Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DEVISIT NUTRISI, OKSIGENASI DAN INTOLERANSI


AKTVITAS PADA TN. “N” DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DI RUANG
INTERNA II RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG
LOMBOK TIMUR-NTB

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :

AGUSTINA MARA, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR

LOMBOK TIMUR

2023

LAPORAN PENDAHULUAN
DEVISIT NUTRISI

A. Defisit Nutrisi

1. Pengertian

Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

adalah keadaaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk

memenuhi kebutuhan metabolic (Wilkinson & Lennox, 2005).

2. Patofisiologi

Abnormalitas saluran gastrointestinal bermacam-macam dan menunjukkan

banyak patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain : perdarahan, perforasi,

obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital, inflamasi, infeksi, traumatic dan

neoplastik telah ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran

gastrointestinal.

Bagian dari penyakit organic di mana saluran gastrointestinal dicurigai, terdapat

banyak factor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress dan ansietas sering menjadi

keluhan utama berupa indigesti, anoreksia/ gangguan motorik usus, kadang-kadang

menimbulkan konstipasi/ diare.

Selain itu status kesehatan mental, factor fisik: seperti kelelahan dan

ketidakseimbangan/ perubahan masukan diet yang tiba-tiba dapat mempengaruhi saluran

gastrointestinal sehingga menyebabkan perubahan nutrisi ( Smeltzer, 2002).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


a. Ukuran tubuh. Semakin besar ukuran tubuh maka semakin besar

pula kebutuhan kalorinya.

b. Usia. Anak-anak dan remaja butuh kalori lebih tinggi dibanding

orang dewasa atau tua karena digunakan untuk pertumbuhan.

c. Jenis kelamin. Laki –laki umumnya membutuhkan lebih banyak

kalori karena fisiologis laki-laki mempunyai lebih banyk otot dan

juga lebih aktif

d. Aktivitas pekerjaan yang dilakukan. Pekerja berat akan

membutuhkan kalori dan protein lebih besar dari pada mereka

yang bekerja sedang maupun ringan. Besarnya kebutuhan kalori

tergantung banyaknya otot yang dipergunakan untuk bekerja serta

lamanya penggunaan otot-otot tersebut. Selainitu protein yang

diperlukan juga lebih tinggi dari normal karena harus mengganti

atau membentuk jaringan baru yang lebih banyak dari keadaan

biasa untuk mempertahankan agar tubuh dapat bekerja secara

normal

e. Kondisi tubuh tertentu. Pada orang yang baru sembuh dari sakit,

wanita hamil akan membutuhkan kalori dan zat gizi yang lebih

banyak

f. Kondisi lingkungan. Saat musim penghujan membutuhkan kalori

lebih tinggi dibandingkan saat musim panas. Dimana tambahankalori pada tempat-

tempat dingin diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh

4. Jenis Gangguan
a. Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) yang disebabkan oleh kekurangan energi. Pada

anak-anak, KEP dapat mendorong gangguan, kerentanan terhadap gangguan. Pada

orang dewasa, KEP mengurangi produktivitas dan kesehatan tubuh yang rentan

terhadap penyakit. KEP diklarisifikasi dalam gizi buruk, gizi kurang dan gizi baik.

KEP berat pada orang dewasa yang disebabkan oleh kelaparan, pada saat ini su

ada lagi. KEP berat pada orang dewasa yang dikenal sebagai honger oedeem. KEP

saat ini terutama pada anak balita. Hasil analisis data antro melalui Susenans di

seluruh provinsi pada tahun 1989 sampai dengan tahun 20 pada Tabel 13.3. Analisis

data dilakukan oleh Direktorat Bina Gi partemen Kesehatan dengan pria yang dikenal

dengan istilah Z.score.

Prevalensi gizi buruk (<-3,0 SB) mencari peningkatan dari tahun 1989 hingga

tahun 1989 untuk tahun 1995 dan meningkat pada tahun 2002 dan 2003. Prevalensi

gizi kurang (-3,0 SB hingga -2,0 SB) cenderung menurun dari tahun 2002 sampai

tahun 2003, untuk sedikit meningkat pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 dan 2003.

Prevalensi gizi buruk / KEP berat tertinggi (> 10%) pada tahun 1999 ter- dapat di 5

propinsi yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, NTB, NTT dan Kalimantan

Selatan. KEP lebih banyak jumlahnya di daerah pedesaan daripada perkotaan. Di

samping kemiskinan, faktor yang lain adalah, pengetahuan tentang faktor-faktor yang

diperlukan yaitu, pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI (MP-

ASI) dan / atau memberikan makanan setelah bayi disapih juga tentang pemeliharaan

lingkungan yang sehat.


Menurunnya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang secara rata-rata, meskipun

Indonesia mengalami krisis ekonomi sejak tahun 1997, dan sebagai program

diselenggarakannya Jaringan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) yang dikembangkan

sejak tahun 1998, antara lain dengan tambahan makanan tambahan (PMT) untuk

balita bermasalah melalui rumah sakit-rumah sakit dan Puskesmas.

b. Anemia Gizi Besi (AGB)

Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berhubungan dengan kekurangan

zat besi (AGB). Angka nasional anemia gizi pada tahun 1989 melalui Anemia Gizi

Besi (AGB). Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berhubungan dengan

kekurangan zat besi (AGB). Angka nasional anemia gizi pada tahun 1989 melalui

survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) untuk ibu hamil, yaitu sebesar 70%. SKRT

tahun 1992 mencatat prevalensi AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5% dan balita

55,5%.

Data tersebut menunjukan bahwa tahun 1995 Angka AGB tinggi untuk semua

golongan, yaitu untuk semua umur serta Ibu hamil dan menyusui, sedangkan SKRT

tahun 2001, hanya mencatat prevalensi AGB untuk balita dan ibu hamil, yaitu

meningkat dari 40,5% pada tahun 1995 menjadi 48,1% pada balita, dan menurun dari

50,9% pada tahun 1995 menjadi 40,1% pada ibu hami

Data tersebut menunjukan bahwa pada tahun 1995 angka AGB untuk semua

golongan, yaitu berkisar sekitar 40,5%-57,9% Prevalensi AGB tertinggi (remaja) dan

pendapatan pada usian > 64 tahun (setengah tua), yaitu masing-masing sebesar

57,9%, berikutnya pada usia 10-14 tahun (remaja) dam usia 55-64 tahun( setengah

tua), yaitu masing masing sekitar 57,7 dan 51,1%. Prevalensi AGB tinggi tersedia
baik pada laki-laki dan perempuan.Prevalensi GB untuk ibu hamil pada tahun 1995

turun bila di bandingkan dengan tahun 1992, yaitu dari 63.5% menjadi 50.9%.

Penyebab masalah AGB adalah orang-orang yang suka untuk mengisi makanan,

terutama dengan masalah biologik tinggi (asal hewan), dan pada wanita ditambah

dengan uang melalui haid atau pada persalinan . langannya dilakukan melalui

pemberian tablet atau sirup besi untuk kelompok sasaran.

c. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pegunungan, dimana daerah tanah

kurang mengandung iodium. Daerah GAKI merentang sepanjang Bukit dibarisan

Sumatera, daerah pegunungan di Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi,

Maluku, dan Irian Jaya. Di daerah tersebut GAKI ada secara endemik. Pada pemetaan

GAKI pada anak-anak sekolah yang dilakukan secara periodik sejak tahun 1989

melalui Survei Nasional GAKI oleh Departemen Kesehatan, tampak kecenderungan

turun rata-rata prevalensi total gondok / Total Goitre Rate (TGR). Bila pada tahun

1989 rata-rata angka TGR adalah sebesar 37,2%, pada tahun 1992 turun menjadi

27,7%, pada tahun 1995 turun menjadi 18,0%, pada tahun 1998 turun menjadi 9,8% ,

dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 11,1%. Aneka gondok nyata Visible Goitre

Rate (VGR) pada tahun 1989 tercatat sebesar 9,3% dan pada tahun 1992 turun

menjadi 6,8%. Prevelensi GAKI berat (TGR 30%) pada survey tercacat tahun 1998

di NTT dan Maluku, GAKI sedang (TGR 20,0% -29,9%) di Sumatera Barat dan

Sulawesi Tenggara. GAKI tidak merupakan masalah lagi ( TGR < 5%) di 9 provinsi,

yaitu Riau,Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Provinsi selebihnya


menunjukan prevalensi GAKI ringan ( TGR 5%-19,9%). Penanggulangan masalah

GAKI secara khusus dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium/ Iodized

oil capsule kepada semua wanita usian subur dan anak sekolah dasar di daerah

endemic. Secara umum pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisai garam dapur.

GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (Tiroid). Pada anak-

anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan jasmani, maupun mental . ini

menampakan diri berupa keadaan tubuh cebol, dungu, terbelakang atau bodoh

5. Pengkajian

a. Riwayat

1) Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas

2) Kesulitan makan (gangguan mengunyah atau menelan)

3) Perubahan nafsu makan

4) Perubahan berat badan

5) Ketidakmampuan fisik

6) Kepercayaan budaya dan agama yang mempengaruhi dalam pemilihan makanan

7) Status kesehatan umum dan kondisi medis

8) Riwayat pengobatan

b. Komponen pengkajian nutrisi

Data skrining Data tambahan

Antropometri· Tinggi badan · Lipatan trisep

· Berat badan · LILA

· Berat badan ideal · Lingkar otot lengan tengah

· Indeks massa tubuh · Lingkar lengan tengah


Biokimia · Hemoglobin · Kadar transferin serum

· Albumin serum · Nitrogen urea kemih

· Hitung limfosit total · Ekskresi kreatinin kemih

Clinical · Kulit · Analisis rambut

· Rambut dan kuku · Neurologi

· Membran mukosa

Diet · Porsi makan dalam 24· Riwayat diet

jam

· Frekuensi makan

Environment· Lingkungan

Fatique · Tingkat aktivitas · Penyakit tertentu yang berhubungan

dengan aktivitas

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan fisik: apatis,lesu

2) Berat badan : obesitas,kurus

3) Otot :flaksia/lemah,tonus berkurng,tendernes,tidak mampu bekerja

4) Sistem saraf :bingung,rasa terbakar,paresthesia,refleks menurun

5) Fungsigastrointesialanoreksia,konstipasi,diare,flaktuslen,pembesaran liver atau

lien.

6) Kardiovaskular : denyut nadi lebih dari 10x/menit,irama abnormal,tekanan darah

rendah/tinggi

d. Pemeriksaan Diagnostik.

1) Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses.


2) USG.

3) SGOT & SGPT.

4) Sikologi : Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

5) Rontgen : Mengetahui kelemahan yang muncul ada yang dapat menghambat

tindakan oprasi.

e. Terapi Medis

1) Terapi farmakologidengan pemberian obat /injeksi vitamin.

2) Terapi non farmakologi dengan memberikan pendekatan serta edukasi untuk

nafas dalam dan memenuhi nutrisi cairan dengan minum sedikit-sedikit tapi

sering.

3) Serta memenuhi nutrisi makanan dengan makan sedikit –sedikit tapi sering.

6. Diagnosa

Defisit Nutrisi (D.0019)

Pengertian

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

7. Rencana Keperawatan

SLKI

Manajemen Nutrisi

Observasi:

a. Identifikasi status nutrisi

b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric

d. Monitor asupan makanan


e. Monitor berat badan

Terapeutik:

a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu

b. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

c. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat

ditoleransi

Edukasi

a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

b. Ajarkan diet yang diprogramkan

c. Kolaborasi

d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang

dibutuhkan

e. Promosi Berat Badan

Observasi

a. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang

b. Monitor adanya mual dan muntah

c. Terapeutik

d. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien

e. Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang dicapai

Edukasi

Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjangkau


DAFTAR PUSTAKA

Amini, S., Mohseni, H., Kalantar, M., & Amani, R. (2021). Nutrition in caring for

pregnant women during the COVID-19 pandemic in low-income

countries.Nutrition Today, 56(2), 80–84doi.org/10.1097/NT.0000000000000467

Anggerika, N. N. Y., Sudirman, & Yani, A. (2019). Kebutuhan Gzi Pada Ibu

Hamil. file:///C:/Users/HP/Downloads/NI NYOMAN YAYU.pdf

Anggraini, N. N., & Anjani, R. D. (2021). Kebutuhan Gizi Ibu Hamil pada Masa

Pandemi Covid-19. Jurnal Pangan Dan Gizi, 11(1), 42–49.

Auliana, U., Iskari, N., & Tiurma, H. (2016). Hubungan Usia , Tingkat Pendidikan ,

Status Ekonomi ,. Nutrire Diaita, 8(1), 9–17.

Azizah, N., Fatmawati, D. A., & Kesehatan, F. I. (2020). Nutrisi Saat Kehamilan

Di Masa Pandemi Covid-19. 4(2).

Casnuri, & Zakiyah, Z. (2013). Hubungan Umur, Paritas Dan Jarak Kelahiran

Terhadap Status Gizi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Wilayah Kota

Yogyakarta. 44–53. http://jurnal.unimus.ac.id

https://perawat.org/intoleransi-aktivitas/
LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENASI
B. OKSIGENASI
1. Pengertian
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan

metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel

(Carpenito, Lynda Juall, 2012).Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan

dasarmanusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolismeseltubuhmempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).

Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan

dalam proses metabolism sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida,energy,dan

air. Akan tetapi,penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan

memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Guyton & Hall, 2007)

dalam (Basuki, 2018).

2. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
a. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
b. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung
yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
c. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
d. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai
efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler
yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
e. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula.Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
f. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
1) Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
3) Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam
tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan warna
kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh
kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat
penting untuk fungsi serebral.Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya
selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen.Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
g. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe
(sesak).Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat.rthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
h. Obstruksi jalannapas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
4. Jenis Gangguan
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena
paru-paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu
tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah
peningkatan O2 dalam paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup,
serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami
ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.Hal ini dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta
batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
5. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
Pada bagian ini berisi nama, jenis kelamin, umur, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat, no. RM, dan diagnosa medis pasien.
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan pasien
Pada bagian ini berisi tentang riwayat penyakit pasien sekarang (berisi keluhan
utama, kronologi penyakit saat ini, pengaruh penyakit terhadap pasien, serta
harapan pasien dari pelayanan kesehatan), dan riwayat penyakit masa lalu.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi genogram minimal 3 generasi, dengan siapa klien tinggal, berapa jumlah
anggota keluarga, adakah anggota keluarga yang menderita penyakit serupa, adakah
keluarga yang mempunyai penyakit menular/menurun, serta efek yang terjadi pada
keluarga bila salah satu anggota keluarga sakit.
3) Pengkajian biologis (dikaji sebelum dan sesudah sakit)
a) Rasa aman dan nyaman
Pada riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko
terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada proses respirasi
pasien.
b) Aktivitas
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana aktivitas pasien sebelum
dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
c) Istirahat
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pola istirahat pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
d) Tidur
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pola tidur pasien sebelum dan
sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
e) Cairan
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan
cairan pasien sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
f) Nutrisi
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pola pemenuhan nutrisi
pasien sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
g) Eliminasi feses
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana eliminasi feses pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Berapa kali pasien
BAB per hari, terkait pola, frekuensi, waktu dan karakteristik fesesnya, serta
apakah menggunakan alat bantu defekasi/BAB atau tidak.
h) Eliminasi urine
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana eliminasi urine pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Berapa kali pasien
BAK per hari, terkait pola, frekuensi, waktu dan karakteristik urinenya, serta
apakah menggunakan alat bantu miksi/BAK atau tidak.
i) Pernafasan
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana aktivitas pernafsan
pasien sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Adakah
gangguan pernafasan, adakah riwayat alergi terhadap debu, obat-obatan.
j) Kardiovaskuler
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana kinerja kardiovaskuler
pasien sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
k) Personal hygiene
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana personal hygiene pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Berapa kali pasien
mandi dalam sehari, sikat gigi, keramas dan apakah klien memerlukan bantuan
dalam melaksanakannya.
l) Seksual
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana aktivitas seksual pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Adakah kesulitan
dalam hubungan sesksual pasien, serta penyakit yang diderita pasien
mengganggu fungsi seksualnya.
m)Psikologi
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana status emosi pasien, cara
mengekspresikan perasaannya, suasana hati pasien, persaan pasien saat ini dan
hal yang dilakukan pasien bila suasana hatinya sedih, marah, gembira.
n) Konsep diri
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pandangan atau konsep
diri pasien terhadap dirinya sendiri sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu
atau tidak. Hal-hal yang disukai pasien, dan apa saj yang bisa dilakukan pasien
saat ini.
o) Hubungan sosial
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana hubungan sosial pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Siapa teman dekatnya,
orang yang dipercaya, kegiatan msyarakat yang diikuti serta pekerjaan pasien
sekarang sesuai sama kemampuannya atau tidak.
p) Spiritual
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana aktivitas spiritual pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Adakah gangguan
untuk menjalankan ibadah dan agama yang dianut oleh pasien dan keluarganya.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pengkajian ini berisi kesadaran, nilai GCS, kondisi pasien secara umum, TTV, serta
keadaan kulit terkait warna, tekstur, adakah kelainan kulit.
2) Pemeriksaan Cepalo Kaudal
Pengkajian ini berisi tentang bentuk, keadaan kulit serta kebersihan dari kepala,
mata, telinga, hidung, mulut dan gigi pasien.
3) Leher
Pengkajian ini berisi bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening,
tonsil, JVP, nyeri telan ?
4) Dada
Pengkajian ini berisi hasil observasi yaitu hasil inspeksi, auskultasi, perkusi dan
palpasi dada pasien.
5) Abdomen
Pengkajian ini berisi hasil observasi yaitu hasil inspeksi, auskultasi, perkusi dan
palpasi abdomen pasien.
6) Genetalia, anus, rektum
Pengkajian ini berisi hasil observasi yaitu hasil inspeksi dan palpasi genetalia, anus,
dan rektum pasien.
7) Ekstremitas
Pengkajian ini berisi hasil observasi pada ekstremitas atas dan bawah pasien.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Radilogi.
2) Laboratorium.
3) CT scan.
Tiap pemeriksaan harus dicantumkan tanggal pemeriksaan, hasil dan rentang nilai
normalnya.
e. Terapi yang diberikan.
Pengkajian ini berisi terapi apa saja yang diberikan selama perawatan di rumah sakit.
6. Diagnosa
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler
7. Rencana Keperawatan
Pemantauan Respirasi
Observasi:
a. Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
b. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
c. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Terapeutik
a. Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Edukasi
c. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
d. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
e. Terapi Oksigen
Observasi:
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
d. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik:
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a. Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di rumah
b. Kolaborasi
c. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Daftar Pustaka

Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi13.Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku2.Jakarta:


Salemba Medika.
https://perawat.org/intoleransi-aktivitas/

Tarwonto dan Wartonah. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia dan AsuhanKeperawatan:


Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 3.Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
INTOLERANSI AKTIVITAS
C. INTOLERANSI AKTIVITAS
1. Pengertian
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri,
berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
sistem persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.(Asmadi, 2008).
Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
a. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika
terjadikerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu.
Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang
merusak kontinuitas otot.Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
b. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu
pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi.Beberapa
penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka
diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
c. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak.Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika
syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank e organ
target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan
mobilisasi.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.
b. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan aktivitas
karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh.
c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan,
contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan
aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan aktivitas (sakit)
karena budaya dan adat dilarang beraktivitas.
d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak
sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan
stamina, Depresi mood dan cema
4. Jenis Gangguan
a. Gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam
gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri(SDKI, 2016).
b. Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari(SDKI, 2016).
c. Keletihan Keletihan adalah Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak
pulih dengan istirahat(SDKI, 2016).
5. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
1) Riwayat aktivitas dan olah raga
2) Toleransi aktivitas
3) Jenis dan frekuensi olah raga
4) Faktor yang mempengaruhi mobilitas
5) Pengararuh imobilitas
b. Pemeriksaan Fisik : Data Focus
1) Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan
normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien dari lateral, anterior,
dan posterior guna mengamati :
a) bahu dan pinggul sejajar
b) jari - jari kaki mengarah kedepan
c) tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain
d) Cara berjalan
e) Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko
2) cedera akibat jatuh.
a) Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
b) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
c) Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang
berlawanan
d) Gaya berjalan halus, terkoordinasi,
3) Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif
atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :
a) Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
b) Deformitas
c) Adanya nyeri tekan
d) Krepitasi
e) Peningkatan temperature di sekitar sendi
f) Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi
g) Derajat gerak sendi
4) Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
a) Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak
b) Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )
c) Keseimbangan dan koordinasi klien
d) Adanya hipotensi ortostatik
e) Kenyamanan klien
6. Diagnosa
Risiko Intoleransi aktivitasD.0060
Berisiko mengalami ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
7. Rencana Keperawatan
Manajemen Energi
Observasi:
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor pola dan jam tidur
c. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Terapeutik:
a. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Salemba medika

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan :
Binarupa aksara

Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan
Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC

https://perawat.org/intoleransi-aktivitas/

Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4 volume 1.Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai