OLEH KELOMPOK 5 :
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Audit Internal, dengan judul “Proses
Bisnis dan Risiko Bisnis”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang salah satunya yaitu dosen pengampu mata kuliah yaitu Drs. Eldi, M.Si., Ak.,
CA yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
B. PROSES BISNIS
Suatu proses bisnis adalah sekumpulan tugas yang saling berhubungan yang
berujung pada penyerahan barang atau jasa kepada klien. Proses bisnis juga
didefinisikan sebagai sekumpulan kegiatan dan tugas yang berakhir pada pencapaian
sasaran organisasi. Proses harus meliputi (beberapa) masukan tertentu (defined
inputs) dan satu keluaran (single output). Berbagai input ini terdiri dari semua faktor
yang mendukung (baik langsung maupun tidak langsung) pada nilai tambah (added
value) dari barang atau jasa. Faktor – faktor ini dapat dikelompokkan sebagai proses
– proses manajemen (management processes), operasional (operational processes),
dan pendukung bisnis (supporting business processes). Management processes
mengatur bekerjanya sistem operasi tertentu dari suatu organisasi. Operational
Processes meliputi bisnis inti atau core business-nya. Sedangkan supporting
processes seperti SDM dan accounting disediakan untuk mendukung proses bisnis
inti. Definisi dari istilah business process dilahirkan oleh Adam Smith pada 1776.
Ada dua pendekatan yang dapat ditempuh auditor internal dalam mempelajari
proses bisnis. Kedua pendekatan itu adalah Top-Down Approach (pendekatan dari
atas ke bawah) dan Bottom-Up Approach (pendekatan dari bawah ke atas).
Dalam Top-Down Approach, auidtor internal memulai pekerjaannya dari tingkat
organisasi (organization level) yakni dari apa yang menjadi tujuan – tujuan
organisasi (organization’s objectives). Kemudian, dilanjutkan dengan menetukan
proses – proses kunci (key processes) yang mendukung tercapainya tujuan – tujuan
organisasi tersebut.
Dalam contoh lain, misalnya tujuan perusahaan menghasilkan laporan keuangan
yang dapat dipercaya dan tepat waktu, Accounting merupakan proses kunci.
Sesudah menentukan proses – proses kunci, auditor internal menganalisis proses
– proses kunci ini dengan melihat ke dalam sub-sub proses atau bagian – bagian
proses yang lebih rinci. Pada titik ini, auditor internal telah mencapai tingkat
kegiatan (activity level).
Dalam Top-Down Approach, auditor internal memulai analisisnya dari tingkat
organisasi (organization level) sampai pada tingkat kegiatan (activity level). Top-
Down Approach menghasilkan seperangkat proses yang menentukan, tetapi tidak
terlalu banyak (a manageable set of critical processes).
Top-Down Approach biasanya dilakukan oleh tim auditor yang mempunyai
perspektif menyuluruh tentang organisasi, tetapi tidak menguasai secara rinci masing
– masing area kegiatan. Jadi, ada potensi terlewatkannya proses – proses tertentu
yang ternyata menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Bottom-Up Approach dimulai dengan mengamati semua proses pada tingkat
kegiatan (activity level). Pendekatan ini mewajibkan setiap area dalam organisasi
mengidentifikasi dan mendokumentasi semua semua proses di mana area tersebut
terlibat atau bertanggung jawab. Proses – proses ini kemudian dihimpun
(aggregated) sampai ke tingkat organisasi (organization level). Ini sangat efektif
untuk organisasi yang relatif kecil, namun kurang efektif untuk organisasi yang
kompleks dan relatif besar. Dalam organisasi yang kompleks dan relatif besar, tim
audit akan kewalahan dalam menentukan prioritas satu proses terhadap proses yang
lain, karena pentingnya suatu proses akan berubah ketika menaiki tingkat yang lebih
tinggi dalam organisasi.