Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

TOPIK :
JENIS HEWAN DAN TUMBUHAN YANG POPULASINYA BERKURANG

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Andi Bustan, M.Si.

DISUSUN OLEH :
Elis Triwati (223020207014)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah “ Jenis Hewan dan Tumbuhan Yang Populasinya Berkurang “ dapat diselesaikan
dengan sangat baik. Saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Bapak Dr. Andi Bustan,
M.Si.selaku dosen mata kuliah Konservasi Sumber Daya Alam yang telah memberikan kepercayaan
kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini dengan sangat baik dan tepat waktu.

Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.
Semoga makalah “ Jenis Hewan dan Tumbuhan Yang Populasinya Berkurang “ ini bisa bermanfaat bagi
kita semuanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia.....................................................................................5
2.2 Hewan Langka...................................................................................................................................6
2.3 UPAYA PELESTARIAN SATWA LANGKA.............................................................................................12
2.4 TUMBUHAN LANGKA DIINDONESIA...............................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Wacana Lingkungan Hidup dan pelestarian alam dewasa ini merupakan salah satu isu
penting di dunia Internasional. Namun pembahasan mengenai lingkungan cenderung berpusat pada
masalah pencemaran dan bencanabencana lingkungan saja. Padahal persoalan lingkungan tidak
hanya masalah pencemaran dan bencana-bencana lingkungan semata. Masih banyak aspek lain pada
lingkungan yang terkait dengan keperluan vital manusia. Adalah suatu kenyataan bahwa setiap
bagian lingkungan hidup, sekalipun menjadi bagian wilayah suatu negara atau berada di bawah
hidup sebagai suatu keseluruhan. Setiap bagian lingkungan merupakan bagian dari suatu kesatuan (a
wholeness) yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan satu sama lain, membentuk satu kesatuan tempat
hidup yang disebut lingkungan hidup. Perubahan drastis beberapa unsur lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh kegiatan manusia, organisasi-organisasi bisnis publik dan privat, serta negara-
negara, belakangan ini menjadi perhatian besar umat manusia dan negara- negraa, serta
menimbulkan reaksi keras kelompok tertentu, terutama kalangan ekolog.
Salah satu masalah lingkungan yang patut mendapat sorotan dewasa ini adalah laju penurunan
populasi dan kepunahan beberapa spesies. Kepunahan berarti hilangnya keberadaan dari sebuah
spesies atau sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan matinya individu
terakhir spesies tersebut. Suatu spesies dinamakan punah bila anggota terkahir dari spesies ini mati.
Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk hidup dari spesies tersebut yang dapat berkembang
biak dan membentuk generasi. Suatu spesies juga disebut fungsional punah bila beberapa
anggotanya masih hidup tetapi tidak mampu berkembang biak, misalnya karena sudah tua, atau
hanya ada satu jenis kelamin.

Ada banyak alasan mengapa suatu spesies tertentu dapat menjadi punah. Meskipun faktor-
faktor tersebut dapat dianalisis dan dikelompokkan, ada beberapa penyebab kepunahan yang
muncul berkali-kali.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis hewan dan tumbuhan yang populasinya berkurang ?
2. Apa yang menjadi alasan hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan tersebut populasinya
Berkurang ?
3. Bagaimana cara melestarikan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang populasinya berkurang ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berkurang.
2. Untuk mengetahui alasan hewan dan tumbuhan tersebut populasinya berkurang.
3. Untuk mengetahui tentang cara melestarikan hewan dan tumbuhan tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan faunanya. Jumlah spesies flora
dan fauna yang telah ditemukan oleh peneliti telah mencapai ribuan.
Melansir situs resmi yang dikelola oleh Kemkominfo, jumlah spesies flora atau tumbuhan di
Indonesia mencapai sekitar 6.000 spesies. Pohon, perdu, rumput, bahkan parasit, dan
tumbuhan anggrek, merupakan jenis terbesar penyebarannya.
Sedangkan jumlah fauna di Indonesia terhitung lebih dari 207.100 spesies. Jumlah tersebut
terbagi ke dalam beberapa jenis, antara lain:
 Mammalia (hewan menyusui) berjumlah lebih dari 500 jenis
 Pisces (ikan) lebih dari 4.000 jenis
 Aves (burung) lebih dari 1.600 jenis
 Reptilia dan Amphibi lebih dari 1.000 jenis
 Insecta (serangga) ada lebih dari 200.000 jenis.
Meskipun memiliki kekayaan flora dan fauna yang begitu besarnya, Indonesia juga memiliki
daftar hewan dan tanaman langka dan dilindungi.
Dikutip dari buku Tumbuhan Langka Indonesia 50 Jenis Tumbuhan Terancam Punah yang
diterbitkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), status kelangkaan tumbuhan dan
hewan berdasarkan kategori status yang diluncurkan oleh International Union for
Conservation of Nature.
Ada tiga kategori status kelangkaan yang ditetapkan oleh IUCN Red List, yaitu kritis
(critically endangered atau CR), genting (endangered atau EN), dan rawan (vulnerable atau
VU). Kategori tersebut dikerucutkan kembali menjadi lima kriteria, yakni:
Kriteria A = penurunan ukuran populasi
Kriteria B = kisaran sebaran dalam bentuk extent of occurrence (EOO) atau area of occupancy
(AOO)
Kriteria C = ukuran populasi kecil dan cenderung terus menurun
Kriteria D = populasi yang sangat kecil dan terbatas
Kriteria E = analisis kuantitatif (pada kriteria ini jarang digunakan karena membutuhkan
software tertentu).
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia merilis jumlah hewan dan
tumbuhan langka di Indonesia dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
Terdapat 904 total tumbuhan dan satwa langka yang dilindungi oleh negara dengan rincian
787 spesies satwa dan 117 spesies tumbuhan. Berikut adalah 5 tumbuhan dan hewan langka
di Indonesia yang harus dilindungi dan dilestarikan.

2.2 Hewan Langka

Satwa langka atau yang biasa disebut hewan langka adalah hewan yang masuk dalam daftar
IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource) Red list of Threatned
Species. Dimana data tersebut memuat daftar hewan yang masuk dalam kategori hewan yang
terancam punah (Endah, 2013). Daftar hewan tersebut juga dipakai sebagai acuan berbagai pihak baik
swasta maupun pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait konservasi hewan. IUCN secara rutin
mengklasifikasikan dan merilis daftar hewan yang masuk dalam Red List.
Di Indonesia terdapat 816 jenis satwa endemik, dari jumlah tersebut 71 jenis satwa sudah masuk
dalam Red List IUCN, atau dengan kata lain 71 jenis satwa tersebut sudah masuk dalam kategori kritis.
Satwa-satwa tersebut tersebar di beberapa kepulauan di Indonesia, seperti di Sumatra terdapat
harimau sumatra yang jumlahnya hanya tersisa 400-500 ekor, satwa lain yaitu gajah sumatra yang
sering diburu untuk diambil gadingnya, badak sumatra dan orangutan sumatra, di pulau jawa terdapat
macan tutul jawa, dan yang paling langka yaitu badak jawa yang jumlahnya hanya tersisa 20-27 ekor di
dunia, selanjutnya yaitu macan dahan dan orangutan kalimantan yang hanya terdapat di hutan
Kalimantan, di sungai Mahakam terdapat pesut mahakam yang jumlahnya diperkirakan hanya tersisa
70–an ekor. Di pulau Sulawesi terdapat kura-kura hutan Sulawesi dan kera hitam, sementara di
kepulauan Nusa Tenggara Timur yang paling terkenal adalah komodo yang pernah di kandidatkan
sebagai salah satu keajaiban dunia. Di Papua terdapat kanguru pohon mantel emas, dan beberapa
satwa yang termasuk dalam daftar Red List IUCN (IUCN, 2014). Berikut adalah beberapa hewan langka
yang ada diindonesia :

1. Macan Tutul Jawa(Panthe ra pardus melas) atau Javan Leopard


Menurut Anonim; Biotani dan Luigi, panjang Macan
Tutul secara keseluruhan adalah 2,10 m. Tubuh Macan
Tutul tidak begitu buntak (pendek dan gemuk)
sehingga dapat bergerak dengan gesit. Panjang Macan
Tutul dari kepala sampai dengan badan 95-150 cm,
panjang ekor berkisar antara 60-95cm. Berat Macan
Tutul rata-rata adalah 24 -45 kg. Direktorat
Perlindungan dan Pengawetan Alam (1978)
mengatakan bahwa panjang badan dengan ekor bisa
mencapai 170 cm dan beratnya 45 kg. Diameter jejak
kakinya adalah 7-9 cm. Macan tutul mempunyai
penunjukkan gejala perbedaan mendasar besar badan
pada jenis kelamin yang berlainan (dimorphisme). Dalam hal ini yang jantan mempunyai ukuran
lebih besar dari betina, termasuk perbedaan ukuran tengkoraknya. Tulang belakang Macan Tutul
menunjukkan sebagai seekor hewan yang yakin pada kemampuannya untuk melompat dengan
cepat, sedangkan struktur tulangnya memungkinkan dapat menahan bantingan pada waktu jatuh
dari dahan yang tinggi.
Macan Tutul terbagi atas sembilan sub-spesies: Panthera pardus delacouri (Macan Tutul
Indochina), Panthera pardus fusca (Macan Tutul India) ,Panthera pardus japonensis (Macan Tutul
China utara), Panthera pardus kotiya (Macan Tutul Sri lanka), Panthera pardus melas (Macan Tutul
Jawa ), Panthera pardus nimr (Macan Tutul semenanjung Arab), Panthera pardus orientalis (Macan
Tutul amur), Panthera pardus pardus (Macan Tutul Afrika), Panthera pardus saxicolor (Macan Tutul
Kaukasus, Macan Tutul Asia Tengah, Macan Tutul Persia).
Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) merupakan sub spesies Macan tutul yang sebarannya
sangat terbatas, hanya di Pulau Jawa, Kangean, Nusa Kambangan dan Pulau Sempu. Macan tutul
jawa merupakan satwa yang dilindungi Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, termasuk
dalam Redlist IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dengan
kategori Critically Endangered dan termasuk dalam Appendix I CITES (Convention on International
Trade in En-dangered Species of Wild Fauna and Flora). Setelah Harimau jawa (Panthera tigris
sondaica) dinyatakan punah, Macan tutul memegang peranan penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem hutan di Pulau Jawa, sehingga merupakan spesies kunci (keystone
species). Populasi Macan tutul di Pulau Jawa belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan
terus menurun dan penyebarannya diperkirakan terus menyempit akibat fragmentasi hutan.
Santiapillai & Ramono dalam Sakaguchi menduga jumlah total populasi Macan tutul di kawasan
konservasi di Pulau Jawa sekitar 350 – 700 ekor.

2. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)


Badak merupakan salah satu mamalia besar di
Indonesia yang terancam punah. Di Indonesia
terdapat dua spesies badak yaitu badak sumatera
(Dicerorhinus sumatrensis) dan badak jawa
(Rhinoceros sondaicus). Badak jawa adalah
anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima
badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus
yang sama dengan badak india dan memiliki kulit
bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini
memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m.
Badak ini lebih kecil daripada badak india dan
lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit
daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Hewan yang sangat membutuhkan pertolongan ini berstatus IUCN Critically Endangered, artinya
tinggal satu langkah lagi menemui kepunahan. Saat ini saja populasi Badak Jawa hanya tinggal 63
ekor saja dan hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Indonesia sehingga badak bercula
satu ini merupakan ikon yang sangat penting bagi Taman Nasional ujung Kulon (TNUK).

3. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)


Gajah sumatera adalah salah satu sub spesies gajah asia, nama ilmiahnya Elephas maximus
sumatranus. Di alam bebas, gajah sumatera hanya hidup di pulau Sumatera. Saat ini kondisinya
sangat mengkhawatirkan dan digolongkan ke dalam daftar merah IUCN.
Habitat gajah sumatera yakni hutan alam di pulau Sumatera sedang mengalami kerusakan parah.
Kondisi ini menyebabkan hilangnya sebagian habitat gajah. Dalam jangka panjang akan
mengancam kelangsungan hidup mamalia darat terbesar ini.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Mamalia
Family: Elephantidae
Genus: Elephas
Spesies: Elephas maximus
Sub spesies: Elephas maximus sumatranus
Secara ilmiah gajah diklasifikasikan ke dalam
keluarga Elephantidae. Terdapat dua genus
hewan yang termasuk dalam keluarga
Elephantidae yang masih hidup di muka bumi
yaitu genus Elephas dan Loxodonta. Genus
Elephas terdiri dari satu spesies yaitu Elephas maximus atau yang kita kenal sebagai gajah asia.
Sedangkan Loxodonta terdiri dari dua spesies yakni Loxodonta africana dan Loxodonta cyclotis
keduanya digolongkan sebagai gajah afrika.
Gajah asia atau Elephas maximus memiliki tiga sub spesies yaitu Elephas maximus indicus, Elephas
maximus maximus dan Elephas maximus sumatranus. Gajah sumatera adalah salah satu sub
spesies gajah asia, nama ilmiahnya Elephas maximus sumatranus.
Di Indonesia terdapat juga gajah kalimantan yang masih digolongkan sebagai Elephas maximus
indicus. Namun dalam keterangan lain disebutkan bahwa gajah kalimantan merupakan sub spesies
tersendiri, yakni Elephas maximus bornensis.
Genus Loxodonta sendiri terdiri dari dua spesies, yakni Loxodonta africana ditemukan hidup di
wilayah savana Afrika dan Loxodonta cyclotis ditemukan di hutan tropis Afrika.Versi lain
menyebutkan hanya ada satu spesies gajah dari genus Loxodonta. Menurut versi ini kedua jenis
gajah Afrika tersebut merupakan sub spesies, yakni Loxodonta africana africana dan Loxodonta
africana cyclotis.
Ciri-ciri gajah sumatera
Gajah sumatera memiliki ciri khas tertentu, terutama bila diamati dari bentuk fisiknya. Ciri-ciri
gajah sumatera secara umum adalah sebagai berikut:

 Bobot gajah sumatera sekitar 3-5 ton dengan tinggi 2-3 meter.
 Kulitnya terlihat lebih terang dibanding gajah Asia lain dan dibagian kupingnya sering
terlihat depigmentasi, terlihat seperti flek putih kemerahan.
 Hanya gajah jantan yang memiliki gading yang panjang. Pada betina, kalaupun ada
gadingnya pendek hampir tidak kelihatan. Berbeda dengan gajah Afrika dimana jantan dan
betina sama-sama punya gading.
 Ciri mencolok lainnya ada pada bagian atas kepala. Gajah sumatera memiliki dua tonjolan
sedangkan gajah Afrika cenderung datar.
 Kuping gajah sumatera lebih kecil dan berbentuk segitiga sedangkan gajah Afrika kupingnya
besar dan berbentuk kotak.
 Gajah sumatera memiliki 5 kuku di kaki bagian depan dan 4 kuku di kaki belakang.

Gajah sumatera hidup di hutan-hutan dataran rendah di bawah 300 meter dpl. Tapi juga sering
ditemukan merambah ke dataran yang lebih tinggi. Jenis hutan yang disukainya adalah kawasan
rawa dan hutan gambut. Populasinya tersebar di 7 propinsi meliputi Nangroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.
Pada tahun 2007 populasi gajah sumatera di alam liar diperkirakan sekitar 2400-2800 ekor. Turun
separuhnya dibanding tahun 1985 sekitar 4800 ekor. Saat ini jumlahnya terus diperkirakan
mengalami penyusutan. Karena habitat hidupnya terus menyempit. Terhitung 25 tahun terakhir,
Pulau Sumatera telah kehilangan 70% luas hutan tropis yang menjadi habitat gajah.
Gajah termasuk binatang nokturnal yang aktif di malam hari. Hewan ini hanya membutuhkan
waktu tidur selama 4 jam per hari dan terus bergerak selama 16 jam untuk menjelajah dan mencari
makanan. Sisanya digunakan untuk berkubang dan bermain. Pergerakan gajah dalam sehari bisa
mencapai areal seluas 20 km2. Idealnya kebutuhan luas areal untuk habitat gajah liar minimal 250
km2 berupa hamparan hutan yang tidak terputus.
Pada tahun 2011, IUCN menetapkan status konservasi gajah sumatera ke dalam
kategori Critically Endangered (CR). Artinya, satwa ini berada diambang kepunahan. Status CR
berada hanya dua tingkat dari status punah di alam liar dan punah sepenuhnya.
Status konservasi gajah sumatera dalam sistem hukum di Indonesia termasuk satwa yang
dilindungi oleh UU No.5 tahun 1990 dan PP 7/1999. Perlindungan diberikan karena ancaman
terhadap kelangsungan hidupnya semakin besar. Ancaman terbesar datang karena rusaknya
habitat karena berebut dengan lahan perkebunan dan pertanian. Sehingga sering kali terjadi konflik
dengan manusia. Ancaman lain karena perburuan untuk diambil gadingnya.
Demikian sekilas info tentang satwa Gajah yang selama ini ada berdampingan dengan kehidupan
kita, seyogyanya sebagai khalifah di muka bumi ini kita hendaklah berlaku bijak dan punya
tanggung jawab bersama dalam melindungi kelangsungan hidup satwa ini… (Maman Suherman,
A.Md, staf Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan Balai Besar TNBBS).

4. Kura-kura Hutan Sulawesi (Leucocepha lon yuwonoi)


Kura-kura hutan Sulawesi atau kura-kura
paruh betet (Sulawesi Forest Turtle) yang
dalam bahasa latin disebut Leucocephalon
yuwonoi memang kura-kura langka. Kura-kura
hutan sulawesi (kura-kura paruh betet)
termasuk salah satu dari 7 jenis reptil paling
langka di Indonesia. Bahkan termasuk dalam
daftar The World’s 25 Most Endangered
Tortoises and Freshwater Turtles—2011 yang
dikeluarkan oleh Turtle Conservation
Coalition.
Kura-kura hutan sulawesi yang dipertelakan pada tahun 1995 ini sering disebut juga sebagai
kura-kura paruh betet. Ini lantaran bentuk mulutnya yang meruncing menyerupai paruh burung
betet.
Dalam bahasa Inggris kura-kura hutan sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai
Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya, kura-kura ini mempunyai nama latin Leucocephalon
yuwonoi (McCord, Iverson & Boeadi, 1995) yang bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi (McCord,
Iverson & Boeadi, 1995) dan Heosemys yuwonoi (McCord, Iverson and Boeadi, 1995). Dahulunya
kura-kura hutan sulawesi digolongkan dalam genus Heosemys, namun sejak tahun 2000
dimasukkan dalam genus tunggal Leucocephalon. Kata ‘yuwonoi’ dalam nama ilmiahnya merujuk
pada Frank Yuwono yang kali pertama memperoleh spesimen pertama kura-kura hutan sulawesi ini
di pasar di Gorontalo Sulawesi.
Ciri-ciri. Kura-kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) berukuran sedang dengan karapas
sepanjang 28 – 31 cm (jantan) dan 20 – 25 cm (betina). Daerah sebarannya hanya terdapat di pulau
Sulawesi bagian utara. Karenanya hewan langka ini merupakan hewan endemik pulau Sulawesi,
Indonesia dan tidak ditemukan di daerah lain. Tidak banyak yang diketahui tentang perilaku alami
kura-kura hutan sulawesi ini. Kura-kura hutan sulawesi yang merupakan hewan diurnal banyak
menghabiskan waktu di hutan dan hanya berpindah ke air ketika malam untuk beristirahat dan
melakukan perkawinan.
Populasi dan Konservasi. Pada tahun 1990-an diperkirakan populasi kura-kura hutan sulawesi
(Leucocephalon yuwonoi) masih sangat melimpah namun saat ini diperkirakan populasinya di alam
liar tidak mencapai 250 ekor.
Ancaman utama populasi kura-kura langka ini adalah perburuan dan perdangan bebas sebagai
bahan makanan dan hewan peliharaan. Pada awal tahun 1990-an, sekitar 2.000 – 3.000 ekor
diperkirakan diperdagangkan ke China sebagai bahan makanan. Selain itu kura-kura hutan sulawesi
(Leucocephalon yuwonoi) juga banyak diekspor ke Eropa dan Amerika sebagai hewan peliharaan.
Selain perburuan, rusaknya habitat akibat kerusakan hutan (penebangan kayu komersial, pertanian
skala kecil, dan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit) juga menjadi ancaman bagi
kelangsungan populasi kura-kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi). Hal ini diperparah oleh
rendahnya tingkat reproduksi kura-kura hutan sulawesi (Sulawesi Forest Turtle).
Lantaran jumlah populasi yang sedikit dan sifatnya yang endemik, sang kura-kura paruh betet ini
oleh IUCN Red List dikategorikan sebagai spesies Critically Endangered (sangat terancam punah).
Bahkan The Turtle Conservation Coalition, sebuah koalisi konservasi kura-kura yang terdiri atas
berbagai lembaga konservasi seperti IUCN/SSC Tortoise and Freshwater Turtle Specialist Group,
Wildlife Conservation Society (WCS), Turtle Survival Alliance (TSA), Conservation International (CI)
dan lainnya memasukkan kura-kura hutan sulawesi sebagai salah satu dari 25 Kura-Kura Paling
Langka dan Terancam Punah Di Dunia (The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater
Turtles) Tahun 2011. Organisasi perdangan satwa dunia, CITES, juga telah memasukkan kura-kura
hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) dalam daftar CITES Apendix II. Dengan demikian
perdagangan internasional kura-kura langka dan endemik Sulawesi ini tidak diperbolehkan.

5. Orangutan Sumatera (Pongo abelii)


Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah spesies
orangutan terlangka. Orangutan Sumatra hidup dan
endemik terhadap Sumatra, suatu pulau yang
terletak di Indonesia. Mereka lebih kecil daripada
orangutan Kalimantan. Orangutan Sumatra memiliki
tinggi lebih kurang 4.6 kaki dan berat 200 pon.
Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100
pon.
Dibandingkan Orangutan Kalimantan, orangutan
Sumatra lebih menyukai pakan buah-buahan dan
terutama juga serangga.[2] Buah yang disukai termasuk buah beringin dan nangka. Mereka juga
makan telur burung dan vertebrata kecil.[3] Orangutan Sumatra lebih singkat dalam makan di
batang dalam suatu pohon.Orangutan Sumatra liar di rawa Suaq Balimbing diamati menggunakan
peralatan.[4] Seekor orangutan mematahkan cabang pohon yang panjangnya lebih kurang satu
kaki, menyingkirkan ranting-rantingnya dan mengasah ujungnya. Lalu beliau menggunakan batang
itu untuk mencungkil lubang pohon untuk mencari rayap. Mereka juga menggunakan batang itu
untuk memukul-mukul dinding sarang lebah. Selain itu, orangutan juga menggunakan peralatan
untuk makan buah. Ketika buah pohon Neesia matang, buah itu keras, kulit yang bergerigi melunak
hingga beliau jatuh buka. Di dalamnya berada biji yang disukai orangutan, namun mereka
diselimuti rambut yang menyerupai serat kaca yang sakit bila termakan. Orangutan pemakan
Neesia akan memilihkan pilihan batang lima inci, mengulitinya dan selanjutnya menghilangkan
bulu-bulu itu dengannya. Bila buah itu sudah lepas sama sekali dari kotoran, kera itu akan makan
bijinya menggunakan batang itu atau jemarinya. Meskipun rawa yang serupa berada di Kalimantan,
orangutan Kalimantan liar belum diamati menggunakan peralatan jenis ini.
NHNZ memfilemkan orangutan Sumatra untuk caranya Wild Asia: In the Realm of the Red Ape;
cara itu menampilkan salah satu orangutan menggunakan peralatan sederhana, ranting, untuk
menjangkau makanan dari tempat yang sulit. Berada juga serangkaian gambar seekor hewan
menggunakan daun akbar untuk payung ketika terjadi hujan badai tropis
Orangutan Sumatra juga lebih suka diam di pohon daripada sepupunya dari Kalimantan; hal ini
mungkin karena beradanya pemangsa seperti harimau Sumatra. Mereka bangung dari pohon ke
pohon bergelantungan menggunakan lengannya.
Orangutan Sumatra endemik dari pulau Sumatra dan hidupnya terbatas di anggota utara pulau
itu. Di dunia, orangutan Sumatra bertahan di provinsi Aceh (NAD), ujung sangat utara Sumatra.[5]
Primata ini dulu tersebar lebih luas, ketika mereka ditemukan lebih ke Selatan tahun 1800-an
seperti di Jambi dan Padang.[6] Berada populasi kecil di provinsi Sumatera Utara sepanjang
perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutan danau Toba. Survei di danau Toba hanya
menemukan dua areal habitat, Bukit Lawang (didefinisikan untuk suaka margasatwa) dan Taman
Nasional Gunung Leuser.[7] Tahun 2002, World Conservation Union menempatkan spesies ini
dalam IUCN Red List dengan status kritis.

2.3 UPAYA PELESTARIAN SATWA LANGKA

Banyak upaya yang telah dilakukan pihak pemerintah sebagai usaha dalam melestarikan atwa
langka di Indonesia. Upaya pelestarian dilakukan di habitat asli satwa langka dan diluar habitat
satwa langka. Pelestarian di habitat asli satwa langka misalnya dengan membuat 28 suaka
margasatwa, atau kawasan yang khusus melindungi hewan, upaya lain adalah dengan membuat
taman nasional. Dengan adanya taman nasional, habitat asli satwa langka akan terjaga. Selanjutnya
upaya pelestarian yang dilakukan dari luar habitat asli satwa adalah dengan membuat
penangkaran, dan kebun binatang. Upaya ini dilakukan sebagai upaya rehabilitasi, identifikasi dan
pembiakan satwa langka itu sendiri.
Selain upaya yang dilakukan pemerintah, kita juga dapat ikut serta dalam upaya pelestarian satwa
langka salah satunya dengan tidak berburu hewan secara sembarangan terutama satwa-satwa yang
langka dan dilindungi, ikut membudi dayakan satwa dengan cara-cara yang benar, ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan konservasi alam dan mengkampanyekan kelangkaan satwa-satwa di Indonesia.

2.4 TUMBUHAN LANGKA DIINDONESIA

Tumbuhan adalah bagian dari sumber daya alam yang tidak ternilai harganya sehingga
kelestariannya perlu dijaga melalui upaya pengawetan jenis ( Pengawetan adalah upaya untuk
menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam
maupun di luar habitatnya tidak punah) 6 Tumbuhan ditetapkan sebagai Tumbuhan Langka dan
wajib dilindungi apabila telah memenuhi kriteria : a. mempunyai populasi yang kecil b. adanya
penurunan yang tajam pada jumlah individu dialam; c. Penyebarannya yang terbatas (endemik).
Dengan begitu, Tumbuhan Langka juga dapat diartikan sebagai bagian dari sumber daya alam yang
tidak ternilai harganya yang mempunyai populasi yang kecil maupun penurunan jumlah individu
dan penyeberannya yang terbatas sehingga penting untuk dijaga kelestarianya.
Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature) Tumbuhan Langka dapat
dikategorikan dalam IUCN Red List of Threatened Species atau disingkat IUCN Red List sebagai
daftar status kelangkaan suatu spesies dengan kategori status konservasi IUCN Redlist versi 3.1
meliputi :
a. Extinct (EX; Punah) adalah status konservasi diberikan kepada spesies yang terbukti (tidak ada
keraguan lagi) bahwa individu terakhir spesies tersebut sudah mati.
b. Extinct in the Wild (EW; Punah di Alam Liar) adalah status konservasi yang diberikan kepada
spesies yang hanya diketahui berada di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka.
c. Critically Endangered (CR; Kritis) adalah status konservasi yang diberikan kepada pesies yang
menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat.
d. Endangered (EN; Genting atau Terancam) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies
yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang.
e. Vulnerable (VU; Rentan) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang
menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang.
f. Near Threatened (NT; Hampir Terancam) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies
yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekatai terancam kepunahan, meski tidak
masuk ke dalam status terancam.
g. Least Concern (LC; Berisiko Rendah) adalah kategori IUCN yang diberikan untuk spesies yang
telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun.leas
h. Data Deficient (DD; Informasi Kurang) adalah sebuah takson dinyatakan “informasi kurang”
ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya
berdasarkan distribusi dan status populasi
i. Not Evaluated (NE; Belum dievaluasi) adalah sebuah takson dinyatakan “belum dievaluasi” ketika
tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria di atas

berikut adalah beberapa contoh tumbuhan langka diindonesia :

1. Kantong Semar
Kantong semar merupakan tumbuhan karnivora
yaitu tumbuhan pemakan daging seperti serangga dan
hewan-hewan kecil. Banyak yang menyangka kantong pada
tumbuhan ini merupakan bunganya. Padahal, kantong ini
merupakan daun yang sudah termodifikasi. Kantong ini
berfungsi untuk menangkap serangga dan hewan-hewan
kecil lainnya. Kantong khusus pada tumbuhan kantong
semar ini dilapisi oleh lilin yang sangat licin sehingga
menyulitkan serangga yang sudah terperangkap dalam
kantong ini untuk naik dan keluar. Kantong ini juga
menghasilkan cairan asam yang bernama proteolase yang
berfungsi untuk mencerna kerangka keras dan daging
serangga. Bentuknya terbilang unik, mengantong dan
membulat pada bagian ujungnya. Ada yang bilang mirip tokoh pewayangan Semar dengan perut
buncitnya. Karena itulah, tumbuhan ini diberi nama Kantong Semar.
Kantong semar hidup secara epifit atau menempel pada batang pohon. Seperti jenis
tumbuhan karnivora lainnya, kantong semar tumbuh baik pada tanah atau tempat-tempat yang
miskin unsur hara. Kantong semar ada yang hidup di tempat lembab dan sedikit sinar matahari
dan adapula yang hidup di tempat yang terbuka dengan cahaya matahari yang banyak.
Di Indonesia setidaknya terdapat 85 jenis kantong semar. Habitat terbanyak berada di
Kalimantan dan Sumatera. Sayangnya, kekayaan jenis kantong semar tersebut masih kurang
mendapat perhatian. Menurut data IUCN Red List, sedikitnya 27 spesies terancam punah,
bahkan 4 diantaranya merupakan spesies dengan status Critically Endengered (Kritis) dan empat
lainnya berstatus Endengered (Terancam). Di Taman Nasional Batang Gadis hingga saat ini telah
teridentifikasi 5 Jenis kantong semar. 5 jenis tersebut termasuk kategori Appendix II menurut
CITES yaitu Nepenthes ampullaria Jack, Nepenthes gymnamphora Nees, Nepenthes
reinwardtiana Miq, Nepenthes lingulata Chi.C. Lee, Hernawati & P. Akhriadi, dan Nepenthes
sumatrana (Miq.) beck. Sedangkan berdasarkan P.106 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi di Indonesia, 3 jenis merupakan tumbuhan yang dilindungi yaitu Nepenthes
gymnamphora Nees, Nepenthes lingulata Chi.C. Lee, Hernawati & P. Akhriadi, dan Nepenthes
sumatrana (Miq.) Beck . 1 (satu ) jenis merupakan jenis yang sangat dilindungi berdasarkan IUCN
Red list dengan status Critically Endangered (CR) yaitu Nepenthes sumatrana (Miq.) beck

2. Rafflesia
Rafflesia Arnoldi adalah bunga raksasa yang ditemukan oleh Thomas Stanford Raffles pada tahun
1818 di hutan Sumatra. Satu individu bunga Rafflesia Arnoldi yang juga dinamakan bunga
bangkai mekar sempurna di akar yang
tergantung di pohon medang atau jauh di
atas tanah dengan jarak 170 sentimeter di
Jorong Data Simpang Dingin, Nagari
Paninjauan, Kabupaten Agam, Sumatera
Barat.
Bunga Rafflesia itu berada di
pohon dan saat ini sudah mekar
sempurna, kata pengendali Ekosistem
Hutan Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Resor Agam Ade Putra,
Kamis (23/1/2020). Dia menyebutkan bahwa bunga Rafflesia yang mekar di pohon di wilayah
Kecamatan Tanjung Raya itu tergolong langka, sedangkan di Agam wilayah barat merupakan
yang pertama kali ditemukan.
Biasanya, bunga yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem itu hidup di atas tanah.
Ini suatu keunikan dan sebelumnya pengunjung kaget melihat kondisi itu dan berencana akan
melihat apabila mekar nanti. Ade mengatakan bahwa bunga Rafflesia itu bisa tumbuh di pohon
karena inangnya berupa tumbuhan akar jenis Tetrastigma yang melilit batang pohon medang
sampai pucuknya. Bakal bunga tumbuh di antara akar yang melilit batang pohon tersebut.

3. Edelweis
Edelweis adalah sejenis bunga endemik zona
alpine/montana yang dapat dijumpai di
berbagai pegunungan tinggi Indonesia.
Bunga ini hanya mampu tumbuh di daerah
pegunungan dan memerlukan sinar matahari
penuh. Bunga dari famili Asteraceae ini
sangat cantik dan mampu mekar dalam
waktu yang lama sehingga dijuluki "bunga
abadi".
Edelweis memiliki peran sebagai tumbuhan
pioner (pelopor) bagi tanah vulkanik muda
pegunungan serta mampu beradaptasi
dengan baik di tanah yang tandus dan miskin hara.
Di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) terdapat tiga jenis spesies edelweis yang
dapat dijumpai yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia dan Anaphalis viscida. Menariknya
kini telah ditemukan satu jenis edelweis yang sebarannya hanya ada di pulau Jawa, yaitu
Anaphalis maxima. Jenis ini dijumpai di Batu Pangsujudan pada ketinggian 2.500 meter di bawah
permukaan laut, yang berada di wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II
Majalengka.
Sobat Ciremai, perlu kita ketahui pada tingkat semai, edelweis hanya mencapai tinggi 20
cm yang memerlukan waktu kurang lebih selama 13 tahun. Sungguh sangat disayangkan apabila
keberadaannya di alam terganggu oleh tangan jahil manusia yang merenggut keindahannya. Bisa
dibayangkan berapa lama waktu yang harus dihabiskan untuk bisa melihat bunga ini tumbuh
dengan indahnya di alam pegunungan.
Sangatlah bijak apabila ungkapan "mencintai tidak harus memiliki" digunakan pada sang
"bunga abadi". Mencintai bunga ini dengan turut menjaga kelestariannya tanpa harus memiliki
agar keberadaannya di alam tetap bisa terjaga dengan baik
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Satwa adalah bagian dan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya sehingga
kelestarianya perlu dijaga melalui upaya meminimalisir pergadangan hewan ilegal dan
pemburuan satwa langka. Berdasarkan hal tersebut dan sebagai pelaksanaan Undangundang
Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dipandang
perlu untuk menetapkan peraturan tentang perdagangan jenis tumbuhan dan satwa dengan
peraturan pemerintah. Selain Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 diatur juga dalam PP no 7
tahun 1999.
Terdapat banyak jenis hewan dan tumbuhan yang populasi nya berkurang
diindonesia, contohnya badak sumatera, macan tutul jawa, orang otan, rafflesia arnoldi,
bunga edelweiss dan lain lain. Agar semua itu terhindar dari kepunahan maka dilakukan
lah upaya pelestarian. Baik itu dengan pemerinah yang mengeluarkan peraturan tentang
hewan dan tumbuhan yang dilndungi tersebut.

3.2 Saran

Dengan membaca makalah ini pembaca disarankan agar bisa menidentifikasikan jenis
hewan dan tumbuhan yang dilindungi atau populasinya berkurang, dan lebih peduli
terhadapnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unissula.ac.id/15918/5/bab%20I.pdf

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/294/7/UNIKOM_Teguh%20Setia
%20Anugrah_10.%20BAB%20I.pdf

http://eprints.umpo.ac.id/2662/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai