Tugas 2
2 Jelaskan Teori perspektif empiris, Teori perspektif nativisme dan Teori perspektif
interaksi!
Jawaban :
Pendidikan adalah seutu proses yang memiliki tujuan yang sangat jelas biasanya
diupayakan untuk menciptakan pola-pola tertentu pada anak atau peserta didik
pada setiap suasana pendidikan yang mengandung tujuan-tujuan, malumat-
maklumat yang berkenaan dengan pengalaman-pengalaman yang dapat
dinyatakan sebagai kandungan. Dan untuk mewujudkan hal tersebut tentunya
diperlukan aspek-aspek yang lain seperti metode, media dan aspek lain dari pada
pendidikan itu. Olehnya itu dalam merumuskan suatu kurikulum
pendidikan tentunya melibatkan aspek komponen utama yaitu: tujuan-tujuan,
kandungan dan metode yang disesuaikan dengan kpendidikan Islam yang belaku.
Dalam merumuskan sebuah tujuan pendidikan tentunya membutukan suatu usaha
pemikiran yang jelas dan komprehensip. Karena tujuan pendidikan merupakan
perkara yang sanngat penting. Sebab ia menentukan kandungan dan metode yang
akan dipergunakan dalam merealisasikan pendidikan tersebut.
1. Aliran Empirisme
Aliran ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan
sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi (a sheet white paper avoid of all
characters). Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-
apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidikannya. Aliran ini berlawanan
dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak
menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh
pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia dapat dididik
menjadi apa saja (ke arah yang yang baik atau ke arah yang buruk) menurut
kehendak lingkungan atau pendidikannya.
2. Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat
pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasiI perkembangannya. Menurut
kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi.
kalau benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik, atau dengan kata lain
pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme
pedagugis. Bayi lahir dengan pembawaan baik/buruk,tidak dapat diubah kekuatan
luar. Hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang dibawa sejak lahir
Lingkungan /pendidikan tidak berdaya mempengaruhi perkembangan anak
?Mendidik = membiarkan anak tumbuh berdasarkan pembawaannya.
3. Teori Interaksionisme
Merupakan cabang dari sosiologi yang secara khusus membahas mengenai cara
seorang individu berperilaku dan membuat keputusan berdasarkan lingkungan
yang ditempati individu tersebut
2. Perencanaan Pembelajaran
Guru membuat perencanaan berdasarkan kurikulum sekolah (KTSP) secara
konvensional. Guru kurang memersiapkan pembelajaran untuk pemecahan
masalah sehingga pada pelaksanaannya penyelesaian soal-soal pemecahan
masalah hanya sekedar latihan soal-soal cerita.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Guru melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah di akhir proses
pembelajaran sebagai latihan soal cerita, belum dianggap sebagai suatu tujuan
pembelajaran secara khusus berupa pendekatan pembelajaran. Guru biasanya
mengajarkan tiga tahap penyelesaian soal cerita, yaitu : menentukan apa yang
diketahui, ditanyakan dan jawaban. Hal ini tampak dari hasil pekerjaan siswa,
walapun dari hasil uji coba soal cerita, siswa-siswa langsung menjawab soal tanpa
mengikuti langkah-langkah yang ditentukan. Hal ini memang bergantung kepada
cara guru mengajarkan strategi-strategi pemecahan soal cerita. Keadaan ini
menyebabkan siswa tidak kretaif dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa sering
mengajukan pertanyaan berkaitan dengan suatu soal cerita, seperti ”Pak, soal ini
dikerjakan pake rumus apa?”. Semenetara itu, dalam kondisi kelas dengan jumlah
siswa yang banyak, guru sulit untuk merancang pembelajaran secara berkelompok,
padahal salah satu aspek kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan
bertukar pikiran dan informasi selama proses pemecahan masalah.
4. Penilaian Pembelajaran
Menilai kemampuan pemecahan masalah tidak hanya dari hasilnya saja tetapi yang
lebih penting adalah kemampuan proses siswa dalam memecahkan masalah. Oleh
karena itu, metode atau teknik penilain harus mampu menilai kemampuan proses
siswa seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Akan tetapi, guru
jarang menggunakan teknikteknik penilaian yang seperti itu. Penilaian hanya
dilakukan seperti pada tes uraian biasa sehingga kurang mendeskripsikan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.