Makalah Kelompok 3 Ppdidik
Makalah Kelompok 3 Ppdidik
PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK
MODUL 3
Kelompok 3
Disusun Oleh ;
1. Sutarno ( 857017922 )
2. Restya Komalasari ( 857016382)
3. Solikhatun ( 857022963 )
4. Dewi Makhyati.R ( 857016493)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam seluruh jangka kehidupan manusia, semenjak dalam kandungan sampai
meninggal di dalamnya terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa digunakan secara
bergantian. Keduanya tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi saling bergantung satu dengan
lainnya bahkan bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan
“perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi,
artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bias dipisahkan dalam bentuk-
bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya.
Dalam hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan, diantaranya tahap secara
moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan
tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas, maka kita
menguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan
pengaruh yang ditimbulkan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah adalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah tahap perkembangan bahasa?
2. Bagaimana kemapuan berfikir matematis sejak usia dini hingga remaja serta
pengaruhnya terhadap pendidikan?
A. Analisis Teori
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sebuah sistem kata, simbol, atau
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi
lebih dari itu. Bahasa juga mencakup sesuatu yang abstrak, tetapi mengandung pesan sehingga
seseorang dapat menerjemahkan dan menangkap pesan tersebut.
A.1 Komponen Penyusun Bahasa
Sebelum Anda mengetahui perkembangan bahasa kepada anak hingga remaja, hal yang
terlebih dahulu untuk dipahami adalah mengetahui komponen penyusun bahasa. Hal ini penting
untuk dimengerti karena pembahasan selanjutnya akan berkaitan dengan komponen penyusun
bahasa tersebut. Terdapat lima buah komponen bahasa yang akan dibahas pada modul ini, yaitu
fonologi, morfologi, semantik, sintax, dan pragmatik.
a. Fonologi
Fonologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji bunyi ujar dalam
bahasa tertentu. Adapun pembahasan yang dijelaskan dalam fonologi adalah mengkaji bunyi-
bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan antarbunyi yang
membentuk silabel atau suku kata (Chaer 2009: 5). Dalam fonologi, terdapat dua pandangan
dalam mempelajari bunyi, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang fonologi yang
membahas bunyi ujar tanpa memperhatikan fungsi bunyi tersebut, contohnya kata “bebek”
(unggas) dan kata “bebek” (rujak yang ditumbuk) . Sementara itu, fonemik adalah cabang
fonologi yang membahas bunyi dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda
makna, contohnya penggunaan bunyi “s” pada kata “sari”, dan bunyi “d” pada kata “dari”.
Perbedaan 1 bunyi akan membedakan arti.
b. Morfologi
Morfologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji pembentukan kata
atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Cabang ilmu ini tidak hanya membahas bagaimana
kata itu terbentuk, tetapi juga membahas seluk-beluk bentuk kata dan fungsi perubahan-
perubahan bentuk kata.Seperti yang sudah dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang
Teori empiris
Teori empiris atau yang biasa dikenal dengan teori belajar menunjukkan bahwa ketika bayi
dilahirkan, mereka dikelilingi oleh bahasa. Kita berbicara dengannya setiap waktu walaupun
kita tahu kalau mereka tidak dapat mengerti dan merespons apa yang kita sedang bicarakan.
Ketika seseorang mengajak bayi berbicara, itu merupakan salah satu cara bagaimana bayi
belajar memproduksi bahasa. Pada tahap awal, bayi akan mengikuti suara yang sering mereka
dengar, kemudian mereka belajar untuk menangkap makna kata dan meniru peraturan tata
bahasa berdasarkan apa yang mereka dengar.
Noam Comsky adalah ahli bahasa terkemuka yang mengatakan bahwa manusia terlahir
dengan perangkat akuisisi bahasa atau language acquisition device (LAD). Chomsky tidak
memercayai jika bayi belajar mengembangkan bahasa dengan cara mengikuti perkataan orang
dewasa di sekitarnya karena orang dewasa sangat jarang berbicara dengan menggunakan tata
bahasa yang benar. Hal tersebut tidak memungkinkan anak belajar mengembangkan bahasa dari
orang dewasa.
Teori Interaksi
1. Periode Pralinguistik
Tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi. Walaupun mereka belum dapat
bicara atau mengatakan apa yang mereka mau, mereka mengirimkan pesan dengan berbagai
cara, seperti ekspresi wajah dan suara (menangis, berteriak, tertawa, dan sebagainya).
2. Periode Holophrase
3. Periode Telegrafis
Jika pada tahap holophrase, anak mencoba menyampaikan pesan melalui satu kata, pada
tahap telegrafis, anak mencoba membentuk makna dengan mengombinasikan dua kata.
Contohnya, anak mengatakan “mam nasi” yang sebenarnya anak itu ingin sampaikan adalah ia
sedang makan nasi atau ia ingin makan nasi. Namun, kemampuannya masih terbatas sehingga ia
hanya mengatakan dua kata.
Perkembangan Bahasa Usia Dini, Kanak-Kanak, dan Remaja Sebagai pendidik, penting
untuk mengetahui tahap perkembangan bahasa anak. Selain untuk berkomunikasi, bahasa juga
digunakan sebagai alat pendeteksigejala-gejala yang terjadi pada anak dalam proses
perkembangannya. Sebagai contoh, anak dengan keterlambatan berbicara atau speech delay
dengan kondisi yang serius dapat menunjukkan adanya gangguan pendengaran. Mereka sulit
berkomunikasi dan mengekspresikan keinginannya. Oleh karena itu, penting untuk Anda
mengetahui tahapan perkembangan bahasa pada anak agar tetap dapat memahami kondisi
peserta didik.
C. Bilingualisme
1. Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusia 6 - 12 tahun sehingga
pembelajaran bahasa kedua pada masa ini harus dilakukan dengan maksimal Walaupun pada
masa ini pembelajaran bahasa kedua sebaiknya dilakukan dengan maksimal, pengajar
sebaiknya tidak memforsir keadaan ini mengingat usia anak yang masih muda.
3. Pada usia 9 - 12 tahun, kemampuan anak ditonjolkan pada penguasaan morfologi dan
sintaksisnya karena fonologi sudah dikuasai saat mereka berada pada usia 6 - 8 tahun Pada
usia ini, kondisi psikologi anak lebih siap untuk mengonstruksi kata dan kalimat.
Dengan mengetahui perkembangan bahasa kedua sesuai dengan umur dan kapasitas yang
ditonjolkan, Anda diharapkan bisa menentukan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan siswa. Selain itu, penelitian di atas juga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
dalam proses belajar mengajar bahasa kedua.
1. Penalaran Aditif
Penalaran aditif adalah penalaran yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah
dalam operasi penjumlahan dan pengurangan pada matematika. Kata “penalaran aditif”
lebih dipilih daripada “penyelesaian penjumlahan dan pengurangan” karena banyaknya
kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan yang sama dengan menjumlahkan atau
mengurangi.
2. Penalaran Multiplikatif
Penalaran multiplikatif biasa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam
operasi perkalian atau pembagian. Jika penalaran aditif menggunakan satu variabel, tetapi
ini tidak terjadi pada penalaran multiplikatif.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Dalam hal ini banyak sekali factor yang mendukung seseorang anak untuk berfikir
secara matematis dengan mengembagkan cara mengajar. Selain itu banyak juga factor yang
mempengaruhi perkembangan penalaran dalam pemecahan masalah..
B. Saran
Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah kami ini untukkedepannya.
Fajri, M. (2017). Kemampuan berpikir matematis dalam konteks pembelajaran abad 21 di sekolah
dasar.Dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publications/232878-kemampuan-berpikir-matematis-
dalam-konte-d16721dd.pdf.
Gelman, R., & Gallistel, C.R. (1978). The child’s understanding of number. Cambridge,
MA: Harvard University Press.
Gillibrand, R., dkk. (2016). Developmental psychology (edisi kedua). United Kingdom: Pearson.
Martin, C.L., & Halverson, C.F. (1981). A schematic processing model of sex typing and stereotyping in
children. Child Development, 52, 1119—1134
Purwo, B.K. (1989). PELLBA 2, pertemuan linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya kedua:Neurolinguistik,
sosiolinguistik, humanistik, tipologi, aliran praha, tata bahasa kasus, pemerolehan bahasa. Jakarta:
Unika Atma Jaya.
Shaffer, D., & Kipp, K. (2014). Developmental psychology chilhood and adolescence(edisi kesembilan).
Belmont, USA: Cengage Learning.
Widyastuti, R., Usodo, B., & Riyadi. (2015). Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika berdasarkan teori polya ditinjau dari adversity quotient tipe climber.
https://doi.org/10.24042/ajpm.v6i2.48