardiah, M.PdI

Disusun Oleh :

Aulia Ananda Putri Suhada Saragih (0308182049)

Ayu Andira (0308181021)

Kasti Wijayanti (0308183161)

Putri Chyntia Dewi (0308182091)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTASILMUTARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISUMATERA UTARA

TA2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala nikmat yang telah di berikan Allah swt. Dzat yang mengetahui
segala ilmu yang tidak diketahui oleh mahkluknya baik dilangit maupun dibumi serta segala
puji hanya milik Allah atas limpahan rahmat dan curahan nikmat termaksud kesempatan
yangtelah diberikannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat
berangkaikan salam semoga tetap terlimpahkan kepangkuan baginda Rasulullah Saw.
Sebagai tauladan dan idola ulama semoga kita, orang tua kita dan keluarga kita termasuk
umatnya yang mendapat syafaat beliau di hari akhirat kelak. Aamin Ya Rabbal’Alamin.

Berkat rahmat, taufik dan hidayah Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan makalah
ini denganjudul “METODE BERCERITA”.Atas Nama dosen Pengampu Dra, Hj. Hayatun
Mardiah, M.PdI .Mudah-mudahan makalah ini dapat berkontribusi dalam menambah
wawasan pembaca.

Terima kasih diucapkan kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
mensukseskan penyajian makalah ini. Mohon maaf atas segala kesalahan, kekhilafan, dan
kekurangan yang terdapat didalam makalah ini untuk itu, masukan dan perbaikan dari
pembaca akan di terima dengan senang hati dan terima kasih. Semoga kita menjadi orang-
orang. Yang sukses di dunia dan akhirat serta apa yang di cita-citakan dapat tercapai.

Medan 16 April 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pengertian Metode Cerita........................................................................................3


B. Unsur –Unsur Metode Bercerita..............................................................................4
C. Tujuan Bercerita......................................................................................................4
D. Bentuk-Bentuk Bercerita.........................................................................................5
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita.........................................................6
F. Ayat Yang Berhubungan Dengan Alkisah Dalam AL-QUR’AN............................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................9

A. Kesimpulan..............................................................................................................9
B. Saran........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Penerapan metode bercerita merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada
anak dengan alat ataupun tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan
atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita. Metode bercerita adalah
metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, penerapan metode
bercerita sangat penting untuk mengembangkan bahasa anak, karena metode bercerita
mempunyai manfaat diantaranya yaitu : dapat melatih anak dalam mengungkapkan pikiranya
atau pendapatnya, dan dapat melatih anak untuk melanjutkan sebagian cerita atau dongeng
yang telah diperdengarkan oleh guru. Seorang guru harus memahami bagaimana peran dan
fungsi metode bercerita dalam mengembangkan kemampuan bahasa pada anak.
Metode bercerita memang sesuatu yang sangat menarik, Karena metode tersebut
sangat digemari oleh anak-anak, apalagi jika metode yang digunakan ditunjang dengan
penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak. cara penerapan
metode bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga. Alat
peraga dapat dibagi menjadi 2 yaitu alat peraga langsung contohnya alat peraga dengan
membawa contoh langsung seperti kucing, kelinci, dll. Sedangkan alat peraga tidak langsung
berupa boneka, papan flanel, slide, gambar seri, dll. Guru perlu mengasah keterampilannya
dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, bahasa dan komunikasi serta ekspresi.
Seorang pencerita harus pandai-pandai mengembangkan berbagai cara dalam penerapan
metode bercerita.
Cerita adalah sesuatu yang sedang dikerjakan oleh seseorang melalui kegiatan dan
diucapkan secara lisan. Yang didalamnya terdapat alur cerita yang menyenangkan untuk anak
dan cerita tersebut terdapat pesan-pesan yang negatif atau positif untuk anak. Cerita sangat
cocok bagi pembelajaran anak usia dini baik dilingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bercerita?
2. Apa saja unsur –unsur bercerita ?
3. Apa tujuan bercerita ?
4. Apa saja bentuk-bentuk bercerita ?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dalam bercerita ?
6. Apa surah dan ayat yang berhubungan dengan Alkisah di dalam AL-QUR’AN?

1
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa pengertian bercerita.
2. Mengetahui bagaimana unsur-unsur bercerita.
3. Untuk mengetahui bagaimana tujuan bercerita.
4. Mengetahui apa saja bentuk-bentuk bercerita.
5. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan bercerita.
6. Mengetahui ayat yang berhubungan dengan Alkisah dalam AL-QUR’AN.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Cerita
Setiap proses pendidikan, diperlukan adanya metode yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu sendiri. Dalam proses pendidikan Islam, metode
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia
menjadi sarana yang bermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum
pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan diserap oleh anak didik menjadi
pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya. Jadi dapat dikatakan
metode merupakan salah satu faktor yang urgen dalam menentukan keberhasilan dan juga
sarana dalam mencapai tujuan tersebut. Satu dari metode pendidikan Islam adalah metode
pelajaran yang mengandung hikmah dan kisah (cerita). Metode ini telah digunakan sejak
diturunkannya wahyu sampai sekarang. Bahkan dalam perkembangannya metode ini telah
menjadi bagian dari pelajaran bahasa dan telah ditentukan jam khusus untuk itu, hal ini telah
ada dalam sistem pendidikan modern terbukti dengan dimasukkannya cerita dalam kurikulum
sekolah.1 Melalui metode bercerita inilah para pengasuh anak-anak, guru maupun tutor
mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara efektif, dan
anak-anak menerimanya dengan suka hati tanpa sedikitpun merasa diceramahi. 2 Munculnya
berbagai macam buku-buku cerita sekarang ini perlu disambut dengan baik, karena hal itu
berarti juga mendukung melengkapi adanya metode pendidikan dengan bercerita. Namun
walau demikian perlunya tetap dilakukan seleksi terhadap buku-buku cerita tersebut
(terutama buku-buku yang diperuntukkan bagi anak-anak).
Hal ini dipandang perlu dilakukan guna memperoleh cerita yang baik, bagus dan
menunjang proses pendidikan bagi anak-anak, sehingga anak-anak akan terhindar dari
pengaruh unsur negatif dari ekses bacaan tersebut. “Cerita adalah rangkaian peristiwa yang
disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). 3 Adapun
metode cerita sendiri memiliki pengertian “suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran
dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya suatu hal baik yang
sebenarnya terjadi ataupun rekaan.4 Metode cerita juga dapat diartikan sebagai penyampaian
cerita dengan cara bertutur. Yakni “untuk menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan
kepada anak didik yang dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik, dari
cerita yang disampaikan juga dapat diambil suatu pelajaran. “Metode ini mempunyai daya

3
tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk
menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan.1
Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan. Sedangkan Abdul
Rachman Shaleh berpendapat bahwa “metode cerita pada hakekatnya sama dengan metode
ceramah karena informasi yang disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari
seseorang kepada orang lain. Selain disebut sebagai metode ceramah, kisah, metode cerita
secara sempit juga bisa disebut sebagai metode dongeng. Disebut sempit “karena pada
konteks materi, metode cerita berisikan cerita secara umum (nyata dan fiksi), sedangkan
metode dongeng berisikan cerita fiksi saja.” Dengan metode cerita kita dapat mengungkapkan
peristiwa-peristiwa bersejarah yang mengandung ibrah (nilai sosial, moral, dan rohani), baik
mengenai kisah yang bersifat kebaikan maupun kezaliman. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa metode cerita adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran dengan menuturkan cerita-cerita nyata maupun fiksi, baik mengenai
kebaikan maupun kezaliman, sebagai ibrah bagi anak didik.2
B. Unsur –Unsur Metode Bercerita.
1. Tuturan, yaitu upaya yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal,
peristiwa, dan kejadian.
2. Karangan, yaitu upaya yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan
orang, kejadian, dan lain-lain, baik kisah nyata maupun rekaan.
3. Lakon yang mewujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup, sandirawa,
wayang dan lain-lain.
4. Dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi atau cerita rekaan belaka.
C. Tujuan Bercerita
Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan
dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak
memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan
mengekpresikan terhadap apa yang didengar dan diceritakanya, sehingga hikmah dari isi
cerita dapat dipahami dan lambat laun di dengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan di
ceritakanya kepada orang lain.
Mengembangkan kemampuan berbahasa anak, diantaranya kemampuan menyimak/
mendengarkan (listening) dan kemampuan berbicara (speaking) dalam menambah kosa kata
yang dimiliki anak. Mengembangkan kemampuan berfikir, dengan bercerita anak diajak

1
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3982/2/bab-11.pdf
2
http://eprints.walisongo.ac.id/3282/3/63111102_Bab2.pdf

4
untuk memusatkan perhatian dan berfantasi serta berimajinasi mengenai jalan cerita serta
mengembangkan kemampuan berfikir secara simbolik. Menanamkan pesan-pesan moral yang
terkandung dalam bercerita. Mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal
yang terjadi disekitarnya.Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan
menyimpan informasi melalui urutan peristiwa yang disampaikan. Mengembangkan potensi
kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan.

Adapun tujuan bercerita sebagai program belajar TK adalah sebagai berikut.

a. Mengembangkan kemampuan dasar untuk pengembangan daya cipta, dalam


pengertian membuat anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel, dan orisinal dalam bertutur
kata, berpikir, serta berolah tangan dan berolah tubuh sebagai latihan motorik halus
maupun motorik kasar.
b. Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak didik
mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan.3
D. Bentuk-Bentuk Bercerita
Pada pelaksanaannya metode bercerita dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Bercerita tanpa alat peraga. Di mana pada pelaksanaannya tanpa
menggunakan alat peraga sebagai media bercerita dan guru harus
memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara guru harus dapat
membantu fantasi anak untuk mengkhayalkan hal-hal yang diceritakan guru.
b. Bercerita dengan alat peraga. Di mana pada pelaksanaannya menggunakan
alat peraga sebagai media penjelas dari cerita yang didengarkan anak,
sehingga imajinasi anak terhadap suatu cerita tidak terlalu menyimpang dari
apa yang dimaksudkan oleh guru. Alat peraga yang digunakan dapat berupa:
1. Alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda
sebenarnya (misalnya: kelinci, kambing, piring) agar anak dapat
memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta
kegunaan dari alat tersebut.
2. Alat peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang
bukan alat sebenarnya. Bercerita dengan alat peraga tak langsung
dapat berupa:

3
http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2015-1-1-86207-153411119-Bab1-03082015020035.pdf

5
c. Bercerita dengan benda-benda tiruan. Guru menggunakan benda-benda tiruan
sebagai alat peraga (misalnya: binatang tiruan, buah-buahan tiruan, sayuran
tiruan). Benda-benda tiruan tersebut hendaknya mempunyai proporsi bentuk
dan warna yang sesuai dengan aslinya.
d. Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar. Guru menggunakan gambar
sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam buku atau
gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan jalannya
cerita.
e. Bercerita dengan menggunakan papan flanel. Guru menggunakan papan
flanel untuk menempelkan potongan-potongan gambar yang akan disajikan
dalam suatu cerita.
f. Membacakan cerita. Guru menggunakan buku cerita dengan tujuan agar
minat anak terhadap buku semakin bertambah.
g. Sandiwara boneka. Guru menggunakan berbagai macam boneka yang akan
dipentaskan dalam suatu cerita4.
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran anak usia dini,
khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan
kepada anak.
Adapun kelebihan metode ini adalah:
1. Dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar, karena anak sangat senang dengan
cerita-cerita.
2. Sangat sesuai untuk pendidikan afektif (nilai), sebab metode ini dapat menyampaikan
nilai-nilai kebaikan kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita sehingga
mendorong anak untuk melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari
perbuatan buruk yang digambarkan dalam cerita guru.
3. Tidak membutuhkan banyak alat dan media pembelajaran.
Adapun kekurangan antara lain:
1. Dalam pembelajaran ini biasanya guru lebih dominan, sehingga peran aktif anak
sedikit terbatas. Oleh karena itu, guru harus mampu mengkolaborasikan metode ini
dengan metode-metode yang lainnya seperti tanya jawab dan bernyanyi.

4
http://repository.uin-suska.ac.id/14168/10/7.%20BAB%20ll_2018995PIAUD.pdf

6
2. Guru dituntut untuk benar-benar menguasai teknik bercerita yang baik, sehingga
anaktertarik dengan cerita yang dibawakannya sekaligus pesan yang ingin
disampaikan akan diterima anak dengan baik5.
F. Ayat Yang Berhubungan Dengan Alkisah Dalam AL-QUR’AN
Metode cerita sebenarnya telah diisyaratkan dan dikenalkan Allah kepada rasulullah
melalui Al Qur’an, dalam al Qur’an, Surat Hud ayat 120 disebutkan:

ُّ ‫س ِل َما نُثَبِّتُ بِ ٖه فُ َؤا َد َك َو َج ۤا َء َك فِ ْي ٰه ِذ ِه ا ْل َح‬ ۢ


‫ق َو َم ْو ِعظَةٌ َّو ِذ ْك ٰرى لِ ْل ُمؤْ ِمنِ ْين‬ ُّ ‫ص َعلَ ْي َك ِمنْ اَ ْنبَ ۤا ِء‬
ُ ‫الر‬ ُّ ُ‫َو ُكاًّل نَّق‬
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran
serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”
Metode cerita juga tersirat dalam surat Yusuf ayat 3:
َ‫ص بِ َمٓا اَ ْو َح ْينَٓا اِلَ ْي َك ٰه َذا ا ْلقُ ْر ٰا ۖنَ َواِنْ ُك ْنتَ ِمنْ قَ ْبلِ ٖه لَ ِمنَ ا ْل ٰغفِلِيْن‬ َ َ‫سنَ ا ْلق‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ص َعلَ ْي َك اَ ْح‬
ُّ ُ‫نَ ْحنُ نَق‬
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini
kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk
orang-orang yang belum mengetahui.”
Kandungan dalam ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada dalam Al Qur’an
merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai pedagogis.Dalam ayat lain juga
disebutkan:

ِ ‫ي بَيْنَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬


‫ص ْي َل ُك ِّل ش َْي ٍء َّو ُهدًى‬ ْ ‫ق الَّ ِذ‬ ْ ‫ب َما َكانَ َح ِد ْيثًا يُّ ْفت َٰرى َو ٰل ِكنْ ت‬
َ ‫َص ِد ْي‬ ِ ۗ ‫ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِ ْي ق‬
ِ ‫ص‬
َ‫َّو َر ْح َمةً لِّقَ ْو ٍم ُّيؤْ ِمنُ ْون‬
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman.”13 (QS. Yusuf: 111)
Cerita nabi Yusuf misalnya, dapat memberikan pelajaran betapa kuatnya Allah
menjaga makhlukya yang beriman meski ia telah dimasukkan dalam sumur kosong, tetapi
masih dijaga Allah tetap dapat hidup. Sedangkan digunakannya metode cerita dalam
pengajaran dimaksudkan agar materi pelajaran dapat lebih membekas pada anak didik yang
mendengarkannya serta lebih menarik perhatian (konsentrasi) mereka. Dengan digunakannya
metode bercerita, diharapkan anak didik menemukan beberapa hal penting berikut, antara
lain:

5
http://repository.uin-suska.ac.id/14168/10/7.%20BAB%20ll_2018995PIAUD.pdf

7
1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak,
2. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif,
3. Pendidikan imajinasi/fantasi,
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi,
5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita,
6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin,
7. Sarana Hiburan dan penarik perhatian,
8. Menggugah minat baca, dan
9. Sarana membangun watak mulia.
Tujuan metode bercerita juga didefinisikan oleh Nia Hidayati, menurutnya ada 8
(delapan) tujuan metode bercerita bagi anak, diantaranya:
a. Mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak, terutama
bagi anak-anak batita yang sedang belajar bicara.
b. Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentukbentuk emosi dan
ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih, gembira, kesal dan lucu.
c. Memberikan efek menyenangkan, bahagia dan ceria, khususnya bila cerita yang
disajikan adalah cerita lucu
d. Menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya ingat, serta
membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas.
e. Dapat menumbuhkan empati dalam diri anak.
f. Melatih dan mengembangkan kecerdasan anak.
g. Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak
h. Merupakan carapaling baik untuk mendidik tanpa kekerasan, menanamkan nilai moral
dan etika juga kebenaran, serta melatih kedisiplinan.6

6
http://www.kajianpustaka.com/2019/05/metode-bercerita.html?m=1

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk dapat menguasai aspek-aspek keterampilan teknis dari penyajian cerita diatas,
tentu membutuhkan persiapan yang matang. Selain itu, kemampuan dalam bercerita agar
dapat memunculkan berbagai unsur diatas, dan tersaji secara padu, hanya dapat dikuasai
dengan pengalaman dan latihan-latihan yang tekun. Bercerita memang salah satu bagian dari
keterampilan mengajar. Sebagai sebuah keterampilan, penguasaannya tidak cukup hanya
dengan memahami ilmunya secara teoritik saja. Yang lebih penting dari itu adalah keberanian
dan ketekunan dalam mencobanya secara langsung. Itulah sebabnya, latihan-latihan tertentu
yang rutin sangat dibutuhkan. Yang jelas, keterampilan teknis bercerita hanya dapat
dikembangkan melalui latihan dan pengalaman praktek bercerita.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyak kesalahan dalam penulisan dan
penyampaian materi kepada para pembaca dan pendengar.oleh karena itu, kami sebagai
penulis makalah ini bisa berharap kepada para pembaa dan pendengar agar kiranya memberi
kritik dan sarannya,bukan maksud hal yang lain melainkan agar makalah kami ini bisa
menjadi lebih baik lagi dalam penulisan ataupun penyampaiannya.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.walisongo.ac.id/3282/3/63111102_Bab2.pdf

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2015-1-1-86207-153411119-Bab1-03082015020035.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/14168/10/7.%20BAB%20ll_2018995PIAUD.pdf

http://www.kajianpustaka.com/2019/05/metode-bercerita.html?m=1

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3982/2/bab-11.pdf

iii

Anda mungkin juga menyukai