Anda di halaman 1dari 2

RENUNGAN

Minggu, 15 Oktober 2023


Undangan Keselamatan: belas kasih Allah
Bapak-Ibu, Saudara/I terkasih. Ketika kita merasakan suatu kegembiraan dan hendak
merayakannya dalam sebuah acara, pasti yang diadakan adalah makan. Sebagaimana hal ini
lazim di Manado. Ketika kita bergembira dalam sebuah acara maka kita akan mengundang
orang lain untuk turut serta dalam pesta kita. Kita pun pasti akan menanggapi undangan itu
dengan senang hati. Tetapi, jika acara yang kita hadiri memerlukan sesuatu untuk kita bawa
sebagai cindera mata misalnya, mungkin kita akan pikir-pikir untuk datang.

Tema bacaan hari ini berbicara tentang belas kasih Allah. Dalam bacaan pertama,
Yesaya mengisahkan bagaimana mewahnya perjamuan yang disediakan Allah bagi kita.
Perjamuan ini menjadi tanda belas kasih Allah kepada umat-Nya, di mana Yesaya
mengisahkan bahwa pakaian kabung akan dikoyakan, tidak akan ada kematian, setiap air
mata akan dihapuskan. Semua orang yang masuk ke dalamnya akan bersukacita dan
mengatakan bahwa Allah yang dinanti nantikan telah bersama mereka. Kita bisa melihat
gambaran sukacita yang dilukiskan oleh Yesaya dalam perjamuan bersama Allah. Bacaan
kedua juga berbicara kurang lebih hal yang sama. Paulus menggambarkan bahwa dalam
Allah kita dapat menanggung segala penderitaan karena beroleh penghiburan. Allah tidak
pernah akan membiarkan umat-Nya berkekurangan karena Allah sendiri yang akan
menyediakannya.

Sementara, bacaan Injil yang kita dengarkan mengisahkan Pesta pernikahan Raja.
Melalui perumpamaan ini Yesus mau menggambarkan bagaimana Kerajaan Allah itu. Allah
hendak melakukan perjauman dan semua orang diundang untuk datang. Undangan
disebarkan dan Ia mendapati berbagai tanggapan yang berbeda-beda. Ada yang tidak mau
datang, ada yang mengabaikannya dan lebih memilih pergi ke lading, mengurus usaha, dan
bahkan ada yang menangkap dan membunuh hamba-hamba yang diutus untuk
menyampaikan undangan. Selain itu ada yang menanggapi tetapi datang ke pesta dengan
pakaian yang tidak layak.

Bapak-ibu, saudara/I terkasih. Perumpamaan ini juga berlaku untuk kita semua. Allah
telah menyediakan waktu bagi kita untuk bekerja selama enam hari. Pada hari minggu kita
diundang untuk datang kepada Tuhan untuk turut serta dalam perjamuaannya. Menjadi bahan
permenungan kita, berdasarkan bacaan ini saya ada di posisi mana? Jangan-jangan saya
menolak secara terang-terangan undangan Allah yang diberikan kepada saya, atau malah
mengabaikan dan lebih memilih pergi mengurus usaha atau sibuk dengan materi semata.
Tuhan mengundang kita setiap saat. Ia bersuara dalam diri kita melalui hati nurani kita.
Setiap kali kita diperhadapkan dengan pilihan-pilihan hidup, apakah pilihan itu baik atau
justeru mengarahkan kita pada maut. Jangan sampai kita yang telah diberikan undangan
secara khusus lewat pembaptisan malah mengabaikan undangan itu bahkan menolaknya. Kita
semua dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, pelita di tengah kegelapan untuk
memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Kita semua dipanggil pada kekudusan lewat cara
hidup kita sehari-hari terlebih lewat perjamuan kudus yaitu ekaristi. Keselamatan terbuka
untuk siapa saja asalkan kita juga menanggapinya dan berusaha menjadi layak sebagaimana
telah ditetapkan. Jangan sampai kebebalan hati kita mendatangkan murka Allah sebagaimana
yang dilukiskan dalam bacaan Injil, “Maka murkalah raja itu. Lalu menyuruh pasukanya ke
sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.”

Sebagai orang-orang yang telah menerima undangan, mari kita berusaha terus
menerus untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Kita menghadiri undangan
yang diberikan Allah kepada kita lewat perjamuan kudus yaitu ekaristi. Allah telah
menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita. Janganlah kita menjadi bebal karena hanya
mementingkan hal dunia ini. Agar kita dapat menjadi orang-orang yang turut dan ambil
bagian dalam perjamuan keselamatan yang telah dijanjikan kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai