Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iman Kristen adalah iman yang menyelamatkan, karena barang siapa
beriman kepada Tuhan Yesus, akan menerima hidup kekal (Yohanes. 3:16). Namun
demikian, orang Kristen tidak boleh sombong, justru tugas orang Kristen ialah
bersaksi bagi orang lain (Matius. 28:18-20). Tuhan Yesus mengajarkan kepada
murid-muridNya yang mengatakan bahwa “Kamulah garam dan terang dunia”
(Matius. 5:13-14). Jadi, kehidupan Kristen harus dapat membawa pengaruh yang
baik, dan menjadi saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat. Orang Kristen adalah
bagian dari masyarakat yang juga memiliki tanggung jawab, yaitu membawa damai
(Matius 5:9). Dengan demikian orang Kristen harus menjadi warga Negara yang baik
dan bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakat, yaitu menciptakan kerukunan
antar umat beragama, hidup saling berdampingan satu dengan yang lain.

Iman Kristen harus dapat direfleksikan dalam kehidupan bermasyarakat, yang


di dalamnya terdapat perbedaan bahasa, suku bangsa, agama dan sebagainya.
Orang Kristen tidak seharusnya hidup secara eksklusif, hanya bergaul dengan
sesama iman karena takut terpengaruh dengan orang yang berbeda agama.Tetapi
orang Kristen harus berbaur dengan lingkungan, tanpa harus mengorbankan iman
mereka. Justru dengan demikian orang Kristen menjadi saksi di masyarakat. Hal ini
sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Injil Matius 28:19-20 “Karena itu,
pergilah, jadilah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
Kuperintahkan kepadamu”

Keberadaan orang Kristen harus tetap memancarkan nilai-nilai iman kristiani


dalam hidup dan kehidupanya dengan selalu melakukan perbuatan yang
menggambarkan Kristus lewat sikap perbuatan juga tutur kata.

2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami terkait
iman Kristen dan nilai-nilai kristiani.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 IMAN KRISTEN
Pengertian iman dalam Perjanjian Lama dijelaskan oleh Harun Hadiwidjono
sebagai berikut:
a. Di dalam Perjanjian Lama, kata iman berasal dari kata kerja ‘aman’ yang
berarti ‘memegang teguh. Umpamanya dalam arti memegang teguh pada
janji seseorang, karena janji itu dianggap teguh atau kuat, sehingga dapat
dipercaya. Jika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti,
bahwa Allah harus dianggap sebagai Yang Teguh atau Yang Kuat. Menurut
Perjanjian Lama, beriman kepada Allah berarti mengamini, bukan hanya
dengan akalnya melainkan juga dengan segenap kepribadian dan cara
hidupnya, kepada segala janji Allah yang telah diberikan dengan perantaraan
Firman dan Karya-Nya.
b. Diterapkan kepada pengertian iman di Perjanjian Baru, iman berarti:
mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji
Allah, bahwa Ia di dalam Kristus telah mendamaikan orang berdosa dengan
diri-Nya sendiri, sehingga segenap hidup orang beriman dikuasai oleh
keyakinan yang demikian itu.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa iman yang dimaksud adalah iman
yang disertai dengan perbuatan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang
menyatakan bahwa ia beriman pada Allah, harus membuktikan imannya itu di dalam
kehidupannya.
Sementara Louis Berkhof menjelaskan tentang iman sebagai berikut: Dalam
Perjanjian Baru sebagai berikut: Ada dua kata yang dipakai dalam seluruh Perjanjian
Baru, yaitu Pistis dan bentuk kata kerja pisteuin, keduanya mempunyai konotasi
yang sama. 1) Arti yang berbeda dari kata pistis: (1) Pistis mempunyai dua arti
dalam bahasa Yunani Klasik. Artinya adalah (a) Suatu kepastian berdasarkan
kepercayaan dalam diri seseorang dan pengakuannya, yang berbeda dengan
pengetahuan yang bersandar pada penelitian pribadi; (b) Rasa percaya diri itu
sendiri di mana kepercayaan seseorang bersandar. (2) Dalam Septuaginta, transisi
dari penggunaan kata pistis dalam Yunani Klasik menjadi bahasa yang dipakai
dalam Perjanjian Baru dimana kata ‘percaya’ atau ‘mempercayai’ sangat penting.
Kata kerja pisteuein sering kali dipakai untuk menerjemahkan kata bahasa Ibrani
‘hemin’ dan dengan demikian menyatakan arti iman, baik kepada Firman Tuhan
maupun rasa percaya yang sungguh-sungguh kepadaNya. Ada beberapa contoh di
mana kata itu mempunyai arti pasif yaitu ‘ketaatan’ atau ‘kesetiaan’ (Roma. 3:3 dan
Galatia. 5:22). Arti berikut harus diperhatikan (a) Satu kepercayaan intelektual yang
disandarkan atas pengakuan dari pihak yang lain, jadi disandarkan atas kebenaran
diri orang itu sehingga bukan bersandar pada pengetahuan diri sendiri (Filipi. 1:27
dan II Korintus. 4:13). Kepercayaan ini harus dibedakan dari keadaan di mana
kepercayaan intelektual yang disebutkan dalam butir (a) diatas. Susunan dalam
tingkatan yang berurutan dari iman sebagai berikut: (a) Suatu rasa percaya
menyeluruh kepada Tuhan dan Kristus, (b) Penerimaan atas kesaksian mereka
berdasarkan rasa percaya itu (c) Bersandar kepada Kristus dan beriman kepada-
Nya untuk Keselamatan jiwa mereka. Iman yang terakhir inilah yang disebut sebagai
iman yang menyelamatkan.
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa yang dimaksud iman yang
menyelamatkan ialah iman kepada Yesus, orang tersebut percaya bahwa Yesus
dapat menyelamatkan dari hukuman kekal, yaitu neraka, menuju kepada hidup kekal
(sorga).
2.2 Nilai-Nilai Kristiani
Nilai adalah sesuatu yang hal yang dianggap penting dan berharga dalam
kehidupan manusia dimana nilai yang dianggap berharga itu dikehendaki oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Manusia memiliki tingkatan yang
digunakan untuk mengukur baik atau tidaknya sesuatu hal dalam kehidupannya.
Nilai-nilai kristiani adalah nilai yang mengajarkan tentang apa yang tertulis dalam
Alkitab yang terdapat dalam Galatia 5:22-23 yang diuraikan sebagai berikut:
a. Kasih
Ada empat macam kasih, yaitu agape, storge, filia, eros. Namun kasih
yang paling dikenal ialah kasih Agape yang memiliki arti kasih tanpa pamrih.
Kasih ini yang diberikan Allah kepada manusia melalui pengorbanannya
diatas kayu salib oleh Yesus Kristus demi menebus dosa manusia. Allah
memberikan kasih itu kepada manusia tanpa mengharapkan imbalan. Dalam
Alkitab kasih merupakan hukum yang paling utama dan terutama (1 Korintus
113:1-13 dan Matius 22:37-40). Sebagai orang kristen kita harus menerapkan
kasih dalam kehidupan kita sehari-hari baik itu di sekolah, di gereja, di rumah
dan dimana pun kita berada
b. Sukacita
Sukacita merupakan salah satu buah Roh. Dalam 1 Tesalonika 1:6
dikatakan bahwa kita bisa tetap bersukacita meskipun ada yang membuat
kecewa. Karena dengan suka cita kita bisa lebi kuat untuk menghadapi
tekanan yang ada. Untuk itu setiap orang kristen perlu menerapkan sukacita
dalam kehidupan sehar-hari.
c. Kesabaran
Kesabaran adalah kondisi dimana kita tetap tenang dalam menghadapi
persoalan yang rumit sekalipun. Kesabaran sangat susah dilakukan oleh
manusia karena manusia memiliki sifat yang terburu-buru. Tak sedikit orang
yang mau bersabar dalam kehidupan ini, namun firman Tuhan mengajarkan
bahwa “ Sedangkan hamba Tuhan tidak boleh bertengkar tetapi harus ramah
terhadap semua orang. ia harus cakap mengajar, sabar, dan dengan lemah
lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin
mereka sehingga mereka mengenal kebenaran” (2 Timotius 2:25-26)
d. Kemurahan dan kebaikan
Kemurahan dan kebaikan merupakan suatu sikap atau tindakan yang
baik yang ditujukan kepada orang lain. Namun sikap ini tidak menuntut
imbalan atau lebih tepatnya ketika kita melakukan kebaikan kepada orang lain
itu dengan suka rela tanpa mengharapkan sesuatu sebagai imbalan. Seperti
yang diberikan Tuhan Yesus oleh karena kebaikan dan kemurahan hati Tuhan
kita semua masih bisa menjalani kehidupan yang masih dianugerahkan
Tuhan kepada Kita.
e. Kesetiaan
Kesetiaan merupakan keteguhan hati dalam melaksanakan sesuatu
hingga selesai dan dari situlah ia dapat dipercaya. Kesetiaan tidak hanya
dalam melakukan sebuah pekerjaan, tetapi kesetiaan juga dapat diukur
melalui kata-kata atau janji yang diucapkan.
f. Kelemahlembutan
Kata Kelemahlembutan bukan berarti sebuah kelemahan tetapi
kekuatan. Kelemahlembutan mampu mengendalikan perasaan marah dan
dengki, sehingga mampu menciptakan kedamaian bagi setiap orang. orang
yang lemah lembut bisa dilihat dari cara ia berbicara dan bertindak.
g. Penguasaan diri
Dalam kitab 2 Timotius 4:5a “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal”
yang berarti bahwa kita harus menahan diri kita dari hal-hal yang tidak baik,
kita harus bisa mengendalikan pikiran, perkataan, dan perbuatan kita dalam
kehidupan kita. Ketika kita tidak bisa menguasai diri kita sendiri maka kita
akan mengalami kerugian dan kegagalan.
h. Damai Sejahtera
Kata damai sejahtera dalam Alkitab tertulis sekitar 88 kali dan hampir
disemua kitab Perjanjian Baru. Damai sejahtera memiliki makna hubungan
yang terjalin dengan baik disetiap sisi kehidupan, baik dengan Sang Pencipta
maupun dengan sesama. Damai sejahtera tidak diperuntukkan untuk pribadi
saja tetapi tujuannya adalah untuk kehidupan bersama.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Iman Kristen dan nilai-nilai kristiani harus terus dipertahankan dan terpancar
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Iman harus disertai dengan perbuatan yang
menggambarkan nilai-nilai kristiani karena iman tanpa perbuatan pada hakekatnya
adalah mati.

Anda mungkin juga menyukai