Disusun Oleh :
LOMBOK TIMUR
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
DEVISIT NUTRISI
A. Defisit Nutrisi
1. Pengertian
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
adalah keadaaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk
2. Patofisiologi
banyak patologi yang dapat mempengaruhi system organ lain : perdarahan, perforasi,
obstruksi, inflamasi dan kanker. Lesi congenital, inflamasi, infeksi, traumatic dan
neoplastik telah ditemukan pada setiap bagian dan pada setiap sisi sepanjang saluran
gastrointestinal.
banyak factor ekstrinsik yang menimbulkan gejala. Stress dan ansietas sering menjadi
Selain itu status kesehatan mental, factor fisik: seperti kelelahan dan
normal
e. Kondisi tubuh tertentu. Pada orang yang baru sembuh dari sakit,
wanita hamil akan membutuhkan kalori dan zat gizi yang lebih
banyak
lebih tinggi dibandingkan saat musim panas. Dimana tambahankalori pada tempat-
4. Jenis Gangguan
a. Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energi Protein (KEP) yang disebabkan oleh kekurangan energi. Pada
orang dewasa, KEP mengurangi produktivitas dan kesehatan tubuh yang rentan
terhadap penyakit. KEP diklarisifikasi dalam gizi buruk, gizi kurang dan gizi baik.
KEP berat pada orang dewasa yang disebabkan oleh kelaparan, pada saat ini su
ada lagi. KEP berat pada orang dewasa yang dikenal sebagai honger oedeem. KEP
saat ini terutama pada anak balita. Hasil analisis data antro melalui Susenans di
seluruh provinsi pada tahun 1989 sampai dengan tahun 20 pada Tabel 13.3. Analisis
data dilakukan oleh Direktorat Bina Gi partemen Kesehatan dengan pria yang dikenal
Prevalensi gizi buruk (<-3,0 SB) mencari peningkatan dari tahun 1989 hingga
tahun 1989 untuk tahun 1995 dan meningkat pada tahun 2002 dan 2003. Prevalensi
gizi kurang (-3,0 SB hingga -2,0 SB) cenderung menurun dari tahun 2002 sampai
tahun 2003, untuk sedikit meningkat pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 dan 2003.
Prevalensi gizi buruk / KEP berat tertinggi (> 10%) pada tahun 1999 ter- dapat di 5
propinsi yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, NTB, NTT dan Kalimantan
samping kemiskinan, faktor yang lain adalah, pengetahuan tentang faktor-faktor yang
ASI) dan / atau memberikan makanan setelah bayi disapih juga tentang pemeliharaan
Indonesia mengalami krisis ekonomi sejak tahun 1997, dan sebagai program
sejak tahun 1998, antara lain dengan tambahan makanan tambahan (PMT) untuk
zat besi (AGB). Angka nasional anemia gizi pada tahun 1989 melalui Anemia Gizi
Besi (AGB). Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berhubungan dengan
kekurangan zat besi (AGB). Angka nasional anemia gizi pada tahun 1989 melalui
survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) untuk ibu hamil, yaitu sebesar 70%. SKRT
tahun 1992 mencatat prevalensi AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5% dan balita
55,5%.
Data tersebut menunjukan bahwa tahun 1995 Angka AGB tinggi untuk semua
golongan, yaitu untuk semua umur serta Ibu hamil dan menyusui, sedangkan SKRT
tahun 2001, hanya mencatat prevalensi AGB untuk balita dan ibu hamil, yaitu
meningkat dari 40,5% pada tahun 1995 menjadi 48,1% pada balita, dan menurun dari
Data tersebut menunjukan bahwa pada tahun 1995 angka AGB untuk semua
golongan, yaitu berkisar sekitar 40,5%-57,9% Prevalensi AGB tertinggi (remaja) dan
pendapatan pada usian > 64 tahun (setengah tua), yaitu masing-masing sebesar
57,9%, berikutnya pada usia 10-14 tahun (remaja) dam usia 55-64 tahun( setengah
tua), yaitu masing masing sekitar 57,7 dan 51,1%. Prevalensi AGB tinggi tersedia
baik pada laki-laki dan perempuan.Prevalensi GB untuk ibu hamil pada tahun 1995
turun bila di bandingkan dengan tahun 1992, yaitu dari 63.5% menjadi 50.9%.
Penyebab masalah AGB adalah orang-orang yang suka untuk mengisi makanan,
terutama dengan masalah biologik tinggi (asal hewan), dan pada wanita ditambah
dengan uang melalui haid atau pada persalinan . langannya dilakukan melalui
Maluku, dan Irian Jaya. Di daerah tersebut GAKI ada secara endemik. Pada pemetaan
GAKI pada anak-anak sekolah yang dilakukan secara periodik sejak tahun 1989
turun rata-rata prevalensi total gondok / Total Goitre Rate (TGR). Bila pada tahun
1989 rata-rata angka TGR adalah sebesar 37,2%, pada tahun 1992 turun menjadi
27,7%, pada tahun 1995 turun menjadi 18,0%, pada tahun 1998 turun menjadi 9,8% ,
dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 11,1%. Aneka gondok nyata Visible Goitre
Rate (VGR) pada tahun 1989 tercatat sebesar 9,3% dan pada tahun 1992 turun
menjadi 6,8%. Prevelensi GAKI berat (TGR 30%) pada survey tercacat tahun 1998
di NTT dan Maluku, GAKI sedang (TGR 20,0% -29,9%) di Sumatera Barat dan
Sulawesi Tenggara. GAKI tidak merupakan masalah lagi ( TGR < 5%) di 9 provinsi,
yaitu Riau,Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat,
GAKI secara khusus dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium/ Iodized
oil capsule kepada semua wanita usian subur dan anak sekolah dasar di daerah
endemic. Secara umum pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisai garam dapur.
menampakan diri berupa keadaan tubuh cebol, dungu, terbelakang atau bodoh
5. Pengkajian
a. Riwayat
5) Ketidakmampuan fisik
8) Riwayat pengobatan
· Membran mukosa
jam
· Frekuensi makan
Environment· Lingkungan
dengan aktivitas
c. Pemeriksaan Fisik
lien.
rendah/tinggi
d. Pemeriksaan Diagnostik.
tindakan oprasi.
e. Terapi Medis
nafas dalam dan memenuhi nutrisi cairan dengan minum sedikit-sedikit tapi
sering.
3) Serta memenuhi nutrisi makanan dengan makan sedikit –sedikit tapi sering.
6. Diagnosa
Pengertian
7. Rencana Keperawatan
SLKI
Manajemen Nutrisi
Observasi:
Terapeutik:
c. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
c. Kolaborasi
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
Observasi
c. Terapeutik
Edukasi
Amini, S., Mohseni, H., Kalantar, M., & Amani, R. (2021). Nutrition in caring for
Anggerika, N. N. Y., Sudirman, & Yani, A. (2019). Kebutuhan Gzi Pada Ibu
Anggraini, N. N., & Anjani, R. D. (2021). Kebutuhan Gizi Ibu Hamil pada Masa
Auliana, U., Iskari, N., & Tiurma, H. (2016). Hubungan Usia , Tingkat Pendidikan ,
Azizah, N., Fatmawati, D. A., & Kesehatan, F. I. (2020). Nutrisi Saat Kehamilan
Casnuri, & Zakiyah, Z. (2013). Hubungan Umur, Paritas Dan Jarak Kelahiran
https://perawat.org/intoleransi-aktivitas/
LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENASI
B. OKSIGENASI
1. Pengertian
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel
Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
air. Akan tetapi,penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Guyton & Hall, 2007)
2. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
a. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
b. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung
yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
c. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu
pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
d. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai
efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler
yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
e. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan dimedula.Oleh karena itu bila memberikan obat-obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
f. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
1) Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
2) Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
3) Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam
tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan warna
kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh
kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat
penting untuk fungsi serebral.Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya
selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen.Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
g. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan
sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe
(sesak).Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat.rthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
h. Obstruksi jalannapas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas yang terbuka
merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang
tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok
selama inhalasi (inspirasi).
4. Jenis Gangguan
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena
paru-paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu
tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah
peningkatan O2 dalam paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup,
serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami
ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.Hal ini dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta
batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
5. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
Pada bagian ini berisi nama, jenis kelamin, umur, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat, no. RM, dan diagnosa medis pasien.
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan pasien
Pada bagian ini berisi tentang riwayat penyakit pasien sekarang (berisi keluhan
utama, kronologi penyakit saat ini, pengaruh penyakit terhadap pasien, serta
harapan pasien dari pelayanan kesehatan), dan riwayat penyakit masa lalu.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi genogram minimal 3 generasi, dengan siapa klien tinggal, berapa jumlah
anggota keluarga, adakah anggota keluarga yang menderita penyakit serupa, adakah
keluarga yang mempunyai penyakit menular/menurun, serta efek yang terjadi pada
keluarga bila salah satu anggota keluarga sakit.
3) Pengkajian biologis (dikaji sebelum dan sesudah sakit)
a) Rasa aman dan nyaman
Pada riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan
nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko
terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada proses respirasi
pasien.
b) Aktivitas
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana aktivitas pasien sebelum
dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
c) Istirahat
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pola istirahat pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
d) Tidur
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pola tidur pasien sebelum dan
sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
e) Cairan
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan
cairan pasien sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
f) Nutrisi
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pola pemenuhan nutrisi
pasien sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
g) Eliminasi feses
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana eliminasi feses pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Berapa kali pasien
BAB per hari, terkait pola, frekuensi, waktu dan karakteristik fesesnya, serta
apakah menggunakan alat bantu defekasi/BAB atau tidak.
h) Eliminasi urine
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana eliminasi urine pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Berapa kali pasien
BAK per hari, terkait pola, frekuensi, waktu dan karakteristik urinenya, serta
apakah menggunakan alat bantu miksi/BAK atau tidak.
i) Pernafasan
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana aktivitas pernafsan
pasien sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Adakah
gangguan pernafasan, adakah riwayat alergi terhadap debu, obat-obatan.
j) Kardiovaskuler
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana kinerja kardiovaskuler
pasien sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak.
k) Personal hygiene
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana personal hygiene pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Berapa kali pasien
mandi dalam sehari, sikat gigi, keramas dan apakah klien memerlukan bantuan
dalam melaksanakannya.
l) Seksual
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana aktivitas seksual pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Adakah kesulitan
dalam hubungan sesksual pasien, serta penyakit yang diderita pasien
mengganggu fungsi seksualnya.
m)Psikologi
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana status emosi pasien, cara
mengekspresikan perasaannya, suasana hati pasien, persaan pasien saat ini dan
hal yang dilakukan pasien bila suasana hatinya sedih, marah, gembira.
n) Konsep diri
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana pandangan atau konsep
diri pasien terhadap dirinya sendiri sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu
atau tidak. Hal-hal yang disukai pasien, dan apa saj yang bisa dilakukan pasien
saat ini.
o) Hubungan sosial
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana hubungan sosial pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Siapa teman dekatnya,
orang yang dipercaya, kegiatan msyarakat yang diikuti serta pekerjaan pasien
sekarang sesuai sama kemampuannya atau tidak.
p) Spiritual
Pada riwayat ini berisi tentang bagaimana aktivitas spiritual pasien
sebelum dan sesudah sakit, apakah terganggu atau tidak. Adakah gangguan
untuk menjalankan ibadah dan agama yang dianut oleh pasien dan keluarganya.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pengkajian ini berisi kesadaran, nilai GCS, kondisi pasien secara umum, TTV, serta
keadaan kulit terkait warna, tekstur, adakah kelainan kulit.
2) Pemeriksaan Cepalo Kaudal
Pengkajian ini berisi tentang bentuk, keadaan kulit serta kebersihan dari kepala,
mata, telinga, hidung, mulut dan gigi pasien.
3) Leher
Pengkajian ini berisi bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening,
tonsil, JVP, nyeri telan ?
4) Dada
Pengkajian ini berisi hasil observasi yaitu hasil inspeksi, auskultasi, perkusi dan
palpasi dada pasien.
5) Abdomen
Pengkajian ini berisi hasil observasi yaitu hasil inspeksi, auskultasi, perkusi dan
palpasi abdomen pasien.
6) Genetalia, anus, rektum
Pengkajian ini berisi hasil observasi yaitu hasil inspeksi dan palpasi genetalia, anus,
dan rektum pasien.
7) Ekstremitas
Pengkajian ini berisi hasil observasi pada ekstremitas atas dan bawah pasien.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Radilogi.
2) Laboratorium.
3) CT scan.
Tiap pemeriksaan harus dicantumkan tanggal pemeriksaan, hasil dan rentang nilai
normalnya.
e. Terapi yang diberikan.
Pengkajian ini berisi terapi apa saja yang diberikan selama perawatan di rumah sakit.
6. Diagnosa
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler
7. Rencana Keperawatan
Pemantauan Respirasi
Observasi:
a. Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
b. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
c. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Terapeutik
a. Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Edukasi
c. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
d. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
e. Terapi Oksigen
Observasi:
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
d. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik:
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a. Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di rumah
b. Kolaborasi
c. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Daftar Pustaka
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Salemba medika
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan :
Binarupa aksara
Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan
Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC
https://perawat.org/intoleransi-aktivitas/
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4 volume 1.Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.Jakarta :
Salemba Medika.