Tugas 1 Makalah Hukum Laut Dan Udara - Lidya Ayu Ningrum
Tugas 1 Makalah Hukum Laut Dan Udara - Lidya Ayu Ningrum
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
(ALKI)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas bapak. Dr Ruman Sudrajat, S.H., M.H. Pada mata
kuliah Hukum Laut Udara dan Ruang Angkasa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Selaku dosen mata kuliah Hukum Laut Udara dan Ruang Angkasa yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................7
D. Metode Penelitian.........................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................10
PEMBAHASAN....................................................................................................................10
A. Kedaulatan Negara di Ruang Udara...........................................................................10
B. Pengaturan terkait Lintas Alur Laut Kepulauan.........................................................13
BAB III..................................................................................................................................17
KESIMPULAN......................................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dua pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut, yang letak
yang amat besar. Indonesia terdiri dari 17.499 pulau dan 80.791 km garis
pantai,1 dihuni oleh 1.340 suku bangsa dengan hampir seribu bahasa daerah.2
Dalam hitungan matematis, wilayah Indonesia meliputi dua pertiga lautan dan
sepertiga daratan. Di atas lautan dan daratan ada wilayah udara yang
sebagai negara kepulauan yang berada di antara Benua Asia dan Australia
serta Samudra Hindia dan Pasifik, di satu sisi mempunyai posisi strategis
1
2
Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982 yang
tiga ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) dan beberapa choke points yang
strategis bagi kepentingan global, seperti di Selat Sunda, Selat Lombok, dan
berdirinya suatu negara. Salah satu unsur dari negara ialah pemerintah yang
(authority) yang tertinggi (supreme) dan tidak terbatas. Sebuah negara yang
masyarakat dan elemen negara untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat
3
seluruh tumpah darah yang dilindungi. Dalam hal ini kedaulatan negara
berfungsi untuk menjaga sebuah negara agar bisa berjalan sesuai dengan
negara meliputi tanah, air, udara, dan segenap potensi alam yang terkandung
di dalamnya. Wilayah suatu negara terdiri dari tanah, air, dan udara, oleh
karena itu negara adalah suatu kesatuan politis (one political unit) sehingga
tentunya pantas kalau Indonesia harus sanggup dan mampu menjaga integritas
di atas wilayah daratan dan di atas wilayah perairan yang menurut undang-
sumber daya alam yang ada di dalamnya demi kedaulatan dan kesejahteraan
4
maupun lautannya saja, namun mencakup pula ruang udara di atas daratan
utuh dan komplit/ penuh (complete and exclusive sovereignity) atas ruang
yang eksklusif adalah hak negara untuk memanfaatkan dan mengatur ruang
eksklusif atas wilayah udara Republik Indonesia.” Oleh sebab itu ada irisan
antara pengaturan ruang udara yang ada di Konvensi Chicago tahun 1944
kerap terjadi pelanggaran wilayah udara oleh pesawat udara negara lain.
Selain itu rezim hukum udara tidak mengenal adanya lintas damai.
(ICAO), sedangkan pesawat udara milik negara asing yang akan melintas
harus mendapatkan izin dan persetujuan rute penerbangan yang akan dilewati.
Berkaitan dengan ruang udara di atas ALKI, UNCLOS Tahun 1982 Pasal 53
ruang udara di atas ALKI dibagi-bagi dalam ALKI I, ALKI II dan ALKI III.
Sementara itu, negara maju seperti Amerika Serikat (AS) belum meratifikasi
Konvensi ini, sehingga apabila kapal atau pesawat udara AS yang melintas
ruang udara di atas ALKI masih berpedoman kepada aturan-aturan yang lama
di atas rute tradisional mereka anggap sah dengan alasan bahwa AS belum
Karena aturan itu telah melanggar prinsip ekonomi bebas dan pembangunan,
akan dianggap sebagai “kekayaan bersama” manusia, ini sama saja dengan
bertentangan dengan kebijakan ekonomi bebas dan hak kekayaan pribadi yang
selama ini dianut oleh AS. Pada 1994 Presiden Clinton setuju untuk ikut
Tapi konvensi itu sampai sekarang belum mendapat persetujuan dari Dewan
Kongres. Kemudian Presiden Bush Jr. juga sempat mengajukan hal yang
sama, tapi tetap dihadang oleh para anggota Dewan Kongres yang berhaluan
keras. Pada Mei 2014, Presiden Obama kembali menghimbau Dewan Kongres
pengecualian bagi kita sendiri sementara semua negara lain diminta mentaati
pertentangan rezim hukum udara dan hukum laut terkait adanya hak lintas
ALKI yang "bebas" serta bagaimana upaya pengamanan wilayah udara di atas
mendalam mengenai penetapan rute udara di atas alur laut kepulauan dimana
rute udara tidak berlaku serta-merta dengan keberadaan alur laut kepulauan,
7
selain itu penelitian ini juga membahas masalah mengenai pengaturan rute
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
a) Jenis Penelitian
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau
kenyataan yang sedang berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba
b) Sumber Data
jurnal, buku, dan sumber lain yang mendukung. Data sekunder adalah
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
dalam teknik pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang
pada penelitian sebelumnya. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk
PEMBAHASAN
wilayah yang terdiri dari daratan, lautan dan udara di atasnya telah
konsep Wawasan Nusantara. Selanjutnya oleh para wakil rakyat dan utusan
10
11
kedaulatannya baik di darat, laut maupun udara. Salah satu pakar hukum
udara dan ruang angkasa Prof. Dr. Priyatna Abdurrasyid dalam bukunya
Nusantara yang terdiri dari dimensi daratan, dimensi lautan yang jelas batas-
batasnya. Dimensi ketiga, yakni wilayah udara perlu mendapat penelitian dan
Konvensi tersebut tidak pernah menjelaskan apa dan pada jarak berapa batas-
batas wilayah udara di atas wilayah negara. Hal ini yang kemudian
wilayah suatu negara. Dalam Pasal 1 Konvensi Chicago hak lintas juga sama
sipil yang tidak berjadwal asal saja memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
negara di ruang udara yang ada atasnya bersifat penuh dan mutlak atau
Apakah ini berarti ke angkasa tanpa batas? Secara logis hal ini tidak
dan bentuk tata surya kita tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
istilah pesawat udara yang bergerak di atmosfir karena mendapat gaya angkat
dari reaksi-reaksi udara. Selama ini jarak “ruang udara” ini selalu ditafsirkan
pokok ada dua teori utama yang ada dalam menafsirkan batas vertikal dari
airspace (ruang udara) dan outer space (ruang angkasa) dan teori fungsional
negara termasuk pesawat militer milik pemerintah tidak mempunyai hak lintas
terbang atau mendarat di wilayah suatu negara tanpa adanya pemberian hak
khusus dari negara yang dilaluinya. Negara tersebut juga harus memberikan
perlakuan yang sama dan tidak diskriminatif terhadap negara-negara lain yang
13
internasional yang lebih aman dan lebih lancer. Pengaturan kedaulatan negara
di wilayah udara dalam hukum nasional penting untuk dikaji dalam upaya
2008 tentang Wilayah Negara dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan.
telah diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang undangan Indonesia antara
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan
Pesawat Udara Asing dalam melaksanakan hak lintas alur laut kepulauan
tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing tidak
mencantumkan secara jelas apa hak dan kewajiban Indonesia terkait dengan
14
bahwa garis sumbu dan titik penghubung dari alur laut kepulauan
geografis garis sumbu. Pasal 18 dan 19 Undang Undang Nomor 6 Tahun 1996
mengatur tentang hak lintas laut alur laut kepulauan di Perairan Indonesia.
pelayaran dan penerbangan dengan cara normal untuk lintas yang terus
menerus, langsung dan tidak terhalang. Semua kapal dan pesawat udara
menikmati hak lintas alur laut kepulauan di Perairan Indonesia, lintas antara
satu bagian laut bebas atau ZEE ke bagian lain dari laut bebas atau ZEE. Pasal
pelaksanaan hak lintas alur laut kepulauan. Di Indonesia terdapat empat jenis
lintas alur laut kepulauan yang diatur. Tidak ada penjelasan resmi kenapa
menetapkan alur laut kepulauan Indonesia dan tata cara penggunaan alur laut
kepulauan itu untuk perlintasan yang terus menerus, langsung dan secepatnya
menyatakan bahwa kapal dan pesawat udara asing dapat melaksanakan hak
lintas alur laut kepulauan melalui bagian tertentu alur teritorial dan perairan
melalui alur laut kepulauan khusus dan rute udara yang telah ditentukan. Pada
pengaturannya ALKI terdiri dari tiga, dari utara ke seIatan, yaltu ALKI I,
ALKI II dan ALKI III, yang di bagian selatan bercabang tiga menjadl ALKI
III A, III B dan III C. Adapun ALKI I meliputi jalur lintas perairan Laut Jawa,
Selat Sunda, Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan, yang
meliputi jalur lintas perairan Laut Sulawesi, Selat Makassar, Selat Lombok,
internasional dari Afrika ke Asia Tenggara dan Jepang, serta dari Australia ke
meliputi jalur lintas perairan Samudera Pasifik, Laut Maluku, Laut Seram
(Bagian Timur Pulau Mongole), Laut Banda (bagian Barat Pulau Buru), Selat
atau sebaliknya. ALKI III B adalah jalur lintas perairan yang menghubungkan
jalur maritim dan perdagangan internasional dari Laut Maluku, Laut Seram,
Laut banda, dan Laut Arafuru, lalu selanjutnya ke Laut Banda, terus ke utara
ke ALKI III A (Laut Seram, Laut Maluku, dan seterusnya), atau sebaliknya.
16
dari Australia bagian Timur, Selandia Baru, dan Samudera Pasifik melalui
Selat Torres, atau sebaliknya melalui Selat Torres, Laut Arafuru, Laut Banda,
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
yang boleh maupun tidak boleh dilakukan oleh pesawat udara ketika
melaksanakan hak lintas alur laut kepulauan. Dalam PP No.4 Tahun 2018
17
18
penataan regulasi yang jelas, efektif, dan harmonis; penegakan hukum yang
coordination.
B. Saran
tentang wilayah udara negara Indonesia. Hal tersebut sangat diperlukan dalam
daya saing dunia penerbangan nasional dalam menghadapi open sky policy.
19
DAFTAR PUSTAKA
Baiq, Setiani, Konsep Kedaulatan Negara di Ruang Udara dan Upaya Penegakan
Priyo Hadi Susilo, Ruang Udara diatas Alur Laut Kepulauan (ALKI); Sebuah
Januari 2022.
19