Anda di halaman 1dari 11

TENTANG MELIHAT ALLAH

Jadi yang pertama; orang mengejar sesuatu yang itu namanya AMALAN, kenapa mereka
mengejar amalan, karena mereka ingin mencari DERAJAT di Al Quran Allah katakan kan dalam QS. Al-
Mujadilah ayat 11 yaitu:

َٰ َ َ َ َْ ْ ‫ُْ َ َ َ ُ ه‬ ‫ََْ َه َ َ َ َه‬


ِ‫م درج ت‬ ِ ‫م ِوٱل ِذينِ أوتواِ ٱل ِعل‬
ِ ‫امنواِ ِمنك‬
ِ ‫ين ِء‬
ِ ‫ّلل ٱل ِذ‬
ِ ‫يرفعِ ٱ‬
“YARFA'ILLAHULLADZINA AMANU MINKUM WALLADZINA UTUL ILMA DORAJAT”

Artinya: Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat.

Disini orang yang beriman ini derajatnya terangkat, karena ada iman di dalam hati, tapi orang yang
mempunyai ilmu derajatnya di angkat karena dia tahu ke mana arah ilmu yang dia bawa atau yang dia
pakai. Sehingga satu amalan itu, Akan disebut amalan yang dicintai oleh Allah itu apa bila disitu ada
nilai Allah kalau di amalan itu tidak mempunyai nilai Allah, maka amalannya itu bukan lagi jadi amalan
yang dicintai oleh Allah, Tapi jadi amalan “SAYYIAT” itu adalah amalan yang tidak dicintai oleh Allah,
sedangkan amalan “SOLEH” itu adalah amalan yang dicintai oleh Allah. Pembuktian untuk dicintai oleh
Allah itu perlu kehadiran Allah, salah satu Hadits Nabi, Nabi SAW katakan:

“INNALLAHA KATA BATUL IHSAN KULLI SYAIIN”

Artinya: Sesungguhnya Allah mewajibkan kalian Ihsan bagi setiap perbuatan.

Jadi, amalan sholeh itu harus punya “IHSAN”, kenapa harus semua perbuatan? Karena kalau tidak
punya tuntunan, tidak ada Allah, tidak ada tempat bersandar, maka satu amalan itu bukan disebut
dengan Ihsan dan amalan itu tidak akan diterima. Karena kenapa, Karena tidak bersandar kepada
Allah.

Lawan dari tidak bersandar kepada Allah itu yaitu apa, berarti itu Syirik, Syirik ini di dalam Al Quran
Allah SWT jelaskan dalam QS Alِan’am ayat 88 :
َ ُ َ ْ َ ‫َ َ ْ َ ْْ َ ُ َ َ َ َ ْ ه َّ َ ه‬
‫ون‬
ِ ‫ط عنهم ماِ كانواِ يعمل‬ِ ‫ول ِو أشكواِ لح ِب‬
“WALAU ASYRAKU LAHABITA AN-HUMِMAِKANUِYA’MALUN”

Artinya : Sekiranya mereka menyekutukan Allah maka lenyaplah seluruh amalan yang telah mereka
kerjakan.

Apapun yang kita kerjakan hilang, sekarang contoh : ketika kita sholat, nah sholat ini harus Allah
harus harus ada pemyaksian kepada Allah, maka sholat itu disebut dengan amalan soleh karena ada
ihsan di situ, ihsan itu adalah Melihat Allah.

1. IHSAN itu adalah “ِANTA BUDULLAHI FAKARATA ANNAHU”ِ

Engkau Menyembah Allah, Seolah-olah engkau melihat Allah. (Hadits shahih ini diriwayatkan oleh
Imam Muslim)
Jadi kata Nabi SAW lakukan semua apa yang engkau lakukan tapi harus ada Allah disitu,
maksudnya apa harus ada sandaran; kemana harus bersandar amalan ini, sehingga amalan itu
diterima oleh Allah SWT.

IHSAN itu ada dalam QS. An-Nahl ayat 90 yaitu:

َٰ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ‫َّ َ َ َ ْ ه ه‬
ِ‫ل ِوٱ ِْلحس ن‬
ِ ِ ‫ّلل يأم ِر ِِبٱلعد‬
ِ ‫نٱ‬ِ ‫ِإ‬
“INNALLĀHAِYA`MURUِBIL-'ADLI WAL-IḤSĀNI”ِ

Artinya : sesungguhnya Allah mewajibkan kalian adil, tapi adil itu tidak cukup kalau tidak punya ihsan.

Maksudnya adil itu seperti apa:

1. Ketika kita terlalu mencintai dunia dan kita meninggalkan akhirat berarti di sini kita tidak punya
ihsan
2. Sebaliknya ketika kita mencintai akhirat tidak mencintai dunia berarti di sini kita tidak punya ihsan

Maka adil ini, yang lebih utama adalah ihsan karena apa, karena ihsan ini yang akan menjadi satu
patokan kepada kita. Kenapa ihsan karena di salah satu Hadits Nabi SAW katakan :

“YA AYYUHAL INSAN ANTUM FAKAD ILLALLAH”ِ

Artinya: Wahai manusia sesungguhnya engkau butuh Allah.

Dalam Al Quran Allah katakan QS. Fatir ayat 15 :

‫َي ََٰٰٓ َأ ُّي َها ٱ َّلن ِه‬


‫اس َأ هنت ِه‬
َِّ‫م ٱِ ْل هف َق َ ٓرا هِء إ َلِ ٱلل‬
ِ
Artinya : Wahai manusia! Kalian memerlukan Allah dalam segala urusan dan dalam segala keadaan
kalian.

Kenapa butuh Allah, karena Allah ini jadi arah tujuan bagi setiap orang yang akan pulang.

Jadi bagaimana cara agar dapat menemukan Allah SWT, banyak jalan..

1. Ada orang yang selalu membaca alquran mereka juga menemukan Allah tapi dalam bentuk
ketenangan jiwa sampai di alquran dijelaskan dalam QS. Al-Hajj ayat 35:
ْ َ َ ‫َ َ َ ه َ َه‬
‫تِ هق ُل ه‬
ِ‫وب هه ْم‬ ‫ين ِإذا ذ ِك ِر ٱّللِ و ِجل‬
ِ ‫ٱل ِذ‬
“ALLAŻĪNAِIŻĀِŻUKIRALLĀHUِWAJILATِQULỤBUHUM”.
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang apabila di sebut nama Allah hati mereka bergetar.
Orang yang mencari Allah dengan membaca Al-Qur’anِyang dia cari itu adalah getaran.
2. Orang yang mencari allah dengan berzikir maka yang dia cari itu adalah getaran, getaran yang
membuat dirinya menjadi tenang.
3. Ada orang yang mencari Allah hanya untuk ketenangan diri dan kepuasan batin ketika dia
menemukan Allah maka dia merasakan kepuasan, dengan apa dia melakukan suatu amalan yang
dia bikin dia merasa nikmat dan tenang.

Tapi ketika orang bergantung kepada amalan maka dia salah bergantung, karena apa; di Al-Qur’anِ
Allah jelaskan dalam QS. Al-Ikhlas ayat ke 2 :
‫َ ه َّ ه‬
ِ‫لص َمد‬‫ّلل ٱ‬
ِ ‫ٱ‬
“ALLAH HUS-SAMAD”ِ

Artinya : Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Tempat bergantung itu bukan amalan, tempat bergantung itu bukanlah ilmu, tapi tempat
bergantung itu adalah ALLAH SWT.

Mana Allah SWT, apakah Allah SWT harus kita cari tau lewat perjalanan rohani atau harus
diketahui dengan hati atau harus diketahui dengan ilmu atau harus diketahui dengan penglihatan ?

Karena kita selalu membaca doa QS. At-takathur ayat ke 7 :

ْ‫ي‬ َ ْ َْ ْ َ َ َّ ‫ه َّ َ َ َ ه‬
ِ ‫ي ٱلي ِق‬
ِ ‫م لتونهاِ ع‬ ِ‫ث‬
“TSUMMAِLATARAWUNNAHAِ‘AINAL-YAQIN”

Artinya: kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Jadi di sini ada ainal yaqin Yang mampu melihat Kenapa AINUL YAQIN ..?

Karena diperkuat lagi dalam QS. An-Najm ayat 11:


ََٰٰٓ َ َ َ ‫َ َ َ َ ْ ه َ ه‬
ِ ‫اد ماِ رأ‬
‫ى‬ ِ ‫ب ٱلفؤ‬ِ ‫ما كذ‬
“MAA KAZABAL-FU-AADU MAA RO-AA”

Artinya: hatinya tidak Mendustakan apa yang telah dilihatnya .

Otomatis orang yang mencari Ingin Allah, sudah bukan lagi Mencari dengan kata-kata Tapi sudah
mencari dengan hati di mana Allah sebenarnya , di hati ini yang pertama disebutkan dalam QS. Al-
hajj ayat 46 :
‫َ ْ َ ْ ه ُ ه َ َ ْ ُّ ه‬ َٰ َ َ ‫َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َٰ ه‬
ِ‫ت ِفِ ٱلصدور‬
ِ ِ ‫وب ٱل‬
ِ ‫م ٱْلبص ِر ول ِكنِ تعمِ ٱلقل‬ ِ ‫ف ِإنها لِ تع‬
“FAِINNAHAِLAِTA’MAL-ABSHOORUِWAِLAAKINGِTA’MAL-QULUUBULLATII FISH-SHUDUUR”

Artinya: bukan mata (pandangan) itu yang buta, Tetapi yang buta Ialah hati yang di dalam dada.

Butanya “SHUDUUR ATAU SADRUN” yang di dalam hati itu Tidak mampu melihat Allah, Ada hati
yang bisa melihat Allah Yang disebut dalam QS. An-Najm ayat 11:
ََٰٰٓ َ َ َ ‫َ َ َ َ ْ ه َ ه‬
ِ ‫اد ماِ رأ‬
‫ى‬ ِ ‫ب ٱلفؤ‬ِ ‫ما كذ‬
“MAAِKAZABAL-FU-AADU MAA RO-AA”

Artinya: hatinya tidak Mendustakan apa yang telah dilihatnya.


“FU’AD” ini juga mampu melihat Allah, tapi semua kelebihan hati ini punya yang di sebut
keterbatasan.ِHatiِmampuِmelihatِAllahِhanyaِdalamِbentukِAf’alِnyaِAllahِatauِPerbuatannya Allah
atau hati mampu melihat Allah hanya pada posisi Asma nya Allah, karena keterbatasannya daging dan
mata yang mampu melihat.

Nah ada orang-orang yang melihat Allah itu hanya dengan melakukan Perjalanan hati, Tapi ada
orang yang ingin melihat Allah secara utuh, harus dengan satu Perjalanan Rohani yang disebut dengan
“ANTAL MAUTU QABLAL MAUT” ( Belajar MATI SEBELUM MATI ) “AL MAUTU BABUN ILLALLAH” (Mati
itu adalah Pintu Menuju Kepada Allah) jadi orang yang mati itu dia hanya mencari satu Jalan atau yang
disebut dengan Pintu. Maka di Al quran dijelaskan bahwa dalam QS. Al-Anbiya ayat 35 :

ْ َ ْ ‫َٓ َ ه‬ ْ َ ُّ ُ
ِ ِ ‫ل نفسِ ذا ِئقةِ ٱلمو‬
‫ت‬ ِ‫ك‬
“KULLUِNAFSINGِZAAA-IQOTUL-MAUUT”

Artinya: Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

Orang yang akan mati itu Yang Pertama Dia harus merasakan mati Itu Seperti apa.

1. Mati itu tidak punya apa-apa.


2. Mati itu tidak bersandar kepada manusia
3. Dan Mati itu adalah satu tujuan, tujuan akhir untuk pulang Kepada Allah

Ketika kita mempunyai tujuan terakhir untuk pulang Kepada Allah, maka kita harus mempunyai
Pintu, Pintu mana yang harus kita lewati Sehingga kita akan menemukan Allah. Karena di pintu mati ini
ada 2 jalan :

1. Ada yang disebut dengan ILLIYIN ada dalam —QS, Al-Muthaffifin: 18-21
2. Ada juga yang disebut dengan SIJJIN ada dalam —QS, Al-Muthaffifin: 7-9

Tafsir Ibnu Katsir berpendapat

SIJJIN merupakan

“tempatِkembaliِdan tempat tinggal orang-orangِburuk”

dan ILLIYIN adalah

“tempatِkembaliِorang-orangِbaik”.

SIJJIN adalah bumi ketujuh yang di dalamnya terdapat roh orang-orang kafir,

Lalu ILLIYYIN adalah langit ketujuh di atasnya terdapat roh orang-orang mukmin.

Disebutkan juga pendapat IBNU ABBAS RA bahwa Illiyyin adalah surga.

Tapi yang disebut dengan AL MAUTU BABUN mati itu pintu menuju kepada Allah adalah mati yang
disebut “MATI UKHRAWI”.

“MATI UKHRAWI” ini melewati jalur ILLIYIN bukan jalur yang SIJJIN ini. Nah jalur mati ILLIYIN ini
Ketika dia mati akan pergi sendiri maka; dia tidak akan menemukan kedua jalur ini dia hanya akan
berhenti pada penantian terakhir mati; laluِ diaِ akanِ menungguِ yangِ disebutِ denganِ “YAUMILِ
BANGKIT“ِkemudianِdiaِakanِtungguِ“YAUMILِMASHAR”ِkemudian dia akan mendapat “BIZANِATAUِ
TIMBANGAN”ِdanِpenyerahanِ“KITAB”.
“KITAB” panduan kemana dia akan pergi apakah ke Surga atau Ke Neraka. Kemana dia akan pergi
Ke ALLAH atau Pergi Ke surga sehingga dia akan di tuntun dengan KITAB, itupun Ketika dia belajar
hanya sampai pada pintu kematian tidak ada yang mampu mengantarnya, nah orang yang hanya
sampai pada pintu dia tidak tau jalan menuju kesana harus pakai apa. Maka di Al Quran QS. Ar-Rahman
ayat 33 :
َ َْ ْ ‫ْ ََ ْهْ َ َ ه ه‬ ْ ْ َ َْ ْ َ َٰ َ
ِ‫ن أقطار‬ ِ ‫م أن تنفذواِ ِم‬ ِ ‫ش ٱل ِجنِ َِوٱ ِْلنسِ ِإ ِنِ ٱستطعت‬ِ ‫ي مع‬
َ ْ ‫َ ه ه َ َ ه ه َ َّ ه‬ َ ْ َ
َٰ
ِ‫ل ِبسلط ن‬ ِ ‫ون ِإ‬
ِ ‫ل تنفذ‬ ِ ‫لس َم َٰ َ َٰو ِتِ ِوٱْلرضِ ِفٱنفذ‬
ِ ِۚ‫وا‬ ْ َّ ‫ٱ‬
“YĀِ MA'SYARAL-JINNI WAL-INSI INISTAṬA'TUMِ ANِ TANFUŻỤ MIN AQṬĀRIS-SAMĀWĀTIِ WAL-ARḌI
FANFUŻỤ,ِLĀِTANFUŻỤNAِILLĀِBISULṬĀN”

Artinya : Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).

Orang yang mati ini dia akan melintasi pelata langit dan bumi akan di perjalankan oleh Allah SWT,
tapi kalau dia tidak punya pemandu atau penuntun maka dia hanya akan berhenti sampai pada halte
kematian atau pintu menunggu jemputan amalan yang dia perbuat, Ketika amalan ini diserahkan
kepada Allah SWT maka Malaikat yang akan menjemput dirinya. Beda dengan Allah jelaskan bahwa
tidak mampu kalian melintasi penjuru langit dan bumi kecuali kekuatan itu yang Allah berikan
padanya.

Siapa yang mempunyai kekuatan ini; maka yang dijelaskan dalam Al Quran QS. AL-Kahfi ayat 17 :
ً ْ ُّ ًّ َ ‫َ ه َ ه َ ْ ه ْ َ َ َ ه ْ ْ َ َ َ َ َ ه‬
ِ‫ل فلن ت ِج ِد ِلهِۥ و ِليا مر ِشدا‬ ِ ِ‫َمن َي ْه ِِد ٱ‬
ِ ‫ّلل فه ِو ٱِلمهت ِِدِۖ ومنِ يض ِل‬
“MAYِ YAHDILLĀHUِ FAِ HUWAL-MUHTADI WA MAY YUḌLIL FA LAN TAJIDA LAHỤ WALIYYAM
MURSYIDĀ”

Artinya : Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan
barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang
dapat memberi petunjuk kepadanya.

Maka yang mampu, diberikan titipan diberikan kekuatan oleh Allah itu adalah seorang Wali yang
dibelakangnya ada gandengan Mursida. Ayat itu menjelaskan jika seandainya kalian Allah sesatkan
berarti di sesatkan Ketika kita meninggal itu hanya berdiri pada pintu tidak punya arah maka itu
disebut dengan sesat. Ketika Allah sesatkan kalian tidak akan mampu menemukan seorang pun. Jadi
siapa yang akan membantu, masing-masing sudah berpikir untuk dirinya sendiri ,sudah berpikir
pribadinya sendiri, sudah berpikir amalannya tidak ada orang yang mampu membantu Illah kecuali
seorang “WALLIYAM MURSYIDA”. Nah dialah yang akan menjemput seseorang itu untuk melintasi
perjalanan langit dan bumi ini. Menjadi satu kendaraan dia akan membawa seseorang ini menuju
sampai kepada Allah. Tidak akan berhenti sampai pada pintu kematian itu dikarenakan apa, maka
waliyyan mursyida ini di titipkan oleh Allah Kekuatan Wali sehingga dia akan mampu sampai menuju
kepada Allah.
Nah itulah yang disebut dengan kekuatan atau “BISULTAN” yang diberikan kepada seorang Wali.
Siapa wali sebenarnya di Al Quran di jelaskan QS. Al-baqarah ayat 257 :
ُّ َ ُ ُّ ْ ‫ه‬ َ ‫ل ٱ َلذ‬ ‫ٱَه‬
ِ‫ل ٱلنور‬ ِ ِ َٰ ‫ينِ َء َامنواِ هيخر هج ههم م َنِ ٱِلظل َم‬
ِ ‫ت ِإ‬ ِ ِ ُِّ ‫و‬َ ‫ّلل‬
ِ
“ALLĀHUِWALIYYULLAŻĪNAِĀMANỤ YUKHRIJUHUM MINAẒ-ẒULUMĀTIِILAN-NỤR”

Artinya: Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman).

Dan ada sambungan ayat yaitu:


َ ُّ َ ‫ه‬ َ ‫َ َ َ َ َ ه َٰٓ َ ْ َ ٓ ه ه ه َّ َٰ ه ه ه ْ ه‬
ِ ‫ور ِإ‬
‫ل‬ ِ ‫ن ٱلن‬ِ ‫وت يخرجونهم م‬ ِ ‫م ٱلط غ‬ ِ ‫ين كفر ِواِ أ ِو ِلياؤه‬ ِ ‫ِوٱل ِذ‬
َ ‫َ ه‬ َ
‫۟ َ ََٰٰٓ َ ْ َ َٰ ه َّ ه‬ ُ ُ ُّ
ِ‫م ِف َيها خ َٰ ِلدون‬
ِ ْ ‫ارِۖ ه‬
ِ ‫تِ أول ِئكِ أصح بِ ٱلن‬ ِ ِ َٰ ‫ٱلظل َم‬
“WALLAŻĪNAِ KAFARŪِ AULIYĀ`UHUMUṬ-ṬĀGỤTU YUKHRIJỤNAHUM MINAN-NỤRI ILAẒ-ẒULUMĀT,ِ
ULĀ`IKAِAṢ-ḤĀBUN-NĀR,ِHUMِFĪHĀِKHĀLIDỤN”

Artinya: Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.

Yang pertama orang-orang yang tidak paham tentang apa yang Allah perbuat pada dirinya maka
dia disebut dengan kafir, karena dia tidak paham. Bahwa Ketika Allah beri dia ujian bahwa Allah akan
memberikan dia Cahaya, Allah memberikan dia amalan dan ilmu, Allah akan memberikan dia Cahaya.

Tapi Ketika itu mereka menganggap bahwa ini adalah satu siksaan dari Allah, maka saat itu juga keluar
dari Cahaya Allah menjurus kepada Kegelapan dan menjadi pengikut dari pada Syaitan.

Maka di perkuat lagi dalam Al Quran QS. Al-Hadid ayat 13 :

ِْ‫ونا َن ْق َتبس‬
َ ‫ُ ه‬ ‫َ ْ َ َ ه ه ْ ه َ َٰ ه َ َ ْ ه َ َٰ َ َٰ ه َ َ َ َ ه‬
ِ ‫امنواِ ٱنظر‬
ِ ‫ين ء‬
ِ ‫ت ِلل ِذ‬ ِ ‫ون ِوٱلمن ِفق‬ ِ ‫يو ِم يقولِ ٱلمن ِفق‬
‫ه‬ ْ َ
ً‫م ِفٱل َتم هسواِ نورا‬ ُ ٓ
ِْ ‫يلِ ٱ ْرج هعواِ َو َرا َءك‬ ُ ُّ
َ ‫ورك ْمِ ق‬
ِ ِ ِ ‫ِمن ن‬
“YAUMAِYAQỤLUL-MUNĀFIQỤNA WAL-MUNĀFIQĀTUِLILLAŻĪNAِĀMANUNẒURỤNĀِNAQTABISِMINِ
NỤRIKUM,ِQĪLARJI'Ụ WARĀ`AKUMِFALTAMISỤ NỤRĀ”

Artinya: Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang
yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu"

Wahai orang yang beriman berikan cahayamu kepadaku, maka orang-orang beriman katakan
kembalilah kalian kebelakang, hidup ulanglah kedunia dan carilah cahaya Ketika engkau masih hidup
jangan engkau cari Ketika engkau sudah sampai di ujung kehidupan, kembalilah kalian.

Ketika mereka akan kembali kepada kehidupan maka Allah langsung dinding dan benteng dan
mereka tidak akan tembus pada dinding dan benteng itu kecuali orang-orang yang punya cahaya yang
akan tembus pada benteng dan dinding itu. Nah inilah kenapa pada posisi kematian ini, pada pintu ini
kita hanya mendapat satu jalan tapi tidak dapat menemukan tujuan terakhir.

Apa tujuan terakhir kita, nah tujuan terakhir pada kematian itu adalah kita akan bertemu dengan Allah,
dalam wujud apa? Dalam satu Wujud yang Allah jelaskan dalam Al Quran QS. An-Nur ayat 35 :
‫ُّ َ َ َٰ ه‬
ِ‫ل نور‬
ِ ‫ور ع‬ِ ‫ن‬
“NURUNِALAِNURIN”

Artinya: Allah adalah Cahaya di Atas Cahaya.

Dan QS. An-Nur ayat 35:

ْ َْ َ َ ََٰ َّ ‫َ ه ه ه‬
‫ض‬ َٰ
ِ ‫ور ٱلس ِمو ِتِ ِوٱْلر‬ ِ ‫ّلل ن‬
ِ ‫ِۚٱ‬
“ALLĀHUِNỤRUS-SAMĀWĀTIِWAL-ARḌ”

Artinya : Allah adalah Cahaya bagi Langit dan Bumi.

Dan QS. An-Nur ayat 35:


َّ َ َٰ َ ْ َ ْ ‫َ َ ْ ه َ ه‬
ِ‫ل ِللناس‬
ِ ‫ّلل ٱِْلمث‬
ِ ‫بٱ‬ِ ‫ويض‬
“YAHDILLĀHUِLINỤRIHĪِMAYِYASYĀ`”

Artinya : Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia Kehendaki.

Dan ada orang yang berusaha mencari Cahaya dan apabila tidak di kehendaki, maka dia tidak akan
menemukan cahaya itu, dan apabila dia di kehendaki digerakan hati, perasaan, ruh ditarik oleh Allah
untuk mencari satu pembimbing rohani Guru, maka guru akan membawa sampai kepada Allah maka
dia termasuk orang-orang yang di kehendaki oleh Allah.

Kalau dia tidak sampai pada Nur itu, maka orang itu tidak akan di kehendaki oleh Allah. Nah
bagaimana caranya agar kita di kehendaki oleh Allah maka:

Kata Nabi dalam salah satu Hadits : " Kun ma'allah faiilam takun ma'allah fakun ma'a man ma'allah
fainnahu yuushiluka ilallah " ( HR. Abu daud )

"Adakanlah! (jadikanlah )! Dirimu itu beserta Allah,jika engkau (belum bisa) menjadikan dirimu
beserta Allah SWT, maka adakanlah (jadikanlah)! Beserta orang-orang yang beserta Allah, maka
sesungguhnya (orang itu) yang menghubungkan engkau kepada Allah (yaitu ruhaninya ).

Maksudnya harus berguru, kenapa harus berguru karena gurunya akan membawa seorang itu
sampai kepada Allah SWT. Karena hari ini kita mengerjakan amalan setinggi langit dan bumi isi amalan
itu, tapi Ketika kita tidak berlaku TAUHID kepada Allah, maka kita Syirik seluruh amalan itu akan
hancur.

Maka ada orang yang bertanya apakah kita ini manusia hina bisa sampai kepada Allah SWT ?

Maka terjawab dalam Al Quran QS. Al-Kahfi ayat 110 :


َ َ َ َ ُ ‫َ َّ َ َّ َ ٓ َ َٰ ه‬ َِٰ َ ‫م هي‬ ِْ ‫ش م ْث ُل ُِك‬ َْ َ َ َ ٓ َ َّ ْ ‫ه‬
ِ ‫ِإل َٰ هِ َ َٰو ِح ِدِۖ ف َمن ك‬
‫ان‬ ْ‫م‬
ِ ‫ل أن ِمِا ِإل هك‬ ِ ‫ِإ‬ َٰٓ‫وح‬ ِ ‫ل ِإنمِا أناِ ب‬ ِ‫ق‬
َ ْ ْ َ ً َْ َٓ
‫َولِ هي ْشكِ ِب ِع َباد ِِة‬ ‫ل َص َٰ ِل ًحا‬ ِ ‫َع َم‬ ِْ ‫َي ْر هجواِ ِلقا َِء َرب ِهِۦ فل َي ْع َم‬
‫ل‬
ًًۢ َ َ َٰٓ َ
ِ‫رب ِِه ِۦ أحدا‬
“QULِINNAMĀِANAِBASYARUMِMIṠLUKUM YỤḤĀِILAYYAِANNAMĀِILĀHUKUMِILĀHUWِWĀḤID, FA
MANGِ KĀNAِ YARJỤ LIQĀ`Aِ RABBIHĪِ FALYA'MALِ 'AMALANِ ṢĀLIḤAWِ WAِ LĀِ YUSYRIKِ BI'IBĀDATIِ
RABBIHĪِAḤADĀ”

Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa (Muhammad) seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Amalan yang disebut dengan Soleh, Nabi SAW katakan : Aku adalah Manusia sama seperti kalian
dan Tuhanku Tuhan yang satu. Bahasanya kalau kalian ingin bertemu dengan Tuhan yang satu ini
boleh, tapi buatlah satu amal, amal yang soleh. Amal yang sholeh itu adalah amal yang di cintai oleh
Allah SWT, apa yang dicintai oleh Allah SWT yaitu adalah IHSAN.

Ketika engkau sholeh bahwa engkau telah melihat Allah dan amal soleh melihat Allah tidak akan
terjerumus pada amalan yang disebut dengan Syirik. Tidak akan menyekutukan Allah SWT, karena apa
jelas apa yang kita lihat, “MAAِKAZABAL-FU-AADU MAA RO-AA”.Artinya: hatinya tidak Mendustakan
apa yang telah dilihatnya. Yaitu Allah SWT Bukan Syaitan.

Nah Allah SWT yang kita lihat mampu menghidupkan manusia, karena dalam Hadits Qudsi Allah
katakan : Wahai manusia dahulunya engkau tiada Aku yang adakan, Dahulunya engkau lapar Aku yang
memberi makan, dahulunya engkau telanjang Aku yang memberi kalian pakaian, maka kenapa engkau
tidak mencari tau Diri-Ku, sedang Aku yang memfasilitasi semua apa yang ada di langit dan di bumi
hanya untukmu dan engkau adalah orang yang serakah, yang tidak ingin mencari tahu Aku. Maka akan
Aku kirim kalian ujian bertubi-tubi supaya kalian mengingat Tuhanmu adalah ALLAH SWT.

Disini sebelum kita lahir, Allah SWT sudah katakan dalam QS. AL-A’rafِayatِ172ِ:
َ ْ ‫ْ ه َّ َ ه‬ َ َ َٰٓ ْ َ ًۢ َ ُّ َ َ َ َ ْ َ
َٰ َ ‫م َوأ ْش َه َد هه ْمِ َع‬
َِٰٓ‫ل‬ ِ ‫م ذريته‬ ‫ه‬ ُ َ
ِ ‫ت ءاد ِم ِمن ظهور ِه‬ ِ ِ ‫ك ِمنِ ب‬
ِ ‫و ِإ ِذ أخ ِذ رب‬
َ َ ْ َ ْ َ ُ ‫َه‬ َ ٓ َ ْ َ َٰ َ َ ُ َ ْ ُ َ ‫ْ ََ ْ ه‬ ‫َ ه‬
َٰ
ِ‫ت ِبربكمِِۖ قالواِ بلِِۛ ش ِهدنِاِۛ أن تقولواِ يو ِم ٱل ِقي م ِة‬ ِ ‫م ألس‬ ِ ‫أنف ِس ِه‬
َ َ َ ْ َ َّ ُ َّ
َِْ ‫ن ه َٰ ذا غ َٰ ِف ِل‬
‫ي‬ ِ ‫ِإنا ك ِنا ع‬
“WAِIŻِAKHAŻAِRABBUKAِMIMِBANĪِĀDAMAِMINِẒUHỤRIHIMِŻURRIYYATAHUMِWAِASY-HADAHUM
'ALĀِ ANFUSIHIM,ِ Aِ LASTUِ BIRABBIKUM,ِ QĀLỤ BALĀِ SYAHIDNĀ,ِ ANِ TAQỤLỤ YAUMAL-QIYĀMATIِ
INNĀِKUNNĀِ'ANِHĀŻĀِGĀFILĪN”

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Dalam Nahwu Shorof kata “WA IŻ” yaitu ialah Ketahuilah, Berilmulah, Pahamilah. Di saat itu Allah
mempunyai hajat atau keinginan untuk menciptakan manusia, turunan dari pada Bani Adam. Sebelum
Allah menciptakan manusia itu, Allah SWT berkata ; Bukankah Aku ini Tuhan-Mu, Ketika sang janin itu
masih dalam berbentuk Ruh mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan kami dan Ruh itu berkata ; dan
kami menjadi Saksi dan kemudian Allah kunci dengan satu kalimat, sengaja Allah SWT lakukan ini;
jangan sampai di Hari Kiamat, kalian mengatakan ; bahwa peristiwa ini tidak pernah terjadi, maka Allah
SWT akan memasukan kalian kedalam Neraka. Karena apa, kalian telah mengingkari perjanjian
pertama kali terjadi di Alam Rahim.
Orang yang mencari Allah ini, dia harus melewati yang namanya disebut dengan Alam Rahim ini
dan syahadat yang pertama dia laksanakan pada Alam Rahim ini, dan itulah dia akan melihat sejatinya
Allah SWT seperti apa, maka disitulah dia menyaksikan bahwa Allah SWT itulah adalah Tuhan mereka.

Hari ini kita tidak bisa melihat Allah SWT, dikarenakan apa, karena di dalam hati mereka ada
penyakit, penyakit apa? ; merasa lebih hebat dengan Allah SWT, merasa iri hati dia punya segala-
galanya didunia, merasa sombong dia yang paling kaya. Nah inilah perasaan-perasaan yang
mengganggu jiwa seseorang itu untuk sampai kepada Allah SWT, sehingga Allah tegaskan dalam
Hadits kata Nabi : “Barang siapa yang ingin bertemu dengan-Ku (kata Allah), maka Aku akan bertemu
dengannya, dan barang siapa yang tidak ingin bertemu dengan-Ku, maka aku pun tidak ingin bertemu
dengannya.

Bayangkan Allah SWT itu cinta sekali pada Hambanya, tetapi hamba itu tidak cinta kepada Allah,
nanti seperti apalagi yang Allah berikan sehingga kalian ingin mencari tahu Allah, seluruh persoalan
Allah keluarkan solusinya tapi hari ini kita tidak ingin mencari tahu siapa Allah sebenarnya.

Selama 13 tahun Nabi SAW berkata ‘LAILAHAِILLALLAH”ِTiada Tuhan Selain Allah, dikarenakan apa
karena Nabi telah melihat Allah, dan Nabi ingin memberikan setiap orang itu akan mengantar jiwa dan
ruhnya sampai kepada Allah SWT, supaya apa; supaya di akhirat nanti, Ketika kita berada di Surga itu
maka Allah SWT janjikan, kita akan diperlihatkan oleh Allah; maka di surga nanti ada orang-orang yang
disebut dalam QS. Al-Qiyamah ayat 22-23 :

َ ْ ِ ‫هو هجوهِ َي ِْو َم ِئذِ َّن‬


ِ‫اضة‬
“WUJỤHUYِYAUMA`IŻINِNĀḌIRAH” ayat 22

Artinya : Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.

َِ‫اظرة‬ َ َ َ َٰ َ
ِ ‫ل رب ها ن‬
ِ ‫ِإ‬
“ILĀِRABBIHĀِNĀẒIRAH” ayat 23

Artinya : Kepada Tuhannyalah mereka melihat.

Tidakkah kalian ingin, MELIHAT ALLAH?, jika kalian tidak ingin melihat Allah maka jangan hidup di
dunia ini, dan jika seandainya kita bukan terpilih untuk melihat Allah, maka kita sudah gugur di Alam
Rahim, bahwa kita bukan orang-orang yang dipilih oleh Allah.

Allah tempat kita bergantung, seluruh amalan yang kita perbuat apabila tidak punya tempat
bergantung maka amalan itu akan sia-sia, kita punya Ilmu tapi tujuan ilmu ini kita tidak tahu untuk
sampai kepada siapa, maka ilmu ini akan dicampakkan dengan sia-sia, karena yang pertama ada orang
yang mempertuhankan dirinya dia mengaku bahwa Allah itu adalah dirinya, bahwa orang yang seperti
ini dia telah berlaku kafir (syirik) kepada Allah, karena apa; karena Allah bukan dalam bentuk manusia,
dan Allah tidak akan mengambil hak hamba. Ada juga yang menyembah Allah dia jadikan Allah itu
seperti ARI-ARI (KAKAKNYA DIRI) mereka mempertuhankan itu bahwa ini juga yang disebut Syirik,
karena apa; karena Allah sudah di umpamai seperti Sesuatu. Ada juga yang mempertuhankan Hatinya
karena dia katakan bahwa, “QOLBUN MUKMININ BAITULLAH” hati orang yang beriman itu adalah
Rumah Allah ini juga Kafir karena apa; karena dia telah memposisikan Allah SWT didalam hatinya, ada
juga yang mempertuhankan Allah SWT dengan segala yang disebut dengan Huruf yang disebut dengan
A.I.U bahwa A itu adalah Allah; I itu adalah Ilahia; U itu Wujudullah disatukan Mim Ha Mim dal dan
Alif Lam Lam Ha menjadi bagian diri yang empat titik di dalam diri, ini yang dipertuhankan ini juga
yang disebut dengan Syirik karena Allah bukanlah seperti itu.
Allah itu Dia dikatakan dalam Al Quran QS. Ar-Rahman ayat 26-27
َ َ ْ َ َ ْ َ ُّ ُ
ِ‫ن عليها فان‬ ِ ‫كلِ م‬
“KULLUِMANِ‘ALAIHĀِFĀN”ِayat 26.

Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa.


ْ ْ َ ْ ‫َ َ ْ َ َٰ َ ْ ه َ َ ه‬
ِ ِ َٰ ‫ك ذو ٱل َجل‬
ِ‫ل َِوٱ ِْلك َر ِام‬ ِ ‫ق وج ِه رب‬
ِ ‫ويب‬
“WAِYABQĀِWAJ-HUِRABBIKAِŻUL-JALĀLIِWAL-IKRĀM”ِayat 27.

Artinya : Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Apa yang kita pertuhankan itu akan hancur, apa yang kita pertuhankan itu akan sirna, apa yang kita
pertuhankan itu akan melebur, semua hancur.

Tuhan yang kita sebut dengan ARI-ARI itu akan mengalami kehancuran, Tuhan yang sebut diri kita
itu adalah AL-HAQQ maka itu akan mengalami kehancuran ada yang mengatakan bahwa Tuhan itu
adalah WAJAH (MUKA) yang ada mata hidung telinga ini juga akan mengalami kehancuran. Tapi yang
kekal itu adalah Wajah Allah ; Indallaha Kulli Say’in katakan segala sesuatu itu akan hancur illah wajhu
yang kekal itu hanya Wajah Allah, Dimana Wajah Allah itu diperjelas dalam Al Quran QS. An-Nur ayat
35 :

“WAJAHULLAHU NURUN ALA NURIN”ِWajahِ Allah itu adalah Cahaya diatas Cahaya; itulah yang
disebut dengan WAJAH ALLAH. Ada orang yang bertanya bahwa kalau cuman cahaya kami telah
melihat cahaya, kalua cuman cahaya iblis pun mampu membentuk dirinya sebagai cahaya. Memang
benar, tapi cahaya yang bagaimana yang bisa ditiru oleh iblis; dan cahaya yang bagaimana yang bisa
kita lihat;.

Kata Nabi SAW untuk bertemu dengan Allah dalam Kitab Myskatul Al-Anwar Karangan Imam Al
Ghazali; kita harus melewati yang disebut dengan relung-relung cahaya dan cahaya yang melapisi pada
cahaya yang lain hakekatnya itu dibatasi atau menjadi hijabnya itu adalah 7.777 cahaya yang akan
menjadi hijab untuk sampai kepada Allah. Yang jadi pertanyaan; cahaya mana yang kalian lihat?
Karena cahaya itu yang akan menjadi hijab. Orang yang akan menemukan cahaya yang hakiki atau
cahaya sebenarnya apabila dia telah melewati yang disebut dengan “MATI, LALU DIA AKAN
MENEMUKAN CAHAYA ITU”; dibuktikan bahwa Jibril saja Ketika dia akan mengikuti Nabi Muhammad
SAW untuk melihat satu cahaya itu, apa yang dia katakan aku tidak bisa Ya Rasullah, karena Batasan
antara diriku sampai pada cahaya itu adalah 7.777 dinding cahaya dan cahaya pertama mampu
membakar diriku sampai hangus dan aku tidak akan melihat cahaya yang akhir.

Yang jadi pertanyaan; Malaikat Jibril saja Ketika dia akan sampai kepada tempat cahaya itu akan
hangus, jadi pertanyaan cahaya mana yang kalian lihat, Ketika kalian melihat hanya pada cahaya
lapisan pertama, maka itu bukan disebut dengan cahaya Allah harus kalian lewati perjalanan ini,
makanya Ketika Allah mengundang Nabi itu dia harus melewati dengan dalil QS. Al-Isra ayat 1:

ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ًَْ ْ َ َٰ َ ْ َ َٰٓ َ َ َ ْ ‫ه‬


ِ‫ل ٱلمس ِج ِد‬ ِ ‫ام ِإ‬
ِ ِ ‫ن ٱلمس ِج ِِد ٱلحر‬ ِ ‫لم‬ ِ ‫ى ِبعب ِد ِِهۦ لي‬
ِ ‫ى أش‬ ِ َٰ ‫سبح‬
ِ ‫ن ٱل ِذ‬
‫يعه‬ َّ َ ‫ْ َ َ َٰ َ ٓ َّ ه ه‬ ‫َ َٰ َ ْ َ َ ْ َ ه ْه َ ه‬ َ َ َْْ
ِ ‫ن ءاي ِتنِاِۚ ِإن ِهۥِ ه ِو ٱلس ِم‬ ِ ‫ٱْلقصا ٱل ِذى ب ر ِكنا ح ِول ِهۥِ ِلتيهِۥِ ِم‬
ْ
ِ‫ٱل َب ِص هت‬
“SUB-ḤĀNALLAŻĪِ ASRĀِ BI’ABDIHĪِ LAILAMِ MINAL-MASJIDIL-ḤARĀMIِ ILAL-MASJIDIL-AQṢALLAŻĪِ
BĀRAKNĀِḤAULAHỤ LINURIYAHỤ MINِĀYĀTINĀ,ِINNAHỤ HUWAS-SAMĪ’UL-BAṢĪR”ِ

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.

Allah bersumpah dengan kesucian-Nya bahwa hanya diri-Nya lah yang mampu membawa seorang
Hamba itu Muhammad untuk berjalan melintasi, karena Muhammad pada posisi itu hanya posisi diam
dan yang memperjalankan itu adalah Allah SWT itu sendiri, Muhammad adalah sebagai penumpang
saat itu sedangkan yang menjadi kendaraan itu adalah Allah SWT, makanya Allah bersumpah Maha
Suci-Ku, Maha Suci Allah yang telah memperjalankan, maka Allah yang memperjalankan Muhammad
Hambanya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Jadi ibarat kendaraan Nabi Muhammad itu hanya
duduk diam didalam satu kendaraan dan Allah-lah yang memperjalankan kendaraan itu yang disebut
dengan Burak, di perjalankanlah Muhammad dan Allah berkahi di sekelilingnya, diberkahi dengan apa,
di berkahi dengan Kasih Sayang Allah, Cinta Allah kepada Hambanya, karena Undangan yang di
Undang ini hanyalah Muhammad; dia melewati perjalanan itu untuk melihat apa Jawabannya adalah
Apa “MIN NURIATI” Apa yang dia lihat, Allah akan perlihatkan Diri-Nya apa itu “NUR” Cahaya Allah.

Orang yang akan melewati cahaya-cahaya ini harus dia naik atau bersandar pada tunggangan Allah
ini sehingga Allah akan membawa dia sampai kepada Cahaya Allah ini, sehingga kata Syeckh Abdul
Qadir Jailani QS dalam kitab Ghausil Adzhom dia berkata; dalam Hadits Qudsi ; “JAِATULِINSANِMUTIA’ِ
Sesungguhnya; Manusia itu ketika dia sampai kepada Allah, maka manusia itu akan menjadi
kendaraan-Ku.

Maka kendaraan inilah yang akan dibawah sampai kepada Allah, sehingga Ketika sampai kepada
Allah maka Allah akan berikan yang disebut dengan Cahaya. Nah kita untuk sampai kepada Allah harus
melewati mana? Harus melewati seorang WALYYAN MURSYIDA. WALYYAN MURSYIDA inilah yang
membawa orang itu sampai kepada Allah dan Allah yang akan memberikan dia yang disebut dengan
NUR ALLAH.

Anda mungkin juga menyukai