Anda di halaman 1dari 3

NARASI DALAM VIDIO

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Tafsir dan Hadist Siyasi
Dosen pengampu: Dr. H. Khotib, M.Ag

NAMA : Fastabikhu Amal


NIM : 07040421020
SEMESTER : 3 (Tiga)
URL : https://youtu.be/CAItibbEg1Y

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


SURABAYA
2022
Narasumber : Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud Mahmodin, S.H., S.U., M.I.P.

Penarasi : Fastabikhu Amal

Sumber : https://youtu.be/CAItibbEg1Y

Tema : Hubungan antara Islam dan Negara (Launching buku Fikih Kebangsaan 3)

Islam Wasathiyah

Islam wasathiyah adalah Islam yang seimbang atau pertengahan (tidak condong
kekanan dan kekiri). Islam wasathiyah dinilai sebagai konsep Islam yang paling cocok
terhadap negara kesatuan republik Indonesia dengan dasar kemodertannya, mengingat
Indoensia adalah negara yang multi kultur dan tidak mungkin menjadikan satu konsep
yang kaku dalam landasan bernegarnya. Dalil Islam wasathiyah memang secara
tekstual tidak tertulis dalam Al-Qur’an, akan tetapi konsep ini sebagai makna
abstraksi dari ayat ‫ َو َك َٰذ ِلَك َج َع ْلَناُك ْم ُأَّم ًة َو َس ًطا ِلَتُك وُنوا ُش َهَداَء َع َلى الَّناِس‬Q. S. Al-Baqarah [2:143] yang
maknanya “Demikianlah kami ciptakan kamu umat yang ditengah (adil/moderat).”

Dengan dasar ayat ini maka mengisyaratkan bahwa dasar perjuangan umat Islam dalam
suatu negara harus moderat terutama dalam memaknai jihad tidak harus dengan kekerasan.
Memberlakukan kesetaraan dalam masyarakat madani atau civil society. Islam wasathiyah ini
dinilai penting untuk menjadi dasar menjalankan pemerintahan di Indonesia. Konsep Islam
moderat sudah dirumuskan secara matang oleh oleh para ulama’ dan konseptor dasar negara
yang tergabung dalam BPUPKI.

Walaupun secara tertulis tidak menjadi negara Islam tapi negara Indonesia mempunyai
dasar acuan dalam menjalankan pemerintahanya berdasarkan Pancasila yang didalamnya
terkandung nilai-nilai Islam. Hal ini didasarkan dalam kaidah: ‫“ ما ال يدرك كله ال يترك كله‬Sesuatu
yang tidak bisa dilakukan seluruhnya janganlah ditinggal seluruhnya”.

Dalam hal ini Mahfud MD. Menambahkan bahwa “memang Indonesia bukan negara
Islam tapi Indonesia adalah negara Islami”. Beliau memaknai negara Islam adalah negara
formalitas, nama dan hukumnya selalu bersimbulkan Islam. Akan tetapi kalau negara Islami
dimaknai lebih kesubstantif ajaran Islam, seperti penanaman nilai rahmatan lil alamin, sifat
moderat, santun, kejujuran, maslahah, dan keadilan walaupun secara dejure dalam teks
undang-undang yang berlaku tidak tertuliskan dasar hukum Islam. Islam di Indonesia telah
berhasil mengalami transformasi besar dalam pengakuannya, baik dalam ranah politik, sosial,
Pendidikan, hukum, pemerintahan dan pada sektor kenegaraan yang lain jika dibandingkan
dengan awal masa kemerdekaan. Mahfud menambahkan bahwa isu Islamofobia sudah tidak
ada dewasa ini. semua pihak mempunyai hak bernegara yang setara.

Negara Indonesia sebagai negara yang terdiri dari berbagai suku dan bangsa serta
agama beserta seluruh kemajmukannya. Sangat tidak mungkin bila dijadikan negara Islam.
Jika hal ini terjadi maka akan menimbulkan perpecahan terhadap keutuhan negara sendiri.
Akan tetapi walaupun secara tekstual negara ini tidak memakai simbol Islam tetapi pada
realitasnya dalam menjalankan sistem kenegaraan Indonesia sama sekali tidak meninggalkan
nilai-nilai yang diajaran oleh agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai