Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alfa Syifa Mulyadi

NIM : 22231049
Mata Kuliah : Metodologi Pengajaran PAI
Tugas : Contoh Model Pembelajaran Inquiry Learning, PBL, Dan Mastery Learning

1. Contoh Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Learning di Tingkat SMP :

Penerapan pembelajaran inquiri bagi anak SMP, mengamati masalah dari polusi.

Identifikasi Masalah :

Polusi sangat mudah untuk dilihat pada kehidupan sehari-hari, semacam asap kendaraan,
sampah dan juga limbah cairan.
Perumusan Masalah :
Siswa akan diminta untuk meneliti mengenai salah satu jenis dari polusi.
Siswa dapat mencari informasi mengenai penyebab polusi, pencegahan, dampak polusi
terhadap bentuk kesehatan serta solusi polusi yang terdapat dilingkungan sekitar.
Hipotesis :
Polusi udara dapat disebabkan oleh asap kendaraan, penggunaan dari pengharum badan,
ataupun ruangan berlebihan, pembakaran.
Eksplorasi :
Siswa akan mengamati bagaimana bentuk perubahan udara pada sebelum, serta sesudah ada
aktivitas semacam kendaraan, pembakaran barang ataupun penggunaan parfum.
Mereka juga dapat melihat beberapa bentuk tayangan video serta gambar, yang sudah beredar
di internet.
Validasi Hipotesis :
Semua hasil penemuan mereka dalam bentuk kegiatan eksplorasi, akan menunjukkan hal yang
mirip dengan hasil hipotesis awal.
Kesimpulan :
Mereka akan menjelaskan bagaimana pengaruh terhadap antara temuan hasil eksplorasi
mereka, dengan polusi udara yang sedang terjadi.

1
2. Contoh Penerapan Model Pembelajaran PBL di Tingkat SD :

Sebagai contoh pada pembelajaran IPS di kelas V (lima) materi tentang Menghargai
Perjuangan Para Tokoh Kemerdekaan. Siswa dan siswi SDN 4 Tegorejo, Kecamatan Pegandon,
Kendal diminta memecahkan masalah rendahnya apresiasi dan rasa hormat atas hasil
perjuangan para tokoh kemerdekaan.

Siswa secara berkelompok menginventarisir penyebabkan permasalahan terjadi. Lalu,


mereka mencari sumber referensi yang dibutuhkan. Baik dari buku, media massa, maupun dari
internet. Setelah itu, mereka akan melakukan telaah bersama. Bagaimana cara menghormati,
mengapresiasi, serta menjaga hal-hal yang diwariskan para pejuang kemerdekaan. Inventarisir
terakhir yakni apa penyebab generasi sekarang tidak secara nyata mengapresiasi dan
menghormati perjuangan para tokoh kemerdekaan.

Hasil yang sudah ditemukan masing-masing kelompok dibawa di dalam pleno bersama.
Pada pleno, kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau bahkan memberi masukan
juga kritisi pada kelompok yang presentasi. Temuan para siswa seringkali belum tentu
mendapatkan hasil mendetail ataupun sesuai yang diharapkan. Namun esensi dari
pembelajaran dengan metode Problem Based Learning adalah bagaimana siswa memberikan
solusi versi mereka sendiri.

IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari, menelaah, dan mengkaji kehidupan
manusia dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Ditinjau dari
ruang lingkupnya, pembelajaran IPS di sekolah dasar berfokus pada pembelajaran tentang
gejala dan masalah kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan peserta didik.

3. Contoh Model Pembelajaran Mastery Learning di Tingkat Sekolah Dasar (SD) :


Penerapan model pembelajaran Mastery Learning dapat dipadukan dengan teknik
penilaian kinerja pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya di sekolah dasar.
Penilaian kinerja dapat digunakan dalam mengukur tingkat keterampilan siswa seperti
kegiatan membaca. Hal ini dikarenakan penilaian kinerja adalah penilaian tindakan atau tes
praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai
informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul
dalam diri peserta didik. Kunandar (2013:259), menyatakan beberapa kelebihan dari
penilaian kinerja yaitu : (1) Dapat menilai kompetensi yang berupa keterampilan (skill), (2)

2
Guru dapat mengenal lebih dalam lagi tentang karakteristik masing-masing peserta didik,
(3) Memotivasi peserta didik untuk aktif.
Pada dasarnya penilaian kinerja dapat membuat siswa termotivasi untuk aktif dalam
proses pembelajaran sehingga mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman Bahasa
Indonesia. Motivasi sebagai salah satu 3ontro kunci dalam kegiatan membaca dapat
diupayakan guru melalui penilaian kinerja dengan memberikan tugas kepada siswa untuk
mendemontrasikan kegiatan membaca melalui praktek nyata. Menurut Joice dan Weil
(dalam Wena, 2012) menyatakan bahwa strategi pembelajaran tuntas (Mastery Learning)
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Disamping itu, strategi ini juga mampu
meningkatkan kecepatan belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Dwipayana (2012) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Mastery
Learning dalam mata pelajaran matamatika menunjukan bahwa rata-rata hasil tes yang
dicapai oleh kelompok eksperimen yanga diberikan pelajaran matamatika dengan
model Mastery Learning bila dibandingkan dengan ratarata hasil tes yang dicapai oleh
kelompok yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran
matematika menunjukan adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Hal ini terlihat
dari rata-rata hasil tes kelompok eksperimen adalah 73,94 sedangkan ratat-rata hasil tes
kelompok 65,62. Dengan demikian, model Mastery Learning berbasis penilaian kinerja
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar salah
satunya aspek keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia, agar siswa
termotivasi untuk belajar dengan aktif dan keterampilan membaca pemahaman Bahasa
Indonesia siswa dapat diasah secara optimal sehingga berdampak pada hasil belajar sisiwa
yang lebih baik khususnya keterampilan membaca pemahaman Bahasa Indonesia. Selain
itu guru dapat mengenal karakteristik masingmasing siswa dan dapat menilai berbagai
keterampilan siswa secara lebih autentik (sebenarnya).

3
DAFTAR PUSTAKA

https://mamikos.com/info/contoh-pembelajaran-metode-inkuiri-pljr/
https://radarsemarang.jawapos.com/untukmu-guruku/721396935/penerapan-problem-
based-learning-dalam-pembelajaran-ips
https://www.dewanpendidikan.com/2019/12/penerapan-model-mastery-learning-
dalam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai