Anda di halaman 1dari 6

PUPUK KOMPOS

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

Dosen Pengampu : Nurhaida Widiani, M. Biotech

Disusun Oleh :
Anita Rosiyanti
2011060300

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
2023
A. Dasar Teori
Berdasarkan komposisi kimianya sampah terbagi menjadi sampah organic dan
anorganik. Sampah organik memiliki komposisi bahan yang terdiri dari bahan mudah
terurai. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80 % nya
adalah sampah organik. Sampah organik memiliki komposisi bahan yang mudah terurai,
namun sampah organik memerlukan penanganan yang cepat karena dapat menimbulkan
permasalahan lain bila lambat dalam penanganannya seperti bau yang kurang sedap,
tempat berkembangnya lalat dan lain-lain. Jika kita mampu menangani permasalahan
sampah ini dengan baik, sampah organik ini dapat diolah menjadi pupuk kompos yang
sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah (Wirna Putri et al. 2022).
Pada umumnya pupuk dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya
adalah pertumbuhan tinggi batang. Pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan ke
dalam tanah dengan maksud menggantikan kehilangan unsur-unsur hara dari dalam tanah
yang memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman. Untuk mendapatkan
Efisiensi pemupukan yang optimal, pupuk tersebut harus diberikan dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan tanaman. Apabila diberi pupuk terlalu banyak dapat menyebabkan
keracunan bagi tanaman. Sebaliknya apabila terlalu sedikit pengaruh pemupukan bagi
tanaman tersebut mungkin tidak akan tampak
(Pendidikan, Universitas, and Mekkah 2022).
Kompos adalah salah satu pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi
peningkatan produksi pertanian baik kualitas dan kuantitas, mengurangi pencemaran
lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Pupuk kompos baik
digunakan karena berbagai alasan seperti tidak merusak lingkungan, tidak memerlukan
biaya yang banyak, proses pembuatan yang mudah dan bahan yang tidak sulit ditemukan.
Selain itu sistem pengomposan memiliki beberapa keuntungan, antara lain kompos
merupakan jenis pupuk yang ekologis ramah lingkungan, bahan yang dipakai tersedia
(tidak perlu dibeli) dan dapat sendiri oleh masyarakat secara mudah sehingga membantu
perekonomian (Lana Sugiarti 2023).
Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami
proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk)
yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti daun, rumput, jerami,
sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, rerontokan kembang, dan lain-lain
(Aden Ruslani and Didik Himmawan 2022).

B. Metode Kerja
1. Alat dan Bahan
Adapun alat yang dipakai pada praktikum ini yaitu ember, baskom, karung, sarung
tangan, pisau, dan sendok. Adapun bahan yang dipakai yaitu limbah organik, sekam,
dedak, cairan EM4, serbuk kayu, dan air bersih.
2. Cara Kerja
a. Campurkan dan aduk secara merata bahan-bahan sampah/limbah, dedak dan
arang sekam
b. Larutkan EM4 dan gula ke dalam ember berisi air yang telah disediakan dan
aduk secara merata
c. Siramkan larutan EM 4 sambil diaduk-aduk hingga campuran bahan organik
basah secara merata (bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes
dan bila kepalan dilepas adonan akan mekar/kadar air ± 30%)
d. Adonan tadi kita gundukan di atas lantai(kering)kemudian tutup dengan karung
goni atau karung beras selama 3-5 hari
e. Pada hari kedua dan ketiga kompos biasanya mengeluarkan panas yang
cukup tinggi lagi,sehingga setiap harinya harus dibolak balik dan.dibiarkan
sampai 10 menit sampai panasnya berkurang,kemudian gundukan ditutup
kembali sperti semula
f. Pada hari ke-4 kompos telah matang, sehingga panas tidak tinggi lagi.
Apabila dibuka nampak ditumbuhi jamur berwarna putih dan bila dipegang
terasa hangat. Kompos ini sudah bisa digunakan tetapi belum hancur
sehingga bentuk dan ukuran masih seperti bahan baku. Untuk menjadikan
kompos halus harus menunggu selama 21 hari. Selama Proses penghancuran
gundukan kompos diaduk setiap satu minggu sekali
g. Amati kualitas fisik dan kimia kompos yang terbentuk meliputi; tekstur,
warna, pH, dan suhu.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum pembuatan pupuk kompos yaitu :

Tanggal Warna Bau Struktur


20 Februari 2023 Sedikit coklat Tidak berbau Belum berubah
6 Maret 2023 Mulai coklat Mulai berbau Belum berubah
kegelapan
20 Maret 2023 Sudah menghitam Sedikit berbau Belum terurai
3 April 2023 Sudah menghitam Sediki berbau Terurai sedikit
17 April 2023 Menghitam Berbau busuk Terurai sedikit
1 Mei 2023 Menghitam Beraroma khas Terurai tetapi belum
tanah sempurna
15 Mei 2023 Hitam pekat Beraroma khas Terurai sempurna
tanah

2. Pembahasan
Adapun pembahasan pada praktikum ini yaitu pada larutan effective
microorganisms 4 yang disingkat EM4 berisi microorganism fermentasi.Jumlah
microorganism fermentasi dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 genus.
Microorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
memfermentasikan bahan organic. Dari sekian banyak mikroorganisme ada lima
golongan yang pokok yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp,
ragi (yeast), Actinomycetes.
Dalam proses fermentasi bahan organic microorganisme akan bekerja dengan baik
bila kondisinya sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung dalam kondisi anaerob,
pH rendah (3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air sedang 30-40%,
kandungan antioksidan dari tanaman rempah dan obat adanya mirorganisme
fermentasi dan suhu sekitar 40℃ - 50℃, selain berfungsi dalam proses fermentasi
dan dekomposisi bahan organic, EM4 juga mempunyai manfaat yang lain, seperti
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dan menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman dan
menjaga kestabilan produksi. Selain mempercepat pengomposan EM4 dapat
diberikan secara langsung untuk menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan
ke tanah, tanaman atau disemprotkan ke daun tanaman. Kompos yang dihasilkan
melalui fermentasi dengan pemberian EM4 dinamakan bokashi, kata bokashi berasal
dari Bahasa jepang yang berarti bahan organic yang terfermentasi.
Agen biologis yang terlibat pada pembuatan pupuk kompos yang dapat bekerja
secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5
golongan yang pokok yaitu Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp,
Ragi (yeast), Actinomycetes. Yang memiliki fungsi untuk mengaktifkan bakteri
pelarut, meningkatkan kandungan humus tanah sehingga mampu memfermentasikan
bahan organik menjadi asam amino.
Kompos terbentuk karena ada interaksi antar organisme pengurai yang bekerja di
dalamnya. Organisme pengurai antara lain jamur, aktinomiset, bakteri, dan cacing
tanah. Pengomposan dengan bantuan organisme pengurai tersebut bertujuan untuk
menurunkan rasio C/N bahan organik (BO) agar sesuai dengan rasio C/N tanah yakni
<20. Proses aerob dan anaerob saling menunjang dalam pembuatan kompos dengan
syarat kondisi lingkungan tertentu.
Secara biologi, penambahan kompos pada tanah akan memacu mikroorganisme
baik di tanah akan terpacu untuk berkembang. Proses-proses penguraian akan
membantu tanaman untuk tumbuh. Gas karbondioksida yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tanah bermanfaat untuk fotosintesis. Fiksasi nitrogen, amonifikasi,
dan nitrifikasi akan meningkat karena bahan organik pada kompos adalah sumber
karbon. Aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang diberi kompos bisa juga
menghasilkan hormon pertumbuhan pada tanaman sehingga memacu pertumbuhan
dan jangkauan akar dalam memperoleh makanan lebih luas. Lahan pertanian yang
diberi kompos membuat populasi nematoda di daerah itu lebih terkendali. Bahan
organik pada kompos memacu perkembangan cendawan dan bakteri yang dapat
mengganggu perkembangan nematoda.
D. Dokumentasi

DAFTAR PUSTAKA
Aden Ruslani, and Didik Himmawan. 2022. “Pemberdayaan Petani Melalui Pembuatan Pupuk Kompos Dengan
Pemanfaatan Limbah Organik Di Desa Kedokangabus Kabupaten Indramayu.” ENGAGEMENT: Jurnal
Pengabdian Masyarakat 1 (1): 7–13. https://doi.org/10.58355/engagement.v1i1.5.

Lana Sugiarti, Emilianus Jehadus, Vinsensius Suhardin,Gabriel Jangkar. 2023. “PEMANFAATAN


LIMBAH PERTANIAN DAN KOTORAN DALAM PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
KELURAHAN TANGGE.” Community Development Journal Vol.4, No.2: 276–2765.
Pendidikan, Jailani, Biologi Universitas, and Serambi Mekkah. 2022. “Pengaruh Pemberian Pupuk
Kompos Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Licopersicum Esculentum Mill).” Serambi
Saintia Jurnal Sains Dan Aplikasi. Vol. X.
Wirna Putri, Novia, Septia Pristi Rahmah, Syafa Indah Tafsia, and dan Valda Yasmina Putri Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. 2022. “EDUKASI DAUR ULANG SAMPAH
ORGANIK MENJADI PUPUK KOMPOS DI KELURAHAN PASAR AMBACANG
KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG.” Jurnal Hilirisasi IPTEKS. Vol. 5.
http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai