Jumlah Ismiyah
Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda). Jumlah ismiyah juga
dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah subyek
pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari mubtada' adalah harus berupa isim
ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk
melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’ adalah subyek,
sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).
Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya isim mudzakar
(laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’ berupa isim mufrod (kata
tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
Keterangan : Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna hitam adalah
khobar.
· Mubtada’
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah (kalimat). Sifat dari mubtada’
yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah isim (kata benda) yang menunjukkan makna khusus atau
sudah jelas kekhususannya. Adapun yang termasuk isim ma’rifat adalah sebagai berikut :
Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.
Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan
sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam bahasa Indonesia biasa
diartikan dengan “ini” dan “itu”.
Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia ataupun selain manusia.
Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.
ُ ِك َت = buku muhammad
ٍاب ُم َح َّمد
Kata ٌُ َقلَم adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma’rifat karena dirangkai dengan dengan isim ma’rifat
yaitu م َُح َّم ٍِد
6) Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai perantara kata yang disebutkan
sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa diartikan dengan “yang”.
· Khabar
Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan mubtada' serta
bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat).
a. Dibaca rofa’
c. Khobar berupa isim nakiroh.
Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum. Tanda isim nakiroh adalah
adanya tanwin.
macam-macam fi’il
Kalimat fi’il itu ada 3 macam, yaitu: fi’il madhi, fi’il mudhari’, dan fi’il amar.
1. Fi’il Madhi
Fi’il madhi adalah kata kerja yang menunjukkan arti suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu
lampau (past tense).
Harakat dhahir, contoh: قَا َل،َب َ َ ن، َر ِح َم، اَ َك َل، فَتَ َح،ب
َ َكت،ص َر َ ،فَ َع َل
َ ض َر
Harakat muqadarah, contoh: َأتَى، نَهَى، َدعَى،َر َمى
ُ اَ َك ْل،ت
b. Diakhir kata bisa dimasuki dhamir rafa’, contoh: ت ُ ْصر ُ فَ َع ْل
َ َ ن،ت
c. Diakhir kata bisa dimasukin ta’ ta’nits tsakinah (ta’ sukun yang bermakna perempuan), contoh:
ْ َج،ت
اَئت ْ َ قَال،ت
ْ َ َكتَب،ت
ْ فَتَ َح
2. Fi’il Mudhari’
Fi’il Mudhari’ adalah yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang sedang terjadi (present tense)
atau akan terjadi (future tense).
a. Selalu diawali salah satu huruf zaidah (tambahan) yang berjumlah 4, yaitu: ت، ي، ن،أ,
c. Dapat diawali oleh amil jazem (kata yang menyebabkan fi’il huruf akhirnya berharakat sukun),
amil jazem itu seperti, اَل، َألَ َّما، َألَ ْم، لَ َّما،لَ ْم،, dll.
3. Fi’il Amar
Fi’il Amar adalah kata kerja yang menunjukkan perintah (imperative) untuk melaksanakan
pekerjaan.
B. Jumlah Fi’liyah
Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata kerja).
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu masa atau
waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang). Fa’il (subjek) adalah isim yang terletak
setelah fi’il dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannas,
maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila berbentuk musanna (ganda) ataupun jamak (banyak),
maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [ pelaku ] atau Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ]
Maf’ul bih adalah isim yang dikenai pekerjaan (objek). Sebuah kalimat yang berpredikat kata kerja
transitif harus dilengkapi dengan objek atau maf’ul bih. Obyek tidak harus ada dalam jumlah fi’liyah,
karena ada fi’il yang menuntut obyek dan ada yang tidak menuntut obyek.
Contoh :
َ َجل = Ali
س َعل ٌِّي َ telah duduk ٌجا َءتْ ِإ ْم َرَأة = seorang
َ perempuan telah datang
ش ُة
َ َقالَتْ َعاِئ = Aisyah telah berkata س ُ = َي ْك ُت dia sedang menulis pelajaran
َ ب الدَّ ْر
س ْ ب ال َّتالَ ِم ْي ُذ
َ الدَّر ُ َي ْك ُت = murid-murid menulis pelajaran
2. Kaidah Fi’il dan Fa’il dalam Jumlah Fi’liyah
Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul yang disebut sebagai fi’il
muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkan yang disebut sebagai fi’il laazim karena maf’ul
bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya
dinamakan sebagai fi’il majhul. Berikut adalah beberapa ketentuan mengenai fi’il dan fa’il :
1.
س التَّالَِمْي َذ
ُ س يُ َد ِّر
ُ اَلْ ُم َد ِّر س التَّالَِمْي َذ
ُ س الْ ُم َد ِّر
ُ يُ َد ِّر
Seorang guru mengajar murid-murid