● Peserta didik dapat mengetahui teknologi dan metode yang digunakan dalam
pengobatan regeneratif, seperti penggunaan sel punca, faktor pertumbuhan, dan
biomaterial.
● Peserta didik dapat terlibat dalam penelitian yang akan mempercepat pengembangan
teknologi dan metode baru yang lebih efektif dan aman dalam pengobatan
kedokteran regeneratif.
1.6 Kompetensi (diisi tingkat kompetensi yang diharapkan untuk setiap sub pokok bahasan)
Pencapaian Tingkat Kompetensi (Level of Achievement)
A1. Dapat mengetahui dan mengingat materi pengobatan regeneratif dalam bidang
orthopaedi.
A2. Dapat memahami dan mengerti materi pengobatan regeneratif dalam orthopaedi.
A3. Dapat menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan merumuskan penggunaan
pengobatan regeneratif dibidang orthopaedi dan traumatologi
B1. Mampu mendiagnosis dan merujuk kondisi-kondisi dibidang orthopaedi dan
traumatologi yang dapat menggunakan pengobatan regeneratif
B2. Mampu mendiagnosis dan memberi terapi sementara dan merujuk kasus kasus di
bidang orthopaedi dan traumatologi yang dapat diterapi menggunakan pengobatan
regeneratif.
B3. Mampu mendiagnosis dan memberi terapi paripurna pada kasus kasus orthopaedi dan
traumatologi dengan pendekatan kedokteran regeneratif
B4. Mampu mendiagnosis, terapi dan rawat bersama kasus kasus orthopaedi dan
traumatologi menggunakan pendekatan kedokteran regeneratif
Kemampuan untuk tindakan / Prosedur
C1. Melihat
C2. Mengerjakan untuk kasus sederhana
C3. Mengerjakan dan mengajarkan kasus sulit
2. Pembelajaran
2.1 Proses pembelajaran dilaksanakan melalui metode:
1. Pelatihan
2. Belajar mandiri
3. Kuliah staf pengajar PS OTPS dan pengajar dari luar yang berkompeten
4. Grup diskusi
5. Visite, bed side teaching
6. Kasus morbiditas dan mortalitas
7. Continuing Professional Development
8. Presentasi kasus
9. Presentasi jurnal
10. Pembuatan Referat
11. Bimbingan operasi dan asistensi
2.2 Sumber Belajar dan sarana
1. "Regenerative Medicine for the Musculoskeletal System" by Rocky S. Tuan and
Cato T. Laurencin
2. "Regenerative Treatments in Sports and Orthopedic Medicine" by Joanne
Halbrecht and Mary Ambach
3. "Orthopaedic Regenerative Medicine" edited by William L. Jaffe and Johnny
Huard
4. "Stem Cells and Regenerative Medicine in Orthopedics and Traumatology" edited
by Philippe Hernigou and James Hui
5. "Regenerative Medicine and Tissue Engineering in Orthopaedic Surgery" edited by
William L. Murphy and Daniel J. Kelly
6. "Principles of Regenerative Medicine" edited by Anthony Atala and Robert Lanza
(not specific to orthopaedics, but covers many aspects of regenerative medicine)
7. "Regenerative Medicine Applications in Organ Transplantation" edited by
Giuseppe Orlando and Thomas E. Starzl (focuses on organ transplantation, but has
a section on musculoskeletal regenerative medicine)
8. "Tissue Engineering and Regenerative Medicine in Orthopaedic and Sports
Medicine" edited by Frederick M. Azar, James H. Nunley, and Michael M. Econs
9. "Musculoskeletal Regeneration" edited by George Muschler and Michael J.
Yaszemski
10. "Orthobiologics in Sports Medicine" edited by Joshua D. Harris and Brian J. Cole
(includes a section on regenerative medicine)
2.3 Uraian materi Topik Modul
Kedokteran regeneratif adalah bidang medis yang mengembangkan teknologi dan metode yang
memanfaatkan kemampuan tubuh manusia untuk meregenerasi jaringan dan organ yang rusak atau
hilang. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sel-sel, jaringan, atau organ yang dapat tumbuh
kembali atau dihasilkan kembali oleh tubuh manusia.
Contoh dari kedokteran regeneratif adalah penggunaan sel punca, terapi gen, terapi sel imun, dan
penggunaan biomaterial. Bidang kedokteran regeneratif diharapkan dapat membantu mengatasi
berbagai jenis penyakit dan cedera yang saat ini sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan.
Pengobatan regeneratif Orthopaedi bertujuan untuk merangsang proses alami tubuh dalam
memperbaiki jaringan yang rusak atau hilang melalui penggunaan sel punca, faktor pertumbuhan,
atau biomaterial. Pengobatan regeneratif Orthopaedi umumnya digunakan untuk mengobati cedera
olahraga, osteoartritis, tendonitis, dan kerusakan tulang rawan.
Beberapa teknik pengobatan regeneratif dibidang Orthopaedi yang populer antara lain:
1. Terapi sel punca: Metode ini melibatkan penggunaan sel punca untuk memperbaiki
kerusakan pada jaringan seperti tulang rawan, tendon, dan ligamen. Sel punca ini diambil
dari darah, sumsum tulang belakang, atau jaringan lemak pasien dan kemudian disuntikkan
ke area yang rusak.
2. Terapi faktor pertumbuhan: Terapi ini melibatkan penggunaan protein yang disebut faktor
pertumbuhan untuk merangsang pertumbuhan dan regenerasi sel. Protein ini dapat diambil
dari darah pasien atau diproduksi secara sintetis.
4. Terapi Platelet-Rich Plasma (PRP) Terapi PRP melibatkan pengambilan darah pasien dan
pemisahan platelet dari komponen darah lainnya. Platelet kemudian disuntikkan ke daerah
yang rusak untuk merangsang penyembuhan jaringan. Platelet mengandung faktor
pertumbuhan yang dapat membantu dalam proses penyembuhan.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran tentang kedokteran regeneratif adalah untuk memperluas pemahaman
tentang potensi terapi regeneratif untuk mengobati penyakit dan cedera pada tubuh manusia. Selain
itu, tujuan lainnya adalah untuk mengetahui teknologi dan metode yang digunakan dalam
pengobatan regeneratif, seperti penggunaan sel punca, faktor pertumbuhan, dan biomaterial.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kedokteran regeneratif, kita dapat memperbaiki
pengobatan pada kondisi medis tertentu dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain itu,
dengan pengetahuan tentang pengobatan regeneratif, mungkin kita dapat mempercepat
pengembangan teknologi dan metode baru yang lebih efektif dan aman dalam pengobatan penyakit
dan cedera.
Manfaat Pembelajaran
Pembelajaran tentang kedokteran regeneratif memiliki manfaat yang sangat penting. Beberapa
manfaat pembelajaran ini secara umum antara lain:
1. Memperluas pemahaman tentang potensi terapi regeneratif: Pembelajaran tentang
kedokteran regeneratif dapat membantu memperluas pemahaman kita tentang teknologi
dan metode yang digunakan dalam pengobatan regeneratif, seperti penggunaan sel punca,
faktor pertumbuhan, dan biomaterial. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang potensi
terapi regeneratif, kita dapat memperbaiki pengobatan pada kondisi medis tertentu dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dengan demikian, pembelajaran tentang kedokteran regeneratif memiliki manfaat yang sangat
penting dalam mengembangkan pengobatan yang lebih efektif dan aman untuk mengatasi berbagai
penyakit dan cedera pada tubuh manusia.
Manfaat pembelajaran tentang kedokteran regeneratif dalam bidang Orthopaedi khususnya adalah
sebagai berikut:
1. Memperluas pemahaman tentang pengobatan regeneratif untuk kondisi ortopedi, seperti
kerusakan tulang rawan, tendon, dan ligamen.
5. Mendorong penelitian lebih lanjut dalam bidang pengobatan regeneratif ortopedi dan
pengembangan teknologi dan metode baru yang lebih efektif dan aman.
3. Biomaterial. Bahan sintetis atau alami yang digunakan untuk menggantikan atau
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Biomaterial dapat digunakan untuk menggantikan
tulang, ligamen, atau tendon yang rusak. Contoh biomaterial yang sering digunakan adalah
kolagen atau hydrogel.
4. Platelet Rich Plasma (PRP). Teknik yang terdiri dari pengambilan darah pasien, diolah
untuk memisahkan platelet darah, dan kemudian injeksi kembali ke area yang terkena
untuk merangsang pertumbuhan sel dan mempercepat penyembuhan.
5. Aplikasi dalam teknik pembedahan seperti: autologous chondrocyte implantation (ACI),
microfracture, dan allograft transplantation.
6. Pengaplikasian pengobatan regeneratif dalam tri dharma perguruan tinggi yang meliputi
Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Keterbatasan
Sebagaimana teknologi kesehatan lainnya, pengobatan regeneratif orthopaedi juga memiliki
keterbatasan dan tantangan yang perlu diperhatikan, di antaranya:
1. Biaya: Pengobatan regeneratif orthopaedi masih dianggap sebagai teknologi baru dan
mahal, sehingga biaya pengobatan menjadi salah satu kendala yang dapat menghambat
akses pasien.
2. Keamanan: Meskipun pengobatan regeneratif orthopaedi dianggap aman, masih perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terkait keselamatan jangka panjang dan efek samping
yang mungkin terjadi.
3. Kualitas sel punca: Kualitas sel punca yang digunakan dalam pengobatan regeneratif
orthopaedi dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan. Oleh karena itu, diperlukan
pengawasan ketat untuk memastikan kualitas sel punca yang digunakan.
4. Kurangnya bukti ilmiah: Pengobatan regeneratif orthopaedi masih dalam tahap
pengembangan dan masih diperlukan penelitian yang lebih luas untuk membuktikan
efektivitasnya secara ilmiah.
PENGOBATAN SEL PUNCA
Terapi sel punca adalah suatu metode pengobatan yang menggunakan sel punca untuk
memperbaiki atau mengganti jaringan atau organ yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik
dalam tubuh. Sel punca adalah sel-sel yang memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri dan
dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh. Terapi sel punca dapat digunakan
untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, diabetes, multiple sclerosis, dan
beberapa jenis kanker.
Proses terapi sel punca melibatkan pengambilan sel punca dari sumber yang sesuai, seperti darah
tali pusat, sumsum tulang belakang, atau jaringan lemak. Setelah itu, sel punca akan dimurnikan
dan ditanamkan kembali ke dalam tubuh pasien, di mana mereka akan bekerja untuk memperbaiki
atau mengganti jaringan atau organ yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik. Terapi sel punca
masih dalam tahap pengembangan dan pengujian klinis yang intensif. Dari penelitian yang ada
menunjukkan bahwa terapi sel punca memiliki potensi besar untuk menjadi pengobatan yang
efektif untuk banyak penyakit yang sulit diobati dengan metode konvensional.
Terapi sel punca didasarkan pada konsep bahwa sel punca memiliki kemampuan untuk
memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh. Selain itu, terapi
sel punca juga didasarkan pada penemuan bahwa sel punca memiliki kemampuan untuk
menghasilkan protein dan faktor pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan dan
regenerasi sel-sel dalam tubuh. Ini dapat membantu mempercepat proses penyembuhan dan
pemulihan dalam tubuh. Studi dalam bidang microbiologi sel punca mengeksplorasi berbagai
aspek sel punca, seperti sifat-sifat biologis dan molekuler, interaksi dengan lingkungan, dan
potensi penggunaan dalam terapi regeneratif.
Sifat dan fungsi sel punca dalam fisiologi tubuh manusia:
1. Kemampuan memperbanyak diri: Salah satu karakteristik utama dari sel punca adalah
kemampuannya untuk memperbanyak diri secara tanpa batas. Sel punca dapat memperbanyak
diri dengan cara mitosis, di mana sel induk membelah menjadi dua sel anak identik.
2. Kemampuan berdiferensiasi: Sel punca juga memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi
menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh, termasuk sel darah, sel saraf, sel otot, dan sel epitel,
dan jenis sel lainnya. Proses ini dikenal sebagai diferensiasi sel.
3. Regulasi genetik: Sel punca memiliki kemampuan untuk merespons sinyal-sinyal yang berasal
dari lingkungan dan regulasi genetik untuk mengatur aktivitas gen yang terkait dengan
perubahan dalam jenis sel.
4. Memperbaiki dan meregenerasi jaringan: Sel punca dapat membantu memperbaiki dan
meregenerasi jaringan dalam tubuh yang rusak atau hilang karena cedera atau penyakit.
5. Sistem kekebalan tubuh: Sel punca juga dapat berperan dalam sistem kekebalan tubuh dengan
menghasilkan sel-sel darah putih, yang membantu melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh.
Faktor pertumbuhan seperti FGF (faktor pertumbuhan serat fibroblas), EGF (faktor
pertumbuhan epidermal), PDGF (faktor pertumbuhan trombosit), dan TGF-β (transforming
growth factor-beta) dapat mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel punca.
Faktor Pertumbuhan Serat Fibroblas (FGF) merangsang proliferasi sel punca, mempromosikan
pembelahan sel dan diferensiasi. FGF juga dapat meningkatkan kemampuan sel punca untuk
bertahan hidup dan memperbaiki kerusakan jaringan.
Faktor Pertumbuhan Epidermal (EGF) membantu mempertahankan sel punca dalam status sel
punca dan mendorong diferensiasi sel punca menjadi jenis sel yang berbeda.
Faktor Pertumbuhan Trombosit (PDGF) merangsang proliferasi sel punca, dan memainkan
peran penting dalam pengembangan jaringan baru.
Transforming Growth Factor-Beta (TGF-β) memiliki peran ganda dalam regulasi sel punca,
yaitu sebagai faktor pertumbuhan dan sebagai regulator diferensiasi. TGF-β dapat
mempromosikan diferensiasi sel punca menjadi beberapa jenis sel, seperti sel otot dan sel
tulang rawan.
Pemberian dosis yang tepat dari faktor pertumbuhan sangat penting dalam mengatur proliferasi
dan diferensiasi sel punca. Jika dosis faktor pertumbuhan terlalu rendah, maka dapat
menghambat proliferasi sel punca atau menyebabkan diferensiasi sel punca menjadi terhambat.
Sebaliknya, jika dosis terlalu tinggi, maka dapat memicu proliferasi berlebihan yang mengarah
pada pembentukan tumor atau sel punca kehilangan kemampuan diferensiasinya. Oleh karena
itu, penting untuk mengoptimalisasi dosis faktor pertumbuhan yang diberikan agar sel punca
tetap dalam status sel punca dan berkembang menjadi jenis sel yang diinginkan.
Sel punca biasanya merespons lebih baik terhadap kombinasi faktor pertumbuhan daripada
faktor pertumbuhan tunggal. Hal ini karena berbagai faktor pertumbuhan dapat saling
mempengaruhi dan memodulasi respons sel punca, serta memperbaiki keterbatasan faktor
pertumbuhan tunggal dalam mengatur proliferasi dan diferensiasi sel punca. Dalam
penggunaan kombinasi faktor pertumbuhan, perlu diperhatikan faktor pertumbuhan yang
dipilih harus bekerja secara sinergis dan menghasilkan respons sel yang diinginkan. Selain itu,
penggunaan kombinasi faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi pengembangan sel ke arah
jenis sel tertentu, sehingga dapat mempercepat atau menghambat diferensiasi sel punca.
Sumber faktor pertumbuhan juga dapat mempengaruhi dosis dan kombinasi faktor
pertumbuhan yang digunakan. Faktor pertumbuhan dapat dihasilkan oleh sel target yang
diinginkan atau oleh sel lain, seperti sel fibroblas. Selain itu, faktor pertumbuhan juga dapat
dihasilkan secara rekombinan dalam bioreaktor atau diisolasi dari sumber alami seperti serum.
Sumber faktor pertumbuhan yang digunakan juga dapat mempengaruhi efektivitas dan
keamanan penggunaannya.
2. Transkripsi Faktor: Beberapa faktor transkripsi seperti OCT4, SOX2, dan NANOG sangat
penting untuk mempertahankan status sel punca. Ketika ekspresi faktor transkripsi ini
berkurang, sel punca dapat mengalami diferensiasi menjadi jenis sel lain.
3. Molekul Sinyal Sel-Sel: Molekul sinyal antar sel seperti Notch, Wnt, dan Hedgehog dapat
mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel punca. Misalnya, aktivasi jalur Notch dapat
mempertahankan status sel punca, sedangkan aktivasi jalur Wnt dapat mempromosikan
diferensiasi sel punca menjadi jenis sel tertentu.
4. Epigenetika: Modifikasi epigenetik seperti metilasi DNA dan modifikasi kromatin dapat
mempengaruhi regulasi gen dalam sel punca. Misalnya, penurunan tingkat metilasi DNA
pada promotor gen tertentu dapat memungkinkan ekspresi gen dan mengarah pada
diferensiasi sel punca.
2. Mekanisme regulasi ekspresi gen yang terlibat dalam diferensiasi sel punca menjadi jenis sel
yang spesifik.
Proses diferensiasi sel punca menjadi jenis sel yang spesifik melibatkan regulasi ekspresi gen yang
rumit dan terkoordinasi. Mekanisme regulasi ekspresi gen ini dikendalikan oleh berbagai faktor,
termasuk faktor eksternal seperti faktor pertumbuhan dan faktor internal seperti faktor transkripsi
dan epigenetika. Berikut adalah beberapa mekanisme regulasi ekspresi gen yang terlibat dalam
diferensiasi sel punca menjadi jenis sel yang spesifik:
1. Faktor transkripsi: Faktor transkripsi adalah protein yang mengikat DNA pada wilayah
promotor gen dan mempengaruhi transkripsi gen. Selama diferensiasi sel punca, faktor
transkripsi berubah dan diatur secara khusus untuk mengaktifkan atau menonaktifkan gen
yang terlibat dalam jalur diferensiasi yang spesifik. Misalnya, faktor transkripsi MyoD
diaktifkan selama diferensiasi sel punca menjadi sel otot dan mempromosikan ekspresi gen
spesifik otot.
2. Modifikasi histon: Modifikasi histon adalah perubahan pada protein histon yang
membentuk inti kromatin dan dapat mempengaruhi aksesibilitas DNA oleh faktor
transkripsi. Beberapa modifikasi histon, seperti metilasi dan asetilasi, diketahui
mempengaruhi transkripsi gen. Misalnya, asetilasi histon dapat mempromosikan
transkripsi gen dengan membuka akses ke DNA untuk faktor transkripsi.
3. Metilasi DNA: Metilasi DNA adalah modifikasi kimia pada DNA yang dapat
mempengaruhi ekspresi gen dengan cara memblokir akses faktor transkripsi ke DNA.
Selama diferensiasi sel punca, pola metilasi DNA berubah secara spesifik dan mengarah
ke penurunan ekspresi gen sel punca dan peningkatan ekspresi gen yang terkait dengan
jalur diferensiasi spesifik.
4. Sinyal eksternal: Faktor pertumbuhan dan sinyal eksternal lainnya dapat mempengaruhi
jalur diferensiasi sel punca dengan memicu perubahan dalam faktor transkripsi dan
modifikasi epigenetik. Misalnya, sinyal Wnt mengaktifkan faktor transkripsi β-catenin dan
dapat mempromosikan diferensiasi sel punca menjadi sel usus.
5. Interaksi sel-sel: Selama diferensiasi sel punca, sel-sel dapat berinteraksi dan
mempengaruhi jalur diferensiasi. Misalnya, sel-sel endotelial dapat mempengaruhi
diferensiasi sel punca ke arah sel darah, dan sel-sel epitelial dapat mempengaruhi
diferensiasi sel punca ke arah sel epitel.
Regulasi ekspresi gen yang terkoordinasi ini penting untuk menjaga keseimbangan antara
proliferasi dan diferensiasi sel punca, serta untuk memastikan pembentukan jenis sel yang spesifik
untuk menjalankan fungsi tubuh yang tepat.
3. Jalur sinyal yang mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel punca
Jalur sinyal yang mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel punca sangat kompleks dan
melibatkan banyak protein dan molekul sinyal yang berbeda. Beberapa jalur sinyal yang penting
dalam proliferasi dan diferensiasi sel punca adalah sebagai berikut:
1. Jalur Wnt: Jalur Wnt adalah salah satu jalur sinyal yang terlibat dalam proliferasi dan
diferensiasi sel punca. Sinyal Wnt diaktifkan ketika protein Wnt berinteraksi dengan
reseptor frizzled pada permukaan sel. Aktivasi jalur Wnt dapat mempengaruhi jalur β-
catenin dan memicu proliferasi dan diferensiasi sel punca menjadi sel dewasa.
2. Jalur Notch: Jalur Notch adalah jalur sinyal yang penting dalam regulasi diferensiasi sel
punca. Sinyal Notch diaktifkan ketika protein ligand Notch berinteraksi dengan reseptor
Notch pada permukaan sel. Aktivasi jalur Notch dapat mempengaruhi jalur Hes/Hey dan
memicu diferensiasi sel punca menjadi sel yang lebih dewasa.
3. Jalur Hedgehog: Jalur Hedgehog adalah jalur sinyal yang terlibat dalam proliferasi dan
diferensiasi sel punca. Sinyal Hedgehog diaktifkan ketika protein ligand Hedgehog
berinteraksi dengan reseptor Patched pada permukaan sel. Aktivasi jalur Hedgehog dapat
mempengaruhi ekspresi gen spesifik dan memicu diferensiasi sel punca menjadi sel yang
lebih dewasa.
4. Jalur BMP: Jalur BMP adalah jalur sinyal yang penting dalam diferensiasi sel punca
menjadi sel tulang. Sinyal BMP diaktifkan ketika protein BMP berinteraksi dengan
reseptor BMP pada permukaan sel. Aktivasi jalur BMP dapat mempengaruhi ekspresi gen
spesifik dan memicu diferensiasi sel punca menjadi sel tulang.
5. Jalur JAK-STAT: Jalur JAK-STAT adalah jalur sinyal yang terlibat dalam regulasi
proliferasi dan diferensiasi sel punca. Sinyal JAK-STAT diaktifkan ketika protein ligand
berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel. Aktivasi jalur JAK-STAT dapat
mempengaruhi ekspresi gen spesifik dan memicu proliferasi dan diferensiasi sel punca
menjadi sel yang lebih dewasa.
6. Jalur PI3K-AKT: Jalur PI3K-AKT adalah jalur sinyal yang terlibat dalam proliferasi dan
diferensiasi sel punca. Sinyal PI3K-AKT diaktifkan ketika protein ligand berinteraksi
dengan reseptor pada permukaan sel. Aktivasi jalur PI3K-AKT dapat mempengaruhi
ekspresi gen spesifik dan memicu proliferasi dan diferensiasi sel punca menjadi sel yang
lebih dewasa.
Regulasi kompleks ini penting untuk menjaga keseimbangan antara proliferasi dan diferensiasi sel
punca, serta untuk memastikan pembentukan jenis sel yang spesifik untuk menjalankan fungsi
tubuh yang tepat.
4. Teknologi genetika untuk menghasilkan sel punca yang telah dimodifikasi untuk tujuan
pengobatan.
Teknologi genetika digunakan untuk menghasilkan sel punca yang dimodifikasi untuk tujuan
pengobatan. Beberapa teknologi genetika yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Transfeksi: Transfeksi adalah metode pengiriman material genetik ke dalam sel punca
melalui metode kimia atau elektroporasi. Metode ini digunakan untuk mengirimkan gen
tertentu ke sel punca dan mengubah fungsinya. Teknik ini dapat digunakan untuk
mengubah proliferasi, diferensiasi, dan fungsi sel punca.
2. CRISPR/Cas9: CRISPR/Cas9 adalah teknologi pengeditan gen yang memungkinkan
penambahan, penghapusan, atau penggantian sekuens DNA yang spesifik dalam genom
sel. Teknologi ini digunakan untuk memodifikasi sel punca dan mengubah sifatnya.
Dengan menggunakan teknologi CRISPR/Cas9, sel punca dapat dimodifikasi untuk
meningkatkan kemampuannya dalam pengobatan penyakit tertentu.
3. Terapi gen: Terapi gen adalah teknologi yang digunakan untuk menyuntikkan material
genetik ke dalam sel untuk memperbaiki atau menggantikan gen yang cacat. Terapi gen
dapat digunakan untuk mengubah sel punca dan memperbaiki fungsinya. Teknologi ini
dapat digunakan untuk mengobati penyakit genetik seperti anemia sel sabit dan distrofi
otot.
4. Kloning terapeutik: Kloning terapeutik adalah teknologi yang digunakan untuk membuat
salinan identik dari sel punca. Teknologi ini dapat digunakan untuk menghasilkan sel punca
yang cocok secara genetik untuk pasien tertentu. Sel punca klonal ini dapat digunakan
untuk transplantasi dan terapi sel untuk mengobati penyakit tertentu.
Teknologi genetika merupakan area penelitian yang terus berkembang dan menyediakan cara-
cara baru untuk menghasilkan sel punca yang dimodifikasi untuk tujuan pengobatan.
Teknologi ini menawarkan potensi besar untuk mengobati penyakit-penyakit yang tidak dapat
diobati dengan cara konvensional.
5. Kloning terapeutik, di mana sel-sel punca digunakan untuk menghasilkan jaringan baru atau
organ yang sehat
Kloning terapeutik adalah proses menciptakan sel atau jaringan yang identik dengan sel atau
jaringan pasien tertentu. Tujuannya adalah untuk menghasilkan sel atau jaringan yang cocok secara
genetik dengan pasien tersebut, sehingga dapat digunakan untuk mengobati penyakit atau kondisi
medis tertentu. Proses kloning terapeutik dilakukan dengan mengambil inti sel somatik dari pasien,
memasukkannya ke dalam sel telur yang telah dikosongkan intinya, dan membiarkan sel telur
tersebut berkembang menjadi embrio.
Aplikasi utama kloning terapeutik adalah dalam pengobatan penyakit atau kondisi medis yang
disebabkan oleh kerusakan atau kegagalan fungsi organ atau jaringan tertentu, seperti penyakit
jantung, diabetes, dan Alzheimer. Dalam kasus penyakit jantung, misalnya, kloning terapeutik
dapat digunakan untuk membuat sel jantung yang cocok secara genetik dengan pasien dan
digunakan untuk memperbaiki kerusakan pada jantung. Selain itu, kloning terapeutik juga dapat
digunakan untuk menghasilkan sel punca pluripoten yang cocok secara genetik dengan pasien,
sehingga sel tersebut dapat digunakan untuk menggantikan sel-sel yang rusak atau mati pada
pasien.
Dalam bidang ortopedi dan traumatologi, kloning terapeutik dapat memiliki beberapa aplikasi
potensial. Salah satu aplikasi yang mungkin adalah penggunaan kloning terapeutik untuk
menghasilkan sel-sel tulang atau jaringan tulang yang cocok secara genetik dengan pasien. Sel-sel
tersebut kemudian dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan atau cedera pada tulang atau
jaringan tulang.
Selain itu, kloning terapeutik juga dapat digunakan untuk menghasilkan sel-sel tendon atau
ligamen yang cocok secara genetik dengan pasien. Sel-sel ini kemudian dapat digunakan untuk
memperbaiki kerusakan atau cedera pada tendon atau ligamen, yang sering kali sulit untuk diobati
dengan metode pengobatan konvensional.
3. Perawatan arthritis: Beberapa faktor pertumbuhan, seperti faktor pertumbuhan saraf (NGF)
dan faktor pertumbuhan epidermal (EGF), telah digunakan dalam terapi untuk mengurangi
rasa sakit dan peradangan pada pasien dengan osteoartritis dan arthritis reumatoid.
4. Memperbaiki kesehatan tulang: Faktor pertumbuhan osteogenik (OPG) juga telah
digunakan dalam terapi untuk meningkatkan kepadatan dan kesehatan tulang pada pasien
yang menderita osteoporosis atau tulang yang rapuh.
5. Terapi faktor pertumbuhan juga dapat digunakan dalam berbagai prosedur bedah ortopedi
seperti fusion tulang belakang (spinal fusion) dan penggantian sendi (joint replacement)
untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi komplikasi pascaoperasi. Terapi faktor
pertumbuhan juga telah diteliti sebagai alternatif untuk pengobatan konservatif pada
beberapa kondisi ortopedi, seperti karpal tunnel syndrome dan tendonitis.
2. Infus intravena: Faktor pertumbuhan juga dapat diberikan melalui infus intravena, yang
memungkinkan senyawa tersebut tersebar ke seluruh tubuh dan merangsang pertumbuhan
dan perbaikan sel di seluruh jaringan. Umumnya, dosis yang diberikan melalui infus IV
lebih tinggi daripada dosis yang diberikan melalui injeksi lokal karena faktor pertumbuhan
akan didistribusikan ke seluruh tubuh. Sebagai contoh, dosis untuk terapi faktor
pertumbuhan platelet (platelet-derived growth factor, PDGF) yang diberikan melalui infus
IV telah diteliti dalam pengobatan penyakit vaskular perifer dan kerusakan jaringan pada
luka kulit. Dalam beberapa penelitian, dosis PDGF yang diberikan melalui infus IV
berkisar antara 0,03 hingga 2,5 mikrogram per kilogram berat badan pasien per hari selama
beberapa hari atau minggu.
3. Implan lokal: Beberapa faktor pertumbuhan juga dapat diimplan langsung ke dalam
jaringan yang membutuhkan perbaikan atau penyembuhan, seperti tulang yang rusak atau
daerah yang mengalami kerusakan jaringan ikat. mplan lokal yang mengandung faktor
pertumbuhan adalah salah satu bentuk terapi regeneratif yang dapat digunakan untuk
mempercepat penyembuhan jaringan, termasuk pada kasus cedera atau gangguan
orthopaedi. Beberapa jenis implan lokal yang mengandung faktor pertumbuhan meliputi:
1. Implan kolagen: Kolagen adalah protein yang merupakan bahan dasar utama
jaringan ikat dan tulang rawan. Implan kolagen mengandung faktor pertumbuhan
seperti TGF-β dan BMP-2 yang dapat merangsang pertumbuhan sel dan
pembentukan tulang. Implan ini diresorbsi oleh tubuh setelah beberapa minggu dan
digantikan oleh jaringan baru yang terbentuk.
3. Implan fibrin: Fibrin adalah protein yang terbentuk selama proses pembekuan darah
dan dapat membantu membentuk jaringan baru. Implan fibrin mengandung faktor
pertumbuhan seperti PDGF dan TGF-β yang dapat merangsang pertumbuhan sel
dan pembentukan jaringan baru.
Cara kerja dari implan lokal yang mengandung faktor pertumbuhan adalah dengan
merangsang proliferasi dan diferensiasi sel-sel di sekitar cedera atau jaringan yang rusak.
Faktor pertumbuhan akan berikatan dengan reseptor pada sel-sel target, yang akan memicu
jalur sinyal internal sel untuk memicu proliferasi sel dan sintesis matriks ekstraseluler. Hal
ini pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan dan regenerasi jaringan.
Sebelum menerima terapi faktor pertumbuhan, pasien akan menjalani evaluasi medis dan
diagnostik untuk menentukan kecocokan terapi dan menentukan dosis yang sesuai. Beberapa
faktor umum yang dipertimbangkan dalam menentukan dosis terapi faktor pertumbuhan pada
pasien ortopedi:
1. Jenis faktor pertumbuhan: Setiap jenis faktor pertumbuhan memiliki profil dosis dan
keamanan yang unik, dan dosis optimal akan tergantung pada jenis faktor pertumbuhan
yang digunakan. Misalnya, faktor pertumbuhan transformasi beta (TGF-β) biasanya
diberikan dalam dosis yang lebih rendah daripada faktor pertumbuhan fibroblast (FGF)
karena dosis yang lebih tinggi dari TGF-β dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut
yang berlebihan.
2. Tingkat keparahan kondisi: Tingkat keparahan kondisi medis yang diobati juga akan
memengaruhi dosis terapi faktor pertumbuhan. Pasien dengan kondisi yang lebih parah
atau kronis mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi untuk mencapai hasil yang
optimal.
3. Berat dan umur pasien: Dosis faktor pertumbuhan pada pasien juga dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor individu seperti berat badan dan usia pasien.
4. Cara pemberian terapi: Cara pemberian terapi faktor pertumbuhan (injeksi, infus, atau
implantasi) juga dapat mempengaruhi dosis yang digunakan.
Beberapa pengaplikasian terapi hormon pertumbuhan dalam bidang orthopaedi dan traumatologi
antara lain:
1. Peningkatan penggunaan terapi faktor pertumbuhan untuk penyembuhan fraktur: Terapi
faktor pertumbuhan telah digunakan untuk mempercepat penyembuhan fraktur. Beberapa
studi menunjukkan bahwa penggunaan BMP-2 dan BMP-7 dapat meningkatkan
kesembuhan tulang pada pasien yang mengalami fraktur tertentu, seperti fraktur tulang
belakang dan tulang rusuk.
2. Terapi faktor pertumbuhan pada penyakit degeneratif tulang: Terapi faktor pertumbuhan
digunakan pada penyakit degeneratif tulang seperti osteoporosis dan osteogenesis
imperfecta. Faktor pertumbuhan seperti BMP-2 dan BMP-7 dapat meningkatkan
pembentukan tulang dan memperkuat tulang yang rapuh.
4. Kombinasi terapi faktor pertumbuhan dengan terapi sel: Kombinasi terapi faktor
pertumbuhan dengan terapi sel telah menjadi topik penelitian yang menarik dalam ilmu
orthopaedi. Terapi ini dapat meningkatkan efektivitas terapi dan mempercepat
penyembuhan jaringan.
5. Penggunaan terapi faktor pertumbuhan pada cedera ligamen: Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa terapi faktor pertumbuhan dapat membantu mempercepat
penyembuhan cedera ligamen. Faktor pertumbuhan seperti PDGF dapat meningkatkan
angiogenesis dan proliferasi sel, serta merangsang produksi matriks ekstraseluler.
BIOMATERIAL
penggunaan biomaterial merupakan suatu metode pengobatan yang memanfaatkan bahan-bahan
alami, seperti kolagen, fibrin, atau hyaluronan, untuk memperbaiki kerusakan jaringan pada tubuh.
Bahan-bahan ini diimplan pada area yang rusak untuk merangsang pertumbuhan sel dan
mempercepat proses penyembuhan.
Biomaterial adalah bahan yang digunakan untuk berinteraksi dengan jaringan hidup, dan dapat
digunakan sebagai bahan pengganti atau memperbaiki fungsi jaringan yang rusak atau hilang.
Dalam terapi penggunaan biomaterial, bahan-bahan ini dapat diimplan secara langsung ke dalam
jaringan yang rusak, atau dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat struktur yang lebih
kompleks, seperti scaffolds atau jaringan buatan.
Beberapa manfaat dari terapi penggunaan biomaterial meliputi:
1. Mempercepat proses penyembuhan: Biomaterial dapat merangsang pertumbuhan sel dan
mempercepat proses penyembuhan jaringan yang rusak atau hilang.
2. Mengurangi risiko penolakan: Bahan-bahan biomaterial yang digunakan dalam terapi ini
biasanya berasal dari sumber alami, sehingga dapat mengurangi risiko penolakan oleh
tubuh.
Ada beberapa jenis biomaterial yang dapat digunakan dalam terapi penggunaan biomaterial.
Beberapa contoh biomaterial yang umum digunakan meliputi:
1. Kolagen: Kolagen adalah protein alami yang terdapat dalam kulit, tulang, tendon, dan
jaringan ikat lainnya. Kolagen digunakan dalam terapi penggunaan biomaterial karena
kemampuannya untuk mempercepat penyembuhan jaringan, dan juga karena tidak
menyebabkan reaksi alergi.
2. Fibrin: Fibrin adalah protein yang terbentuk selama proses pembekuan darah. Fibrin
digunakan sebagai biomaterial karena kemampuannya untuk membentuk jaringan baru dan
mempercepat proses penyembuhan.
5. Polimer sintetis: Polimer sintetis adalah bahan buatan manusia yang sering digunakan
dalam terapi penggunaan biomaterial karena kemampuannya untuk membentuk struktur
yang kuat dan fleksibel.
6. Scaffolds: Scaffolds adalah struktur buatan yang digunakan untuk menopang sel-sel dalam
proses regenerasi jaringan. Scaffolds dapat terbuat dari berbagai jenis biomaterial, seperti
kolagen, fibrin, atau polimer sintetis.
7. Jaringan buatan: Jaringan buatan adalah struktur buatan yang dirancang untuk meniru
struktur jaringan alami. Jaringan buatan dapat digunakan untuk menggantikan jaringan
yang rusak atau hilang, seperti kulit atau tulang.
Jenis biomaterial yang digunakan dalam terapi penggunaan biomaterial dipilih berdasarkan jenis
jaringan yang rusak atau hilang, serta kondisi kesehatan pasien.
Cara penggunaan biomaterial dalam terapi penggunaan biomaterial bervariasi tergantung pada
jenis jaringan yang rusak atau hilang, dan tujuan dari terapi tersebut. Namun, secara umum,
biomaterial dapat diaplikasikan secara langsung pada area yang rusak atau hilang, atau dapat
digunakan untuk membuat scaffolds atau jaringan buatan yang kemudian diimplan pada area yang
memerlukan perbaikan.
Berikut ini beberapa cara penggunaan biomaterial dalam terapi penggunaan biomaterial:
1. Injeksi: Biomaterial dapat diinjeksikan langsung ke dalam jaringan yang rusak atau hilang
menggunakan jarum atau kateter.
2. Aplikasi topikal: Biomaterial dapat dioleskan secara topikal pada permukaan jaringan yang
rusak atau hilang.
3. Pemasangan implant: Biomaterial dapat diimplan pada area yang rusak atau hilang melalui
pemasangan implant atau alat bantu seperti stent.
5. Penciptaan jaringan buatan: Biomaterial dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk
menciptakan jaringan buatan, yang kemudian dapat diimplan pada area yang memerlukan
perbaikan. Jaringan buatan dapat dibentuk dengan menggunakan teknologi seperti bioink
atau teknologi 3D printing.
Setelah biomaterial diterapkan, sel-sel tubuh mulai tumbuh di sekitarnya dan membentuk jaringan
baru yang sehat. Terapi penggunaan biomaterial biasanya memerlukan waktu pemulihan yang
berbeda-beda, tergantung pada jenis jaringan yang dirawat.
Terapi penggunaan biomaterial dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam penyakit dan
kondisi medis orthopaedi, termasuk
1. Cedera ligamen.
2. Cedera tendon.
3. Cedera tulang.
4. Osteoarthritis.
5. Osteoporosis.
2. Cedera otot
3. Cedera ligamen
Beberapa studi menunjukkan bahwa PRP membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan
fungsi pada pasien dengan cedera atau OA.
Prosedur
1. Ambil sejumlah kecil darah dari pasien, biasanya dari vena di lengan. Jumlah darah yang
diambil bervariasi tergantung pada keperluan medis dan seberapa banyak platelet yang
dibutuhkan untuk prosedur. Namun, sebagian besar prosedur PRP mengambil antara 10-
30 mililiter (mL) darah.
2. Setelah darah diambil, darah akan diproses menggunakan mesin centrifuge untuk
memisahkan komponen-komponen darah. Komponen darah utama terdiri dari sel darah
merah, sel darah putih, dan platelet. Dalam prosedur PRP, platelet yang diambil dari darah
pasien akan dikonsentrasikan menjadi konsentrasi yang lebih tinggi melalui proses
sentrifugasi. Hasilnya adalah platelet yang lebih kaya akan faktor pertumbuhan dan protein
penyembuhan.
3. Platelet kaya plasma (PRP) siap untuk diinjeksikan kembali ke area yang membutuhkan
perbaikan atau penyembuhan. Sebelum injeksi, area yang akan diinjeksikan akan
dibersihkan dan dibius menggunakan anestesi lokal. Setelah itu, PRP disuntikkan ke dalam
jaringan yang rusak atau cedera.
Setelah prosedur PRP, pasien biasanya dapat melanjutkan aktivitas normal mereka. Namun,
mereka mungkin diminta untuk menghindari olahraga atau aktivitas fisik yang berat selama
beberapa hari setelah prosedur. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin perlu menjalani lebih dari
satu sesi PRP untuk mencapai hasil yang diinginkan. Waktu pemulihan setelah prosedur PRP
bervariasi tergantung pada kondisi medis pasien dan area yang diinjeksi.
6. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk MCQ, esai dan oral sesuai
dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang
dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi
pretest terdiri atas:
a. Pengetahuan secara umum mengenai pengobatan regeneratif dibidang
Orthopaedi dan Traumatologi
b. Jenis jenis pengobatan regeneratif dan penerapannya dibidang Orthopaedi dan
Traumatologi meliputi terapi sel punca, faktor pertumbuhan, biomaterial, platelet
rich plasma
2. Selanjutnya dilakukan group discusion bersama dengan fasilitator untuk membahas
kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan
penuntun relajar, kesempatan yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan
proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, peserta didik diwajibkan untuk
mengaplikasikan langkah- langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam
bentuk role play dengan teman-temannya (peer assissted learning) atau kepada SP
(standardized patient). Pada saat tersebut, yang bersangkutan tidak diperkenankan
membawa penuntun belajar, penuntun belajar dipegang oleh teman-temannya untuk
melakukan evaluasi (peer assisted evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui
metoda bedside teaching di bawah pengawasan fasilitator, peserta didik
mengaplikasikan penuntun belajar kepada model anatomik dan setelah kompetensi
tercapai, peserta didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung
dan mengisi formular penilaian sebagai berikut:
▪ Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terlalu
lama atau kurang memberikan kenyamanan kepada pasien.
▪ Ujian instruksional operatif maupun non operatif pada pasien amputasi traumatik
V. DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI
No Daftar Cek penuntun belajar prosedur operasi Sudah Belum
dikerjakan dikerjakan
PERSIAPAN PRE OPERASI
1. Informed Consent
Diagnosis
Rencana tindakan
Alternatif tindakan
Risiko komplikasi
Risiko Anestesi
Rehabilitasi
2 Laboratorium
3 Pemeriksaan tambahan
Rontgen ekstrimitas
Penunjang lain sesuai kebutuhan:
- EKG
- Ronthgen thoraks
- Penunjang lain
ANASTESI
1. Narcose dengan general, regional ,local anesthesia
PERSIAPAN LOKAL DAERAH OPERASI
1. Penderita diatur dalam posisi……. Sesuai dengan
letak…..
2. Lakukan disinfeksi dan tindakan asepsis/antisepsis
pada daerah operasi
3. Lapangan pembedahan diperluas dengan linen
steril
TINDAKAN OPERASI
1. Insisi kulit sesuai dengan
indikasi operasi…………………
2. Selanjutnya irisan diperdalam menurut jenis
operasi tersebut diatas
3. Prosedur operasi sesuai kaedah bedah orhopaedi
PERAWATAN PASCA BEDAH
1. Observasi keadaan umum dan vital sign
2. Pengawasan terhadap ABC
3. Komplikasi dan penanganannya
4. Perawatan luka operasi
5. Observasi luka operasi
6. Program rehabilitasi
DAFTAR TILIK
NO Kegiatan /Langkah Klinik Kesempatan ke
1 2 3 4 5