Anda di halaman 1dari 2

METODE-METODE DALAM sosial bila secara kuantitas jumlah individu yang mengalami masalah tersebut secara

kuantitas bertambah. Misalnya, jumlah siswa SD yang mengalami stress meningkat dari 5%
PENELITIAN ILMU SOSIAL
menjadi 95% siswa setelah K13 diberlakukan, maka masalah ini bukan lagi realitas
psikologis atau individu tetapi sudah berubah menjadi masalah sosial. Siswa SD mengalami
1. Metode Penelitian Sosial (Social Research Method) stress bukan karena masalah karakter individu atau problem psikologis lainnya, namun
Mahasiswa selalu dihadapkan pada permasalahan teoritis dan metodologis dalam proses karena masalah lingkungan atau struktur di luar individu, dalam hal ini terkait dengan
penulisan tugas akhir atau skripsi. Permasalah muncul karena kebingungan menentukan topik
penetapan kurikulum baru. Kedua, masalah individu bisa menjadi public issues bila sebab
skripsi dan teori serta metode yang harus digunakan dalam penelitian mereka. Tidak sedikit dan dampak/akibat sebuah masalah terjadi karena faktor struktur atau
dari mahasiswa yang kurang memahami bahwa dua permasalahan tersebut memiliki konteks/lingkungan/masyarakat dimana masalah tersebut terjadi. Masalah teroris menjadi
keterkaitan satu dengan yang lainnya. Pemilihan teori yang akan digunakan sebagai pisau masalah sosial karena tidak lagi terkait dengan bagaimana seorang teroris memaknai jihad,
dalam menganalisis sebuah realitas sosial akan selalu memiliki konsekuensi pada pemilihan tetapi sebab munculnya terorism karena sistem yang sangat kapitalistik, kemiskinan,
metode penelitian yang akan digunakan dalam pengumpulan data atau informasi. Misalnya, kesenjangan dan sebab struktur lainnya.
jika seorang mahasiswa menggunakan teori Peter L. Berger tentang konstruksi realitas sosial Banyak cara yang bisa dilakukan oleh seorang peneliti dalam proses menemukan atau
maka metode penelitian yang tepat untuk digunakan adalah metode kualitatif atau lebih menentukan masalah sosial. Termasuk diantara cara tersebut adalah melalui pengalaman,
tepatnya menggunakan metode fenomenologi.
pengamatan, media, diskusi dan yang paling utama dengan cara membaca berbagai literatur
Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang metode penelitian, mahasiswa harus terlebih seperti buku dan jurnal penelitian (Bryman, 2004).
dahulu memahami apa yang dimaksud dengan penelitian sosial (social reseach). Menurut
Neuman (Neuman, 2000), penelitian sosial merupakan kumpulan metode-metode yang
2. Perbedaan metode atau cara melihat realitas sosial
digunakan oleh peneliti secara sistematis, terstruktur dan terorganisasi untuk Setelah peneliti mampu melakukan imaginasi sosiologis maka mereka diharapkan
menghasilkan pengetahuan tentang dunia sosial (social world) atau realitas sosial. Hal ini mampu menemukan atau menentukan masalah sosial yang akan diteliti. Tahap selanjutnya
berarti, seorang peneliti harus mematuhi aturan dan tahapan yang disyaratkan oleh sebuah yang harus dilalui oleh seorang peneliti adalah menentukan bagaimana memandang atau
metode penelitian. Aturan inilah yang membedakan pengetahuan yang diperoleh seseorang mengkaji realitas sosial yang akan diteliti tersebut. Secara umum, ada dua cara pandang
dari common sense, yaitu pengetahuan yang secara bersama-sama dimiliki oleh peneliti dan
(perspektif/paradigma) yang bisa dipilih seorang peneliti dalam melihat sebuah masalah
masyarakat di sekitarnya. sosial, yaitu positivis (perspektif marko) dan post-positivis (perspektif mikro/interpretive).
Setelah memahami apa yang dimaksud dengan metode penelitian sosial dan Perspektif alternatif lain di luar dua mainstream tersebut adalah perspektif yang mencoba
perbedaannya dengan pengetahuan common sense, mahasiswa lebih lanjut harus mampu menempatkan atau menggbungkan keduanya dalam satu atap (perspektif messo).
memahami apa yang dimaksud dengan dunia atau realitas sosial. Permasalahan yang sering
muncul adalah seorang peneliti mengalami kesulitan untuk membedakan mana yang
2. 1. Perspektif atau pemikiran positifis yang mendasari metode kuantitatif
dimaksud dengan realitas individu dan realitas sosial. Permasalahan ini lebih lanjut akan Perspektif positivis melihat realitas sosial adalah berada di luar individu (external
mengakibatkan kesulitan bagi mahasiswa untuk memilih atau menentukan topik penelitian reality. Realitas sosial ini bersifat mengatur dan mempolakan tindakan individu secara
yang akan dilakukan. Seorang peneliti akan bisa membedakan realitas individu dan realitas
terulang (menjadi hukum) yang dapat ditemukan dan diprediksi. Misalnya, kondisi ekonomi
sosial melalui apa yang dijelaskan oleh Giddens (2010) dengan imajinasi sosiologis. Giddens seorang individu akan mengatur dan mempolakan bagaimana cara dia berperilaku atau
menyatakan bahwa masalah individu (personal troubles) dan masalah sosial (public issues) bertindak seperti berpakaian, berpikir, berkomunikasi atau bahkan cara belajar di kampus.
dapat dibedakan dengan beberapa cara. Pertama, masalah individu bisa menjadi masalah
Perspektif ini menempatkan seorang individu sebagai human yang pasif yaitu sangat

tergantung pada realitas atau struktur sosial (masyarakat, norma, aturan) yang ada di luar instrumen penelitian utama yaitu kuesioner. Dalam penelitian kuantitatif, faktor-faktor
dirinya. Cara pandang atau berpikir seperti ini sebenarnya mereplika cara berpikir dalam yang mempengaruhi tindakan atau perilaku seorang individu ini disebut dengan variabel X
ilmu-ilmu alam (natural science) yang juga menempatkan nature atau fenomena alam secara atau variabel independent (bebas/pengaruh/tidak terikat). Sementara itu, tindakan atau
lebih dominan dibandingkan obyek (termasuk human) yang hidup di dalamnya. Seorang perilaku individu yang dipengaruhi oleh faktor di luar individu disebut dengan variabel Y
manusia akan tunduk atau takluk pada fenomena alam yang ada di luar dirinya seperti, (terikat/terpengaruh).
bergantinya siang dan malam, pergantian musim, hukum gravitasi dan hukum-hukum alam Lebih lanjut, faktor atau realitas sosial yang mempengaruhi prestasi seorang mahasiswa
lainnya. Manusia hanya bisa mengendalikan hukum alam dengan perkembangan teknologi bisa dicari dan dikembangkan oleh peneliti melalui teori atau konsep yang telah ada.
dengan meminimalkan atau memaksimalkan pengaruhnya. Hubungan antara individu- Misalnya, menurut beberapa teori dan hasil penelitian, prestasi seorang mahasiswa akan
individu dan struktur di luar dirinya dapat digambarkan dalam bagan berikut ini : dipengaruhi oleh beragam faktor, mulai dari bagaimana kondisi ekonomi keluarganya,
bagaimana dia berinteraksi dengan peer group nya, bagaimana dia menerapkan peraturan dan
Bagan 1. Perspektif Positivis menggunakan fasilitas di kampus, bagaimana dia memberikan perspesi terhadap kurikulum
yang diterapkan dan juga respon terhadap kemampuan mengajar dosennya. Cara berpikir
Tingkat Pendapatan
Orang tua yang didasarkan pada teori atau konsep yang telah ada sebelumnya inilah yang disebut
Norma Agama dengan cara berpikir deduktif yang merupakan dasar dari metode atau penelitian kuantitatif.
Jenis Peer Group

Tujuan dari berpikir deduktif adalah menguji teori yang sudah ada apakah terbukti atau tidak
Tingkat Prestasi Mahasiswa 1
Aturan Kampus
dalam sebuah konteks sosial tertentu.
Tingkat Prestasi Mahasiswa 2

Tingkat Prestasi Mahasiswa 3


Bagan 2. Proses Berpikir Deduktif
Tingkat Prestasi Mahasiswa 4
Fasilitas Kampus
Kemampuan Dosen Teori (umum/general) khusus (realitas atau konteks sosial dimana teori
akan diuji)
Kurikulum

Kritik terhadap penelitian positivis dengan metode kuantitatif yaitu mengabaikan nilai
= variabel Y dalam proses penelitian, baik nilai yang melekat pada obyek penelitian (individu yang
= variabel X (fokus penelitian) diteliti) dan nilai yang melekat pada peneliti (harus obyektif) agar tidak terjadi bias dalam
= mengontrol, mendominasi, mempolakan tindakan individu/mahasiswa penelitian. Oleh karena itu penelitian kuantitatif dikenal dengan perspektif yang bebas nilai
(value free).
Bagan di atas menunjukkan bagaimana perspektif positivis melihat sebuah realitas
sosial. Perspektif ini lebih fokus pada struktur atau realitas sosial yang berada di luar individu 2. 2. Perspektif atau pemikiran post-positivis yang mendasari metode kualitatif
yang mendominasi atau mempengaruhi bagaimana individu-individu akan berperilaku atau Konsep post dalam post-positivis sering diartikan dalam dua hal yaitu sebagai masa
melakukan tindakan. atau waktu setelah dominasi perspektif positivis dan juga kritik terhadap perspektif tersebut.
Seorang peneliti yang memilih perspektif positivis akan disibukkan dengan mencari Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemikiran positivis banyak mendapatkan kritik
berbagai faktor atau realitas sosial yang mempengaruhi atau menyebabkan tindakan atau karena ‘rezim’ bebas nilainya. Pemikiran ini menganggap manusia sebagai makhluk pasif
perilaku individu. Perilaku dan tindakan yang nampak inilah yang selanjutnya akan yang hanya bisa tunduk pada dominasi realitas sosial di luar dirinya. Perspektif post-positifis
dikaji dalam penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan sebaliknya berpendapat lain. Seorang individu memiliki kapasitas untuk berpikir yang
memungkinkan dirinya secara sadar melakukan sebuah perilaku atau tindakan untuk tujuan makna tersebut melalui interaksi sosial mereka sehari-hari. Terkait bagan di atas, seorang
tertentu, terlepas dari pengaruh atau dominasi struktur di luar dirinya. Perilaku atau tindakan peneliti ingin mengkaji tentang sebuah realitas sosial yaitu menurunnya prestasi mahasiswa.
individu inilah yang pada akhirnya membentuk kumpulan atau agregat yang menjadi cikal Berbeda dengan perspektif positivis yang akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan
bakal terbentuknya sebuah struktur atau realitas sosial. Oleh karena itu, perspektif post- realitas tersebut muncul, seorang peneliti yang menggunakan perspektif post-positivis akan
positivis menekankan bahwa penelitian ilmu sosial seharusnya lebih fokus untuk mengkaji fokus pada sumber darimana realitas tersebut terbentuk yaitu mahasiswa itu sendiri.
tindakan sosial yang memiliki makna atau tujuan tertentu dari seorang individu. Tokoh atau Perspektif post-positivis akan mencoba menggali bagaimana seorang mahasiswa memikirkan,
pemikir utama dari perspektif post-positivis dalam Sosiologi adalah Max Weber dalam memaknai atau memberikan definisi terhadap sebuah prestasi. Data atau informasi semacam
konsepnya tentang Verstehende (understanding). Weber menjelaskan Verstehende sebagai ini harus diperoleh sendiri oleh seorang peneliti dari informan langsung di lapangan atau
sebuah pemahaman atau empati terhadap pengalaman hidup sehari-hari dari people dalam melalui media sosial (empirical data). Cara berpikir yang didasarkan pada empirical data ini
seting sejarah tertentu. Dengan demikian, jika seorang peneliti ingin memahami sebuah disebut dengan cara berpikir induktif yang merupakan dasar dari metode atau penelitian
realitas sosial maka dia harus berangkat dari data atau informasi dari individu-individu terkait kualitatif.
pengalaman hidup, pengetahuan, makna, motivasi yang mereka miliki terhadap realitas
tertentu. Hubungan antara individu dan realitas sosial dalam perspektif post-positivis bisa Bagan 4. Proses Berpikir Induktif
digambarkan dalam bagan berikut ini : Khusus (observasi/empirical data) umum (membuat, mengkritik, atau
memperkuat teori)
Bagan 3. Perspektif Post-Positivis
Kesulitan utama yang dihadapi oleh seorang peneliti yang menggunakan perspektif
Mahasiswa Berprestasi Mahasiswa Berprestasi post-positivis adalah terkait dengan proses penggalian data dan informasi tentang apa yang
dipikirkan, dipahami atau dialami oleh seorang individu. Informasi semacam ini tidak
Mahasiswa 1 nampak dan tidak mudah digali dari seorang individu. Oleh karena itu, seorang peneliti harus
masuk ke dalam kehidupan sehari-hari (natural setting) individu-individu tersebut untuk
Mahasiswa 2
mengetahui apa yang mereka alami, pikirkan, pahami terkait dengan sebuah realitas sosial.
Proses ini bisa dilakukan melalui wawancara mendalam (depth interview) dan observasi yang
Mahasiswa 3
biasa digunakan sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif. Setelah data atau informasi
bisa digali dari seorang individu, tahap selanjutnya yang harus dilakukan oleh seorang
= realitas sosial peneliti yang menggunakan metode kualitatif adalah memberikan interpretasi terhadap data
= individu-individu yang membangun (construct) makna tentang realitas sosial dan informasi tersebut. Proses interpretasi data tersebut tergantung sepenuhnya pada peneliti
= interaksi antar mahasiswa
tersebut dan tidak bisa diwakilkan oleh orang lain. Dengan demikian, dalam penelitian
= proses mendefinisikan realitas sosial
kualitatif, seorang peneliti sekaligus menjadi instrumen penelitian itu sendiri yang tidak bisa
digantikan perannya oleh instrumen lain seperti kuesioner misalnya.
Bagan di atas mengilustrasikan bagaimana perspektif post-positvis melihat sebuah
Lebih lanjut, berbeda dengan metode kuantitatif, metode kualitatif tidak mengabaikan
realitas sosial. Perspektif ini menjelaskan bahwa realitas sosial terbentuk atau terbangun dari
nilai dalam proses penelitian, baik nilai yang melekat pada obyek penelitian (individu yang
bagaimana individu-individu memberikan definisi terhadap realitas tersebut. Realitas sosial
diteliti) dan nilai yang melekat pada peneliti. Oleh karena itu penelitian kualitatif bukan
terdiri dari individu-individu yang membangun makna dan memberikan interpretasi terhadap
perspektif yang bebas nilai (value free).

Anda mungkin juga menyukai