PONDASI KURIKULUM
Dosen Pembimbing :
NIDN (1023127702)
Disusun oleh :
Reisya Agustiana
NPM : 226310404
English Class 3A
PEKANBARU
2023/2024
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan.
Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan amburadul dan tidak teratur.
Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan
tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa,
akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu
ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis
dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada
masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Sejak isu reformasi pendidikan digulirkan, maka banyak bermunculan gagasan-gagasan
pembaharuan pendidikan. Reformasi sebagai sebuah gerakan yang memiliki perspektif sejarah
politik monumental, karena era reformasi menjadi era pemerintahan substitusi pemerintahan orde
baru. Tentunya gagasan reformasi pendidikan ini memiliki momentum yang amat mendasar dan
berbeda dengan gagasan yang sama pada era sebelumnya. Arah reformasi dalam mewujudkan
pengembangan pendidikan terkait dengan kebijakan kurikulum adalah ikut diperbaharuinya
kurikulum yang ada sebelumnya dari kurikulum 1994 diperbaharui menjadi kurikulum 2004 atau
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Selang dua tahun kemudian KBK pun telah mengalami
pembaharuan kembali menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau kurikulum
2006.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah tentang pondasi kurikulum ini untuk memberi penjabaran secara
detail tentang apa apa saja yang akan diinformasikan untuk menambah pengetahuan tentang
pondasi Kurikulum.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
iii
berkembangnya kurikulum agarsesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga yang
dibutuhkan masyarakat dapat terpenuhi.Pendidikan terpusat di tiga jenis pusat pendidikan
yaitu rumah ( Informal ), sekolah ( Formal ), dan masyarakat ( Non formal ). Dakir
(2004) menambahkan pusat pendidikan yaitu masmedia, lembaga pendidikan agama, dan
lingkungan fisik sebagai pusat pengaruh pendidikan.
Dalam hal ini, berdasarkan Sukmadinata (1997) terdapat lima prinsip dalam pengembangan
kurikulum, yaitu
v
pembelajaran yang diperlukan.Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam
jumlah maupun dalam mutunya, hendaknyadidaya gunakan secara efisien untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Demikian jugaketerbatasan fasilitas ruangan,
peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepatoleh sswa dalam
rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas ataukeberhasilan
siswa.
d) Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi
berdasarkantuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak
statis atau kaku. Misalnyadalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan
ketrampilan industri dan pertanian.Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan
pertanian., maka yang dialaksanakan programketrampilan pendidikn industri.
Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada programketrampilan pertanian. Dalam
hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaantenaga dan peralatan
menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
e) Prinsip KontinuitasKurikulum
disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi,dan
bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain
memilikhubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur
dalampendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan
keterkaitandidalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
vi
g) Prinsip KeterpaduanKurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keterpaduan, perencanaanterpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi
antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaanterpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di
lingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral. Dengan keterpaduan ini
diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga
dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar
siswa danguru maupun antara teori dan praktek.h)
vii
dan pengembangan dirisecara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepatantarsubstansi.c)
viii
dipisahkan. Berikut ini adalah uraian mengenai tiap-tiap komponen kurikulum
tersebut.
Komponen tujuanKurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala
kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran di
sekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan seberapa banyaknya pencapaian tujuan-
tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum lembaga pendidikan, pasti dicantumkan
tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh lembaga pendidikan
yang bersangkutan.Meskipun rumusan tujuan pendidikan dari suatu negara dengan
negara lain berbeda, tetapi sebenarnya memiliki esensi yang sama secara umum.
Menurut Sadulloh (1994) yang mengutip pendapat Hummel, tujuan pendidikan secara
universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
a) otonomi yang memberikan setiap individu dan kelompok untuk memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang memungkinkan mereka mengelola
kehidupan mereka sendiri;
b) equity (kesetaraan) dalam kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan
budaya maupun ekonomi dengan jalan memberikan kepada mereka dasar-
dasar pendidikan yang setara;
c) survival, PEBI4303/MODUL 1 1.9memberi izin kepada semua bangsa untuk
menularkan dan memperkaya warisan budaya kepada semua generasi
dengan memberikan panduan pendidikan untuk saling memahami.Dalam
perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat
secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa: ”Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.Tujuan pendidikan nasional
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan
yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan
pendidikan tertentu.
ix
i. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
ii. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
iii. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
x
o Teori; merupakan penjelasan mengenai hubungan antara suatu konsep
dengan konsep lain. Teori merupakan seperangkat konstruk atau konsep,
definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat
sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan–hubungan antara
variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut.
o Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber
dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
o Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
o Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan peserta didik.
o Hukum, merupakan teori yang teruji kebenarannya.
o Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
o Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
o Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
o Postulat, adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu dibuktikan.
Dalam biologi postulat yang terkenal adalah postulat Koch tentang kuman
penyebab penyakit.1.12 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Biologi .
Komponen media (sarana dan prasarana)
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media merupakan
perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta
didik. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemakaian media dalampengajaran secara
tepat terhadap pokok bahasan yang disajikan pada peserta didik akan
mempermudah peserta didik dalam menanggapi, memahami isi sajian guru dalam
pengajaran.
Komponen strategi pembelajaran
strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang
digunakan dalam pengajaran, tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya
terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada
hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh
dalam melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan
dan mengatur kegiatan, baik yang secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus
dalam pengajaran.Strategi/metode/model pembelajaran sangat ditentukan oleh
xi
karakteristik substansi yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya. Tidak ada satu
pun strategi/metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua
substansi pelajaran secara sama baiknya.
Substansi (isi) pelajaran tertentu memiliki karakteristik tertentu, sehingga hanya
cocok untuk diajarkan dengan cara tertentu pula.Tujuan-tujuan pelajaran yang
bersifat prosedural, psikomotorik serta terstruktur dengan baik, diajarkan setahap
demi setahap, sangat baik kalau guru menggunakan pembelajaran langsung.
Sementara itu, keterampilan sosial yang mencakup bagaimana berinteraksi dengan
orang lain, bekerjasama, mengutarakan ide, akan sangat cocok bila diajarkan
menggunakan pembelajaran kooperatif. Begitu pula kemampuan pemecahan
masalah, hanya dapat dilatihkan secara baik bila siswa diberi kesempatan untuk
melakukan praktik pemecahan masalah.
Kesempatan semacam itu dapat diperoleh siswa jika pembelajaran dilakukan
melalui pembelajaran berbasis masalah seperti inkuiri, diskoveri dan yang sejenis
dengan itu.Menurut Undang-undang Nomor 20/2003, strategi pembelajaran di kelas
hendaknya dilakukan dengan cara olah hati, olah raga, olah rasa, dan olah otak.
Strategi pembelajaran yang demikian menyiratkan bahwa strategi yang digunakan
harus mampu melakukan pemberdayaan terhadap seluruh potensi siswa.
PEBI4303/MODUL 1 1.13
Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangat penting dalam sistem pembelajaran, sebab diharapkan
melalui proses belajar mengajar akan terjadi perubahanperubahan tingkah laku pada
diri peserta didik. Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan
indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum.Kemampuan guru dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif, merupakan indikator kreativitas dan efektivitas
guru dalam mengajar. Kecenderungan proses pembelajaran adalah terjadi perubahan
paradigma dan mengajar ke pembelajaran. Perubahan yang dimaksud ditandai
dengan terjadi perubahan sebagai berikut.
1) Berpusat pada guru beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa
2) Berorientasi disiplin (mapel tertentu) beralih ke pembelajaran yang integratif.
3) Berorientasi topik tertentu beralih ke pembelajaran berorientasi masalah.
4) Pembelajaran mengikuti alur tertentu (standardized) beralih kepembelajaran
dengan alternatif-alternatif.
Komponen evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas,
evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-
xii
tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Wright dalam (Sudrajat, 2010) bahwa: “curriculum
evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students
toward objectives or values of the curriculum”Sementara itu, dalam pengertian yang
lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai evaluasi program, untuk
mengakses kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun
juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Salah satu komponen
kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil
belajar siswa.Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi
yang akan dievaluasi. Dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi
kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi
kuantitatif berbeda dengan dimensi kualitatif.
Instrumen yang Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Biologi digunakan
untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes
diagnostik dan lain-lain. Sementara itu, instrumen untuk mengevaluasi dimensi
kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, dan catatan
anekdot.Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan
kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam
kurikulum itu sendiri.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan
kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum
yang digunakan.Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru,
kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan
membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode
dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya
(Sukmadinata, 1997)Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam
evaluasi kurikulum, yaitu:
(1) pendekatan penelitian (analisis komparatif);
(2) pendekatan obyektif; dan
(3) pendekatan campuran multivariasi. Di samping itu, terdapat beberapa model
evaluasi kurikulum, diantaranya adalah ModelCIPP (Context, Input, Process, dan
Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program
pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan
lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan prosedur dan mekanisme
pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan
xiii
kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria
tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan
dan kelemahan program yang dievaluasi sebagai berikut.
Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan,
seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin
dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang
dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan,
seperti: dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf
pengajar, sarana, dan prasarana, media pendidikan yang digunakan dan
sebagainya. PEBI4303/MODUL 1 1.153) Process; pelaksanaan nyata dari program
pendidikan tersebut, meliputi : pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan
evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar, pengelolaan program, dan lain-lain.4)
Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup: jangka
pendek dan jangka lebih panjang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang di desain
untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun
dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah
bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar.
xiv
Kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan utama atau tujuan dari
kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk
mencapai tujuan dari kurikulum maka di sebutlah kurikulum sebagai suatu sistem.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi:
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta Nasution, S.
1989.
Sudria, I. B. N. 2016. Buku Panduan Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Telaah dan Pengembangan
Kurikulum. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha (Jurusan Pendidikan Kimia). Dalam
bentuk handout
xv
Sudrajat, A. 2008. “Prinsip Pengembangan Kurikulum”. (Artikel Online). Tersedia pada
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum/(diakses
pada 28 Oktober 2017).Sukmadinata N. S. (1997). Pengembangan kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung : PT RemajaRosda KaryaHamalik, O. 2009.
Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi AksaraBadan Standar Nasional Pendidikan 2006
tentang Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan Jenjang Pendidikan Sekolah
Dasar dan Menengah
xvi