Anda di halaman 1dari 64

DIKTAT

TEOLOGI SISTEMATIKA II
(HAMARTOLOGI & SOTERIOLOGI)

Disusun Oleh :
Pdt. Dr. Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL


BATAM
2020
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 1

KELOMPOK :
MATA KULIAH KEAHLIAN DAN KEILMUAN

NAMA MATA KULIAH : TEOLOGI SISTEMATIKA II


DOSEN PENGAMPU : Dr. OTNIEL OTIELI HAREFA, M.Pd.K.
KODE : MKK 702014
BOBOT : 3 SKS
SEMESTER : III (tiga)
PRASYARAT : 1. PENGANTAR TEOLOGI SISTEMATIKA
2. PEMBIMBING PL dan PB
PERTEMUAN : 14 X (2 X 45 MENIT)

STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang Dosa dan Keselamatan yang
dianugerahkan oleh Allah dalam Kristus Yesus, mengindentifikasikan Karya
penyelamatan Kristus sehoingga pada akhirnya setiap pribadi mampu memastikan
keselamatannya di dalam Kristus serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai keselamatan
dalam kehidupan sehari-hari.

KOMPETENSI DASAR
1. Memahami dengan baik fakta tantang dosa da nasal-usulnya menurut Alkitab
2. Mengerti dan memahami dengan baik berbagai teori teori tentang dosa
3. Memahami dengan baik tentang manusia dan kejatuhannya dalam dosa serta
akibatnya
4. Mengerti dan memahami dengan baik bagaimana konsep keselamatan yang
disediakan Allah dalam Kristus
5. Mengerti dan memahami latar belakang, metode, nilai-nilai dan luasnya keselamatan
6. Mengerti dan memahami dengan baik konsep anugerah Allah dalam keselamatan
7. Mengerti dan memahami konsep predestinasi menurut Alkitab dalam keselamatan
8. Mengerti dan memahami Karya Allah Bapa dalam keselamatan umat manusia
9. Mengerti dan memahami Karya Kristus dalam keselamatan umat manusia
10. Mengerti dan memahami dengan baik karya Roh Kudus dalam keselamatan
11. Mengerti dan memahami dengan baik tentang kepastian keselamatan dalam Kristus
12. Mengerti dan memahami dengan baik ketekunan/pertumbuhan rohani dan
tanggungjawab orang percaya
13. Mampu menjelaskan dan berargumentasi tentang konsep keselamatan dalam
kekristenan

URUTAN DAN RINCIAN MATERI


1 Memahami dengan baik fakta tantang dosa da nasal-usulnya menurut Alkitab
2 Mengerti dan memahami dengan baik berbagai teori teori tentang dosa
3 Memahami dengan baik tentang manusia dan kejatuhannya dalam dosa serta
akibatnya
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 2

4 Mengerti dan memahami dengan baik bagaimana konsep keselamatan yang


disediakan Allah dalam Kristus
5 Mengerti dan memahami latar belakang, metode, nilai-nilai dan luasnya keselamatan
6 Mengerti dan memahami dengan baik konsep anugerah Allah dalam keselamatan
7 Mengerti dan memahami konsep predestinasi menurut Alkitab dalam keselamatan
8 Mengerti dan memahami Karya Allah Bapa dalam keselamatan umat manusia
9 Mengerti dan memahami Karya Kristus dalam keselamatan umat manusia
10 Mengerti dan memahami dengan baik karya Roh Kudus dalam keselamatan
11 Mengerti dan memahami dengan baik tentang kepastian keselamatan dalam Kristus
12 Mengerti dan memahami dengan baik ketekunan/pertumbuhan rohani dan
tanggungjawab orang percaya
13 Mampu menjelaskan dan berargumentasi tentang konsep keselamatan dalam
kekristenan

INDIKATOR HASIL BELAJAR


1. Mampu menjelaskan dengan baik fakta tantang dosa da nasal-usulnya menurut
Alkitab
2. Mampu menjelaskan dan berargumentasi dengan baik tentnag berbagai teori teori
tentang dosa dalam sejarah teologi dan menetapkan teori alkitabiah sebagai
pegangan
3. Mampu menjelaskan dengan baik tentang manusia dan kejatuhannya dalam dosa
serta akibatnya
4. Mampu memaparkan dengan baik bagaimana konsep keselamatan yang disediakan
Allah dalam Kristus
5. Mampu mendeskripsikan latar belakang, metode, nilai-nilai dan luasnya
keselamatan
6. Mampu menjelaskan dengan baik konsep anugerah Allah dalam keselamatan
7. Mampu menjelaskan dan logika yang baik tentang konsep predestinasi dalam
keselamatan menurut para tokoh teologi dalam sejarah (Agustinus dan Calvinisme
vs Pelagius dan Armenianisme) serta bagaimana menurut pandangan Alkitab
8. Mampu menjelaskan dengan baik apa dan bagaimana Karya Allah Bapa dalam segi
segi keselamatan umat manusia
9. Mampu memahami dan menjelaskan Karya Kristus dalam keselamatan umat
manusia
10. Mengerti dan memahami dengan baik karya Roh Kudus dalam keselamatan
11. Mengerti dan memahami dengan baik tentang kepastian keselamatan dalam Kristus
12. Mengerti dan memahami dengan baik ketekunan/pertumbuhan rohani dan
tanggungjawab orang percaya
13. Mampu menjelaskan dan berargumentasi tentang konsep keselamatan dalam
kekristenan

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

PENDEKATAN : Konteksual dan partisipatoris

PENGALAMAN : 1. Mahasiswa mendengarkan kuliah


BELAJAR 2. Mahasiswa melakukan riset kepustakaan
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 3

3. Mahasiswa berdiskusi
4. Mahasiswa membuat laporan baca
5. Mahasiswa menulis paper

METODA : Kuliah, diskusi, riset pustaka

TUGAS : 1. Membuat Refleksi mingguan


2. Laporan baca diktat
3. Presentasi kelompok sesuai dgn topiknya
4. Menulis Paper /Artikel Ilmiah dgn topik
pilihan sebagai berikut :
- Dosa dan akibatnya bagi kehidupan
manusia
- Konsep teologis tentang Keselamatan
adalah Anugerah Allah
- Jaminan Keselamatan Bagi Orang
Percaya
- Hubungan Pertobatan, Iman dan
Baptisan air terhadap Keselmatan
- Tanggapan Teologis terhadap
Pandangan Kelopok Hyper Grace
tentang dosa dan kasih karunia
- Analisa kata “Kerjakan
Keselamatanmu dengan takut dan
gentar” dalam Filipi 2:12
- Isu-isu tentang Dosa dan Keselamtan
lainya yang dianggap Relevan

STANDAR PENILAIAN 1. Kehadiran dikelas : 10 %


: 2. Laporan baca diktat : 10 %
3. Presentasi kelompok : 15 %
4. Kuis /Refleksi : 15 %
5. Tulisan Artikel Ilmiah /Paper : 25 %
6. UAS : 25 %
TEKNIK : TERTULIS, PENGAMATAN
BENTUK SOAL : Essei bebas, essei terbatas, Tes Sikap, Porto
Folio, unjuk kerja
MEDIA : Laptop, LCD Proyektor, VCD , Papan Tulis /
White board,

SUMBER BELAJAR
1. Keluarga
2. Media elektronik (internet)
3. Narasumber,
4. Lingkungan alam dan sosial,
5. Teman di kampus
6. Teman di masyarakat setempat
7. Komunitas gereja
8. Literatur / Kepustakaan:
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 4

1. Marantika Crist, SOTERIOLOGI, Yogyakarta, Andi Press


2. Ryrie Charles, Teologi Dasar jilid 1-2, Bandung : Kalam Hidup
3. Teologi Sistematika jilid 4 (Keselamatan), Lembaga Reformed Injili
4. Abineno, J.L.Ch. (1989). Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
5. Ericsson Millard, J. (1983). Christian Theology. Grand Rapids: Baker Book
House.
6. Genepp, V.O. van dkk. (1993). Ternyata Ia Sudah Bangkit. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
7. Groenon, C. (1988). Sejarah Dogma Kristologi. Yogyakarta: Kanisius.
8. Hadijono Harun. (1973). Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
9. Koyama Kasuke. (1998). Injil Dalam Pandangan Asia. Jakarta: Satya Karya
10. Lane, Tony. (1990). Runtut Pijar. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
11. Lakse, Benhard. (1989). Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
12. Milne, B. (1993). Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
13. Niextrik, G.C & B.J. Bolan. (1958). Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
14. Sudarmo, R. (1989). Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
15. Susabda Yakub, B. (1989). Kaum Injili: Membangkitkan Kembali Semangat
Ortodoks. Malang: Gandum Mas.
16. ______________. (1990). Teologi Modern. Jakarta: Lembaga Reformed Injili
Indonesia
17. Verkuyl, J. (1954). Aku Percaya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 5

BAB I
DOKTRIN TENTANG DOSA

Doktrin keselamatan tidak terlalu berarti tanpa menyadari kekejaman dosa, sebab oleh
karena dosa dan akibatnyalah menyebabkan keselamatan itu begitu sangat penting. Hampir
seluruh bagian Alkitab secara berulang-ulang membicarakan dosa dan akibatnya serta
intervensi Allah dalam memberikan keselamatan kepada manusia berdosa. Hanya ada 4 pasal
dalam Alkitab yang mengabaikan hal-hal tentang dosa yaitu Kejadian 1 dan 2 (Pra dosa) serta
Wahyu 21 dan 22 (Post dosa). Alkitab tidak secara lengkap melaporkan tentang asal-usulnya
dosa, namun yang jelas Setan adalah suatu pribadi yang membawa dosa masuk ke dalam
ciptaan Allah, termasuk kepada manusia (Yes. 14, Yeh. 28). Manusia yang diciptakan
segambar dan serupa dengan Allah dan dalam keadaan tanpa dosa, kemudian jatuh ke dalam
dosa karena godaan setan dan keinginannya sendiri.

A. PENGERTIAN DOSA
Dalam konteks Alkitabiah, istilah dosa meliputi tiga aspek :
1. Ketidak taatan atau pelanggaran hukum
2. Pelanggaran dalam hubungannya dengan masyarakat
3. Pemberontakkan terhadap Allah.
Istilah dosa dalam bahasa Ibrani ditulis dengan beberapa kata seperti : “hatta’t” yang artinya
“kehilangan standar, sasaran atau tujuan. “pesa” artinya : “pelanggaran terhadap hukum atau
pemberontakkan. “awon” berarti jahat atau melawan, “segagah” berarti kesalahan, “resa”
berarti ketidaksalehan, ketidakadilan atau kejahatan. Sedangkan istilah dosa dalam kata
Yunani ditulis dengan “Hamartia” yang artinya : “bertentangan dengan hukum-hukum yang
berlaku atas umat atau Allah. Jadi bisa diartikan dosa adalah : “segala tindakan atau kehendak
yang bertentangan atau tidak harmonis dengan Pribadi dan Karakter Allah.”

Kejadian pasal 3 merupakan pasal utama yang membicarakan masuknya dosa ke dalam
sejarah umat manusia. Kejatuhan manusia dalam dosa sangat mempengaruhi seluruh
kepribadian manusia secara total termasuk hubungannya dengan Tuhan yang menjadi rusak
karena dosa. Realita dosa membawa pengaruh yang jahat bagi manusia sehingga secara sadar
dan sukarela ia memihak kepada dosa dan melanggar perintah Allah. Dosa akhirnya
menerobos mengembang dan menguasai manusia. Pada mulanya manusia berdosa karena
kemauannya sendiri (willful sinner) namun keadaan itu kemudian berkembang menjadi budak
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 6

dosa (enslaved sinner). Ada empat istilah Yunani yang dipakai untuk menjelaskan pribadi
manusia yang telah diracuni oleh dosa yaitu: sarks (daging), soma (tubuh), psyche (jiwa) dan
pneuma (roh). Manusia yang diciptakan seperti gambar diri Allah menjadi bejat total dan tak
berdaya menjadi benar walaupun tak terjadi pelenyapan total.
Sekalipun Allah membenci dosa, tetapi tidak memberi kesan sedikitpun bahwa Allah
dipihak yang bereaksi dengan amarah yang meluap-luap. Dosa itu kuasanya dahsyat sanggup
meracuni dan merusak seluruh kehidupan manusia, akan tetapi Anugerah Allah lebih dahsyat
lagi. Dimana kuasa dosa berkuasa maka disanapun juga anugerah Allah berkuasa dengan
limpahnya. Bagaimana cara menyelesaikan dosa … ? Hikmat, anugerah, kuasa dan Kasih yang
tak terbatas, merencanakan dan menyediakan keselamatan bagi manusia di dalam Yesus
Kristsus. Jadi keselamatan merupakan aspek anugerah, kesetiaan, panjang sabar dan kasih
karunia Allah terhadap manusia yang dinyatakan dalam pengadaan jalan keselamatan di dalam
Yesus Kristus.

I. Fakta-Fakata Tentang Dosa


1. Penciptaan mengatakannya. Segenap alam mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah.
Alam membuktikan bahwa ada kehidupan dan kematian, ada keharmonisan dan
perselisihan, ada keindahan dan keburukan, terang dan gelap, yang menyatakan fakta
adanya dosa. Kekuatan-kekuatan alam dapat menjadi berkat tetapi dapat juga menjadi
kutuk. Bumi yang dimaksudkan memberkati manusia, tetapi ada waktunya mendatangkan
kesengsaraan. Ini semua jadi karena dosa telah masuk ke alam semesta. “Karena engkau
mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon yang telah Kuperintahkan
kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau.” (Kejadian
3:17).
2. Sejarah manusia mengatakannya. Pandangan singkat atas sejarah, dengan adanya perang,
pertumpahan darah, kebencian, pembunuhan, kebejatan moral dan ketamakan,
menunjukkan bahwa ada yang salah pada manusia bangsa-bangsa di bumi. Alkitab
mengatakan bahwa perang dan perkelahian, pertengkaran dan pembunuhan adalah karena
dosa. (Yakobus 4:1-2).
3. Logika manusia menyatakannya. Manusia yang jujur akan mengakui bahwa ada yang salah
di dalam dirinya. Ia mengakui bahwa ia tidak harmonis di dalam dirinya. Inilah fakta
adanya dosa di dalam diri yang bersangkutan. Seorang yang jujur dengan dirinya, mengakui
di Alkitab, “Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku
benci, itulah yang aku perbuat. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 7

aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.”
(Roma 7:14,19). Manusia melakukan yang salah karena ia orang berdosa.
4. Kata hati manusia menyatakannya. Kata hati manusia adalah saksi tentang dosa yang ada
pada manusia. Pada saat seseorang melakukan yang salah, kata hatinya menyalahkan dia,
menuduh dan menghukum dia. “Suara hati mereka saling menuduh atau saling membela.”
(Roma 2:15). Kata hati membuktikan adanya dosa pada manusia.
5. Pengalaman manusia menyatakannya. “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala
pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan,
kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.” (Markus 7:20,21).
“Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah,
mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak
memperdulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan
orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak
berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah.” (2
Timotius 3:2-4). Ayat-ayat Firman Tuhan ini dan ayat-ayat lainnya mengatakan tentang
dosa dalam hidup manusia dan pengalaman manusia mengesahkan bahwa apa yang
dikatakan Firman Allah benar. Pengalaman manusia menyatakan bahwa dosa itu ada dalam
hidup manusia.
6. Agama-agama manusia menyatakannya. Bangsa-bangsa di dunia mempunyai allah atau
allah-allah yang disembah. Dengan korban-korban dan ibadah mereka berusaha
menyenangkan dewa-dewa karena rasa bersalah atau dosa di hati mereka. Kepercayaan
atau agama bangsa-bangsa di dunia membuktikan adanya dosa pada manusia. Manusia
dengan agamanya mau menutupi atau menyelesaikan dosa itu.
7. Orang percaya menyatakannya. Orang percaya yang telah percaya Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamatnya yang lebih menyadari adanya dosa. Setelah mendengar Injil, percaya
dan bertobat dan dilepaskan dari dosa yang menguasainya, orang percaya lebih menyadari
realitas dosa itu. Tetapi orang percaya yang menyadari bahwa untuk menyelesaikan dosa
yang menguasai manusia, harus disucikan dan dikuasai oleh Firman Allah dan Roh Kudus.
8. Kitab Suci menyatakannya. Pengadilan tertinggi untuk membuktikan sesuatu adalah
Firman Allah. Justru Firman Allah yang mengatakan bahwa semua manusia berdosa.
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma
3:23). “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh
dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12).
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 8

II. Teori Teori Umum Tentang Dosa


1. Teori-teori yang salah tentang dosa.
a. Teori Ateistis. Ateistis tidak percaya adanya Allah. Karena tidak percaya adanya Allah,
juga dengan sendirinya percaya tidak ada Allah yang menyebabkan manusia berdosa
kepadanya. Karena tidak ada Allah, kepada siapa manusia berdosa dan
mempertanggungjawabkan keberadaannya dan apa yang ia lakukan? Itulah kekeliruan
keyakinan Ateistis mengenai dosa.
b. Teori Determinisme. Teori ini percaya bahwa manusia tidak mempunyai kehendak
bebas. Manusia tak dapat melawan apa yang baik atau yang jahat. Pandangan ini
bersifat fatalistis, karena manusia tak dapat menolak apa yang akan datang, dan oleh
sebab itu manusia tak dapat dipersalahkan untuk apa yang dibuatnya. Inilah kekeliruan
paham Determinisme mengenai dosa.
c. Teori Evolusi. Teori ini berpegang bahwa manusia adalah hasil dari evolusi, dan
manusia mengalami evolusi dari monyet. Apa yang dikatakan “dosa”, hanya
merupakan sifat-sifat binatang (monyet) yang ada pada manusia. Sebab itu manusia tak
dapat dipersalahkan untuk apa yang dikatakan sebagai “dosa”. Tetapi teori ini
menyangkali bahwa manusia adalah mahluk moral yang diciptakan menurut gambar
dan teladan Allah. Inilah kekeliruan dari teori Evolusi.
d. Teori-teori Bidat tentang dosa.
 Christian Science (Ilmu Pengetahuan Kristen). Christian Science mengatakan
bahwa manusia tidak sanggup berdosa. Dosa adalah kesalahan pikiran fana.
Manusia hanya memikirkan bahwa ada dosa dan bila pikirannya diperbaiki, dosa
tidak ada lagi. Dosa, penyakit dan maut, bukan realitas tetapi hanya khayalan.
Manusia tidak dapat berdosa karena ia mendapat esensinya dari Allah.
 Spiritisme. Spiritisme mengatakan bahwa manusia tidak pernah jatuh. Apapun
yang dijalani manusia, baik dan yang jahat, adalah jalan yang aturannya dan
tujuannya Ilahi.
 Russelisme. Russelisme atau saksi Yehovah mengatakan dosa, “Maut, padamnya
hidup, adalah upah dosa”. Dalam waktu millenium, roh akan dibangkitkan dan
akan diberi kesempatan kedua atau percobaan kedua untuk hidup kekal. Tiap-tiap
orang tidak mati karena dosanya sendiri, tetapi karena dosa Adam, sehingga di
dalam Adam semua mati. Waktu dimana manusia akan mati karena dosanya yaitu
di milenium.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 9

 Teosofi. Teosofi mengajarkan bahwa semua pikiran meninggalkan jejaknya di


tubuh dan muncul kembali sebagai kecenderungan didalam inkarnasi yang akan
datang. Roh manusia dapat berpindah dan perbuatan manusia menentukan tubuh
yang akan dimilikinya pada kelahirannya yang berikut. Kebebasan dari dosa yaitu
bila hilang di dalam perenungan meditasi.
 Unitas. Unitas mengajarkan bahwa tidak ada dosa, penyakit atau kematian. Allah
tidak melihat ada yang jahat pada manusia. Dosa hanyalah kekurangan dalam
menunjukkan sifat ilahi. Saya tidak dapat menyalahkan diri saya atau dunia karena
saya mempunyai nafsu karena Allah ada dalamnya.
 Mormonisme. Mormonisme mengajar bahwa Adam perlu mengambil bagian
dalam memakan buah yang dilarang. Bila tidak demikian ia tidak mengetahui yang
baik dan yang jahat dan tidak mempunyai keturunan di dunia.

III. Teori teori Teologi Kristen Tentang Dosa


1. Teori Pelagian – Teori ketidak-berdosaan manusia secara alamiah. Teori ini berasal dari
Pelagius, seorang rahib di Inggris yang lahir sekitar tahun 370 M. Ia mengajarkan bahwa
dosa Adam hanya mempengaruhi dirinya. Ia berpendapat bahwa setiap jiwa manusia yang
diciptakan Allah tidak berdosa dan bebas dari kecenderungan yang rusak. Allah
menetapkan bahwa manusia bertanggungjawab untuk perbuatan dosa yang dengan sengaja
ia lakukan. Roma 5:12 yang mengatakan bahwa maut telah menjalar kepada semua orang,
karena semua orang telah berbuat dosa, ditafsirkannya bahwa itu telah menunjuk kepada
kematian fisik yang berlaku kepada manusia setelah ia berbuat dosa.
2. Teori Arminian – Teori kerusakan yang diambil secara sukarela. Arminius seorang
profesor di Belanda ( 1560-1609 ) mengajarkan teori tentang dosa yang dianggap Semi –
Pelagianisme. Teori ini berpegang bahwa akibat dosa Adam manusia dilahirkan tanpa
kebenaran dan tak berkemampuan memperoleh kebenaran. Namun manusia tidak
diperhitungkan bersalah karena dosa Adam. Ia hanya bertanggungjawab karena dosa
perbuatannya yang sadar. Mengenai Roma 5:12 ia menafsirkan bahwa maut telah menjalar
kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa, yaitu bahwa manusia
menderitakan konsekuensi dosa Adam. Karena itu Allah diwajibkan oleh tabiatNya untuk
mengirimkan pengaruh Roh Kudus untuk meniadakan kecenderungan yang jahat yang
diwarisi manusia karena kejatuhan Adam.
3. Teori Aliran Baru – Teori kerusakan yang tak-dapat-dihukum. Teori ini berdekatan
dengan teori Arminian. Teori ini berpegang bahwa manusia hanya bertanggungjawab atas
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 10

perbuatan pribadi, walaupun semua manusia lahir dengan kecenderungan untuk berdosa.
Kematian bukanlah hukuman pada manusia, tetapi konsekuensi ketidak-senangan Allah
atas pelanggaran Adam. Mengenai Roma 5:12 ditafsirkan bahwa kematian rohani melanda
semua manusia, karena semua manusia secara aktual dan pribadi telah berdosa.
4. Teori Federal – Teori tuduhan oleh perjanjian. Teori ini berasal dari Cocceius ( 1603-
1669 ), seorang profesor Belanda, yang dikembangkan oleh Francis Turretin, juga seorang
profesor Belanda. Teori ini berpegang bahwa Allah mengadakan perjanjian dengan Adam
sebagai kepada perwakilan manusia, yang menjanjikan kehidupan kekal bila patuh, dan
ada kematian dan kehancuran bila ia tidak menaati. Karena Adam berdosa maka semua
keturunannya berdosa. Allah menyalahkan semua karena pelanggaran Adam. Teori ini
berpegang bahwa setiap jiwa yang diciptakan Allah ada sifat buruk dan berdosa sebagai
hukuman atas Adam.
5. Teori tuduhan tak langsung – Teori penghukuman karena kerusakan. Teori ini berasal
dari Plaesus ( 1605-1655 ), seorang profesor Perancis. Ia mengajarkan bahwa semua
manusia telah rusak secara fisik dan moral dan inilah sumber semua dosa di dalam
manusia. Kerusakan fisik datang dari Adam karena pembiakan alami tetapi jiwa yang
diciptakan Allah menjadi rusak saat bersatu dengan tubuh. Roma 5:12 ditafsirkannya
bahwa semua berdosa karena mempunyai sifat alamiah yang berdosa.
6. Teori Augustinus – Teori pimpinan alami Adam atau keberdosaan semua manusia di
dalam Adam. Teori ini pertama kali diterangkan oleh Augustinus (354-430), dan
kemudian dilanjutkan oleh Tertulianus. Teori ini yang dipegang secara umum oleh para
tokoh Reformator seperti Marthin Luther dan Yohanes Calvin. Teori ini mengajarkan
bahwa dosa Adam dituduhkan kepada generasi keturunannya yang belum lahir, karena
kesatuan organis semua manusia “di dalam Adam”. Semua manusia ada di dalam di
pinggangnya, walaupun belum lahir. Adam sebagai kepala perwakilan manusia,
melakukan apa yang dilakukan manusia lain dalam percobaan yang sama. Roma 5:12
ditafsirkannya bahwa di dalam Adam semua manusia telah berdosa. Ini berarti kematian
fisik, rohani dan kekal, dan semuanya terlibat dalam pimpinan Adam secara alamiah. Teori
inilah yang paling Alkitabiah dibanding teori-teori yang lainnya.
IV. Hukuman Allah Terhadap Dosa
1. Perlunya hukum.
a) Di alam semesta. Allah adalah pencipta alam semesta dan pemberi hukum dalam alam
semesta. Waktu Allah menciptakan alam semesta, Ia menciptakannya dengan diatur
hukum-hukum. Tanpa hukum akan ada kekacauan di alam semesta. Jadi alam semesta
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 11

takluk pada hukum-hukum Allah. Allah adalah pencipta alam semesta dan pemberi
hukum dalam alam semesta. Waktu Allah menciptakan alam semesta, Ia
menciptakannya dengan diatur hukum-hukum. Tanpa hukum akan ada kekacauan di
alam semesta. Jadi alam semesta takluk pada hukum-hukum Allah.
b) Pada mahluk. Allah yang menciptakan mahluk dan manusia dengan hukum. Manusia
sebagai mahluk ciptaan Allah, hidup di bumi dengan hukum. Karena manusia adalah
sebagai mahluk moral, manusia dapat hidup dalam hukum. Walaupun manusia sebagai
mahluk yang berkehendak bebas, namun manusia bertanggungjawab untuk hidup
sesuai hukum. Bila individu-individu manusia tak memelihara hukum, akan terjadi
kekacauan dan bentrokan antar individu. Jadi hukum diberikan Allah kepada manusia,
supaya dapat hidup bersama dengan baik. Namun manusia sebagai mahluk moral yang
berkehendak bebas, dapat memilih untuk memelihara hukum atau memberontak dan
melanggar hukum, manusia dapat memilih untuk menjadi baik atau menjadi jahat.
2. Pelanggaran hukum. Hukum mutlak perlu untuk alam semesta dan mahluk ciptaan. Allah
juga memberi hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah sendiri. Bahasa
hukum adalah “Engkau harus” dan “jangan engkau”. Manusia mempunyai kuasa untuk
memilih apa yang ia lakukan. Manusia dikatakan sebagai agen moral dan agen kehendak
bebas. Manusia dapat memilih untuk dengan bebas melakukan kehendak sendiri tanpa
hukum, atau memilih untuk dengan kehendak sendiri melakukan yang sesuai dengan
hukum. Dalam hubungan dengan Allah, misalnya, dikatakan dalam Matius 4:10, “Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dialah saja engkau berbakti.”
Melanggar hukum ini adalah dosa, sebab dosa ialah “pelanggaran hukum Allah.” (1
Yohanes 3:4).

V. Asal-Usul Dosa
1. Masuknya dosa ke alam semesta. Kitab Suci menunjukkan dengan jelas bahwa mahluk
moral yang pertama diciptakan adalah rombongan malaekat, dan bahwa Lucifer dan
malaekatnya adalah pendosa-pendosa pertama dan yang asli. Jadi dosa mulai di sorga di
antara orde malaikat. Kemudian turun ke bumi di mahluk penggoda yaitu iblis. Lucifer
adalah mahluk malaekat, penghulu malaekat, yang dipakaikan dengan hikmat, terang dan
keindahan. Ia ditugaskan sebagai pemimpin di dalam pelayanan penyembahan. Ia diurapi
menjadi kerub yang mengawal takhta Allah. Ia tidak bercela di dalam tingkah lakunya sejak
penciptaannya. Ini ada padanya sampai didapati ada kecurangan kepadanya. Keadaan dari
Lucifer dapat dilihat dari Firman Tuhan yang menggambarkan mengenai raja Babel, seperti
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 12

yang tertulis dalam Yesaya 14:12-14, dan raja Tirus seperti tertulis dalam Yehezkiel 28:1-
19. Esensi yang ada pada Lucifer yaitu keterpusatan-diri, yang menyatakan dalam
tritunggal dosa: kesombongan, ketamakan (hawa nafsu) dan kehendak-diri.
a. Kesombongan. Lucifer menjadi sombong (Yehezkiel 28:5), dan berkata ia adalah Allah
(ayat 2), dan menempatkan diri sama dengan Allah (ayat 6). “Kecongkakan mendahului
kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Amsal 16:18).
b. Ketamakan atau hawa nafsu. Lucifer menyatakan keinginan yang tamak waktu ia
berkata: “Aku hendak naik mengatasi awan-awan, hendak menyamai Yang
Mahatinggi” (Yesaya 14:14). Ia menginginkan posisi Allah dan penyembahan yang
hanya menjadi hak Allah. Ia bangkit melawan Firman, Allah yang benar.
c. Kehendak diri. Nabi Yesaya dalam membicarakan kejatuhan Lucifer, mendaftarkan
lima ungkapan kehendak-diri (Yesaya 14:13,14).
 Menaikkan diri. “Aku hendak naik ke langit.”
 Pengangkatan diri. “Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang
Allah.”
 Penobatan diri. “Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.”
 Kepercayaan diri. “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan.”
 Pemujaan diri. “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Kehendak-diri menjadi dosa-benih dari semua dosa. Semua buah dosa ada di dalam
bentuk benih itu.
Jadi iblis, mahluk roh dan malaikat, mahluk moral dan berkehendak bebas yang
diciptakan, bangkit melawan Allah Pencipta, dengan kesombongan, ketamakan dan
kehendak diri penuh pemberontakan. Tetapi iblis bukannya naik melainkan jatuh.
Iblis adalah pendusta pertama, yang bertanggungjawab atas masuknya dosa ke alam
semesta. Ia memimpin pemberontakan malaikat, dan akhirnya adalah kejatuhan manusia
melalui Adam.
3. Masuknya dosa ke dalam manusia. Dalam Kejadian 3:1-6 kita mendapat laporan tentang
godaan pada manusia dan masuknya dosa ke dalam ras manusia. Percobaan pada manusia
terpusat di sekitar suatu pohon di Taman Eden, pohon pengetahuan baik dan jahat. Secara
khusus meliputi kedengar-dengaran pada perintah Allah yang diberikan di Kejadian 2:17.
Manusia boleh makan dari semua pohon, kecuali buah yang dilarang, buah pohon
pengetahuan baik dan jahat. Di sini manusia diperhadapkan pada pilihan, kepatuhan atau
ketidakpatuhan pada kehendak Allah. Manusia juga mengetahui konsekuensi pilihannya
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 13

yaitu kematian atau kehidupan. Sebagai mahluk yang berkehendak bebas, ia mempunyai
kuasa untuk memilih.
Di dalam percobaan pada manusia, Allah mengijinkan Iblis, pendosa yang pertama itu,
untuk mencobai manusia. Cobaan pada manusia meliputi:
a. Pencobaan yang menyangkut tubuh, jiwa dan roh. Waktu Allah mengijinkan Adam dan
Hawa dicobai ular, mereka digoda dalam:
1. Tubuh, yaitu keinginan daging. “Pohon itu baik untuk dimakan.
2. Jiwa, yaitu keinginan mata. “Pohon itu sedap kelihatannya.”
3. Roh, yaitu kesombongan hidup. “Pohon itu menarik hati karena memberi
pengertian “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang
jahat.”
Jadi manusia di dalam ketritunggalannya dicobai menurut ketiga hal yang
disebutkan di 1 Yohanes 2:15-17. Jadi waktu manusia jatuh, manusia jatuh secara tubuh,
jiwa dan roh, yaitu manusia berdosa dalam tubuh, jiwa dan roh. Ini menyebabkan
kerusakan total.

b. Pencobaan dalam hal keinginan, kesombongan dan kehendak-diri.


Pencobaan menyangkut keinginan. Allah telah memberikan kepada manusia lima
instink mendasar yaitu:
• Hukum pemeliharaan diri, yang memungkinkan manusia memelihara dirinya.
• Hukum penambahan diri, yang memungkinkan manusia memperoleh kebutuhan hidup
untuk mencukupi diri.
• Hukum pemberian makan pada diri, yaitu instink mencari makan.
• Hukum pembiakan diri, yaitu instink kelamin, yang dengannya manusia bertambah-
tambah.
• Hukum penonjolan diri, yang dengannya manusia dapat menaklukkan dan menguasai
bumi.
Instink-instink ini merupakan kemampuan manusia dan bukan dosa. Tetapi Iblis
menjadikannya keinginan yang tidak terkontrol sehingga manusia ditaklukkan oleh
keinginan. Pencobaan merupakan eksploitasi atas kemampuan manusia dan
penyelewengan atas instink yang diberikan oleh Allah. Ular membujuk perempuan itu
untuk melanggar hukum Allah. Manusia mengikuti keinginannya, dan itulah dosa.
Kesombongan. Pencobaan juga meliputi apa yang muncul dari keinginan yang
tidak wajar, yaitu kesombongan. Pernyataan Iblis, “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 14

tentang yang baik dan yang jahat”, merupakan bujukan ego manusia. Ini adalah bujukan
dari kesombongan. Pencobaan Iblis membujuk manusia agar jatuh dalam kesombongan,
yaitu bahwa manusia akan menjadi seperti Allah, yang tahu tentang yang baik dan yang
jahat.
Kehendak-Sendiri. Setelah manusia terbujuk oleh si ular, manusia tetap bebas
untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang ditawarkan Iblis. Tujuan Iblis memang
adalah untuk menguasai kehendak-sendiri manusia itu. Ia mau supaya manusia
mempraktekkan kehendak-sendiri, yang bertentangan dengan kehendak Allah. Manusia
membuat keputusan untuk tidak menaati kehendak Allah. Manusia mempraktekkan
kehendak bebasnya, mengikuti kehendak-sendiri, dan manusia jatuh dalam dosa. Dengan
demikian dosa ada dalam kehendak-sendiri manusia.

c. Pencobaan dalam hubungan dengan Hukum. Pencobaan pada manusia menyangkut


serangan pada hukum Allah. Larangan yang diberikan Allah pada manusia di Kejadian
2:17 merupakan hukum Allah. Iblis harus menyerang hukum Allah untuk dapat
menaklukkan manusia. Urutan langkah Iblis dalam menaklukkan kepatuhan pada hukum:
1. Ular mendatangkan keragu-raguan pada pikiran wanita itu mengenai Firman Allah dan
hukum Allah. Ia menganggu dengan pertanyaan, “Tentu Allah berfirman,…bukan?” Ini
adalah keraguan atas otoritas firman yang dikatakan Tuhan. Inilah awal
ketidakpercayaan.
2. Perempuan itu menambah Firman dengan mengatakan bahwa mereka tidak boleh
menjamah pohon itu.
3. Perempuan itu juga memalsukan Firman. Bila dibandingkan Kejadian 3:3 dengan 2:17,
perempuan itu telah menambah “nanti”.
4. Ular itu berdusta dengan mengatakan, “Sekali-kali kamu tidak akan mati.”
5. Ular itu memfitnah Firman dengan menyerang maksud Allah, dengan mengatakan
bahwa Allah menyembunyikan dari mereka hak untuk menjadi seperti Allah, yang
mengetahui yang baik dan yang jahat.
6. Perempuan itu tertipu dan percaya omongan Iblis ganti Firman Allah, dan jatuh dari
iman kepada ketidakpercayaan.
Manusia melanggar hukum Allah. “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” (1 Yohanes
3:4). Dengan melanggar satu hukum Allah maka semua hukum dilanggar. “Sebab
barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia
bersalah terhadap seluruhnya.” (Yakobus 2:10). Dengan demikian pencobaan Iblis pada
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 15

manusia adalah pencobaan pada tubuh, jiwa dan roh manusia, pencobaan dalam keinginan,
kesombongan dan kehendak diri, dan pencobaan dalam hal pelanggaran hukum Allah.

VI. Kejatuhan Manusia dan Akibatnya.

Dosa Adam adalah pilihan bebas, suatu tindakan bebas kehendak menentang hukum.
“Ini adalah pengkhianatan pada Allah, pemberontakan terbuka pada kebenaran. Kejatuhan itu
tidak saja mempengaruhi Adam, tetapi juga semua keturunannya yang belum lahir. Akibat-
akibat dari kejatuhan adalah akibat segera dan akibat jangka panjang.
Dosa Adam adalah pilihan bebas, suatu tindakan bebas kehendak menentang hukum.
“Ini adalah pengkhianatan pada Allah, pemberontakan terbuka pada kebenaran. Kejatuhan itu
tidak saja mempengaruhi Adam, tetapi juga semua keturunannya yang belum lahir. Akibat-
akibat dari kejatuhan adalah akibat segera dan akibat jangka panjang.

a. Akibat Segera dari Kejatuhan.


1. Kesucian hilang (Kejadian 3:7; 2:25). Mereka tahu bahwa mereka telanjang. Suatu
perasaan malu datang pada Adam dan Hawa karena ketidak-patuhan mereka.
2. Pengetahuan akan yang baik dan yang jahat. Mereka mengetahui yang baik dan yang
jahat, dan yang jahat masuk dalam pikiran mereka. Walaupun mengetahui yang baik
dan yang jahat, tetapi mereka lebih dapat melakukan yang jahat.
3. Hukum kata hati bekerja. Pada saat manusia berdosa, hukum kata hati mulai bekerja.
Kata hati menghasilkan yang salah.
4. Hukum pekerjaan. Kata hati yang tertuduh membawa mereka pada usaha, supaya
mereka dapat menghadap Allah. Mereka menyemat daun ara untuk menutup badan
mereka (Kejadian 3:7).
5. Takut akan Allah. Dosa dan kata hati yang merasa salah mendorong mereka untuk
menyembunyikan diri dari hadirat Allah. Dosa mendatangkan ketakutan. Waktu Allah
datang, mereka menyembunyikan diri mereka di antara pohon-pohon (Kejadian 3:8).
6. Menyalahkan orang lain. Waktu Tuhan datang dan memanggil mereka, Adam dan
Hawa bersembunyi. Sebenarnya Allah menunggu pengakuan dosa mereka. Tetapi
mereka masing-masing hanya menyalahkan seorang terhadap yang lain. Adam
menyalahkan perempuan itu. “Perempuan… dialah yang memberi dari buah pohon itu,
maka kumakan.” Perempuan itu menyalahkan ular. “Ular itu yang memperdayakan aku,
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 16

maka kumakan.” Mereka mau menyeimbangkan rasa salah mereka dengan


menyalahkan orang lain (Kejadian 3:9-13).
7. Sifat-sifat manusia menjadi rusak. Waktu dosa memasuki manusia, menyebabkan
kerusakan keseluruhan sifat dasar manusia: roh, jiwa dan tubuh.
a) Roh manusia. Roh manusia, yang adalah lampunya Tuhan (Amsal 20:27) terbuang
ke dalam kegelapan dan kehilangan kontaknya dengan Allah.
b) Jiwa manusia. Jiwa dengan kemampuannya yaitu pikiran, kehendak dan perasaan,
dipengaruhi. Pikiran menjadi terpusat pada diri, perasaan menjadi tak terkendali dan
kehendak dibengkokkan dari kehendak Allah.
c) Tubuh manusia. Tubuh manusia dengan alat-alat inderanya menjadi tunduk pada
instink-instink yang salah, penyakit dan kematian.

b. Akibat Jangka Panjang dari Kejatuhan.


1. Dosa melanda semua manusia. Roma 5:12 menerangkan secara jelas bahwa oleh
seorang manusia, dosa memasuki dunia dan semua telah berdosa di dalam Adam.
Waktu Adam berdosa, semua manusia berdosa, walaupun mereka masih “di pinggang
Adam”. Semua manusia menjadi orang berdosa di dalam Adam, karena Adam adalah
sebagai kepala perwakilan seluruh ras manusia (Roma 5:19). Semua keturunan Adam
dilahirkan di dalam dosa. Semua dilahirkan dengan sifat dasar yang berdosa dan telah
rusak. Itu sebabnya semua perlu dilahirkan kembali.
2. Kematian melanda semua manusia. Sebagaimana dosa memasuki dunia melalui
seorang manusia, demikian pula hukuman dosa yaitu maut. (Kejadian 2:17; Roma 5:12-
21; 6:23). Semua manusia telah berdosa dan semua mati “di dalam Adam”, bapa dan
wakil ras manusia (1 Korintus 15:21-23; 45-50).

c. Pehukuman Ilahi Pada Uar dan Manusia.


1. Pehukuman atas ular. Ular dihukum dengan kutuk yang tak dapat diperbaiki. Namun di
tengah penyampaian keputusan pehukuman, janji kelepasan Mesianik diberikan. Benih
perempuan itu akan meremukkan kepala ular itu nanti pada waktunya (Kejadian
3:14,15; Lukas 10:18; Roma 16:20; Wahyu 20:3,10).
2. Pehukuman atas perempuan. Kesusahan dan kesakitan waktu melahirkan anak, berada
di bawah kekuasaan suami, merupakan hukuman yang diberikan kepada perempuan
(Kejadian 3:16).
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 17

3. Pehukuman atas laki-laki. Pehukuman yang diberikan kepada manusia ( laki-laki )


adalah bahwa ia harus berpeluh di dalam bekerja untuk mendapat nafkahnya dan
kemudian kematian akan menyusul (Kejadian 3:17-19).
4. Pehukuman atas bumi. Bumi dikutuki dengan semak duri. Bumi bukanlah Eden tetapi
menjadi kutuk (Kejadian 3:17,18). Pengaruhnya yaitu hewan menjadi liar, bermusuhan
dan memberontak pada kekuasaan manusia.
5. Pehukuman atas dosa oleh kematian. Roma 6:23 mengatakan, “Upah dosa adalah
maut.” Allah berkata kepada Adam, “Pada hari engkau berdosa, engkau pasti akan
mati.” Hukuman kematian menyangkut tiga bidang pada manusia :
 Kematian fisik – perpisahan roh dari tubuh. (Kejadian 2:17).
 Kematian roh – perpisahan roh dari Allah. Ini berbicara tentang manusia yang mati
di dalam pelanggaran dan dosa, yang terkeluar dari persekutuan dengan Allah
(Yohanes 5:24; Roma 8:6; Efesus 2:1; Roma 5:12-21).
 Kematian yang kekal – pemisahan roh dan jiwa dari Allah di kekekalan di laut Api.
Ini adalah perpisahan yang kekal dari Allah karena dosa (Matius 5:41; 2 Tesalonika
1:9; Wahyu 20:11-15).
6. Pehukuman dengan pengusiran dari Eden. Laporan dari Kejadian bahwa Allah
menyediakan penutup tubuh manusia dengan adanya kulit dari korban hewan, dan
kemudian mengusir manusia keluar dari Eden. Allah menempatkan kerub dengan
pedang bernyala-nyala yang menutup semua jalan ke Eden, sehingga menahan manusia
dari pohon kehidupan. Pada waktunya nanti Kristus datang dan menangani dosa, dan
membuka jalan ke Eden kembali dan memulihkan pohon kehidupan untuk manusia
(Wahyu 22:14). “Berbahagialah orang yang menurut perkataan-perkataan nubuat kitab
ini. Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak
atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota
itu.” (Wahyu 22:7,14). Adam kehilangan pohon kehidupan karena ketidak-dengar-
dengaran pada perintah. Tetapi ini dipulihkan karena kepatuhan-Nya pada perintah
Allah.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 18

BAB II
DOKTRIN KESELAMATAN

A. Pengertian Soteriologi

Soteriology berasal dari dua kata dari bahasa Yunani yaitu : Σοτεριο − Soterio
(artinya: pembebasan, kelepasan, keselamatan). Kata ini berasal dari akar kata σοζο (sozo)
yang arti dasarnya adalah : “menyehatkan, menyembuhkan, menyelamatkan, mengawetkan
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 19

atau kaitannya dengan manuasia bebrarti menyelamatkan dari kematian atau mempertahankan
hidup. Sedangkan kata yang kedua dari Soteriology adalah λογοσ − Logos (artinya:
Kebenaran, Firman atau ajaran). Jadi Soteriology dapat diartikan sebagai kebenaran atau
pengajaranatau atau Ilmu Pengetahuan tentang keselamatan.
Doktrin tentang keselamatan adalah suatu doktrin yang sederhana, tetapi juga sangat
kompleks dengan berbagai pandangan. Doktrin keselamatan harus dimengerti sungguh-
sungguh oleh setiap orang percaya terlebih mereka yang belajar teologia, sebab kutuk
(anathema) telah tersedia atas orang yang membawa kebenaran lain/ Injil lain selain kebenaran
Alkitab. Pada dasarnya menjelaskan tentang keselamatan sangat simple/mudah dengan
mengutip Yohanes 3 : 16 atau Kis. 16 : 31, akan tetapi mulai menghadapi kesulitan apa bila
menjelaskan bagaiamana cara Tuhan melakukannya.
Istilah keselamatan pada prinsipnya mudah dipahami namun sangat komplek dalam
menjalani. Menurut Healey keselamatan mengimplikasikan suatu situasi di mana manusia
perlu dibebaskan darinya, dan suatu kondisi akan keberkatan di mana manusia harus dibawanya
ke sana (1967:62). Willmington mengartikan keselamatan sebagai suatu usaha yang sukses
dalam membawa seseorang keluar dari bahaya yang akan segera menimpanya. Shelley
memberikan definisi keselamatan dengan lebih sederhana, yaitu pelepasan dari segala
pembatasan, misalnya perbudakan (1985:163).

a.1. Istilah Keselamatan Dalam PL


Dalam pengertian yang umum bagi orang Yahudi keselamatan berarti menikmati
berkat-berkat sepanjang hidup mereka dalam tanah perjanjian yang penuh susu dan madu (Ul.
28:1-14). Kata keselamatan dalam PL berasal dari akar kata Yasha. Kata tersebut sebenarnya
berarti keselamatan dari kejahatan dan kebinasaan yang sifatnya temporer (Kel. 14:13). Kata
yasha itu sendiri pada mulanya berarti lebar atau luas, lawan dari kesempitan atau tindasan.
Berarti kebebasan dari suatu yang mengikat atau membatasi, dan kemudian berarti
pembebasan, pelepasan atau memberikan keluasan dan kelepasan kepada sesuatu (Chales Ryrie
1986:18).
Tindakan pembebasan bisa kadang dilakukan melalui perantaraan manusia (missal
hakim-hakim, atau raja-raja (1 Sam. 23:2), dan kadang-kadang langsung karena perbuatan
Allah Yahweh (Mzm. 20:7; 34:7; Yes. 61:10 dll). Penyelamatan pada umumnya terjadi atas
suatu kelompok atau individu tertentu yang dilepaskan dari bahaya atau ancaman. Sehubungan
dengan itu keselamatan dalam PL berarti kelepasan dari segala sesuatu yang menghalangi
berkat-berkat Allah yang bisa mereka nikmati. Oleh karena itu keselamatan dalam PL
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 20

mencakup keselamatan dari bencana alam, peperangan, dari musuh atau dari bahaya
dikalahkan oleh musuh dan dibuang ke pembuangan (Smith’s Bible Dictionry versi software).
Dengan demikian keselamatan dalam PL juga agak sama artinya dengan berkat-berkat Allah
atau keadaan di mana seseorang atau kelompok orang ada dalam suatu kondisi di mana berkat-
berkat Allah dapat dinikmati dengan sepuasnya tanpa ada gangguan apa pun.
PL dengan gamblang memberikan petunjuk bahwa syarat memperoleh keselamatan
yang mereka rindukan adalah lewat ketaatan iman kepada Allah yang benar. Abraham
memperoleh janji berkat Allah karena ia beriman kepadaNya (Kej. 15:6). Dalam khotbah
perpisahannya, Musa membeberkan syarat-syarat mendapatkan hidup yang berlimpah berkat
kepada orang Israel dan sebaliknya jika tidak memenuhi syarat-syarat tersebut yang didapat
mereka adalah kutuk (Ul. 28). Dengan demikian iman adalah syarat mutlak mendapatkan
keselamatan. Dalam PL keselamatan bukan hanya menunjuk pada keadaan hidup yang penuh
berkat di masa yang akan datang, tetapi juga keadaan hidup yang penuh berkat pada masa
orang-orang dalam PL itu hidup dan berkat-berkat tersebut sering berarti berkat-berkat jasmani.
Seperti yang dikatakan Shelley pelepasan dalam PL hampir selalu berarti pelepasan dari
penindasan secara fisik dan politik (1985:163).

a.2. Istilah Keselamatan Dalam PB


Keselamatan dalam PB ditulis dengan kata soteria dan soterion, dimana kata ini
muncul 45 kali dalam PB misalnya terdapat dalam Luk 1:69; Yoh. 4:22; 2 Kor. 1:6; Ef. 6:17.
Kata ini tidak hanya memiliki arti tunggal “keselamatan”, akan tetapi juga di dalamnya
mengandung arti mengamankan (rescue), kesehatan dan menyelamatkan (lihat strong no.
4991). Kata yang lain adalah sozo yang muncul sebanyak 41 kali, misal dalam Mat. 1:21; 8:25;
Yoh. 12:27; Roma 11:14; 1 Pet. 3:21; Yudas 23. Sozo adalah kata kerja yang berarti to save
atau menyelamatkan yaitu deliver atau melepaskan or protect atau melindungi. Termasuk di
dalamnya heal (menyembuhkan), preserve (melindungi), save (menyelamatkan), do well
(dalam keadaan baik), be (make) whole (menjadi seutuhnya).
Dalam LXX kata ini merupakan terjemahan dari kata Ibrani yasha. Namun demikian
sozo juga kadang merupakan terjemahan dari kata shalom yang berarti damai, keutuhan. Jadi
keselamatan dapat berarti perawatan, kesembuhan, pertolongan, penyelamatan, penebusan,
atau kesejahteraan. Ini dikaitkan dengan bahaya penyakit, atau pun kematian (Mat. 9:22; Kis.
27:20-31-34; Ibr. 5:7). Keselamatan dalam PB dengan demikian juga tidak hanya menunjuk
pada keselamatan dalam pengertian rohani, yaitu selamat dalam hidup yang kekal. Akan tetapi,
keselamatan juga menyangkut masa kini bahkan selamat dalam pengertian kenyamanan fisik,
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 21

terlindung dari segala yang menyesakkan dan atau ada dalam keadaan seperti manusia
seutuhnya. Charles Ryrie mengatakan pemakaian kata keselamatan secara Kristen yang
penuh, berarti penyelamatan dari kematian kekal dan pemberian hidup yang kekal kepada
seseorang (Roma 5:9; Ibr. 7:25). Kata yasha dalam PL juga sering diartikan dalam PB sebagai
Shalom artinya “Damai sejahtera dan Sehat.”

B. Latar Belakang Keselamatan

Sekarang kita akan melihat apa yang menjadi latar belakang sehingga Allah
berkendak menyelamatkan manusia. Apakah keselamatan merupakan rencana Allah sejak
kekekalan? Atau Allah baru membuat rencana keselamatan setelah mengetahui manusia jatuh?
Jika Allah baru merencanakan keselamatan setelah manusia jatuh dalam dosa maka pertama
Allah tidak maha tahu dan kedua ini bertentangan dengan Alkitab karena Alkitab menyatakan
bahwa Ia telah memilih orang berdosa untuk diselamatkan sejak sebelum dunia dijadikan (Ef.
1:4).

b.1. Keselamatan adalah Rencana Kekal Allah


a. Rencana Keselamatan Kekal Allah terlihat dalam Natur Manusia. Keselamatan
adalah rencana Allah yang kekal. Artinya Allah memang sejak kekekalan telah
merencanakan keselamatan tersebut. Berarti pula bahwa Allah telah tahu bahwa
manusia akan jatuh dalam dosa sejak sebelum Ia menciptakan mereka. Oleh karena itu
logis jika dikatakan bahwa Allah telah merancang keselamatan sejak kekekalan. Dari
nature manusia kita dapat melihat bahwa Allah memang telah sengaja merancang
keselamatan sejak jaman kekekalan. Bukti-bukti dari nature manusia adalah dalam hal:
 Manusia memiliki pengetahuan akan Allah
Kita telah mendiskusikan dalam mata kuliah theology proper bahwa segala suku
di bumi memiliki pengetahuan tentang Allah. Ini menunjukkan bahwa memang Allah
telah memiliki rencana bahwa Ia akan menyelamatkan manusia. Itu sebabnya
pengetahuan akan Allah tidak hilang dari manusia sekalipun ia berdosa. Justru dari
pengetahuan yang tersisa tersebut manusia akan mencari Allah yang sesungguhnya.
Jika mereka tidak atau belum menemukan Allah yang sesungguhnya mereka akan
berpaling kepada allah-allah palsu atau allah buatan sendiri. Pekerjaan misionari
menjadi sangat penting dan dimungkinkan karena pada dasarnya tidak ada suku di
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 22

dunia ini yang tidak rindu menemukan dan menyembah Allah yang benar. (reff. Rom.
1:20).

 Manusia memiliki pengetahuan akan dosa


Sama dengan pengetahuan akan Allah, pengetahuan akan dosa juga dimiliki
oleh setiap orang dari segala suku di dunia. Sekalipun ada orang yang menganggap
dirinya agnostic tetap saja mereka mengakui eksistensi dosa di dunia ini. Sekalipun
ada orang yang menganggap dirinya baik dan suci tetap saja ia tidak berani mengatakan
bahwa ia tidak pernah berbuat dosa. Orang-orang kafir yang menyembah dewa-dewa
pun percaya ada perilaku-perilaku tertentu yang bisa membuat dewa menjadi marah.
Kesadaran akan adanya dosa yang tetap tersisa ini yang ada dalam diri manusia
menunjukkan bahwa Allah memang sengaja membiarkannya supaya manusia mencari
Dia dan Allah akan menyelamatkan manusia.

 Manusia memiliki pengetahuan akan perlunya pengorbanan untuk menghapus dosa


atau kesalahan. Dalam setiap agama suku atau kepercayaan Allah sering digambarkan
sebagai Allah yang perlu dipuaskan dengan persembahan. Mereka memiliki gambaran
Allah yang bisa murka dan karena itu perlu diberi persembahan. Ini berarti ada di dalam
pemikiran manusia bahwa manusia memerlukan pengantara terhadap Allah agar bisa
memberikan persembahannya. Ini menunjukkan bahwa Allah memang akan
menyediakan pengantara dan sekaligus korban untuk keselamatan manusia, yaitu
Kristus.

b. Rencana Keselamatan Kekal Allah terlihat dalam Alkitab


1) Dalam Hukum Taurat
Allah menyatakan diri secara pribadi baik kepada Musa maupun kepada bangsa
Israel dalam jaman Musa, apakah melalui theophany ataupun melalui penampakan yang
lain. Ini memberikan fondasi dan konfirmasi iman terhadap Allah yang hidup dan
berpribadi. Adanya tuntutan dari Tuhan mengenai kekudusan atau melakukan ritual-
ritual lain dan konsekwensi hukuman jika gagal melaksanakannya, memberikan
keyakinan akan seriusnya konsekwensi dosa. Terakhir, system peribadatan di dalam
kemah suci menunjukkan perlunya metode untuk menghapus atau mengampuni dosa.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 23

2) Dalam kitab para nabi


Melalui suara para nabi Allah mengumumkan kedatangan Mesias. Dalam
nubuatan-nubuatan tersebut Mesias digambarkan sebagai berikut: Mesias akan
meremukkan kepala si ular (Kej. 3:15); untuk menyingkirkan orang-orang fasik dari
keturunan Yakub (Rm. 11:26, 27; Is. 59:20); untuk menanggung dosa banyak orang
(Yes. 53:12); oleh karena itu Ia harus mempersembahkan diriNya sendiri bagi dosa dan
diperhitungkan sebagai orang berdosa (Yes. 53:10, 12).

C. Metode Allah Dalam Tindakan Penyelamatan


Sekalipun Allah hanya memiliki satu rencana, yaitu satu jalan keselamatan, tetapi Ia
memakai berbagai metode untuk melaksanakan keselamatan tersebut. Metode yang Allah
pakai untuk melaksanakan program keselamatan bagi manusia berbeda dari masa PL, masa
sekarang dan masa yang akan datang. Mengapa Mesias tidak datang pada jaman PL? Itu
semata-mata karena masa PL adalah masa persiapan. Masa persiapan ini perlu untuk tiga
hal:
Pertama, membuka pengertian kepada manusia sifat yang sebenarnya dari dosa dan
dalamnya kerusakan akibat dosa. Kedua, untuk menyatakan kepada manusia
ketidakberdayaannya sehingga ia akan mencari pengetahuan Allah yang sebenarnya.
Ketiga untuk mengajar kepada manusia bahwa pengampunan dan pembaharuan adalah
baru mungkin dapat dilakasanakan jika ada korban penggantian.

1. Metode Allah di Masa yang Lalu

a. Periode Eden
Allah memakai lingkungan yang sempurna dan hubungan yang khusus dengan Adam
dan Hawa. Namun demikian keadaan dan hubungan yang sedemikian pun tidak
menjadikan Adam dan Hawa terus taat kepada Allah. Sebaliknya mereka mengikuti
tipu daya iblis dan akhirnya diusir dari taman Eden.

b. Periode sebelum air bah


Pada periode ini, yaitu periode setelah insiden pengusiran Adam dari Eden hingga
sebelum air bah, hati nurani manusia mulai aktif. Manusia diberi kesempatan pada
masa itu untuk membuktikan bahwa hati nurani cukup untuk membawa manusia
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 24

kembali kepada Allah. Namun demikian manusia gagal menunjukkan hal itu, terbukti
Kain justru membunuh Habel. Sejak saat itu justru kejahatan manusia bertambah dan
puncaknya adalah air bah. Ini membuktikan bahwa hati nurani tidak cukup untuk
membawa manusia kembali kepada Allah dan menemukan Allah yang benar.

c. Periode setelah air bah


Ketika Nuh keluar dari air bah, Allah memerintahkan Nuh untuk mendirikan
pemerintahan manusia. Tujuannya adalah agar manusia memerintah untuk Allah.
Namun demikian pendirian Babel menunjukkan bahwa manusia lebih suka memerintah
untuk dirinya sendiri dari pada untuk Allah. Justru karena itu Allah sekali lagi
menghukum manusia karena kesombongan dan keangkuhannya untuk mencari
kemuliaan sendiri. Jadi sekalipun pemerintahan manusia didirikan oleh Allah, ia tidak
cukup untuk membawa manusia kembali dan menemukan Allah yang benar.

d. Periode bapak-bapak leluhur


Setelah peristiwa Babel, kini Allah hendak lebih terfokus pada satu individu dan
kemudian satu bangsa. Allah memanggil Abrahan dan dari Abraham lahirlah bangsa
Israel. Allah berjanji akan memberkati Abraham dan keturunannya yaitu bahwa
mereka akan menduduki tanah perjanjian dengan syarat bahwa mereka harus tetap
tinggal dan mendiami tanah tersebut. Pemilihan bangsa Israel dimaksudkan agar
mereka menjadi imam dan berkat bagi bangsa-bangsa lain. Akan tetapi, di tanah
perjanjian ada bangsa Kanaan. Bukannya bangsa Israel menumpas habis bangsa
Kanaan, mereka membiarkan bangsa kafir ini tetap hidup dan kadang-kadang juga
terjadi kelaparan. Kondisi tersebut membuat Abraham lari ke Mesir demikian juga
bangsa Israel akhirnya terdampar di Mesir dan dijadikan budak di sana.

Keadaan yang demikian membuktikan bahwa janji-janji Allah yang luar biasa kepada
Abraham dan bangsa pilihan Allah tidak dapat membuat mereka mentaati semua
perintah Allah dan berhasil menjalankan misi Allah bagi bangsa-bangsa lain sehingga
semua bangsa menemukan Allah yang benar.

e. Periode Taurat
Di gunung Sinai Allah memberikan suatu ketetapan untuk dilakukan oleh orang Israel
dan mereka menyetujui untuk melaksanakan ketetapan-ketetapan tersebut (Kel. 19:8).
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 25

Pemberian hokum Taurat tidaklah membuat mereka dekat dan taat kepada Allah.
Bahkan sebelum Musa memberikan Hukum yang baru ia terima dari Allah kepada
orang Israel, mereka telah mengkianati Allah dengan membuat patung lembu emas.
Bukan hanya itu saja setelah Israel menempati tanah perjanjian mereka kembali berkali-
kali gagal memenuhi tuntutan kekudusan Allah seperti dalam jaman hakim-hakim.
Akhirnya pada tahun 722 BC kerajaan utara dihancurkan Asyur dan sekitar 135 tahun
kemudian kerajaan Yehuda mengalami nasib yang sama dengan dibuang ke Babel.
Setelah mereka kembali dari pembuangan, sekalipun mereka telah menganut
monotheisme murni, namun kedegilan mereka tidak hilang. Ketika Sang Mesias
datang, mereka menolaknya dan menyerahkan Yesus kepada tentara Romawi untuk
disalibkan. Namun Romawi jugalah yang akhirnya menghancurkan mereka juga pada
tahun 70 di bawah pimpinan jendral Titus. Mereka mengakui dan menghormati Taurat
hanya dengan bibirnya, tetapi tidak dengan hatinya. Dengan demikian jelas bahwa
formula hukum Taurat pun tidak menjadikan manusia menemukan Allah yang benar.

2. Metode Masa Sekarang (anugerah)


Metode Allah berubah total pada jaman kini. Pada masa gereja ini, setelah metode yang
terdahulu tidak membawa manusia untuk mencari Allah, Mesias akhirnya muncul dan
melalui Dia Allah menawarkan keselamatan bagi semua orang melalui anugerah.
Pekerjaan penebusanNya mencakup penebusan terhadap dosa-dosa PL maupun PB
(Rm. 3:21-26). Yang perlu dilakukan manusia sekarang adalah menerima tawaran
keselamatan Allah dalam Kristus. Jika seseorang menerima Kristus, ia akan dilahirkan
kembali, dan Roh Kudus meneruskan pekerjaan penyelamatan dengan
menyempurnakannya melalui pekerjaan pengudusan orang percaya. Meskipun metode
ini kelihatannya sederhana, ternyata tidak semua orang meresponi secara positif
tawaran Injil. Bahkan pada hari-hari terakhir banyak orang akan meninggalkan
imannya. Dan justru karena itu Allah akan mengambil gerejaNya dan mereka yang
tertinggal akan diserahkan kepada kekuasan Antikrist. Jadi anugerah pun tidak
menjadikan manusia bertobat pada jaman kini.

3. Metode Masa yang Akan Datang


Perubahan besar akan terjadi lagi di masa depan setelah gereja diangkat oleh Tuhan dan
Anti-krist diberi kesempatan untuk menguasai dunia. Kristus pada masa ini harus
memerintah dalam dunia manusia dan menjadi Raja di segala tempat di mana dosa
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 26

pernah ada. Ia pernah datang dahulu dan menawarkan diri untuk menjadi Raja Israel,
akan tetapi mereka menolakNya. Dia akan datang lagi dan akan merebut secara paksa
pemerintahan dunia ini. Sebagai Anak Daud Ia akan memerintah di bumi di mana Israel
akan menjadi pusat kerajaanNya dan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Semua bangsa
akan datang untuk menyembah di gunung Zion. Periode ini diawali dengan
kemenangan Kristus dalam perang Armagedon dan pertobatan dunia. Pada saat itulah
Kerajaan Millenium dimulai. Namun demikian pada pemerintahan di bumi oleh
Kristus (Millenium) pun akan terdapat orang-orang yang hanya berpura-pura sebagai
orang percaya. Orang-orang ini adalah orang-orang dari generasi yang lahir pada jaman
millennium. Orang-orang inilah yang pada akhirnya bersama dengan si Setan yang
dilepaskan untuk sedikit waktu dari penjaranya, memberontak terhadap Allah. Hasil
dari pemberontakan ini adalah bahwa Setan akhirnya dibuang ke lautan api kekal
bersama para pengikutnya. Kerajaan Millenium pun tidak membuat dunia ini menjadi
dunia yang benar secara sempurna. Hanya anugerah dalam hati individu orang percaya
yang dapat mengubahkan secara permanent dalam segala masa; tetapi karena tidak
semua orang menerima anugerah tersebut, maka tidak semua orang akan diselamatkan.

D. Nilai Dan Luasnya Keselamatan


Keselamatan yang diberikan oleh Allah dalam anugerahNya kepada manusia
mempunyai nilai yang sangat tinggi sebab:
1. Keselamatan adalah inisiatif Allah - Sekalipun diberikan secara anugerah akan tetapi
keselamatan merupakan rencana kekal dari Allah (Ef. 3 : 11), Allah telah menyatakan
kasihNya kepada manusia ketika manusia masih berdosa (Roma 5 : 8), bahkan Karya
penyelamatan Allah sudah dijanjikanNya.
2. Keselamatan dilakukan dengan harga yang sangat mahal - Keselamatan yang Allah
berikan kepada manusia harus di bayar secara mahal, yaitu dengan memberikan
AnakNya yang tunggal untuk dihukum di atas kayu salib karena dosa manusia.
(Yohanes 3:16)
3. Keselamatan diberikan lewat Tumpahan darah Kristus di atas kayu salib - Harganya
bukan dengan emas dan perak tetapi oleh darah Anak Domba Allah – Kristus
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 27

4. Keselamatan diberikan kepada segala bangsa - artinya penyelamatan yang Yesus


lakukan bukan hanya untuk sekelompok orang / bangsa, tetapi untuk seluruh dunia
tanpa terkecuali (Yoh. 3 :16, I Tim. 4 : 10, Mrk 16 : 15-16).
5. Keselmatan yang dikerjakan oleh Kristus bagi orang percaya adalah sempurna adanya,
dan tidak ada keselamatan lain yang diberikan oleh Allah selain yang tersedia di dalam
Krsitus Yesus (Kis. 4 :12).

Sedangkan ruang lingkup keselamatan pada dasarnya menyangkut seluru masa /


waktu dalam kehidupan manusia yang percaya, yaitu waktu lampua, waktu sekarang dan pada
waktu yang akan datang.
a. Waktu lampau. Kita telah diselamatkan dari hukuman dosa oleh karena Kristus telah
menanggungnya untuk menggantikan kita, sehingga kita dilepaskan atau dibebaskan
dari hukuman akibat dosa masa lampau (Yoh. 5 :24; Efesus 2 :5,8) ini disebut hidup
baru.
b. Waktu kini. Kita sedang diselamatkan dari kuasa dosa, oleh karena kehadiran Roh
Kudus dalam diri kita, dan karena kita telah memiliki kodrat ilahi, sehingga kita lepas
dari jajahan dosa (I Kor. 6 : 9; II Ptr.1 : 3-4) ini disebut penucian. Keselamatan pada
waktu kini (proses penyucian) tergantung pada kemauan kita untuk:
• Membaca, belajar dan mentaati Firman Allah (II Tim. 2 :15).
• Persekutuan dengan Allah di dalam doa dan penyembahan (Ibr. 4: 14-16)
• Mempersembahkan tubuh kepada Allah sebagai ibadah yg sejati (Roma 12:1-2)
• Pengakuan segera kepada Allah atas suatu dosa yang telah diperbuat serta tekad untuk
meninggalkan dosa itu (I Yoh. 1:9, Titus 2: 11-15).

c. Waktu yang akan datang. Kita akan diselamatkan dari adanya dosa, pada waktu
kedatangan Yesus Kristus kali yang kedua. Bilamana Ia membangkitkan orang mati
dalam Kristus dan mengubah orang percaya yang masih hidup, sehingga mereka
memiliki tubuh yang tidak berdosa dan binasa (tubuh kemuliaan), dan inilah tujuan
terakhir dari hidup yang kita tunggu-tunggu (Ibr. 9 : 28, I Tes. 4 : 13 –18, Roma 5: 9,
13:11) ini disebut Kemuliaan.

E. Konsep Anugerah Dalam Keselamatan


Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 28

Keselamatan sangat berkaitan dengan anugerah Allah, bahkan Rasul Paulus berkata
jangan seorangpun memegahkan diri atas keselamatan yang diperolehnya, sebab itu bukan
hasil usahamu tetapi Kasih Karunia / pemberian dari Allah (Ef. 2 : 8 – 9).
Dalam Perjanjian Lama istilah Anugerah ditulis dalam beberapa istilah yang artinya
saling berkaitan dan menjadi latar belakang bagi arti anugerah dalam perjanjian Baru.
1. Kata Khen - kata ini memiliki kata kerja yaitu : “khanan” yang artinya
“membongkok” dan “merendahkan diri” yang meliputi pengertian menurunkan
perhatian atau kasih (Yer. 31 : 31-34; Hak 6 : 17). Khen adalah suatu sikap tanpa
pamrih dari Dia yang superior (Allah) membungkuk dan memberkati yang Inferior
(manusia). Pengertian ini sama dengan ungkapan Musa yang berkata “Tuhan, Tuhan,
Allah yang penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya,
yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni
kesalahan, pelanggaran dan dosa.
2. Kata Khesed - istilah ini muncul kurang lebih 250 kali dalam PL, dan merupakan kata
yang sepadanan dengan kharis di dalam PB. Khesed adalah “kasih setia yang teguh”
antara dua kelompok yang mempunyai hubungan kekeluargaan. Kata ini sangat
berkaitan dengan janji-janji Allah kepada umatNya. Khesed merupakan jaminan
terhadap janji-janji (covenant) Allah termasuk pemeliharaan dan penyelamatan.
Dengan kata lain Covenant dimungkin terjadi karena khesed Allah (kasih setia Allah
yang kekal dan tahan uji. Jadi khesed berarti pemberian yang disertai rasa kasih yang
dalam karena hubungan yang intim antara Allah dan manusia.

Sedangkan dalam PB kata anugerah ditulis dengan kata:


1. Kharis - yang artinya “pemberian Cuma-Cuma Allah dalam Krsitus yang diterima
secara mutlak secara Cuma-Cuma oleh manusia (Roma 6 : 11). Bila anugerah itu
diterima, maka anugerah itu memerintah hidup rohani penerima dan mendatangkan
anugerah demi anugerah. Akibatnya orang beriman itu memberikan syukur kepada
Allah yang telah memberi anugerah (2 Kor. 9 : 15).
2. Istilah lain yang digunakan dalam PB adalah : “Kharito” yang berarti “Memberikan
anugerah terhadap seseorang” (Luk. 1 : 28).
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 29

BAB III
SEGI-SEGI / ASPEK KESELAMATAN

Konsep keselamatan merupakan suatu pengalaman rohani yang di ekprsikan Allah


dalam firmanNya dengan sekurang-kurangnya dua belas ungkapan rohani. Kedua belas
ungkapan ini tidak saling menungguli dan tidak saling meniadakan, tetapi seperti sebua batu
berlian dengan dua belas sisinya dimana satu dengan yang lain saling bersinergi atau saling
melengkapi. Kedua belas ungkapan itu adalah :
1. Pilihan ( Election)
2. Penggantian (Substitution)
3. Penebusan (Redeption)
4. Pemuasan (Propitiation)
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 30

5. Perpalingan (Conversion)
6. Kelahiran Baru (Regeneration)
7. Pandamaian (Reconciliation)
8. Pembenaran (Justivication)
9. Pengangkatan (Adoption)
10. Kesatuan dengan Kristus (Inification)
11. Penyucian (Sanctification)
12. Pemuliaan (Glorification
Sifat koheren atau keterpautan yang ada diantara segi-segi keselamatan, menyebabkan
tiap segi keselamatan tidak dapat mandiri. Konsep keselamatan ini meskipun diuraikan dengan
dua belas symbol atau ungkapan, namun seluruhnya merupakan satu pengalaman rohani.
Jika ditinjau dari sudut pandang peranan Allah Bapa maka pengalaman keselamatan

Pilihan
Pemuli Pengga
aan nti

Penyuci Penebu
an san

Kesatua KE
n dgn SELAM Pemuas
Kristus ATAN an

Pengan Perpali
gkatan ngan

Pembe Kelahir
naran an
Penda
Baru
maian

yang tercakup didalamnya adalah : Pemilihan, Pembenaran, Pengangkatan sebagai anak, dan
Pemuliaan. Apa bila ditinjau dari sudut peranan Allah Anak (Yesus Kristus), maka yang
termasuk didalamnya adalah : Penebusan, Pengganti dan Persatuan dengan Kristus Sedangkan
bila dilihat dari peranan Allah Roh Kudus, maka pengalaman keselmatan yang termasuk di
dalamnya adalah : Kelahiran Baru, Pendamaian dengan Allah, dan Penyucian. Penyucian ini
meliputi tiga aspek yaitu: Penyucian posisi (Positional Sanctification), Penyucian pengalaman
(Progressive Sanctification), dan Penyucian Puncak (Perfected Sanctification).

A. PILIHAN (ELECTION)
Pada dasarnya konsep ini merupakan satu hal yang sangat sukar untuk dijelaskan,
bahkan dari abad-keabad telah menjadi perdebatan para ahli teologi. Sekalipun demikian
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 31

doktrin ini penting untuk diketahui sebab Alkitab mengajarkannya dan sangat erat
hubungannya dengan keselamatan.

Yang dimaksud dengan konsep pilihan adalah : Perbuatan Allah memilih mereka yang
akan diselamatkan untuk menjadi anggota tubuh Kristus. Dasar dari pemilihan ini adalah
Karakter Allah sendiri yang meliputi : Kasih Allah (Ef. 1 : 4-5), Hikmat Allah (Yud. Ay 25),
Kedaulatan Allah (Roma 8 : 29-30) dan Kemahatahuan Allah (Maz. 139).

Kapan terjadinya pemilihan …. ? Alkitab mengajarkan bahwa Allah sudah memilih


siapa orang-orang yang akan diselamatkanNya pada masa lampau yaitu sebelum dunia
dijadikan (Ef. 1 : 4 -6, Roma 8 : 29 – 30, Kis. 13 : 48. Tujuan dari pemilihan yang Allah
lakukan adalah supaya Allah dipermuliakan karena kasih karuniaNya (Ef. 4 : 6).

Ajaran Alkitab tentang pemilihan berkaitan dengan istilah “Predestinasi” artinya :


“menentukan atau menandai sebelumnya” Dalam kaitannya dengan keselamatan ialah Pilihan
mengawali Predestinasi, artinya dasar dari Predestinasi Allah adalah “Pilihan Allah”.Pilihan
bagi kita untuk mengetahui pegertian predestinasi dalam sejarah (perbedaan titik awalnya).

PANDANGAN CALVINS
Ajaran Calvinis tentang predestinasi diperlihatkan secara umum dalam singkatan
TULIP:
1. Total depravity of man (Keburukan total umat manusia secara moral spiritual)akibat
dosa asal maka semua manusia megalami kerusakan total,sehinga ia tidak sanggup
meresponi panggilan Allah (total inability) Ef 2 : 1 - 3.
2. Unconditial (Ketentuan tak bersyarat).
Allah berdaulat untuk menentukan orang yang dipilih-Nya.Allah tidah harus tunduk
atau menghiraukan keberatan manusia terhadap keputusan dan tindakan-Nya
(Mat 20:13-15,Rom 9:20-21).
3. Limited / particular (Pendamaian terbatas kepada orang pilihan)
Pilhan Allah berdasarkan pada kerelaan-Nya,bukan usahan atau kerelaan manusia.
Pilhan-Nya mutlak,tidak dapat berubah – ubah dan tak bersyarat (Kel 33:19,Yoh 6:44,
Ef 1:4)
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 32

4. Irrisitable grace (Anugerah yang tidak dapat ditolak)


Dosa telah melumpuhkan kehendak bebas (free will) manusia.Manusia berdosa
seperti burung yang sayapnya patah.Burung itu bebas terbang,tetapi tida bisa.Jadi
keselamatan adalah anugerah Allah semata,bukan karena usaha manusia.
5. Perseverance (Ketekuanan sampai akhir).
Orang yang telah dipilih Allah akan bertekun sampai akhir. Sekali selamat betap
selamat.

PANDANGAN ARMENIANISME
Pandangan ini dipelopori oleh Yakobus Arminius di abad ke 17 di Belanda.Dia
berpendapat:
1. Walaupun sudah berdosa,manusia masih sanggup meresponi panggilan Allah / percaya.
Semua orang sanggup percaya atau meresponi panggilan Allah.Ayat-ayat seperti
Yesaya 55:1dan Matius 11:28 adalah tawaran keselamatan dan diharapkan oleh Allah
manusia akan meresponinya.
2. Allah mendasari pilihan-Nya atas kemahatahuan semula (foreknowledge).Pegertian ini
berdasarkan kata proginosko atau “foreknew”dalam Roma 8:29.Jadi predestinasi atau
ketentuan Allah untuk keselamatan berdasarkan pengetahuan sebelumnya dari Allah
tentang bagaimana manusia akan kemudian meresponi panggilan – Nya.Jadi inisiatif
untuk pilihan – Nya berdasarkan keputusan manusia yang Allah ketahui sebelumnya.
3. Allah menghendaki semua manusia diselamatkan (Yeh 33:11,II Pet 3:9). Penebusan
Kristus tidak terbatas,bagi orang yang mau meneriman – Nya.
4. Manusia memilik kebebasan untuk meneriam atau menolak anugerah Allah.
5. Orang yang sudah selamat,masih ada kemungkinan kehilangan keselamatannya.

KEBERATAN TERHADAP KEDUA PANDANGAN TERSEBUT

Pandangan Calvinis agaknya kurang berlaku adil terhadap ayat - ayat berkenaan dengan
kehedak manusia,serta perintah dan ajakan Allah kepada manusia untuk percaya..Secara
praktis dikatakan bahwa Calvinisme bisa mengakibatkan fatalisme atau melumpuhkan daya
manusia. Dikatakan juga bahwa Cavinisme dapat melumpuhkan usaha penginjilan. Sebaliknya,
pandangan Arminianisme kurang berlaku adil terhadap ajaran Alkitab tentang kedaulatan Allah
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 33

dan kerusakan menusia. Secara praktis dikatan bahwa Arminianime terlalu “man – centris”,
memetingkan perbuatan manusia dan mengorbankan anugerah Allah. Arminiasme juga tidan
memeliki dasar yang kokoh tentang kepastian keselamatan (eternal security)

Adakah sesuatu jalan tegah ? John Wesley, pendiri gereja Mehodis dari Inggris,
berusaha menggabungkan kedaulatan Allah, kerusakan manusia dan kehendak bebas manusia
di dalam doktrinya: ”Prevenient grace” atau “anugerah yang mendahului“. Wesley menyetujui
kerusakan moral dan spiritual manusia. Sama seperti Calvin, ia menyetujui bahwa manusia
tidak berdaya untuk percaya kecuali kuasa Allah yang memungkinkannya. Ia juga sependapat
dengan Calvin bahwa predestinasi Allah berdasarkan pilihannya. Namun berbeda dengan
Calvin, Wesley berpendapat bahwa Allah mengaruniakan semua orang dengan kuasa untuk
percaya, dan anugerah Allah itu mendahului panggilanNya. Tinggal manusia mengambil
keputusan untuk percaya atau tidak percaya. Sama seperti orang Arminian, keputusan manusia
ini adalah dasar untuk pilihan Allah (Allah telah memilih mereka yang akan memilih Dia dan
menentukan mereka untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya).

Masalah yang muncul mengenai pengertian Wesley ini sama seperti pengertian orang
Arminian yang lain ialah pemahamannya tentang “foreknowledge”. Istilah proginosko lebih
berkenaan dengan mengenal, yaitu kasih, hubungan yang erat (Lihat: Matius 7:23, artinya
Yesus tidak memiliki hubungan dengan mereka yang berbuat jahat). Jadi proginosko lebih
mengarah ke “mengasihi sebelumnya” dan bukan “mengetahui sebelumnya:, sesuai Efesus 1:5
“Dengan kasih Ia telah menentukan kita dari semula”. Hal itu berawal dari inisiatif Allah, dan
bukan manusia.
Sebagai rangkuman, mencari jalan tengah adalah mustahil apabila kita merumuskan
ajaran Alkitab. Kita harus memilih di antara salah satu kutub (kedaulatan Allah atau kehendak
bebas manusia) untuk titik awal pengertian kita ata predestinasi. Namun kedua pihak harus
mengakui kedua kutub itu diajarkan di dalam Alkitab, sehingga yang satu tidak boleh
dikorbankan karena penekanan atas yang lain. Kedaulatan Allah harus diajarkan sedemikian
rupa sehingga tidak mengorbankan kehendak bebas manusia. Sebaliknya, kehendak bebas
manusia harus diajarkan sedemikian rupa sehingga tidak memperkosa kedaulatan Allah. Jadi,
sekalipun tidak ada jalan tengah di antara kedua kutub tersebut, sangat perlu dan mungkin bagi
kita untuk menjaga keseimbangan.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 34

B. PENGGANTI (SUBSTITUTION)

Definisi konsep pengganti adalah: Kematian Kristus menggantikan orang berdosa yang
percaya kepada-Nya sebagai Juruselamat pribadinya. Upacara korban dalam PL merupakan
gambaran kematian Kristus sebabagai ganti atau di tempat orang berdosa. Konsep pengganti
ini dijelaskan dalam PB dengan pemakaian dua kata depan bahasa Yunani yaitu “ huper ” dan
“ anti “
Pemakaian kata depan “huper“ (in the place of) dalam pengertian umum dapat dilihat
dalam surat Filemon, dimana Paulus menghimbau agar Filemon menerima Onesimus sebagai
pengganti dirinya. Dalam pengertian keselamatan, istilah ini dipakai dengan arti “ di tempat “,
dalam hal ini Yesus dinyatakan sebagai mati ditempat orang-orang berdosa (II Kor 5:21, I Pet
3:18). Secara ringkas preposisi “huper”berarti: untuk kepentingan, demi keuntungan, atas
nama, pengganti dari…(Rom 9:3,I Kor 15:29, Filemon 1:13). Sedangkan preposisi ”anti” yang
dipakai 22 kali dalam PB berarti:sebagai pengganti dari … …. (Markus 10:45).

Teori-teori yang salah tentang kematian Kristus,antara lain:


1. Marturial Theory
Kematian Kristus merupakan puncak ajaran-Nya dimana Ia sendiri mati syahid untuk
membela kebenaran. Hal ini disangkal oleh Alkitab (Yoh 10:18).
2. The Moral Influence Theory
Ini diajarkan oleh Socianus dan Abelard. Sasarannya adalah adanya reformasi dan
bukan regenerasi (kelahiran baru) dalam diri pengikut Yesus,karena pengaruh moral
Yesus.Tidak ada nilai obyektif dari kematian Kristus. Itulah kematian biasa yang
meninggalkan kesan teladan. Ini merupakan tanda simpati Allah terhadap manusia
berdosa seperti seorang ibu yang berwajah pedih di depan bayinya yang terbaring sakit.
3. The Identification Theory.
Kematian Yesus disebabkan Ia sangat mengidentifikasikan ( menyamakan) diri-Nya
dengan manusia berdosa, sengsara, sehingga Ia mampu mewakili mereka ke hadirat
Allah dan mengakui dosa mereka dan bertobat bagi manusi. Disini seolah-olah Allah
diharuskan menerima pertobatan, yang mewakili satu orang. Yang benar,Allah
menyediakan jalan pengampunan bagi semua orang. Setiap orang harus bertobat dan
percaya.
4. The Rectorial or Covermental Theory.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 35

Teori ini mengakui nilai obyektif kematian Kristus.Namun disini Allah dianggap
sebagi pihak yang diakui,sehingga ada ketidak seimbangan dalam kepribadian-Nya.Ia
dendam dan beraksi ekstrim dengan membalas dendam-Nya terhadap setan dan
manusia melalui penyaliban Yesus. Ini merupakan spekulasi yang tidak sejalan
dengan ajaran Alkitabiah.
5. The Ransom to Satan Theory.
Paham ini mengatakan beban kekuasaan Setan yang mencekam manusia menyebabkan
Allah perlu memuaskan hati Setan dengan harta tebusan Anak-Nya. Alkitab
menyebutkan bahwa kematian Yesus adalah bagi penebusan, tapi bukan dibayarkan
untuk Setan.Yang benar seperti yang diajarkan Calvin:kematian Kristus adalah sebagai
pengganti hukuman dosa kita.

C. PENEBUSAN ( REDEMPTION)
Yang dimaksud disini adalah penebusan dosa. Hal ini menunjukkan pada
kegiatan membeli di pasar,khususnya di pasar pebudakan. Doktrin ini dibangun atas 3
istilah PB:
1. Agorazo, artinya:membeli,membayar,menyerahkan sesuatu sebagai harga pembayaran
bagi sesuatu barang lainnya (Mat 13:44, Ef 1:18, Ibr 12:2). Istilah ini berarti pemberian
sesuatu harga yang setimpal dengan darah Yesus (I Pet 1:18-19). Dibeli bagi Allah.
Sedangkan hasil yang diharapkan dari penebusan itu ialah agar kita mempermuliakan
Allah dengan tubuh kita (I Kor 6:19-20).
2. Eks-agorazo. Tambahan kata depan eks,berarti:dari atau keluar dari. Dengan demikan
berari:dibeli keluar dari pasar dosa atau dipindahkan.Jadi arti kata ini dalam rangka
penebusan Kristus adalah:Kematian Kristus bukan saja untuk membayar dosa
manusia,tetapi sekaligus memindahkan kita dari pasar dosa,agar kita diberi jaminan
penuh ( Yoh 10:28) dan agar kita tak akan pernah dikembalikan lagi kedalam belenggu
dan hukuman dosa ( Gal 4:5).
3. Lutroo,arti dasarnya ialah:membedakan / melepaskan dari belenggu dosa dan disuruh
pergi sebagai orang bebas / merdeka.Mat 20:28, Markus 10:45, Ibrani 9:12 menujukkan
pembebasan kekal.

Sarana penebusan yang digunakan adalah diri Kristus yang mati


sebagaipengganti ( I Tim 2:6). Sedangkan sandaran / basisnya adalah darah Kristus
yang tak bercacat (Kol 1:14, I Peb 1:18-19).
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 36

Dalam PL, pengertian penebusan ini dipakai berhubungan dengan:


1. Kegiatan Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir (Kel 6:6, 15:13),dari
pembuangan di Babilonia (Yer 31:11, 50:33-34). Allah membebaskan dari dosa yang
mengakibatkan penawanan itu(Yes 40:2).
2. Kegiatan Allah membebaskan pengikut-Nya secara pribadi dari kesengsaraan
(Ayub 19:25;band Ams 23:10-11). Bagi seorang percaya penebusan Allah disediakan
untuk membebaskan diri-Nya dari sengsara di dunia dan akhirat.
3. Kegiatan Allah (Yahweh) untuk membebaskan umat-Nya dari dosa-dosanya
(Yes 59:20;42:22). Mazmur 49:7-8 menegaskan bahwa tak seorangpun mampu
menebus dirinya sendiri,Paulus menegaskan aspek penebusan ini dalam Roma 11:26.

Hasil dari penebusan tersebut adalah:


1. Rasa salah ditebus (Roma 3:24).
2. Ditebus dari kuasa dosa dan menyucikan suatu umat bagi perbuatan baik (Titus 2:14).
3. Ditebus dari kehadiran dosa yang terus menerus,dosa tak berhak hadir (Rom 8:23).
4. Jaminannya kehadiran Roh Kudus (Ef 1:13-14) yang memeteraikan sebagai milik.
5. Hak istimewa menghambakan diri kepada Kristus.
6. Tujuannya utuk memuji kemuliaan Allah (Ef 1:6,12).
Pendapat beberapa theology mengenai doktrin penebusan.Menurut Deissman:
”Ketikan orang mendengar kata-kata yunani:Lutroon pada abad pertama, itu adalah biasa
bagi mereka untuk berpikir penukaran uang yang dilakukan membebaskan para budak”.
Theissen berpendapat:”Pembayaran ini tidak dibayarkan utuk Setan tetapi untuk Tuhan.
Hutang yang dihapuskan adalah hutang kepada sifat Allah yang maha adil. Setan tidak
berhak untuk mendapatkan orang berdosa,dan juga tidak memerlukan pembayaran supaya
orang berdosa menjadi bebas”.Sedangkan Shedd berpendapat:” Pendiaman Roh Kudus
membebaskan seorang berdosa dari penawanan dari perbudakan dosa dan Setan”.

D. PEMUASAN (PROPITIATION )

Istilah PB yang digunakan ialah : hilasmos,yang berarti :memuaskan,mendamaikan


dengan diri sendiri. Dalam septuaginta istilah yang digunakan adalah kapher yang berarti
menutupi atau memeteraikan. Arti teologisnya ialah bahwa kematian Kritstus memuaskan
hati Allah. Murka Allah atas manusia disebabkan oleh dosa (Mark 3:29, Roma 1:18).
Kematian Kritus memuaskan hati Allah, menyebabkan Dia menerima kita ke dalam
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 37

keluarga-Nya, mereka mempercayai diri-Nya kepada Dia yang memuaskan Allah.


Lingkungnya ialah seluruh dunia (Yoh 2:2).Firman Allah banyak memberikan pernyataan
tentang murka Allah (mis:Yoh 3:36, Roma 2:5, Ibr 3:11). Sejalan dengan pikiran ini, PB
mempersembahkan kematian Kristus sebabai pemuasan terhadap murkan Allah (Roma
3:25)

Dalam Roma 3:25 terdapat istilah hilasterion, artinya: tempat pemuasan. Kematian
Yesus bukan saja memuaskan hati Allah tetapi juga sekaligus tempat manusia berkepuasan
pada Allah. Dalam Ibrani 9:5 dicatat tentang tutup pendamaian (hilasterion) untuk tabut
perjanjian. Menurut Keluaran 25:20 pemungkus tersebut mengkilat bercahaya, suatau
perlambang tentang kesucian dan kemulian Allah, pembungkus takhta anugerah.
Sedangkan darah yang dicurahkan setahun sekali berfungsi menutup dosa manusia. Jadi
latar belakang hilasterion itu sendiri menunjukkan tempat pertemuan yang suci antara
Allah dan manusia yang berdosa.Bandingkan dengan Keluaran 25:22.

Kristus sendirilah takhta anugerah (the throne of grace), tempat pertemuan orang
berdosa dengan Allah yang suci yang telah dipuaskan oleh hidup-Nya yang tampa dosa dan
oleh darah pengorbanan-Nya. Kristus sudah taat sampai mati sehingga ada kepuasanAllah
dari rasa keadalanNya. Jadi tidak perlu lagi membawa korban sembelihan atau berusaha
berbuat baik untuk memuaskan hati Allah, yang Ia inginkan adalah meyakini pengorbanan
Kristus, menerima dan mempersembahakan hidup kepadaNya. Tak ada dan tak perlu
perbuatan yang lain apapun untuk memuaskan hati Allah yang memang sudah puas.
Apakah yang dituntut Allah kemudian? Yang dituntut Allah ialah agar manusias merasa
puas dengan pengorbanan Kritus dan menerima-Nya (Yoh 1:12) dan berjuang untuk tidak
kembali kebawah perhambaan dosa lagi.

E. PERPALINGAN (CONVERSION)
Definis perpalingan ialah pembalikan pikiran seorang berdosa secara sukarela dari dosa
(negative) kepada Kritus (positif). Tindakan pembalikan dari segi negative ialah
PERTOBATAN, dari segi positif, disebut IMAN. Dengan demikian dapat digambar bagan
sebagai berikut: DOSA - PERTOBATAN - IMAN Perpalingan ini adalah titik
perubahan rohani yang fundamental jika ditinjau dari segi manusia.

PERTOBATAN
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 38

Pertobatan disebut sebagai elemen negatif karena berkaitan dengan dosa.


Pertobatan banyak ditekankan dalam kotbah Yohanes Pembaptis,Tuhan Yesus Kristus,dan
para Rasul (Mat 3:2,; Mark 6:12; Kis 2:38; 20:21; 26:20). Pertobatan mendapat tempat di
dalam pesan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus. Ia menekankan bahwa pertobatan dan
pengampunann dosa harus dikotbahkan oleh murid-murid diantara bangsa-bangsa mulai
dari Yerusalem (Luk 24:47). Pertobatan semua insan adalah kehendak utama Tuhan.
Pertobatan adalah langkah utama yang tak dapat dilewati manusia apabila manusia hendak
bebas dari kesesatan dan kehancuran total dan mutlak yang sedang menanti itu.Hukuman
itu pasti (Luk 13:3,5).

Tiga unsur utama yang harus terlibat dalam pertobatan adalah unsure:
1. Intelektual.
Unsur intelektual melibatkan pengertian / pengenalan akan dosa diri
sendiri,pengakuan rasa bersalah ( personal guilt ), rasa tercela dan rasa tak berdaya
(Maz 51:3,7,11). Tuntutan disini ialah pertobatan sejati,bukan seperti orang yang
berubah karena takut karena hukuman belaka,tetapi sungguh menyesali (Mat 27:4).
2. Emosi.
Unsur emosi yang dimaksud disini ialah perubahan perasaan. Ada rasa sedih yang
dalam karena dosa-dosa, karena perkara itu dibenci oleh Allah dan bertentangan dengan
karakter-Nya. Berbahagialah orang yang berduka cita (Mat 5:4), dan hati yang pecah
hancur (Maz 51:18-19). Bukan karena rasa malu tetapi karena penyesalan dosa.
3. Kemauan.
Unsur kemauan haruslah muncul setelah unsure intelektual dan emosi muncul.
Kemauan yang dimaksud disini adalah kemauan untuk berbalik dari dosa-dosa
mereka dan kemauan untuk hidup bagi Allah.

Pertobatan haruslah merupakan kenyataaan pengalaman dan bukannya


pernyataan dogma belaka. Ada manifestasi yang kemudian dapat dilihat seperti:
1. Adanya kepedihan yan gdalam akan diosa, rasa rendah diri, yang menyebabkan adanya
rasa jijik dan benci terhadap dosa itu (Yoel 2:2;13; Ayub 42:5,6).
2. Adanya rasa pengakuan akan dosa dan yang menuntun kea rah permohonan akan
rahmat dan belas kasihan Allah (Hos 14:1-3; Luk 18:13-14).
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 39

3. Adanya kenyataan iman, pelayanan dan perbuatan-perbuatan sebagai buah pertobatan


sejati. Karena pertobatan sejati bukannya saja sikap negative terhadap dosa, tetapi lebih
dari itu ada sikap positif terhadap kebaikan (Kis 26:20).
4. Adanya fakta turut berpartisipasi dalam perintah Tuhan seperti halnya dalam
pembaptisan (Kis 2:38).

Pertimbangan lainnya yang perlua dilakukan dalam membahas pertobatan:


1. Pertobatan bukan hanya penyesalan. Penyesalan berakhir pada kematian (seperti
Yudas), pertobatan berakhir pada kehidupan (seperti Petrus). Penyesalan akan
membenci diri tapi tetap mencintai dosa, pertobatan akan membenci dosa,mengasihi
Juruselamat. Neraka dipenuhi oleh orang-orang berdosa yang menyesal, sorga dipenuhi
oleh orang-orang berdosa yang telah bertobat.
2. Pertobatan bukan ”membuka lembaran baru”. Itu adalah sikap terhadap diri dan
kegagalan, sedangkan pertobatan adalah sikap terhadap Allah.
3. Pertobatan adalah perubahan batiniah dan bukannya sekedar pengendalian karakater
(Mat 3:37).
4. Pertobatan belum cukup sebagai syarat keselamatan, karena barulah merupakan aspek
negative (sebelah mata uang) dari konsep ini.
5. Pertobatan hanya bila dikaitkan dengan iman. Dimana iman sejati tentu ada pertobatan
sejati. Jadi pertobatan bukan melakukan amal untuk “menebus dosa”. Ini berbicara
soal jasa, tetapi pertobatan bersandar pada iman.

IMAN

Iman adalah elemen positif kepada Kristus. Sesudah perubahan pikiran,perasaan dan
tujuan hidup,maka iman kepada Kristus barulah benar-benar bermanfaat. Definisi iman yang
paling dekat ialah yang dinyatakan oleh Ibrani 11:1. Arti iman sendiri ialah suatu tumpuan,
khususnya pada sutau Pribadi, yang padanya pihak lain tanpa ragu bisa mengandalkan /
mempercayakan dirinya (to trust). PB melukiskan istilah “percaya” dengan arti khusus, yaitu
pengandalan diri mutlak kepada pekerjaan penyelamatan Yesus Kristus yang sempurna dan
sudah selesai (Yoh 3:18; Kis 8:13; Roma 1:16; 3:22; Gal 3:20).

Ada beberapa unsure yang terlibat dalam iman,yakni:


Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 40

1. Unsur intelek (notitia) adalah unsure pengenalan / pengertian akan kebenaran wahyu
Allah yaitu yang menyatakan keselamatan dalam Kristus. Ini meliputi percaya akan
kenyatan sejarh-Nya, dan pengajaran-Nya tentang dosa manusia dan ketergantungan
mutlak kepada diri-Nya sebagai juruselamat (Roma 10:17).Istilah PB untuk
pengertian ini ialah epiginosko.
2. Unsur emosi (assensus) adalah unsure kepekaan /kesadaran akan kuasa Allah dan
satnya hal yang memenuhi kebutuhan yang digerakkan oleh pertobatan sejati (1 Tes
2:13).Ada rasa butuh terhadap anugerah Allah.
3. Unsur sukarela (fiducia) yaitu berdasarkan kemauan sendiri ada penyerahan diri
berdosa tanpa syarat kepada kekuasaan Yesus (Mat 11:28),dan pengakuan akan Yesus
bahwa Yesus Kristus berlayak sebagai penebus (Rom 10:9-10) dan penerimaan akan
kehadiran-Nya dalam hidup kita (Yoh 1:12). Jelas bahwa iman dapat dikategorikan
sebagai suatu tindakan manusia.

Pertimbangan – pertimbangan lain dalam pembahasan iman adalah:


1. Ketika elemen kepribadian terlihat di dalam pengalaman iman ini, yaitu: pikiran,
perasaan, dan kemauan.
2. Obyek iman ialah Pribadi dan perbuatan Yesus Kristus seperti diajarkan oleh Alkitab
(Kis 4:12).
3. Dasarnya ialah janji-janji Allah yang berdasarkan pada integritas-Nya.
4. Ini bukan buah-buah Roh Kudus,yaitu: keselamata, melainkan gerakan batiniah untuk
menerima dengan pasrah jalan Tuhan didalam Kristus Yesus.
5. Hasilnya: buah-buah Roh Kudus,yaitu perbuatan-perbuatan baik.
6. Sifatnya mengembang. Semua unsur itu tidak memiliki potensi
berkembang,sebagaimana halnya tubuh materi yang telah memiliki daya hidup. Tiga
kemungkinan bisa terjadi bagi mereka yang baru beriman yaitu: kemungkinan untuk
bertumbuh subur kemungkinan bertumbuh lamban,dan kemungkinan terakhir
kemungkinan tenggelam dalam dosa. Namun meski demikian kepastian berkembang
sudah ditanamkan oleh Allah.

Berikut ini adalah bagan perbandingan antara pertobatan dan iman.

PERTOBATAN IMAN
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 41

1. Pengenalan diri sebagai orang berdosa. 1. Pengenalan Kristus sebagai juruselamat.


2. Kesadaran akan penghukuman dalam hati 2. Kerinduan akan keselamatan memenuhi
nurani. jiwa.

3. Daya tarik dosa dilemahkan dan 3. Daya tarik Roh Kudus mendorong untuk
kerinduan berbalik memenuhi hati. makin merindukan Kristus.

4. Cinta kepada dosa mulai mati 4. Kristus menjadi sasaran kasih.


5. Kebencian terhadap dosa memenuhi hati. 5. Secara sadar merangkul Kristus sebagai
juruselamat.

6. Tindakan tegas untuk berkata tidak 6. Penyerahan total untuk taat pada kehendak
kepada dosa. Kristus.

F. KELAHIRAN BARU (REGENERATION)


Istilah kelahiran baru berasal dari bahasa Yunani genethe anothen yang berarti dilahirkan
kembali atau dilahirkan dari atas (Yoh 3:3,5; 19:11, Titus 3:5). Kelahiran baru adalah aktivitas
Allah yang memberikan kodrat baru kepada manusia berdosa berdasarkan penerimaannya
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya. Ayat-ayat yang berhubungan dengan
kelahiran baru antara lain: II Kor 5:17, I Yoh 3:14, Ef esus 2:1,4-5, Roma 12:112. I Pet 1:23,
II Pet 1:4. Kelahiran baru melibatkan pengertian : ciptaan baru, hidup lagi, perpindahan,
pembaharuan, kodrat baru (kodrat Allah), dan tujuan hidup baru. Ini tentunya lebih dari pada
sekedar emosi belaka. Ini adalah hal yang esensi dalam iman Kristen.

Kelahiran baru itu sangat perlu karena:


1. Manusia mati secara rohani sehingga mestinya binasa (Ef 2:1, Roma 6:23).
2. Manusia tidak memiliki sifat rohai (Yoh 3:6). Manusia dikuasai oleh tabiat dosa da
tidak bisa menyucikan dirinya sendiri (Yeremia 13:23), karena itu perlu pembaharuan
oleh Allah.
3. Kerajaan Allah adalah kerajaan rohani, bukan kerajaan duniawi. Karena itu setiap
orang yang ingin masuk kedalam kerajaan Allah harus dilahirkan kembali. (Yoh. 3:14)

Hal-hal bukan kelahiran baru adalah:


1. Perubahan intelek (pengetahuan). Tahu tentang Yesus dan agama Kristen.
2. Usaha memperbaiki diri sendiri (secara lahiriah).Roma 8:8, Yesaya 64:6.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 42

3. Membuka lembaran baru (bagaimana dengan dosa lama? Tetap tidak diampuni).
4. Mentaati peraturan /syariat agama. Kis 10:1-2.
5. Menjadi anggota gereja (belum tentu terdaftar sebagai anggota Kerajaan Allah).
6. Mengikuti baptisan air (tanpa pertobatan dan iman,sia-sia).

Kelahiran baru adalaha pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam hati setiap orang
yang percaya kepada Kristus.
• Ini adalah suatu pembaruan batin / rohani yang mengakibatkan perubahaan total.
• Dikerjakan dari atas / oleh Allah.Yoh 1:13, Titus 3:4-6.
• Kita menjadi ciptaan baru. II Kor 5:17.

Sarana Allah bagi kelahiran baru adalah :


 Dari pihak Allah.
1. Kehendak Allah. Dia memilih kita sebelum dunia dijadikan.II Petruws 3:9.
2. Karya Kristus di kayu salib untuk menyediakan keselamatan. Yoh 3:14.
3. Firman Allah yang diberitakan. Yak 1:18, I Petrus 1:23, Roma 10:17.
4. Pekerjaan Roh Kudus.Yoh 16:7-11, Roma 8:9, Titus 3:5.
 Dari pihak manusia.
 Manusia harus meresponi dengan menerima Kristus sebagai juruselamat
(Yoh1:1-12).

Adapun hasil (produk) kelahiran baru itu adalah:


1. Regenerasi ini menjadikan seorang anak Allah. Ini berarti bahwa semua sumber milik
Bapa di surga tersedia baginya sekarang dan selamanya. (Yoh 1:12; Gal 3:26; Rom
8:16,17 ).
2. Regenerasi menjadikan seseorang ciptaan bru dengan hati baru ( 2 Kor 5:17; Ef 2:10;
Yoh 36:26).Bukannya perubahan fisik (Rom 8:9).Bentuk / pola hidupnya tidak lagi
mengikuti pola dunia.
3. Regenerasi menjadikan orang percaya menjadi pewaris kodrat Allah (Ef 4:24; Kol
3:10).
4. Regenerasi membuka kemungkinan bagi kemenangan atas dunia (Yoh 3:9; 5:4, 18:19).
Roma 7:11-24 membeberkan bahwa manusia yang dilahirkan baru terbebas dari hokum
dosa dan kematian. Hukum tersebut masih bekerja tapi tak berhak mendominasi lagi.
Manusia itu mengasihi praktek kebenaran.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 43

5. Regenerasi mengakibatkan “kasih kepada semua saudara” ( 1 Yoh 3:14; 4:7).Siapakah


sesama saudara itu? Jawabnya: 1Yoh 5:1. Apakah pernyataan kasih itu? I Yoh 3:16-18.

G. PEMBENARAN (JUSTIFICATION)
Pembenaran adalalah tindakan Allah secara hukum untuk membenarkan orang-orang
berdosa oleh sebab iman kepada Yesus Kristus. Allah menyatakan orang-orang berdosa itu
benar,bebas dari hukuman Taurat, dan diperbarui. Allah dulu menghukum mnereka tapi kini
Allah menyatakan mereka tidak bersalah,tanpa dosa. Pembenaran ini berhubungan dengan
posisi (kedudukan ) seseorang secara legal dihadapan Allah. Sifatnya subyektif.

Ada beberapa unsure yang berhubungan dengan pembenaran:


1. Keampunan dosa dan pemindahan (pengangkatan) kesalahan (rasa salah) dan
penghukuman karena dosa.Allah membebaskan orang-orang berdosa yang beriman
atau mempercayakan dirinya kepada Kristus dan memyatakan (memvonis) mereka
sebagai orang benar (Roma 5:1,16). Kutuk Taurat pun tidak berlaku atas orang tersebut.
2. Adanya penuangan / penempatan / pecangkokan akan kebenaran ilahi dan penempatan
kepada posisi / kedudukan yang menyenangkan hati Allah,dan pengangkatan sebagai
anak.Jadi yang terlihat didalam pernyataan sebagai orang benar
ialah:pembebasan,pengakuan,pengampunan,pengangkantan remisi dan retorasi atau
pemindahan dari pada dosa dan pembaharuan hubungan.Lukisan yang paling tepat ialah
Zakaria 3:4 yang menjelaskan bagaiman Yosua disucikan dari dosa-dosanya.
3. Adanya pembebasan dari kutuk Taurat. Ini bukan karena orang dibebaskan itu sudah
melakukan semua hukum Taurat tanpa salah,melainkan pernyataan Allah karena iman
kepada Kristus dan pegorbanan Kristus.
4. Pembenaran hanya pemulaan dari perubahan moral. Namun pembenaran selalu
didahului oleh kelahiran baru (regenerasi) dan persekutuan didalam Kristus dan yang
mengikutinya kemudian ialah proses penyucian (sanctification).

Ada 3 hasil / akibat pembenaran,yaitu:


1. Pembebasan dari hukuman (Roma 8:1,33,34).Tak ada suatu tuduhan pun yang patut
ditimpakan kepada orang yang sudah dibenarkan.Tak satupun hukuman yang patut
diterimanya,karena pembenaran Kristus telah memenuhi semua tuntutan Allah secara
penuh.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 44

2. Pembebasan dari murka Allah yang menimpa manusia beriman sebagai akibat
dosanya.(1 Petrus 2:24). Pengadilan orang beriman masih tetap ada (2 Kor
5:10).Dalam pengadilan orang-orang percaya itu,pahala akan diberikan kepada mereka
yang layak,sedangkan mereka yang perbuatannya tidak patut menerima pahala akan
dihanguskan oleh api (1 Kor 3:11-15).
3. Pemuliaan yang akan terjadi dikala orang-orang beriman dibangkitkan menyongsong
kedatagan Yesus Kristus (Roma 8:30).

H. PENDAMAIAN (RECONCILIATION)

Istilah pendamaian ini diterjemahkan dari kata benda Yunani ” katallage” (noun) atau
“katallaso” (verb). Arti harafiahnya ialah: suatu penukaran dengan harga yang sama dari
sesuaatu itu, atau juga berarti penyesuaian perbedaan. Makna teologisnya ialah bahwa
permusuhan antara menusia dengan Allah dihancurkan. Pembaharuan hubungan orang-
orang berdosa dengan Allah berlaku karena mereka telah bertobat dan mempercayakan
dirinya kepada kematian Kristus sebagai alat pendamaian ( Roma 5:11; 2 Kor 5:18,19).
Pembaharuan terjadi pada manusia karena imannya kepada karya penebusan Yesus Kristus
yang menyebabkan ia terangkat ke tingkat dimana ia bisa disesuaikan dengan karakter
Allah (Roma 5:10-11).

Menurut Bancroft, konsep pendamaian ini mempunyai 2 segi yaitu:


1. Segi yang sifatnya aktif dan obyektif,dimana kematian Kristus memindahkan
permusuhan yang ada antara Allah dan manusia.Permusuhan tersebut telah menjadi
dinding pemisah bagi persekutan kedua pihak (Ef 2:16; Kol 1:20).Keadaan permusuhan
itu dapat terlihat dalam ayat-ayat dalam Efesus 2:15; Roma 8:7; Yakobus 4:4.Tidak
diingat-Nya lagi dosa-dosa manusia yang diperdamaikan.
2. Segi yang sifatnya positif dan subyektif terjadi karena adanya perubahan sikap manusia
terhadap Allah,yang terjadi karena salib Kristus.Perubahan dari sikap permusuhan
kepada sikap persahabatan (2 Kor 5:20).Pembaharuan sikap ini tidak terjadi kepada
Allah.Manusialah yang harus disesuaikan dengan Allah.
Perdamaian karena karya Kristus disalib,disediakan bagi seluruh dunia (1 Yoh 2:1-2).
Dengan demikan dalam kegiatan Pendamaian terhadap pemindahan akibat dosa,adanya
perbaharuan sikap terjadi pada manusia,bukan Allah.Pendamaian tersebut
menimbulkan rasa damai.Pendamaian tersebut melahirkan hubungan baru antara Allah
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 45

dengan orang percaya.Tujuannya akhir dari perdamaian adalah bagi seisi dunia ( Kol
1:20).

I. PENGANGKATAN (ADOPTION)

Istilah Pengangkatan (adopsi) terdapat 5 kali dalam Perjanjian Baru dan


semuanya di dalam buku-buku Paulus (Roma 8:15, 23; 9:4; Gal 4:5; Ef 1:5).Untuk
memahami dengan jelas maknanya,latar belakang penggunaan istilah itu haruslah
diselidiki.Istilah anak pada zaman PB ada 2 yang dipakai:
1. Teknon, menyatakan seorang bayi yang lahir dalam suatu keluarga melalui kelahiran
biasa.
2. Huio, yang menjelaskan tentang anak yang sama yang pada suatu waktu tertentu secara
legal,menurut hokum dinyatakan sebagai anak yang resmi yang berhak dalam
lingkungan Bapanya.

Istilah adopsi menunjukkan pada peristiwa penempatan melalui suatu upacara


resmi dimana seorang anak itu dinyatakan sebagai anak resmi menurut hokum yang
berlaku.Arti teologisnya adalah kita menjadi anak dalam keluarga Allah waktu terjadinya
kelahiran baru.Kita diangkat secara resmi melalui adopsi rohani (Luk 15:7,10).

Dari segi pandang manusia,segagai anak kita memiliki:


1. Nama keluarga (Ef 3:14,15; Wahyu 2:17; 3:12).
2. Persamaan-persamaan dalam keluarga (Kol 3:10; Rom 8:29).
3. Kasih keluarga (1 Yoh 2:9-11; 3:13-18; 4:7-8).
4. Sifat orang tua kita (2 Pet 1:4; Yoh 1:12).

Dari segi Allah sebagai anak kita:


1. Menjadi obyek kasih-Nya yang istimewa (Yoh 17:22,23; 16:17).
2. Berhak menerima pemeliharaan Bapa (Mat 6:22,23; 16:32).
3. Menerima penghiburan-Nya (2 Kor 1:4).
4. Menerima disiplin ke Bapaan-Nya (Ibr 12:6-11).
5. Adalah pewaris harta warisan-Nya(1 Pet 1:3-5; Rom 8:17).

Ada tiga hasi dari adopsi yaitu:


Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 46

1. Berdiamnya Roh Kudus (Gal 4:6). Buah Roh (Gal 5:22-23) yang dinyatakan dalam
hidup orang beriman adalah pernyataan akan berdiamnya Roh Kudus dalam orang
tersebut.
2. Pelepasan dari ketakutan (Rom 8:15). Berdiamnya Roh Allah karena
pengangkatan,menyebakan kesadaran akan penerimaan Allah terhadap diri berdosa
sehingga semua ketakutan leyap,terutama ketakutan terhadap maut.
3. Dijadikan ahli waris Allah bersama-sama Yesus Kristus (Rom8:17).Seseorang beriman
diberikan kedudukan sebagai anak dan anggota keluarga.Jadi berhak sebagai pewaris
kekayaan Bapa.

J. KESATUAN DENGAN KRISTUS (UNION WITH CHRIST).


Definisi konsep ini adalah:adanya suatu kesatuan hidup dimana roh manusia
(disamping tetap secara sempurna mempertahankan kepribadian dan keistimewannya),
dipenetrasi dan dikerjakan oleh Roh Kristus – dijadikan satu denganNya – sehingga manusia
itu menjadi sama dengan orang tebusan yang dikepalai oleh Kristus juga.Hal ini bukannya satu
kesatuan dengan doktrin Kristen,upacara gerejani atau organisasi,melainkan persatuan dengan
Pribadi Tuhan Yesus Kristus.

Pernyataan-pernyataan tak langsung mengenai kesatuan Kritus berupa lukisan-


lukisan,yaitu:
1. Persatuan antara sebuah gedung dengan fondasinya ( Ef 2:20-21),tempat kediaman
Alla,bait Allah (Kol 2:7; 1 Pet 2:4-5; Maz 118:23; Yes 28:16).
2. Persatuan suami istri (Rom 7:4; Ef 5:31,32) rahasia misteri (Wahyu 19:7; 22:17; Yes
54:5; Yer 3:20; Hosea 2:2-5), bersatu dalam satu pikiran,perasaan dan kemauan.
3. Persatuan pokok anggur dan rantingnya (Yoh 15:1-10; Rom 6:5; Kol 2:6,7).
4. Persatuan antara kepala tubuh dan anggota-anggota tubuh (1 Kor 6:15-19; Ef 1:22,23).
5. Persatuan antara bangsa-bangsa dengan Adam (Rom 5:12,21; I Kor 15:22,45,49).dan
Kej 2:23; Yes 9:6;53:10.
6. Warga keluarga Allah,ada hubungan anak dengan Bapa antara orang percaya dengan
Allah (Ef 1:9).

Selain pernyataan-pernyataan tak langsung,ada juga pernyataan-pernyataan yang


langsung,yakni:
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 47

1. Orang yang percaya dinyatakan di dalam Kristus (Yoh 14:20; Roma 6:11; 8:12; Kor
5:12; Ef 1:14; Ef 2:13; Gal 3:3-27).
2. Kristus dinyatakan berada dalam orang percaya (Yoh 14:20; Ef 3:17; I Yoh 4:16).
3. Bapa dan Anak dinyatakan dalam orang percaya (Yoh 14:10,23, Ef 3:17,I Yoh 4:16).
4. Orang percaya memperoleh hidup dengan bersatu dengan Kristus sebagaiman Yesus
hidup dan bersatu dengan Bapa (Yoh 6:56-57; I Kor 10:16-17; I Yoh 1:3).
5. Semua orang percaya adalah satu dengan Kristus (Yoh 17:21-23).
6. Orang percaya dijadikan waris sifat ilahi (2 Petrus 1:4).
7. Orang percaya dijadikan satu Roh dengan Kristus (I Kor 6:7,19 Roma 8:26).

Kesatuan orang percaya dengan Kristus bersifat hakiki.Kesatuan ini bukan saja fakta
tapi merupakan suatu hubungan.Secara negative hal ini bukan:
1. Kesatuan yang bersifat alamiah semata-mata,seperti halnya hubungan Allah dengan
setiap roh manusia,sebagaimana dianut kaum rasionalis (lihat Filifi 2:12-13).
2. Hubungan moral,kasih dan simpati belaka.(Bnd 1 Sam 18:1, Yoh 17:21,26; Yoh 15:5).
3. Peleburan,dimana keberadaan salah satu pihak dihancurkan sebagaimana dianut oleh
pandangan mistik.Yang benar sifat moral Allahlah yang dituangkan ke dalam orang
beriman.
4. Persatuan yang dijembatani den dipersyarati dengan partisipasi dalam upacara-upacara
(sakramen-sakramen).

Secara positif persatuan orang percaya dengan Kristus dapat dikatakan sebagai:
1. Suatu persatuan organik dimana kita menjadi anggota Tubuh Kristus dan mengambil
bagian dalam kemanusiaan-Nya.Anggota-anggota tersebut bergerak dan hidup
menurut perintah Kepala (Ef 5:29-30).
2. Persatuan dimana hidup Kristus menjadi prinsip hidup yang mendominasi diri kita.
3. Persatuan itu merupakan kesatuan rohaniah yaitu kesatuan dimana sumber dan
penciptaanya adalah Roh Kudus.Ini meliputi pekerjaan dari kuasa yang terus menerus.
4. Persatuan yang tak terputuskan lagi (Mat 20:20; Yoh 10:28; Roma 8:35-39).
5. Persatuan yang sempurna melebihi batas pengertian maupun batas persatuan yang
diketahui manusia (Ef 5:32; Kol 1:27).Ini merupakan sebuah “misteri”.

Akibat kesatuan orang percaya dengan Kristus:


Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 48

1. Adanya perubahan dan sasaran kasih jiwa yang percaya.Pusat / sasaran utama kasih
jiwa itu adalah Kristus (2 Kor 5:14; Gal 6:17).
2. Adanya kegiatan-kegiatan baru yang dikontrol oleh kuasa pertobatan dan iman (Luk
17:5; Yoh16)
3. Memberikan orang percaya posisi dan hak legal dihadapan Allah (Ef 1:4-6; 1 Yoh
2:20).
4. Menghasilkan kuasa transformasi kehidupan orang percaya,dan kuasa asimilasi ke
dalam hidup Kristus (Roma 8:10; 1 Yoh 3:2).
5. Kristus bersekutu dengan orang percaya dalam segala sesuatu.Kristus beserta dalam
perjuangan dan usaha,dalam penderitaan,ujian dan pencobaan hidup ini (Bil 4:13; Ibr
2:18; Yes 63:9).

K. PENYUCIAN (SANCTIFICATION).

Penyucian adalah pemisahan untuk maksud khusus yang meliputi juga penyerahan
diri.Dalam perjanjian Lama biasanya dipisahkan imam-imam, nabi-nabi,Bait Allah untuk
pelayanan kepada Allah.Istilah yang dipakai ialah: Qadas = hagiazein. Pemisahan dan
penyerahan diri merupakan unsur utama yang terkandung di dalam konsep itu.

Hubungannya dengan pengalaman Kristen,penyucian meliputi 3 aspek:


1. Kesucian secara posisi (positional sanctification).
Ini berarti:bahwa orang-orang beriman telah dipisahkan sebagai orang suci dalam
kedudukannya sebagai keluarga Allah.Dipisahkan dari dunia dan mendapat kedudukan
sebagai warga Kerajaan Allah.Dalam aspek pertama ini tidak diperdulikan perihal
keadaan rohani orang itu yang penting dia beriman kepada Kristus.Orang Korintus
adalah orang-orang yang suci secara posisi,meskipun mereka masih hidup dalam
kondisi duniawi (1Kor 6:11).Dasar penyucian tersebut adalah kematian Yesus (Ibr
10:10),tanpa usaha dari mereka (Roma 1:7; Kor 1:2).
2. Kesucian secara pengalaman (progressive/experiental sanctification).
Kesucian pengalaman (1 Ptr 1:16) menunjukan proses pemisahan terus-menerus.
Disinilah letak perbedaaan rohani orang-orang Kristen antara yang dewasa rohani dan
yang kurang rohani. Kesucian bukanlah suatu yang instant. Hal ini memakan waktu dan
keuletan. Ketabahan pengajar / pembimbing juga diperlukan.Usaha-usaha yan g
berhubungan dengan penyucian pengalaman ini misalnya:
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 49

• Hati yang dibajak oleh Allah (lihat Perumpamaan Penabur).


• Penyerahan kepada Tuhan dengan menggumuli akibat-akibat dari gerakan nafsu
daging,sebagaimana dicerminkan oleh Sabda Allah (Yak 1:22-25 dan Kol 3:1-9).
• Nafsu-nafsu itu perlu dimatikan dan dibuang.
• Perlu proses penyiangan (Yoh 15:1-3) dan peneguran (1 Ptr 1:7; 4:12,13).
• Perlu pengembangan dan pengenalan yang lebih intim dengan Yesus (2 Ptr 3:18).
• Pemusatan seluruh pikiran ke dalam alam ketaatan kepada Kristus (2 Kor 10:5).
• Menolak segala ajaran yang menentang Kristus.Kita perlu menawan segala pikiran dan
menaklukannya kepada Kristus.
• Mengembangkan hidup yang berlimpah-limpah dalam kasih dan kesalehan (1 Tes
3:12,4:1,10).
• Jangan mendukakan Roh (Ef 4:30) tapi harus berjalan di dalam Roh.Ini menyebabkan
ketaatan yang mutlak kepada pekerjaan Roh,dan tidak tunduk (tidak
memenuhi)tuntutan daging (Gal 5:16).

3. Kesucian sempurna (perfected sanctification).


Hal ini berarti kesempurnaan total disaat Yesus kembali (Fil 3:20-21).

Bagaimana kita mendajadi kudus? Ada dua sisi pengudusan / penyucian:


1. Yang kita terima dengan iman karena merupakan pekerjaan ilahi yang dihasilkan oleh
kuasa ilahi (I Tes 5:23,Ef 5:26).
2. Yang kita kerjakan bersama dengan kuasa Allah (Fil 2:12-13,Roma 12:1-2,Kol 3:9-
10).
Menurut John Wesley seorang dapat disucikan secara seketika dan menyeluruh
oleh kuasa perbuatan Allah pada saat ia dibaptis Roh Kudus.Menurut
Wesley,penyucian yang menyeluruh mencabut akar dosa,memelihara orang yang
mengalaminya sehingga tidak berbuat dosa.Bila demikian apakah mungkin seorang
percaya akan mencapai tahap tertentu dalam hidup ini dimana kesuciannya sudah
mencapai kesempurnaan? Menurut kaum “Perfectionis”ada yang pernah ada bisa
sampai kepada tahap pengudusan,dimana orang percaya tidak berdosa lagi.Ayat yang
digunakan:Matius 5:48,Efesus 4:13,1 Tesalonika 5:23,1 Yoh 3:5-6.

Sebetulnya istilah “sempurna” (Yun: teleos) dalam PB bukan berarti sempurna


mutlak,tapi dalam artian “complete” (I Tes 5:23) atau “mature” (Ef 4:13).Paulus
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 50

mengajarkan bahwa penyucian itu adalah suatu proses (Fil 1:6; 3:12, II Kor
7:1).Menurut Yohanes,orang yang lahir baru tidak terus menerus berbuat dosa,yaitu
dosa terus menerus sebagai gaya hidup (habitual sin).Jadi walaupun penyucian
sempurna atau menyeluruh bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam hidup ini,namun
penyucian ialah sesuatu yang diusahakan untuk mencapai sampah hari kedatangan
Kristus kembali.

L. PEMULIAAN (GLORIFICATION).
Tujuan akhir dalam pekerjaan penyelamatan Yesus Kristus tidak terjadi pada masa
kin,namun pada masa yang akan dating,ketika Dia datang kembali untuk mempermuliakan
kita.Pemulihan adalah pekerjaan Allah yang menyelesaikan keselamatan kita,ketika kita
dibawa dalam hadirat Allah yang kekal dengan kesempurnaan moral (bebas dari dosa)dan
dalam tubuh seperti kemuliaan Kristus.

I Yoh 3:2 menulis bahwa kita akan sama seperti Dia.Ini bukan berarti kita akan menjadi
Allah ,tetapi kita akan sempurna secara moral seperti Dia.Ada 4 tingkatan moral:1) Bisa
berdosa 2) Tidak bisa tidak berdosa 3) Bila tidak berdosa 4)Tidak bisa berdosa sempurna
! Pada waktu permuliaan kita akan mencapai tingkatan moral keempat.

Dasar pemulihan adalah:korban penebusan Kristus.Tanpa pekerjaanya kita semua


terhilang.Selain itu Alkitab menujukkan jaminan pemuliaan.Beberapa gagasan dalam Alkitab
yang menunjukkan jaminan kemuliaan yang akan datang:
1. Janji (I Kor 15:12-26) Kristus bangkit → kita juga.
2. Kristus buah sulung → buah yang lain menyusul.I Kor 15:20.
3. Roh Kudus adalah jaminan (Ing:earnes = uang muka),pembayaran penuh menyusul.II
Kor 5:5.
4. Roh Kudus adalah materai → jaminan keamanan (Ef 4:30).
5. Warisan = sesuatu yang diteriama pada waktu yang akan datang (Rom 8:17).

Sifat pemuliaan:
a. Kesempurnaan jiwa.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 51

Tujuh kata dalam bahasa Yunani yang menunjukkan penggenapan kesempurnaan yang
akan kita miliki,yakni: άμομος / Amomos (tanpa noda),Hagios (kudus / memuaskan
kekudusan Allah), Aproskopos (tidak akan tersandung), Eilikrines (murni,bersih),
Anegkletos (bebas dari tuntutan yang memberatkan), Amemptos (tanpa kesalahan),
Spilos dan Rhutis (tanpa cacat cela dan kerut).
b. Kehidupan kekal, Yoh 3:16.
 Immortal (tidak binasa / mati) = keberadaan yang tampa akhir.
 Eternal (hidup kekal) = hidup tampa akhir,juga meliputi hidup yang
bermutu,persekutuan yang sempurna dengan Allah.
c. Kemerdekaan sejati,Yoh 8:32,36.
Ini meliputi kemerdekaan dari:Dosa,Hukuman dan Kematian.
Dosa lenyap,kita hanya melakukan apa yang baik.Hukum ekstrnal berlalu,itu menjadi
sifat internal kita.Kematian tiada,kita hidup kekal.
d. Tubuh kemuliaan / sempurna.
Keselamatan seutuhnya meliputi:roh,jiwa dan tubuh (I Tesalonika 5:23).
Ada beda istilah PB untuk daging / flesh (= sifat manusia berdosa,manusia lama),
dengan tubuh /body (= bagian fisik dari manusia).Tubuh akan dibangkitkan,ada
keserupaan tapi tidak sama dengan tubuh lama.Misalnya:orang cacat menjadi
sempurna tubuhnya
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 52

BAB IV
PEKERJAAN ROH KUDUS DI DALAM KESELAMATAN

Perjanjian Baru menggunakan lima istilah untuk mengatakan peranan Rohulkudus


didalam keselamtan.Kelima istilah itu ialah:menyakinkan (convicting), melahirkan
(regenerating), mendiami (indwelling), membaptiskan (baptizing), dan memeteraikan
(zealing).Sedangkan untuk proses penyucian selanjutnya digunakan istilah memenuhi
(filling).Dibawah ini istiah-istilah itu dibicarakan secara terperinci.

MEYAKINKAN (Yoh16:8-11)

Yang dimaksud dengan peranan Roh Kudus menyakinkan seseorang ialah penempatan
kebernaran injil oleh Roh kudus pada keadaan jelas dihadapan orang sesat,sehingga ia
menyadarinya sebagai kebenaran yang menuntut tanggapan penerimaan atau penolakan
terhadap Pribadi Kristus sebagai Juru Selamat pribadinya. Dalam hal ini Rohulkudus tidak
memaksa seseorang untuk menerima dan menolak Injil keselamatan itu.Manusia diciptakan
dengan kemerdekaan dan tanggung jawab penuh oleh Allah. Wajiblah membuat sikap terhadap
perangan Roh Kudus itu.

Nas penting yang berhubungan dengan peranan Roh ini ialah Yohanes16:8-11. Kata
menyakinkan berasal dari istilah Yunani “elengksei” yang juga berarti menginsafkan ataupun
menyadarkan.Karena keterangan waktunya ialah masa depan (future) maka pekerjaan Roh itu
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 53

harus diawali dengan pemberitaan Firman Allah yang kemudian dibuat sangat jelas oleh
Rohulkudus sehingga manusia tak dapat berdalih lagi kecuali membuat keputusan. Sikap netral
di sini sama dengan penolakan terhadap Kristus.
Hal pertama yang diyakini seseorang karena karya Rohulkudus ialah kenyataan
keberadaanya yang berdosa yang sdah kemuliaan Allah. Ia sadar terhadap ke tidak
berdayaannya mendapatkan keselamatan dan lepas dari dosa itu. Kemudian Rohulkudus juga
menyakinkan orang tersebut tentang kebenaran yaitu kebenaran Kristus. Bukti kebenaran itu
ialah ”Karena Ia kembali kepada Bapa” (ayat…), yang berarti Ia ditinggikan melalui
permuliaanNya yaitu KebangkitanNya, KenaikanNya, KedudukanNya disebelah kanan Allah
Bapa, kedatanganNya kembali sebagai Hakim dan Raja. Dengan melihat dosa dirinya dan
kebenaran Kristus manusia sesat itu berada pada posisi menerima atau menolak penyalibanNya
sebagai Juru SelamatNya.
Dan akhirnya Rohulkudus menyakinkan orang berdosa itu akan adanya penghukuman
yang akan datang padanya, apabila ia mengikuti setan dan menolak Yesus Kristus sebagai Juru
Selamatnya. Ini adalah klimaks dari peranan Rohulkudus untuk mempersiapkan manusia
untuk menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Kesadaran akan tiga hal ini belum
menyelamatkan seseorang sehingga bisa terjadi bahwa seseorang berdosa yang mengerti tiga
hali ini memutuskan untuk menolak Kristus sebagai Juru Selamat pribadinya. Dan apabila hal
ini terjadi berarti dilaksanakan keinsafan penuh.

MELAHIRKAN KEMBALI (Yoh 3:3,5 dan Tit 3:5)

Penyucian yang dilahirkan oleh kelahiran bagi yang menjadikan baru lagi.Trench
berpendapat bahwa ini adalah tingkatan kesenangan hidup dari manusia lebih dan lebih lagi ke
dunia rohaniah baru kedalam tempat dimana dia diperkenalkan dan dimana dia sekarang
hidup,bergerak dan mengalami pembaruan. Definisi dari melahirkan kembali ini adalah
kegiatan Allah untuk menuangkan hidup kekal. Dan bukan pembaptisan.

MEMETERAIKAN (II Kor 1:22, Ef 1:13, 4:30)

Arti memeteraikan adalah tanda dimiliki oleh Allah dan dipelihara sampai hari
penebusan.Ini adalah suatu jaminan keamanan bagi orang-orang Kristen.Kapan terjadinya ?
Terjadi saat percaya kepada karya penebusan Yesus Kristus.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 54

MEMBAPTISKAN (I Kor 12:13)


Kegiatan pembaptisan ini dikenakan kepada semua orang beriman (I Kor 12:13). Kata
kerja bahasa aslinya menggunakan tenses aorist tense.Dengan demikian hal ini terjadi sekali,
tidak menunjukkan pembaptisan Roh berkali-kali. Tujuan pembaptisan ini menjadikan orang-
orang percaya itu anggota Tubuh Kristus (ayat 14). Pembaptisan dalam gereja yang am yang
tak kelihatan. Perlu diingat bahwa Pembaptisan oleh Roh ini tidak sama dengan pembaptisan
air oleh gereja.
Dikalangan Pentakosta / Kharismatik pada umumnya ada pendapat yang membedakan
antara dibaptis oleh Roh Kudus menjadi angota Tubuh Kristus, dan dibaptis oleh Kristus
dengan Roh Kudus (yang biasanya berkaitan juga dengan bahasa roh; yang dianggap sebagai
“second blessing”setelah keselamatan.

MENDIAMI (I Kor 6:19)

Dalam 1 Korintus 6:9 dijelaskan bahwa jemaat Korintus sebagaimana orang-orang


percaya lainnya didiami oleh Roh Kudus. Kalau menilik keadaaan jemaat Korintus yang orang-
orangnya banyak masalah,namun Roh sesungguhnya berdiam dalam mereka.Hal ini adalah
karunia Allah (Roma 5:5),akibatnya Roh Kudus diam di dalam kita.
Ketidak hadiran Roh Kudus adalah bukti bahwa tidak adanya keselamatan (Ef 1:14)
sehingga tidak ada jaminan bagi kita,sehingga akhirnya sengsara.Orang-orang percaya bisa
kehilangan pemenuhan Roh Kudus,tapi bukan pendiaman Roh Kudus (Yoh 14:16). Beberapa
persoalan yang memerlukan jawaban adalah masalah ketaatan (Kis 15:32; bnd dengan Kis 6:7;
Rom 1:1),Roh Kudus mendiami secara temporer dalam PL (1 Sam 16:14; Maz
51:13).Pendiaman Roh dan pengurapan Roh berlaku bersama-sama,namun bagi tujuan yang
berlainan.Didiami Roh berhubungan dengan fungsi Roh yang membawakan hadirat Allah ke
dalam hidup orang beriman.Diurapi Roh berhubungan dengan pekerjaan Roh yang
memampukan orang beriman untuk dapat mengerti dan menerima ajaran (`1 Yoh 2:20,27).

MEMENUHI (Ef 5:18)


Konsep ini berhubungan dengan pertumbuhan rohani seseorang yang sudah dilahirkan
kembali oleh Roh Kudus.Definis Roh Kudus memenuhi seseorang adalah Roh Kudus
menguasai (mengontrol) total hidup seorang beriman (Ef 5:18). Pemenuhan yang kata kerjanya
”imperative” menunjukkan suatu tuntutan. Sedangkan tenses yang dalam bentuk “present
Tense” menunjukkan kegiatan tersebut berlangsung terus menerus.Sehingga pemenuhan
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 55

merupakan tuntutan atau perintah dari Allah dan dengan demikan pemenuhan perlu
diminta;perintahNya adalah supaya dipenuhi Roh Kudus terus menerus.
Sehinggga pemenuhan itu dapat merupakan perulangan (Kis 2:4; 4:31),komplit berkali-
kali.Tenses dalam bentuk aorist tense,berarti komplit dari segi waktu.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar seorang percaya dipenuhi Roh Kudus adalah:
1. Hidup dengan penuh penyerahan,yang berdedikasi menaklukan diri mutlak kepada
penguasaan Roh,secara sukarela dan bertanggung jawab (taat kepada kehendak
Roh).Hal mana meliputi 2 faktor yakni penyerahan yang kontinyu (Roma 12:1,2) dan
arah hidup yang peka kepada pimpinan Roh Kudus (Roma 8:14).
2. Menang atas dosa dalam pengalaman hidup sehari-hari (Ef 4:30),menanggapi terang
ilahi dari Firman Allah yang terus menerus dinyatakan kepadanya (1 Yoh 1:7),dan
hidup bergantung mutlak kepada Roh Kudus (Gal 5:16).

Hasil (produk) dari pemenuhan Roh Kudus kemudian terlihat pada karakter (Gal
5:22,23), kebaktian dan pujian (Ef 5:18-20), ketaatan (Ef 5:21), dan adanya pelayanan (Yoh
7:37-39).
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 56

BAB V
KEPASTIAN KESELAMATAN

Alkitab menyatakan setiap orang yang percaya kepada Yesus pasti selamat (I Yoh 5:10-
13; Yoh 3:16; 6:47). Seorang percaya dapat, bahkan harus yakin akan keselamatannya. Jikalau
ia tidak yakin akan jaminan keselamatan ini, berarti ia telah menganggap Allah pendusta. Dasar
dari keyakinan adalah Firman Allah yang kekal (I Petrus 1:25). Ini adalah bukti obyektif.
Orang berusaha selamat dengan amal kebaikan tidak mungkin memiliki keyakinan
keselamatan dalam dirinya. Ia hanya dapat berkata mudah-mudahan atau mungkin saya
selamat. Hatinya dipenuhi dengan keraguan karena ia takut jangan-jangan usahanya tidak
mememuhi syarat Allah. Tapi dalam hati setiap orang yang percaya kepada Kristus, Roh Allah
bersaksi bahwa ia adalah anak Allah (Roma 8:16). Ini adalah bukti subyektif.
Orang Kristen sejati juga tidak perlu ragu-ragu atau takut kehilangan keyakinan ini. Ia
tetap beriman semata-mata kepada Tuhan Yesus yang sanggup memelihara dia sampai
kedatangan-Nya yang kedua (Fil 1:6. I Tim 1:12).Tentu ia akan menghadapi banyak pencobaan
dan ujian iman, namun bagaimanapun sulitnya persoalan itu kepercayaanya kepada
pemeliharaan Gembala yang baik itu akan tetap kuat (Yoh 10:27-30). Tidak ada satupun yang
dapat merenggut keyakinan itu dari hatinya. Memang seperti anak kecil yang bisa jatuh
kedalam Lumpur,kita kadang-kadang bisa jatuh ke dalam dosa.Bila kita jatuh dalam dosa,tidak
perlu lagi kita menerima Yesus berulang-ulang karena Yesus hanya terima satu kali saja (Ibr
13:5b). Yang perlu kita lakukan adalah mengaku dosa untuk mendapat pengampunan dan
pembaharuan dari Allah.
Ada beberapa langkah yang harus diambil untuk memperoleh pengampuna dosa:
1. Kita perlu menyadari bahwa perbuatan itu adalah DOSA yang dibenci Allah.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 57

2. Kita harus mengakui dosa dengan sunguh-sungguh serta mohon kekuatan Roh Kudus
untuk mengalahkan dosa tersebut.Jika perbuatan kita telah merugikan orang lain,maka
kita juga harus membereskannya dengan manusia.Misalnya:Bila kita mencuri,maka
uang curian itu harus dikembalikan.Bila kita berselisih,maka kita harus berdamai
(Matius 5:24).
Bila kita mengaku dosa,maka Allah akan mengampuni dan menyucikan kita (I Yoh
1:9,21-2; Maz 32:3-5),dan Allah akan mengembalikan lagi sukacita keselamatan itu kepada
kita (Mazmur 51:14).

KETEKUNAN ORANG BERIMAN

Definisi orang yang telah dipersatukan dengan Kristus oleh iman,dibenarkan oleh Allah
dan anugerah-Nya,serta dilahirkan kembali oleh Roh Kudus.Tidak akan terbuang sama sekali
dari anugerah keselamatan yang telah diterimanya.Melainkan ia akan terpelihara dalam
keselamatan sampai akhir.Kalaupun satu saat ia jatuh dan gagal memuliakan Allah,ia tidak
akan tetap tinggal dalam kemurtatan terhadap Allah sampai akhir.

Definisi diatas mencakup beberap hal dibawah ini:

 Keselamatan diberikan oleh Allah selama-lamanya,tidak bisa hilang.


 Allah memelihara orang percaya tetap selamat sampai kekal (Filifi 1:6).
 Orang yang percaya kepada Kristus pasti selamat / hidup kekal (Yoh 10:26-29).
 Orang percaya pasti bertekun dalam anugerah sampai pada akhirnya (selamanya).

Alasan bagi jaminan kekal,berkaitan dengan Allah Tritunggal,yakni:


1. Allah Bapa (Roma 8:30, 11:29).
 Rencana Allah tidak mungkin gagal untuk memuliakan orang yang dibenarkan-
Nya.
 Kuasa-Nya sanggup menjaga sampai akhir (Yud 24, Yoh 28-29).
2. Allah anak.
1. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Roma 8:33).
2. Doa-doaNya bersifat preventif (mencegah kita berdosa)dan kuratif (membela kalau
kita berbuat dosa).
3. Allah Roh Kudus.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 58

 Ia melahirkan kembali.
 Ia tinggal dalam diri orang percaya.
 Ia membaptiskan.
 Ia memateraikan.
 Ia mengubah sifat orang percaya/

Disini kita menghadapi perbedaan pendapat antara kaum Calvinis dan kaum
Armenia.Menurut kaum Calvinis,karena Allah yang berinisiatif memanggl dan
menentukan,dan karena Allah sanggup memelihara dan menjaga apa yang sesuai dengan
kehendak-Nya,maka tidak mungkin orang yang dipanggil kahilangan keselamatanNya.Ayat
yang dipakai,misalnya: Yoh 10:28-29, Roma 8:38-39, Filifi 1:6,II Timotius 1:12, I Petrus
1:5.Sebaliknya menurut kaum Armenian,karena ketentuan Allah berdasarkan respon
manusia,maka akhirnya ketekunan itu berdasarkan usaha manusia.Tentu saja niat dan usaha
manusia dibantu oleh kuasa Allah.Jadi menurut Armenianisme, “eternal security” akan dicapai
orang kalau mereka tetap di dalam Yesus.Ayat yang dipakai misalanya Yoh 15:1-8, Ibr 6:4-6,
10:26-27.

Tantangan dan keberatan tentang pandangan “sekali selamat tetap selamat” ini:
1. Doktrin ini mengakibatkan kelalaian (dalam perilaku) dan kemalasan (dalam
pelayanan). Menurut Calvin,orang yang lahir baru tidak “bisa” hidup dalam dosa.
Apabila seseorang biasa hidup didalam dosa,ia belum lahir baru / diselamatkan.Namun
bagaimana dengan Yudas Iskariot, salah satu murid / rasu Kristus? Padahal dalam
Yohanes 13:10, ketika Yesus mencuci kaki para murid-Nya,Ia menyatakan mereka
(termaksud Yudas) tidak perlu dimandikan lagi tetapi cukup untuk dicuci
kaknya.Apakah itu berarti bahwa Yudas pernah mengalami kelahiran baru? Menurut
Raymond Carlson,Yudas karena pelanggarannya telah jatuh dan bukan saja kehilangan
tempatnya sebagai rasul tetapi juga tempatnya sebagai anggota keluarga Allah (Kis
1:25).
2. Merampas kehendak bebas manusia.
Sanggahan Calvin : orang yang sudah jatuh ke dalam dosa itu terikat dan tidak bebas
memilih,sebab dia cenderung memilih dosa.Kebebasan diartikan sebagai kemampuan
utuk memilih yang baik. Menurut Calvinisme,orang yang lahir baru tidak akan
kehilangan keselamatan tetapi bisa kehilangan kesaksiannya didunia ini dan pahala
yang akan datang.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 59

3. Ada ayat-ayat dalam Alkitab yang memperingatkan kita agar kita kembali kepada dosa
dan jangan murtad (Luk 9:62, Ibr 3:12, II Petrus 2:22).Beberapa memberikan
peringatan yang sangat keras,antara lain:
o Lukas 12:10 Siapa menghujat Roh Kudus tidak akan diampuni dosanya.
o Ibrani 6:4-6 Orang yang diterangi hatinya tapi murtad tak mungkin dibaharui.
o II Timotius 2:12 Jika kita menyangkal,Diapun akan menyangkal kita.
o Wahyu 3:5 Dihapus dari kitab kehidupan.
Jadi orang bisa kehilangan keselamatannya kalau dia menghujat Roh Kudus (setelah
melalui berbagai tahapan seperti mendukakan Roh,memadamkan Roh,mendustai
Roh,menetang Roh,dst…hingga menghujat Roh Kudus.Pada titik itu seseorang sampai
pada “point of no return”,dimana hatinya dikeraskan sehingga tidak ada penyesalan lagi
karena penghujatannya kepada Kristus.Jadi Allah tidak mengampuninya karena orang itu
tdak akan pernah lagi minta pengampunan sampai selama-lamanya.

Kita yakin pada keselamatan kekal yang terjamin pasti dalam Kristus ,tetapi
keselamatan itu bukannya tanpa syarat.Syarat dari jaminan keselamatan itu ialah:tinggal di
dalam Kristus (Yoh 15:5-6, Roma 11:19-24).”Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan
menang,yaitu mereka yang terpanggil,yang dipiliha dan yang setia” (Wahyu17:14).

Kita juga harus mengerti tentang adanya perbedaan pahala disorga dan perbedaan
hukuman di neraka (Luk 12:47-48, Mat 11:22-24),Semua orang percaya akan dihadapkan
pada tahta pengadilan Kristus /bema (II Korintus 5:10).Pengadilan ini bukan untuk
menentukan keselamatan (Bnd.Roma 8:1) tapi untuk menentukan besarnya pahala yang
mereka terima atas perbuatan iman mereka.Orang Kristen yang percaya Kristus tapi dalam
pelayananya dia memiliki motivasi rendah / keliru,maka dia tetap selamat namun “
pekerjaannya terbakar”.Dia tetap selamat tapi kehilangan upah / pahala (I Korintus 3:10-
15).sedangkan yang motivasinya murni dan teruji dia akan menerima pahala dari Allah.
Alkitab menyebutnya dengan beberapa isitilah:

1. Mahkota kehidupan bagi orang yang setia sampai mati mengikuti Yesus (Wahyu 2:10).
2. Mahkota kebenaran bagi orang yang merindukan kedatangan Kristus (II Tim 4:8).
3. Mahkota abadi bagi orang yang dapat menguasai dirinya dalam segala hal (II Kor 9:25).
4. Mahkota kemegahan bagi orang yang memenangkan jiwa baru (I Tes 2:19).
5. Mahkota kemuliaan bagi orang yang setia memelihara domba-domba Allah (I Ptr 5:4).
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 60

Namun semua mahkota itu bukan untuk kemegahan kita,sebab itu akan merupakan
persembahan yang akan kita berikan kepada Yesus Kristus yang layak menerima segala
pujian,hormat dan kuasa sampai selama-lamanya (Wahyu 4:10-11).

BAB VI

KESELAMATAN DAN AMANAT AGUNG

Tindakan Allah yang telah memilih dan menentukan orang percaya, memberikan Roh
Kudus hingga orang percaya itu tetap selamat, tidak meniadakan keharusan orang percaya
untuk melakukan penginjilan. Penginjilan dunia adalah amanat agung Yesus Kristus yang
harus dilakukan oleh orang percaya. Ini adalah suatu perintah yang harus dilakukan oleh gereja
hingga Ia datang kembali.
Gereja yang tidak melakukan penginjilan bukanlah gereja yang taat kepada Kristus.
Ada orang beranggapan bahwa kita tidak perlu menginjil atau melakukan misi lagi karena toh
kalau memang seseorang telah ditentukan selamat, orang itu akan tetap selamat sekalipun tidak
diinjili. Pernyataan yang demikian bisa benar sekaligus bisa salah. Bisa benar karena memang
Allah bisan menyatakan diri secara langsung kepada orang pilihanNya mengenai keselamatan.
Bukankah ada banyak orang yang menjadi Kristen karena penyataan supra natural secara
langsung kepada orang tersebut? Paulus adalah contoh yang baik dalam Alkitab. Ia
mendapatkan penyataan langsung dari Kristus hingga ia bertobat (Kis. 9).
Pernyataan seperti di atas juga bisa salah pertama karena Allah menghendaki agar
gereja menjadi partner Allah dalam pelaksanaan proyek keselamatan Allah. Allah bisa saja
menyulap setiap orang menjadi orang Kristen, tetapi hal itu bertentangan dengan pribadi Allah
sendiri dan dengan demikian menjadikan manusia seperti robot. Kedua, kita tidak pernah tahu
individu-individu mana yang Allah telah pilih. Sehingga jika kita tidak menginjil kepada siapa
saja, kita bisa kehilangan pahala seorang pembawa jiwa. Paulus mengatakan “celakalah aku
jika aku tidak memberitakan Injil.

KESELAMATAN DAN PERTUMBUHAN ROHANI


Di depan telah dijelaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah dan tidak
bergantung pada apa yang diperbuat oleh manusia. Doktrin ini tidak menyarankan seorang
Kristen untuk menjadi antinomis dan mempraktekan hidup yang hedonistic. Alkitab berkali-
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 61

kali menyebutkan bahwa orang percaya perlu bertumbuh dan mengeluarkan buah (Gal. 5:22,
23); perlu membuang tabiat lamanya (Kol. 3:5,8); orang percaya juga perlu bersaksi (Kis. 1:8);
orang percaya perlu berbuat baik dan lain-lain. Namun demikian, hal-hal tersebut haruslah
dipandang sebagai akibat dari keselamatan dan merupakan sarana bagi orang percaya untuk
bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam Tuhan dan akhirnya dapat dipakai Tuhan menjadi
berkat bagi orang lain.

Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa untuk selamat seseorang hanya perlu “percaya”
kepada Kristus (Yoh. 1:12; 3:16,18, 36; 5:24; 11:24-26; 12:44; 20:31; Kis. 16:31; 1 Yoh. 5:13
dll). Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa seseorang percaya kepada Injil dan melakukan
sesuatu yang lain. Tidak ada Injil + lain-lain= selamat. Yang ada adalah percaya pada Injil=
selamat.

Di bawah ini ada beberapa pandangan yang salah yang sebenarnya akibat dari tidak dapat
membedakan antara keselamatan dan perlunya pertumbuhan rohani.

1. Percaya dan bertobat baru selamat


Dalam bagian iman dan pertobatan telah disinggung bahwa yang dimaksud dengan
bertobat yang membawa keselamatan adalah berbalik kepada Kristus. Arti kata
bertobat sudah mengandung unsur percaya dan berbalik. Jadi orang yang percaya
Kristus adalah orang yang bertobat atau berbalik kepada Kristus dari jalan yang lama.
Pertobatan yang menyangkut perbuatan baik haruslah dipandang sebagai buah
atau akibat dari keselamatan dan bukan syarat untuk keselamatan.

2. Percaya dan dibaptis baru selamat


Kesalahpahaman mengenai hal ini berasal dari penafsiran yang salah dalam
Mar.16:16. Frasa siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan. Kalimat ini
seolah-oleh menjadikan baptisan sebagai syarat untuk keselamatan. Tetapi kalimat
berikutnya menyatakan bahwa hanya orang yang tidak percaya yang akan dihukum.
Baptisan karena itu harus dipandang sebagai deklarasi atau panyataan
seseorang yang percaya kepada khalayak ramai, bahwa ia sekarang menjadi
pengikut Kristus. Hal itu yang dimaksud dalam Kis. 2:38. Petrus sedang tidak
mengatakan bahwa baptisan adalah syarat untuk pengampunan, tetapi ia sedang
memanggil anggota dari generasi yang menyalibkan Kristus untuk menyesali
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 62

perbuatannya dan memisahkan diri dari generasi di bawah penghakiman Allah


(Paul Enns 2003:410). Kita tahu baptisan dalam kalangan orang Yahudi adalah
symbol atau ritual yang menandakan perpindahan seseorang dari satu tingkat hidup
tertentu ke tingkat hidup yang lain. Orang-orang bukan Yahudi yang kemudian
memeluk agama Yahudi (proselit) harus menandai perpindahan iman tersebut
dengan baptisan.

3. Percaya dan mengaku Kristus


Rom. 10:9 tidak mengajarkan bahwa setelah kita percaya, kita harus mengaku
percaya kita bahwa Yesus adalah Tuhan di depan umum supaya kita selamat. Ayat
tersebut menyatakan bahwa orang yang percaya kepada Kristus adalah orang yang
mengakui keilahian Kristus.

4. Percaya dan menyerahkan diri


Banyak orang tidak bisa membedakan antara keselamatan dan pemuridan.
Penyerahan diri harus dipandang sebagai wujud pemuridan di mana orang percaya
menyerahkan diri sepenuhnya, belajar untuk taat dan meneladani gurunya
sehingga ia bertumbuh di dalam Tuhan.
Menyerahkan diri sepenuhnya pada Ketuhanan Kristus adalah penting tetapi itu
tidak bisa menjadi syarat yang perlu ditambahkan untuk keselamatan. Jika
menyerahkan diri secara penuh kepada Ketuahan Kristus menjadi syarat
keselamatan, maka tidak banyak orang yang diselamatkan. Orang-orang Korintus
dikatakan Paulus sebagai orang yang dikuduskan (1 Kor. 1:2) dan mereka ada di
dalam Kristus (1 Kor. 3:1). Padahal orang-orang Korintus adalah orang-orang
percaya yang masih hidup dalam kedagingan.
Diktat Teologi Sistematika 2 – Dr.Otniel Otieli Harefa, M.Pd.K, M.Th. 63

Anda mungkin juga menyukai