Anda di halaman 1dari 23

UJI POTENSI EKSTRAK DAUN KEJI BELING UNTUK MENURUNKAN KADAR

GULA DARAH

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

Nama Anggota : Ester Basani Panggabean ( 4213510013 )

Meidy Citra Pratiwi ( 4213210011 )

Yeni Simbolon ( 4213210008 )

Kelas : PSKM 21-B

Mata Kuliah : Kimia Organik Bahan Alam

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Tita Juwitaningsih, M.Si

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami diberikan Kesehatan untuk dapat menyelesaikan tugas “Makalah” ini.

Kami berharap agar Makalah yang kami buat ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita tentang “Uji Potensi Ekstrak Daun Keji Beling Untuk Menurunkan Kadar Gula
Darah”.

Dalam penulisan laporan Makalah ini, kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini sendiri,
tanpa bantuan dari pihak lain. Karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas Makalah ini.

Kami menyadari bahwa Makalah yang kami buat ini masih memiliki kekurangan baik
dalam materi, susunan Bahasa, dan susunan kalimat. Oleh karena itu, kami meminta maaf atas
kekurangan dari Makalah yang kami buat ini. Kami dengan senang hati mengharapkan dan
menantikan kritik serta saran yang membangun guna memperbaiki dan menyempurnakan
Makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan berharap dengan Makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca sekalian.

Medan, 06 Oktober 2023

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ..................................................................................................... 3
A. Pengertian Keji Beling (Strobilanthes crispus) .................................................................. 3
B. Taksonomi Keji Beling (Strobilanthes crispus).................................................................. 3
C. Morfologi Keji Beling (Strobilanthes crispus) ................................................................... 3
D. Kandungan Senyawa Keji Beling (Strobilanthes crispus) .................................................. 5
E. Manfaat Daun Keji Beling (Strobilanthes crispus)............................................................. 7
F. Tinjauan Tentang Pelarut .................................................................................................... 8
G. Pengertian Ekstraksi .......................................................................................................... 10
BAB III ......................................................................................................................................... 12
METODE PENELITIAN.............................................................................................................. 12
BAB IV ......................................................................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................... 14
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan kondisi
hiperglikemia. Beberapa tipe DM dapat disebabkan oleh interaksi kompleks genetik dan faktor
lingkungan. Gejala yang dikeluhkan oleh penderita DM misalnya poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan dan kesemutan. Prevalensi DM semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut laporan dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017, diprediksi bahwa
terdapat peningkatan jumlah penderita DM di dunia, yaitu dari 425 juta jiwa pada tahun 2017,
menjadi 629 juta jiwa pada tahun 2045, serta dari 82 juta pada 2017 menjadi 151 juta pada 2045
di Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara ketujuh dari 10 besar negara yang diperkirakan
memiliki jumlah penderita DM sebesar 5,4 juta pada tahun 2045 dengan angka kendali kadar
gula darah yang rendah.3 Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) 2013, menunjukkan bahwa rata – rata prevalensi DM
di masing – masing provinsi Indonesia berdasarkan diagnosis dokter dari penduduk umur lebih
dari 15 tahun pada tahun 2013 mencapai 1,5%, dan meningkat pada tahun 2018 mencapai 2%.
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satu keanekaragaman
hayati yang banyak ditemukan yaitu jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan oleh
masyarakat. Sekitar 26% dari total jenis tanaman obat telah diidentifikasi dan dibudidayakan
untuk dapat memenuhi permintaan tanaman obat yang semakin meningkat ( Larasati dan
Putri,2021).

Salah satu cara mengatasi diabetes adalah dengan menjalani suatu jenis terapi yang
disebut dengan pengobatan herbal. Obat herbal yang dimaksud adalah pengobatan dengan
menggunakan bahan obat kuat yang berasal dari berbagai tanaman, dan penelitian menunjukkan
bahwa tanaman obat memang mengandung zat atau senyawa yang terbukti secara klinis
bermanfaat bagi kesehatan (Fauziah, 1995).

Pada penyakit ini, glukosa menumpuk didalam aliran darah, terutama setelah makan. Bila
beban glukosa diberikan pada seorang penderita diabetes, glukosa plasma akan meningkat lebih
tinggi dan kembali ke nilai normal lebih lambat daripada yang terjadi pada orang normal
(Ganong, 2003).

1
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kandungan
senyawa dari daun keji beling yang berguna sebagai antidiabetes mellitus.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Keji Beling (Strobilanthes crispus)


Tumbuhan Keji beling adalah jenis tumbuhan yang biasa ditanam masyarakat sebagai
tumbuhan pagar, dapat tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia. Tumbuhan ini juga sebagai
tumbuhan herbal liar hidup menahun yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dalam
penyembuhan beberapa penyakit. Dalam bahasa lokal Keji beling dikenal dengan sebutan keci
beling di Jawa dan picah beling di Sunda (Hariana : 2003 dalam Gunawan : 2011).

B. Taksonomi Keji Beling (Strobilanthes crispus)


Keji Beling (Strobilanthes crispus)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Family : Acanthaceae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes crispus (L.)Blume
Sinonim : Sericocalyx crispus (L.)Bremek
Nama umum : Keji beling (Indonesia); pecah beling (Jawa) ( Larasati dan
Putri,2021).

C. Morfologi Keji Beling (Strobilanthes crispus)


Tumbuhan keji beling (Strobilanthes crispus [Sinonim=Sericocalyx crispus L])
merupakan salah satu tumbuhan yang mudah berkembangbiak pada tanah yang subur, agak
terlindung dan ditempat terbuka sehingga jenis tumbuhan ini banyak ditemukan di negara tropis
seperti Indonesia. Tumbuhan ini dapat hidup pada ketinggian tempat 1 m – 1.000 m diatas
permukaan laut. Morfologi dari tumbuhan keji beling yaitu memiliki batang beruas, bentuk

3
batang yang bulat dengan diameter antara 0,12 – 0,7 cm, berbulu kasar, dan memiliki
percabangan monopodial ( Larasati dan Putri,2021).

Gambar 1. Daun Keji Beling

Kejibeling merupakan tumbuhan tergolong tumbuhan semak, biasanya hidup


menggerombol, tinggi 1-2meter pada tumbuhan dewasa. Morfologi dari tumbuhan kejibeling
yaitu memiliki batang beruas, bentuk batangnya bulat dengan diameter antara 0,12 - 0,7cm,
berbulu kasar, percabangan monopodial. Kulit batang berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau
pada waktu muda dan berubah jadi coklat setelah tua. Tergolong jenis daun tunggal, berhadapan,
bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi
daunnya beringgit, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, panjang helaian daun berkisar
± 5 - 8cm, lebar ± 2 - 5cm, bertangkai pendek, tulang daun menyirip, dan warna permukaan daun
bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah hijau muda. Bunganya tergolong bunga majemuk,
bentuk bulir, mahkota bunga bentuk corong, benang sari empat, dan warna bunga putih agak
kekuningan. Kejibeling memiliki buah berbentuk bulat, buahnya jika masih muda berwarna hijau
dan setelah tua atau masak berwarna hitam. Untuk bijinya berbentuk bulat, dan ukuran nya kecil.
Sistem perakaran nya tunggang,bentuk akar seperti tombak, dan berwarna putih.
Tanaman kejibeling adalah herba yang bergerombol berbatang basah dengan tinggi 1-2
meter. Batang beruas-ruas, bulat, berbulu, bercabang monopod, hijau, sederhana, berlawanan,
lanset atau oval, dengan tepi bergerigi kasar, ujung runcing, pangkal runcing, panjang 9-18 cm,
lebar 3-8 cm, batang pendek, menyirip, hijau, bunga majemuk, granular, muncul di ketiak daun
pelindung, akar, coklat muda (Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik
Indonesia, 2000).

4
D. Kandungan Senyawa Keji Beling (Strobilanthes crispus)
Daun keji beling (Strobilanthes crispus [Sinonim=Sericocalyx crispus L]) mengandung
berbagai senyawa kimia dan diduga memiliki manfaat dalam penurunan kadar glukosa darah.
Daun keji beling (Strobilanthes crispus [Sinonim=Sericocalyx crispus L]) mengandung zat-zat
kimia antara lain kalium, natrium, kalsium, alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol.
Kandungan kimia tersebut bekerja sinergis untuk menghambat aktivitas enzim alfa glukosidase.
Enzim alfa glukosidase berperan penting dalam hidrolisis atau pemecahan karbohidrat menjadi
glukosa. Penghambatan kerja enzim ini dapat menghambat penyerapan glukosa di usus sehingga
akan mengurangi kebutuhan akan insulin. Selanjutnya, penghambatan enzim ini dapat
menurunkan peningkatan kadar glukosa darah.
Kejibeling mengandung zat-zat kimia antara lain: kalium, natrium, kalsium, asam silikat,
alkaloida, saponin, flavonoida, dan polifenol. Kalium 9 berfungsi melancarkan air seni serta
menghancurkan batu dalam empedu, ginjal dan kandung kemih. Natrium berfungsi
meningkatkan cairan ekstraseluler yang menyebabkan peningkatan volume darah. Kalsium
berfungsi membantu proses pembekuan darah, juga sebagai katalisator berbagai proses biologi
dalam tubuh dan mempertahankan fungsi membran sel. Sedangkan asam silikat berfungsi
mengikat air, minyak, dan senyawa-senyawa non-polar lainnya (Soewito : 1989 dalam Gunawan
2011).
Kandungan senyawa aktif pada daun keji beling
1. Flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik yang paling melimpah di alam.
Senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna atas warna merah, ungu, biru, dan beberapa
pewarna kuning pada tumbuhan. Semua flavonoid adalah turunan dari senyawa
induknya "flavonoid" menurut strukturnya, dan flavonoid adalah nama kelas flavonoid yang
paling melimpah dan umum. Sebagian besar flavonoid yang ditemukan pada tumbuhan adalah
glikosida yang terikat pada molekul gula dan ada dalam bentuk campuran, mereka jarang muncul
dalam satu senyawa. Selain itu, campuran berbagai kelas flavonoid sering ditemukan. Misalnya,
antosianin dalam corolla merah hampir selalu disertai dengan senyawa leukoflavonoid atau
flavonol. Flavonoid mengisolasi sekitar 3.000 senyawa dengan berbagai aktivitas biologis,
seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antivirus, antidiabetes, antidepresan, dan diuretik
(Megasari, 2011).

5
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan hijau, seperti pada akar, daun, kulit
kayu, benang sari, bunga, buah, biji buah. Senyawa flavonoid yang telah berhasil diisolasi dari
berbagai tumbuhan diketahui mempunyai aktivitas biologi yang menarik, seperti bersifat
sitotoksik terhadap sel kanker, menghambat pelepasan histamin, antiinflamasi, antijamur dan
antibakteri (Mulyani et al., 2013).

2. Alkaloid
Pada daun terdapat senyawa alkaloid yang merupakan hasil metabolit sekunder. Pada
tumbuhan, pembentukan metabolit sekunder dimulai dari asam piruvat dan asam sikimat yaitu
senyawa yang dihasilkan dari glikolisis glukosa yang merupakan hasil dari
fotosintesis metabolit primer.

3. Saponin
Saponin adalah triterpen dan glikosida sterol yang telah terdeteksi di lebih dari 90 genera
tanaman. Glikosida adalah kompleks antara gula pereduksi (aglikon) dan non-gula (aglikon).
Banyak saponin mengandung hingga 5 unit gula, komponen yang umum adalah asam
glukuronat. Terbentuknya busa pada saat ekstraksi tanaman atau pemekatan ekstrak
menunjukkan adanya saponin pada tanaman . Saponin adalah bentuk glikosida dari sapogenin,
sehingga bersifat polar. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang berbusa ketika dikocok
dalam air. Berbusa pada uji saponin menunjukkan adanya glikosida yang dapat membentuk buih

6
dalam air dan terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya. Saponin ini cenderung tertarik
pada pelarut semi polar seperti metanol (Astarina et al., 2013).

4. Terpeniod
Terpenoid merupakan produk alami yang strukturnya dibagi menjadi beberapa unit
isoprene, karena itu senyawa ini disebut juga isoprenoid (C5H8).Terpen merupakan senyawa
hidrokarbon yang terdapatpada semua tanaman-tanaman hijau.

E. Manfaat Daun Keji Beling (Strobilanthes crispus)


Tanaman keji beling (Strobilanthes crispus) merupakan salah satu tanaman yang telah
lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional (herbal) karena mengandung berbagai
jenis metabolit sekunder.Beberapa literatur menyebutkan nama latin daun keji beling sebagai
Sericocalyx crispus L. Daun keji beling (Strobilanthes crispus) merupakan jenis tanaman obat
yang diketahui memiliki banyak manfaat antara lain untuk mengobati batu ginjal, batu empedu,
kencing manis (diabetes mellitus), wasir/ambeien (hemorhoid), sulit BAB/sembelit (konstipasi),
dan BAK kurang lancar. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa daun keji beling
(Strobilanthes crispus) memiliki efek hipoglikemik pada tikus sehingga berkhasiat untuk
digunakan sebagai antidiabetes. Daun keji beling (Strobilanthes crispus) mengandung zat-zat

7
kimia antara lain kalium, natrium, kalsium, alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol.
Kandungan kimia tersebut bekerja sinergis untuk menghambat aktivitas enzim alfa glukosidase.
Penghambatan dari enzim alfa glukosidase ini yang selanjutnya dapat menghambat pemecahan
karbohidrat menjadi glukosa dan menurunkan peningkatan kadar glukosa darah ( Larasati dan
Putri,2021).
Keji beling (Strobilanthes crispus) dikenal sebagai tanaman obat yang memiliki manfaat
antara lain untuk mengobati batu ginjal, kencing manis (diabetes), wasir (ambeien), sembelit
(susah buang air besar), dan buang air kecil kurang lancar. Keji beling tumbuh liar atau sengaja
ditanam orang untuk diambil daunnya sebagai bahan obat dan sebagai tanaman hias.

F. Tinjauan Tentang Pelarut


Kandungan senyawa yang terdapat di dalam tanaman dapat di tarik oleh suatu pelarut saat
proses ekstraksi. Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan faktor penting dalam proses ekstraksi.
Jenis dan mutu pelarut yang di gunkan menentukan keberhasilan proses ekstraksi (Harbone,
1987). Proses ekstraksi di dasarkan pada sifat pelarut zat dalam pelarut pada saat ekstraksi.
Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut polar, seperti etanol, methanol, butanol dan air.
Senyawa non-polar Juga hanya akan larut pada pelarut non-polar seperti eter, Kloroform dan n-
heksan (Gritter, et,al 1991).
Pelarut non-polar (n-heksan, aseton) dapat mengekstrak likopen, triterpenoid dan
sebagian kecil karotenoid, sedangkan senyawa xanhtin dan senyawa polar lainya akan terekstrak
ke dalam pelarut polar (methanol, etanol) (Arifulloh, 2013). Sedangkan pelarut semi polar
mampu menarik senyawa termasuk likopen, b-karoten, vitamin C, padatan terlarutan dan total
fenol (Ma’sum dkk, 2014).
Pelarut Yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang di inginkannya, mempunyai
titik didih yang rendah, murah, tidak toksik, dan tidak mudah terbakar (Harborne, 1987).
1. Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol yang dipasaran lebih dikenal sebagai alkohol etanol
merupakan senyawa organik C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang
mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna. Etanol termasuk kedalam alkohol rantai tunggal
(Rizani, 2000).

8
Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Kimia Larutan Etanol (Rinzani, 2000 )

2. Air
Air merupakan zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi. Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O satu molekul air
tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Pada
kondisi standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau yaitu pada tekanan 100
kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (OC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting,
yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garamgaram,
gula, asam, beberapa jenis gas dan banyakmacam molekul organik (Kusmayadi, 2008).
Tabel 2.2 Sifat Fisik dan Kimia Larutan Air

Keuntungan penggunaan etanol sebagai pelarut adalah mempunyai titik didih yang
rendah sehingga lebih mudah menguap, oleh karena itu, jumLah etanol yang tertinggal di dalam
ekstrak sangat sedikit. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, mikrobia
sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorpsinya baik, etanol dapat
bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih
sedikit. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, 22
kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil, dengan demikian zat pengganggu
yang terlarut hanya sedikit (Kementrian Kesehatan RI, 1986).

9
Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan
obat terlarut. Keuntungan lain dari etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja
enzim. Etanol (70%) sangat efektif dalam menghasilkan jumLah bahan aktif yang optimal,
dimana bahan pengganggu hanya skala kecil yang turun kedalam cairan pengekstraksi
(Kementerian Kesehatan RI, 1986).

G. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan komponen senyawa yang diinginkan dari
suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu bahan yang merupakan
sumber komponennya. Pada umumnya ekstraksi akan semakin baik bila permukaan serbuk
simplisia yang bersentuhan dengan pelarut semakin luas. Dengan demikian, semakin halus
serbuk simplisia maka akan semakin baik ekstraksinya. Selain luas bidang, ekstraksi juga
dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan (Ahmad, 2006).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada
bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam
pelarut, perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi ke dalam pelarut.
Berdasarkan atas sifatnya, menurut Voigt (1984), ekstrak dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Ekstrak encer (extractum tennue) Sediaan ini memiliki konsentrasi seperti madu dan dapat
dituang.
2. Ekstrak kental (extractum spissum) Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat
dituang.
3. Ekstrak kering (extractum siccum) Sediaan ini memiliki konsentrasi kering dan mudah
digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan, sisanya akanmembentuk
suatu produk yang sebaliknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

Metode ekstraksi menggunakan maserasi


Maserasi berasal dari bahasa latin macerare yang berarti merendam, merupakan proses
paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam sampai meresap dan
melunakkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut Maserasi merupakan
proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Keuntungan cara penyarian dengan maserasi

10
adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian
cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Depkes RI, 2000).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), ekstraksi adalah proses penarikan kandungan
kimia yang dapat larut dari suatu serbuk simplisia, sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat
larut. Beberapa metode yang banyak digunakan untuk ekstraksi bahan alam antara lain:
1. Maserasi
Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya ”merendam”,
merupakan proses paling tepat ketika obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam
dalam menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah
larut akan melarut (Ansel dkk, 1995).
2. Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan colare yang artinya
merembes, perkolasi merupakan suatu proses ketika obat yang sudah halus, diekstraksi dengan
pelarut yang cocok dengan cara dilewatkan perlahan-lahan pada suatu kolom. Serbuk simplisia
dimampatkan dalam alat ekstraksi yang disebut perkolator. Mengalirnya cairan penyari dalam
perkolasi ini melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk ditarik keluar oleh gaya berat
seberat cairan dalam kolom (Ansel dkk, 1995).
3. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan salah satu metode ekstraksi cara panas menggunakan pelarut yang
selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi yang kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ansel dkk, 1995).

11
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa daun keji beling, air, etanol,
glibenklamid, larutan glukosa, kertas saring, Na CMC. Hewan uji yang digunakan adalah tikus
putih

B. Peralatan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu batang pengaduk, corong buchner,
gelas kimia, glukometer (GlukoDr Auto), gunting bedah, holder, labu ukur, rotary evaporator,
sonde oral, spatel logam, spoid, timbangan analitik, wadah maserasi.

C. Prosedur Kerja

● Pengumpulan Sampel
Sampel merupakan daun keji beling (Strobilanthes crispus) yang diperoleh di kawasan
Samarinda Ilir Kelurahan Sungai Dama Samarinda Kalimantan Timur.

 Ekstraksi
Simplisia daun keji beling dimasukkan ke dalam wadah maserasi dan dimaserasi
menggunakan pelarut etanol. Proses maserasi berlangsung selama 3 hari. Maserat (hasil
maserasi) disaring menggunakan kertas saring dan ditampung ke dalam wadah. Kemudian
dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan dilanjutkan dengan penguapan hingga diperoleh
ekstrak kental etanol.

 Pengujian Penurunan Kadar Glukosa Darah

Tikus yang digunakan sebagai hewan uji berjumlah 15 ekor yang akan dikelompokkan
menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif yang diberikan Na CMC, kelompok kontrol
positif yang diberikan obat glibenklamid, dan 3 kelompok uji terdiri dari kelompok ekstrak daun
keji beling dosis 50 mg/kgBB, kelompok ekstrak daun keji beling dosis 100 mg/kgBB, dan
kelompok ekstrak daun keji beling dosis 150 mg/kgBB. Tikus yang akan digunakan untuk
pengujian terlebih dahulu dipuasakan selama

12
18 jam. Setelah dipuasakan, hewan uji yang telah dikelompokkan diambil cuplikan darahnya
(T0) untuk penentuan kadar glukosa darah awal. Kemudian semua kelompok perlakuan diberi
sediaan uji secara oral sesuai dengan pembagian kelompoknya. Setelah 15 menit kemudian,
semua tikus diberi larutan glukosa dengan dosis 4,5 gr/kgBB secara oral. Pengukuran kadar
glukosa darah dilakukan pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan 120 setelah pemberian
larutan glukosa menggunakan alat glukometer.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian aktivitas ekstrak daun keji beling ditentukan berdasarkan efeknya dalam
menurunkan kadar glukosa darah. Sebelum melakukan pengujian penurunan kadar glukosa darah
terlebih dahulu tikus harus mengalami hiperglikemik. Untuk membuat tikus mengalami
hiperglikemik digunakan metode uji toleransi glukosa oral (UTGO). Metode UTGO dapat
memberikan gambaran kenaikan kadar glukosa darah dengan cepat setelah pembebanan glukosa.
Selain itu juga memberikan efek penurunan kadar glukosa darah secara cepat pula oleh
obat atau zat-zat yang berefek hipoglikemik, karena glukosa cepat dimetabolisme. Namun,
metode toleransi glukosa oral memiliki kelemahan, yaitu hewan uji hanya dibebani glukosa
tanpa merusak pankreas, yang berarti sel-sel beta masih dalam kondisi normal, dan sekresi
insulin masih normal walaupun jumlah glukosa berlebih.

Induksi hiperglikemik menggunakan larutan glukosa dengan dosis 4,5 gram/kgBB.


Sebelum diinduksi menggunakan glukosa, hewan uji terlebih dahulu diuji kadar glukosa darah
awal. Setelah itu diberikan perlakuan berdasarkan kelompok uji yaitu kelompok kontrol negatif
yang digunakan sebagai pembanding dengan diberikan perlakuan berupa Na CMC dan kelompok
uji yang terdiri dari tiga variasi dosis ekstrak daun keji beling yang digunakan yaitu 50
mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 150 mg/kgBB. Selanjutnya semua tikus diinduksi menggunakan
glukosa yang diberikan secara oral. Kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah tiap
15 menit.

14
Adapun grafik perbandingan rata-rata penurunan kadar glukosa darah antara tiap perlakuan per
tiap waktu dapat dilihat pada gambar 1.

Berdasarkan hasil penurunan kadar glukosa darah yang ditunjukkan pada tabel 1 tersebut
dapat diketahui bahwa ekstrak daun keji beling dengan tiga dosis uji yang digunakan dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih. Pada setiap dosis uji penurunan kadar
glukosa darah ditunjukkan dalam waktu yang tidak sama. Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa
pada dosis 50 mg/kgBB dan 150 mg/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
putih pada menit ke 75. Sedangkan pada dosis 100 mg/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa
darah pada menit ke 45. Penurunan kadar glukosa darah pada dosis 100 mg/kgBB ini lebih cepat
dibandingkan dengan dosis 50 mg/kgBB dan 150 mg/kgBB sehingga dosis terbaik yang
didapatkan dalam pengujian ini yaitu ekstrak daun keji beling dengan dosis 100 mg/kgBB.
Penentuan dosis terbaik dilakukan untuk mengetahui dosis uji mana yang paling baik dalam
menurunkan kadar glukosa darah dengan parameter waktu yang paling cepat dalam menurunkan
kadar glukosa tersebut. Selanjutnya untuk menentukan potensi dari ekstrak daun keji beling
dalam menurunkan kadar glukosa darah dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian dari
obat glibenklamid dengan ekstrak daun keji beling dosis 100 mg/kgBB. Hasil pengujian kedua
kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

15
Adapun grafik perbandingan rata-rata penurunan kadar glukosa darah antara kelompok
glibenklamid dan kelompok ekstrak dosis 100 mg/kgBB dapat dilihat pada

gambar 2.

Berdasarkan gambar 2 diatas menunjukkan hasil penurunan kadar glukosa darah pada
tikus putih dari dua kelompok yaitu kelompok glibenklamid dan kelompok ekstrak dosis 100
mg/kgBB. Dimana secara visual, dapat dilihat bahwa adanya kesamaan dalam penurunan kadar
glukosa darah yang ditunjukkan dari kedua kelompok tersebut yaitu dapat menurunkan kadar
glukosa dalam waktu yang sama pada menit ke 45. Untuk mengetahui dan membandingkan efek
penurunan kadar glukosa darah dari kedua kelompok ini maka dilakukan perhitungan persentase
penurunan kadar glukosa darah. Hasil perhitungan kadar glukosa darah dapat dilihat pada tabel
3.

16
Hasil perhitungan persentase penurunan kadar glukosa darah masing-masing kelompok uji pada
Tabel 3 dapat dilihat secara jelas pada Gambar 3.

Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan


dalam menurunkan kadar glukosa darah. Akan tetapi persentase penurunan kadar glukosa darah
pada kontrol positif lebih besar dibandingkan dengan ekstrak daun keji beling dengan dosis 100
mg/kgBB. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa potensi penurunan kadar
glukosa darah ekstrak daun keji beling dosis 100 mg/kgBB masih lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol positif glibenklamid. Potensi ekstrak daun keji beling lebih rendah dibandingkan
obat glibenklamid. Hal ini mungkin dikarenakan ekstrak yang digunakan masih mengandung
beberapa senyawa metabolit sekunder, sehingga kemungkinan senyawa-senyawa tersebut
berinteraksi baik menguntungkan ataupun merugikan.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumbuhan Keji beling adalah jenis tumbuhan yang biasa ditanam masyarakat sebagai
tumbuhan pagar, dapat tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia. Morfologi dari tumbuhan
keji beling yaitu memiliki batang beruas, bentuk batang yang bulat dengan diameter antara 0,12
– 0,7 cm, berbulu kasar, dan memiliki percabangan monopodial. Daun keji beling (Strobilanthes
crispus [Sinonim=Sericocalyx crispus L]) mengandung zat-zat kimia antara lain kalium, natrium,
kalsium, alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol. Daun keji beling (Strobilanthes crispus)
merupakan jenis tanaman obat yang diketahui memiliki banyak manfaat antara lain untuk
mengobati batu ginjal, batu empedu, kencing manis (diabetes mellitus), wasir/ambeien
(hemorhoid), sulit BAB/sembelit (konstipasi), dan BAK kurang lancar.

B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan dapat terus dikembangkan mengenai manfaat serta
kegunaan yang dapat diperoleh dari sampel berupa daun keji beling.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., Nicholas G.P., and Loyd V.A. (1995). Pharmaceutical Dosage Forms and Drugs
Delivery Systems, 6 th Edition, 253-256, 269, Williams and Willins Malvern, USA.

Astarina, N.G.H., K.W. Astuti dan N.K.Warditiani.(2013). Skrining fitokimia ekstrak metanol
rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana. 2 (4).

Depkes, RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum


Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.

Djamil, R., Pratami, DK, dan Riyantika, LV (2020). Pemeriksaan Parameter Mutu dan Uji
Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase dari Ekstrak Etanol 70% Daun Keji Beling
(Sericocalyx Crispus (L.) Bremek). Jurnal Pengobatan Herbal Indonesia , 5 (1), 1-8.

Ghasemzadeh, A., Jaafar, H. Z., and Rahmat, A. (2015). Phytochemical constituents and
biological activities of different extracts of Strobilanthes crispus (L.) Bremek leaves
grown in different locations of Malaysia. BMC complementary and alternative medicine,
15, 1-10.

Julianto,T.S.(2019).Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining. Yogyakarta :


Universitas Islam Indonesia.

Larasati,T.A dan Putri, M.R.A.B.(2021). Uji Efektivitas Daun Keji Beling (Strobilanthes crispus
[Sinonim=Sericocalyx crispus L]) sebagai Anti Diabetes Mellitus. JK Unila, 5(1), 16-24.

Liza, M. S., Rahman, R. A., Mandana, B., Jinap, S., Rahmat, A., Zaidul, I. S. M., and Hamid, A.
(2010). Supercritical carbon dioxide extraction of bioactive flavonoid from Strobilanthes
crispus (Pecah Kaca). Food and Bioproducts Processing, 88(2-3), 319-326.

Mangunsong, S., dan Melati, RS (2020). Efek Laksatif Ekstrak Etanol Daun Keji Beling
(Strobilanthes Crispus Bi.) Dengan Metode Intestinal Transit Terhadap Tikus Putih
Jantan (Rattus Norvegicus) yang Diinduksi Gambir. Jurnal Kesehatan Farmasi , 69-74.

19
Nurhidayah,K., Fadraersada,J., dan Rijai,L.(2015). Potensi Ekstrak Daun Keji Beling
(Strobilanthes crispus) sebagai penurun kadar glukosa darah : Uji in vivo pada tikus
putih (Rattus norvegicus) Kusnul. Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-2,43-49.

Suproborini, A., Laksana, M. S. D., Kartini, P. R., dan Putri, D. L. P. (2022). Efek Antidiare
Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthes crispus) terhadap Mencit (Mus musculus)
Jantan yang Diinduksi Castor Oil. EnviroScienteae, 18(1), 210-215.

20

Anda mungkin juga menyukai