Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH AUDIT INTERNAL

PROSES BISNIS DAN RESIKO BISNIS

OLEH KELOMPOK 5 :

ANNISA NURUL KURNIA 202030059


DHEWI RIZQHY ANANDA PUTRI SJAMSUL 202030060
NUR LAELI IDAYANTI 202030062

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR BONGAYA (STIEM BONGAYA)


2022/2023
Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Audit Internal, dengan judul “Proses
Bisnis dan Risiko Bisnis”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang salah satunya yaitu dosen pengampu mata kuliah yaitu Drs. Eldi, M.Si., Ak.,
CA yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Makassar, November 2022


A. PENGANTAR
Proses – proses bisnis dan risiko – risiko bisnis adalah dua hal yang menjadi
perhatian auditor internal. Audit internal dalam penugasan asurans maupun
konsulting, ingin meningkatkan nilai untuk perusahaan dengan penyempurnaan
proses bisnis. Kutipan pertama di atas, dari Edwards Deming, menekankan
pentingnya pemahaman mengenai proses. Almarhum Deming pasca perang dunia II
menjadi penasihat penting para industrialis Jepang, yang membawa kepada
kebangkitan ekonomi setelah kalah perang. Di Amerika Serikat (AS) Deming dikenal
sebagai tokoh sampling yang gagasannya masih digunakanoleh BironStatistik
Tenaga Kerja AS.
Topik kedua, risiko bisnis, sudah sangat dikenal oleh para auditor internal.
Risiko yang banyak dianggap sebagai bencana, dalam perspektif ada sisi peluangnya,
risk and reward. Itulah yang tersirat dalam kutipan dari ahli dan penulis manajemen
(management), Peter Drucker.

B. PROSES BISNIS
Suatu proses bisnis adalah sekumpulan tugas yang saling berhubungan yang
berujung pada penyerahan barang atau jasa kepada klien. Proses bisnis juga
didefinisikan sebagai sekumpulan kegiatan dan tugas yang berakhir pada pencapaian
sasaran organisasi. Proses harus meliputi (beberapa) masukan tertentu (defined
inputs) dan satu keluaran (single output). Berbagai input ini terdiri dari semua faktor
yang mendukung (baik langsung maupun tidak langsung) pada nilai tambah (added
value) dari barang atau jasa. Faktor – faktor ini dapat dikelompokkan sebagai proses
– proses manajemen (management processes), operasional (operational processes),
dan pendukung bisnis (supporting business processes). Management processes
mengatur bekerjanya sistem operasi tertentu dari suatu organisasi. Operational
Processes meliputi bisnis inti atau core business-nya. Sedangkan supporting
processes seperti SDM dan accounting disediakan untuk mendukung proses bisnis
inti. Definisi dari istilah business process dilahirkan oleh Adam Smith pada 1776.
Ada dua pendekatan yang dapat ditempuh auditor internal dalam mempelajari
proses bisnis. Kedua pendekatan itu adalah Top-Down Approach (pendekatan dari
atas ke bawah) dan Bottom-Up Approach (pendekatan dari bawah ke atas).
Dalam Top-Down Approach, auidtor internal memulai pekerjaannya dari tingkat
organisasi (organization level) yakni dari apa yang menjadi tujuan – tujuan
organisasi (organization’s objectives). Kemudian, dilanjutkan dengan menetukan
proses – proses kunci (key processes) yang mendukung tercapainya tujuan – tujuan
organisasi tersebut.
Dalam contoh lain, misalnya tujuan perusahaan menghasilkan laporan keuangan
yang dapat dipercaya dan tepat waktu, Accounting merupakan proses kunci.
Sesudah menentukan proses – proses kunci, auditor internal menganalisis proses
– proses kunci ini dengan melihat ke dalam sub-sub proses atau bagian – bagian
proses yang lebih rinci. Pada titik ini, auditor internal telah mencapai tingkat
kegiatan (activity level).
Dalam Top-Down Approach, auditor internal memulai analisisnya dari tingkat
organisasi (organization level) sampai pada tingkat kegiatan (activity level). Top-
Down Approach menghasilkan seperangkat proses yang menentukan, tetapi tidak
terlalu banyak (a manageable set of critical processes).
Top-Down Approach biasanya dilakukan oleh tim auditor yang mempunyai
perspektif menyuluruh tentang organisasi, tetapi tidak menguasai secara rinci masing
– masing area kegiatan. Jadi, ada potensi terlewatkannya proses – proses tertentu
yang ternyata menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Bottom-Up Approach dimulai dengan mengamati semua proses pada tingkat
kegiatan (activity level). Pendekatan ini mewajibkan setiap area dalam organisasi
mengidentifikasi dan mendokumentasi semua semua proses di mana area tersebut
terlibat atau bertanggung jawab. Proses – proses ini kemudian dihimpun
(aggregated) sampai ke tingkat organisasi (organization level). Ini sangat efektif
untuk organisasi yang relatif kecil, namun kurang efektif untuk organisasi yang
kompleks dan relatif besar. Dalam organisasi yang kompleks dan relatif besar, tim
audit akan kewalahan dalam menentukan prioritas satu proses terhadap proses yang
lain, karena pentingnya suatu proses akan berubah ketika menaiki tingkat yang lebih
tinggi dalam organisasi.

C. PENYEMPURNAAN PROSES BISNIS


Audit internal bisa memberikan dampak besar dalam meningkatkan proses bisnis.
Keinginan para pemimpin korporasi agar para auditor internal membantu
peningkatan sukses bisnis, terus menerus mereka utarakan.
Audit internal dapat menerapkan berbagai pendekatan dalam menangani proyek-
proyek perbaikan proses bisnis berdampak tinggi (high- impact business process
improvement projects).
1. Pilih proses yang tepat
Audiit internal dapat memulai proses perbaikan ini dengna memilih area bisnis
yang dapat meningkatkan nilainya. Sebagaimana halnya dengan kegiatan yang
berhbungan dengan audit, pendekatan berbasis risiko ( risk- based approach )
adalah cara terbaik untuk memilih area bisnis untuk proyek perbaikan.
Pendekatan ini meliputi proses proses pemilihan yang menentukan (critical)
bagi keberhasilan strategi organisasi , memilih proses-proses yang rumit/
komplek yang kintas fungsi (cross functional lines), dan memilih proses-proses
dimana ada konsensus mengenai perlunya perbaikan.

2. Peroleh dukungan pimpinan ( Executive Sponsor )


Sekalipun ada konsekuensus bahwa suatu proses memerlukan perbaikan, tim-tim
yang menangani proyek sering kali mengalami resitensi dari peserta lain untuk
melakukan perubaha. Para individu ini sering kali percaya bahwa orang lain
yang memerlukan penyesuaian- dan bukan mereka . Audit internal dapat
membantu mengatasi perlawanan ini dengan meminta pimpinan mendukung
atau mensponsori proyek perbaikan ini.

3. Isi proyek dengan tenaga yang diperlukan


Tim- tim audit memerlukan tenaga-tenaga terlatih dengan keahlian yang tepat
untuk mengerjakan analisis proses bisnis dan menyelesaikan proyek dengan
berhasil. Anggota tim harus memiliki naluri bisnis yang kuat dan kemampuan
menambah nilai pada proses bisnis. Pimpinan audit harus mempertimbangkan
pemberian pelatihan yang tepat wakty agar anggota tim memperoleh
pengetahuan yang mutakhir dalam bidang yang diperlukan.
Jiika ada tenaga tenaga dengan keahlian yang dibutuhkan, yang berasal dari
dalam perusahaan, akan dapat menghemat biaya. Namun, keryawan-karyawan
tersebut haruslah independen dari area yang mereka tangani. Perilaku
independen merupakan unsur penentu, bukan saja dalam assurance projects,
tetapi juga dalam advisory projects untuk memastikan bahwa para spesialis
memeberikan pandangan segar atas proses yang sedang ditangani.

4. Tetapkan tolak ukur


Dengan menetapakan tolak ukur (benchmarks) untuk area yang dipilih untuk
diperbaiki, audiit internal mempunyai alat pengukur selama proyek berlangsung.
Pertanyaan –pertanyaan yang harus dilakukan adalah
- Apa standar kinerja untuk kegiatan di area ini?
- Apa yang dianggap praktik-praktik terbaik (the best practices) untuk fungsi
yang ditangani?
- Apa indikator-indikator kinerja kunci atau KPI ( the key performance
indicators )?
- Apa kunci keberhasilan dai fungsi yang ditangani ?
Di samping itu para auditor meningkatan sumber daya seperti forum- forum
pertemuan antar pabrikan untuk mengidentifikasi praktik-praktik yang bisa
memperbaiki proses pengadaan barang secara signifikan.
5. Identifikasi peluang-peluang untuk perbaikan
Lalukan gap analysis (analisis kesenjangan) dan process analysis ( analisis
proses) yang memungkinkan audit internal mengidentifikasi adanya
ketidakefisisenan, tugas-tugas yang tidak mempunyai nilai tambah ( non-value-
added tasks) dan peluang lain untuk perbaikan .
Tujuannya ialah untuk menetukan area mana yang ada kesenjangan antara
kinerja yang sebenarnya dengan tolak ukur yang ditetapkan ( benchmark)

6. Lakukan pengujian tranksaksi


Seperti pada assurance project, kebanyakan proyek penyempurnaan proses
seyogianya melakukan pengujian transaksi dan pengujian pengendalian. Ada
fokus tambahan dalam pengujian transaksi ini, yakni menilai efektivitas proses,
biaya , dan efesiensi, disamping efektivitas pengendalian.

7. Pahami akar penyelesaiannya


Untuk setiap masalah, tim proyek audit internal harus menggali ke bawah
permukaan persoalan untuk memahami akar permasalahnnya atau the root cause.
Menentukan the root cause dari suatu issue memerlukan analisis yang
mendalam, yang memakan banyak waktu dan upaya. Dalam banyak hal,
manajemen mungkin sudah mengetahui adanya suatu issue. Proyek yang
berjalan menambah nilai yang dengan memberikan pemecahan pada akar
permasalahnnya.

8. Cari jalan keluar, pecahkan masalahnya


Sesudah tim proyek menentukan apa masalah-masalah atau issue-nya, langkah
berikutnya adalah membuat pemecahannya. Beberapa fungsi audit internal
mengembangkan sendiri usulan-usulan pemecahan masalah, kemudian
menyajikannya kepada pemilik proses ( process owner) . Dalam itu proyek-
proyek perbaikan atau penyempurnaan proses, praktik yang lebih baik adalah
tim audit internal bekerja sama dengan proses owner untuk mendapatkan
kesepakatan mengenai analisis akar permasalahan dan membuat rencana tindak
lanjut bersama dengan process owner untuk menjawab masalah yang terungkap
dalam analisis akar permasalahn

9. Ceritakan kisah bisnisnya


Pendekatan terbaik dalam pelaporan proyek-proyek perbaikan proses ialah
membuat laporannya tetap ringkas (singkat-padat) , namun masih menceritakan
“kisah bisnis”nya. Sebagaiman halnya dengan segala bentuk komunikasi dimana
para auditor mengharapkan para eksekutif (yang sibuk) masih mau membaca,
laporan ini (business process improvement report) haruslah ringkas.

10. Atur dengan baik penyampaian pesannya


Ketika akan menerbitkan laporan proyeknya, audit internal seyogianya
melakukan pertemuan tatap muka dengan para eksekutif yang akan menerima
laporan tersebut.
Sebaik apa pun laporan ditulis, interaksi personal dapat memastikan bahwa
pesan dikomunikasikan dengan benar dan akurat . pertemun- pertemuan
semacam ini juga membuka peluang untuk membangun hubungan yang lebih
dekat dengan pimpinan bisnis.

D. PENASIHAT DALAM PERBAIKAN- IMPROVEMENT ADVISORS


Inilah kesimpulan akhir dari pembahasan mengenai penyempurnaan proses
bisnis. Auditor menjadi penasihat dalam upaya-upaya perbaikan, mereka
menjadi improvement advisor
Sifat indevenden, keahlian dalam analisis proses, dan pengetahuan yang
mendalam tentang prosedur dan operasi perusahaan, merupakan gabungan ideal
dari talenta yang diperlukan umtuk memberikan jasa berkualitas tinggi untuk
menangani penyempurnaan proses bisnis
Karena telah mengenal dengan baik bisnisnya, fungsi audit dapat menemukan
akar permasalahan dengan cepat, dan memberikan advis yang terukur tailored
and specific.

Anda mungkin juga menyukai