Anda di halaman 1dari 95

TESIS

KONSEP PEMANFAATAN RUANG TERDAMPAK


ABRASI DI WILAYAH PESISIR DESA KALISADA

LUH PUTU GITA ARI PARWATI

PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
TESIS

KONSEP PEMANFAATAN RUANG TERDAMPAK


ABRASI DI WILAYAH PESISIR DESA KALISADA

LUH PUTU GITA ARI PARWATI

PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
ii
LEMBAR PENGESAHAN

DRAFT TESIS INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL …………………

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST., SDs., Ni Ketut Agusinta Dewi,ST., MT., Ph.D
MA., IPU., ASEAN Eng. NIP. 19710823 199702 2 001
NIP. 19710603 199702 1 001

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Magister Arsitektur

Ni Ketut Agusinta Dewi,ST., MT., Ph.D


NIP. 19710823 199702 2 001

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur di panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan


Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat
menyusun serta menyelesaikan penelitian yang berjudul “Dampak Abrasi Terhadap
Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Desa Kalisada Kabupaten Buleleng” ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa
dari berbagai pihak, tugas akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. serta tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dr. Ir. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST., SDs., MA., IPU.,
ASEAN Eng. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, diskusi,
motivasi, dan arahan dalam penyusunan tesisl ini. Terimakasih sebesar – besarnya
kepada Ni Ketut Agusinta Dewi, ST., MT., Ph.D., sebagai pembimbing II dan
oordinator Program Studi Magister Arsitektur yang telah memberikan arahan,
bimbingan, dan bantuan dalam melengkapi administrasi dalam proses perkuliahan
menjadi mahasiswa Program Studi Magister Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Prof. Dr. Ir. Syamsul Alam
Paturusi, MSP., I Dewa Gede Agung Diasana Putra, ST.,MT., Ph.D ., Dr. Ir. Ida
Bagus Gde Wirawibawa, MT. selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran dalam penyempurnaan tesis ini. Terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh dosen Program Magister Arsitektur Universitas
Udayana yang telah memberikan bimbingan selama mengikuti perkuliahan, Bapak,
Mama, Ria dan sahabat yang selalu memberikan motivasi, semangat dan menemani
selama proses penyusunan hingga terselesaikannya tesis ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan dalam Tugas Akhir ini. Demikian pula halnya, juga mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif disamping penyempurnaan makalah ini dan
untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkan.

iv
Demikian pula halnya, juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif disamping penyempurnaan makalah ini dan untuk selanjutnya dapat
menjadi lebih baik serta mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Denpasar, Juni 2022


Penulis,

Luh Putu Gita Ari Parwati

v
ABSTRAK

KONSEP PEMANFAATAN RUANG TERDAMPAK ABRASI DI


WILAYAH PESISIR DESA KALISADA

Abrasi tidak hanya menggerus tanah milik warga, namun abrasi pantai yang
terjadi di Kabupaten Buleleng juga merusak lingkungan pura segara dan tempat
untuk melaksanakan ritual melasti. Permasalahan yang cukup serius di Pesisir Desa
Kalisada tentang abrasi yaitu rusaknya bangunan tambak, hanyutnya lahan sawah
dan tanah milik warga. Panjang pantai yang terindentifikasi terkena abrasi pada
tahun 2011 sepanjang 1,15 km. Abrasi yang terjadi juga sempat mengancam Pura
Dalem Kalisada dan Setra Kalisada. Penataan pantai yang ada belum optimal dalam
penanganan permasalahan pantai yang tidak menyeluruh. Oleh sebab itu penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk merekomendasikan arahan penataan ruang
pesisir pada Pantai Desa Kalisada. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan
arahan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir Desa Kalisada. Analisis yang
digunakan adalah overlay untuk mendapatkan bagaimana abrasi yang berdampak
terhadap pemanfaatan lahan serta garis pantai di Pesisir Desa Kalisada serta analisis
triangulasi untuk mendapatkan arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Dalam penelitian ini dapat dilihat perubahan pemanfaatan lahan pada rentan
waktu 10 tahun yang disebabkan oleh abrasi yang terjadi tiap tahunnya dapat dilihat
pada pemanfaatan lahan tahun 2011 dan 2021. Adapun konsep pemanfaatan ruang
yang dilakukan adalah pemasangan batu pengaman pantai, relokasi bangunan serta
penataan ruang dengan menata pemanfaatan lahan yang ada di sepanjang pesisir
Desa Kalisada.
Kata kunci : Dampak Abrasi, Pemanfaatan Lahan, Konsep Pemanfaatan Ruang

vi
ABSTRAK

THE CONCEPT OF USE OF SPACE AFFECTED BY ABRATION IN THE


COASTAL AREA OF KALISADA VILLAGE

Abrasion not only erodes the land owned by residents, but the coastal abrasion
that occurred in Buleleng Regency also damaged the Segara Temple environment
and the place for the melasti ritual. A serious problem in the Kalisada Coastal
Village related to abrasion is the damage to pond buildings, the washing away of
rice fields and land owned by residents. The length of the beach identified as being
affected by abrasion in 2011 was 1.15 km. Abrasion that occurs also threatens Pura
Dalem Kalisada and Setra Kalisada. The existing coastal arrangement is not optimal
in dealing with coastal problems that are not comprehensive. Therefore, this
research was conducted with the aim of recommending the direction of coastal
spatial planning in Kalisada Village Beach. The purpose of this study is to provide
direction for the use of space in the coastal area of Kalisada Village. The analysis
used is overlay to find out how the impact of abrasion on land use and coastline in
Kalisada Village Beach and triangulation analysis to get directions for the use of
coastal areas. This study uses a qualitative research method with a case study
approach. In this study, it can be seen that changes in land use within a period of 10
years due to abrasion that occurs every year can be seen in land use in 2011 and
2021. The concept of spatial use is the installation of coastal protection. stonework,
building relocation and spatial planning by managing the existing land use along
the coast of Kalisada Village.
Keywords: Abrasion Impact, Land Use, Space Utilization Concept

vii
RINGKASAN

viii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
RINGKASAN ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ............................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP PENELITIAN, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN ....................................................................... 4
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 4
2.1.1 Ancaman Gelombang Ekstrim dan Abrasi pada Penggunaan Lahan di
Pesisir Kepulauan Karimunjawa .......................................................... 4
2.1.2 Kajian Monitoring Pantai Kalisada Kecamatam Seririt Kabupaten
Buleleng ............................................................................................... 5
2.1.3 Kajian Dampak Perubahan Garis Pantai terhadap Penggunaan Lahan
berdasarkan Analis Penginderaan Jauh Satelit di Kecamatan Paiton,
Kabupaten Probolinggo Jawa Timur .................................................... 6
2.1.4 Dampak Abrasi Pantai terhadap Lingkungan Sosial ............................ 6
2.1.5 Bentuk–Bentuk Adaptasi Lingkungan Terhadap Abrasi di Kawasan
Pantai Sigandu Batang ......................................................................... 7
2.2 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 13
2.3 Konsep Penelitian ........................................................................................ 14
2.3.1 Wilayah Pesisir ................................................................................... 14
2.3.2 Dampak Abrasi ................................................................................... 14
2.3.3 Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir.................................................. 14
2.4 Landasan Teori ............................................................................................ 15
2.4.1 Wilayah Pesisir ................................................................................... 15
2.4.2 Abrasi ................................................................................................. 16
2.4.3 Pemanfaatan Lahan ............................................................................ 20
2.4.4 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir .................................................. 22
2.4.5 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ......................... 24
2.4.6 Kebijakan Penataan Ruang................................................................. 25
2.5 Model Penelitian .......................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28
3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 28

ix
3.2 Wilayah Penelitian ....................................................................................... 29
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 34
3.3.1 Jenis Data ........................................................................................... 34
3.3.2 Sumber Data ....................................................................................... 34
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................... 35
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 35
3.6 Analisis Data ................................................................................................ 37
3.6.1 Analisis Dampak Abrasi terhadap Pemanfaatan Lahan ..................... 37
3.6.2 Analisis Arahan Penataan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada
Terdampak Abrasi .............................................................................. 39
3.7 Penyajian Hasil Analisis Data ..................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 41
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................ 41
4.1.1 Kondisi Fisik ...................................................................................... 41
4.2 Permasalahan Abrasi Wilayah Pesisir Desa Kalisada ................................. 43
4.2.1 Permasalahan Abrasi Tahun 2011 – 2016 .......................................... 43
4.2.2 Permasalahan Abrasi Tahun 2016 - 2021 .......................................... 43
4.3 Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Desa Kalisada ................................... 45
4.3.1 Pemanfaatan Lahan Tahun 2011 ........................................................ 46
4.3.2 Pemanfaatan Lahan Tahun 2021 ........................................................ 48
4.4 Dampak Abrasi terhadap Pemanfaatan Lahan dan Garis Pantai ................. 50
4.5 Konsep Pemanfaatan Ruang Wilayah pesisir Desa Kalisada yang Terdampak
Abrasi ........................................................................................................... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 57
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 57
5.2 Saran ............................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 59
LAMPIRAN .......................................................................................................... 62

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2. 1 Kedudukan Penelitian yang Dilakukan Dengan Penelitian
Sebelumnya ..................................................................................... 9
Tabel 3. 1 Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian . 37
Tabel 4. 1 Luas Pemanfaatan Lahan Desa Kalisada ....................................... 45
Tabel 4. 2 Luas Pemanfaatan Lahan Desa Kalisada Tahun 2011 .................. 47
Tabel 4. 3 Luas Pemanfaatan Lahan Desa Kalisada Tahun 2021 .................. 48
Tabel 4. 4 Luas Pemanfaatan Lahan Desa Kalisada Tahun 2011 - 2021 ....... 50

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir ............................................................................... 13
Gambar 2. 2 Arahan Pola Ruang Mitigasi Abrasi .............................................. 20
Gambar 2. 3 Model Penelitian............................................................................ 27
Gambar 3. 1 Kondisi Pesisir Desa Kalisada ....................................................... 29
Gambar 3. 2 Pembagian Segmentasi .................................................................. 30
Gambar 3. 3 Kondisi Pantai pada Segmen A ..................................................... 30
Gambar 3. 4 Kondisi Pantai pada Segmen B ..................................................... 31
Gambar 3. 5 Kondisi Pantai pada Segmen C ..................................................... 31
Gambar 3. 6 Kondisi Pantai pada Segmen C ..................................................... 32
Gambar 3. 7 Orientasi Wilayah Studi Desa Kalisada ........................................ 33
Gambar 3. 8 Ilustrasi fitur intersect .................................................................... 38
Gambar 3. 9 Ilustrasi fitur union ........................................................................ 39
Gambar 4. 1 Batas Administrasi Wilayah Pesisir Desa Kalisada ...................... 41
Gambar 4. 2 Kondisi Wilayah Pesisir Desa Kalisada ........................................ 42
Gambar 4. 3 Titik Permasalahan Abrasi ............................................................ 44
Gambar 4. 4 Permasalahan Abrasi pada titik A ................................................. 45
Gambar 4. 5 Grafik Peresentase Pemanfaatan Lahan ........................................ 46
Gambar 4. 6 Peta Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Desa Kalisada ............. 46
Gambar 4. 7 Grafik Peresentase Pemanfaatan Lahan Tahun 2011 .................... 47
Gambar 4. 8 Peta Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Desa Kalisada Tahun 2011
....................................................................................................... 48
Gambar 4. 9 Grafik Peresentase Pemanfaatan Lahan Tahun 2021 .................... 49
Gambar 4. 10 Peta Pemanfaatan Lahan Tahun 2021 ........................................... 49
Gambar 4. 11 Peta Overlay Pemanfaatan Lahan Tahun 2011-2021 .................... 51
Gambar 4. 12 Peta Jarak Garis Pantai Tahun 2011-2021..................................... 52
Gambar 4. 13 Contoh Pemasangan Batu Pengaman Pantai ................................. 53
....................................................................................................... 55
Gambar 4. 14 Konsep Penataan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada .............. 55
Gambar 4. 15 Ilustrasi Konsep Penataan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada 56
Gambar 4. 16 Ilustrasi Konsep Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada
Sebagai Ruang Terbuka untuk Umum .......................................... 56

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipenuhi oleh
perubahan di darat dan laut. Mengingat posisi geografisnya, daerah pesisir dan pantai
merupakan daerah yang sangat strategis. Daerah pesisir berkembang demikian cepatnya akibat
berbagai keperluan manusia di antaranya sebagai kawasan pemukiman, pelabuhan, industri,
perikanan, pertanian dan juga sebagai kawasan rekreasi atau kawasan pariwisata. Sebagai
daerah peralihan, pesisir pantai cukup banyak mendapat pengaruh dari kedua daerah yang
dibatasinya. Ancaman bencana yang sering terjadi di wilayah pesisir, selain ancaman yang
tidak bisa diprediksi seperti gempa bumi, tsunami, gelombang pasang dan lainnya, juga
terdapat ancaman secara perlahan namun pasti yaitu abrasi pantai.
Menurut Utami (2013) abrasi merupakan proses terjadinya pengikisan daratan oleh
gelombang sehingga menyebabkan hanyutnya substrat dan berkurangnya luas daratan. Arus
dan gelombang yang cukup kuat, serta rusaknya ekosistem terumbu karang di sepanjang
perairan pantai menyebabkan abrasi yang terjadi kini semakin mengkhawatirkan, hal ini
diperparah lagi oleh rusaknya pelindung pantai alami dan buatan yang akan berdampak buruk
terhadap kawasan pemukiman di sepanjang pantai. Menurut Triatmodjo (1999), abrasi
merupakan salah satu masalah yang mengancam kondisi pesisir, yang dapat mengancam garis
pantai sehingga menjorok ke daratan, merusak tambak maupun lokasi persawahan yang berada
di pinggir pantai, dan juga mengancam bangunan yang berbatasan langsung dengan air laut,
baik bangunan yang difungsikan sebagai penunjang wisata maupun rumah penduduk.
Menurut data dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bali
(2010) dalam Butaru (2011), garis pantai tererosi paling tinggi dari ancaman peningkatan muka
air laut terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Buleleng yang mencapai 54.830 meter atau sekitar
45% dari panjang garis pantai Kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng yang terletak di
bagian utara Pulau Bali dengan potensi kelautan yang cukup tinggi hal ini dibuktikan dengan
panjang pantai 157,05 Km. Pantai Kalisada yang terletak di Desa Kalidasa, Kecamatan Seririt
merupakan salah satu pantai yang memiliki peran yang cukup penting bagi masyarakat di
sekitarnya namun berdasarkan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

1
Buleleng Tahun 2013-2033 Kecamatan Seririt masuk ke dalam kawasan rawan abrasi dan erosi
pantai. Pantai ini secara garis besar disusun oleh pasir hasil endapan vulkanis yang terbawa
dari sungai maupun terbawa dari lepas pantai. Berdasarkan hal tersebut, Pantai Kalisada
dikelompokkan kedalam Sandy Beach karena tersusun dari material vulkanis berupa pasir.
Pantai Kalisada memiliki panjang pantai 2,7 km dan dalam sejarah pembentukan pantai, Pantai
Kalisada termasuk dalam klasifikasi pantai yang tenggelam (Shoreline of Submergence). Pantai
ini terjadi akibat permukaan air yang mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang
menyebabkan terjadinya penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air laut
dahulu berada jauh di bawah permukaan air sekarang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
terjadinya maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar (Triadi, 2016).
Gejala perubahan garis pantai perlu mendapat perhatian mengingat berdampak besar
terhadap kehidupan sosial dan lingkungan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan lahan
wilayah pesisir secara optimal (Hanafi, 2012 dalam Cahyadi, 2012). Pemanfaatan lahan pada
wilayah pesisir Desa Kalisada adalah sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian,
tambak dan beberapa villa yang berada di pinggir pantai (Wicaksono, 2019). Abrasi tidak
hanya menggerus tanah milik warga, namun abrasi pantai yang terjadi di Kabupaten Buleleng
juga merusak lingkungan Pura Segara dan tempat untuk melaksanakan ritual melasti.
Permasalahan yang cukup serius di Pesisir Desa Kalisada tentang abrasi yaitu rusaknya
bangunan tambak, hanyutnya lahan sawah dan tanah milik warga. Panjang pantai yang
terindentifikasi terkena abrasi pada tahun 2011 sepanjang 1,15 km. Secara individu beberapa
pemilik telah berusaha mencegah erosi yang terjadi dengan membuat seawall yang terbuat dari
batu pasangan. Abrasi yang terjadi juga sempat mengancam Pura Dalem Kalisada dan Setra
Kalisada.
Dengan abrasi yang terjadi saat ini semakin lama akan berpengaruh ke lahan milik
masyarakat di pesisir pantai Kalisada. Penataan pantai yang ada belum optimal dalam
penanganan permasalahan pantai yang tidak menyeluruh. Oleh sebab itu penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk merekomendasikan arahan penataan ruang pesisir pada Pantai
Desa Kalisada.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan dari penelitian ini yang akan dibahas dalam rumusan masalah yaitu
terkait dengan Konsep Pemanfaatan Ruang Terdampak Abrasi di Wilayah Pesisir Desa
Kalisada. Rumusan masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut:

2
1 Bagaimana dampak abrasi pada pemanfaatan lahan wilayah pesirir Desa Kalisada?
2 Bagaimana konsep terhadap pemanfaatan ruang wilayah pesisir Desa Kalisada yang
terdampak abrasi?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian Konsep Pemanfaatan Ruang Terdampak Abrasi di Wilayah Pesisir
Desa Kalisada, sebagai berikut:
1 Untuk menganalisis dampak abrasi pada pemanfaatan lahan wilayah pesisir Desa
Kalisada.
2 Untuk merumuskan konsep pemanfaatan ruang wilayah pesisir Desa Kalisada yang
terdampak abrasi.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu manfaat akademis dan
manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberi tambahan pengetahuan dalam bidang
perencanaan kawasan pesisir dalam penataan kawasan terdampak bencana abrasi dalam
memberikan konsep pemanfaatan ruang wilayah serta bidang ilmu lainnya dan memberi
kontribusi pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam hal pendekatan ilmiah dan
analisis akademis terhadap bagaimana dampak abrasi yang berpengaruh pada pemanfaatan
ruang pesisir.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis yang hendak dicapai dari studi ini adalah diharapkan menjadi
bahan masukan bagi berbagai pihak terutama pemerintah terkait dalam konsep dan strategi
dalam pemanfaatan ruang terdampak abrasi karena wilayah pesisir Desa Kalisada dihadapkan
pada bencana abrasi yang sangat signifikan terjadi setiap tahunnya. Manfaat secara praktis
dapat menjadi acuan dalam perumusan rencana tata ruang dalam pengembangan pembangunan
kawasan pesisir yang menunjang kepentingan dan kebutuhan pengetahuan dalam bidang
penataan kawasan terdampak abrasi di wilayah pesisir.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP PENELITIAN, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka


Kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kajian terhadap
penelitian sebelumnya yang relevan dan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
berupa tesis, artikel maupun jurnal ilmiah. Ada beberapa kajian pustaka yang dapat dihimpun
dari hasil penelitian sebelumnya.
2.1.1 Ancaman Gelombang Ekstrim dan Abrasi pada Penggunaan Lahan di Pesisir
Kepulauan Karimunjawa
(Studi Kasus: Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar dan
Pulau Menjangan Kecil)
Penelitian yang berjudul Ancaman Gelombang Ekstrim dan Abrasi pada Penggunaan
Lahan di Pesisir Kepulauan Karimunjawa (Studi Kasus: Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa,
Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil) yang diteliti oleh Purbani (2019),
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi dan penggunaan lahan di pesisir yang rawan
akan ancaman gelombang ekstrim dan abrasi di Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa, Pulau
Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil di wilayah Kepulauan Karimunjawa. Dengan
diketahuinya lokasi yang rawan bencana maka perlu diketahui tingkat dan luas sebaran
ancaman gelombang ekstrim dan abrasi di pesisir Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa, Pulau
Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil. Dengan demikian penduduk, pengunjung dan
para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya di Kepulauan Karimunjawa, dapat
menyadari keberadaannya di lokasi rawan bencana, khususnya gelombang ekstrim dan abrasi.
Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Karimunjawa menggunakan metode
penghitungan indeks ancaman gelombang ekstrim dan abrasi berdasarkan Peraturan Kepala
Badan Nasional Penangulangan Bencana No. 2/2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana, dengan parameter tinggi gelombang, arus, tutupan vegetasi, bentuk garis
pantai dan tipologi pantai, difokuskan di daerah sempadan pantai. Proses analisis data
menggunakan perangkat lunak keruangan ArcGIS dan ER Mapper.
Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga kelas ancaman gelombang ekstrim dan abrasi
di daerah sempadan pantai di lokasi studi, yaitu rendah (0,01%), sedang (19,33%) dan tinggi

4
(80,67%). Penggunaan lahan yang terkena ancaman gelombang ekstrim dan abrasi yaitu
perkebunan (48,33%), hutan mangrove (23,28%) dan vegetasi (13,05%).
2.1.2 Kajian Monitoring Pantai Kalisada Kecamatam Seririt Kabupaten Buleleng
Penelitian yang berjudul Monitoring Pantai Kalisada Kecamatam Seririt Kabupaten
Buleleng yang diteliti oleh Triadi (2016), memiliki tujuan penelitian untuk mengidentifikasi
masalah-masalah yang ada di Pantai Kalisada dan melakukan monitoring terhadap pengelolaan
bangunan wilayah Pantai Kalisada.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kualitatif. Metode
deskritif kualitatif bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai suatu fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode
deskritif kualitatif yang digunakan adalah metode wawancara dan survei yang bertujuan untuk
mendapatkan opini dari expert dan responden mengenai pengembangan wilayah Pantai
Kalisada. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis bagaimana klasifikasi Pantai Kalisada
berdasarkan sejarah pembentukan pantai dan pembagian segmentasi pantai berdasarkan
permasalahan dan fenomena yang terjadi di lokasi tersebut. Selain mengidentifikasi kondisi
pantai, peneliti juga meneliti tentang bagaimana kondisi arus dan gelombang pantai.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa permasalahan Pantai
Kalisada saat ini adalah adanya erosi, kondisi bangunan pantai yang ada belum optimal dalam
upaya pengamanan pantai, permasalahan penanganan pantai yang tidak menyeluruh.
Gelombang dan arus merupakan fenomena alam yang sangat mempengaruhi keadaan pantai di
tempat tersebut. Gelombang yang terjadi dipengaruhi oleh besarnya angin dan jarak fetch pada
lokasi studi. Fetch (daerah pembangkitan gelombang) yang dominan berasal dari arah timur
laut dan arah barat hal ini menyebabkan terjadi gelombang dominan berasal dari barat dan
timur sesuai musim angin yang terjadi di Pantai Kalisada. Akibat gelombang yang dominan
terjadi dari arah timur dan barat, menyebabkan terjadinya pergerakan sedimen menyusur pantai
(longshore sedimen transport). Sama halnya dengan gelombang, arus yang terjadi di Pantai
Kalisada bergerak dominan dari arah timur dan barat. Arus ini menyebabkan terbawanya
sedimen yang melayang (bed load) bergerak menyusur pantai. Pantai Kalisada dalam satu hari
terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama. Berdasarkan
kondisi tersebut, maka pasang surut yang terjadi di Pantai Kalisada termasuk dalam tipe pasang
surut harian ganda (semidiurnal tide). Pada muara sungai, terdapat tumpukan sedimen (sand
spit) yang posisi penimbunannya berubah-ubah. Hal ini menyebabkan sering berpindahnya
mulut muara Tukad Banyuraras.

5
2.1.3 Kajian Dampak Perubahan Garis Pantai terhadap Penggunaan Lahan
berdasarkan Analis Penginderaan Jauh Satelit di Kecamatan Paiton, Kabupaten
Probolinggo Jawa Timur
Penelitian yang berjudul Kajian Dampak Perubahan Garis Pantai terhadap Penggunaan
Lahan berdasarkan Analis Penginderaan Jauh Satelit di Kecamatan Paiton, Kabupaten
Probolinggo Jawa Timur yang diteliti oleh Siti Rahmi (2014), untuk mengetahui dampak
perubahan garis pantai terhadap perubahan lahan pesisir di Kecamatan Paiton dalam jangka
waktu 16 tahun dengan menggunakan analisa penginderaan jauh satelit.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yakni metode penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya
yang berkaitan dengan fenomena alam sedangkan metode pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling method yaitu penentuan lokasi pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan
garis pantai berdasarkan hasil overlay Peta LPI tahun 1993 dan citra satelit Landsat 1996 di
kecamatan Paiton periode tahun 1993-1996 berkurang sepanjang 909,397 m, lahan yang
terakresi seluas 38,5435 ha dan lahan yang tererosi seluas 56,21 ha.
Hasil penelitian ini adalah hasil overlay citra Landsat 1996 dan Ikonos 2009 terjadi
penambahan garis pantai sepanjang 1.193,489 m, lahan yang terakresi seluas 11,863 ha dan
lahan yang tererosi seluas 12,492 ha. Hasil pengolahan data arus didapatkan besarnya arus
sepanjang pantai sebesar 1,829 m/s, kecepatan gelombang sebesar 6,187 m/s dengan mean sea
level sebesar 168 cm. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan garis pantai akan berdampak
pada perubahan lahan di Kecamatan Paiton setiap tahunnya akibat dari erosi dan akresi.
2.1.4 Dampak Abrasi Pantai terhadap Lingkungan Sosial
(Studi Kasus di Desa Bedono, Sayung Demak)
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji dampak abrasi
lingkungan sosial yang terjadi di Desa Bedono. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif deskriptif dengan mempertimbangkan pendapat, pemikiran, persepsi dan
interpretasi dari pihak yang berwenang terkait dengan masalah yang diteliti. Teknik
pengambilan data menggunakan snowball sampling. Informan adalah seseorang yang dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan. Sebagian besar informan adalah informan yang
tinggal atau pernah tinggal di lokasi penelitian dan terkena dampak langsung abrasi.

6
Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif yang dilakukan pada kondisi alamiah
(natural setting) Dimana peneliti tidak melakukan rekayasa apapun selain penelaahan secara
mendalam terhadap kondisi fisik lingkungan dan sosial yang terjadi akibat abrasi. Menurut
Moleong (2003) metode kualitatif merupakan proses penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis, lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Ini berarti
peneliti melakukan pemotretan terhadap kondisi alami yang ada dan dituangkan dalam bentuk
deskripsi tulisan sekaligus dilengkapi dengan gambar gambar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Dinamika penduduk dari tahun ke tahun sejak
terjadinya abrasi cenderung menurun. Karena perpindahan penduduk akibat hilangnya atau
rusaknya tanah tempat tinggalnya yang menjadi laut (tergenang permanen) 2. Masyarakat
sosial ekonomi yang semula bekerja di sektor pertanian (pertanian, budidaya) mengalami
perubahan, baik dalam penghidupan mereka 3. Budaya mereka adalah budaya religi Jawa yang
akan tetap dipertahankan, meskipun sebagian dari mereka hilang karena terpisahnya desa oleh
laut karena abrasi. 4. Masyarakat yang tinggal di sana masih ingin tetap tinggal di sana
meskipun intensitas abrasi keberlanjutan pemukiman tidak dianjurkan
2.1.5 Bentuk–Bentuk Adaptasi Lingkungan Terhadap Abrasi di Kawasan Pantai
Sigandu Batang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk adaptasi lingkungan
terhadap abrasi di kawasan Pantai Sigandu dan mengetahui cara meningkatkannya. Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran atau mixed method antara kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara berurutan. Metode pertama adalah kualitatif yang dilakukan
dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara pada beberapa instansi seperti
DKP, Disbudpar, BLH, BPBD, dan Dishub. Wawancara tersebut dilakukan untuk mencari
informasi terkait abrasi yang terjadi dan menggali indikator keberhasilan dari masing- masing
bentuk adaptasi yang telah dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan metode kuantitatif untuk
mendapatkan penilaian masyarakat terkait bentuk-bentuk adaptasi lingkungan yang dilakukan
melalui penyebaran kuesioner pada masyarakat.
Hasil penelitian ini adalah didapatkan temuan bahwa penyebab tingginya abrasi di
kawasan Pantai Sigandu selain disebabkan oleh peningkatan arus gelombang laut adalah karena
kondisi pantai yang datar berpasir. Kondisi tersebut menyebabkan gelombang dengan mudah
menghantam kawasan pesisir tanpa adanya penghalang. Berdasarkan kondisi tersebut,
masyarakat dalam hal ini pelaku usaha mengalami kerugian yang sangat besar akibat fenomena
abrasi yang merusak fasilitas dan menurunkan jumlah wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian,

7
pemerintah, swasta dan masyarakat melakukan adaptasi lingkungan untuk menanggulangi
abrasi seperti dengan melakukan penanaman mangrove, relokasi bangunan, pemasangan batu
penghalang, pemasangan trucuk bambu, pemasangan geotube, dan reklamasi pantai. Terdapat
beberapa bentuk adaptasi lingkungan yang dapat ditingkatkan yaitu dengan melakukan
pemasangan geotube, penanaman mangrove, dan pemasangan batu penghalang. Penelitian lain
yang terkait dapat dilihat pada Tabel 2. 1.

8
Tabel 2. 1 Kedudukan Penelitian yang Dilakukan Dengan Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Kedudukan Penelitian

Hasil penelitian yang


diperoleh luas Persamaan : Meneliti
Penelitian perubahan penggunaan perubahan
Kajian Dampak Penelitian untuk
menggunakan lahan pesisir yang penggunaan/
Perubahan Garis Pantai mengidentifikasi
metode kuantitatif berdampak langsung pemanfaatan lahan
Siti Rahmi terhadap Penggunaan perubahan garis pantai
dengan pendekatan akibat perubahan garis pesisir akibat abrasi
Prameswari, Lahan berdasarkan akan berdampak pada
Penentuan lokasi pantai. Penggunaan
1 Agus Anugroho Analis Penginderaan perubahan lahan di
sampling lahan yang terkena Perbedaan : Lokasi
D. S dan Aziz Jauh Satelit di Kecamatan Paiton setiap
menggunakan abrasi adalah lahan penelitian dan tidak
Rifai (2014) Kecamatan Paiton, tahunnya akibat dari
metode purposive tegalan, 9 actor 9 y dan membahas tentang
Kanupaten Probolinggo erosi dan akresi.
sampling method tambak, masing- upaya masyarakat
Jawa Timur
masing sebesar dalam mengatasi abrasi
870,903 ha, 73,667 ha
dan 85,9307 ha.
Dini Purbani, Ancaman Gelombang Penelitian ini bertujuan Persamaan : Meneliti
Hasil penelitian yang
Hadiwijaya Ekstrim dan Abrasi pada untuk mengetahui lokasi Penelitian abrasi dapat
diperoleh tingkat
Lesmana Salim, Penggunaan Lahan di dan penggunaan lahan di menggunakan mengancam
2 ancaman bencana di
Luh Putu Ayu Pesisir Kepulauan pesisir yang rawan akan metode kuantitatif penggunaan/
lokasi penelitian,
Savitri Chitra Karimunjawa (Studi ancaman gelombang dengan pendekatan pemanfaatan lahan
khususnya ancaman
Kusuma, Kasus: Pulau Kemujan, ekstrim dan abrasi di

9
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Kedudukan Penelitian

Armyanda Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau gelombang ekstrim dan Perbedaan :
Tussadiah & Pulau Menjangan Besar Karimunjawa, Pulau abrasi. Lokasi penelitian dan
Joko dan Pulau Menjangan Menjangan Besar dan penelitian berfokus
Subandriyo Kecil) Pulau Menjangan Kecil untuk mengetahui
(2019) di wilayah Kepulauan lokasi yang rawan akan
Karimunjawa. ancaman gelombang
ekstrim dan abrasi
Hasil penelitian yang
Persamaan :
Tujuan penelitian ini diperoleh yaitu
Meneliti lokasi
adalah untuk permasalahan Pantai
penelitian yang sama.
I Nyoman mengidentifiakasi Kalisada saat ini adalah
Penelitian
Sedana Triadi, Monitoring Pantai masalah-masalah yang adanya erosi, kondisi
menggunakan Perbedaan :
Made Mudhina Kalisada Kecamatam ada di Pantai Kalisada bangunan pantai yang
3 metode penelitian Lebih membahas
dan I Wayan Seririt Kabupaten dan melakukan ada belum optimal
deskritif kualitatif. bagaimana kondisi dan
Sudiasa Buleleng monitoring terhadap dalam upaya
permasalahan kondisi
(2016) pengelolaan bangunan pengamanan pantai,
studi serta konsep
wilayah Pantai Kalisada. permasalahan
pengembangannya
penanganan pantai
yang tidak menyeluruh
Kurnia Dampak Abrasi Pantai Tujuan penelitian ini Penelitian Hasil penelitian yang
4 Persamaan :
Daaywanti terhadap Lingkungan adalah menganalisis menggunakan diperoleh adalah

10
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Kedudukan Penelitian

(2013) Sosial (Studi Kasus di bagaimana dampak metode penelitian menurunnya jumlah Meneliti perubahan
Desa Bedono, Sayung abrasi pantai terhadap kuantitatif penduduk karena penggunaan/
Demak) lingkungan sosial di adanya perpindahan pemanfaatan lahan
Desa Bedono dikarenakan rusaknya pesisir akibat abrasi
lahan, perekonomian
berubah, dan Perbedaan :
Masyarakat yang Lokasi penelitian
tinggal disana masih
ingin tetap bertempat
tinggal disana
meskipun dari segi
intensitas abrasi
keberlanjutan
pemukiman tidak
disarankan
Tujuan Penelitian ini Penelitian Hasil penelitian yang Persamaan :
Bentuk – Bentuk
Muhamad adalah untuk mengetahui menggunakan diperoleh adalah Meneliti bagaimana
Adaptasi Lingkungan
Miqdam Shidqi bentuk-bentuk adaptasi metode campuran adaptasi lingkungan mencari solusi dalam
5 Terhadap Abrasi Di
dan Agung lingkungan yang telah atau mixed method untuk menanggulangi menghadapi abrasi di
Kawasan Pantai Sigandu
Sugiri (2015) dilakukan serta antara kualitatif dan abrasi seperti dengan kawasan pesisir
Batang
mengetahui cara untuk kuantitatif yang melakukan penanaman

11
No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Kedudukan Penelitian

meningkatkan adaptasi dilakukan secara mangrove, relokasi Perbedaan :


lingkungan terhadap berurutan bangunan, pemasangan Lokasi penelitian
abrasi. batu penghalang,
pemasangan trucuk
bambu, pemasangan
geotube, dan reklamasi
pantai.
Sumber: Hasil Penulis (2021)

Dari semua kajian dapat dirangkum dan memperoleh kesimpulan yang relevan terhadap penelitian ini yaitu bagaimana abrasi berdampak
pada penggunaan/pemanfaatan lahan di wilayah pesisir dan bagaimana bentuk adaptasi lingkungan dalam pemanfaatan ruang wilayah terdampak
abrasi di lokasi penelitian yang disebabkan oleh abrasi.

12
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan hasil dari abstraksi dan sistesis dari teori yang
dikaitkan dengan permasalahan atau pun kejadian yang telah ada di lapangan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Konsep Pemanfaatan Ruang Terdampak Abrasi di


Wilayah Pesisir Desa Kalisada

Isu Permasalahan

 Abrasi mengikis lahan dan merusak bangunan serta lahan milik masyarakat
 Dampak abrasi berpengaruh terhadap lahan wilayah pesisir dan bagaimana penataan
ruang wilayah pesisir yang terdampak dari bencana abrasi yang terjadi di Pesisir Desa
Kalisada.
 Perlu adanya konsep pemanfaatan ruang wilayah pesisir Desa Kalisada yang

Menganalisis permasalahan abrasi Merumuskan konsep pemanfaatan ruang


di pesisir Desa Kalisada wilayah pesisir Desa Kalisada yang
terdampak abrasi.

Pengumpulan Data

Survey Primer Survey Primer


Observasi lapangan, dokumentasi Observasi lapangan, dokumentasi
wilayah penelitian, dan wawancara wilayah penelitian, dan wawancara
stakeholder dan masyarakat stakeholder dan masyarakat

Analisis Data

Kesimpulan, Saran, dan Rekomendasi


Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada

Gambar 2. 1 Kerangka Pikir

13
2.3 Konsep Penelitian
Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau
persoalan yang dirumuskan (Singarimbun, 1982). Konsep merupakan bagian untuk
menjelaskan arti dari cuplikan kata yang terdapat dalam judul dan rumusan masalah
penelitian agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda antara penelitian dengan
pembaca. Sehingga maksud penelitian atau penulis dapat tersampaikan dengan baik
dan benar terhadap pembaca. Penjelasan konsep akan dijabarkan secara mendetail
dari bagian kebagian yang dirasa perlu penjelasan mendalam untuk menyamakan
persepsi serta memberikan penjelasan dari batasan penelitian yang dilakukan.
2.3.1 Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir merupakan kawasan pertemuan antara daratan dan lautan,
ke arah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses yang berkaitan dengan laut atau sifat-sifat laut
(Dahuri, dkk 2001). Sementara itu, Kay dan Alder (1999) mengartikan wilayah
pesisir sebagai “The Band of dry land andjancent ocean space (water and
submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic
processes and uses, and vice versa”. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah
wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan
yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih
mempengaruhi proses dan fungsi kelautan.
2.3.2 Dampak Abrasi
Dampak dari abrasi yang secara langsung ke masyarakat adalah aspek soaial
dan aspek ekonomi. Aspek ekonomi dan sosial merupakan berbagai aspek yang
menyangkut kehidupan masyarakat, antara lain keadaan demografi, kesehatan,
pendidikan, perumahan, kriminalitas, sosial budaya, dan kesejahteraan rumah
tangga (Basrowi, et al. , 2010).
2.3.3 Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir
Lahan merupakan bagian fisik dari sebuah lingkungan yang mencakup
tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi (Darmawan, 2013). Dalam konteks
sumber (resource) lahan menjadi tempat untuk memperoleh bahan mentah untuk
menunjang kehidupan manusia dan kegiatannya (Eko dan Rahayu, 2012). Ada dua

14
jenis pemanfaatan yaitu pemanfaatan lahan sebagai pertanian dan non pertanian
(Arsyad, 1989 dalam Darmawan, 2013:18). Pemanfaatan lahan pertanian meliputi
sawah, tegalan, perkebunan, hutan produksi, hutan lindung, padang rumput, padang
alang-alang, termasuk lahan untuk peternakan dan perikanan. Sedangkan
pemanfaatan lahan untuk non pertanian seperti permukiman, industri, akomodasi,
perkotaan, pertambangan dan sebagainya. Menurut Barlow dalam (Juhadi, 2007)
bahwa pemanfaatan lahan dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan utama seperti
faktor fisik lahan, faktor ekonomi dan faktor kelembagaan. Faktor kelembagaan
yang dimaksud meliputi aspek sosial, budaya masyarakat, yang terwujud dalam
tradisi masyarakat, sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat dan
kebijaksanaan pemerintah. Keputusan individu di dalam menentukan pemanfaatan
lahan terkait dan dipengaruhi oleh faktor fisik lahan dan kondisi sumberdaya
manusia, Silalahi dalam (Juhadi,2007)
Penggunaan lahan dalam arti ruang merupakan cerminan dari produk
aktivitas ekonomi masyarakat serta interaksinya secara ruang dan waktu. Dinamika
perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia seperti
pertumbuhan penduduk (jumlah dan distribusinya), pertumbuhan ekonomi dan juga
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti topografi, jenis tanah, dan iklim (Skole dan
Tucker dalam Rais, 2004: 157).

2.4 Landasan Teori


Dalam hal ini akan menjelaskan mengenai landasan yang bersumber dari
suatu teori yang akan diperlukan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai
permasalahan atau pun yang terjadi di lapangan dalam sebuah penelitian. Selain itu
juga landasan teori memiliki fungsi sebagai kerangka acuan yang dapat
mengarahkan suatu penelitian. Teori juga memiliki fungsi sebagai perspektif atau
pangkal tolak dan sudut pandang untuk memahami alam pikiran subjek,
menafsirkan, serta memaknai setiap gejala rangka mebangun konsep.
2.4.1 Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut,
yang memiliki ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat

15
fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan arah ke laut dibatasi oleh proses
alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat
(BAKOSURTANAL, 1990). Batas wilayah pesisir arah ke daratan tersebut
ditentukan oleh :
1. Pengaruh sifat fisik air laut yang ditentukan berdasarkan seberapa jauh
pengaruh pasang air laut, seberapa flora yang suka akan air akibat pasang
tumbuh (water loving vegetation) dan seberapa jauh pengaruh air laut
kedalam air tanah tawar.
2. Pengaruh kegiatan bahari (sosial), seberapa jauh konsentrasi ekonomi
bahari (desa nelayan) sampai ke darat.
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli, wilayah pesisir memiliki pengertian
suatu batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau
aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi
kelautan.

2.4.2 Abrasi
2.4.2.1 Faktor Abrasi
Terjadinya abrasi pantai dilihat dari tiga jenis komponen faktor-faktor abrasi
yang memberikan pengaruh langsung terhadap kejadian-kejadian dari abrasi pantai.
Faktor-faktornya yaitu:
1. Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin
2. Pasang surut yang diakibatkan oleh adanya tarik benda-benda angkasa
3. Pola arus laut akibat pengaruh pola sirkulasi arah dan kecepatan angin.
Menurut Salamun (2006) faktor terjadinya abrasi pantai kerena proses alami
seperti berikut:
1. Sifat daratan pantai yang masih muda dan belum imbang, dimana
sumber sedimen lebih kecil dari kehilangan sedimen
2. Subsidence
3. Adanya sink di daerah lepas pantai
4. Perubahan iklim gelombang

16
5. Hilangnya perlindungan pantai (bakau, terumbu karang, sand dune)
6. Naiknya arus air
Sedangkan abrasi yang disebabkan oleh buatan (manusia) adalah:
1. Perusakan perlindungan pantai alami (penebangan bakau, pemanenan
terumbu karang, pengambilan pasir)
2. Perubahan imbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat
pembuatan bagunan pantai (jetty, pemecahan gelombang, pelabuhan,
tembok kearah laut)
3. Perubahan suplai sedimen dari daratan (perubahan aliran sungai,
pembutan bendungan di hulu sungai)
4. Perubahan gaya gelombang yang mengenai pantai
5. Pengembangan pantai yang tidak sesuai dengan proses pantai
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan penyebab abrasi ada 2
yaitu proses alami dan buatan (manusia). Penyebab alami yaitu hilangnya
perlindungan pantai seperti bakau, terumbu karang dan gelombang laut. Penyebab
buatan yaitu pengembangan pantai yang tidak sesuai dengan proses pantai dan
perusakan perlindungan pantai alami.
2.4.2.2 Dampak Abrasi
Dampak dari abrasi yang secara langsung ke masyarakat adalah aspek sosial
dan aspek ekonomi. Aspek ekonomi dan sosial merupakan berbagai aspek yang
menyangkut kehidupan masyarakat, antara lain keadaan demografi, kesehatan,
pendidikan, perumahan, kriminalitas, sosial budaya, dan kesejahteraan rumah
tangga (Basrowi, et al. , 2010).
Adapun menurut Ramadhan (2013) dampak yang disebabkan oleh abrasi
adalah sebagai berikut :
1. Penyusutan lebar pantai sehingga adanya penyempitan lahan bagi
penduduk yang tinggal di pinggir pantai secara terus menerus.
2. Kerusakan hutan bakau disepanjang pantai/pesisir, yang disebabkan
oleh terpaan ombak yang didorong oleh angin kencang.
3. Rusaknya infrastruktur di sepanjang pantai/pesisir, yaitu tiang listrik,

17
jalan, dermaga, bangunan pengaman pantai, dll.
4. Kehilangan tempat berkumpulnya ikan-ikan perairan pantai karena
terkikisnya hutan bakau.
Menurut Robert J Kodoatie dan Roestam Sjarief (2010:236), adapun
dampak negatif yang diakibatkan oleh abrasi antara lain:
1. Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk
yang tinggal di pinggir pantai
2. Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang
didorong angin kencang begitu besar.
3. Kehilangan tempat berkumpulnya ikan perairan pantai karena
terkikisnya hutan bakau.
4. Lama kelamaan jika dibiarkan dapat merusak berbagai infastruktur
seperti jalan, jembatan serta bangunan yang ada disekitar garis pantai
yang terjadi abrasi. Bahkan kritisnya dapat menggelamkan sebuah
pulau.
Menurut Sukandarrumidi dalam Sani (2018) beberapa perubahan
kenampakan alam dan fungsi merupakan dampak abrasi yang terjadi sepanjang
pantai, antara lain sebagai berikut :
1. Luas daratan atau pulau berkurang. Apabila hal ini terjadi, akan
berdampak pada keterbatasan pengadaan lahan untuk pertanian,
permukiman dan dermaga.
2. Topografi pantai menjadi terjal sehingga mengurangi tempat
pendaratan kapal nelayan.
3. Tiang dermaga sedikit demi sedikit terkikis atau mengalami korosi
sehingga memperpendek usia dermaga dan akhirnya tidak layak untuk
difungsikan.
4. Rusaknya tanggul pantai, bagian dasar tanggul terabrasi, terkikis dan
akhirnya tanggul tidak berfungsi lagi karena roboh.
5. Berubahnya fungsi pantai, yang semula merupakan kawasan wisata
terpaksa dialihfungsikan menjadi hutan lindung
Berdasarkan pendapat para ahli adapun dampak abrasi adalah adanya

18
penyempitan lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai secara terus
menerus, rusaknya infrastruktur di sepanjang pantai/pesisir, yaitu tiang listrik, jalan,
dermaga, bangunan pengaman pantai, berubahnya fungsi pantai, yang semula
merupakan kawasan wisata terpaksa dialihfungsikan menjadi hutan lindung.
2.4.2.3 Studi Preseden Penanganan Abrasi
Wilayah yang dijadikan objek studi merupakan sebuah kecamatan di Kota
Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, wilayah studi merupakan daerah yang rawan terkena bencana banjir dan
terdampak abrasi. Diketahui bahwa terdapat 2 tingkat kerawanan abrasi di wilayah
studi yaitu tingkat kerawanan tinggi yang berada di bagian paling utara wilayah
studi dan tingkat kerawanan sedang yang berada di bagian selatan wilayan studi.
Tingkat kerawanan tinggi diakibatkan oleh letak wilayah studi yang berbatasan
langsung dengan Laut Jawa. Oleh karena itu, dirumuskan rekomendasi atau arahan
pola ruang sebagai bentuk mitigasi bencana abrasi yang terjadi pada wilayah studi.
Rekomendasi yang diberikan antara lain:
1. Tidak diizinkan adanya aktivitas terbangun kecuali untuk kepentingan
pengamanan dan perlindungan pantai.
2. Tidak diizinkan adanya pembangunan permukiman baru di kawasan
dengan risiko tinggi bencara abrasi.
3. Diizinkan terbatas perkembangan kawasan budidaya non terbangun di
kawasan rawan abrasi.
4. Diizinkan terbatas untuk membangun sarana pemantauan bencana.
5. Diizinkan rekayasa teknis pada lokasi tertentu untuk mengurangi
abrasi.
Dengan peta arahan pola ruang yang dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut.

19
Gambar 2. 2 Arahan Pola Ruang Mitigasi Abrasi
Sumber : Ramadhan, Muharar, dkk. (2014)
Berdasarkan teori di atas adapun rekomendasi yang diberikan antara lain
tidak diizinkan adanya aktivitas terbangun kecuali untuk kepentingan pengamanan
dan perlindungan pantai, tidak diizinkan adanya pembangunan permukiman baru di
kawasan dengan risiko tinggi bencara abrasi, diizinkan terbatas perkembangan
kawasan budidaya non terbangun di kawasan rawan abrasi, diizinkan terbatas untuk
membangun sarana pemantauan bencana dan diizinkan rekayasa teknis pada lokasi
tertentu untuk mengurangi abrasi.
2.4.3 Pemanfaatan Lahan
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), penggunaan lahan
(land use) adalah modifikasi lahan yang dilakukan oleh manusia terhadap
lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian, dan
permukiman.
Menurut Putra (2016) penggunaan lahan merupakan salah satu kegiatan
campur tangan manusia atas penguasaan terhadap tanah, baik itu dilakukan secara
terencana atau tidak terencana. Dalam penggunaan lahan pada suatu wilayah akan
membentuk sebuah pola perkembangan sebuah wilayah, baik itu nanti berbentuk

20
teratur atau tidak teratur. Menurut Maurice Yeates, komponen penggunaan lahan
suatu wilayah terdiri atas (Yeates, 1980):
1. Permukiman
2. Industri
3. Komersial
4. Jalan
5. Tanah publik
6. Tanah kosong
Sedangkan menurut Hartshorne, komponen penggunaan lahan dapat
dibedakan menjadi (Hartshorne, 1980):
1. Private Uses, penggunaan lahan untuk kelompok ini adalah
penggunaan lahan permukiman, komersial, dan industri.
2. Public Uses, penggunaan lahan untuk kelompok ini adalah penggunaan
lahan rekreasi dan pendidikan.
3. Jalan
Sedangkan menurut Lean dan Goodall (1976), komponen penggunaan lahan
dibedakan menjadi :
1. Penggunaan lahan yang menguntungkan
Penggunaan lahan yang menguntungkan tergantung pada penggunaan
lahan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan guna lahan yang
tidak menguntungkan tidak dapat bersaing secara bersamaan dengan
lahan untuk fungsi yang menguntungkan. Komponen penggunaan lahan
ini meliputi penggunaan lahan untuk pertokoan, perumahan, industri,
kantor dan bisnis. Tetapi keberadaan guna lahan ini tidak lepas dari
kelengkapan penggunaan lahan lainnya yang cenderung tidak
menguntungkan, yaitu penggunaan lahan untuk sekolah, rumah sakit,
taman, tempat pembuangan sampah, dan sarana prasarana. Pengadaan
sarana dan prasarana yang lengkap merupakan suatu contoh bagaimana
guna lahan yang menguntungkan dari suatu lokasi dapat mempengaruhi
guna lahan yang lain. Jika lahan digunakan untuk suatu tujuan dengan
membangun kelengkapan untuk guna lahan disekitarnya, maka hal ini

21
dapat meningkatkan nilai keuntungan secara umum, dan meningkatkan
nilai lahan. Dengan demikian akan memungkinkan beberapa guna
lahan bekerjasama meningkatkan keuntungannya dengan berlokasi
dekat pada salah satu guna lahan.
2. Penggunaan lahan yang tidak menguntungkan
Komponen penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk
jalan, taman, pendidikan dan kantor pemerintahan.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli pemanfaatan lahan adalah salah
satu kegiatan campur tangan manusia atas penguasaan terhadap tanah, baik itu
dilakukan secara terencana atau tidak terencana. Pemanfaatan lahan pada suatu
wilayah terdiri dari sawah, tegalan, perkebunan, hutan produksi, hutan lindung,
permukiman, industri, perdagangan dan jasa.
2.4.4 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir
Key dan Alder (1998: 25) membagi penggunaan lahan pesisir menjadi
beberapa fungsi yaitu :
1. Eksploitasi sumber daya (perikanan, hutan, gas dan minyak serta
pertambangan)
Sumber daya pesisir yang dapat diperbaharui adalah eksploitasi primer
dalam sektor perikanan komersial, penghidupan, dan rekreasi perikanan
serta industri budidaya air. Sedangkan yang dapat diperbaharui adalah
minyak dan pertambangan.
2. Infrastruktur (transportasi, pelabuhan sungai, pelabuhan laut,
pertahanan, dan program perlindungan garis pantai)
Pembangunan infrastruktur utama di pesisir meliputi pelabuhan sungai
dan laut, fasilitas yang mendukung untuk operasional dari sistem
transportasi yang bermacam-macam, jalan dan jembatan serta instalasi
pertahanan.
3. Pariwisata dan Rekreasi
Berkembangnya pariwisata merupakan sumber potensial bagi
pendapatan negara karena potensi pariwisata banyak menarik turis

22
untuk berkunjung sehingga dalam pengembangannya memerlukan
faktor-faktor pariwisata yang secara langsung berdampak pada
penggunaan lahan.
4. Konservasi Alam dan Perlindungan Sumber Daya Alam.
Hanya sedikit sumber daya alam di pesisir yang dikembangkan untuk
melindungi kawasan pesisir tersebut (konservasi area sedikit).
Kegiatan pembangunan yang banyak dilakukan di kawasan pesisir menurut
Dahuri et al (2001: 122) adalah
1. Pembangunan Kawasan Permukiman
Sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan penduduk akan
fasilitas tempat tinggal,namun pengembangan kawasan permukiman
dilakukan hanya dengan mempertimbangkan kepentingan jangka
pendek tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan untuk masa
mendatang. Dengan adanya pengembangan kawasan permukiman ini,
dampak lain yang mungkin timbul adalah pencemaran perairan oleh
limbah rumah tangga.
2. Kegiatan Industri
Pembangunan kawasan industri di kawasan pesisir pada dasarnya
ditujukan untuk meningkatkan atau memperkokoh program
industrialisasi dalam rangka mengantisipasi pergeseran struktur
ekonomi nasional dari dominan primary based industri menuju
secondary based industri dan tertiary based industri, menyediakan
kawasan industri yang memiliki akses yang baik terhadap bahan baku,
air untuk proses produksi dan pembuangan limbah dan transportasi
untuk produksi maupun bahan baku.
Kawasan industri haruslah mempunyai luas yang cukup dan diletakan
pada zona yang sesuai untuk menghindari lingkungan sekeliling
menjadi buruk. Manajemen bertanggung jawab seterusnya untuk
menjaga hubungan yang sesuai antara kawasan industri dengan
masyarakat sekeliling dan sekaligus melindungi investasi yang telah
dibuat (Hartshorn Truman A, 1980: 390). Dengan makin majunya

23
industrialisasi, maka pengaruh sampingnya (side effect) makin
dirasakan; ada yang langsung, seperti pencemaran air, udara dan ada
pula yang tak langsung, seperti banjir yang disebabkan oleh
penebangan hutan yang tidak berencana. Gejala ini mendorong
pemikiran mengenai industrialisasi dalam konteks yang lebih luas yang
mencakup juga pemeliharaan lingkungan (Djojodipuro, 1992: 199).
3. Kegiatan Rekreasi dan Pariwisata Bahari
Hal ini sekalian bertujuan untuk menciptakan kawasan lindung bagi
biota yang hidup pada ekosistem laut dalam cakupan pesisir.
4. Konversi hutan menjadi lahan pertambakan tanpa memperhatikan
terganggunya fungsi ekologis hutan mangrove terhadap lingkungan
fisik biologis.
Berdasarkan teori di atas adapun penggunaan lahan pesisir dibagi
menjadi beberapa fungsi yaitu eksploitasi sumber daya (perikanan dan
hutan), infrastruktur (pelabuhan laut dan program perlindunga garis
pantai), pariwisata dan rekreasi (ruang terbuka hijau, ruang terbuka
publik dan kegiatan rekreasi air).
2.4.5 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam rencana zonasi mempertimbangkan :
1. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung
ekosistem fungsi pemanfaatan dan fungsi perlindungan, dimensi ruang
dan waktu, dimensi teknologi dan sosial budaya, serta fungsi
pertahanan dan keamanan.
2. Keterpaduan pemanfaatan berbagai sumber daya, fungsi, estetika
lingkungan, dan kualitas lahan pesisir; dan
3. Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses masyarakat dalam
pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mempunyai
fungsi sosial dan ekonomi.

24
Secara konsepsional, suatu wilayah tempat pembangunan dialokasikan
terdiri atas empat zona yaitu kawasan pemanfaatan umum: zona permukiman, zona
budidaya, dan zona perikanan tangkap, kawasan konservasi: zona inti, zona
pemanfaatan terbatas, zona budidaya pesisir, zona ekowisata, dan zona wisata
bahari), zona peruntukan, kawasan strategis nasional: zona pertahanan keamanan,
alur laut pelayaran.
2.4.6 Kebijakan Penataan Ruang
Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2020 tentang Perubahan Peraturan Daerah
Nomor 16 Tahun 2009 Tentang RTRW Provinsi Bali dalam peruntukan ruang
sempadan pantai, adapun arahan peruntukan ruang di kawasan sempadan pantai,
meliputi:
1. Kawasan infrastruktur yang diperbolehkan yaitu fasilitas mitigasi,
pengamanan pantai dan pemantauan bencana dengan syarat meliputi
infrastruktur jalan dan jaringan pergerakan lainnya, kepelabuhan,
kebandarudaraan, jaringan infrastruktur wilayah, bangunan struktur
perlindungan pantai dan pengamanan pesisir, pemangkalan perahu
nelayan dan perahu wisata,
2. Kawasan pariwisata yang diperbolehkan yaitu kegiatan rekreasi pantai,
fasilitas pergerakan dan parkir, serta ruang terbuka publik. Serta
peruntukan diperbolehkan dengan syarat yaitu fasilitas penunjang
rekreasi pantai, fasilitas penunjang akomodasi, fasilitas penunjang
wisata tirta.
3. Kawasan tempat suci diperbolehkan untuk fungsi tempat melasti, serta
dengan syarat kepada bangunan untuk kegiatan adat dan agama lain
yang telah ada dan/atau yang telah memiliki izin dan tidak mengganggu
lingkungan sekitarnya.
4. Kawasan diperbolehkan sebagai kawasan ruang terbuka hijau, kawasan
pertanian, kegiatan sosial budaya, dan ruang terbuka publik.
5. Kawasan lainnya yang telah ada dan/atau yang telah memiliki izin dan
tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.

25
Dalam RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013–2033 penatagunaan
perairan di wilayah pesisir dan laut sebagaimana dimaksud, meliputi:
1. Perairan laut mencakup wilayah perairan laut sejauh 1/3 dari wilayah
perairan provinsi.
2. Peruntukan ruang perairan pesisir dan laut mencakup kawasan
pemanfaatan umum, kawasan konservasi, dan alur laut.
3. Kawasan pemanfaatan umum sebagaimana dimaksud dapat
dimanfaatkan untuk zona pariwisata, pelabuhan, perikanan budidaya,
perikanan tangkap, dan zona pemanfaatan terbatas sesuai dengan
karakteristik biogeofisik lingkungannya.
4. Kawasan konservasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b, dapat
dimanfaatkan untuk zona konservasi perairan, konservasi pesisir dan
pulau- pulau kecil, konservasi maritim, dan/atau sempadan pantai.
5. Alur laut sebagaimana dimaksud dapat dimanfaatkan untuk alur
pelayaran, alur sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan
kabel bawah laut.
Dalam kebijakan penataan ruang dapat diperoleh arahan penataan ruang
wilayah pesisir yang diarahkan pada pembangunan kawasan pemanfaatan umum,
kawasan rekreasi pantai, fasilitas pergerakan dan parkir, kawasan ruang terbuka
hijau, kawasan pertanian, kegiatan sosial budaya, dan ruang terbuka publik.

2.5 Model Penelitian


Model penelitian menguraikan tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan.
Tahapan pertama yang dilakukan dimulai dari fenomena dan permasalahan abrasi
yang terjadi di wilayah pesisir Desa Kalisada selanjutnya dilakukan dengan
perumusan masalah terkait permasalahan dan dampak abrasi yang terjadi di wilayah
pesisir Desa Kalisada. Kemudian pembahasan penelitian menggunakan pendekatan
terhadap landasan teori lalu penelitian dilakukan dengan menggunakan metode-
metode yang digunakan dalam memperoleh data untuk menjawab rumusan masalah
yang ada. Gambaran model penelitian dapat dilihat pada gambar 2.2

26
Isu Permasalahan
 Abrasi mengikis lahan dan merusak bangunan serta lahan milik masyarakat
 Dampak abrasi berpengaruh terhadap lahan wilayah pesisir dan bagaimana
penataan ruang wilayah pesisir yang terdampak dari bencana abrasi yang
terjadi di Pesisir Desa Kalisada.
 Perlu adanya konsep pemanfaatan ruang wilayah pesisir Desa Kalisada yang
terdampak abrasi yang semakin mengikis lahan masyarakat

Rumusan Masalah I Rumusan Masalah II

Bagaimana dampak abrasi pada Bagaimana konsep terhadap


pemanfaatan lahan wilayah pesirir pemanfaatan ruang wilayah pesisir
Desa Kalisada? Desa Kalisada yang terdampak
abrasi?

 Teori Penggunaan Lahan


 Teori Wilayah Pesisir Pesisir
 Teori Dampak Abrasi  Kebijakan Penataan Ruang
 Teori Pemanfaatan Lahan  Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Buleleng

Untuk menganalisis dampak Untuk merumuskan konsep


abrasi terhadap pemanfaatan penataan ruang terhadap wilayah
lahan di wilayah pesisir desa pesisir terdampak abrasi di wilayah
kalisada dalam 10 tahun pesisir Desa Kalisada

Hasil Studi

Gambar 2. 3 Model Penelitian

27
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih mementingkan proses dari
pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk
memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil
penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek
penelitian. Jenis pendekatan penelitian studi kasus merupakan strategi penelitian
yang peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses,
atau sekelompok individu-individu. Kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake dalam
Creswell 2010 : 20). Mulyana (2002 : 201) menjelaskan bahwa penelitian studi
kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti.
Mereka sering menggunakan berbagai metode wawancara (riwayat hidup),
pengamatan, penelaahan, dokumen, (hasil) survey, dan data apapun untuk
menguraikan suatu kasus secara terperinci.
Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dengan studi kasus dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang obyektif dan mendalam
tentang fokus penelitian. Pendekatan studi kasus dipilih karena permasalahan yang
dijadikan fokus penelitian ini hanya terjadi di tempat tertentu yaitu wilayah pesisir
yang terkena dampak abrasi di Desa Kalisada.
Dengan pendekatan kualitatif dengan penelitian studi kasus peneliti
diharapkan dapat mendapatkan informasi dan data yang diperlukan untuk
kepentingan penelitian. Pendekatan kualitatif digunakan dalam mendeskripsikan
hasil temuan dan analisa terhadap konsep pemanfaatan ruang wilayah terdampak
abrasi di Pesisir Desa Kalisada. Penelitian studi kasus bertujuan untuk
mengumpulkan data dengan peneliti menjadi instrumen dalam mengamati
fenomena abrasi yang terjadi dan bagaimana pemanfaatan ruang di wilayah pesisir

28
Desa Kalisada. Teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
3.2 Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian berada di Pesisir Desa Kalisada yang terletak di Desa
Kalisada, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng yang memiliki luas wilayah desa
310 Ha dengan panjang pantai 2,7 km dengan batas wilayah yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Laut Bali, sebelah timur berbatasan dengan Sungai Banyuraras
(Desa Banjarasem), sebelah barat berbatasan dengan Sungai Tukad Sumaga (Desa
Celukan Bawang), dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banjarasem. Lokasi
wilayah studi dipilih berdasarkan fenomena abrasi yang terjadi di sepanjang
wilayah pesisir Desa Kalisada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3. 1

Gambar 3. 1 Kondisi Pesisir Desa Kalisada


Sumber: Observasi Lapangan (2021)
Pesisir Kalisada terletak di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng yang
merupakan pantai utara di Pulau Bali dengan panjang pantai 2,7 km. Pesisir
Kalisada yang terletak di Kecamatan Seririt merupakan sebuah pantai yang
memiliki peran yang cukup penting bagi masyarakat di sekitarnya. Pantai ini secara
garis besar disusun oleh pasir hasil endapan vulkanis yang terbawa dari sungai
maupun terbawa dari lepas pantai. Berdasarkan hal tersebut, Pesisir Kalisada
dikelompokkan kedalam Sandy Beach karena tersusun dari material vulkanis
berupa pasir. Berdasarkan sejarah pembentukan pantai, Pantai Kalisada termasuk
dalam klasifikasi pantai yang tenggelam (Shoreline of Submergence). Kondisi
wilayah pesisir Desa Kalisada yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan
permukiman penduduk yang bekerja sebagai nelayan. Dapat dilihat pada gambar
3.2 pembagian segmentasi wilayah .

29
A

C
D

Gambar 3. 2 Pembagian Segmentasi

1. Segmen A
Kondisi pesisir pada segmen A yang terletak dari Tukad Banyuraras hingga
akhir segmen ini memiliki pantai yang terdapat berm cukup lebar dan landai. Berm
ini tercipta dari suplai sedimen yang berasal dari muara sungai. Dapat dilihat pada
gambar 3.3 kondisi pantai Desa Kalisada pada segmen A.

Gambar 3. 3 Kondisi Pantai pada Segmen A

2. Segmen B
Pada Segmen B Telah dibangun bangunan pengaman pantai di Pura dan
pengaman tersebut berupa seawall yang berbahan buis beton yang melindungi
pemanfaatan lahan pada Segmen B yang dimanfaatkan sebagai villa dan
permukiman. Dapat dilihat pada gambar 3.4. kondisi pantai pada segmen B.

30
Gambar 3. 4 Kondisi Pantai pada Segmen B

3. Segmen C
Kondisi pantai pada Segmen C ini pantai yang cenderung landai
menyebabkan terjadinya gelombang yang mencapai tepi pantai. Pada segmen ini
terdapat Pura Segara Tegallenga. Pura Segara Tegallenga ini telah diamankan
dengan menggunakan seawall tipe pasangan batu yang masih berfungsi dengan
baik. Kondisi pantai dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3. 5 Kondisi Pantai pada Segmen C

4. Segmen D
Pada segmen ini terdapat beberapa permukiman warga dan pertanian milik
warga. Kondisi pantai yang cenderung landai menyebabkan terjadinya gelombang
yang mencapai tepi pantai dan belum adanya perlindungan pantai. Kondisi pantai
dapat dilihat pada gambar 3.6.

31
Gambar 3. 6 Kondisi Pantai pada Segmen C

32
Gambar 3. 7 Orientasi Wilayah Studi Desa Kalisada
Sumber : SAS Planet Arcgis Imagery, 2021

33
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kualitatif. Menurut Sugiyono (2009) data kualitatif adalah data yang memiliki
bentuk sebuah kata, kalimat, narasi, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan gambar,
dan foto. Jenis data kualitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa
gambaran permasalahan abrasi yang terjadi di wilayah pesisir Desa Kalisada,
gambaran pemanfaatan lahan yang terdampak abrasi di wilayah pesisir Desa
Kalisada serta arahan penataan ruang wilayah pesisir.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Menurut Sugiyono (2009) berdasarkan sumbernya, data dibedakan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, sumber data yang diwawancarai
adalah stakeholder dan masyarakat yang mampu memberikan keterangan
yang relevan terkait penelitian ini. Dalam hal ini, sumber data berdasarkan
narasumber yang mengetahui abrasi di wilayah Pesisir Desa Kalisada
secara jelas dikarenakan output terkait dampak abrasi terhadap pemanfaatan
lahan dan bagaimana penataan ruang wilayah.
Adapun data primer yang terkait penelitian ini adalah :
1. Kondisi pemanfaatan ruang dan pemanfaatan lahan pesisir Desa
Kalisada
2. Kondisi dampak abrasi di wilayah pesisir Desa Kalisada
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder

34
adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan
penelitian yang dilakukan. Bentuk dari data sekunder adalah berupa data
tabulasi, grafik, maupun peta yang didapat dari dinas dan kelembagaan
terkait. Adapun instansi terkait dalam penelitian adalah sebagai berikut.
a. Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng
b. Balai Wilayah Sungai Bali – Penida
c. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan
Permukiman Provinsi Bali terkait informasi kesesuaian Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW).
d. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali terkait informasi
kesesuaian Perda RZWP3K Provinsi Bali.
e. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Buleleng
terkait Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buleleng.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2015:102) adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Adapun menurut
Arikunto (2013: 203) dalam Mutimainah (2017) menjelaskan bahwa instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kamera digital
2. Alat tulis
3. Peta lokasi penelitian Desa Kalisada
4. Peta penggunaan lahan Desa Kalisada 2011, 2016 dan 2021
5. Aplikasi ArcGis

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data

35
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan Data Primer
Survey primer adalah tinjauan langsung ke lapangan untuk melihat dan
memahami kondisi fisik wilayah penelitian. Adapun hasil dari survey primer dapat
diperoleh dalam bentuk observasi, dokumentasi dan wawancara.
1. Observasi
Observasi pada penelitian ini untuk melihat kondisi objek penelitian,
pemanfaatan lahan wilayah pesisir, dampak abrasi, dan penataan
wilayah yang terdampak abrasi.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto wilayah pesisir, video,
dan audio rekaman hasil wawancara dalam pengamatan objek
penelitian.
3. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan beberapa list
pertanyaan untuk mendapatkan informasi terkait mengenai dampak
abrasi serta peran masyarakat dan pemerintah dalam mencegah abrasi.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder adalah kegiatan pengumpulan data yang
berasal dari instansi yang terkait dengan penelitian ini, data yang dimaksud adalah
peta wilayah administrasi, peta penggunaan lahan tahun 2011, peta penggunaan
lahan tahun 2016 dan peta penggunaan lahan tahun 2021, dan peraturan tata ruang
wilayah penelitian.
Dalam memudahkan pengumpulan data, peneliti mengelompokkan data
yang akan dicari berdasarkan tujuan dari penelitian, selanjutnya menentukan jenis
data, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, seperti terlihat dalam
Tabel 3.1 dibawah:

36
Tabel 3. 1 Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Teknik
Instrumen
No Tujuan Jenis Data Pengumpulan
Penelitian
Data
Alat tulis
Bagaimana
Kamera digital
dampak abrasi Kondisi penggunaan
Survey lapangan Aplikasi ArcGis
pada pemanfaatan lahan, kondisi
Data sekunder Peta
1 lahan wilayah lingkungan kawasan
Dokumentasi Penggunaan
pesisir Desa pesisir Desa Kalisada
lahan 2011,
Kalisada? dan dampak abrasi
2016 dan 2021

Perda RZWP3K
Provinsi Bali Tahun
Bagaimana konsep Alat tulis
2020 -2040
terhadap Survey lapangan Kamera digital
Rencana Tata Ruang
pemanfaatan ruang Data sekunder Aplikasi ArcGis
Wilayah (RTRW)
2 wilayah pesisir Dokumentasi Peta
Kabupaten Buleleng
Desa Kalisada Data time series Penggunaan
Nomor 3 Tahun 2013
yang terdampak lahan 2011,
- 2033
abrasi? 2016 dan 2021
Peta penggunaan
lahan tahun 2021

Sumber: Hasil Pemikiran, 2021

3.6 Analisis Data


Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2019), menyatakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilaksanakan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah terpenuhi.
3.6.1 Analisis Dampak Abrasi terhadap Pemanfaatan Lahan
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem informasi berbasis
komputer yang digunakan secara digital untuk menggambarkan dan menganalisa
ciri-ciri geografi yang digambarkan pada permukaan bumi dan kejadian-

37
kejadiannya (atribut-atribut non spasial untuk dihubungkan dengan studi mengenai
geografi) (Feick et all,1999;Tuman, 2001). Analisis overlay (tumpang tindih)
adalah salah satu teknik analisis yang dapat dilakukan dengan bantuan software
pengolahan data spasial ArcGIS. Teknik analisis overlay dilakukan dengan cara
meletakkan sebuah peta beserta seluruh atribut di dalamnya di atas sebuah peta lain
untuk kemudian ditampilkan hasilnya. Hasil dari proses analisis overlay ini adalah
peta perubahan penggunaan wilayah penelitian. Peta perubahan penggunaan lahan
adalah peta yang menunjukkan distribusi spasial dari lahan yang berubah dan tidak
berubah penggunaannya (Wijaya, 2017).
Teknik yang digunakan untuk overlay pada SIG ada 2 yakni union dan
Intersect Jika dianalogikan dengan bahasa matematika maka union adalah
gabungan dan intersect adalah irisan. Untuk menggabungan atau melapiskan dua
peta dari satu daerah yang sama namun beda atributnya yaitu :
1. Intersect tool yang digunakan untuk melakukan analisis overlay pada
kelas fitur. Alat ini membangun kelas fitur baru dari perpotongan fitur
umum di kedua kelas fitur.

Gambar 3. 8 Ilustrasi fitur intersect

2. Union tool digunakan untuk melakukan analisis overlay pada kelas


fitur. Alat ini membangun kelas fitur baru dengan atribut dari masing–
masing kelas fitur.

38
Gambar 3. 9 Ilustrasi fitur union

Analisis data dilakukan dengan membandingkan data pemanfaatan lahan


yang berupa peta pemanfaatan lahan pada tahun saat sebelum abrasi terjadi dan peta
pemanfaatan lahan setelah abrasi. Analisis overlay peta (minimal 2 peta) harus
menghasilkan peta baru adalah mutlak.
3.6.2 Analisis Arahan Penataan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada
Terdampak Abrasi
Menurut Malhotra (2005) dalam Hendri (2017), analisis deskriptif
merupakan metode analisis yang digunakan dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran obyektif mengenai obyek penelitian serta untuk mengetahui seberapa
banyak responden menyatakan hal yang sama terhadap suatu obyek pertanyaan.
Analisa deskriptif kualitatif bertujuan untuk menganalisa situasi dari berbagai data
yang dikumpulkan berupa hasil dari wawancara atau pengamatan terkait dampak
abrasi. Proses analisis yang dilakukan tentunya mengarah kepada bagaimana arahan
penataan ruang wilayah pesisir yang terdampak abrasi. Proses deskripsi dilakukan
untuk mendapatkan bagaimana arahan penataan yang dapat dilakukan berdasarkan
peraturan daerah serta kesesuaian wilayah.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan pengecekan data
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Sugiyono, 2009:273 dalam
Amsari, 2015). Teknik triangulasi data dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. Triangulasi Data
Teknik triangulasi data dapat disebut juga sebagai triangulasi sumber.
Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam pengumpulan data
menggunakan berbagai sumber terkait yang ada. Adapun sumber yang

39
dimaksud adalah teori-teori yang telah dikumpulkan berdasarkan
kesamaan penelitian.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data dengan sumber yang sama tetapi menggunakan teknik
yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh melalui wawancara
kemudian dicek dengan observasi, dan dokumentasi. Data yang
diperoleh dalam penelitian mengenai kondisi pemanfaatan lahan dan
dampak abrasi kemudian diteliti kembali atau di cek sebelum
dipaparkan. Tentunya mendasar, hal ini dilakukan agar nantinya data
yang disajikan valid.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi ini dapat juga dilakukan dengan mengecek hasil penelitian
dari tim peneliti lain yang memiliki objek penelitian yang sama.
Adapun waktu juga sering mempenguruhi kreadibilitas data. Dalam
mengamati kegiatan yang terjadi pada pemanfaatan lahan dalam kurun
waktu 10 tahun lewat pemetaan. Adapun waktu wawancara dilakukan
dengan menyesuaikan waktu dengan narasumber agar data maupun
informasi yang diberikan tidak tergesa-gesa sehingga memberikan data
yang valid.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengungkapkan dan
memahami hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan
untuk mendapatkan data. Analisis data ini dilakukan untuk menjabarkan bagaimana
permasalahan yang timbul akibat abrasi di wilayah pesisir Desa Kalisada.

3.7 Penyajian Hasil Analisis Data


Penyajian hasil analisis yang berupa narasi berupa kondisi pesisir Desa
Kalisada, permasalahan abrasi di wilayah penelitian, serta kebijakan yang
digunakan dalam merumuskan konsep penataan ruang wilayah pesisir. Data yang
didapatkan berupa peta juga akan dijelaskan dalam bentuk kalimat.

40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Kondisi Fisik
Lokasi penelitian terletak di wilayah administratif Desa Kalisada,
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Luas lokasi penelitian adalah sebesar 310
Ha. Dapat dilihat pada gambar 4.1 batas administrasi wilayah pesisir Desa Kalisada,
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Bali
Sebelah Timur : Desa Banjarasem
Sebelah Barat : Sungai Banyuraras (Desa Banjarasem)
Sebelah Selatan : Sungai Tukad Sumaga (Desa Celukan Bawang)

Gambar 4. 1 Batas Administrasi Wilayah Pesisir Desa Kalisada

41
Gambar 4. 2 Kondisi Wilayah Pesisir Desa Kalisada

42
4.2 Permasalahan Abrasi Wilayah Pesisir Desa Kalisada
Dari hasil pengamatan di lapangan, permasalahan abrasi yang terjadi
menyebabkan hilangnya pasir pantai dan terkikisnya lahan perkebunan dan
pertanian milik masyarakat oleh abrasi karena belum adanya senderan pantai.
Permasalahan abrasi yang terjadi di Desa Kalisada terjadi hampir tiap tahun pada
awal tahun bulan januari, hal ini disebabkan oleh gelombang tinggi. Gelombang
tinggi cukup parah terjadi pada tahun 2017 yang menyebabkan rusaknya fasilitas
jalan sepanjang pantai dan hilangnya lahan pertanian milik masyarakat Desa
Kalisada. Selain terkikisnya lahan milik masyarakat terjadinya abrasi membuat
tidak adanya akses masyarakat dalam melaksanakan upacara ngaben oleh sebab itu
masyarakat Desa Kalisada di banjar Tegallenga harus membawa layon (mayat)
melewati pantai.
4.2.1 Permasalahan Abrasi Tahun 2011 – 2016
Permasalahan abrasi yang terjadi pada beberapa tahun belakangan
mengakibatkan perubahan penggunaan lahan. Berdasarkan hasil studi updating
abrasi pantai di Provinsi Bali permasalahan yang terjadi di pantai Kabupaten
Buleleng adalah terjadinya erosi akibat gelombang pada bulan Desember-Maret.
Pantai yang dominan berupa pantai berpasir sangat rentan mengalami erosi akibat
gelombang tinggi.. Laju erosi yang terjadi di pantai Kalisada pada tahun 2010
hingga 2015 sepanjang 1,33 m/tahun. Penyebab erosi ini disebabkan oleh
gelombang pada musim tertentu (Balai Wilayah Sungai (BWS) Penida- Bali).
4.2.2 Permasalahan Abrasi Tahun 2016 - 2021
Kondisi permasalahan yang disebabkan oleh abrasi yang dapat dilihat pada
gambar 4.8 titik permasalahan pada pesisir Desa Kalisada.

43
Gambar 4. 3 Titik Permasalahan Abrasi

Pada titik A terdapat kerusakan jalan akibat terjadinya abrasi/erosi yang


terjadi pada bulan Januari. Pada titi B kerusakan yang terjadi adalah belum adanya
senderan pantai sepanjang 690 meter yang mengakibatkan tergerusnya bangunan
dan lahan–lahan pertanian milik warga.

44
Gambar 4. 4 Permasalahan Abrasi pada titik A

4.3 Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Desa Kalisada


Pemanfaatan lahan di wilayah penelitian terdiri dari lahan sawah, lahan
perkebunan dan permukiman. Adapun luasan pemanfaatan lahan di wilayah pesisir
Desa Kalisada dapat dilihat pada tabel 4.1, persentase pada gambar 4.5 dan peta
pada gambar 4.6.
Tabel 4. 1 Luas Pemanfaatan Lahan Desa Kalisada
No Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (ha)
1 Permukiman 56,52
2 Sawah 184,19
3 Perkebunan 32,67
Total 273,38
Sumber : Hasil Survey 2021

Berdasarkan hasil pemetaan pemanfaatan lahan Desa Kalisada terlihat


bahwa lahan di Desa Kalisada dimanfaatkan sebagai lahan persawahan. Pada
kawasan pesisir Desa Kalisada sebagian besar juga dimanfaatkan sebagai lahan
persawahan warga.

45
Luas Pemanfaatan Lahan

12% 21%
Permukiman
Sawah
Perkebunan
67%

Gambar 4. 5 Grafik Peresentase Pemanfaatan Lahan

Gambar 4. 6 Peta Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Desa Kalisada

4.3.1 Pemanfaatan Lahan Tahun 2011


Pada tabel 4.2 diketahui persebaran penggunaan lahan Desa Kalisada pada
tahun 2011, dimana dominasi penggunaan lahan masih didominasi dengan sawah
sebesar 213,41 Ha.

46
Tabel 4. 2 Luas Pemanfaatan Lahan Desa Kalisada Tahun 2011
No Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (ha)
1 Permukiman 26,32
2 Sawah 213,41
3 Perkebunan 41,59
4 Pasir Pantai 11,13
Total 292,45
Sumber : Hasil Survey 2021

Luas Pemanfaatan Lahan Desa


Kalisada Tahun 2011
9%
14% 4% Permukiman

Sawah

Perkebunan

Pasir Pantai
73%

Gambar 4. 7 Grafik Peresentase Pemanfaatan Lahan Tahun 2011

Berdasarkan gambar grafik 4.7 persentase pemanfaatan lahan Desa


Kalisada pada tahun 2010 sebesar 73% dimanfaatkan sebagai lahan sawah,
permukiman sebesar 9%, perkebunan 14% dan pasir pantai sebesar 4%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar peta 4.9.

47
Gambar 4. 8 Peta Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Desa Kalisada Tahun 2011

4.3.2 Pemanfaatan Lahan Tahun 2021


Pada tabel 4.3 diketahui persebaran penggunaan lahan Desa Kalisada pada
tahun 2021, dimana dominasi penggunaan lahan masih didominasi dengan sawah
sebesar 184,19 Ha.
Tabel 4. 3 Luas Pemanfaatan Lahan Desa Kalisada Tahun 2021
No Jenis Pemanfaatan Lahan Luas (ha)
1 Permukiman 56,52
2 Sawah 184,19
3 Perkebunan 32,67
Total 273,38
Sumber : Hasil Survey 2021

48
Luas Pemanfaatan Lahan Desa
Kalisada Tahun 2021

12% 21%
Permukiman
Sawah
Perkebunan
67%

Gambar 4. 9 Grafik Peresentase Pemanfaatan Lahan Tahun 2021

Berdasarkan gambar grafik 4.9 persentase pemanfaatan lahan Desa Kalisada


pada tahun 2020 sebesar 67% dimanfaatkan sebagai lahan sawah, permukiman
sebesar 21%, dan perkebunan 12%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
peta 4.10.

Gambar 4. 10 Peta Pemanfaatan Lahan Tahun 2021

49
4.4 Dampak Abrasi terhadap Pemanfaatan Lahan dan Garis Pantai
Abrasi membuat penduduk kehilangan lahan pertanian dan pasir pantai yang
berdampak pada hilangnya lahan dan berkurangnya pantai yang berfungsi sebagai
tempat bersandarnya perahu nelayan. Dalam penelitian ini dapat dilihat perubahan
pemanfaatan lahan pada rentan waktu 10 tahun yang disebabkan oleh abrasi yang
terjadi tiap tahunnya dapat dilihat pada pemanfaatan lahan tahun 2011 dan 2021 .
Hasil penelitian luas pemanfaatan lahan yang ada di Desa Kalisada
mengalami perubahan yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat juga pada peta
hasil analisa overlay yang menunjukan perubahan pemanfaatan lahan akibat
dampak abrasi. Adapun luas lahan yang berkurang dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Luas Pemanfaatan Lahan Desa Kalisada Tahun 2011 - 2021

Luas Th 2021 Luas Th 2011 Luas


No Jenis Pemanfaatan Lahan
(ha) (ha) Perubahan (ha)

1 Permukiman 56,52 26,32 30,2


2 Sawah 184,19 213,41 -29,22
3 Perkebunan 32,67 41,59 -8,92
4 Pasir Pantai - 11,13 -11,13
Total 273,38 292,45 273,38
Sumber : Hasil Survey 2021

Luas pemanfaatan lahan yang berubah adalah berkurangnya lahan


persawahan, perkebunan dan pasir pantai di wilayah pesisir Desa Kalisada. Lahan
sawah berkurang sebanyak 29,22 Ha, lahan perkebunan berkurang sebanyak 8,92
Ha dan pasir pantai yang berkurang sebanyak 11,13 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar peta 4.11 hasil overlay peta tahun 2011 dan 2021.

50
Gambar 4. 11 Peta Overlay Pemanfaatan Lahan Tahun 2011-2021

Perubahan garis pantai yang terjadi pada kawasan pesisir Desa Kalisada
cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir, Hal ini disebabkan oleh abrasi yang
terjadi setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya dlakukan analisis tumpang tindih
perubahan garis pantai untuk mendapatakan jarak rata–rata terjadinya abrasi dalam
10 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 4.12.

51
Gambar 4. 12 Peta Jarak Garis Pantai Tahun 2011-2021

Berdasarkan hasil overlay peta diketahui bahwa perubahan jarak garis


pantai pada pesisir Desa Kalisada sejauh 40 – 100 meter kearah daratan. Jarak garis
pantai yang berubah hampir sama dengan sempadan pantai yaitu 100 meter kearah
daratan dari pasang tertinggi. Penataan ruang yang akan dilakukan dengan
mempertimbangkan jarak 100 meter kearah daratan hal ini dikarenakan adalah
jarak sempadan pantai.

4.5 Konsep Pemanfaatan Ruang Wilayah pesisir Desa Kalisada yang


Terdampak Abrasi
Berdasarkan analisis menggunakan overlay peta pada tahun 2011 dan 2021
dalam jangka waktu 10 tahun diketahui perubahan penggunaan lahan di Desa
Kalisada cukup signifikan. Namun pada wilayah pesisir Desa Kalisada terjadi
perubahan pemanfaatan lahan menjadi permukiman walaupun sudah terjadi abrasi
yang menggerus garis pantai yang mundur hingga 40 meter dalam 10 Tahun atau
setara dengan 4 meter setiap tahunnya. Adapun lahan persawahan warga,
52
permukiman dan bahkan kawasan suci Pura Tegallenga yang terancam karena
adanya abrasi. Adapun arahan penataan ruang wilayah yang dapat dilakukan pada
wilayah pesisir Desa Kalisada sebagai berikut :
1. Pemasangan Batu Pengaman Pantai Pada Sempadan Pantai
Pemasangan batu di bibir pantai dilakukan oleh pihak pemerintah dalam
menjaga jalan agar tidak tersapu abrasi. Pemasangan batu tersebut dilakukan pada
awal 2017 guna membangun jalan yang sudah rusak berat. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kondisi jalan agar terhindar dari abrasi jika sewaktu-waktu terjadi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, indikator keberhasilan yang didapat
dalam pemasangan batu penghalang ombak adalah kekuatan arus gelombang yang
menghantam tidak langsung merusak daratan dan infrastruktur khusunya jalan.

Gambar 4. 13 Contoh Pemasangan Batu Pengaman Pantai


Sumber : Google, 2022
2. Relokasi Bangunan
Kerusakan garis pantai dampak abrasi yang terus terjadi menyebabkan
beberapa bangunan rusak. Bangunan seperti pura, warung dan rumah yang
terancam oleh abrasi. Upaya relokasi ini menjadi salah satu arahan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak abrasi pada kawasan permukiman warga.
Relokasi bangunan dikatakan berhasil jika lokasi relokasi aman dari gerusan ombak
abrasi. Selain itu lokasi tersebut tidak mengganggu aksebilitas warga dalam
mencari nafkah dan berkegiatan sehari–hari.
3. Konsep Pemanfaatan Ruang
Konsep dasar pemanfaatan kawasan pesisir dilakukan dengan pendekatan
kaidah-kaidah normatif perencanaan tata ruang berdasarkan ukuran kawasan yang
terdampak. Penataan kawasan diarahkan untuk meminimalisir dampak abrasi yang
akan terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan pada potensi kawasan pesisir Desa

53
Kalisada sebagai daerah kegiatan budidaya perikanan, terumbu karang, tanaman
pangan dan ruang terbuka, rencana arahan penataan ruang yang akan dilakukan
pada kawasan ini dengan mempertimbangkan sempadan pantai yaitu 100 meter dari
pasang tertinggi ke darat atau garis pantai.
Pemanfaatan ruang yang dilakukan dengan dikembalikan fungsinya sebagai
sempadan pantai (100 meter) dengan fungsi yang diperbolehkan berdasarkan
RTRW Kabupaten Buleleng:
a. Kegiatan sepanjang tidak berdampak negatif terhadap fungsi
lindungnya mencakup: objek wisata, rekreasi pantai, olahraga pantai,
kegiatan terkait perikanan tangkap, kegiatan pertanian lahan basah,
budidaya perikanan, dan kegiatan ritual keagamaan.
b. Bangunan fasilitas penunjang pariwisata non permanen dan temporer,
bangunan umum terkait sosial keagamaan, bangunan terkait kegiatan
perikanan tradisional, budidaya perikanan, dermaga dan pelabuhan,
banguna pengawasan pantai, bangunan pengamanan pantai, bangunan
evakuasi bencana, dan bangunan terkait pertahanan dan keamanan,
pemanfaatan eksisting, dan
Integrasi sinergi pemanfaatan kawasan sempadan pantai dengan kegiatan
ritual, penambatan perahu nelayan tradisional serta kawasan rekreasi pantai. Di
mana, prasarana minimal pada kawasan sempadan pantai yaitu :
a. Tersedianya pantai sebagai ruang terbuka untuk umum
b. Pengembangan program pengamanan dan penataan pantai pada seluruh
kawasan pantai rawan abrasi
c. Tempat-tempat dan jalur-jalur evakuasi pada kawasan pantai yang
rawan gelombang pasang, abrasi, dan tsunami.
Konsep pemanfaatan ruang yang dilakukan dapat membagi wilayah dengan
zona- zona yang diperuntukan untuk dimanfaatkan sebagai ruang terbuka. Hal ini
dilakukan karena abrasi terjadi dalam 10 tahun terjadi perubahan garis pantai
menjadi 100 meter di wilayah pesisir Desa Kalisada.

54
Gambar 4. 14 Konsep Penataan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada

55
Gambar 4. 15 Ilustrasi Konsep Penataan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada

Gambar 4. 16 Ilustrasi Konsep Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Desa Kalisada


Sebagai Ruang Terbuka untuk Umum

Pemanfaatan ruang yang dilakukan dengan membuat ruang terbuka agar


ruang wilayah pesisir yang terdampak abrasi dapat digunakan masyarakat sekitar
dengan baik. Pemanfaatan ruang sepanjang pesisir yang dapat dimanfaatkan
sebagai objek wisata, rekreasi pantai, olahraga pantai, kegiatan terkait perikanan
tangkap, kegiatan pertanian lahan basah, budidaya perikanan, dan kegiatan ritual
keagamaan dapat dilakukan di wilayah pesisir. Pada kondisi eksisting adapun
kegiatan masyarat sekitar digunakan sebagai lapangan bermain sepakbola, dan
pedagang yang berjualan di tepi pantai

56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan abrasi yang terjadi di wilayah pesisir
Desa Kalisada merupakan bencana alam tahunan yang terjadi terus menerus yang
menimbulkan permasalahan pengikisan lahan–lahan milik masyarakat desa.
Dampak abrasi tentunya akan semakin berpengaruh jika diamati dalam kurun waktu
yang cukup lama. Dalam penelitian ini mengambil rentan waktu dalam 10 tahun
yaitu dari tahun 2011 hingga 2021. Dalam rentan waktu 10 tahun perubahan yang
terjadi sangat terasa jika dilihat dalam peta seperti semakin berkurangnya pasir
pantai dan beberapa lahan milik masyarakat yang berkurang. Adapun penggunaan
lahan yang berubah yaitu lahan permukiman, sawah dan perkebunan.
Adapun pemanfaatan ruang wilayah terdampak pesisir yang dapat dilakukan
dalam penelitian ini adalah pemanfaatan ruang yang dilakukan dengan
dikembalikan fungsinya sebagai Sempadan Pantai (100 meter) dengan fungsi yang
diperbolehkan berdasarkan RTRW Kabupaten Buleleng:
1 Kegiatan sepanjang tidak berdampak negatif terhadap fungsi lindungnya
mencakup: objek wisata, rekreasi pantai, olahraga pantai, kegiatan terkait
perikanan tangkap, kegiatan pertanian lahan basah, budidaya perikanan, dan
kegiatan ritual keagamaan.
2 Bangunan fasilitas penunjang pariwisata non permanen dan temporer,
bangunan umum terkait sosial keagamaan, bangunan terkait kegiatan
perikanan tradisional, budidaya perikanan, dermaga dan pelabuhan,
banguna pengawasan pantai, bangunan pengamanan pantai, bangunan
evakuasi bencana, dan bangunan terkait pertahanan dan keamanan,
pemanfaatan eksisting, dan
3 Integrasi sinergi pemanfaatan kawasan sempadan pantai dengan kegiatan
ritual, penambatan perahu nelayan tradisional serta kawasan rekreasi pantai.
Di mana, prasarana minimal pada kawasan sempadan pantai, meliputi:
1. Tersedianya pantai sebagai ruang terbuka untuk umum

57
2. Pengembangan program pengamanan dan penataan pantai pada seluruh
kawasan pantai rawan abrasi
3. Penyediaan tempat-tempat dan jalur-jalur evakuasi pada kawasan pantai
yang rawan gelombang pasang, abrasi, dan tsunami.

5.2 Saran
Saran dalam penelitian ini adalah agar pemerintah secepatnya menangani
kerusakan–kerusakan di senderan batu agar tidak jebol untuk melindungi lahan
milik masyarakat dan segera dalam membangun senderan pantai atau dinding batu
yang belum terbangun agar wilayah pesisir desa tetap aman selain itu wilayah
pesisir yang terdampak abrasi lebih baik memang digunakan sebagai kawasan
ruang terbuka. Hal ini guna memperkecil dampak abrasi terhadap permukiman
masyarakat ataupun kegiatan masyarakat di wilayah Pesisir Desa Kalisada.

58
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Nanin dan Julzarika. 2018. Analisis Abrasi dan Akresi Ujung Pangkah
dengan menggunakan Modified Normalized Difference Water Index
(MNDWI) pada Citra Landsat. Universitas Andalas, Sumatera Barat.
Damaywanti, Kurnia. 2013. Dampak Abrasi Pantai terhadap Lingkungan Sosial
(Studi Kasus di Desa Bedono, Sayung Demak). Universitas Diponegoro,
Semarang.
Fajrin, Fadhilah Maharani dan Max Rudolf Muskananfola. 2016. Karakteristik
Abrasi dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat di Pesisir Semarang Barat.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Fajri, Feril dan Rifardi. 2012. Studi Abrasi Pantai Padang Kota Padang Provinsi
Sumatera Barat. Universitas Riau, Sumatera Barat.
Pananrangi, Andi Idham. 2009. Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir Galesong
Berbasis Analisis Resiko bencana Abrasi. UIN Alauddin Makassar,
Makassar.
Prameswari, Siti Rahmi dan Agus Anugroho D. 2014. Kajian Dampak Perubahan
Garis Pantai terhdap Penggunaan Lahan berdasarkan Pengindraan Jauh
Satelit di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur.
Universitas Diponegoro, Semarang.
Pratami, Mentari. 2017. Dampak Abrasi terhadap Persebaran Permukiman, Metode
Analysis Nearest Neighbour, Studi Kasus di Kecamatan Sasak Ranah
Pasisie, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Purbani, Dini, Salim, Kusuma, Tussadiah dan Subandriyo. 2019. Ancaman
Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pada Penggunaan Lahan di Pesisir
Kepulauan Karimun Jawa (Studi Kasus : Pulau Kemujan, Pulau
Karimunjawa, Pulau Menjangan Besr dan Pulau Menjangan Kecil,
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta Utara.
Solihuddin, Tb. 2011. Karakterisik Pantai dan Proses Abrasi di Pesisir Padang
Pariaman, Sumatera Barat, Balitbang Kelautan Perikanan – KKP, Sumatera
Barat.

59
Triadi, I Nyoman Sedana dan Made Mudhina. 2016. Monitoring Pantai Kalisada
Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. Politeknik Negeri Bali, Bali.
Taukidah, Dewi dan Theresia Retno Wulan. 2017. Dampak Abrasi Terhadap Apek
Ekonomi – Sosial Mayarakat di Pantai Depok DIY. Trunojoyo Madura.
Madura
Wicaksono, Arief dan Ratih Winastuti. 2019. Kajian Morfodinamika Pesisir dan
Kerawanan Abrasi di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
Wisyanto. 2019. Analisis Bahaya Abrasi di Wilayah Kabupaten Banggai
Kepulauan (Abrasion Hazard Analysis in The Region of Banggai
Kepulauan District. BPPT, Serpong.
Ukkas, Marzuki. 2009. Studi Abrasi dan Sedimentasi di Perairan Bua –
Passimarannu Kecamatam Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Akuatik.
Utami, Veranita Hadyanti dan Adjie Pamungkas. 2013. Identifikasi Kawasan
Rentan Terhadap Abrasi di Pesisir Kabupaten Tuban. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil.
Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng.
Balipost. com (2020, 8 April 2020). 29,33 KM Garis Pantai di Buleleng Masih
Tergerus Abrasi (22 April 2018). Kabupaten Buleleng.
NusaBali. com. (2020, 8 April 2020). Abrasi Pantai, Krama Tegallengga Kesulitan
ke setra (2017, 10 Maret 2017). Krama Desa Pakraman Tegallenga, Desa
Kalisada, Kecamatan Seririt, cukup lama tidak punya akses jalan menuju
setra (kuburan) adat setempat.
KoranBuleleng. com (2020, 8 April 2020). Warga Adat Tegallenga Terpaksa Susuri
laut Bawa Jenasah Menuju Pemakaman Adat.

60
LAMPIRAN

61
LAMPIRAN
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR
Alamat : Kampus Unud – Jl. PB. Sudirman Denpasar
Tlp/ Fax : (0361) 223797 / (0361) 701907

Lampiran I : Pedoman Wawancara Masyarakat

KONSEP PEMANFAATAN RUANG TERDAMPAK ABRASI DI


WILAYAH PESISIR DESA KALISADA

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi


wilayah pesisir di Desa Kalisada serta permasalahan abrasi yang terjadi di wilayah
pesisir Desa Kalisada, dan bagaimana dampak abrasi terhadap pemanfaatan lahan
di sepanjang wilayah pesisir Desa Kalisada.

Hari, Tanggal : ………………………………………………………………….

Identitas Responden
Nama : ………………………………………………………………….
Umur : ………………………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………………………….

Daftar Pertanyaan :
1. Pertanyaan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan abrasi yang
terjadi di Wilayah Pesisir Desa Kalisada
1. Apa kegiatan masyarakat di pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....

62
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
2. Bagaimana kondisi pesisir Desa Kalisada ?
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
3. Apa saja permasalahan yang ada di pesisir Desa Kalisada ?
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
4. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya abrasi di pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
5. Kapan abrasi terparah yang terjadi di pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...

63
..........................................................................................................................
...

2. Pertanyaan untuk mengetahui dampak abrasi terhadap pemanfaatan


lahan wilayah pesisir Desa Kalisada

6. Pemanfaatan lahan apa saja yang ada di Wilayah Pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
7. Bagaimana dampak abrasi terhadap pemanfaatan lahan di sekitar pesisir
pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
8. Apakah ada perubahan pemanfaatan lahan di sekitar pesisir setelah terkena
abrasi ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...

64
3. Pertanyaan untuk mengetahui peran masyarakat dalam mencegah
permasalahan abrasi di wilayah pesirir Desa Kalisada.

9. Bagaimana upaya masyarakat dalam pencegahan abrasi ?


........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
10. Apakah pemerintah berkontribusi dalam pengamanan Wilayah Pesisir Desa
Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
11. Lembaga / instansi mana yang berkontribusi dalam pengamanan Wilayah
Pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
12. Apakah ada perubahan setelah adanya beberapa pengamanan Wilayah
Pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....

65
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
13. Saran untuk pemerintah/ instansi terkait mengenai pencegahan abrasi di
Wilayah Pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
14. Pada bagian mana saja yang terdampak abrasi (ditandai dalam peta) ?

Terimakasih

66
Lampiran I.1 ( Pertanyaan nomor 12 )

67
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR
Alamat : Kampus Unud – Jl. PB. Sudirman Denpasar
Tlp/ Fax : (0361) 223797 / (0361) 701907

Lampiran II : Pedoman Wawancara Instansi Terkait ( Pemerintah Daerah)

KONSEP PEMANFAATAN RUANG TERDAMPAK ABRASI DI


WILAYAH PESISIR DESA KALISADA

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi


wilayah pesisir di Desa Kalisada serta permasalahan abrasi yang terjadi di wilayah
pesisir Desa Kalisada, dan bagaimana dampak abrasi terhadap pemanfaatan lahan
di sepanjang wilayah pesisir Desa Kalisada.

Hari, Tanggal : ………………………………………………………………….

Identitas Responden
Nama : ………………………………………………………………….
Umur : ………………………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………………………….

Daftar Pertanyaan :

1. Pertanyaan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan abrasi yang


terjadi di wilayah pesisir Desa Kalisada
1. Bagaimana kondisi pesisir Desa Kalisada ?
..........................................................................................................................
...

68
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
2. Apa saja permasalahan yang ada di pesisir Desa Kalisada ?
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
3. Apakah lembaga/ instansi mengetahui terjadinya abrasi di pesisir Desa
Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
..
..........................................................................................................................
...

2. Pertanyaan untuk mengetahui dampak abrasi terhadap pemanfaatan


lahan wilayah pesisir Desa Kalisada

4. Bagaimana dampak abrasi terhadap pemanfaatan lahan di sekitar pesisir


pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
..
..........................................................................................................................
...

69
5. Apakah ada perubahan pemanfaatan lahan di sekitar pesisir setelah terkena
abrasi ?
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
..
..........................................................................................................................
...

3. Pertanyaan untuk mengetahui peran masyarakat dalam mencegah


permasalahan abrasi di wilayah pesirir Desa Kalisada.

6. Apa saja yang sudah dilakukan instansi terkait untuk mencegah terjadinya
abrasi di pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
...
..........................................................................................................................
...
7. Apa saja program selanjutnya yang akan dilakukan instansi terkait untuk
mencegah terjadinya abrasi di pesisir Desa Kalisada ?
........................................................................................................................
.....
..........................................................................................................................
..
..........................................................................................................................
...
8. Pada bagian mana saja yang terdampak abrasi (ditandai dalam peta) ?

70
Lampiran II.1 ( Pertanyaan nomor 8 )

71
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR
Alamat : Kampus Unud – Jl. PB. Sudirman Denpasar
Tlp/ Fax : (0361) 223797 / (0361) 701907

Lampiran IV : Hasil Wawancara Masyarakat

KONSEP PEMANFAATAN RUANG TERDAMPAK ABRASI DI


WILAYAH PESISIR DESA KALISADA

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi


wilayah pesisir di Desa Kalisada serta permasalahan abrasi yang terjadi di wilayah
pesisir Desa Kalisada, dan bagaimana dampak abrasi terhadap pemanfaatan lahan
di sepanjang wilayah pesisir Desa Kalisada.

Hari, Tanggal : Jumat, 19 Maret 2021

Identitas Responden
Nama : Komang Yupa
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa

Daftar Pertanyaan :
1. Pertanyaan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan abrasi yang
terjadi di Wilayah Pesisir Desa Kalisada
1. Apa kegiatan masyarakat di pesisir Desa Kalisada ?
Sebagian besar berkegiatan sebagai nelayan dan petani.

72
2. Bagaimana kondisi pesisir Desa Kalisada ?
Kondisi pesisir kalisada cukup baik

3. Apa saja permasalahan yang ada di pesisir Desa Kalisada ?


Permasalahan utama yang dihadapi masyarakat tentunya abrasi

4. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya abrasi di pesisir Desa Kalisada ?


Faktor terjadinya abrasi tentunya adalah gelombang air laut

5. Kapan abrasi terparah yang terjadi di pesisir Desa Kalisada ?


Abrasi terparah pada tahun 2017 yang tinggi ombak hampir menyentuh atap
rumah. Namun abrasi terjadi tiap tahunnya pada bulan januari.

2. Pertanyaan untuk mengetahui dampak abrasi terhadap pemanfaatan


lahan wilayah pesisir Desa Kalisada

6. Pemanfaatan lahan apa saja yang ada di Wilayah Pesisir Desa Kalisada ?
Pemanfaatan lahan di wilayah pesisir desa kalisada adalah permukiman,
sawah, villa, dan perkebunan.

7. Bagaimana dampak abrasi terhadap pemanfaatan lahan di sekitar pesisir


pesisir Desa Kalisada ?
Dampaknya tidak terlalu terasa dengan cepat, namun ada beberapa lahan
pertanian milik warga yang tergerus abrasi

8. Apakah ada perubahan pemanfaatan lahan di sekitar pesisir setelah terkena


abrasi ?
Tidak adanya perubahan pemanfaatan lahan yang terlalu signifikan

73
C. Pertanyaan untuk mengetahui peran masyarakat dalam mencegah
permasalahan abrasi di wilayah pesirir Desa Kalisada.

9. Bagaimana upaya masyarakat dalam pencegahan abrasi ?


Upaya masyarakat dalam mencegah abrasi hanya dapat menunggu bantuan
dari pemerintah setempat.

10. Apakah pemerintah berkontribusi dalam pengamanan Wilayah Pesisir Desa


Kalisada ?
Sangat berkontribusi dalam mencegah abrasi dengan pembangunan seawall

11. Lembaga / instansi mana yang berkontribusi dalam pengamanan Wilayah


Pesisir Desa Kalisada ?
Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali – Penida

12. Apakah ada perubahan setelah adanya beberapa pengamanan Wilayah


Pesisir Desa Kalisada ?
Adanya pengamanan pantai berupa seawall cukup membantu dalam
mencegah tarikan ombak yang membawa material darat ke laut

13. Saran untuk pemerintah/ instansi terkait mengenai pencegahan abrasi di


Wilayah Pesisir Desa Kalisada ?
Lebih dipercepatnya pembangunan pengaman pantai yang belum memiliki
pengaman pantai

14. Pada bagian mana saja yang terdampak abrasi (ditandai dalam peta) ?

Terimakasih

74
Lampiran IV.1 ( Pertanyaan nomor 12 )

75
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR
Alamat : Kampus Unud – Jl. PB. Sudirman Denpasar
Tlp/ Fax : (0361) 223797 / (0361) 701907

Lampiran V : Pedoman Wawancara Instansi Terkait ( Pemerintah Daerah)

KONSEP PEMANFAATAN RUANG TERDAMPAK ABRASI DI


WILAYAH PESISIR DESA KALISADA

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi


wilayah pesisir di Desa Kalisada serta permasalahan abrasi yang terjadi di wilayah
pesisir Desa Kalisada, dan bagaimana dampak abrasi terhadap pemanfaatan lahan
di sepanjang wilayah pesisir Desa Kalisada.

Hari, Tanggal : Jumat, 19 Maret 2021

Identitas Responden
Nama : Bapak Wayan Widistra
Umur :-
Pekerjaan : Perbekel Desa Kalisada

Daftar Pertanyaan :
1. Pertanyaan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan abrasi yang
terjadi di wilayah pesisir Desa Kalisada
1. Bagaimana kondisi pesisir Desa Kalisada ?
Kondisi pesisir Desa Kalisada cukup baik
2. Apa saja permasalahan yang ada di pesisir Desa Kalisada ?

76
Permasalahan yang utama tentunya Abrasi

3. Apakah lembaga/ instansi mengetahui terjadinya abrasi di pesisir Desa


Kalisada ?
Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali - Penida

2. Pertanyaan untuk mengetahui dampak abrasi terhadap pemanfaatan


lahan wilayah pesisir Desa Kalisada

4. Bagaimana dampak abrasi terhadap pemanfaatan lahan di sekitar pesisir


pesisir Desa Kalisada ?
Adanya beberapa perubahan pemanfaatan lahan namun tidak terlalu terlihat
dalam jarak waktu dekat

5. Apakah ada perubahan pemanfaatan lahan di sekitar pesisir setelah terkena


abrasi ?
Ada.

3. Pertanyaan untuk mengetahui peran masyarakat dalam mencegah


permasalahan abrasi di wilayah pesirir Desa Kalisada.

6. Apa saja yang sudah dilakukan instansi terkait untuk mencegah terjadinya
abrasi di pesisir Desa Kalisada ?
Upaya desa dalam mencegah abrasi tentunya berusaha melaporkan kejadian
abrasi tiap tahunnya ke BWS untuk meminta dibangun pengaman pantai atau
seawall
9. Apa saja program selanjutnya yang akan dilakukan instansi terkait untuk
mencegah terjadinya abrasi di pesisir Desa Kalisada ?
Dengan memonitor terus seawall atau dinding pelindung dari kerusakan
akibat terjadinya abrasi

77
10. Pada bagian mana saja yang terdampak abrasi (ditandai dalam peta) ?

Terimakasih

78
Lampiran V.1 ( Pertanyaan nomor 10 )

79
Lampiran VI : Peta Batas Administrasi

80
Lampiran VII : Peta Pemanfaatan Lahan 2011

81
Lampiran VII : Peta Pemanfaatan Lahan 2021

82
Lampiran IX :Peta Overlay Peta Pemanfaatan Lahan Tahun 2011 - 2021

83

Anda mungkin juga menyukai