Fers Mosca Revisi - Kel. 12
Fers Mosca Revisi - Kel. 12
LAPORAN MODIFIKASI
FORMULA ENTERAL RUMAH SAKIT
MOSCA: “MODIFIKASI SOYA BCAA” UNTUK PASIEN PENYAKIT
HATI (NAFLD)
Dosen Pengampu :
1. Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
2. Ayu Rahadiyanti, S. Gz, M.PH
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Epy Yhufara Bunga 22030113120065
Anenda Kusumaning Tyas 22030115120014
Rizka Ayu Dwi Yuliana 22030115120030
Zulfatul Masruroh 22030115120046
Rahmawati Ramadhan 22030115120068
Mutiara Irma Maharani 22030115130084
Pravita Dewi Suhada 22030115130104
Fiona Christina Widya 22030115130122
1. Pengurangan kalori sebanyak 600-800 kalori per hari atau retriksi kalori
menjadi 25-30 kkal/kg/hari dari berat badan ideal
2. Protein sebesar 1-1,5 g/kgBB/hari
3. Restriksi karbohidrat menjadi 40-45 % dari total kalori
4. Retriksi lemak menjadi <30 % dari total energi dengan asam lemak
jenuh < 10 %
5. Sebaiknya konsumsi buah dan sayuran dibandingkan dengan makanan
tinggi fruktosa.
6. Jika pasien tidak dapat mengkonsumsi makanan secara oral, maka rute
pemberian dengan menggunakan suplemen zat gizi secara oral (oral
nutritional supplements), atau melalui tube feeding.
7. Jenis formula menggunakan formula kaya BCAA.
8. Tidak direkomendasikan menggunakan fruktosa (seperti corn syrup),
sukrosa (seperti gula).
a. Maltodekstrin
Maltodekstrin adalah polisakarida tidak manis yang dapat berasal dari
berbagai sumber seperti jagung, oat, kentang, beras, tapioca dan tepung
gandum. Maltodekstrin dihasilkan dari hidrolisis parsial pati melalui
proses enzimatik atau konversi asam. Maltodextrin dengan Dextrose
equivalent (DE) rendah digunakan sebagai stabilizer, pengental,
pengubahtekstur, pengikat lemak atau rasa. (11)
Maltodekstrin mengandung 16 kJ/g (4 kkal/gram). Penggunaan
maltodekstrin pada formula makanan sangat penting karena maltodekstrin
dapat membatasi osmolaritas dan dapat mempertahankan tingkat
kepadatan yang tinggi yaitu lebih besar dari 1 kkal/ml.(12)
b. Susu skim
Susu skim adalah produk susu cair yang sebagian besar lemaknya
telah dihilangkan dan dipasteurisasi atau disterilisasi secara UHT.
Kandungan lemak yang terdapat dalam susu skim relative rendah.(13)
Komposisi dalam 100 susu skim bubuk(14)
ZatGizi Jumlah
Protein 34-37.0%
Asam amino
- Triptophan^ 0.51 g
- Treonin^ 1.63 g
-Isoleusin^* 2.18 g
- Leusin^* 3.54 g
- Lisin^ 2.86 g
- Metionin^ 0.99 g
- Sistin 0.33 g
- Fenilalanin^ 1.74 g
- Tirosin^ 1.74 g
- Valin^* 2.42 g
- Arginin 1.30 g
- Histidin 0.89 g
- Alanin 1.24 g
- Asamaspartat 2.74 g
- AsamGlutamat 7.57 g
- Glisin 0.75 g
- Prolin 3.50 g
- Serin 1.96 g
Lactosa 49.5-52 %
Lemak 0.60-1-25%
c. Susu soya
Susu kedelai merupakan salah satu produk olahan kedelai yang
diperoleh dengan cara menggiling kedelai yang dicampur air kemudian
disaring dan dipanaskan. Per 100 gram susu kedelai mengandung 41
kkal, 3.5 gram protein, 2.5 gram lemak dan 5 gram karbohidrat. Susu
kedelai adalah hasil ekstraksi dari kedelai. Pada penilitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa kedelai mengandung banyak komponen
bioaktif seperti protein dan isoflavon yang memiliki efek biologis.
Protein yang terkandung di dalam susu kedelai dapat menghambat
absorpsi lemak LDL dengan cara mengikat asam empedu sehingga dapat
menurunkan kadar kolesterol, trigliserida dan asam lemak bebas dalam
darah. (15)
Selain itu, konsumsi protein kedelai dapat mengurangi stress
oksidatif, peradangan, steatosis dan dapat menurunkan metabolism
peroksidasi lipid. Isoflavon yang terkandung di dalam susu kedelai yaitu
fenol heterosiklik dapat berikatan dengan radikal bebas sehingga dapat
membantu mengatur regulasi ekstraseluler. Dapat disimpulkan bahwa
konsumsi kedelai dapat mengurangi akumulasi lemak hati dan sitokin.(16)
e. Olive oil
Penambahan minyak zaitun yang telah diperas pertama kali
memiliki keasaman bebas yang maksimum, mengandung banyak
squalene dan antioksidan phenolic termasuk phenolik sederhana
(hydroxytyrosol, tyrosol), aldehid secoiridoid, flavonoid, dan lignan
(acetoxypinoresnol, pinoresinol). Kandungan fenolik dan squalene lebih
tinggi daripada biji minyak dan minyak murni. Pada biji minyaknya
tidak mengandung fenolik dan rendah squalene.
Komposisi dari 100 g olive oil yaitu mengandung asam lemak
MUFA 73,7 g(asam oleat), saturated fatty acid(SFA) 13,5 g(aam
palmitat), polyunsaturated fatty acid (PUFA) 7,9 g(asam linoleat dan
asam linolenat). MUFA termasuk asam palmitat, asam oleat, dan asam
vasentik. MUFA yang paling banyak dimakanan yaitu asam oleat. Di
negara Mediterania, sumber utama MUFA yaitu minyak zaitun (74
g/100 g), sumber lainnya yaitu minyak kanola(59 g/100 g), kacang tanah
(46 g/100 g),minyak bunga matahari (32 g/100 g), minyak jagung (29,
g/100 g), minyak kedelai (24 g/100 g) dan minyak bunga safir (14 g/100
g).
Peningkatan asupan MUFA khususnya dalam menggantikan SFA
memiliki manfaat untuk pasien NAFLD. Konsumsi MUFA dapat
menurunkan trigliserida darah oleh adanya peningkatan oksidasi asam
lemak melalui aktivasi peroxisome proliferatior activated receptor
(PPAR)α atau dengan mengurangi aktivitas unsur sterol regulatory
element binding protein (SREBP) dan menghambat lipogenesis. Diet
MUFA mengaktifkan PPAR α dan PPARɤ, meningkatkan oksidasi lipid,
dan menurunkan resistensi insulin untuk mengurangi steatosis hati.
Antioksidan : menurunkan
peroksidasi lemak, mengurangi
oksidasi kerusakan DNA
f. Prebiotik FOS
Prebiotik merupakan bahan makanan yang tidak mudah dicerna
dan merangsang pertumbuhan bakteri bifidogenic dan asam laktat di
saluran pencernaan. Prebiotik terdiri dari serat makanan dan
oligosakarida. Manfaat prebiotik yaitu dapat menjaga kesehatan usus,
pencegahan kolitis, menghambat kanker, imunopotensioterapi,
mengurangi kolesterol, mencegah penyakit kardiovaskuler, mencegah
obesitas dan konstipasi. Salah satu prebiotik yang bermanfaat untuk
pasien NAFLD yaitu FOS. (20)
FOS termasuk dalam golongan fructose oligosaccharides alami
yang diperoleh dari berbagai jenis tanaman. Hal ini meningkatkan
metabolisme karbohidrat dan mengurangi ketersediaan radikal bebas.
FOS mampu mengurangi kolesterol secara signifikan dibandingkan
dengan nilai basal. Literatur menunjukkan bahwa FOS juga menurunkan
kadar serum TG, tetapi tidak dapat melihat penurunan kadar TG. Selain
itu FOS dapat menurunkan jumlah lemak di hati dan jantung. (21)
a. Karbohidrat
Pada pasien NAFLD, kebutuhan karbohidrat sebanyak 40-50 %
dari total kebutuhan energi. Diet dengan kadar karbohidrat rendah
yaitu <45 % karbohidrat/hari dapat menurunkan berat badan dan
mengurangi trigliserida intrahepatik. Pada penelitian meta analisis
dengan rendah lemak (≤25 % lipid/hari) ini menunjukkan
pengurangan yang signifikan trigliserid dan meningkatkan HDL
dengan diet rendah karbohidrat. Diet dengan kandungan tinggi
fruktosa, seperti corn syrup berkaitan dengan perkembangan
sindrom metabolik dan NAFLD karena merangsang resintesis
asam lemak dan menghambat sekresi leptin. (27)
Fruktosa adalah monosakarida yang ditemukan secara alami
pada buah dan sayuran. Fruktosa memiliki tingkat kemanisan lebih
tinggi daripada glukosa dan sukrosa. Corn syrup yang tinggi
fruktosa dikaitkan dengan kelainan metabolik, dan dapat
menyebabkan NAFLD. Karbohidrat yang diserap menjadi stimulus
utama dalam lipogenesis de novo hati dan lebih berkontribusi
menyebabkan NAFLD daripada asupan lemak. Fruktosa sebagai
perantara metabolisme glukosa. Konsumsi fruktosa berlebih dapat
menyebabkan beban metabolik pada hati berupa fruktokinase dan
asam lemak sintase. (28)
Sedangkan diet menggunakan sukrosa, seperti gula tidak
menyebabkan obesitas tetapi berpotensi menyebabkan perubahan
adiposit (mengalami hipertrofi). intoleransi glukosa,
hiperinsulinemia, hiperlipidemia, hepatic steatosis dan
meningkatkan jumlah sitokin inflamatori. (29)
Penyerapan karbohidrat sederhana, seperti fruktosa dan
sukrosa sebaiknya tidak melebihi 10 % dari total asupan energi. (30)
Sehingga, pada kandungan karbohidrat, formula enteral kami
menggunakan maltodekstrin dan tidak menggunakanfruktosa dan
sukrosa.
b. Protein
Berdasarkan rekomendasi protein untuk pasien NAFLD
sebanyak 15-20 % dari total energi, sehingga asupan moderat
protein optimum untuk pasien NAFLD karena dapat mengurangi
resistensi insulin. Pengkonsumsian protein yang tidak normal pada
NAFLD dapat menyebabkan peningkatan asam amino aromatik
(AAAs) dan penurunan asam amino rantai panjang (BCAAs) yang
menyebabkan kerusakan histologist dan ensefalopati. Peningkatan
penyerapan AAA dapat menyebabkan pembentukan
neurotransmitter palsu yang menyebabkan disfungsi neurologis
seiring meningkatnya kadar amonia.(31) Oleh karena itu, dipelukan
peningkatan asupan BCAA tinggi. Hal ini dikarenakan BCAA
efektif dalam meregulasi metabolisme protein di hati dan
memperbaiki keseimbangan nitrogen. Protein BCAA juga dapat
lolos dari metabolism hati dan tersedia dalam sirkulasi untuk
sintetis protein.
c. Lemak
Rekomendasi total lemak dalam tubuh sebanyak 20-35 % dari
total kalori dalam tubuh. Kelebihan konsumsi asam lemak
jenuh(SFA) dapat meningkatkan stres retikulum endoplasmik dan
perlukaan hepatosit, tetapi pembatasan tidak diperbolehkan dan
tidak bermanfaat bagi pasien NAFLD.
Monounsaturated fatty acids (MUFA) biasanya terdapat pada
minyak zaitun (olive oil), kacang-kacangan, dan alpukat. MUFA
dapat mengurangi LDL dan trigliserida. Diet MUFA lebih dari 20
% dari total asupan kalori telah ditunjukkan dapat menguntungkan
NAFLD karena adanya oksidasi dari asam lemak melalui aktivasi
peroxisom proliferatoractivated receptors (PPARs) alpha dan
gamma serta mengurangi lipogenesis.
Rekomendasi omega 6 Polyunsaturated Fatty acid (PUFA)
sebanyak 5-10 % dari total kebutuhan kalori dan asupan kolesterol
sebanyak 200-300 mg/hari. Omega 6 PUFA banyak terdapat di
minyak sayur(kedelai, jagung, bunga matahari). Kelebihan asupan
omega 6 tidak dianjurkan karena mengubah produksi dari marker
inflamasi dan lebih rentan terhadap peroksidasi lemak dan
pengurangan HDL. (33)
Pada penelitian terhadap subyek obesitas diberikan 14 gram
minyak MCT pada roti untuk sarapan yang menghasilkan
terjadinya peningkatan pengeluaran energi, lebih cepat kenyang
dan dapat mengontrol berat badan.
Tabel 2. Klasifikasi lemak
Bepengaruh pada
antidiabetes,
menurunkan akumulasi
lemak intramuskular,
penurunan berat badan
d. FOS
Prebiotik terkandung dalam serat pangan, yaitu karbohidrat
yang tidak dapat dicerna yang dapat menstimulasi pertumbuhan
dan aktivitas bakteri yang bermanfaat. Jenis prebiotik tersebut
seperti lactobacilli dan bifidobacteria. Penelitian pada manusia
prebiotik dijadikan sebagai penanda NASH, obesitas,T2DM,
dan NAFLD. Suplementasi prebiotik dengan 30 g/hari
dikaitkan dengan efek samping gastrointestinal. Tingginya
prevalensi NAFLD pada pasien dislipidemia, T2DM, dan
sindrom metabolik, penggunaan serat sebagai terapi untuk
mengontrol indeks glikemik, lipid, berat badan, dan steatosis
hati. Rekomendasi serat pangan yaitu 20-40 g/hari (5-15 g/hari
dari zat terlarut). (34)
METODE
Alat:
Wadah
Mangkok aluminium
Whisk
Mikser
Blender
Gelas
Bahan:
Maltodekstrin
Susu soya
Susu skim
Bubuk FOS
Minyak zaitun
Air hangat bersuhu 70° C
Cara pembuatan:
B. Pengukuran
a. Osmolaritas
Osmolalitas merupakan jumlah partikel zat terlarut dalam 1 kg larutan dan
diekspresikan sebagai mOsm/kg. Osmolaritas merupakan jumlah partikel
zat terlarut dalam 1 liter larutan dan diekspresikan sebagai mOsm/L. Pada
dasarnya, osmolaritas makanan enteral sesuai dengan osmolaritas tubuh
manusia. Osmolalitas yang ideal adalah berkisar anara 350-400 mOsm/kg,
namun manusia dapat menoleransi osmolalitas formula enteral yang
berkisar antara 325-690 mOsm/kg.(37) Sedangkan untuk osmolaritas,
toleransi orang dewasa normal terhadap formula enteral berkisar dari 1200
– 1400 mOsm/L. (38)
Cara yang tepat untuk menghitung osmolalitas dari suatu larutan
adalah menggunakan osmometer, namun karena adanya suatu batasan,
tidak dapat dilakukan pengujian menggunakan alat tersebut. Sedangkan
untuk menghitung osmolaritas untuk dari suatu larutan parenteral dapat
digunakan rumus: molar × jumlah partikel yang terdisosiasi. Namun
karena larutan yang diuji adalah larutan enteral yang partikelnya cukup
besar dan banyak, maka tidak dapat dilakukan perhitungan menggunakan
rumus tersebut.
1. Berdasarkan referensi jurnal yang kami teliti, belum pernah diadakan
pengujian osmolaritas mengenai FERS hati yang telah dimodifikasi
dengan tambahan prebiotik FOS, sehingga tidak dapat dipastikan secara
akurat berapa osmolaritas dari FERS hati yang telah dimodifikasi tersebut.
Oleh karena itu, kami menggunakan kisaran osmolaritas formula enteral
standar dari referensi yang dapat dipercaya, yakni antara 200-790
mOsm/L. (39) Apabila osmolaritas dari FERS hati yang telah dimodifikasi
melebihi ukuran standar, maka akan dilakukan perbaikan dan pengujian
ulang kembali hingga produk ini dapat mencapai osmolaritas yang sesuai
bagi formula enteral.
b. Viskositas
Viskositas (kekentalan) pada zat cair terjadi karena adanya gaya kohesi
sedangkan pada zat gas viskositas terjadi karena adanya tumbukan antara
molekul. Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak
karena adanya gesekan antar lapisan material. Kecepatan aliran berbeda
karena adanya perbedaan viskositas. Viskositas yang dimiliki setiap fluida
berbeda dan dinyatakan secara kuantitatif oleh koefisien viskositas (η).
Apabila zat cair tidak kental maka koefisien viscositasnya sama dengan
nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel dinding
mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Salah satu alat yang
digunakan untuk mengukur viskositas adalah viskosimeter. (40)
Teknik pengukuran viskositas ada beberapa cara antara lain
capillary tube viscometer, yaitu digunakan untuk memperoleh nilai
viskositas dengan cara membiarkan sampel mengalir di dalam sebuah
kapiler dan mengukur beda tekanan kedua ujung pipa kapiler tersebut. (41)
c. Analisis Zat Gizi
Analisis zat gizi bertujuan untuk mengetahui apa saja zatgizi yang
terkandung di dalam FERS hati yang telah dimodifikasi dan apakah
proporsi zat gizi tersebut telah sesuai bagi pasien. Dalam menganalisis zat
gizi, kami menggunakan aplikasi‘Nutrisurvey 2004’ dan Master yang telah
dibagikan oleh dosen kepada kami.
d. Densitas Energi
Densitas energi merupakan salah satu komponen dalam healthy
diet index yang merupakan indikator kualitas diet. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa kualias diet yang baik ditandai dengan nilai densitas
energi diet yang rendah, skor serat yang cukup, serta proporsi zat gizi
makro dan mikro yang seimbang. (42)
Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan diet yang mengandung
protein 1 gr/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari atau 35-40
kcal/kgBB/hari dengan protein berkisar antara 1,2-1,6 g/kgBB bergantung
pada derajat malnutrisi dan kondisi lain yang dialami pasien. Dalam
preskripsi diet pasien sirosis hati, tidak ada pembatasan asupan karbohidrat
walaupun pasien mengalami resistensi insulin. (43)
e. Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada
proses pengindraan. Pengindraan bisa berarti reaksi mental (sensation) jika
alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang
ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap mendekati atau
menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan penyebab rangsangan.
Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis
atau reaksi subyektif. Disebut penilaian subyektif karena hasil penilaian
atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan
pengukuran. Ada beberapa metode yang digunakan dalam uji
organoleptik, yaitu : (44)
1. Uji Pembeda (Discrimination Test)
a. Uji segitiga
b. Uji duo trio
c. Uji berpasangan (paired)
2. Uji Deskripsi (Description Test)
3. Uji Afektif (Affective Test)
a. Uji Hedonik
b. Uji Mutu Hedonik
4. Uji Skalar
a. Uji Skalar Garis
b. Uji Skalar Skor
c. Uji Perbandingan Pasangan
d. Uji Perbandingan Jamak
e. Uji Penjenjangan
Karakteristik makanan cair agar dapat diterima oleh pasien bedah
dan dapat melewati pipa sonde makanan cair maka perlu dipertimbangkan
berbagai aspek seperti kekentalan, rasa, warna, aroma, kestabilan dan
penerimaan umum. Uji ini dilakukan untuk mengukur tingkat penerimaan
terhadap suatu produk makanan enteral.
Maka dari itu, dari beberapa metode diatas kami menggunakan uji
hedonik dan mutu hedonik kepada panelis. Uji hedonik dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap karakteristik produk enteral.
Sedangkan uji mutu hedonik ditujukan untuk mengetahui respon panelis
terhadap karakteristik produk yang lebih spesifik. Penilaian dilakukan
terhadap karakteristik tekstur, warna, aroma, rasa, dan viskositas.(45)
DAFTAR PUSTAKA