Anda di halaman 1dari 6

SAYA MUSLIM SAYA INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar


Dosen Pengampu : Ustadz Edi Wirastho

Oleh:

Muhammad Mukhlas Baihaqi

NIM : Q.190363

Semester : 2

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU AL QUR’AN ISY KARIMA

KARANGANYAR

2019/2020
Saya Muslim Saya Indonesia

A. Pengertian Muslim

Pengertian Muslim Secara Bahasa

Muslim berasal dari bahasa Arab, yakni dari akar kata aslama-yuslimu-
Islaman. Jadi, secara etimologi Muslim adalah bentuk fa’il (subyek / pelaku) dari
kata kerja aslama.

Karena hanya sebagai subyek dari perbuatan Islam, maka pengertian


Muslim tergantung pada pengertian Islam itu sendiri, sebagaimana diulas di atas.

Karena kata Islam secara bahasa berarti damai, beserah diri, patuh,
selamat, dan sejahtera, maka secara bahasa Muslim adalah orang yang damai,
orang yang berserah diri, orang yang patuh, orang yang selamat, orang yang
sejahtera.

Muslim juga dapat diartikan sebagai orang yang berserah diri


kepada Allah dengan hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada-Nya
terhadap segala yang ada di langit dan bumi. Kata muslim merujuk kepada
penganut agama Islam saja, kemudian pemeluk pria disebut
dengan Muslimin (bahasa Arab: ‫لمون‬/‫مس‬, translit. muslimūn) dan pemeluk wanita
disebut Muslimah (bahasa Arab: ‫مسلمات‬, translit. muslimat).

Pengertian Muslim Secara Istilah

Muslim adalah sebutan bagi penganut atau pemeluk agama Islam. Dengan
demikian, Islam dan Muslim memiliki pengertian atau makna yang berbeda: Islam
adalah agama Muslim adalah penganutnya.

Banyak orang yang salah paham tentang Islam karena menyamakan pengertian
Islam dan Muslim. Padahal, keduanya adalah hal yang berbeda. Yang satu (Islam)
adalah ajaran agama; yang satunya lagi (Muslim) adalah penganutnya, orangnya.
B. Tanggung Jawab Warga Negara Terhadap Bangsa dan
Negara Indonesia
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk
memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya.
Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai
Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat
sebagai anggota negara. Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama,
maksud didirikannya negara Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi
pada suatu negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara dikelola.
Konstitusi di Indonesia disebut sebagai Undang-Undang Dasar.

Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk
mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk
paling kongkrit pertemuan negara dengan rakyat adalah pelayanan publik, yakni
pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama sesungguhnya adalah
bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi
pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi
pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa bahwa tidak
ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak negara
memiliki kerajang layanan yang berbeda bagi warganya.

Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga


negara, atau hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas
dalam Konstitusi maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan zaman
atau keinginan masyarakat, semua kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-
Undang. Pengambilan keputusan dalam proses pembentukan Undang-Undang
haruslah dilakukan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga
dalam organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat
banyak. Dalam suatu negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan
rakyat banyak ini dipilih secara demokratis pula.

C. Saya Muslim dan Saya Indonesia

Sebagai Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia


selalu menjadi sorotan Negara-negara lain, khususnya masalah demokrasi,
Indonesia menjadi Negara dengan penduduk muslim yang paling berhasil dalam
mengamalkan demokrasi, meskipun tak dapat dipungkiri banyak riak-riak yang
ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam, banyak kelompok orang yang
tidak puas dengan sistem hukum yang dibangun, dan ingin menjadikan Negara
terpecah dengan berbagai aksi “Jihad” dengan bersandar pada pemaknaan teks
kitab suci yang dipilih-pilih.

Sebagai seorang muslim dan menjadi warga negara Indonesia, kita tidak
dapat memungkiri dan mengelak bahwa kita adalah majemuk, sejarah mencatat
Indonesia merdeka adalah berkat perjuangan seluruh Masyarakat (Rakyat)
indonesia tanpa terkecuali, ada darah yang harus dibayar oleh Muslim, Nasrani,
Hindu, Katolik, Budha maupun agama-agama lainnya, jadi sejatinya apa yang kita
dapatkan saat ini adalah buah dari perjuangan mereka para pahlawan, tanpa
melihat suku, etnis, agama dan ras (Primordialisem), dan kemerdekaan ini adalah
hak segala bangsa, maka sesunggunya siapapun warga Negara Indonesia berhak
menjadi pemimpin di negeri ini selama mereka memiliki kapabilitas.

Akhir-akhir ini kita sedang dibenturkan kembali dengan isu SARA, entah
ini berhubungan dengan masalah kepemimpinan apa bukan, kita bisa menilai
benturan SARA ini jelas bermuatan politis, mudah sekali menelusuri jejaknya,
pola ini selalu terjadi menjelang pemilu maupun pilkada, Jika menengok kembali
ke belakang para politisi di negeri ini selalu saja memanfaatkan penggalan kitab
suci untuk kepentingan politiknya dengan mendompleng fanatisme ummat,
padahal mereka saja enggan melaksankan seluruh hukum-hukum yang ada dalam
kitab suci, dan cenderung menentangnya, dalam dan masyarakat awam selalu
saja menjadi orang yang dimanfaatkan dan dibenturkan untuk kepentingan politis
ini.

D. Tanggung Jawab Intelektual Muslim

Bagi kita orang muslim yang ingin mengesampingkan konsistusi dan ingin
menafikan kemajemukan serta ingin menjadikan Al qur’an sebagai pedoman,
Jangan salahkan mereka yang memilih pemimpin non muslim karena citra
jujurnya, ini adalah tanggung jawab para intelektual muslim dan ulama, yang
sampai saat ini belum mampu mengadirkan pemimpin-pemimpin muslim yang
adil tegas, jujur dan berani, kecuali sangat sedikit, justru para pemimpin muslim
lebih banyak menodai keagungan kitab suci, dengan melakukan berbagai
penyelewengan yang bertentaangan dengan kitab sucinya

Islam adalah rahmat bagi semesta, tidak pantas seorang mukmin


menggaungkan kebencian, dan mengadu domba umat atas pemaknaan teks kitab
suci karena ketidakmampuannya menghadirkan pemimpin yang amanah, atau para
politisi yang memanfaatkan kemurnian akidah ummat untuk mencapai tujuan
politisnya.

E. Kesimpulan

Tanggung Jawab warga negara merupakan suatu kondisi dimana cara


berfikir warga negara yang harusnya bisa sadar akan tanggung jawab dan harus
dikerjakan atau harus bisa mempertanggung jawabkan akibat dari perbuatan yang
telah diperbuat dan harus bisa adil dalam mengerjakannya agar tidak ada yang
dirugikan serta menjaga dan melindungi negara untuk mencapai tujuan bersama
dan tidak lupa juga dengan status kita sebagai seorang muslim yang berpedoman
terhadap Al Qur’an As Sunnah serta menyuru terhadap kebaikan dan melarang
terhadap kebatila dengan tidak lupa dengan nilai nilai NKRI.
DAFTAR PUSTAKA

Muslim Buz “pengertian islam dan muslim secara bahasa dan


istilah”diakses dari http://muslimbuzzers.blogspot.com/2017/01/pengertian-
islam-dan-muslim-secara.html pada tanggal 06 April 2020.

Devin Sultan “Tanggung Jawab Warga Negara Terhadap Bangsa” diakses


dari https://kadexyogi.blogspot.com/2016/06/tanggung-jawab-warga-negara-
terhadap.html pada tanggal 06 April 2020.

Junianto Bara “Saya Muslim dan Saya Indonesia” diakses dari


https://www.kompasiana.com/junibara/580f88fcb07e61192a69a3a5/saya-
muslim-dan-saya-indonesia pada tanggal 06 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai