Bahasa Arab
Bahasa Arab
Pertemuan ke-13
Muqoddimah
Dalam struktur bahasa Arab ada banyak konsep mengenai susunan kata-kata, seperti frase
(tarkib), kalimat sempurna (tarkib isnady) dan gabungan dari kalimat. Hal ini sangat penting
untuk dikaji, untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang makna yang disampaikan
dalam kalimat tersebut.
Pengertian klausa
Klausa adalah gabungan dari kata kata yang membentuk susunan predikatif, sehingga terdapat
unsur subjek dan predikat. Klausa bisa saja menjadi bagian dari kalimat yang lebih besar. Dalam
bahasa Arab klausa sama dengan konsep jumlah, sebagaimana telah dijelaskan pada pertemuan
sebelumnya. Contoh sederhana klausa
Sebagai sebuah jumlah, klausa dapat menempati salah satu peran struktur dalam kalimat,
misalnya ia dapat menjadi subjek, predikat, objek, keterangan dan lain-lain seperti sifat (na’at),
keterangan cara, adverb of manner (hal), dan konjungsi (athaf).
Berikut ini beberapa gambaran tentang penggunaan klausa dalam bahasa Arab.
Pertama, Klausa sebagai Subjek (mubtada)
Dengan pola kalimat: Mubtada (klausa-jumlah) (s) + Khobar (p), contoh:
ات
ِ َ ن ال ْم ُ ْفط ِر
ِ َك ع
َ س َّ َ ا
ِ ْ ُلصوْم ُ أَ ْن تم
َصوْمُوْا رَمَضَان
ُ َ يج ِبُ أَ ْن ت
َ
صوْمُوْا
ُ َ أَ ر َاد َ ال ْمُسْل ِمُوْنَ أَ ْن ي
ل أَ ْن يُص َُلوْا
َ ْ أَ ر َاد َ ال ْمُسْل ِمُوْنَ العَشَاء َ قَب
“ingin” (aroda) adalah kata kerja (fi’il) sebagai predikat; dan orang muslim (al-muslimun)
adalah kata sebagai fa’il (subjek); dan makan (al-‘asya`) adalah kata sebagai maf’ul bih (objek),
lalu sebelum (qabla) adalah keterangan waktu (dharaf), sedangkan ungkapan “mereka
sholat…” (an tushollu..) adalah klausa yang terdiri dari fiil dan fa’il yang menempati posisi
sebagai mudhaf ilaih. Selanjutnya, gabungan dari kata kerja (p) dan subjek fa’il (s) juga objek
(maf’ulbih) ditambah keterangan (dharaf) serta klausa mudhaf ilah (mudhaf ilaih jumlah)
semua ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah)
ُ ل يَبْكِي وَلَدُه
َ ُ ر َأَ ي ْتُ الرَج
“Aku melihat orang itu (ketika, dalam keadaan) anaknya sedang menangis
“melihat” (ro`ai) adalah kata kerja (fi’il) sebagai predikat; dan aku (tu) adalah dhamir sebagai
fa’il (subjek); dan orang (al-rajul) adalah kata sebagai maf’ul bih (objek), lalu anaknya sedang
menangis (yabky waladuhu) adalah klausa yang terdiri dari fiil dan fa’il yang menempati posisi
sebagai hal (adverb of manner). Selanjutnya, gabungan dari kata kerja (p) dan subjek fa’il (s)
juga objek (maf’ulbih) serta klausa hal atau kata keterarangan cara/kondisi (hal jumlah) semua
ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah). Biasanya klausa sifat ini berada
setelah isim ma’rifat, sehingga dikenal kaidah )(ا َ ْلجم ُْلُة ُ بَعْد َ المَعْرِفَة ِ ح َال
ِ و َلْتَكُنْ مِنْك ُ ْم ُأ َّمة ي َ ْدع ُوْنَ إل َى ا ْلخيَ ْر ِ و َي َأم ُر ُ ْونَ ب ِال ْم َعْر ُ ْو
ف
“hendaknya ada diantara kamu, satu golongan (yang) mereka mengajak pada kebaikan dan
mereka menyuruh pada yang ma’ruf
Yang jadi contoh dalam kalimat diatas adalah klausa“mereka mengajak pada kebaikan”
(yad’una ila al-khoir) yang terdiri dari (fi’il+fa’il + huruf jar) yang dikonjungsikan
(di’athafkan dengan huruf wawu) dengan klausa “mereka menyuruh kepada yang ma’ruf”
(ya`muruna bil-ma’rf) yang terdiri dari (fiil + fa’il+jar majrur) Selanjutnya, gabungan dari
kedua klausa ini membentuk kalimat sempurna (al-jumlah al-mufidah).
Nama :……………………………….
Jurusan :………………………………
Carilah contoh klausa dalam bahasa Arab baik dari ayat al-Quran amupun
hadits Nabi yang berfungsi sebagai
1. Subjek (mubtada)
2. Subjek (fa’il)
3. Predikat (khobar)
4. Objek (maf’ul bih)
5. Mudhaf ilaih
6. Na’at atau sifat jumlah
7. Hal jumlah (keterangan cara, adverb of manner)
8. Athaf jumlah