Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari saat konsepsi sampai lahirnya

janin lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan

7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi

dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi

sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,

triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai bulan kesembilan

(Saifuddin, 2014).

Proses kehamilan merupakan proses berantai dan saling

berkesinambungan yang terdiri dari : ovulasi, migrasi spematozoa

dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm dan timbul gejala awal persalinan (Manuaba, 2016).

2. Kategori Ibu Hamil

Menurut manuaba (2016) kategori ibu hamil di bagi menjadi

tiga kelompok, di antaranya:

a. Primigravida

Primigravida adalah seseorang wanita yang hamil untuk

pertama kalinya. Poltekkes Kemenkes Jakarta III

13
14

b. Multigravida atau Pleuripara

Multigravida adalah seseorang wanita yang pernah

melahirkan bayi bagi yang dapat hidup (viable) untuk beberapa

kali.Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

yang dapat hidup (viable).

c. Grandemultigravida

Grandemultigravida adalah wanita yang telah hamil lebih

dari empat kali.

3. Periode Kehamilan

a. Usia kehamilan sebelum 28 minggu dengan berat janin 1000

gram bila berakhir disebut dengan keguguran.

b. Usia kehamilan 28 minggu sampai dengn 36 minggu bila terjadi

persalinan disebut dengan prematuritas.

c. Usia kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu disbut dengan

hamil aterm.

d. Usia kehamilan lebih dari 42 minggu disebut dengan kehamilan

lewat bulan atau postterm.

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester

pertama (0 sampai 12 minggu), trimester kedua (13 sampai 28

minggu), trimester ketiga (29 sampai 42 minggu) (Manuaba, 2016).

4. Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester III


15

Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk

kelahiran bagi yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya.

Pemberian nama bagi yang akan dilahirkan juga sudah dipilih.

Keluarga mulai menduga-duga tentang jenis kelamin bayinya

(apakah laki- laki atau perempuan) dan akan mirip siapa.

Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah

dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama

hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan

dukungan dari suami, keluarga dan bidan.43 Perubahan psikologis

trimester III Menurut Sulistyawati (2009), diantaranya:

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh

dan tidak menarik. Kecemasan dan ketegangan semakin

meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi

gangguan body image.

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

Pada 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin

meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.

e. Merasa kehilangan perhatian.

f. Perasaan mudah terluka dan sensitif.


16

g. Libido menurun.

h. Merasa tidak feminin menyebabkan perasaan takut perhatian

suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.

i. Sulit tidur dikarenakan kondisi fisik atau frustasi terhadap

persalinan.

B. Tinjauan Umum tentang Persalinan

1. Asuhan Persalinan Normal

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi

bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan

lengkap serta terintervensi minimal, sehingga prinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dengan

pendekatan seperti ini berarti bahwa upaya asuhan persalinan

normal harus didukung dengan adanya alasan yang kuat dan

berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukan adanya manfaat

apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan.

2. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Badriah, dkk (2012) tanda-tanda persalinan

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat

1) Lightening

Pada minggu ke-6 pada primigravida terjadi

penurunan fundus karena kepala bayi sudah masuk pintu


17

atas panggul yang disebabkan oleh ketegangan otot perut,

ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin

kepala kearah bawah.

2) Terjadinya his permulaan

Semakin tua usia kehamilan pengeluaran

progesterone dan estrogen semakin berkurang sehingga

menimbulkan kontraksi yang sering disebut dengan kontraksi

palsu. Sifat kontraksi palsu adalah rasa nyeri ringan bagian

bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan serviks,

durasinya pendek dan tidak bertambah jika beraktifitas.

b. Tanda-tanda persalinan

1) Terjadinya his persalinan

Kontraksi persalinan mempunyai sifat pinggang terasa

sakit yang menjalar ke depan, sifatnya teratur dan

intervalnya semakin pendek dan kekuatannya semakin

besar, kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.

2) Bloody show

Bloody show yaitu pengeluaran lendir disertai darah

melalui vagina.

3) Pengeluaran cairan

Pengeluaran cairan terjadi akibat pecahnya ketuban

atau selaput ketuban robek. Sebagian besar keruban baru


18

pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang pecah

pada pembukaan kecil.

3. Persalinan Aman

a. Pengertian persalinan yang aman

Persiapan persalinan aman adalah rencana tindakan yang

dibuat bersama antara ibu hamil, suami dan bidan pada waktu

ibu hamil masuk trimester tiga (umur kehamilan diatas enam

bulan) untuk memastikan bahwa ibu dapat menerima asuhan

yang ibu perlukan pada saat persalinan dan memastikan ibu

melahirkan dengan tenaga kesehatan terampil.Salah satu peran

serta suami dalam menurunkan angka kematian ibu adalah

suami dapat memastikan persalinan istrinya ditolong oleh tenaga

kesehatan terlatih dan dapat berjalan dengan aman.Untuk itu

suami perlu diberikan pengetahuan melalui pendidikan

kesehatan tentang persiapan persalinan yang aman.

b. Tujuan persiapan persalinan yang aman

1) Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk

merencanakan persalinan yang bersih dan aman.

2) Persalinan direncanakan ditempat yang aman dan ditolong

oleh tenaga kesehatan terlatih.

3) Adanya persiapan sarana transfortasi untuk merujuk ibu

bersalin jika perlu.


19

4) Untuk menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat

persalinan.

5) Meningkatkan kemungkinan dimana ibu akan menerima

pelayanan yang sesuai dan tepat waktu.

4. Persiapan Persalinan

Persiapan persalinan yang bertujuan untuk menyiapkan

semua kebutuhan selama kehamilan maupun proses persalinan

adalah segala sesuatu yang disiapkan dalam menyambut kelahiran

anak oleh ibu hamil. Dalam membuat rencana persalinan, idealnya

setiap ibu hamil dan suami mempunyai kesempatan untuk membuat

suatu rencana persalinan. Hal-hal yang harus digali dalam membuat

persiapan persalinan yaitu :

a. Memilih tenaga kesehatan terlatih sebagai penolong persalinan.

Ibu hamil dan suami dapat menentukan siapakah yang akan

menolong persalinan. Macam-macam tenaga kesehatan untuk

menolong persalinan yaitu bidan desa, bidan praktek swasta,

dokter umum dan dokter ahli kebidanan.

b. Menentukan tempat persalinan. Ibu hamil dan suami dapat

menentukan tempat bersalin yang diinginkan sehingga ibu

merasa nyaman. Untuk menentukan tempat bersalin yang

aman hal- hal yang harus diperhatikan yaitu lingkungan yang

bersih dan aman, seperti di polindes, puskesmas rawat inap,


20

bidan praktek swasta, rumah bersalin maupun di rumah

asalkan memenuhi persyaratan tempat persalinan.

c. Menyiapkan transfortasi ke tempat tenaga kesehatan dan ke

tempat bersalin. Bila ibu memilih bersalin bukan dirumah sendiri

maka ibu dan suami perlu mengetahui berapa jarak yang

ditempuh ke fasilitas kesehatan, apakah tersedia kendaraan

umum atau meminjam kendaraan keluarga ataupun

menggunakan ambulan desa.

d. Pendamping persalinan, keberadaan pendamping persalinan

akan membawa dampak yang baik pada proses persalinan

karena dapat memberikan dukungan, semangat dan rasa

aman.

e. Biaya persalinan, berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan

bagaimana cara mengumpulkan biaya tersebut. Apakah ibu

mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, asuransi

kesehatan, ataupun dana sehat dan tubulin (tabungan ibu

bersalin).

f. Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada.

g. Donor darah, donor darah perlu dipersiapkan untuk persalinan

sehingga ibu dan suami perlu mencari orang dengan golongan

darah yang sama dan bersedia mendonorkan darahnya jika ibu

memerlukan tambahan darah.


21

h. Beberapa perlengkapan ibu dan bayi seperti kartu pemeriksaan

kehamilan, pakaian ganti ibu, pakaian bayi maupun

perlengkapan mandi ibu dan bayi.

5. Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas.

Berdasarkan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) cetakan

tahun 2017.

a. Masalah atau tanda bahaya pada saat hamil

1) Ibu muntah terus dan tidak mau makan.

2) Demam tinggi.

3) Bengkak kaki, tangan, wajah atau sakit kepala disertai

kejang.

4) Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya

5) Perdarahan pada hamil muda dan hamil tua.

6) Air ketuban keluar sebelum waktunya.

b. Deteksi dini ibu hamil berisiko

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

1) Ibu berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2) Anak lebih dari 4.

3) Jarak kehamilan terakhir dan kehamilan sekarang kurang

dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun.

4) Tinggi badan kurang dari 145 cm.


22

5) Berat badan kurang dari 38 Kg atau lingkar lengan atas

kurang dari 23,5 cm.

6) Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan

riwayat cacat genital.

7) Kelainan bentuk tubuh misalnya kelainan tulang panggul.

c. Masalah atau tanda bahaya pada proses persalinan

1) Pendarahan lewat jalan lahir.

2) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir.

3) Ibu mengalami kejang.

4) Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.

5) Air ketuban keruh dan berbau.

6) Ibu tidak kuat mengejan.

d. Masalah atau tanda bahaya pada ibu nifas

1) Perdarahan lewat jalan lahir.

2) Keluar cairan berbau dari jalan lahir.

3) Bengkak pada wajah, tangan dan kaki disertai sakit kepala

atau kejang.

4) Ibu mengalami demam lebih dari 2 hari.

5) Payudara bengkak, berwarna kemerahan dan sakit.

6) Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab

dan tidak peduli pada bayinya.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan
23

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi setelah

individu melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan merupakan dasar dalam membentuk tindakan

seseorang. Pengetahuan adalah suatu informasi yang diketahui

dan disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan

adalah gejala yang ditemui oleh seseorang melalui pengamatan

indrawi. Pengetahuan muncul saat seseorang menggunakan indera

atau akal budinya untuk mengenali benda atau suatu kejadian

(Jenner, 2020).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Jenner (2020), pengetahuan dapat dibagi menjadi

beberapa tingkat, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah

dipelajari dan diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan kemampuan memberikan

penjelasan secara benar mengenai objek yang diketahui serta

dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan dalam memahami

objek tersebut yang dapat menggunakan dan


24

mengaplikasikan prinsip pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk

menjabarkan atau memisahkan objek ke dalam komponen-

komponen, namun masih dalam satu struktur dan masih ada

kaitannya satu sama yang lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk

menghubungkan atau menyusun bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis ini menunjukan

suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dilakukan

berdasarkan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.

3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Hidra (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu:

a. Pendidikan
25

Faktor pendidikan sangat diperlukan untuk memperoleh

informasi yang meningkatkan hal-hal yang menunjang

kesehatan hingga meningkatkan kualitas hidup. Menurut

Notoatmodjo dalam Hidra (2017), pendidikan

dapatmempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan kehidupan terutama dalam memotivasi untuk

sikap berperan dalam pembangunan dimanasemakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi.

b. Informasi/Media massa

Informasi yang didapat dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Terjadinya perkembangan

teknologi akan menyiapkan berbagai macam media massa

yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

mengenai inovasi baru (Retnaningsih, 2016).

c. Sosial budaya dan ekonomi

Sosial budaya dan ekonomi yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi sikap dalam menerima suatu informasi.

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada

disekitar dan pengaruh yang mampu mempengaruhi

perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok. Usia


26

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

4. Proses perilaku ingin tahu

Menurut Hirda (2017), proses adopsi perilaku yakni

sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru dalam diri

orang tersebut terjadi beberapa proses yang berurutan, yaitu :

a. Awareness/kesadaran

Kesadaran adalah individu menyadari adanya stimulus

atau objek yang akan datang.

b. Interest/merasa tertarik

Tahap ini, adanya ketertarikan individu terhadap

stimulus atau objek tersebut. Pada tahap inilah sikap subjek

mulai timbul.

c. Evaluation/menimbang-nimbang

Menimbang-nimbang dalam tahap ini artinya individu

akan mempertimbangkan hal yang baik atau buruknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik lagi.

d. Trial/percobaan
27

Percobaan di tahap ini, individu sudah mencoba

memulai atau melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption/pengangkatan

Pengangkatan yang dimaksud adalah dimana individu

sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan wawancara dan angket atau kuesioner dengan

menanyakan isi dari materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden (Hidra, 2017). Nilai pada kuesioner yaitu skor 1 jika

jawaban responden benar dan skor 0 jika jawaban responden

salah, rumus yang digunakan untuk mengukur persentase dari

jawaban yang didapat dari kuesioner yaitu: Tingkat pengetahuan

menurut Arikunto 2010 dalam Hidra (2017), dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan nilai persentase yaitu :

a. Baik: persentase 76-100%

b. Cukup: persentase 56-75%

c. Kurang: persentase <56%

D. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Kesehatan

1. Pengertian perilaku kesehatan


28

Perilaku adalah hasil dari berbagai macam pengalaman

maupun interaksi antara manusia dengan lingkungannya yang

terlihat dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku

juga merupakan suatu reaksi dari seseorang terhadap suatu

stimulus dari dalam maupun dari luar dirinya (Irwan, 2017).

Perilaku manusia adalah kegiatan atau aktivitas yang mampu

diamati ataupun tidak diamati secara langsung oleh orang lain.

(Notoadmojo, 2012)

Perilaku kesehatan adalah reaksi individu terhadap suatu

objek yang berkaitandengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, minuman, danlingkungan. Perilaku sehat

adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk

menjaga kesehatan tubuhnya, yang termasuk didalamnya

mencegah datangnya penyakit, menjaga kebersihan diri dan

lingkungan, menjaga kebugaran tubuh, dan asupan gizi (Irwan,

2017; Notoadmojo, 2012)

2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Notoadmojo dalam bukunya membagi perilaku kesehatan

menjadi 3 aspek, yaitu: (Notoadmojo, 2012)

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan

Merupakan perilaku dimana seseorang menjaga

kesehatannya untuk terhindar dari penyakit dan melakukan

upaya penyembuhan (berobat) bilamana merasa sakit.


29

Terdapat 3 aspek dalam pemeliharaan kesehatan yaitu,

perilaku pencegahan penyakit, perilaku peningkatan kesehatan,

dan perilaku gizi (makanan dan minuman).

b. Perilaku penggunaan sistem atau layanan kesehatan

Tingkat kesadaran seseorang atau upayah dalam

mencari hingga memanfaatkan pelayanan kesehatan saat

sedang sakit dan atau kecelakaan. Dalam hal ini termasuk

didalamnya pengobatan sendiri (self treatment).

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Respon seseorang terhadap lingkungannya,

bagaiamana ia mangelolah lingkungannya hingga tidak

mempengaruhi kesehatan diri sendiri, keluarga, atau

masyarakat.

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

Menurut Lawrence (2015), terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku kesehatan, yaitu:

a. Faktor perdisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang memudahkan,

menjadi dasar, dan motivasi seseorang untuk melakukan

suatu tindakan. Kelompok faktor prediposisiterdiri dari


30

pengetahuan, pendidikan, sikap, nilai, kepercayaan,

keyakinan, dan kapasitas (Pakpahan et al., 2021).

1) Pengetahuan dan Pendidikan

Pengetahuan adalah hasil dari keingintahuan

seseorang terhadap sesuatu yang diperoleh setelah

melakukan penginderaan. Penginderaan ini terdiri dari

melihat dan mendengar. Pengetahuan berkaitan pula

dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin luas pula pengetahuannya,

yang artinya jika pengetahuan seseorang luas terutama

terhadap kesehatan maka tinggi pula upaya pencegahan

yang dilakukan orang tersebut untuk menghindari

datangnya penyakit (Irwan, 2017; Pakpahan et al.,

2021).

2) Sikap

Sikap merupakan respon tertutup seseorang

terhadap suatu objek. Menurut Newcomb dalam

Notoadmodjo (2012), menyatakan jika sikap adalah

kesiapan seseorang untuk bertindak. Sikap belum

termasuk dalam tindakan tetapi merupakan faktor

pendukung tindakan suatu perilaku. Sikap berkaitan pula

dengan pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi

(Notoadmojo, 2012). Terdapat beberapa tingkatan untuk


31

melihat sikap seseorang terhadap suatu hal yaitu:

(Harahap, 2016)

a) Menerima artinya seseorang mau dan

memperhatikan respon terhadap suatu objek yang

diberikan.

b) Merespon diartikan dengan seseorang akan

mengerti dan menjawab jika diberi pertanyaan

terhadap suatu objek dan melakukan suatu usaha

untuk mengejakan apa yang diperintahkan dalam

objek tersebut terlepas dari benar atau salahnya

pekerjaan yang dilakukan.

c) Menghargai, pada tingkatan ini seseorang akan

mengajak orang sekitarnya untuk sama- sama

mengerjakan suatu hal sebagai respon dari suatu

objek.

d) Bertanggung jawab, maksud pada tingkatan ini

adalah seseorang telah mampu mempertanggung

jawabkan risiko dari sesuatu yang dilakukan.

3) Kepercayaan dan keyakinan

Fishbein dan Azien dalam Harahap (2016)

menyebutkan jika kepercayaan atau keyakinan sebagai

kata “belief”, yang artinya inti dari perilaku seseorang

dan menajadi acuan untuk menetukan persepsi terhadap


32

suatu objek. Kepercayaan atau keyakinan seseorang

mengarah pada kebudayaan hidup, perilaku normal,

kebiasaan, dan nilai- nilai yang mempengauhi perilaku

seseorang (Harahap, 2016).

Kepercayaan terhadap perilaku kesehatan atau

health belief model terdiri dari beberapa komponen.

Pertama, kepercayaan seseorang terhadap

berbahayanya suatu penyakit sehingga menghindari hal-

hal yang dapat mendatangkan penyakit. Kedua,

kepercayaan seseorang untuk megurangi risiko penyakit

dengan melakukan pemeriksaan kesehatan atau deteksi

dini penyakit di pelayanan kesehatan. Komponen-

komponen ini memiliki hubungan positif dengan perilaku

kesehatan, semakin tinggi tingkat kepercayaan

seseorang maka semakin baik pula perilaku kesehatan

yang dilakukan (Wulandari, 2015).

b. Faktor pendukung

1) Ketersediaan pelayanan kesehatan

Tersedianya pelayanan kesehatan di wilayah

tempat tinggal tentunya memberi efek terhadap perilaku

kesehatan. Tentunya masyarakat akan lebih

memperhatikan kesehatannya dan meningkatkan

perilaku pencegahan terhadap penyakit. Pelayanan


33

kesehatan yang tersedia juga memiliki program kerja

untuk menciptakan lingkungan dan masyarakat sehat

sehingga para tenaga medis akan melakukan promosi

kesehatan yang tentu juga sangat memberikan dampak

baik untuk perilaku kesehatan.

2) Keterjangkauan pelayanan kesehatan

Keterjangkauan suatu pelayanan kesehatan di

dukung oleh beberapa hal, seperti jarak, waktu tempuh,

kendaraan yang digunakan, cara akses, dll. Jika

seseorang tinggal di sebuah wilayah dengan lokasi

pelayanan kesehatannya terjangkau maka hal tersebut

mampu mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.

Semakin terjangkau pelayanan kesehatan maka semakin

baik pula respon perilaku kesehatan seseorang.

c. Faktor pendorong

Faktor pendorong adalah faktor yang dapat menjadi

pendorong dan penguat untuk terjadinya suatu perilaku.

Adapun yang dapat menjadi faktor pendorong adalah

dukungan sosial atau masyarakat, yang mana dukungan

tersebut dapat mendorong seseorang untuk bekerjasama dan

membuat perubahan.

Dukungan sosial masyarakat tentunya memiliki kaitan

terhadap perilaku kesehatan seseorang, jika dalam sebuah


34

lingkungan tidak terciptanya dukungan sosial dari masyarakat

maka seseorang akan merasa tidak nyaman dan merasa tidak

memiliki pendorong terhadap perilakunya termasuk dalam hal

kesehatan, sebaliknya jika dalam kehidupan bermasyarakat

saling mendukung maka tentunya hal tersebut akan menjadi

salah satu pendorong seseorang terhadap perilaku kesehatan

(Pakpahan et al., 2021)

E. Tinjauan Umum Tentang Persalinan Fasilitas Kesehatan

1. Fasilitas Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah penggunaan

pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan

kesehatan. Sedangkan pelayanan kesehatan sendiri adalah setiap

upaya yang diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan,

mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkankesehatan

perorangan, kelompok, keluarga dan ataupun masyarakat.

Fasilitas kesehatan/persalinan yang memadai adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang siap memberikan pelayanan 24

jam. Fasilitas kesehatan/persalinan yang memadai adalah:

Pelayanan Kesehatan di Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetrik

dan Neonatal Emergensi Dasar) yaitu pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh Puskesmas PONED.Pelayanan Kesehatan di Rumah

Sakit PONEK (Pelayanan Obstetric dan Neonatal Komprehensif)


35

adalah rumah sakit yang ditunjang dengan ketersediaan alat dan

tenaga sesuai dengan ketentuan yang mampu memberikan

pelayanan komprehensif kegawatdaruratan kebidanan dan bayi

neonatus (Nara, 2014).

2. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Beberapa perilku yang mempengaruhi masyarakat dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu :

a. Pemikiran dan perasaan (Througts And Feeling) dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan perilaku

seseorang terhadap pelayanan kesehatan

b. Orang penting sebagai referensi (Personal Reference), perilaku

seseorang itu lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang yang

dianggap penting/berpengaruh besar terhadap pelayanan

kesehatan.

c. Sumber daya (Resources), mencakup fasilitas, uang, waktu,

tenaga, semua berpengaruh terhadap perilaku seseorang baik

positif maupun negative.

d. Kebudayaan (Culture), norma-norma yang ada di masyarakat

dalam kaitannya dengan konsep sehat sakit.

Sedangkan menurut J. Hanlon, pemanfaatan pelayanan

kesehatan dipengaruhi oleh (Juanita, 2002) :

a. Tersedianya sumber daya

b. Pendapatan keluarga
36

c. Jarak tempat tinggal dari pusat pelayanan

d. Persepsi sehat dari penerima dan pemberi pelayanan

e. Tinjauan dari Segi Fasilitas Kesehatan/Persalinan

3. Kriteria Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang memadai harus memenuhi criteria

sebagai berikut :

a. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan dengan

tempat perawatan/puskesmas rawat inap dan siap 24 jam.

b. Mempunyai fungsi sebagai pusat rujukan antara bagi penduduk

yang tercakup oleh puskesmas termasuk penduduk di luar

wilayah Puskesmas PONED.

c. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar

puskesmas biasa ke puskesmas mampu PONED paling lama

satu jam dengan transportasi umum setempat, mengingat waktu

pertolongan hanya dua jam untuk kasus perdarahan.

d. Jumlah dan tenaga kesehatan yang dapat memberikan

pelayanan kebidanan dan neonatal yang telah dilatih PONED

minimal tiga orang yang tinggal sekitar lokasi puskesmas

PONED terdiri dari seorang dokter umum, seorang bidan,

seorang perawat.

e. Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia minimal.

f. Mampu memberikan pelayanan: preeklamsia, eklamsia,

perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia, kejang,


37

hipoglikemia, hipotermi, tetanus neonatorum, trauma lahir, berat

badan lahir rendah, sindroma gangguan pernapasan, kelainan

kongenital, dll. Dan fasilitas kesehatan di Rumah Sakit

Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif (PONEK)

dengan criteria sebagai berikut :

1) Mempunyai tim PONEK

2) Mempunyai prosedurtetap pelayanan penerimaan dan

penanganan pasien kegawatdaruratan obstetrik dan

neonatal.

3) Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.

4) Mempunyai standar waktu tanggap (Standard Respon

Time), UGD=10 menit, kamar bersalin= 30 menit,

pelayanan darah= 1 jam, operasi= 30 menit

5) Mempunyai kamar operasi siaga 24 jam

6) Mempunyai Unit Transfusi Darah siaga 24 jam

7) Tersedia pelayanan penunjang siaga 24 jam seperti:

laboratorium, radiologi, ruang pemulihan, obat dan alat

penunjang, perlengkapan dan bahan harus berkualitas

tinggi dan berfungsi dengan baik serta mengutamakan

sterilitas (Nara, 2014).

Anda mungkin juga menyukai