Anda di halaman 1dari 4

Yuyun Wahyudin, S.S., M.Pd.

Pertemuan ke-13

KLAUSA DALAM STRUKTUR KALIMAT BAHASA ARAB


Oleh: Yuyun Wahyudin

Muqoddimah
Dalam struktur bahasa Arab ada banyak konsep mengenai susunan kata-kata, seperti frase
(tarkib), kalimat sempurna (tarkib isnady) dan gabungan dari kalimat. Hal ini sangat penting
untuk dikaji, untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang makna yang disampaikan
dalam kalimat tersebut.

Pengertian klausa
Klausa adalah gabungan dari kata kata yang membentuk susunan predikatif, sehingga terdapat
unsur subjek dan predikat. Klausa bisa saja menjadi bagian dari kalimat yang lebih besar. Dalam
bahasa Arab klausa sama dengan konsep jumlah, sebagaimana telah dijelaskan pada pertemuan
sebelumnya. Contoh sederhana klausa

ُ َ ‫أَ بِي يَقْر َُأ الْجَرِ يْدَة َ و َ ُأ ِم ْي تَطْب‬


َ ‫خ الأَ طْ عِم َة‬

Bapak membaca koran dan ibu memasak makanan


Contoh diatas adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa, yaitu klausa pertama bapak membaca
Koran dengan pola (S+P+O) dan klausa kedua ibu memasak makanan dengan pola (S+P+O),
kedua klausa tersebut membentuk kalimat konjugsi, atau kalimat majemuk.

Peran Klausa dalam Kalimat

Sebagai sebuah jumlah, klausa dapat menempati salah satu peran struktur dalam kalimat,
misalnya ia dapat menjadi subjek, predikat, objek, keterangan dan lain-lain seperti sifat (na’at),
keterangan cara, adverb of manner (hal), dan konjungsi (athaf).

Berikut ini beberapa gambaran tentang penggunaan klausa dalam bahasa Arab.
Pertama, Klausa sebagai Subjek (mubtada)
Dengan pola kalimat: Mubtada (klausa-jumlah) (s) + Khobar (p), contoh:

‫صوْم ُوْا خ َي ْر ل َك ُ ْم‬


ُ َ ‫و َأَ ْن ت‬

“kamu berpuasa (itu) lebih baik bagimu


“Kamu berpuasa” (wa an tashumu) adalah jumlah atau klausa yang terdiri dari fi’il dan fa’il, ia
menempati posisi sebagai subjek, dan kata lebih baik (khoir lakum) adalah predikat. Gabungan
dari klausa (s) dan predikat ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah)

Studi Naskah Bahasa Arab-STAI AL-FALAH Cicalengka Bandung


Yuyun Wahyudin, S.S., M.Pd.I

Kedua, Klausa sebagai Predikat (Khobar)


Dengan pola kalimat: Mubtada (s) + khobar (klausa-jumlah) (P), contoh:

‫ات‬
ِ َ ‫ن ال ْم ُ ْفط ِر‬
ِ َ‫ك ع‬
َ ‫س‬ َّ َ ‫ا‬
ِ ْ ُ‫لصوْم ُ أَ ْن تم‬

“puasa itu (adalah) kamu menahan diri dari yang membatalkan


“Berpuasa itu” (al-shaum) adalah kata yang berposisi sebagai subjek, sedangkan ungkapan
“kamu menahan diri…” (an tumsika ‘an al-mufthirat) adalah klausa yang terdiri dari fiil dan
fa’il menempati posisi sebagai predikat. Selanjutnya, gabungan dari kata (s) dan klausa predikat
(khobar jumlah) ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah)
Ketiga, Klausa sebagai Subjek(fa’il)
Dengan pola kalimat : Fi’il (p) + Fail (klausa-jumlah) (s), contoh:

َ‫صوْمُوْا رَمَضَان‬
ُ َ ‫يج ِبُ أَ ْن ت‬
َ

“wajib kamu berpuasa


“wajib” (yajib) adalah kata yang berposisi sebagai predikat berupa kata kerja (fi’il), sedangkan
ungkapan “kamu berpuasa…” (an tashuma..) adalah klausa yang terdiri dari fiil dan fa’il
menempati posisi sebagai subjek (fa’il). Selanjutnya, gabungan dari kata kerja (p) dan klausa
subjek (fa’il jumlah) ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah)

Keempat, Klausa sebagai objek (maf’ul bih)


Dengan pola kalimat: Fi’il (p)+ Fa’il (s) + Maf’ul (klausa-jumlah) (o), contoh:

‫صوْمُوْا‬
ُ َ ‫أَ ر َاد َ ال ْمُسْل ِمُوْنَ أَ ْن ي‬

“orang muslim itu ingin mereka berpuasa


“ingin” (aroda) adalah kata kerja (fi’il) yang berposisi sebagai predikat, dan orang muslim (al-
muslimun) adalah fail (subjeknya). Sedangkan ungkapan “mereka berpuasa…” (an tashumu..)
adalah klausa yang terdiri dari fiil dan fa’il yang menempati posisi sebagai objek. Selanjutnya,
gabungan dari kata kerja (p) dan subjek fa’il (s) serta klausa objek (maf’ul jumlah) ini
membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah)

Kelima, Klausa sebagai mudhaf ilah


Dengan pola kalimat :Fi’il (p) +Fail (s) +Maf’ul (o) + Dharaf (k) +Mudhaf ilaih (klausa-
jumlah), contoh:

‫ل أَ ْن يُص َُلوْا‬
َ ْ ‫أَ ر َاد َ ال ْمُسْل ِمُوْنَ العَشَاء َ قَب‬

“orang muslim itu ingin makan sebelum mereka sholat

Studi Naskah Bahasa Arab-STAI AL-FALAH Cicalengka Bandung


Yuyun Wahyudin, S.S., M.Pd.I

“ingin” (aroda) adalah kata kerja (fi’il) sebagai predikat; dan orang muslim (al-muslimun)
adalah kata sebagai fa’il (subjek); dan makan (al-‘asya`) adalah kata sebagai maf’ul bih (objek),
lalu sebelum (qabla) adalah keterangan waktu (dharaf), sedangkan ungkapan “mereka
sholat…” (an tushollu..) adalah klausa yang terdiri dari fiil dan fa’il yang menempati posisi
sebagai mudhaf ilaih. Selanjutnya, gabungan dari kata kerja (p) dan subjek fa’il (s) juga objek
(maf’ulbih) ditambah keterangan (dharaf) serta klausa mudhaf ilah (mudhaf ilaih jumlah)
semua ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah)

Keenam, Klausa sebagai sifat


Dengan pola kalimat: Fi’il (p) + Fa’il (s) + Maf’ul (o) + Klausa-jumlah (Sifat), contoh:

ُ ‫ر َأَ ي ْتُ ر َج ُلًا يَبْكِي وَلَدُه‬

“Aku melihat orang (yang) anaknya sedang menangis


“melihat” (ro`ai) adalah kata kerja (fi’il) sebagai predikat; dan aku (tu) adalah dhamir sebagai
fa’il (subjek); dan orang (rajul) adalah kata sebagai maf’ul bih (objek), lalu anaknya sedang
menangis (yabky waladuhu) adalah klausa yang terdiri dari fiil dan fa’il yang menempati posisi
sebagai sifat. Selanjutnya, gabungan dari kata kerja (p) dan subjek fa’il (s) juga objek
(maf’ulbih) serta klausa sifat (na’at jumlah) semua ini membentuk kalimat sempurna (al-
jumlah al-mufidah). Biasanya klausa sifat ini berada setelah isim nakirah, sehingga dikenal
َّ َ ‫(ا َ ْلجم ُْلُة ُ بَعْد‬
kaidah )‫النك ِرَة ِ نَعْت‬

Ketujuh, Klausa sebagai hal (adverb of manner)


Dengan pola kalimat ; Fi’il (p) + Fa’il (s) + Maf’ul (o) + Klausa-jumlah (hal, adverb of manner),
contoh:

ُ ‫ل يَبْكِي وَلَدُه‬
َ ُ ‫ر َأَ ي ْتُ الرَج‬

“Aku melihat orang itu (ketika, dalam keadaan) anaknya sedang menangis
“melihat” (ro`ai) adalah kata kerja (fi’il) sebagai predikat; dan aku (tu) adalah dhamir sebagai
fa’il (subjek); dan orang (al-rajul) adalah kata sebagai maf’ul bih (objek), lalu anaknya sedang
menangis (yabky waladuhu) adalah klausa yang terdiri dari fiil dan fa’il yang menempati posisi
sebagai hal (adverb of manner). Selanjutnya, gabungan dari kata kerja (p) dan subjek fa’il (s)
juga objek (maf’ulbih) serta klausa hal atau kata keterarangan cara/kondisi (hal jumlah) semua
ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah). Biasanya klausa sifat ini berada
setelah isim ma’rifat, sehingga dikenal kaidah )‫(ا َ ْلجم ُْلُة ُ بَعْد َ المَعْرِفَة ِ ح َال‬

Kedelapan, Klausa sebagai konjungsi (‘athaf jumlah ‘ala al-jumlah), contoh:


Dengan pola kalimat: (Klausa-Jumlah) + konjungtor/haraf athaf +(Klausa jumlah), contoh:

ِ ‫و َلْتَكُنْ مِنْك ُ ْم ُأ َّمة ي َ ْدع ُوْنَ إل َى ا ْلخيَ ْر ِ و َي َأم ُر ُ ْونَ ب ِال ْم َعْر ُ ْو‬
‫ف‬

Studi Naskah Bahasa Arab-STAI AL-FALAH Cicalengka Bandung


Yuyun Wahyudin, S.S., M.Pd.I

“hendaknya ada diantara kamu, satu golongan (yang) mereka mengajak pada kebaikan dan
mereka menyuruh pada yang ma’ruf
Yang jadi contoh dalam kalimat diatas adalah klausa“mereka mengajak pada kebaikan”
(yad’una ila al-khoir) yang terdiri dari (fi’il+fa’il + huruf jar) yang dikonjungsikan
(di’athafkan dengan huruf wawu) dengan klausa “mereka menyuruh kepada yang ma’ruf”
(ya`muruna bil-ma’rf) yang terdiri dari (fiil + fa’il+jar majrur) Selanjutnya, gabungan dari
kedua klausa ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah).

Tugas Pertemuan ke-13

Nama :……………………………….
Jurusan :………………………………

Carilah contoh klausa dalam bahasa Arab baik dari ayat al-Quran amupun
hadits Nabi yang berfungsi sebagai

1. Subjek (mubtada)
2. Subjek (fa’il)
3. Predikat (khobar)
4. Objek (maf’ul bih)
5. Mudhaf ilaih
6. Na’at atau sifat jumlah
7. Hal jumlah (keterangan cara, adverb of manner)
8. Athaf jumlah

Sebagaimana telah dijelaskan!

Studi Naskah Bahasa Arab-STAI AL-FALAH Cicalengka Bandung

Anda mungkin juga menyukai