Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

“M” USIA 26 TAHUN


DI TPMB BERLIN PADAUNAN.S.ST

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase XII Praktik Kolaborasi
Interprofesional

Oleh:

NAMA : FERAWATI KELIAN


NIM : A1A122010

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
UNIEVRSITAS MEGAREZKY
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. “M” USIA 26 TAHUN

Oleh:
NAMA : FERAWATI KLIAN

NIM : A1A122010

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Menyetujui,

Penguji Lahan, Pembimbing Institusi,

( Berlin Padaunan S.ST ) ( Rosdiana S.ST.,SKM.M.keb)

Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan,

(Sutrani Syarif, S.ST.,M.Keb


KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Stase XI yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. “M” USIA 26 TAHUN” Dalam penyelesaian
Laporan ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan dan masukan oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti untuk menyampaikan rasa terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, S.H, MH., M. Kn., selaku Pembina Yayasan Pendidikan
Islam Mega Rezky Makassar.
2. Ibu Hj. Suryani, S.H., M.H., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega Rezky
Makassar.
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mapahya selaku Rektor Universitas Megarezky
4. Ibu Dr. Syamsuriyati, S.ST., SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Megarezky.
5. Ibu Sutrani Syarif, S.ST., M. Keb selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan
Universitas Megarezky.
6. Ibu Rosdiana S.ST,SKM.,M.Keb selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswi
7. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang selama ini memberikan
bantuan moril maupun materil dalam penyelesaian laporan ini.
8. Ibu Berlin Padaunan S.Ter.Keb selaku pemilik TPMB yang telah memberi izin dalam
Pembuatan SOP
Semoga segala bantuan, bimbingan dan saran yang diberikan kepada Kami,
senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.

Makassar, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvi

DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................4
1.3.1 Tujuan umum......................................................................................4

1.3.2 Tujuan khusus.....................................................................................4

1.4Ruang Lingkup............................................................................................5
1.4.1 Sasaran................................................................................................5

1.4.2 Tempat................................................................................................6

1.4.3 Waktu..................................................................................................6

1.5 Manfaat Laporan Tugas Akhir...................................................................6


1.5.1 Bagi Lahan Praktek.............................................................................6

1.5.2 Bagi Institusi Pendidik........................................................................6

1.5.3 Bagi Klien...........................................................................................6

1.5.5 Bagi Penulis........................................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................8

2.1 Konsep Dasar Kehamilan...........................................................................8


2.2 Konsep Dasar Persalinan..........................................................................32

2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir.................................................................70

2.6 Konsep Dasar Nifas..................................................................................98

2.8 Konsep Dasar Keluarga Berencana........................................................132

BAB III TINJAUAN KASUS

4.1. Asuhan Kebidanan Kehamilan......................................................................121


4.2. Asuhan Kebidanan Persalinan.......................................................................145
4.3. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir............................................................158
4.4. Asuhan Kebidanan Postpartum....................................................................168
4.5. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana....................................................180

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................


5.1. Asuhan Kebidanan Kehamilan......................................................................189
5.2. Asuhan Kebidanan Persalinan.......................................................................231
5.3. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir............................................................256
5.4. Asuhan Kebidanan Postpartum....................................................................282
5.5. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana....................................................315

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 189

6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 189


6.2 Saran ...................................................................................................... 190
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 192
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami menstruasi dan melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat, sangat
besar kemungkinannya terjadi kehamilan. Apabila kehamilan direncanakan, akan
memberi rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi disisi lain diperlukan kemampuan
bagi wanita untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi selama kehamilan,
baik perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis (Fatimah &
Nuryaningsih, 2017).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan
atau 9 bulan menurut kalender internasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kehamilan adalah bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar rahim dan
berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir.
Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40
minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Pembagiankehamilan dibagi
dalam 3 trimester : trimester I, dimulai dari konsepsi 7 sampai tiga bulan (0-12
minggu); trimester II, dimulai dari bulan keempat sampai enam bulan (13-28
minggu); trimester III dari bulan tujuh sampai sembilan bulan (29-42 minggu)
(Fatimah & Nuryaningsih, 2017).

2. Proses Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesinambungan yang terdiri dari :
a. Ovum Meiosis pada wanita menghasilkan sebuah telur atau ovum. Proses ini
terjadi di dalam ovarium, khususnya pada folikel ovarium. Ovum dianggap
subur selama 24 jam setelah ovulasi
b. Sperma Ejakulasi pada hubungan seksual dalam kondisi normal
mengakibatkan pengeluaran satu sendok teh semen, yang mengandung 200-
500 juta sperma, ke dalam vagina. Saat sperma berjalan tuba uterina, enzim-
enzim yang dihasilkan disana akan membantu kapasitas sperma. Enzim-
enzim ini dibutuhkan agar sperma dapat menembus lapisan pelindung ovum
sebelum fertilisasi.
c. Fertilisasi Fertilisasi berlangsung di ampula (seperti bagian luar) tuba
uterina. Apabila sebuah sperma berhasil menembus membran yang
mengelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan berada di dalam
membran dan membran tidak lagi dapat ditembus oleh sprema lain. Dengan
demikian, konsepsi berlangsung dan terbentuklah zigot. 8
d. Implantasi Zona peluzida berdegenerasi dan trofoblas melekatkan dirinya
pada endometrium rehim, biasanya pada daerah fundus anterior atau
posterior. Antara 7 sampai 10 hari setelah konsepsi, trofoblas mensekresi
enzim yang membantunya membenamkan diri ke dalam endometrium
sampai seluruh bagian blastosis tertutup (Armini et al., 2016).

3. Tanda dan Gejala Kehamilan


Tanda dan gejala kehamilan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Tanda dugaan hamil Amenore (terlambat datang bulan), mual dan muntah,
pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang
berlebih, ngidam, sinkope atau pingsan, terjadi gangguan sirkulasi ke daerah
kepala, payudara tegang, sering miksi, obstipasi, epulis, pigmentasi kulit,
varises atau penampakan pembuluh darah.
b. Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar sesuai dengan usia kehamilan
2) Pada pemeriksaan dalam meliputi :
a) Tanda Hegar : melunaknya segmen bawah uterus
b) Tanda Chadwiks : warna selaput lendir vulva dan vagina
menjadi ungu
c) Tanda Piscaseck : uterus membesar ke salah satu arah
sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut 9
d) Kontraksi Broxton Hicks : bila uterus dirangsang mudah
berkontraksi
e) Tanda Ballotement : terjadi pantulan saat uterus ditekuk
dengan jari
3) Perut membesar
4) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
5) Tanda pasti kehamilan
a) Gerakan janin dalam rahim : teraba gerakan janin, teraba
bagian-bagian janin
b) Denyut jantung janin : didengar dengan stetoskop laenec, alat
kardiotokografi, alat doppler, USG.(Fatimah &
Nuryaningsih, 2017)

4. Perubahan Fisiologis Wanita Selama Kehamilan


a. Uterus Peningkatan ukuran uterus disebabkan oleh peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hiperplas dan hipertrofi
(pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada),
perkembangan desidua. Selain itu, pembesaran uterus pada trimester
pertama juga akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang tinggi.
b. Payudara Rasa kesemutan nyeri tekan pada payudara yang secara bertahap
mengalami pembesaran karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar
dan suplai darah. Puting susu menjadi lebih menonjol, keras, 10 lebih
erektil, dan pada awal kehamilan keluar cairan jernih (kolostrum). Areola
menjadi lebih gelap/berpigmen terbentuk warna merah muda. Rasa penuh,
peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai timbul
sejak minggu keenam kehamilan.
c. Vagina dan vulva Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya
distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal,
jaringan ikat longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjangan vagina.
Peningkatan vaskularisasi menimbulkan warna ungu kebiruan yang disebut
tanda Chadwik, suatu tanda kemungkinan kehamilan yang dapat muncul
pada minggu keenam tapi mudah terlihat pada minggu kedelapan kehamilan.
d. Integumen Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis
menimbulkan perubahan pada integumen. Terdapat bercak hiperpigmentasi
kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi yang disebut
cloasma gravidarum. Linea nigra yaitu garis gelap mengikuti midline (garis
tengah) abdomen. Striae gravidarum merupakan tanda regangan yang
menunjukkan pemisahan jaringan ikat di bawah kulit.
e. Pernapasan Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon tubuh
terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen
jaringan uterus dan payudara. Selama masa hamil, perubahan pada pusat 11
pernapasan menyebabkan penurunan ambang karbondioksida. Selain itu,
kesadaran wanita hamil akan kebutuhan napas meningkat, sehingga
beberapa wanita hamil mengeluh mengalami sesak saat istirahat.
f. Pencernaan Pada awal kehamilan, sepertiga dari wanita hamil mengalami
mual dan muntah, kemudian kehamilan berlanjut terjadi penurunan asam
lambung yang melambatkan pengosongan lambung dan menyebabkan
kembung. Selain itu, menurunnya peristaltik menyebabkan mual dan
konstipasi. Konstipasi juga disebabkan karena tekanan uterus pada usus
bagian bawah pada awal kehamilan dan kembali pada akhir kehamilan.
Meningkatnya aliran darah ke panggul dan tekanan vena menyebabkan
hemoroid pada akhir kehamilan.
g. Perkemihan Pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih meningkat
dan pembesaran uterus menekan kandung kemih, sehingga meningkatkan
frekuensi berkemih. Hal ini juga terjadi pada akhir kehamilan karena janin
turun lebih rendah ke pelvis sehingga lebih menekan lagi kandung kemih.
h. Volume darah Volume darah makin meningkat dimana jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu dan kadar
Hb turun.
i. Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi penambahan sel darah merah tidak
seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi
yang disertai anemia fisiologis.
j. Metabolisme Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan pemberian ASI (Armini et al., 2016).

5. Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan adalah suatu gejala yang muncul akibat adanya infeksi
atau gangguan yang terjadi selama hamil (Armini et al., 2016). Tanda-tanda bahaya
kehamilan yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
1. Bengkak di kaki, tangan, wajah dan sakit kepala yang terkadang disertai kejang.
Keadaan ini sering disebut keracunan kehamilan/eklampsia.
2. Perdarahan per vaginam Perdarahan merupakan penyebab kematian pada ibu
hamil paling sering. Perdarahan pada kehamilan muda sebelum kandungan 3
bulan bisa menyebabkan keguguran. Apabila mendapatkan pertolongan
secepatnya, janin mungkin dapat diselamatkan. Apabila tidak, ibu tetap harus
mendapatkan bantuan medis agar kesehatannya terjaga.
3. Demam tinggi Hal ini biasanya disebabkan karena infeksi atau malaria. Apabila
dibiarkan, demam tinggi pada ibu hamil membahayakan keselamatan ibu dan
dapat menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur.
4. Keluar air ketuban sebelum waktunya Pecahnya ketuban sebelum waktunya
merupakan tanda adanya gangguan pada kehamilan yang dapat membahayakan
keselamatan janin dalam kandungan.
5. Ibu muntah terus dan tidak mau makan Sebagian besar ibu hamil merasa mual
dan kadang-kadang muntah pada umur kehamilan 1-3 bulan. Kondisi ini normal
dan akan hilang pada usia kehamilan >3bulan. Namun, jika ibu tetap tidak mau
makan, muntah terus-menerus, lemah dan tidak bisa bangun, maka keadaan ini
berbahaya bagi kesehatan ibu dan keselamatan janin.
6. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak Keadaan ini
merupakan tanda bahaya pada janin. Hal ini disebabkan adanya gangguan
kesehatan pada janin, bisa juga karena penyakit atau gizi yang kurang.

7. Klasifikasi Usia Kehamilan


Kasifikasi Usia Kehamilan Menurut Widatiningsih dan Dewi (2017), kehamilan
dibagi menjadi :
a. Kehamilan Trimester I (1-12 minggu)
b. Kehamilan Trimester II (13−27 minggu)
c. Kehamilan Trimester III (28−40 minggu)

a. Konsep Dasar Kunjungan Antenatal Care


1) Pengertian Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care, petugas mengumpulkan dan
menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau
komplikasi (Saifuddin, 2010).
Pelayanan Antenatal Care merupakan pemeriksaan pada ibu hamil selama masa
kehamilan untuk mencegah terjadinya komplikasi atau mendeteksi dini terjadinya risiko
kehamilan dan mempersiapkan kelahiran yang sehat (Agustine et al., 2019).
Pemeriksaan Antenatal Care merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara
eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar. Cakupan pelayanan
antenatal care (ANC) terdiri dari cakupan K1 dan cakupan K4. Cakupan K1 adalah
cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan K4 adalah
cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar,
paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Seorang ibu
hamil dikatakan memiliki pemeriksaan antenatal care lengkap ketika ibu hamil
mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali
pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2
kali pemeriksaan pada trimester ketiga (Kementerian Kesehatan, 2018).
2) Tujuan Kunjungan Antenatal Care
1) Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan kesehatan pada
ibu serta tumbuh kembang janin yang ada di dalamnya.
2) Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin saja terjadi saat
kehamilan sejak dini, termasuk adanya riwayat penyakit dan tindak
pembedahan.
3) Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan bayi.
4) Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat melahirkan bayi
dengan selamat serta meminimalkan trauma yang dimungkinkan terjadi
pada masa persalinan.
5) Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan pada ibu.
6) Mempersiapkan peran sang ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran
anak agar mengalami tumbuh kembang dengan normal
7) Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik serta dapat
memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Kementerian Kesehatan,
2018).
b. Lokasi Pelayanan Antenatal Care atau Pemeriksaan Kehamilan
Menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010) pelaksana pelayanan
Antenatal Care terdiri dari :
1) Puskesmas
2) Puskesmas pembantu
3) Pondok bersalin desa
4) Posyandu
5) Rumah penduduk (pada kunjungan kegiatan puskesmas). Rumah sakit
pemerintah atau swasta
6) Rumah sakit bersalin
7) Tempat praktek swasta (bidan, dokter)
c. Jadwal Kunjungan Antenatal Care
Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama masa kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu
minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal
satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali
pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan) (Kemenkes RI,
2018). Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu :
1) Kunjungan pertama/K1 (Trimester I) K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil
pada masa kehamilan ke pelayanan kesehatan. Pemeriksaan pertama
kehamilan diharapkan dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan dan 17 perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu
sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut : anamnesa,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko
kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin, pemberian imunisasi TT1,
KIE pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan pemeriksaan laboratorium.
2) Kunjungan kedua/K2 (Trimester II) Pada masa ini ibu dianjurkan untuk
melakukan kunjungan antenatal care minimal satu kali. Pemeriksaan terutama
untuk menilai risiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, atau cacat bawaan.
Kegiatan yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis keluhan dan
perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan USG, penilaian risiko
kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian vitamin.
3) Kunjungan ketiga dan ke-empat/ K3 dan K4 (Trimester III) Pada masa ini
sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap dua minggu sampai
adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan: anamnesis
keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak janin,
pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko
kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaaan USG, pemeriksaan laboratorium
ulang.

d. Frekuensi Kunjungan ANC


Pemeriksaan kehamilan yang ideal untuk pertama kalinya adalah sedini
mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. Hasil penelitian telah menunjukkan
berulang kali bahwa wanita yang datang lebih dini dan teratur untuk pemeriksaan
pra lahir mempunyai komplikasi yang lebih sedikit dan 18 bayi yang lebih sehat
daripada wanita yang mendapat perawatan pra lahir tidak teratur atau terlambat
periksa kehamilan. Kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada
kehamilan tersebut diketahui dan segera dapat diatasi, sebelum berpengaruh tidak
baik terhadap kehamilan. Frekuensi kunjungan antenatal care pada kehamilan
normal minimal 6 kali dengan rincian 2 kali di trimester 1, 1 kali di trimester 2,
dan 3 kali di trimester 3. Minimal 2 kali diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di
trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di trimester 3 (Kementerian Kesehatan RI,
2020).

e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care


Pentingnya kunjungan Antenatal Care ini belum menjadi prioritas utama bagi
sebagian ibu hamil terhadap kehamilannya di Indonesia. Terdapat faktor-faktor
yang dapat memengaruhi kunjungan Antenatal Care ibu pada saat hamil yaitu
faktor predisposisi, faktor penguat, dan faktor pemungkin yang dapat
memengaruhi perilaku seseorang termasuk ibu hamil dalam melakukan kunjungan
Antenatal Care (Rachmawati, Puspitasari, & Cania, 2017):
1) Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya
perubahan perilaku seseorang. Faktor predisposisi yang memengaruhi
kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan Antenatal Care
mencakup hal-hal sebagai berikut : a. Usia Usia memengaruhi pola pikir
seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35 tahun) dapat berfikir lebih
rasional dibandingkan 19 dengan ibu dengan usia yang lebih muda atau
terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif memiliki motivasi lebih
dalam memeriksakan kehamilannya.
2) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan
yang dimilikinya. Ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman
yang lebih mengenai masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap
mereka terhadap kehamilannya sendiri maupun pemenuhan gizinya selama
hamil.
3) Status pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih
untuk mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri,
sehingga sulit untuk patuh dalam melakukan kunjungan Antenatal Care
dibandingkan ibu rumah tangga yang memiliki waktu yang lebih luang
untuk dapat mengatur dan menjadwalkan kunjungan Antenatal Care secara
optimal.
4) Paritas ibu hamil
Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh
seorang wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu
khawatir dengan kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka
kunjungannya, sedangkan ibu dengan kehamilan pertama merasa Antenatal
Care merupakan sesuatu yang baru sehingga ibu memiliki motivasi yang
lebih tinggi dalam pelaksanaannya.
5) Jarak kehamilan
Semakin tinggi resiko terjadi komplikasi akan meningkatkan motivasi ibu
hamil untuk melakukan pemeriksaan. Jarak kehamilan yang dekat dapat
dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu hamil sehingga
hal ini semakin meningkatkan frekuensi kunjungan antenatalnya.
6) Pengetahuan ibu hamil
Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan
merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi ibu hamil untuk
melakukan kunjungan Antenatal Care. Bagi ibu dengan pengetahuan yang
tinggi mengenai kesehatan kahamilan menganggap kunjungan Antenatal
Care bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, melainkan menjadi
sebuah kebutuhan untuk kehamilannya.
7) Sikap ibu Hamill
Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan memengaruhi
kepatuhannya dalam melakukan kunjungan Antenatal Care. Sikap yang
positif atau respon yang baik mencerminkan kepeduliannya terhadap
kesehatan diri dan janinnya sehingga dapat meningkatkan angka
kunjungan. Sedangkan, sikap yang negatif membuat ibu hamil kehilangan
motivasinya untuk melakukan kunjungan.
f. Faktor pemungkin adalah faktor yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor pemungkin yang memengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam
melakukan kunjungan Antenatal Care mencakup hal-hal berikut
1) Jarak tempat tinggal
Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil
serta sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan
motivasi ibu hamil untuk melakukan kunjungan Antenatal Care.
Jauhnya jarak akan membuat ibu berfikir dua kali untuk melakukan
kunjungan karena akan memakan banyak tenaga dan waktu setiap
melakukan kunjungan. Ibu yang tidak menggunakan transportasi dan
harus berjalan kaki menuju ke tempat pelayanan kesehatan mayoritas
memiliki angka kunjungan kurang dari 4 kali selama masa kehamilan.
2) Penghasilan keluarga
Ibu hamil dengan penghasilan keluarga yang rendah lebih
memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pokok untuk keluarganya
sehingga hal lain menjadi terabaikan, termasuk kesehatan
kehamilannya. Sehingga, semakin rendah penghasilan keluarga maka
semakin rendah angka kunjungan ibu ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk memeriksakan kehamilannya. c. Media informasi Media
informasi yang mencakup informasi mengenai pentingnya pelayanan
antenatal pada ibu hamil dapat meningkatkan motivasi ibu dalam
melakukan kunjungan.
3) Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku kesehatan. Faktor penguat yang memengaruhi
kepatuhan ibu hamil dalam melakukan kunjungan Antenatal Care
mencakup :
a) Dukungan suami
Melalui dukungan suami yang baik sebagai pendamping terdekat
ibu, semakin tinggi dorongan yang di dapatkan ibu hamil untuk
menjaga kehamilannya, sehingga ibu termotivasi untuk melakukan
kunjungan Antenatal Care.
b) Dukungan keluarga
Dengan dukungan yang baik dari keluarga, ibu akan lebih
memperhatikan kesehatan diri dan janinnya, yaitu dengan secara
rutin berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan
Antenatal Care. Dukungan dari keluarga dapat berupa bantuan,
perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian terhadap ibu
hamil.
c) Faktor petugas kesehatan
Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
memengaruhi frekuensi kunjungan Antenatal Care ibu hamil.
Semakin baik sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula
seorang ibu hamil mengunjungi fasilitas kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya. Belum meratanya petugas kesehatan
yang ada di daerah terpencil juga dapat menurunkan akses ibu
hamil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

B. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) dengan adanya kontraksi rahim
pada ibu. Prosedur secara ilmiah lahirnya bayi dan plasenta dari rahim melalui
proses yang dimulai dengan terdapat kontraksi uterus yang menimbulkan terjadinya
dilatasi serviks atau pelebaran mulut rahim (Irawati, Muliani, & Arsyad, 2019).

2. Macam-macam Persalinan
Persalinan Spontan Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir ibu tersebut.
Persalinan Buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin. (Ari
Kurniarum, S.SiT., 2016)

3. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan


Menurut Kuswanti(2014) beberapa teori yang dikemukakan sebagai
penyababpersalinan adalah:
a. Penurunan kadar estrogen dan progesteron
Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan sehingga
ekspulsi fetus tidak terjadi. Sedangkan estrogen dapat meningkatkan kontraksi
uterus karena estrogen meningkatkan jumlah otot-otot saling berhubungan satu
sama lain antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan saat permulaan
inpartu. Dalam kehamilan estrogen dan progesteron diekskresikan dalam
jumlah yang secara progresif terus meningkat dari bulan ke bulan. Tetapi mulai
bulan ke 7 dan seterusnya estrogen terus meningkat tetapi progesteron tetap
konstan atau mungkin sedikit menurun.oleh karena itu estrogen dan
progesteron yang menyebabkan terjadinya persalinan.
b. Teori oksitosin
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin yang
di keluarkan oleh hipofise part posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam
bentuk braxton hicks.
Teori distensi Rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang akan
menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Teori plasenta menjadi tua Akibat plasenta tua
mengakibatkan turunnya kadar progesteron yang mengakibatkan ketegangan
pada pembuluh darah, hal ini menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua, meningkatnya prostaglandin saat hamil dan
menjelang persalinan dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi dapat dikeluarkan selain itu prostaglandin dianggap sebagai pemicu
terjadinya persalinan (Vivian dkk, 2017).
8. Tanda-Tanda Persalinan
a. Tanda Persalinan Sudah Dekat
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya
menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa
berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota
bawah.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)
2) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor,
fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai
masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kencing
tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut
Pollakisuria.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)
3) False Labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his
pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi
Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila
dibawa jalan malah sering berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix. (Ari Kurniarum,
S.SiT., 2016)
4) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa cervix yang
tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih lembut, dan
beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini
berbeda untuk masing- masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi
pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan
tertutup.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)
5) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam sebelum
persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena
tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi
yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya
seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah,dan pekerjaan
rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi,
sehingga persalinan menjadi panjang dan sulit. (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)
6) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi,
mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.(Ari
Kurniarum, S.SiT., 2016)

b. Tanda-Tanda Persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah:
1) Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar.
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan serviks.
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat
menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
2) Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan adanya pengeluaran lender
dan darah sebagai tanda pemula.
3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai
dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair
darah terputus.
4) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak secara mendadak dari jalan lahir. Hal ini
terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya
cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban
pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek
sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai
dalam 24 jam setelah air ketuban keluar. (Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)

C. Tahapan Persalinan
Menurut Indrayani & Maudy tahun 2016 dalam proses persalinan ada beberapa tahapan
yang harus dilalui oleh ibu, tahapan tersebut dikenal dengan 4 kala :
1. Kala I (satu)
Kala satu disebut juga kala pembukaan servik yang beralansung antara pembukaan
nol (0) sampai pembukaan lengkap (10). Pada permulaan his, kala satu berlansung
tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Kala satu persalinan
dibagi menjadi dua yaitu:
a. Fase laten pada kala satu persalinan
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
2) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan serviks mencapai 3 cm
atau serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya, fase laten berlansung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif pada kala satu persalinan
1) Frekuensi dan lama kontraki uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlansung selama 40 detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
4) Pada umumnya, Fase aktif berlansung hampir 6 jam
5) Fase aktif dibagi lagi menjadi tiga fase, yaitu:
a) Fase akselerasi, pembukaan 3 ke 4 dalam waktu 2 jam.
b) Fase kemajuan maksimal/dilatasi maksimal, pembukaan berlansung
sangat cepat, yaitu dari pembukaan 4 ke 9 dalam waktu 2 jam
c) Fase deselerasi, pembukaan 9 ke 10 dalam waktu 2 jam Fase tersebut
biasanya terjadi pada primigravida. Pada multigravida juga terjadi
demikian, namun fase laten, aktif dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek.
2. Kala II (pengeluaran bayi)
Kala dua persalinan disebut juga dengan kala pengeluaran bayi yang dimulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi.
Tanda dan gejala kala dua sebagai
berikut :
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva dan spinterani membuka.
Pada kala dua his dan keingan ibu untuk meneran semakin meningkat sehingga
akan mendorong bayi keluar. Kala dua berlansung hingga 2 jam pada primipara
dan 1 jam pada multipara.
Menurut Aderhold dan Roberts, persalianan Kala II dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase keredaan
Fase ini dimulai dari pembukaan lengkap hingga saat timbulnya keinginan
untuk meneran secara berirama dan sering.
2) Fase meneran aktif
Fase ini dimulai pada saat usaha meneran sehingga bagian terendah janin
tidak masuk lagi antara peneranan yang dilakukan (crowing).
3) Fase perineal
Fase ini dimulai dari crowing sampai lahirnya seluruh tubuh.

3. Kala III (Tiga)


Kala uri atau pengeluaran plasenta dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. setelah Kala III, kontraksi uterus
berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Plasenta lepas berlansung tidak lebih dari 30
menit, jika lebih maka harus diberi penanganan lebih atau dirujuk.
Berikut tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu:
1) Uterus teraba bundar (globuler).
2) Tali pusat bertambah panjang.
3) Terjadi perdarah secara tiba-tiba.
4) Uterus tersorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus
uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir. Lepasnya plasenta
secara schultze biasanya tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak
mengeluarkan darah setelah plasenta lahir. Sedangkan dengan cara ducan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput
ketuban.
Manajemen aktif kala III terdiri dari beberapa komponen, antara lain:
a) Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
b) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
c) Masase fundus uteri.
4. Kala IV (Empat)
Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dalam dua jam.
Pada kala empat ini sering terjadinya perdarahan postpartum. Masalah atau
komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah perdarahan yang mungkin
disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Pemantauan kala
empat dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama pasca persalinan, setiap 30 menit
pada jam kedua pasca persalinan.
Observasi yang dilakukan pada kala empat antara lain:
a. Tingkat kesadaran.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV), tekanan darah, nadi, suhu.
c. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
d. Kandung kemih dan perdarahan. Dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc.

D. Faktor – Faktor Yang Mempengauhi Persalinan


Menurut Indriyani & Maudy tahun 2016 ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
persalinan, antara lain:
a. Passage way
Passage way merupakan jalan lahir dalam persalinan berkaitan dengan segmen atas
dan segmen bawah rahim pada persalinan. Segmen atas memegang peranan yang
aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan. Sebaliknya segmen bawah memegang peran pasif dan makin tipis
dengan majunya persalinan karena peregangang. Jalan lahir terdiri dari pelvis dan
jaringan lunak serviks, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar dari vagina).
b. Power
Power adalah kekuatan untuk mendorong janin keluar. Power terdiri atas :
1) His (kontraksi otot uterus)
His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan yang terdiri dari kontraksi
otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis ataukekuatan mengejan dan
kontraksi ligamentum rotundum.
2) Tenaga mengejan
Power atau tenaga yang mendorong anak keluar.
c. Passanger
Passanger meliputi janin, plasenta dan air ketuban. Janin bergerak sepanjang
jalan lahir akibat interaksi beberapa faktor, diantaranya; ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin karena plasenta dan air ketuban juga
harus melewati melewati jalan lahir, maka dianggap bagian dari passanger yang
menyertai janin.
d. Position
Merubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan
melancarkan sirkulasi darah. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,
duduk, jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi untuk penurunan
bagian terendah janin.

e. Psychology
Psychology adalah respon psikologi ibu terhadap proses persalinan. Faktor
psikologi terdiri dari persiapan fisik maupun mental melahirkan.

E. Tanda bahaya Persalian


Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus waspada terhadap
timbulnya penyulit atau masalah yang akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan
ibu dan bayi (Alfandi, 2017).
a. Tanda dan komplikasi pada Kala I
Tanda dan komplikasi yang kemungkinan terjadi pada kala I menurut Alfandi (2017)
yaitu sebagai berikut:
1) Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah.
2) Persalinan kurang dari 37 minggu (preterm)
3) Ketuban pecah dan air ketuban disertai mekonium kental serta terjadi gawat
janin.
4) Infeksi (temperatur >38ºC, nyeri abdomen berlebihan, cairan ketuban berbau).
5) Tekanan darah diatas 160/100 mmHg
6) Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5.
7) Presentasi bukan belakang kepala.
8) Presentasi ganda
9) Fase laten berkepanjangan (pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam)
10) Partus lama (pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada,
pembukaan serviks kurang dari 1cm perjam, frekuensi kontraksi kurang dari 2
kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik).
b. Tanda Kompikasi Kala II
Tanda dan komplikasi persalinan kala II yang kemungkinan dapat terjadi menurut
Prawirohardjo (2015) adalah sebagai berikut:
1) Syok (nadi cepat atau lemah lebih dari 100x/menit, berkeringan, tekanan darah
sistolik kurang dari 90 mmHg, nafas cepat lebih dari 30x/menit dan produksi
urine sedikit <30 ml/jam).
2) Inersia uteri (kontraksi kurang dari 3x dalam waktu 10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik).
3) Gawat janin .
4) Distosia bahu
5) Cairan ketuban bercampur mekonium ditandai dengan warna ketuban hijau.
6) Lilitan tali pusat.
c. Tanda Komplikasi Kala IV
Tanda dan komplikasi persalinan kala III yang kemungkinan dapat terjadi menurut
Prawirohardjo (2018) adalah sebagai berikut:
1) Retensio plasenta
2) Antonia uteri
3) Syok
4) Kandung kemih teraba penuh

F. Penatalaksanaan Persalinan
Asuhan kala I diperlukan sebagai tindakan pencegahan komplikasi yang
dilakukan selama asuhan persalinan dengan memantau kemajuan persalinan melalui
partograf, memberikan asuhan sayang ibu disetiap tahapan persalinan termasuk
memberikan nutrisi yang mencukupi selama persalinan, mempersiapkan kebutuhan ibu
dan bayi dan menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam
proses persalinan (Kemenkes, 2018). Berikut uraian penatalaksanaan yang dilakukan
pada Kala I sampai IV:
A. Asuhan Persalinan Kala I
Penatalaksaan Kala I
Parameter Kala I Fase Laten Kala I Fase Aktif

Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam

Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam

Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30 menit

Denyut Jantung Janin Tiap 1 jam Tiap 30 menit


Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit

Dilatasi serviks dan Tiap 4 Jam Tiap 4 Jam


penurunan kepala

B. Asuhan Kala II, III dan IV


Asuhan Persalinan pada Kala II, III, dan IV tergabung dalam 60 langkah Asuhan
Persalinan Normal (APN) (Nurjasmi E. dkk.2016).
Adapun 60 langkah APN adalah sebabagi berikut:

60 Langkah APN
Langkah APN

Mengamati tanda dan gejala kala dua yaitu ibu mempunyai keinginan untuk
meneran, ibu merasa tekanan pada rektum dan/atau vaginanya, perenium
menonjol, vulva dan sfingter anal membuka.
Memastikan perlengkapan, alat seperti Tensimeter, stetoskop, thermometer,
handscoon, pita centimeter, bengkok, partus set(klem arteri 2 buah, gunting
tali pusat, gunting episiotomy, klem tali pusat, ½ kocher), hecting set (gunting
benang, jarum dan cutgut, pinset anatomis, nald furder). Dan bahan seperti 1
ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di
dalam partus set, ergometrin, misoprostol, magnesium sulfat, tetrasiklin
1%salep mata, kassa steril, meja dan alat resusitasi, bed partus serta pakaian
ibu dan bayi.
Mengenakan APD.
Melepaskan semua perhiasan, mencuci kedua tangan dan mengeringkan tangan
dengan handuk bersih.
Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali dipartus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung
suntik.
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
desinfeksi tingkat tinggi.
Dengan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
51

masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % kemudian


lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit.
Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian
pada partograf.
Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
membantu ibu dalam posisi yang nyaman dan sesuai keinginannya.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran..
Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bangaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya.
Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan semangat untuk ibu.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap 5 menit
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara dan 60 menit (1
jam) untuk ibu multipara merujuk segera.
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, (mengambil posisi yang nyaman).
Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit anjurkan ibu untuk mulai
meneran dan pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi.
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
Membuka partus set.
Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm lindungi perineum
dengan satu tangan yang di lapisi kain, letakkan tangan yang lain di kepala
bayi dan lakukan tekanan yang lembut, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat
saat kepala lahir.
Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
52

terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.


Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengeklem nya di dua tempat
dan memotongnya.
Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempakan kedua tangan di masing-
masing sisi muka. Mengajurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya kepala kearah bawah dan kearah luar hingga bahu
anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik
kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Setelah kedua bahu di lahirkan menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyanggah tubuh bayi saat di lahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian
atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
Setelah tubuh dan lengan lahir menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran
kaki.
Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik). Kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila
tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
Bila bayi mengalmi asfiksia, lakukan resusitasi.
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lain (kecuali
kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan kain
kering, pastikan posisi bayi dalam posisi dan kondisi aman di bagian bawah
perut ibu.
Memeriksa kembali uterus untuk memastikan adanya janin kedua.
Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM
di aspektus lateralis atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dam memasang klem kedua
2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kult ibu-bayi, luruskan bahu
bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibu. Usahakan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting.
Memindahkan klem tali pusat.
53

Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan peregangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya
inversion uteri.
Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali pusat selama
15 menit :
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit, Menilai kandung kemih dan
dilakukan kateterisasi kandung kemih jika perlu, Meminta keluarga untuk
menyiapkan rujukan, Mengulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya, Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak
kelahiran bayi.
Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melahirkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan
dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan
lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban
robek, pakai sarung tangan DTT atau steril dan memeriksa vagina dan serviks
ibu dengan seksama.
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus.
Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel kebagian ibu maupun janin dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Memastikan kandung kemih kosong, jika penuh lakukan kateterisasi.
Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan
air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
Memeriksa nadi, dan keadaan umum ibu baik.
Evaluasi kehilangan darah.
Memantau keadaan umum bayi, pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60
x/menit) dan warna kulit.
54

Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit.
Jika bayi bernafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke rumah
sakit.
Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit bayi-ibu dalam satu selimut.
Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
didekontaminasi.
Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
Memastikan ibu merasa nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.
Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % membalikan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama
10 menit.
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi baik,
bernafas normal (40-60 x/menit) dan temperatur suhu tubuh normal (36,5-
37,5 ) setiap 15 menit.
Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan hepatitis B di paha kanan
bawah lateral. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-wakti
dapat disusukan.
Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan menggunakan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
Sumber : Nurjasmi E. dkk.2016

Anda mungkin juga menyukai