Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

RSUD KRT. SETJONEGORO


Jl. Setjonegoro No. 1 (0286)321091 / Fax.(0286)323873
Email : rsudsetjonegoro@yahoo.co.id
Website : rsud.wonosobokab.go.id
WONOSOBO

PANDUAN PRE CONTRUCTIONS RISK ASSESMENT (PCRA)

RENOVASI BANGUNAN RUMAH SAKIT

RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO

TAHUN 2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan renovasi adalah
pekerjaan yang melibatkan berbagai unsur keilmuan diantaranya, sumber
daya manusia (tenaga kerja), teknologi yang mencakup peralatan dengan
metode kerja dan disiplin ilmu sosial serta sistem pengelolaan yang
mendukung terlaksananya pekerjaan pembangunan dan renovasi.Upaya
pengendalian kecelakaan pembangunan dan renovasi harus
memperhatikan semua unsur tersebut diatas.
Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di jasa
pembangunan dan renovasi adalah: Undang-Undang No. 18 Tahun 1999
tentang Jasa Kontruksi, Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, Peraturan Menteri Kesehatan No 66 Tahun 2016
tentang K3 rumah sakit, peraturan Pemerintah No. 29/2000 Pasal 30 ayat
(1), Demikian juga dengan Pedoman Teknis K3 Kontruksi Bangunan
dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986. Walaupun keselamatan dan
kesehatan kerja ditempat kegiatan pembangunan dan renovasi telah
didukung, oleh peraturan dan perundang-undangan, standar nasional
maupun internasional lainnya, namun kecelakaan di bidang kontruksi
tetap tinggi. Kedua proses tersebut menimbulkan resiko terkait dengan
keselamatan di Rumah Sakit. Untuk itu, diperlukan panduan
keselamatan dalam pembangunan (PCRA) agar pengerjaan pembangunan
dan renovasi dapat berlangsung tanpa menimbulkan bahaya terhadap
pasien, staf maupun pengunjung Rumah Sakit.

B. TUJUAN
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan maupun renovasi di
lingkungan Rumah Sakit.
2. Mencegah dan pengendalian bahaya selama berlangsungnya
pengerjaan proyek.
3. Sebagai acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit meliputi, kualitas
pelayanan, manajemen risk clinical govermance.
BAB II

DEFINISI

Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal yang tidak


terhindarkan dari operasional rumah sakit. Adapun proses yang ada pada
PCRA renovasi bangunan adalah :

1. Pembangunan
Proses membuat struktur bangunan maupun prasarana yang sebelumnya
tidak ada dalam pembangunan Rumah Sakit menjadi ada.

2. Renovasi
Proses perbaikan suatu struktur bangunan maupun prasarana yang
sebelumnya sudah ada dalam bangunan Rumah Sakit.

3. Sistem HVAC (Heating Ventilation, Air Conditioning)/ Sistem Tata Udara


Sistem yang mengondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu,
kelembaban, arah pergerakan udara dan mutu udara.

4. Kelembaban nisbi
Parameter untuk menyatakan banyaknya uap di dalam udara berupa
nisbah antara tekanan uap yang ada saat itu dan tekanan uap maksimum
yang mungkin dicapai dalam suhu dan tekanan udara saat itu.

5. Kelembaban Udara
Banyaknya kandungan uap di atmosfer.

6. ICRA (Infection Control Risk Assesment)


Proses untuk menentukan potensial terjadinya penularan infeksi yang
dapat terjadi dari udara dan air melalui kontaminasi geologis di fasilitas
selama adanya kegiatan pemeliharaan, pembongkaran, perbaikan.

a. Pembangunan dan renovasi bangunan dapat mempertimbangkan :


b. Identifikasi hazard
c. Analisa Resiko terkait hazard tersebut
7. Menentukan/ memutuskan cara untuk mengeliminasi dan
mengendalikan hazard Suatu kegiatan membangun sarana atau
prasarana dalam sebuah bidang arsitektur atau tekhnik sipil
BAB III

RUANG LINGKUP

A. Alur Pembangunan atau Renovasi


1. Melakukan tinjauan terhadap lokasi yang akan dibangun
2. Pembuatan rencana anggaran belanja
3. Mengajukan usulan pembangunan atau renovasi (proposal)
4. Permohonan persetujuan ke Direktur rumah sakit dan Direktur PT
(membuat analis terhadap pelayanan)
5. Mengerjakan proyek pembangunan dan renovasi
6. Pembersihan lokasi pembangunan atau proyek
7. Serah terima kepada user
B. Penanggung jawab proses pembangunan atau renovasi dan urain tugas
1. Pelaksanaan pembangunan atau renovasi : Swakelola/ pihak ketiga
2. Penanggung jawab pekerjaan : RS/ pihak ketiga (vendor)
3. Uraian tugas penanggung jawab pembangunan atau renovasi
C. Identifikasi area yang akan dilakukan pembangunan dan renovasi
Proses mencari informasi yang berkaitan dengan pembangunan atau
renovasi

D. Analisa dampak proses pembangunan dan renovasi terhadap pelayanan.


Melakukan kajian dan informasi yang didapat pada saat melakukan
identifikasi

E. Langkah-langkah PCRA renovasi/ pembangunan


F. Pelaksanaan proses pembuangan
G. Laporan dan dokumentasi
H. Lampiran – lampiran
BAB IV

TATA LAKSANA

A. ALUR PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI


Pembangunan atau renovasi dikerjakan oleh Rumah Sakit

Ka unit/ Kepala Unit


ruangan/instala
si
Kabagumum/SPRS
Inspeksi oleh Ka
 Internal 1. Melakukanpenggambaran Unit Pemeliharaan
 Pihak 2. MenyusunRAB(budget) Saran,
ketiga/vendor 3. PenyetujuankeDireksiRS K3RS,KPPI ,kesling

4. Waktupelaksanaan
5. Pemberitahuan/rapat
ke K3,KPPI
Analisa Dampak
terhadap pelayan
Hasil analisa dan RTL (Melibatkan K3RS,
KPPI, Kesling)

Pengerjaan Proyek
pembangunan /
Renovasi

Pembersihan sisa
Evaluasi dari
Serah Terima Proyek
Komite K3
B. URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA PEMBANGUNAN
ATAU RENOVASI
1. Pelaksanan pembangunan atau renovasi
a. Swakelola
Pelaksana pembangunan atau renovasi dilakukan sendiri oleh pihak
Rumah Sakit.

b. Pihak ketiga/ vendor


Pelaksana pembangunan diserahkan kepada pihak lain di luar (pihak
ketiga) tidak dilakukan oleh Rumah Sakit.

2. Penanggung jawab proses pembangunan dan renovasi terdiri dari pihak


Rumah Sakit
a. Penanggung jawab : Kepala Bagian Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana
b. Tugas :
1) Menyusun perencanaan proses pengerjaan, termasuk menyusun
gambar teknik dan anggaran
2) Melakukan analisa dampak terhadap proses pelayanan bersama
dengan Komite PPI, K3RS.
3) Melakukan koordinasi dengan pihak user selama proses
pengerjaan
4) Melakukan pengawasan terhadap pihak kontraktor terutama di
bidang aspek keselamatan serta detail
5) Mengawasi proses serah terima dari kontaktor ke user setelah
pekerjaan selesai
6) Melakukan dokumentasi proses kontruksi/ renovasi
3. Pihak kontraktor
a. Penanggung jawab
Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan kontraktor yang
bertanggung jawab atas proses pengerjaan.

b. Tugas :
1) Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit dalam hal perencanaan
pengerjaan sehubungan dengan hasil analisa dampak serta
melakukan antisipasi terhadap kemungkinan dampak tersebut
2) Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit sehubungan dengan
pengadaan dan penempatan material yang diperlukan untuk
proses konstruksi dan renovasi yang akan dilakukan
3) Memastikan bahwa seluruh pekerja dan proses pengerjaan yang
terjadi mengikuti standar keselamatan dan pencegahan serta
pengendalian infeksi yang berlaku di RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo.
4) Mengawasi pengerjaan proyek dari hari kehari
5) Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung sesuai dengan
rencana
6) Melakukan pembersihan berkala sesuai perencanaan
7) Melakukan koordinasi harian dengan pihak RSUD KRT
Setjonegoro Wonosobo.
8) Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak RSUD KRT
Setjonegoro Wonosobo.
C. IDENTIFIKASI PERENCANAAN PEMBANGUAN ATAU RENOVASI
1. Fasilitas yang akan dibangun
Pembanguan atau renovasi diluar gedung atau didalam gedung dengan
menyebutkan unit atau area

2. Luas area yang akan dibangun


Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2

3. Material apa yang digunakan, contoh : semen, kayu, batu bata dll
4. Lama perkerjaan : hari, minggu, bulan, atau tahunan
5. Unit terkait dalam pembuatan pembangunan atau renovasi
6. Ijin-ijin yang terkait dengan pembanguan atau renovasi contohnya : IMB,
Ijin penggunaan air tanah dll
7. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan komite K3RS dan KPPI
8. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi seperti : terjatuh,
tertimpa, terpotong, terlindas, dll
D. PENILAIAN RESIKO PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI TERHADAP
PELAYANAN
Penilaian dampak :

1. Penilaian dampak dilakukan seobjektif mungkin dengan mengumpulkan


informasi sebelum menilai resiko dari suatu aktifitas
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang
melakukan)
3. tindakan pengendalian resiko yang telah ada peralatan atau mesin yang
dugunakan untuk melakukan aktifitas
E. LANGKAH-LANGKAH PCRA RENOVASI/PEMBANGUNAN
1. Meeting Kordinasi Proyek
Adalah melakukan pertemuan dengan seluruh pihak terkait proyek
renovasi/pembangunan. Saat pertemuan ini dibahas mengenai proyek
yang akan dilaksanakan, mulai dari denah proyek, jadwal proyek, pekerja
proyek dan jenis proyek.
2. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
Selanjutnya adalah tahap identifikasi bahaya di setiap kegiatan
proyek, dari peletakan batu pertama hingga serah terima hasil pekerjaan.
Pada tahap ini diharapakkan kontraktor menyerahkan atau menjelaskan
seluruh tahapan proses pembangunan/renovasi. Kemudian Tim K3 akan
melakukan identifikasi bahayanya dan penilaian resiko nya
Risiko yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya
(grading) dengan memperhatikan :
a) Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
Kriteria Kriteria
Kriteria
Kuantitatif Kuantitatif Sebutan Nilai
Kualitatif
(probabilitas) (Frekuensi/tahun)
0.10 Sangat jarang Hampir tidak Sangat 1
sekali mungkin terjadi kecil
(>5thn/x)
0.30 Jarang terjadi Kemungkinan Kecil 2
(bbrp x/thn) terjadi kecil
0.50 Mungkin terjadi Dapat terjadi, Sedang 3
(1 - <2 thn/x) dapat juga tidak
(50:50)
0.70 Sangat sering Besar Besar 4
terjadi (>2 – 5 kemungkinan
tahun/ x) terjadi
0.90 Sangat Sering Hampir pasti Sangat 5
terjadi (tiap terjadi besar
mgg/bulan)
b) Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)
Tingkat Efek Efek Terhadap Efek Pada
Rating Perusahaan Lingkungan
Konsekuensi Konsekuen Terhadap
si Manusia

Fatality Cacat tetap Perusahaan Menimbulkan


atau dapat berhenti/tutup kerusakan
mengakibatk atau rugi mulai lingkungan yang
an kematian dari Rp 1 milyar sangat besar dan
keatas luas, bersifat
permanen

5 (berdampak jangka
panjang dan tidak
bisa direhabilitasi)
serta memberikan
dampak langsung
terhadap

masyarakat luas

Berat Epidemic, Menghentikan Menimbulkan


Cidera yang proses di kerusakan
berakibat beberapa/depart lingkungan yang
hari hilang emen atau rugi besar dan luas, terus
dan kurang dari Rp 1 menerus dalam
4
berakibat milyar dan mulai jangka waktu yang
cacat dari Rp. panjang dapat
direhabilitasi tetapi
sebagian 100.000.000
mkemerlukan biaya
yang
mahal

Sedang Cidera yang Menghentikan Menimbulkan


berakibat proses di suatu kerusakan
hari hilang bagian/departem lingkungan yang
(lost time) en atau rugi besar (melebihi nilai
tanpa kurang dari Rp baku mutu
berakibat 100.000.000 dan lingkungan/ketentua
3 cacat n lainnya) dan luas
mulai dari Rp.
(menyebar sampai
1.000.000
keluar lokasi/tempat
kejadian) namun
tidak bersifat

permanen.

Ringan Cidera Menghentikan Menimbulkan


ringan proses sebagian kerusakan
mendapat kecil atau rugi lingkungan di wilayah
P3K atau kurang dari Rp setempat yang dapat
perawatan segera ditangani dan
1.000.000 dan
2 medis dan tidak bersifat
mulai dari Rp 1
dapat permanen
bekerja
kembali di
waktu

shiftnya

Nearmiss Hanya Tidak ada Tidak ada polusi yang


memerlukan pengaruh signifikan dan dapat
1 penanganan diabaikan

P3K
3. Analisa Resiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola/mengendalikan risiko/ tersebut
termasuk dalam kategori biru/hijau/kuning/merah.

a) Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut
sesuaiskor dan grading yang didapat dalam analisis.
b) Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang
sesuai, dan meliputi proses berikut :
1) Menilai secara obyektif beratnya/dampak/akibat dan menentukan
suatu skor
2) Menilai secara obyektif kemungkinan/peluang/frekuensi suatu
peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor
3) Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
c) Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut.
1) Resiko dinilai oleh Tim K3, yang akan mengidentifikasi bahaya,
efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
2) Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah resiko ditetapkan, maka kemudia resiko akan dilakukan
grading/pemeringkatan untuk mendapatkan nilai tingkat peluang
terjadi dan tingkat dampak nya. Setelah didapat, maka akan
dikalikan dengan rumus berikut

SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG

d) Analisa Resiko
1) Resiko dinilai oleh Tim K3
2) Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah mendapatkan skor resiko, maka Tim K3 akan menganalisa
resiko tersebut dengan menggunakan Risk Grading Matriks
Berdasarkan pada risk tolerance maka dapat ditetapkan kewenangan
dan tanggung jawab dalam pengelolaan risiko sebagai berikut :

1) Risiko yang berada di atas garis risk tolerance dan berada di


level risiko garis Merah menjadi perhatian penuh Direksi dalam
pengelolaannya.
2) Level risiko garis risk toleranceKuning menjadi perhatian
penuh Manajer.
3) Risiko di bawah garis risk toleranceHijau sepenuhnya dalam
tanggung jawab pengelolaan ditingkat operasional atau oleh
supervisor/ atasan langsung.
4) Risiko pada garis risk tolerance Biru akan menjadi tanggung
jawab atau penyelesaian masalah pada karyawan yang tertapapr
langsung/ kepala tim kerja.
4. Menentukan Jenis Pengendalian Resiko
Setelah resiko sudah ter analisa, maka tahap selanjutnya adalah
menentukan jenis pengendalian resiko. Menurut Hierarki Pengendalian
Bahaya, ada lima jenis cara pengendalian bahaya yaitu:

a) Eliminasi
b) Subtitusi
c) Rekayasa
d) Administrasi
e) Alat Pelindung Diri (APD)
5. Menentukan penanggungjawab dan tanggal penyelesaian
pengendalian resiko. Penanggung jawab merupakan orang yang ditunjuk
untuk melaksanakan langkah pengendalian resiko dan untuk tanggal
penyelesaian adalah waktu yang ditentukan untuk batas akhir pengerjaan
langkah perbaikan sebelum pekerjaan proyek dilaksanakan.
6. Pengesahan PCRA
Pengesahan PCRA dilakukan setelah dokumen PCRA lengkap. Dokumen
PCRA sendiri terdiri dari

a) Form PCRA
b) Dokumen ICRA
c) Form Inpeksi Proyek
Setelah dokumen tersebut lengkap, kemudian di tanda tangani oleh
Pimpinan Proyek, Ketua Komite K3 dan Direktur RS
BAB V

BUKTI DOKUMENTASI

Pencatatan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi


dengan menggunakan metode PCRA dilakukan oleh IPS (instalasi Pemeliharaan
Sarana) Rumah Sakit dan Komite K3 Rumah Sakit bila terdapat proyek
pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, konstruksi maupun renovasi di Rumah
Sakit.

Pelaporan pemantauan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi


atau konstruksi dilakukan oleh komite K3 Rumah Sakit bekerjasama dengan IPS
Rumah Sakit dan dilaporkan ke Direktur Utama setiap 6 bulan sekali.
BAB VI

PENUTUP

Demikian Panduan Pre Contructions Risk Assesment (PCRA) Renovasi


Bangunan Rumah Sakit. Semoga panduan ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai acuan untuk panduan Rumah Sakit. Saran dan kritik atas
laporan ini sangat saya harapkan. Atas perhatianya saya ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai